You are on page 1of 19

HERPES ZOSTER Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit

dan mukosa, infeksi ini merupakan reaktifasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Virus ini berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan ganglion kranialis. Saat virus ini mendapatkan stimulus, maka terjadilah reaktivasi dan menyebabkan herpes zoster. Keadaan ini lebih sering terjadi pada orang-orang dengan imunosupresi.

Etiologi Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varicella zoster yang laten di dalam ganglion posterior atau ganglion intrakranial. Virus dibawa melalui sternus sensory ke tepi ganglia spinal atau ganglia trigeminal kemudian menjadi laten. Varicella zoster, yaitu suatu virus rantai ganda DNA anggota famili virus herpes yang tergolong virus neuropatik atau neurodermatotropik. Reaktivasi virus varicella zoster dipicu oleh berbagai macam rangsangan seperti pembedahan, penyinaran, penderita lanjut usia, dan keadaan tubuh yang lemah meliputi malnutrisi, seorang yang sedang dalam pengobatan imunosupresan jangka panjang, atau menderita penyakit sistemik. Apabila terdapat rangsangan tersebut, virus varicella zoster aktif kembali dan terjadi ganglionitis. Virus tersebut bergerak melewati saraf sensorik menuju ujung-ujung saraf pada kulit atau mukosa mulut dan mengadakan replikasi setempat dengan membentuk sekumpulan vesikel

PATOGENESIS Masa inkubasi varicela 10-21 hari pada anak imunokompeten (ratarata 14-17 hari) dan pada anak yang imunokompromais biasnya lebih singkat

yaitu kurang dari 24 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia dengan cara inhalasi dan sekrsi pernafasan (droplet infection) ataupun kontak lansung dengan lesi kulit. droplet infection ddapat terjadi 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi di kulit. VZV masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran pernafasan bagian atas, orofaring ataupun conjunctiva. siklus replikasi virus pertama terjadi pada hari ke 2-4 yang berlokasi pada lymph nodes regional kemudian diikuti penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan kelenjar limfe, yang mengakibatkan terjadinya viremia primer (biasanya terjadi pada hari ke 4-6 setelah infeksi pertama). pada sebagian besar penderita yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat mengalahkan mekanisme perahanan tubuh yang belum matang sehingga akan berlanjut dengan siklus replikasi virus ke dua yang terjadi di hepar dan limfa , yang mengakibatkan terjadinya viremia sekunder. pada fase ini, partikel virus akan menyebar ke seluruh tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-16, yang mengakibatkan timbulnya lesi di kulit yang khas. Seorang anak yang menderita varicella akan dapat menularkan kepada yang lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbulnya lesi. Pada herpes zoster, patogenesisnya belum seluruhnya diketaui. Selama terjadinya varicella, vzv berpindah temoat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung syaraf sensoris dan ditransprtasikan secara centripetal melalui serabut syaraf ke ganglion sensoris. Pada ganglion tersebut terjadi infeksi laten (dorman) dimana virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius apabila terjadi reaktivasi virus. reaktivasi virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan yang menurunkan imunitas seluler seperti pada penderita karsinoma, penderita yang mendapat pengobatan immunosuppressive termasuk kortikosteroid dan pada orang penerima organ tlansplantasi. Pada saat terjadi reaktivasi, virus akan kembali bermulktiplikasi sehingga terjadi reaksi radang dan merusak ganglion sensoris. kemudian virus akan menyebar ke sumsum tulang serta batang otak dan melalui syaraf sensoris akan sampai ke kulit dan kemudian akan timbul gejala klinis.

Gambaran Klinis Lesi-lesi intraoral adalah vesikuler dan ulseratif dengan tepi meradang dan merah sekali. Perdarahan adalah biasa. Bibir, lidah, dan mukosa pipi dapat terkena lesi ulseratif unilateral jika mengenai cabang mandibuler dari saraf trigeminus. Keterlibatan divisi dua dari saraf trigeminus secara khas akan menyebabkan ulserasi palatum unilateral yang meluas ke atas, tetapi tidak keluar dari raphe palatum. Malaise, demam, dan penderitaan yang cukup berat dapat menyertai herpes zoster. Pasien sering kali datang dengan sakit hebat 1 sampai 2 hari sebelum vesikelvesikel virusnya timbul.

