You are on page 1of 19

Book Report : Kebijakan Publik 1

PENGANTAR

Revolusi teknologi komunikasi dan globalisasi telah mendorong terjadinya proses

demoktratisasi di sebagian negara-negara berkembang yang pada awalnya merupakan negara-

negara otoriter. Kondisi ini mendorong keterlibatan aktor-aktor baru dalam perumusan

kebijakan publik. Perumusan kebijakan publik dewasa ini tidak lagi didominasi oleh segelintir

elit politik yang tidak dapat di kritik, namun kini telah melibatkan semakin banyak warga negara

dan kelompok-kelompok kepentingan. Konsekuesi logis dari semua itu pemerintah dihadapkan

pada tuntutan-tuntutan yang semakin beragam.

Studi kebijakan publik dalam konteks Indonesia menjadi semakin penting dan

menarik jika dikaitkan dengan diundangkannya UU No. No 22 dan 25 Tahun 1999 tentang

Otonomi Daerah yang telah membawa perubahan yang pundamental termasuk di bidang

pendidikan. Otonomi daerah tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan kepada

masyarakat, namun demikian dalam realitanya setelah 10 tahun diundangkan, tindak

penyimpangan / korupsi yang dilakukan oleh oknum pejabat pemerintah daerah masih banyak

terjadi, bahkan di beberapa daerah cenderung meningkat. Di sisi lain tingkat kesejahteraan

masyarakat yang merupakan tujuan dari otonomi daerah belum menunjukan peningkatan yang

signifikan.

Sektor pendidikan yang merupakan domain dari kebijakan publik juga telah

menjadi isu sentral di masyarakat. Kompleksitas berbagai masalah pendidikan di Indonesia

terlebih telah diundangkannya Undang-undang BHP (Badan Hukum Pendidikan) memicu

kontroversi di berbagai kalangan, baik di kalangan akademisi maupun kalangan masyarakat


Book Report : Kebijakan Publik 2

umum. Untuk itu kebijakan publik menjadi bagian yang penting untuk dipelajari oleh pada

akademisi termasuk akademisi manajemen pendidikan.

Papaer kebijakan publik ini merupakan tugas mata kuliah pada program

pascasarjana doktor manajemen pendidikan Unversitas Islam Nusantara - Bandung. Pada

kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada berbagai pihak yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Bapak Prof. Dr.

H. Tb. Abin Syamsudin, MA, dan Ibu Dr. Cornelia Jane Bany, M.Pd yang telah banyak

memberikan pengetahuan dan wawasan yang sangat berarti kepada penulis. Mudah-mudahan

perjuangan dan pengorbanan beliau dalam upaya memajukan pendidikan di Indonesia

menjadikan amal saleh yang mendapatkan ridha Allah SWT, semoga beliau tetap diberikan

kekuatan dan kesehatan dalam mengantarkan anak-anak bangsa menjadi generasi yang mampu

membawa perubahan negeri ini ke arah yang lebih baik. Amin..

Ciamis, April 2009

Penulis.

Ade Gumilar
Book Report : Kebijakan Publik 3

BAGIAN I : Book Report


BAB SATU
PENGANTAR
( By : J.R. Hough )

Meskipun banyak buku yang menjelaskan dan/atau menganalisis sistem-sistem

pendidikan banyak negara, umumnya buku-buku tersebut cenderung menjadi referensi ringan

bagi kebijakan pendidikan. Nampaknya belum pernah ada buku yang mengumpulkan studi-studi

tentang kebijakan pendidikan di negara-negara yang dicakup didalam buku ini yaitu Australia,

Prancis, Jepang, Swedia, Inggris, dan Amerika serta Jerman. Jadi buku ini penting untuk mengisi

gap dalam literatur yang ada. Motivasi kedua, berasal dari pengalaman beberapa tahun

belakangan ini dengan adanya perubahan-perubahan yang menonjol yang terjadi dalam sistem

ekonomi dan sosial di banyak negara di dunia, tentunya termasuk yang dicakup dalam buku ini

perubahan-perubahan yang menyebabkan reorientasi tentang kebijakan pendidikan di setiap

negara tersebut.

