You are on page 1of 17

KONSEP BERAT BADAN BAYI

Pengertian

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosis bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi-balita, berat bayi lahir di bawah 2500 gram atau di bawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema, dan adanya tumor. Di samping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan (Hartono, 2008).

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat, dan protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi (Supariasa, 2002).

Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagi perhitungan, antara lain:

1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahanperubahan konsumsi makanan dan kesehatan.

2. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan gambaran tentang pertumbuhan.

3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru memerlukan penjelasan secara meluas.

4. Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur.

5. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya.

6. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat badan terhadap

tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.

7. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat (Supariasa, 2002)

ALAT MENGUKUR BERAT BADAN

Penentuan berat badan dilakukan dengan cara menimbang. Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan :

1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat yang lain

2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya

3. Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg

4. Skalanya mudah dibaca

5. Cukup aman untuk menimbang anak balita Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin :

1. Dacin sudah dikenal umum sampai di pelosok pedesaan

2. Dibuat di Indonesia, bukan impor, dan mudah didapat

3. Ketelitian dan ketetapan cukup baik

Dacin yang digunakan sebaiknya minimum 20 kg dan maksimum 25 kg. Bila digunakan dacin

berkapasitas 50 kg dapat juga, tetapi hasilnya agak kasar, karena angka ketelitiannya 0,25 kg.

Jenis timbangan lain yang digunakan adalah detecto yang terdapat di Puskesmas. Timbangan kamar mandi (bath room scale) tidak dapat dipakai menimbang anak Balita, karena menggunakan per, sehingga hasilnya dapat berubah-ubah menurut kepekaan per-nya.

Alat lain yang diperlukan adalah kantong celana timbang atau kain sarung, kotak atau keranjang yang tidak membahayakan anak terjatuh pada waktu ditimbang. Diperlukan pula tali atau sejenisnya yang cukup kuat untuk menggantungkan dacin.

CARA MENIMBANG/MENGUKUR BERAT BADAN

Perikasalah dacin dengan seksama, adakah masih dalam kondisi baik atau tidak. Dacin yang baik adalah apabila bandul geser berada pada posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang. Setelah alat timbang lainnya (celana atau sarung timbang) dipasang pada dacin, lakukan peneraan yaitu cara menambah beban pada ujung tangkai dacin, misalnya plastik berisi pasir.

Dalam Buku Kader (2005), diberikan petunjuk bagaimana menimbang balita dengan menggunakan dacin. Langkah-langkah tersebut dikenal dengan penimbangan, yaitu :

1. Langkah 1

Gantungkah dacin pada : a. Dahan pohon; b. Palang rumah, atau penyangga kaki tiga

2. Langkah 2

Periksalah apakak dacin sudah tergantung kuat. Tarik batang dacin ke bawah kuat-kuat

3. Langkah 3

Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0 (nol). Batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman

4. Langkah 4

Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang yang kosong pada dacin. Ingat bandul geser pada angka 0 (nol)

5. Langkah 5

Seimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang, sarung timbang atau kotak timbangan dengan cara memasukkan pasir ke dalam kantong plastik.

6. Langkah 6

Anak ditimbang, dan seimbangkan dacin

7. Langkah 7

Tentukan berat badan anak, dengan membaca angka di ujung bandul geser

8. Langkah 8

Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas

9. langkah 9

Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam tali pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan

CARA MENIMBANG BERAT BADAN BAYI

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang bayi adalah :

1. Pakaian dibuat seminim mungkin, sepatu, baju/pakaian yang cukup tebal harus ditanggalkan

2. Kantong celana timbang tidak dapat digunakan

3. Bayi ditidurkan didalam kain sarung

4. Geserlah anak timbang sampai tercapai keadaan seimbang, kedua ujung jarum terdapat pada satu titik

5. Lihatlah angka pada skala batang dacin yang menunjukkan berar badan bayi. Catat berat badan dengan teliti sampai satu angka desimal. Misalnya 7,5 kg. MENIMBANG ANAK

Dengan cara yang sama tetapi dapat digunakan kantong celana timbang, kain sarung atau keranjang. Harus selalu diingat bahwa sebelum anak ditimbang, jarum menunjukkan skala 0 (nol) setelah ditambahkan kain sarung atau keranjang.

Kesulitan dalam menimbang :

1. Anak terlalu aktif, sehingga sulit melihat skala

2. Anak biasanya menangis (Supariasa, 2002)

BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENIMBANG BERAT BADAN ANAK

1. Pemeriksaan alat timbang

Sebelum digunakan, dacin harus diperiksa secara seksama, apakah masih dalam kondisi baik dan tidak. Dacin yang baik adalah apabila bandul geser berada pada posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi seimbang. Disamping itu keadaan bandul geser tidak longgar terhadap tangkai dacin. Untuk penelitian, peneraan alat timbang ini sangat penting untuk mendapatkank data dengan validitas yang tinggi.