1. Dapat menyerang pria dan wanita tapi biasanya pada orang dewasa, kadangkadaang pada anak-anak. 2. Daerah tersering adalah torakal Selain mengenai N. Spinalis, juga dapat menyerang ganglion Gasseri dan Geniculatum. Neuralgia dapat beberapa hari sebelum kelainan kulit atau bersama-sama, kadang-kadang didahului oleh demam. 3. Kelainan kulit mula-mula berbentuk eritema yang kemudian menjadi papel yang akan bersatu membentuk bulae. Isi vesikel mula-mula jernih dan translusen, setelah beberapa hari menjadi keruh. Bila bercampur darah disebut : herpes zoster. 4. Bila terjadi absorbs, vesikel menjadi krusta yang berwarna coklat yangkemudian rontok dalam beberapa hari dengan meninggalkan macula yang berangsur-angsur akan menghilang. Bila tidak terjadi absorbs tetapi vsikel pecah, maka infeksi ekunder mudah terjadi yang

menyebabkan ulsera atau nekrosis dan menyembuh dengan sikatriks yang dalam. Bila herpes zoster hanya pada stadium papel, disebut herpes abortif. 5. Herpes zoster biasanya disertai dengan pembesaran kelenjar, limfe regional. Pada herpes zoster torakal dan di lengan, kelenjar limfe aksila besar. Jika menyerang perut bawah dan tungkai akan

menyebabkan pembesaran kelenjar inguinal. Dan jika menyerang muka maka kelenjar pre aurikuler membesar. 6. Neuralgia hebat pada orang tua. Neuralgia pos herpetic dapat terasa beberapa minggu-bulan setelah erupsi hilang. Kadang-kadang terjadi paralisis, yang sering adalah paralisis fasialis. Herpes zoster supra orbitalis dapat disertai paralisis otot intrinsic dan ekstrinsik mata. Pengobatan Herpes zoster biasanya sembuh sendiri setelah beberapa minggu. Biasanya pengobatan hanya diperlukan untuk meredakan nyeri dan mengeringkan inflamasi. 1. Pereda nyeri. Salah satu masalah terbesar herpes zoster adalah rasa

nyeri. Nyeri ini kadang-kadang sangat keras. Parasetamol dapat digunakan untuk meredakan sakit. Jika tidak cukup membantu, silakan tanyakan kepada dokter Anda untuk meresepkan analgesik yang lebih kuat. 2. Antivirus. Dalam beberapa kasus, obat antivirus seperti asiklovir,

famsiklovir, dan valaciclovir mungkin diberikan. Obat-obat tersebut tidak membunuh virus tapi menghambat perkembangbiakan virus. Dengan demikian, tingkat keparahan serangan herpes zoster dapat diminimalkan. Obat antivirus paling berguna pada tahap awal ruam (dalam 3 hari setelah ruam muncul). Namun, dalam beberapa kasus dokter mungkin tetap memberikan obat antivirus bahkan setelah 3 hari perkembangan ruam, terutama pada orang tua dengan herpes zoster parah, atau jika mempengaruhi mata. Obat antivirus tidak disarankan untuk semua pasien. Misalnya, remaja dan anak-anak yang terkena herpes zoster di perut seringkali hanya memiliki gejala ringan dan berisiko rendah terkena neuralgia pasca herpes. Dalam situasi ini obat antivirus tidak diperlukan.

3.

Steroid. Steroid membantu mengurangi peradangan dan mempercepat

penyembuhan lepuhan. Namun, penggunaan steroid untuk herpes zoster masih kontroversial. Steroid juga tidak mencegah neuralgia pasca herpes.