Konteks

Setelah terjadinya krisis minyak, trend historis terhadap kemakmuran ekonomi yang

lebih besar menjadi mandeg sejalan dengan angka pertumbuhan ekonomi yang menurun, yang

kadang-kadang mencapai nol atau bahkan mencatat nilai-nilai negatif. Meskipun angka inflasi

akhirnya menurun dan kembali ke angka-angka tunggal, pengangguran terus meningkat di semua

negara, meskipun ada kecenderungan berkurang dengan adanya pensiun.


Book Report : Kebijakan Publik 4

Perlahan-lahan pemerintah dan opini publik menerima bahwa pengangguran, dengan

level-level yang tinggi, tetap dan mungkin saja secara signifikan mengalami penurunan sebelum

akhir abad, terutama dengan adanya komputerisasi, yang terus menggantikan pekerjaan manusia

dengan mesin otomatis yang kian mengalami kemajuan.

Di banyak negara, pendidikan adalah salah satu yang menyedot pengeluaran dana

publik sehingga tidak bisa menghindar dari efek-efek depresi ekonomi yang mendalam.

Iklim Pendidikan

Tahun-tahun yang sama kemerosotan ekonomi melihat maraknya keraguan tentang

pendidikan: apakah lebih banyak lagi pendidikan benar-benar merupakan kebaikan universal

yang telah para pendidik nyatakan sekian lama dan umumnya masyarakat terima? Jika demikian,

mengapa makin banyak jumlah orang-orang muda semakin jauh dari sistem pendidikan?

Mengapa di televisi makin sering ditayangkan tawuran siswa di setiap negara yang dibicarakan

di sini ? dll.

Beberapa pertanyaan tersebut tidak begitu saja muncul dalam sekejap dan tidak

muncul di semua negara pada saat yang sama. Melainkan mereka melambangkan beberapa dari

masalah yang mendorong pada kebijakan resmi yang berkaitan dengan pendidikan yang menjadi

fokus perhatian. Pemerintah makin mencurahkan waktu dan sumber daya terhadap persoalan-

persoalan kebijakan pendidikan, dan ini direfleksikan dan diwujudkan dalam bentuk komitmen

dengan meningkatkan perhatian pada masalah-masalah kebijakan pendidikan dalam mass media.

Tujuan
Book Report : Kebijakan Publik 5

Tujuan dari buku ini bukan semata-mata untuk menjelaskan kebijakan pendidikan di

setiap negara diantara ketujuh negara melainkan untuk memfokuskan pada perkembangan dari

kebijakan itu seiring dengan waktu, yang berkaitan dengan setingnya dalam ekonomi dan

masyarakat nasional yang relevan, dan untuk menjelajah trend-trend yang berbeda dan

bertentangan dan pengaruh-pengaruh diantara mereka. Di dunia modern yang ditandai dengan

arus komunikasi yang sangat instan dan penyebaran informasi yang cepat, sangat tidak mungkin

bagi suatu negara untuk mengisolasi diri dari perkembangan yang mempengaruhi negara-negara

lain yang seringkali menghadapi masalah-masalah yang sama. Jika ini memang terjadi di banyak

bidang, maka demikian pula yang terjadi dalam pendidikan dan kebijakan pendidikan.

Studi Banding

Dalam bidang pendidikan, tidak ada hal yang sangat baru tentang studi banding antar

negara dan dalam studi-studi seperti itu tidak ada hal yang sangat baru tentang fokus yang

menaruh kepentingan dalam interaksi antara lembaga-lembaga pendidikan dan masyarakat yang

lebih luas.

Studi-studi banding dalam pendidikan merefleksikan trend dalam bidang-bidang studi

seperti sejarah, sosiologi, politik dan ekonomi, dan secara khusus, mereka tidak bisa tidak

terpengaruh oleh apa yang disebut ‘pencarian-jiwa dalam sain sosial’. Dalam era struktural-

fungsionalis, sistem pendidikan nasional cenderung digambarkan relatif statis, dengan melayani

masyarakat dengan baik dan merespon pengaruh-pengaruh perubahan tanpa menemui kesulitan,

dan dengan menghasilkan sumberdaya manusia dan ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan


Book Report : Kebijakan Publik 6

ekonomi nasional dalam jumlah dan proporsi yang tepat. Gagasan reformasi selalu ada. Tujuan

utama dari studi-studi ini ialah untuk membantu pembentukan kebijakan dan keputusan

pendidikan.