2. Anak balita yang ditimbang

Balita yang akan ditimbang sebaiknya memakai pakaian seminim mungkin dan seringan mungkin. Sepatu, baju dan topi sebaiknya dilepaskan. Apabila hal ini tidak memungkinkan, maka hasil penimbangan harus dikoreksi dengan kain balita yang ikut tertimbang. Bila keadaan ini memaksa dimana anak balita tidak mau ditimbang tanpa ibunya atau orang tua yang menyertainya, maka timbangan dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan injak dengan cara pertama, timbang balita beserta ibunya. kedua, timbang ibunya saja. Ketiga, hasil timbangan dihitung dengan mengurangi berat badan ibu dan anak, dengan berat badan ibu sendiri. 3. Keamanan

Faktor keamanan penimbangan sangat perlu diperhatikan. Tidak jarang petugas di lapangan kurang memperhatikan keamanan itu. Misalnya langkah ke-2 dari 9 langkah penimbangan tidak dilakukan, maka kemungkinan dacin dan anak yang ditimbang bisa jatuh, karena dacin tidak tergantung kuat. Oleh karena itu, segala sesuatu menyangkut keamanan harus diperhatikan termasuk lantai dimana di lakukan penimbangan. Lantai tidak boleh terlalu licin, berkerikil atau bertangga. Hal itu dapat mempengaruhi keamanan, baik yang ditimbang, maupun petugas.

4. Pengetahuan dasar petugas

Untuk memperlancar proses penimbangan, petugas dianjurkan untk mengetahui berat badan secara umum pada umur-umur tertentu. Hal ini sangat penting diketahui untuk dapat memperkirakan posisi bandul geser yang mendekati skala berat pada dacin sesuai dengan umur anak yang ditimbang. Cara ini dapat menghemat waktu, jika penimbangan dilakukan dengan memindah-mindahkan bandul geser

secara tidak menentu.

PERTAMBAHAN BERAT BADAN PADA BAYI

Kurva pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukkan kenaikan berat badan sebagai berikut Kurva pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukkan kenaikan berat badan sebagai berikut : selama triwulan ke-1 kenaikan berat badan 150-250 g/minggu,selama triwulan ke-2 kenaikan berat badan 500-600 g/bulan(Nelson 2005).

Tabel: Berat Badan Normal Berdasarkan Panjang Badan Dan Jenis Kelamin

Panjang Badan (cm) Berat Badan Laki-Laki (Kg) Berat Badan Perempuan (Kg)

49,0 55,0 3,1 4,3 3,3 4,3

55,5 60,0 4,3 5,7 4,4 5,5

60,5 65, 0 5,8 7,1 5,7 7,0

65,5 70,0 7,1 8,5 7,0 8,4

70,5 75,0 8,7 9, 8 8,5 9,6

Tabel Berat Badan Normal Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin

Umur BB Laki-laki BB Perempuan

0 2500gram 2500 gram

1 3,5 3,5

2 4,2 4,0

3 5,2 5,0

4 6,2 6,0

5 7,2 7,0

6 8,2 8,0

7 9,2 8,4

8 9,4 8,6

9 9,6 8,8

10 9,8 9,0

11 10 kg 9,2 kg

12 10,2 kg 9,5 kg

Sumber : Supariasa (2002)

Umur

a. Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh dan untuk anak 0-2 tahun digunakan bulan penuh.

Contoh : tahun usia penuh.

Umur : 7 tahun 2 bulan dihitung 7 tahun

6 tahun 11 bulan dihitung 6 tahun.

3. Tinggi Badan

Cara mengukur:

a. Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar sehingga tepat 2 meter.

b. Lepaskan sepatu atau sandal.

c. Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna

d. Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus lurus menempel pada dinding.

e. Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.

4. Lingkar Lengan Atas

a. Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum dapat mendapat pengujian memadai untuk digunakan di Indonesia.

b. Kesalahan pengukuran LLA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LLA dari pada tinggi badan.

c. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan.

Cara mengukur:

Yang diukur adalah pertengahan lengan atas sebelah kiri Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian. Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkaran lengan.

5. Lingkar Kepala

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.

Alat dan tehnik pengukuran:

Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar kurang dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah, pengukuran sebaiknya dibuat mendekati 1 desimal, caranya dengan melingkarkan pita pada kepala.

6. Lingkar Dada

Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan.