Diagnosa Frekuensi penyakit ini pada pria dan wanita sama, dan lebih sering pada orang dewasa. Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala prodomal, baik sistemik (demam, pusing, malese), maupun gejala prodomal local (nyeri otot-tulang, gatal, pegal). Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok dengan dasar kulit yang erimatosa dan edema. Vesikel ini berisi cairan yang jernih, kemudian menjadi warna keruh, lalu dapat menjadi pustule dan krusta. Masa tunasnya 7-12 hari. Pada masa aktif penyakit ini, timbul lesilesi baru yang kirra-kira berlangsung selama seminggu. Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persarafan. Pada susunan saraf tepi, jarang timbul kelainan motorik. Kelainan pada wajah sering disebabkan karena gangguan pada saraf trigeminus atau saraf fasialis. Postherpetic neuralgia adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakitnya sembuh. Nyeri ini dapat berlangsung selama beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Kecenderungan ini terjadi pada pasien yang terkena herpes zoster di atas usia 40 tahun.

MUMPS Mumps virus adalah ssRNA virus yang termasuk dalam genus Rubulavirus. Virus ini merupakan virus yang memiliki amplop dan pada sepanjang permukaannya terdapat tonjolan-tonjolan yang terlihat menyerupai paku-paku yang besar. Penyakit akibat infeksi dari mumps virus adalah penyakit gondongan, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut mumps. Virus ini akan menyerang kelenjar air liur ( kelenjar parotid). Umumnya penderita mumps adalah anak-anak usia 5 sampai 15 tahun. Cara penularan mumps adalah melalui droplet ludah atau kontak langsung dengan bahan yang

terkontaminasi oleh ludah yang terinfeksi. Komplikasi gondongan terjadi satu minggu setelah gejala penyakit ini muncul. Meningitis, orchitis, pankreasitis, oophoritis, dan keguguran merupakan komplikasi dari mumps. Gejala yang paling umum apabila seseorang terinfeksi mumps virus adalah pembengkakan pada kelenjar parotid, panas tinggi, dan sakit pada saat menelan. Perawatan dapat dilakukan dengan cara memberi Paracetamol atau Acetaminophen pada anak yang menderita gejala demam. Penyakit gondongan atau mumps dapat dicegah dengan cara imunisasi. Nama imunisasi untuk mencegah infeksi mumps virus adalah MMR ( untuk pertahanan terhadap Measles, Mumps, dan Rubella).

Klasifikasi Group : V (-) ssRNA Ordo : Mononegavirales Famili : Paramyxoviridae Genus : Rubulavirus Spesies : Mumps Virus

Etiologi Gondong disebabkan oleh virus Mumps yang menyerang kelenjar-kelanjar air liur di mulut, utamanya menyerang kelenjar-kelenjar parotis yang terletak pada tiap-tiap sisi wajah bawah dan di depan telinga. Masa inkubasinya sekitar dua minggu. Artinya ketika seseorang sehat tertular (kontak) dengan penderita gondong, baru pada dua minggu kemudian penyakit itu muncul/terjadi.

PATOGENESIS Sesudah masuk dan mulai pembelahan dalam sel saluran pernafasan, virus dibawa darah ke banyak jaringan, diantaranya ke kelenjar ludah dan kelenjar lain yang paling rentan. Masa inkubasi berkisar dari 14-24 hari, dengan puncak pada 17-18 hari. Pada anak, manifestasi prodromal jarang tetapi mungkin nampak bersama dengan demam, nyeri otot (terutama leher), nyeri kepala dan malaise. Mulainya biasa ditandai dengan nyeri dan pembengkakan pada satu atau kedua kelenjar parotis. Pembengkakan parotis