Jika keragu-raguan yang serius diungkapkan mengenai dasar teoritis dan ideologis

bagi studi-studi banding yang diumumkan dalam bidang pendidikan mungkin mereka mengacu

pada ‘peminjaman budaya’: persoalan-persoalan yang misalnya berkaitan dengan peningkatan

usia yang keluar sekolah akan berbeda di setiap negara.

Tugas-tugas Kebijakan untuk tahun 1980-an

Kesimpulan dari konferensi antarpemerintah mengenai kebijakan-kebijakan yang berhubungan

dengan pendidikan tinggi, yang diadakan di organisasi Pengembangan dan Kerjasama Ekonomi

dinyatakan berikut ini :

Pada awal tahun 1980-an, perhatiannya….adalah pada bagaimana menopang


kepercayaan publik dan dukungan untuk suatu sistem yang di kebanyakan negara,
tidak lagi tumbuh sedemikian rupa untuk memastikan evolusi dinamisnya yang terus
menerus…

Di banyak negara nampaknya ada krisis kepercayaan diri yang mendekati dimensi

yang membahayakan. Kecuali kebijakan-kebijakan baru diimplementasikan, mungkin ada

bahaya sehingga potensi pendidikan tinggi untuk mendukung vitalitas ekonomi negara dan

kesejahteraan warga negara, melalui perkembangan teknologi dan ilmiah, bisa secara serius tidak

dapat dikompromikan.

Struktur Buku
Book Report : Kebijakan Publik 7

Pilihan negara mana yang akan dimasukkan dalam kompas buku ini mengikuti dua volume yang

diterbitkan Croom Helm.

Bisa diperdebatkan bahwa masalah yang paling krusial dari kebijakan pendidikan di

dunia dewasa ini ditemukan di negara-negara berkembang dan mungkin yang disesalkan adalah

tidak ada negara ketiga yang dimasukkan.

BAB DUA
Persoalan-Persoalan Teoritis dan Konseptual
(By : Grant Harman)

KEBIJAKAN

Istilah ‘kebijakan’ merupakan suatu istilah yang sulit dipahami dan menuntut

penjelasan. Penelitian singkat menunjukkan bahwa kata ‘kebijakan’ digunakan dengan cara-cara

yang berbeda untuk mengacu pada seperangkat fenomena yang berbeda. Kebijakan kadang-

kadang digunakan dalam arti sempit yang mengacu pada pernyataan formal dari tindakan yang

harus diikuti, sedangkan yang lain menggunakan kata ‘kebijakan’ sebagai sinonim dari kata

seperti ‘rencana’ atau ‘program’. Banyak penulis juga tidak membedakan dengan jelas antara

‘pembuatan kebijakan’ dan ‘pembuatan keputusan’.

Di sini kita akan menggunakan kebijakan untuk mengacu pada spesifikasi yang

eksplisit atau implisit dari aliran tindakan yang dimaksudkan yang diikuti atau harus diikuti

dalam mengatasi masalah yang ada, dan diarahkan pada pencapaian beberapa perangkat tujuan

yang dikehendaki. Kebijakan juga bisa dianggap sebagai posisi yang dikembangkan dalam
Book Report : Kebijakan Publik 8

merespon suatu masalah atau persoalan konflik, dan diarahkan kepada tujuan khusus. Kebijakan

bisa dibedakan dengan konsep-konsep yang berhubungan.

Kebijakan difokuskan pada tujuan atau tindakan yang diorientasikan ketimbang pada

perilaku acak. Kebijakan mengacu pada aliran atau pola-pola tindakan, ketimbang keputusan-

keputusan diskret yang terpisah; biasanya perkembangan kebijakan dan penerapannya

melibatkan sejumlah keputusan yang berhubungan, ketimbang satu keputusan. Kebijakan bisa

saja bervariasi dalam orientasi, maksud, dan apakah mereka dinyatakan secara eksplisit.