Alat dan tehnik pengukuran:

Alat yang digunakan adalah pita kecil, tidak mudah patah, biasanya terbuat dari serat kaca (fiber glas). Pengukuran dilakukan pada garis puting susu. Masalah yang sering dijumpai adalah mengenai akurasi pengukuran (pembaca), karena pernapasan anak yang tidak teratur.

Rumus Antropometri pada anak : ( Soetjiningsih : 1998).

a. Berat badan

Umur 1 6 tahun = ( tahun ) x 2 + 8

b. Tinggi badan

Umur 1 tahun = 1,5 x tinggi badan lahir

Umur 2 12 tahun = umur ( tahun ) x 6 + 77

Lingkar Lengan Atas (LILA)

Lingkar Lengan Atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pada pengukuran ini adalah : (Supariasa, 2001:46-48)

a. Baku Lingkar Lengan Atas (LILA) yang sekarang digunakan belum mendapat pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan perbedaan angka prevalensi Kekurangan Energi Protein (KEP) yang cukup berarti antar penggunaan LILA di satu pihak dengan berat badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak lain, sekalipun dengan LILA

b. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat keterampilan pengukur) relatif lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, megingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih sempit pada LILA dari pada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang sama besar jauh lebih berarti pada LILA

dibandingkan dengan tinggi badan

c. Lingkar lengan atas sensitif untuk semua golongan tertentu (prasekolah) tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama orang dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan.

Alat yang digunakan merupakan suatu pita pengkur yang terbuat dari fiberglass atau jenis ukuran kertas tertentu berlapis plastik. Cara mengukurnya yaitu: (Supariasa, 2001:48)

a. Yang diukur pertengahan lengan atas sebelah kiri (tangan yang tidak aktif). Pertengahan ini dihitung jarak dari siku sampai batas lengan kemudian dibagi dua

b. Lengan dalam keadaan bergantung bebas, tidak tertutup kain atau pakaian

c. Pita dilingkarkan pada pertengahan lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkar lengan, tetapi pita jangan terlalu kuat ditarik atau terlalu longgar.

Pengukuran LILA pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) menurut Depkes RI (1994) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Wanita usia subur adalah wanita usia 15-45 tahun. Pengukuran LILA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Adapun tujuan Pengukuran LILA pada kelompok WUS tersebut adalah: (Supariasa, 2001:48-49)

a. Mengetahui risiko KEK WUS, baik ibu hamil maupun calon ibu, untuk menapis wanita yang mempunyai risiko melahirkan bayi BBLR

b. Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih berperan dalam pencegahan dan penanggulangan KEK

c. Mengembangkan gagasan baru di kalangan masyarakat dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak

d. Meningkatkan peran serta petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS yang menderita

KEK

e. Mengerahkan pelayanan kesehatan pada kelompok sasaran WUS yang menderita KEK

Ambang batas LILA dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR.

Indeks Massa Tubuh (IMT)

Masalah kelebihan dan kekurangan gizi pada orang dewasa (18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan mempertahankan berat badan ideal atau normal. (Supariasa, 2001:59)

Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT merupaka alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang. (Supariasa, 2001:60)

Rumus perhitungan IMT= Berat Badan (kg)

Tinggi badan (m) x Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Batas ambang normal laki-laki adalah 20,1-25,0 dan untuk perempuan adalah 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defisiensi energi ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO atau WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat Berat dan menggunakan batas ambang pada perempuan untuk kategori gemuk tingkat berat. (Supariasa, 2001:60)

Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5

Normal >18,5-25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0

Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0

Berat normal adalah idaman bagi setiap orang agar mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Keuntungan apabila berat badan normal adalah penampilan baik, lincah dan risiko sakit rendah. Berat badan yang kurus dan berlebihan akan menimbulkan risiko terhadap berbagai macam penyakit. (Supariasa, 2001:61)

Suyono S. dan Samsuridjal DJ. pada Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (1993) mengungkapkan tingkat risiko berbagai kategori dari IMT. Risiko penyakit jantung dengan kelompok IMT dapat dilihat pada tabel berikut: (Supariasa, 2001:61)

Tabel 2.2 Risiko Relatif Penyakit Jantung dengan Kelompok IMT

IMT 20-25 >25-30 >30-35 35-40 >40

Kelompok 0 I II III IV

Risiko Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Jumlah Sel Lemak Normal Normal Normal (Naik) Naik Naik

Kesalahan dalam Pengukuran Antropometri

Didalam suatu pengukuran perlu diketahui pengertian presisi dan akurasi. Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto (1990), memberikan pengertian mengenai presisi yaitu kemampuan mengukur subjek yang sama secara berulang-ulang dengan kesalahan minimum. Sedangkan akurasi adalah kemampuan untuk mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh. Namun, dalam pengukuran sering dijumpai berbagai kesalahan, diantara penyebabnya antara lain: (Supariasa, 2001:63-64)

a) Pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan posisi orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul, dan tumit harus menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisis sempurna. Disamping itu pula kesalahan juga terjadi apabila petugas tidak memperhatikan situasi pada saat anak diukur. Contohnya adalah anak menggunakan sandal atau sepatu.

b) Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol

c) Kesalahan pada peralatan, Tinggi badan dapat diukur dengan mikrotoa berkapasitas 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. LILA dapat diukur dengan pita LILA yang berkapasitas 33 cm dengan skala 0,1 cm.

d) Kesalahan yang disebabkan oleh Tenaga Pengukur, keslahan ini dapat terjadi karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum mendapat pelatihan yang memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran sering disebut Measurement Error.

Mengatasi Kesalahan Pengukuran Antropometri

Secara garis besar untuk mengatasi kesalahan pengukuran, baik dalam mengukur sebab maupun akibat serta dampak dari suatu tindakan, dapat dikelompokkan ebagai berikut: (Supariasa, 2001:64-65)

a) Memilih ukuran yang sesuai dengan yang diukur. Misalnya mengukur tinggi badan menggunakan Mikrotoa, dan tidak menggunakan alat ukur lain yang bukan diperuntukkan untuk mengukur tinggi badan.

b) Membuat prosedur baku pengukuran yang harus ditaati oleh seluruh pengumpul data. Petugas pengumpul data harus mengerti teknik, urutan dan langkah-langkah dalam pengumpulan data.

c) Pelatihan petugas. Pelatihan petugas harus dilakukan dengan sebaik-baiknya, baik ditinjau dari segi waktu maupun materi pelatihan. Materi pelatihan sebaiknyamenekankan pada ketelitian pembacaan dan pencatatan hasil.

d) Peneraan alat ukur secara berkala. Alat timbang dan alat lainnya harus selalu ditera dalam kurun waktu tertentu. Apabila ada alat yang rusak, sebaiknya tidak digunakan lagi.

e) Pengukuran silang antar pengamat. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan presisi dan akurasi yang baik.

f) Pengawasan dan uji petik

Penukuran tinggi badan bermaksud untuk menjadikanya sebagai bahan menentukan status gizi.Status gizi yang ditentukan dengan tinggi badan tergolong untuk mengukur pertumbuhan linier. Pertumbuhan linier adalah pertumbuhan tulang rangka, terutama rangka extrimitas (tungai dna lengan). Untuk tinggi badan peranan tungkai yang dominan.

Pengukuran tinggu badan orang dewasa, atau yang sudah bisa berdiri digunakan alat microtoise (baca: mikrotoa) dengan skala maksimal 2 meter dengan ketelitian 0,1 cm. Apabila tidak tersedia mikrotoise dapat digunakan pita fibreglas (pita tukang jahit pakaian) dengan bantuan papan data dan tegak lurus dengan lantai. Pengukuran dengan pita fibreglass seperti ini harus menggukan alat bantu siku-siku. Persyaratan tempat pemasangan alat adalah didinding harus datar dan rata dan tegak lurus dengan lantai. Dinding yang memiliki banduk di bagian bawah (bisanya pada lantai keramik) tidak bisa digunakan. Hal yang harus diperhatikan saat pemasangan mikrotoise adalah saat sudah terpasang dan direntang maksimal ke lantai harus terbaca pada skala 0 cm.

Cara Pengukuran :
Berdiri membelakangi dinding dimana microtoie terpasang dengan posisi siap santai (bukan siap miiter), tangan disamping badan terkulai lemas, tumit, betis, pantat, tulang belikat dan kepala menempeldi dinding. Pandangan lurus ke depan. Sebagai pegukur harus diperiksa ketentuan ini sebelum membaca hasil pengukuran. Tarik microtiose ke bawah sampai menempel ke kepala. Bagi terukur yang berjilbab agak sedikit ditekan agar pengaruh jilbab bisa diminimalisir. Untuk terukur yang memakai sanggul harus ditanggalkan lebih dahulu atau digeser ke bagia kiri kepala. Saat pengkuran, sandal, dan topi harus dilepas. Baca hasil ukur pada posisi tegak lurus dengan mata (sudut pandang mata dan skala microtoise harus sudut 90 derajat). Pada gambar di atas, apabila terukur lebuh tinggi dai Pengukur, maka pengukur harus menggunakan alat peningi agar posisi baca tegak lurus. Bacaan pada ketelitian 0,1 cm, artinya apabilatinggi terukur 160 cm, harus ditulis 160,0 cm (koma nol harus ditulis).
http://pklgizi.wordpress.com/2008/08/10/pengukuran-tinggi-badan/

You might also like