khas; mula-mula mengisi rongga antara tepi posterior mandibula dan mastoid dan kemudian meluas dalam deretan yang melengkung ke bawah dan ke depan, diatas dibatasi ole zigoma. Edema kulit dan jaringan lunak biasanya meluas lebih lanjut dan mengaburkan batas pembengkakan kelenjar, sehingga pembengkakan lebih mudah disadari dengan pandangan daripada dengan palpasi. Pembengkakan dapat maju dengan sangat cepatnya, mencapai maksimum dalam beberapa jam, walaupun biasanya berpuncak pada 1-3 hari. Pembengkakan jaringan mendorong lobus telinga ke atas dan ke luar, dan sudut mandibula tidak lagi dapat dilihat. Pembengkakan perlahan-lahan menghilang dalam 3-7 hari tetapi kadang-kadang berakhir lebih lama. Satu kelenjar parotis biasanya membengkak sehari atau dua hari sebelum yang lain, tetapi lazim pembengkakan terbatas pada satu kelenjar. Daerah pembengkakan lunak dan nyeri, nyeri diperoleh terutama oleh cairan rasa asam seperti jus lemon atau cuka. Kemerahan dan pembengkakan sekitar lubang saluran Stensen adalah biasa. Edema faring dan palatum molle homolateral menyertai pembengkakan parotis dan memindah tonsil ke medial; edema akut laring telah juga diuraikan. Edema diatas manubrium dan dinding dada sebelah atas mungkin dapat terjadi karena penyumbatan limfatik. Pembengkakan parotis biasanya disertai dengan demam sedang; suhu normal lazim(20%), tetapi suhu 40C atau lebih jarang. Walaupun hanya kelenjar parotis yang terkena pada sebagian besar penderita, pembengkakan kelenjar submandibula sering terjadi dan biasanya menyertai atau dekat pasca pembengkakan kelenjar parotis. Pada 10-15% penderita hanya kelenjar-kelenjar submandibuler yang mungkin membengkak. Sedikit nyeri disertai dengan infeksi mandibula, tetapi pembengkakan mengurang lebih lambat daripada pembengkakan parotis. Kemerahan dan pembengkakan pada lubang saluran Wharton sering kali menyertai pembengkakan kelenjar. Kelenjar sublingual paling kurang sering terinfeksi, biasanya secara bilateral; pembengkakan jelas pada daerah submental dan pada dasar mulut. Ruam eritema makulopapuler, paling mencolok pada badan, terjadi kurang sering; jarang berupa urtikaria.

Morfologi Merupakan virus yang beramplop dan memiliki suatu nukleokapsid/ kapsid. Kapsid ditutupi oleh amplop. Berdiameter 150-300 nm dan panjang 1000-10000 nm. Permukaannya tertutupi oleh tonjolan-tonjolan yang terlihat menyerupai paku-paku yang besar. Kapsidnya berfilamen dan memiliki panjang 600-1000 nm dan lebar 18 nm.

Penyakit yang ditimbulkan Penyakit yang timbul sebagai akibat dari infeksi mumps virus adalah penyakit gondongan, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut mumps. Virus ini akan menyerang kelenjar air liur ( kelenjar parotid). Kelenjar ini terletak di daerah telinga. Penyakit mumps lebih sering ditemukan pada anak-anak yang berusia 5 sampai 15 tahun ( ada juga sumber yang menyebutkan anak usia 2 hingga 12 tahun ), namun demikian penyakit ini dapat menyerang berbagai macam usia. Masa inkubasi dari penyakit mumps ini adalah antara 14-21 hari (rata-rata 18 hari). Penyakit mumps jarang sekali dijumpai dapat menyebabkan kematian.

Komplikasi gondongan terjadi satu minggu setelah gejala penyakit ini muncul. Berikut adalah penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat komplikasi dari penyakit gondongan: 1. Orchitis (pembengkakan testis) dapat terjadi pada 1020% penderita laki-laki, tetapi sterilitas jarang terjadi 2. Inflamasi otak ( jarang terjadi ) 3. Pankreakitis ( kerusakan pada kelenjar pancreas di dalam perut). Resiko terkena adalah 1 per 30 penderita mumps. 4. Keguguran

5. Kehilangan pendengaran ( hanya terjadi pada salah satu telinga saja, dan biasanya hanya bersifat sementara). 6. Pada saat dewasa, mumps cenderung menginfeksi ovarium, menyebabkan oophoritis 7. Encephalitis (sangat jarang, bila terjadi fatal)

Gejala Gejalagejala yang ditimbulkan akibat terinfeksi mumps virus adalah sebagai berikut : - Terjadi pembengkakan pada kelenjar air liur. Pembengkakan dapat terjadi pada salah satu kelenjar, atau kedua kelenjar sekaligus. Kelenjar yang membengkak akan menyulitkan penderita untuk membuka mulut, bercakap, makan, dan minum. - Demam yang tinggi - Sakit kepala - Sakit perut - Menggigil - Muntah - Tengkuk terasa tegang - Susah menelan

Penyakit gondongan / mumps dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui droplet ludah atau kontak langsung dengan bahan yang terkontaminasi oleh ludah yang terinfeksi. Orang yang sudah pernah terinfeksi mumps virus tidak akan terinfeksi untuk kedua kalinya. Hal ini karena mumps virus hanya memilliki satu jenis antigen virus yang dapat menyerang korbannya.