Kebijakan bisa positif atau negatif dalam arti bahwa mereka bisa mengambil tindakan tertentu

dalam merespon suatu masalah, serta berkembang dari kegagalan untuk bertindak, atau dari

keputusan-keputusan untuk menunda tindakan. Kebijakan meliputi kebijakan substantif dan

kebijakan administratif atau prosedural. Misalnya, pemerintah nasional akan mempunyai

sejumlah kebijakan substantif yang berhubungan dengan pendidikan tersier yang meliputi

misalnya ketentuan biaya hidup yang diuji-alat pada para siswa tersier. Kebijakan seperti itu akan

meliputi detail tentang kriteria memenuhi syarat dan operasi tes alat. Kebijakan juga bisa berupa

kebijakan tertulis dan tidak tertulis. Analisis kami terutama akan berkenaan dengan kebijakan

tertulis substantif, positif, dan dengan kebijakan publik, yang berbeda dengan kebijakan di

organisasi-organisasi swasta, biasanya berdasarkan hukum dan tentu saja otoritatif; kebijakan ini

otoritatif dan merupakan kualitas yang secara potensial koersif untuk masyarakat pada umumnya

yang membedakan kebijakan publik dari kebijakan lain.

Kebijakan publik dalam bidang apa pun yang meliputi pendidikan bisa dalam bentuk

ungkapan yang macam-macam dan bisa diarahkan pada tujuan-tujuan yang berbeda. Beberapa

kebijakan diungkapkan dalam pernyataan kementrian atau kertas putih, kebijakan lain disahkan
Book Report : Kebijakan Publik 9

melalui undang-undang atau peraturan, sedangkan kebijakan lain berbentuk direktif yang

dikeluarkan oleh mentri atau pejabat yang berwenang. Berkenaan dengan tujuan, beberapa

kebijakan ditujukan untuk mengatur atau mengontrol aktivitas (misalnya peraturan wajib

sekolah, sedangkan kebijakan-kebijakan lain ditujukan untuk ketentuan dari suatu jasa baru atau

manfaat (atau ketentuan beasiswa, atau program untuk membantu kelompok-kelompok yang

tidak mampu), penyelenggaraan atau kontrol suatu organisasi atau transfer sumber dan kekayaan

dari suatu kelompok ke kelompok lain. Beberapa kebijakan ditujukan untuk memperkenalkan

perubahan, sedangkan kebijakan-kebijakan lain ditujukan untuk mempertahankan status quo atau

untuk mencapai tingkat pengembalian (return) dari perangkat kondisi sebelumnya.

Dalam hal isi, kebijakan publik untuk pendidikan bisa dikelompokkan menjadi empat

kategori. Pertama, ada kebijakan yang berkenaan dengan fungsi-fungsi esensil dari sekolah dan

lembaga-lembaga pendidikan tersier. Sebagian dari kebijakan ini berhubungan dengan

kurikulum, tetapi ini meliputi kebijakan yang berhubungan dengan penetapan tujuan dan sasaran,

rekrutmen dan pendaptaran siswa, penilaian siswa, penghargaan dalam bentuk ijasah, diploma,

dan disiplin siswa. Kedua, ada kebijakan yang berkenaan dengan penetapan, struktur, dan

pengaturan lembaga individual dan sistem pendidikan yang menyeluruh atau sebagian. Ketiga

berhubungan dengan rekrutmen; pekerjaan, promosi, supervisi dan remunerasi seluruh staf,

tetapi terutama kategori-kategori berbeda dari para professional. Kategori keempat ialah

kebijakan yang berhubungan dengan ketentuan alokasi sumber keuangan dan ketentuan dan

pemeliharaan bangunan dan peralatan.

