Professional Documents
Culture Documents
Latar belakang
UU No.7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, Pasal 16 (b) dan Pasal 23 (1)
menyebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten / Kota memiliki kewenangan dan tanggung
jawab dalam hal pengelolaan sumber daya air dan pengelolaan kualitas air serta
pengendalian pencemaran air di wilayahnya. Untuk merealisasikannya maka pengelolaan
kualitas air harus dapat melibatkan semua komponen masyarakat, sehingga dapat
diperoleh hasil yang optimal. Dengan demikian kualitas air yang ada di Kabupaten /
Kota yang bersangkutan akan selalu sesuai dengan harapan penggunaanya.
Penggunaan air (badan air) sesuai peruntukannya menurut PP No.82 Tahun 2001
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, Pasal 8 adalah
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Kelas satu, adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
2. Kelas dua, adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
3. Kelas tiga, adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan
ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
4. Kelas empat, adalah air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
*) Makalah ini disajikan dalam rangka Pelatihan Fasilitasi Teknologi Ramah Lingkungan,
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banyumas, Tanggal 6 - 7 September 2006.
**) Lektor pada Jurusan Kesehatan Lingkungan Purwokerto, Politeknik Kesehatan Semarang.
Tabel : Produksi air tawar distilator tenaga surya pada berbagai penelitian
NO PENELITIAN PRODUKSI AIR TAWAR
3. Oksidasi dan/ atau reduksi, misalnya diterapkan untuk krom heksavalen (Cr6+),
sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3 ], terlebih dahulu direduksi
menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5 ).
Penghilangan bahan organik beracun pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan
mengoksidasinya dengan klor (Cl ), kalsium permanganat, aerasi, ozon, hidrogen
peroksida.
Oksidasi tidak hanya dilakukan dengan bahan oksidator kimia seperti klor (Cl),
kalsium permanganat, aerasi, hidrogen peroksida, tetapi bisa menggunakan udara
yang dikontakkan dengan air limbah (aerasi), atau menggunakan cara elektrolisis
(electro coagulation), ozonisasi, sinar ultra violet, teknologi plasma. Ozonisasi, ultra
violet dan teknologi plasma dewasa ini juga telah berkembang pesat, sehingga sangat
potensial untuk dimanfaatkan dalam upaya pengelolaan kualitas air.
4. Adsorbsi dimaksudkan untuk menjerap senyawa-senyawa tertentu. Misalnya
penggunaan karbon aktif, dilakukan untuk menghilangkan senyawa aromatik
(misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk
menggunakan kembali air limbah tersebut. Disamping menggunakan karbon aktif,
adsorbsi bisa juga menggunakan alumina aktif.
Air limbah yang mengandung pencemar organik biodegradable (bisa diurai oleh
jasad renik) sangat tepat apabila diolah dengan cara biologi. Pengolahan secara biologi
memiliki kelebihan yakni murah dan efisien. Kendatipun yang diolah oleh jasad renik
hanyalah bahan organik biodegradable, tetapi ternyata bahan-bahan non biodegradable
dan bahan non organik seperti logam berat juga bisa terkurangi bahkan hilang bila
konsentrasi tidak terlalu tinggi.
Berkurangnya konsentrasi bahan non organik dalam air limbah yang diproses
dengan cara biologi, adalah melalui mekanisme terjerap oleh flok (gumpalan) yang
terbentuk oleh pertumbuhan koloni bakteri. Secara singkat dapat dikemukakan bahwa
proses pengolahan dengan cara biologi dapat berlangsung secara aerob dan anaerob.
Proses aerob berarti bahwa penguraian bahan organik dilakukan oleh bakteri yang dalam
aktivitasnya memerlukan kehadiran oksigen (O2). Sebaliknya, proses anaerob berarti
dilakukan oleh bakteri yang aktivitasnya tidak memerlukan oksigen.
Pertumbuhan bakteri dalam proses penguraian bahan pencemar organik dibedakan
dalam dua kelompok yakni (a) pertumbuhan tersuspensi (suspended growth) dan (b)
pertumbuhan lekat (attached growth). Atas dasar keberadaan oksigen dan pertumbuhan
bakteri dalam proses pengolahan air limbah, maka pengolahan secara biologi dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Pengolahan secara aerobik, meliputi proses lumpur aktif (pertumbuhan tersuspensi)
dan pengolahan film biologi (pertumbuhan lekat). Proses lumpur aktif memiliki
beragan tipe , yakni tipe konvensional /standar, aerasi diperluas (extended aeration),
proses bebas bulk (lumpur tak bisa mengendap), parit oksidasi (oxidation ditch),
proses nitrifikasi dan denitrifikasi. Sedangkan yang termasuk tipe pengolahan film
biologi, antara lain saringan tetes (trickling filter), cakram biologi (RBC = Rotating
Biological Contactor), aerasi kontak (contact aeration), proses filter biologi
(biofilter) dan proses media unggun biologi.