Treatment / Perawatan Tidak ada perawatan spesifik yang dapat dilakukan untuk penyakit gondongan atau mumps ini. Antibiotik juga tidak berperan banyak karena penyakit ini dikibatkan oleh infeksi virus. Perawatan dapat dilakukan dengan cara memberi Paracetamol atau Acetaminophen pada anak yang menderita gejala demam ( tidak diberikan Aspirin, karena ditakutkan dapat menyebabkan meningkatnya gejala Reyes Syndrome pada anakanak). Selain itu penderita juga dianjurkan untuk istirahat yang cukup, minum air

putih yang banyak, makan makanan yang lunak, dan berkumur menggunakan obat kumur. Makanan yang bersifat asam dan jus buah harus dihindari, karena jus buah dapat menstimulasi kelenjar parotid untuk menghasilkan lebih banyak air liur yang dapat menyebabkan bertambahnya rasa sakit. Bengkak pada kelenjar parotid hanya akan berlangsung selama 2-3 hari, tetapi akan surut setelah itu dan suhu badan akan yang tinggi juga akan turun.

Pencegahan Penyakit gondongan atau mumps dapat dicegah dengan cara imunisasi. Imunisasi pertama dilakukan pada anak yang berumur satu tahun dan imunisasi yang kedua diberikan pada saat anak berumur 3 atau 5 tahun. Vaksin ini berlaku sepanjang usia. Imunisasi ini dinamakan MMR ( untuk pertahanan terhadap Measles, Mumps, dan Rubella).

INFEKSI HIV HIV pertama kali ditemukan oleh sekelompok peneliti yang dikepalai oleh Luc Montagnier pada tahun 1983, merupakan virus RNA diploid berserat tunggal (single stranded) berdiameter 100-120nm. HIV memiliki enzim reverse transcriptase, yang mampu mengubah RNA menjadi DNA pada sel yang terinfeksi, kemudian berintegrasi dengan DNA sel pejamu dan selanjutnya dapat berproses untuk replikasi virus.

ETIOLOGI Penyebab AIDS adalah virus HIV (Human immunodeficiency virus) yang merupakan suatu retrovirus yang termasuk famili lentivirus. Jenis retrovirus memiliki kemampuan untuk menggunakan RNAnya dan DNA sel induk untuk membuat DNA virus baru dan terkenal pula karena masa inkubasi yang lama. Seperti retrovirus lain, HIV menginfeksi tubuh, memiliki masa inkubasi yang lama (masa laten klinis) dan pada akhirnya menimbulkan tanda dan gejala AIDS. HIV menyebakan kerusakan parah pada sistem imun dan menghancurkannya. Ini dilakukan dengan menggunakan DNA limfosit CD4+ untuk bereplikasi. Proses inilah yang menghancurkan limfosit CD4+.

Human immunodeficiency virus (HIV) dibentuk oleh sebuah pusat atau inti silindris

yang dikelilingi amplop lipid berbentuk bulat. Inti bagian tengah dari bulatan ini terdiri atas dua rangakaian asam ribonukleat (RNA). Seperti pada definisi yang telah dijelaskan di atas, pada penderita AIDS akan terjadi kemunduran sistem imun sehingga tubuh tidak mampu untuk mengatasi berbagai macam infeksi sehingga berbagai penyakit akan lebih mudah timbul dan lebih berat bila dibandingan dengan seseorang yang tidak menderita HIV atau AIDS.

Manifestasi oral dari penderita AIDS dapat disebabkan oleh infeksi jamur dari spesies Candida (seperti pada candidiasis oral), virus (pada herpes simpleks dan herpes zoster), bahkan iritasi berulang, merokok, komsumsi alkohol yang berlebihan seperti pada leukoplakia.