Proses Kebijakan
Book Report : Kebijakan Publik 10

Diskusi kita akan mencurahkan perhatian pada bagaimana masalah kebijakan

ditangani secara karakteristik, dan pada sifat dari masalah-masalah kebijakan tertentu dan asal

mereka, dan respon yang dikembangkan. Dalam melakukan ini, kita akan menekankan gagasan

‘proses kebijakan’ ketimbang konsep yang lebih tradisional dari ‘pembuatan kebijakan’, karena

kita yakin bahwa kebijakan publik secara esensil adalah tentang transformasi konflik kelompok

mengenai sumberdaya publik dan nilai-nilai pada aliran tindakan yang sah menyangkut alokasi

mereka. Jadi, sementara konsep ‘pembuatan kebijakan’ berkonsentrasi pada unsur keputusan dari

kebijakan pada titik perumusan, konsep ‘proses kebijakan’ berdasarkan pada gagasan bahwa

penanganan kebijakan oleh departemen atau agen manapun umumnya melibatkan serangkaian

tahap yang berurutan, yang mencakup suatu rentang yang dari rentang inilah suatu program

tertentu telah menjalankan alirannya dan mengakhirinya, atau mengambil bentuk baru. Masing-

masing tahap berbeda.

Konteks Kebijakan

Kebijakan tidak muncul dari kevakuman. Melainkan ini dikembangkan dalam

konteks perangkat nilai tertentu, tekanan dan hambatan, dan dalam susunan struktural tertentu.

Kebijakan juga merupakan respon terhadap kebutuhan dan aspirasi dan masalah tertentu.

PERKEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Aktor Kebijakan

Aktor yang terlibat dalam kebijakan pendidikan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu

yang resmi dan tidak resmi. Aktor resmi adalah para individu atau kesatuan organisasional
Book Report : Kebijakan Publik 11

yang mempunyai tanggung jawab yang legal, sedangkan aktor tidak resmi terdiri atas

kelompok-kelompok yang berkepentingan, partai-partai politik, dan media.

Aktor resmi terbagi menjadi lima kategori. Yang pertama terdiri atas para aktor di

tingkat senior pemerintah: kepala negara, parlemen, perdana mentri, kabinet dan partai politik

atau partai-partai dalam pemerintah. Pada puncak otoritas eksekutif, kepala negara jarang

melakukan otoritas yang mandiri dan biasanya akan bertindak atas nasihat para mentri. Aktor-

aktor dalam kelompok ini jauh lebih penting, dan mempunyai kapasitas untuk mengambil bagian

yang lebih besar ketimbang yang sering mereka lakukan dalam menentukan kebijakan

pendidikan. Semua kebijakan baru yang memerlukan dasar legislatif, misalnya, tunduk pada

debat di parlemen dan memerlukan penerimaan rancangan undang-undang untuk menjadi

undang-undang. Karena banyak program pendidikan masing-masing mempunyai undang-

undang terpisah mereka dan karena berbagai perundang-undangan dana harus dikeluarkan tiap

tahun untuk memberikan pemerintah baru dana untuk lembaga-lembaga dan program-program

tertentu, parlemen akan sering mempunyai peran yang lebih penting dalam kebijakan pendidikan

di tingkat nasional yang dibandingkan dengan peran eksekutif yang lebih besar di tingkat

regional atau negara bagian, atau lokal. Tetapi di semua tingkat di banyak negara ada

kecenderungan pada tahun-tahun belakangan ini bagi kabinet dan para pemimpin partai untuk

mengambil peran yang lebih besar. Seluruh inisiatif kebijakan yang sangat penting akan

memerlukan persetujuan kabinet, dan dalam persoalan-persoalan yang kontroversial perdana

menteri mungkin terlibat secara aktif.

Perangkat aktor resmi yang kedua terdiri atas mentri pendidikan dan agen-agen

pendidikan dan para pejabat senior mereka. Para mentri memiliki otoritas formal untuk
Book Report : Kebijakan Publik 12

pelaksanaan portofolio pendidikan dalam yurisdiksi, meskipun dalam praktek banyak otoritas

didelegasikan kepada para pejabat senior.

Perangkat aktor resmi ketiga terdiri atas para agen pendidikan lain, yang mungkin

bertanggung jawab atas tugas-tugas seperti melakukan ujian eksternal publik bagi para siswa

sekolah menengah tahun akhir, pengembangan kurikulum, dan memperbaiki gaji para guru.

Kelompok keempat adalah para agen pemerintah di luar portofolio pendidikan yang

memainkan bagian dalam mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan pendidikan.

Kelompok ini meliputi departemen-departemen perdana mentri, departemen-departemen

Pekerjaan Umum, dan Dewan layanan publik.