Proses lumpur aktif pada prakteknya adalah mengalirkan air limbah kedalam
bak yang di aliri udara (bak aerasi). Selanjutnya dalam bak tersebut akan tumbuh
Seperti telah dikemukakan dimuka bahwa metode pengolahan air limbah baik
fisika, kimia dan biologi dapat diterapkan secara sendiri-sendiri atau kombinasi. Apabila
diterapkan secara kombinasi perlu dibuat urutan tahap pengolahan sesuai fungsi dan
syarat masing-masing unit pengolah air limbah. Instalasi pengolahan air limbah yang
lengkap memiliki tahap pengolahan sebagai berikut :
1. Prelimanary treatment (pengolahan pendahuluan)
Unit pengolah limbah yang termasuk dalam tahap ini adalah Bar rack,
Screening, equalization, Grit Chamber, Floatation tank, pra sedimentation,
coagulation, lime feeder (pembubuh kapur). Pengolahan pendahuluan yang terdiri dari
screen dan grit chamber, ternyata mampu mengurangi BOD sebesar 0 –5% dan
mengurangi TSS (Total Suspended Solid = padatan tersuspensi) sebesar 5 – 100%.
2. Primary Treatment (pengolahan tahap kesatu)
Unit pengolah limbah yang termasuk dalam tahap ini adalah primary
sedimantation tank ( bak pengendap I). Penggunaan bak pengendap I sebagai unit
pengolah limbah , apabila dapat beroperasi secara optimal, akan diperoleh efisiensi
pengurangan BOD5 : 30 – 40%, COD : 30 – 40%, TSS : 50 – 65 TP (Total Phosphat):
10 – 20%, ON (organik nitrogen) : 10 – 20%.
3. Secondary treatment (pengolahan tahap kedua)
Unit pengolah limbah yang termasuk dalam tahap ini adalah pengolahan secara
biologis diantaranya lumpur aktif konvensional (activated sludge), saringan tetes
(trickling filter) dan bentuk modifikasi lainnya. Pengolahan air limbah menggunakan
activated sludge mampu menghilangkan BOD5 : 80 – 85%, COD : 80 – 85%, TSS : 80
– 90%, TP (Total Phosphat): 10 – 25%, ON (organik nitrogen) : 15 – 50%, dan
Ammonia Nitrogen : 8 – 15%. Apabila digunakan trickling filter maka akan mampu
IPAL tersusun dari unit-unit pengolah limbah yang telah diuraikan diatas, yang
dirangkai berdasarkan kebutuhan sesuai kondisi setempat. Beberapa hal dapat dijadikan
pertimbangan bagi para pemilik pabrik / industri dalam memilih jenis IPAL yang kelak
akan dibangun dalam rangka merealisasi RKL / UKL (Rencana / Usaha Pengelolaan
Lingkungan), diantaranya adalah :
1. Karateristik air limbah yang kelak dihasilkan, meliputi debit limbah, sifat-sifat fisik,
kimia dan biologi limbah, serta konsentrasi bahan pencemar (polutan).
2. Kelayakan teknis dari masing-masing unit pengolah limbah, termasuk suku cadang
dan efisiensi dalam mengurangi kadar pencemar.
3. Ketersediaan lahan untuk lokasi dimana IPAL akan ditempatkan
4. Ketersediaan / kesiapan energi (listrik)
5. Ketersediaan / keberlangsungan suplay bahan kimia seperti Tawas, Ferry Chlorida,
PAC, Kaporit, Urea, TSP, dll.
Industri rumah tangga seperti industri tempe, tahu, rumah makan, dan lain-lain
perlu dikelola. Limbah dari industri rumah tangga tersebut menimbulkan bau yang
tidak enak dan mengganggu lingkungan sekitarnya. Salah satu cara mengelola limbah
pasir dan semen. Kemiringan saluran harus diperhitungkan. Usahakan jangan sampai
ada benda pada air limbah, sebab apabila ada akan menempel dan menyumbat saluran.