Sistem imun manusia sangat kompleks, kerusakan pada salah satu komponen sistem imun akan mempengaruhi sistem imun secara keseluruhan. HIV menginfeksi sel T helper yang memiliki reseptor CD4 di permukaannya, makrofag, sel dendritik, organ limfoid. Fungsi penting sel T helper antara lain menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai stimulasi pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain dalam sistem imun dan pembentukan antibodi, sehingga penurunan sel T CD4 menurunkan imunitas dan menyebabkan penderita mudah terinfeksi. Walaupun perjalanan infeksi HIV bervariasi pada setiap individu, telah dikenal suatu pola umum perjalanan infeksi HIV. Periode sindrom HIV akut berkembang sekitar 3-6 minggu setelah terinfeksi, dihubungkan dengan muatan virus yang tinggi diikuti berkembangnya respon selular dan hormonal terhadap virus. Setelah itu penderita HIV mengalami periode klinis laten (asimptomatis) yang bertahan selama bertahun-tahun, dimana terjadi penurunan sel T CD4 yang 4 progresif dalam jaringan limfoid. Kemudian diikuti gejala konstitusional serta tanda-tanda infeksi oportunistik atau neoplasma yang memasuki periode AIDS.

Pathogenesis Virus HIV masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara, antara lain: (1) melalui cairan darah, (2) cairan sperma dan cairan vagina, dan (3) Air Susu Ibu. Setelah virus HIV masuk ke dalam tubuh, timbul infeksi primer yang menunjukkan waktu HIV pertama kali memasuki tubuh. Saat infeksi HIV primer, dalam darah seseorang tampak viral load

yang sangat tinggi dan berarti ada banyak sekali virus dalam darah. Jumlah kopi virus per milliliter dalam plasma atau darah dapat melebihi 1,000,000. Orang dewasa yang baru terinfeksi akan mengalaim sindrom retroviral akut. Tanda dan gejalanya termasuk demam, mialgia atau nyeri otot, sakit kepala, mual, muntah, diare, keringat malam, berat badan turun serta timbul ruam. Tanda dan gejala ini umumnya terjadi dua sampai empat minggu setelah infeksi, mereda setelah beberapa hari, dan sering terdiagnosa sebagai influenza atau mononukleosis infeksiosa. Selama infeksi primer, jumlah limfosit CD4+ dalam darah turun secara nyata. Virus akan menargetkan limfosit CD4+ dalam KGB dan timus selama masa ini, membuat seseorang terinfeksi HIV rentan terhadap infeksi oportunistik serta membatasi kemampuan produksi limfosit T di timus. Tes antibodi HIV dengan menggunakan enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA) atau enzyme immunoassay (EIA) akan menunjukkan hasil positif. Patogenesis infeksi HIV pada anak berbeda dengan orang dewasa, ditandai lebih tingginya kadar muatan virus, progresi penyakit lebih cepat. Manifestasi yang berbeda mungkin berhubungan dengan sistem imun yang belum matang (imature), mengakibatkan berubahnya respon pejamu terhadap infeksi HIV. Perkembangan infeksi HIV pada bayi dan anak tidak dapat ditentukan dengan pasti, sekitar 15-20% mempunyai perjalanan penyakit yang cepat dengan AIDS dan kematian di dalam 4 (empat) tahun pertama.

MANIFESTASI ORAL

1. Candidiasis Candida adalah jamur flora normal yg terletak di mukosa rongga mulut yang akan berubah menjadi patogen apabila sistem kekebalan tubuh host menurun, pada penderita yang sedang menjalani terapi

immunosuppressive. Infeksi candidiasis didominasi oleh Candida albicans.

Candidiasis merupakan lesi di dalam mulut karena infeksi HIV dan dijumpai 90 % pada penderita AIDS. Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit pada rongga mulut berupa lesi merah dan lesi putih yang disebabkan oleh jamur jenis Kandida sp, dimana Kandida albikan merupakan jenis jamur yang menjadi penyebab utama. Kandidiasis oral pertama sekali dikenalkan oleh Hipocrates pada tahun 377 SM, yang melaporkan adanya lesi oral yang kemungkinan disebabkan oleh genus Kandida.11 Terdapat 150 jenis jamur dalam famili Deutromycetes, dan tujuh diantaranya ( C. albicans, C. tropicalis, C. parapsilosi, C. krusei, C. kefyr, C. glabrata, dan C. guilliermondii ) dapat menjadi patogen, dan C. albican merupakan jamur terbanyak yang terisolasi dari tubuh manusia sebagai flora normal dan penyebab infeksi oportunistik. Terdapat sekitar 30-40% Kandida albikan pada rongga mulut orang dewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% pada pasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasien leukemia akut yang menjalani kemoterapi, dan 95% pada pasien HIV/AIDS.