Kelompok aktor resmi kelima adalah badan-badan antar-pemerintah.

Aktor-aktor informal yang utama, seperti yang telah disebutkan, adalah para

kelompok yang berkepentingan, partai-partai politik, dan media. Diantara kelopok-kelompok

yang berkepentingan, yang merupakan para pemain utama ialah serikat guru, asosiasi yang

mewakili guru dan siswa pendidikan tersier, komite yang mewakili pemimpin universitas atau

sekolah tinggi, tetapi yang juga penting adalah asosiasi-asosiasi yang mewakili para orangtua,

majikan dan serikat dagang.

Proses Kebijakan dalam Praktek


Book Report : Kebijakan Publik 13

Kapan saja dalam sistem pendidikan mana saja ada banyak persoalan potensi yang

dikenal sebagai masalah kebijakan sehingga memberikan stimulus untuk respon-respon

kebijakan pendidikan. Tetapi dalam periode yang terbatas, hanya sejumlah kecil akan menjadi

persoalan publik, dan bahkan lebih sedikit lagi akan dibahas secara serius oleh para aktor resmi.

Ini menimbulkan pertanyaan penting tentang mekanisme apa yang beroperasi untuk menentukan

persoalan-persoalan mana ditansform menjadi masalah-masalah kebijakan yang harus menerima

perhatian.

Cobb dan Elder menetapkan persoalan-persoalan yang mendapat tempat dalam

agenda kebijakan seperti konflik antara dua atau lebih kelompok yang lebih bisa diidentifikasi

atas masalah-masalah substansial atau prosedural yang berhubungan dengan distribusi posisi atau

sumber. Mereka menyarankan empat alat utama yang menyebabkan terciptanya persoalan-

persoalan:

a) Manufaktur oleh satu pihak atau lebih yang merasakan penyimpangan yang tidak

menguntungkan dalam distribusi posisi atau sumber.

b) Penciptaan persoalan oleh seseorang atau kelompok untuk keuntungan mereka sendiri.

c) Inisiasi melalui peristiwa yang tidak diantisipasi.

d) Generasi oleh orang-orang atau kelompok-kelompok yang tidak mempunyai posisi atau

sumber untuk keuntungan mereka sendiri.


Book Report : Kebijakan Publik 14

Berbagai alat yang memicu membantu terbentuknya persoalan-persoalan yang akan

ditetapkan oleh para inisiator; ini meliputi bencana alam (kebakaran, banjir), peristiwa manusia

yang tidak terduga (kerusuhan, mogok), perubahan-perubahan teknologi, ketidakseimbangan

atau penyimpangan dalam distribusi sumber, dan perubahan-perubahan ‘ekologi’ seperti

perpindahan populasi atau perubahan-perubahan dalam sikap. Pembentukan persoalan

bergantung pada interplay yang dinamis antara inisiator dan alat yang memicunya.

Teori ini mempunyai kegunaan menyangkut memahami proses kebijakan pendidikan.

Ada masalah-masalah lain juga berkenaan dengan kerangka kerja; tiga diantaranya perlu dibahas.

Pertama, beberapa inisiator nampaknya tidak sesuai dengan kategori manapun diantara keempat

kategori untuk penciptaan masalah. Kedua, kadang-kadang sulit mengidentifikasi inisiator

tunggal, karena beberapa persoalan muncul dari iklim baru opini dengan rentang actor yang

berbeda. Ketiga, masalah-masalah politik yang dibahas oleh para actor resmi tidak selalu muncul

dari konflik terbuka.

Sukses dalam implementasi pada dasarnya bergantung pada empat faktor. Pertama,

adalah Rancangan kebijakan (policy design).

Faktor kedua ialah strategi implementasi.

Faktor ketiga ialah komitmen dan kapasitasi sistem birokrasi.

Faktor keempat, ada faktor lingkungan, terutama tingkat dukungan atau oposisi yang dihadapi di

masyarakat, dan kemampuan mereka untuk mampu membangun koalisi yang efektif dari

dukungan yang berlangsung dan tekanan politik.


