Professional Documents
Culture Documents
T
B A C A A N
A Z K I R A H
SYUKUR
Kata "syukur" adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia diertikan sebagai: (1) rasa terima kasih kepada Allah, dan (2)
untunglah (menyatakan lega, senang, dan sebagainya).
Ar-Raghib Al-Isfahani salah seorang yang dikenali sebagai pakar bahasa Al-Quran
menulis dalam Al-Mufradat fi Gharib Al-Quran, bahwa kata "syukur" memberi erti
"gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan."
Kata ini --tulis Ar-Raghib-- menurut ulama berasal dari kata "syakara" yang
berarti "membuka", sehingga ia merupakan lawan dari kata "kafara" (kufur) yang
berarti menutup --(salah satu ertinya adalah) melupakan nikmat dan menutup-
nutupinya.
SYUKUR __________________________________________________________
Makna yang dikemukakan pakar di atas dapat diperkuat dengan beberapa ayat Al-
Quran yang mempertemukan kata syukur dengan kata kufur, antara lain dalam QS
lbrahim (14): 7:
Karena itu pula, manusia yang mencapai peringkat terpuji, adalah yang
memberi tanpa menanti syukur (balasan dari yang diberi) atau ucapan terima
kasih.
Al-Quran melukiskan bagaimana satu keluarga (menurut riwayat adalah Ali bin
Abi Thalib dan istrinya Fatimah putri Rasulullah Saw.) memberikan makanan
yang mereka simpan Untuk berbuka puasa mereka, kepada tiga orang yang
memerlukan dan ketika itu mereka menyatakan bahwa,
Di atas telah dijelaskan bahwa ada tiga cabang dari syukur, yaitu dengan hati,
lidah, dan anggota tubuh lainnya. Berikut akan dirinci penjelasan tentang masing-
masing sisi tersebut.
Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuhnya bahwa nikmat yang
diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan kemurahan Ilahi. Syukur
dengan hati mengantar manusia untuk menerima anugerah dengan penuh
kerelaan tanpa menggerutu dan keberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut.
Seorang yang bersyukur dengan hatinya, saat ditimpa mala petaka pun boleh jadi
dapat memuji Tuhan, bukan atas malapetaka itu, tetapi karena terbayang olehnya
bahawa yang dialaminya pasti lebih kecil dari kemungkinan lain yang dapat
terjadi.
Sujud syukur adalah perwujudan dari kesyukuran dengan hati, yang dilakukan
saat hati dan fikiran menyedari betapa besar nikmat yang dianugerahkan Allah.
SYUKUR __________________________________________________________
Bahkan sujud syukur dapat dilakukan saat melihat penderitaan orang lain
dengan membandingkan keadaannya dengan keadaan orang yang sujud.
(Tentu saja sujud tersebut tidak dilakukan dihadapan si penderita itu).
Sujud syukur dilakukan dengan meletakkan semua anggota sujud di lantai yakni
dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut dan kedua hujung jari kaki)--seperti
melakukan sujud dalam solat.
Hanya saja sujud syukur cukup dengan sekali sujud, bukan dua kali sebagaimana
dalam solat. Kerana sujud itu bukan bahagian dan solat, maka kebanyakan ulama
berpendapat bahwa sujud sah walaupun dilakukan tanpa berwudu. Namun
tentunya lebih baik jika melakukan sujud disertai dengan wudu.
Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah
Allah sambil memuji-Nya.
Hamd (pujian) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji, walaupun ia tidak
memberi apa pun baik kepada si pemuji maupun kepada yang lain.
Jika kita mengembalikan segala puji kepada Allah, maka itu bererti pada saat
Anda memuji seseorang karena kebaikan atau kecantikannya, maka pujian
tersebut pada akhirnya harus dikembalikan kepada Allah Swt., sebab kecantikan
dan kebaikan itu bersumber dari Allah. Manakala kalau pada 1ahirnya ada
perbuatan atau ketetapan Tuhan yang mungkin oleh kacamata manusia dinilai
"kurang baik", maka harus disedari bahwa penilaian tersebut adalah akibat
keterbatasan manusia dalam menetapkan tolok ukur penilaiannya. Dengan
demikian pasti ada sesuatu yang luput dari jangkauan pandangannya sehingga
penilaiannya menjadi demikian.
Nabi Daud a.s. beserta putranya Nabi Sulaiman a.s. memperoleh aneka nikmat
yang tiada taranya. Kepada mereka sekeluarga Allah berpesan,
Yang dimaksud dengan bekerja adalah menggunakan nikmat yang diperoleh itu
sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahannya.
Ini bererti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanya agar merenungkan
tujuan dianugerahkannya nikmat tersebut oleh Allah. Ambillah sebagai contoh
lautan yang diciptakan oleh Allah Swt. Ditemukan dalam Al-Quran penjelasan
tentang tujuan penciptaannya melalui firman-Nya:
Betapa anugerah Tuhan tidak akan bertambah, kalau setiap jengkal tanah yang
terhampar di bumi, setiap hembusan angin yang bertiup di udara, setiap tetes hujan
yang tercurah dan langit dipelihara dan dimanfaatkan oleh manusia?
2. Hidayat Allah
5. Rezeki
6. Kemerdekaan
Atau membaca,
Demikian seterusnya pada setiap saat, dalam berbagai situasi dan keadaan.
Kalimat semacam ini terlontar, kerana ketika itu dia sadar bahwa walaupun
sekiranya apa yang dirasakan itu benar-benar merupakan malapetaka, namun
limpahan kurnia-Nya sudah sedemikian banyak, sehingga cobaan dan
malapetaka itu tidak lagi bererti dibandingkan dengan besar dan banyaknya kurnia
selama ini.
Di samping itu akan terlintas pula dalam fikirannya, bahwa pasti ada hikmah
di sebalik cubaan itu, kerana Semua perbuatan Tuhan senantiasa mulia lagi
terpuji.
***
Sesuatu yang tidak dapat diraih seluruhnya, jangan pula ditinggalkan terus.
Diceritakan bahawa ada seorang pemuda pada zaman Saidina Umar al-Khattab
yang sering berdoa di sisi Baitullah yang maksudnya: "Ya Allah! masukkanlah aku
dalam golongan yang sedikit." Doa pemuda ini didengar oleh Saidina Umar ketika
beliau (Umar) sedang bertawaf di Kaabah. Umar berasa hairan, iaitu kenapa
pemuda berkenaan memohon doa sedemikian rupa.
Selepas selesai melakukan tawaf, Saidina Umar memanggil pemuda berkenaan lalu
bertanya: "Kenapakah engkau berdoa sedemikian rupa (Ya Allah! masukkanlah aku
dalam golongan yang sedikit), apakah tiada permintaan lain yang boleh engkau
mohon kepada Allah?"