Kandidiasis oral dapat menyerang semua umur, baik pria maupun wanita. Meningkatnya prevalensi infeksi Kandida albikan ini dihubungkan dengan kelompok penderita HIV/AIDS, penderita yang menjalani

transplantasi dan kemoterapi maligna. Odds dkk. ( 1990 ) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa dari 6.545 penderita HIV/AIDS, sekitar 44.8% adalah penderita kandidiasis.

2. Oral Hairy Leukoplakia

Oral Hairy Leukoplakia (OHL) adalah suatu bercak putih, permukaannya kasar, bervariasi mulai dari lapisan vertikal sampai plak keriput. Saat mulut dalam keadaan kering akan tampak berbulu hairy. Lesi ini biasanya bilateral pada bagian ventrolateral lidah atau menyerang pada permukaan dorsal lidah, mukosa bukal, dasar mulut, area retromolar, dan palatum molle. Karakteristik yang paling khas adalah proyeksi seperti-jari yang tersebar dari dasar lesi. OHL adalah lesi mulut yang merupakan indikator dari infeksi HIV stadium lanjut dan merupakan tanda patognomotik dari AIDS. OHL ini dapat dijumpai pada semua penderita dari berbagai golongan resiko. Secara klinis OHL tampak sebagai lesi putih, tidak dapat dilepas, terutama mengenai sisi lateral dan ventral lidah, namun terkadang mengenai permukaan mukosa lainnya. Bentuk lesi yang seperti rambut disebabkan karena hiperplasia epitel yang padat dan dapat mempunyai panjang sekitar 1 cm. Infeksi ini dapat ditumpangi oleh jamur kandida dan biasanya asimtomatik.

3. Sarkoma Kaposi

Sarkoma

Kaposi

adalah

neoplasma

di jaringan ikat dan seringkali terkait dengan AIDS. Sarkoma Kaposi disebabkan oleh virus yang dulu bernama KS-herpes virus, tapi sekarang bernama Human Herpes Virus-8 (HHV-8). Transmisi melalui kontak sesksual, melalui ibu kepada anaknya. Pada tahap awal, Sarkoma Kaposi berupa makula berwarna merah-keunguan pada mukosa mulut, tidak sakit,tidak memucat saat dipalpasi. Lesi ini berkembang menjadi nodul dan membingungkan antara kelainan pada mulut yang berhubungan dengan vaskularisasi seperti hemangioma, hematoma, varicosity, dan pyogenic granuloma (jika terjadi pada gingiva). Lesi ini muncul pada mukosa rongga mulut terutama pada mukosa palatal dan gingival. Dalam infeksi HIV, lesi ini lebih sering ditemukan pada pria. Kaposis Sarcoma ditemukan pada penderita HIV.

4. Penyakit Periodontal Besar hubungan antara penyakit periodontal dengan gigi pada penderita HIV. Terdapat bukti menunjukkan bahwa penyakit HIV biasanya terjadi pada penggunaan jarum suntik intravena (IV). Hal ini berhubungan dengan buruknya kebersihan mulut dan kurangnya perhatian pada kesehatan rongga mulut sehingga memicu.

Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa dijumpai yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan, dengan tanda klinis gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah. Gingivitis yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung gigi atau disebut periodontitis. Sejalan dengan waktu, bakteri dalam plak gigi akan menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku (poket) yang akan bertambah dalam sehingga makin banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak. Bila penyakit ini berlanjut terus dan tidak segera dirawat maka lama kelamaan gigi akan longgar dan lepas dengan sendirinya. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi yang tinggi di Indonesia. Bahkan di Amerika dan Jepang, perhatian dokter gigi mulai beralih lebih kepada penegakan diagnosis penyakit periodontal daripada karies.