Book Report : Kebijakan Publik 15

Evaluasi bentuknya bermacam-macam. Kadang-kadang kebijakan atau program-

program tertentu secara formal dievaluasi dengan menggunakan personil luar. Tetapi seringkali

terutama pada tingkat Negara, proses evaluasi lebih dalam bentuk ‘umpan balik’ incidental

kepada para pejabat atau mentri. Kadang-kadang kebijakan plendidikan secara terbuka dan

disengaja diakhiri, tetapi lebih lazim lagi kebijakan-kebijakan kembali disesuaikan, dimodifikasi,

diperbaiki atau diganti dengan kebijakan-kebijakan lain.


Book Report : Kebijakan Publik 16

BAGIAN II :

DOMAIN KEBIJAKAN PUBLIK

Sebagai pelengkap materi yang disajikan diatas yang merupakan tugas laporan buku
(book report). Pada bagian ini penulis akan mengkaji domain kebijakan publik secara umum
yang merujuk kepada berbagai sumber literatur yang relevan. Dan pada bagian akhir akan
disajikan model kebijakan publik.

Pengertian :

Untuk memahami Kebijakan Publik, berikut definisi kebijakan publik menurut beberapa ahli :

• Hubungan antara unit-unit pemerintah dengan lingkungannya (Anderson)


• Apa yang dilakukan dan yang tidak dilakukan oleh pemerintah (Thomas Dye)
• Suatu rangkaian tindakan yang saling ber-kaitan (Arnold Rose)
• Sejumlah aktivitas Pemerintah, baik dilakuk sendiri atau melalui lembaga lain, yang
mem-pengatuhi kehidupan masyarakat (G. Peters)
• Suatu usulan arah tindakan atau kebijakan yang diajukan oleh seseorang, kelompok, atau
peme-rintah guna mengatasi hambatan atau untuk me-manfaatkan kesempatan pada suatu
lingkungan tertentu dalam rangka mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu
sasaran (Carl Friedrich).
• Suatu daftar pilihan tindakan yang saling berhubungan yang disusun oleh instansi atau
pejabat pemerintah antara lain dalam bidang pertahanan, kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan, pengendalian kriminalitas, dan pembangunan perkotaan (W.N. Dunn).

Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa, kebijakan publik adalah keputusan-
keputusan yang mengikat bagi orang banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang
dibuat oleh pemegang otoritas publik. Sebagai keputusan yang mengikat publik maka kebijakan
Book Report : Kebijakan Publik 17

publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang menerima mandat dari publik
atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat
banyak. Selanjutnya, kebijakan publik akan dilaksanakan oleh administrasi negara yang di
jalankan oleh birokrasi pemerintah. Fokus utama kebijakan publik dalam negara modern
adalah pelayanan publik, yang merupakan segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh negara
untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak.
Menyeimbangkan peran negara yang mempunyai kewajiban menyediakan pelayan publik
dengan hak untuk menarik pajak dan retribusi; dan pada sisi lain menyeimbangkan berbagai
kelompok dalam masyarakat dengan berbagai kepentingan serta mencapai amanat konstitusi.

Terminologi

Terminologi kebijakan publik menunjuk pada serangkaian peralatan pelaksanaan yang


lebih luas dari peraturan perundang-undangan, mencakup juga aspek anggaran dan struktur
pelaksana. Siklus kebijakan publik sendiri bisa dikaitkan dengan pembuatan kebijakan,
pelaksanaan kebijakan, dan evaluasi kebijakan.

1. Bagaimana keterlibatan publik dalam setiap tahapan kebijakan bisa menjadi ukuran tentang
tingkat kepatuhan negara kepada amanat rakyat yang berdaulat atasnya.

2. Dapatkah publik mengetahui apa yang menjadi agenda kebijakan, yakni serangkaian
persoalan yang ingin diselesaikan dan prioritasnya.

3. Dapatkah publik memberi masukan yang berpengaruh terhadap isi kebijakan publik yang
akan dilahirkan. Begitu juga pada tahap pelaksanaan,

4. Dapatkah publik mengawasi penyimpangan pelaksanaan,

5. Apakah tersedia mekanisme kontrol publik, yakni proses yang memungkinkan keberatan
publik atas suatu kebijakan dibicarakan dan berpengaruh secara signifikan.