Antara bak satu dengan lainnya dihubungkan pipa pralon, antara satu dengan yang lain
letaknya lebih rendah. Susunan dan sifat air limbah yang berasal dari limbah industri
rumah tangga tergantung pada macam dan jenisnya, industri. Air limbah dapat berupa
limbah dari pabrik susu, rumah makan, pemotongan hewan, pabrik tahu, pabrik tempe,
dsb. Kotoran air limbah yang masuk ke bak I, akan mengapung. Pada bagian bawah
limbah melalui pipa akan terus mengalir ke bak II. Lemak akan tertinggal dan akan
menempel pad dinding. Untuk mengambil lemak perlu diserok. Dalam Bak II limbah
akan mengalami pengendapan, terus ke bak III begitu juga. Dari pipa pralon pada bak
III air limbah akan keluar dan sudah tidak membahayakan lagi. Untuk membawa
lumpur diperlukan kecepatan 0.1m/detik dan untuk membawa pasir kasar perlu
Alat ini bersifat kompak dan moveable. Penggunaanya sangat mudah, air limbah
masuk melalui pipa inlet, kemudian di tekan / dipaksa melewati membran RO (seperti
disaring). Selanjutnya air bersih keluar melalui pipa outlet. Menggunakan tenaga
listrik. Debit air hasil olahan bervariasi antara 3 – 19 liter/menit. Lama waktu
penggunaan membran sangat bergantung pada kualitas air baku (air limbah). Agar
membran tahan lama diperlukan petawatan / pencucian secara khusus. Juga air limbah
yang harus dilakukan pengolahan pendahuluan sehingga tingkat kekeruhannya rendah.
3. Evaporasi (distilasi)
Butir embun
embunemb
Uap air
inlet
Air bersih yg
Air limbah tertampung
Gambar : disain dan konstruksi distilator tenaga matahari (Abdullah, S., 2005)
Satu contoh adalah biofilter yang dikembangkan BPPT berupa modul terbuat
dari FRP (fiber glass). Terdiri 4 unit pengolah limbah yaitu bak pengendap awal,
tangki anaerobik, tangki aerobik dan bak pengendap akhir. Menggunakan sistem
pertumbuhan lekat, memakai media kerikil atau potongan pipa pvc. (lihat gambar
berikut).
Gambar : Disain dan konstruksi RBC (BPPT, 1999, Metcalf & Eddy, 1981)
Dibawah ini contoh disain IPAL lumpur aktif yang di dahului pengolahan secara
kimia yang berada di pabrik tekstil PT. UNITEX Bogor. Bahan kimia yang digunakan
meliputi FeSO4, Lime, Polimer ANP-10, AL2(SO4)3, Antifoam (silicone base).
Pengolahan air limbah dengan sistem irigasi atau landtreatment dapat dilakukan
pada daerah yang memiliki lahan yang luas dan struktur batuannya tidak memung-
kinkan terjadi penerobosan air limbah kedalam air tanah. Dalam prakteknya bisa
diterapkan untuk pengairan rumput, jagung, bambu dan sejenisnya. Cara ini dipandang
sederhana dan murah biaya operasi dan perawatannya. Diperlukan pengawasan ketat,
agar tidak terjadi kontaminasi dengan manusia (pekerja) secara langsung. Investasi
penyediaan lahan memang amat besar.
Pustaka acuan
Abdullah, S., 2006, Estimasi Daya Tampung Beban Pencemaran Organik Sungai Pelus,
Banyumas Jawa Tengah, UGM Yogyakarta.
Abdullah, S., 2005, Pemanfaatan Distilator Tenaga Surya Untuk Memproduksi Air Tawar
Dari Air Laut, UGM Yogyakarta.
Abdullah, S., 1999, Evaluasi Kinerja Proses Lumpur Aktif IPAL RSUD Margono
Soekarjo Purwokerto, ITS Surabaya.
Avieni, Nini, 1999, Pengendalian Kualitas Limbah Cair di PT. Sari Husada Dalam
Hubungannya Dengan ISO 14001, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
BPPT, 1999, Teknologi Pengolahan Air, Direktorat Trknologi Lingkungan, Deputi
Bidang TIEML, BPPT, Jakarta.
Linsley, RK dan Franzini, JB. 1995. Teknik Sumber Daya Air. Jilid 2 edisi III, terjemahan
Djoko Sasongko. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Marsono, BD, 1998, Teknik Pengolahan Air Limbah Secara Biologis, Media Informasi
Teknik Lingkungan (MINAT) ITS, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya.
Metcalf & Eddy, 1981, Wastewater Engineering, Treatment, Disposal, Reuse. 3rd edition,
Mc Graw Hill Book co, New York.
Sundstrom & Klei, 1979, Waste Water Treatment, Prentice Hall Inc, Engelwood clifs,
New Jersey.
www.iptek.net.id\IND\WARINTEK\Pengelolaan_dan_Sanitasi_idx025e.html