5. Necrotizing Ulcerative Periodontitis (NUP)

Nekrosis, ulserasi, merupakan bentuk dari periodontitis yang tumbuh cepat secara progresif pada penderita HIV. NUP dapat digambarkan sebagai pemanjangan proses dari NUG dimana dalam keadaan ini terjadi lepasnya tulang alveolar, kehilangan perlekatan jaringan periodontal. Ciri-ciri NUP: nekrosis jaringan lunak, destruksi jaringan

periodontal, dan lepasnya jaringan tulang interproksimal. Pada individu imunokompeten, kerusakan jaringan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terjadi, namun hanya terjadi dalam beberapa bulan pada penderita yang terinfeksi HIV , jika tidak dilakukan perawatan yang tepat. Kehilangan tulang secara cepat ini juga cenderung terjadi pada individu berusia muda. Penderita kadang-kadang langsung mengalami lesi nekrosis, tidak ada rasa nyeri, terdapat lubang dalam yang sulit dibersihkan, yang merupakan tanda terjadinya periodontitis konvensional. Terdapat pembentukan poket karena hilangnya jaringan lunak ataupunjaringan keras. Destruksi jaringan dapat meluas sampai ke muco-gingival junction PENATALAKSANAAN

Sampai saat ini penyakit AIDS selalu berakhir dengan kematian, obat yang terbukti dapat memperlambat laju penyakit adalah zidovudin (ZDN). Dosis yang diberikan adalah 500 600 mg/hari, pemberian 100 mg/4jam. Didanosin (DDI) digunakan bila penderita tidak toleran terhadap ZDN atau sebagai pengganti bila ZDV sudah amat lama digunakan, atau bila pengobatan dengan ZDV tidak menunjukkan hasil. Dosis 2 x 100 mg/12 jam (BB 60 kg). Pada keadaan yang lanjut dengan infeaksi oportunistik yang berat, obat yang dapat diberikan adalah ZDV dengan dosis awal 1000 mg/hari dalam 4 5 kali pemberian (BB: 70 kg). Semua infeksi oportunistik pada penderita AIDS umumnya dapat diobati terutama bila pengobatan dilakukan sedini-dininya. 1. Candidiasis Oral Kebanyakan obat antijamur yang diberikan pada penderita candidiasis oral tidak memberikan hasil yang memuaskan, karena pasien mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh akibat limfosit T CD 4+ yang rendah. Tetapi ada beberapa obat-obat antijamur yang masih dapat berguna, antara lain: Fluconazole, itraconazole, clotrimazole, suspensi nystatin, dan suspensi amphotericin B (amphotericin B diberikan secara intravena pada kasus yang berat).

2. Oral hairy leukoplakia. Pada dasarnya tidak memerlukan perawatan, sebab jarang

menimbulkan permasalahan medis. Pada beberapa kasus keluhan akan berkurang dan hilang dengan pemberian acyclovir (zovirax) dosis tinggi sebagai anti virus (anti-EBV), tetapi pada umumnya lesi-lesi tersebut akan muncul kembali setelah terapi dihentikan. Berdasarkan penelitian, pemberian vitamin E akan memberikan perbaikan dan mengurangi lesi. Tindakan pembedahan mungkin dapat dilakukan dengan metode pembekuan.

3. Ulkus aphthous. Pemberian obat anestesi secara topikal dapat mengurangi rasa sakit dan nyeri dengan segera. 4. Herpes simpleks dan herpes zoster. Pengobatan dengan antivirus seperti: acyclovir, famciclovir, atau valacyclovir pada kasus yang sering kambuh.

REFERENSI
ORAL MANIFESTATIONS RELATED TO IMMUNOSUPPRESSION DEGREE IN HIVPOSITIVE CHILDREN AND MANAGEMENT (A Literature Review) Irna Sufiawati *, Febrina Rahmayanti Priananto** Oral Medicine Departement, Faculty of Dentistry, University of Indonesia

VARICELLA DAN HERPES ZOSTER. dr. Ramona Dumasari Lubis, SpKK. DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIS. FAKULTAS KEDOTERAN USU. 2009

You might also like