Kebijakan publik menunjuk pada keinginan penguasa atau pemerintah yang idealnya
dalam masyarakat demokratis merupakan cerminan pendapat umum (opini publik). Untuk
mewujudkan keinginan tersebut dan menjadikan kebijakan tersebut efektif, maka diperlukan
sejumlah hal :
Book Report : Kebijakan Publik 18

pertama, adanya perangkat hukum berupa peraturan perundang-undangan sehingga dapat


diketahui publik apa yang telah diputuskan;

kedua, kebijakan ini juga harus jelas struktur pelaksana dan pembiayaannya;

ketiga, diperlukan adanya kontrol publik, yakni mekanisme yang memungkinkan publik
mengetahui apakah kebijakan ini dalam pelaksanaannya mengalami penyimpangan atau tidak.

Dalam masyarakat autoriter kebijakan publik adalah keinginan penguasa semata,


sehingga penjabaran di atas tidak berjalan. Tetapi dalam masyarakat demokratis, yang kerap
menjadi persoalan adalah bagaimana menyerap opini publik dan membangun suatu kebijakan
yang mendapat dukungan publik.

Kemampuan para pemimpin politik untuk berkomunikasi dengan masyarakat untuk


menampung keinginan mereka adalah satu hal, tetapi sama pentingnya adalah kemampuan para
pemimpin untuk menjelaskan pada masyarakat kenapa suatu keinginan tidak bisa dipenuhi.
Adalah naif untuk mengharapkan bahwa ada pemerintahan yang bisa memuaskan seluruh
masyarakat setiap saat, tetapi adalah otoriter suatu pemerintahan yang tidak memperhatikan
dengan sungguh-sungguh aspirasi dan berusaha mengkomunikasikan kebijakan yang berjalan
maupun yang akan dijalankannya. dalam pendekatan yang lain kebijakan publik dapat dipahami
dengan cara memilah dua konsepsi besarnya yakni kebijakan dan publik.

Terminologi kebijakan dapat diartikan sebagai pilihan tindakan diantara sejumlah


alternatif yang tersedia. artinya kebijakan merupakan hasil menimbang untuk selanjutnya
memilih yang terbaik dari pilihan-pilihan yang ada. dalam konteks makro hal ini kemudian
diangkat dalam porsi pengambilan keputusan. Charles Lindblom adalah akademisi yang
menyatakan bahwa kebijakan berkaitan erat dengan pengambilan keputusan. Karena pada
hakikatnya sama-sama memilih diantara opsi yang tersedia. Sedangkan terminologi publik
memperlihatkan keluasan yang luar biasa untuk didefinisikan. akan tetapi dalam hal ini
setidaknya kita bisa mengatakan bahwa publik berkaitan erat dengan state, market dan civil
society. merekalah yang kemudian menjadi aktor dalam arena publik. sehingga publik dapat
dipahami sebagai sebuah ruang dimensi yang menampakan interaksi antar ketiga aktor tersebut.
Book Report : Kebijakan Publik 19

Pelaksanaan Kebijakan Publik

Dalam pelaksanaannya, kebijakan publik ini harus diturunkan dalam serangkaian


petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku internal dalam birokrasi. Sedangkan dari
sisi masyarakat, yang penting adalah adanya suatu standar pelayanan publik, yang menjabarkan
pada masyarakat apa pelayanan yang menjadi haknya, siapa yang bisa mendapatkannya, apa
persyaratannnya, juga bagaimana bentuk layanan itu. Hal ini akan mengikat pemerintah (negara)
sebagai pemberi layanan dan masyarakat sebagai penerima layanan.

Fokus politik pada kebijakan publik mendekatkan kajian politik pada administrasi negara,
karena satuan analisisnya adalah proses pengambilan keputusan sampai dengan evaluasi dan
pengawasan termasuk pelaksanaannya. Dengan mengambil fokus ini tidak menutup
kemungkinan untuk menjadikan kekuatan politik atau budaya politik sebagai variabel bebas
dalam upaya menjelaskan kebijakan publik tertentu sebagai variabel terikat.

You might also like