You are on page 1of 10

JURNAL SISTEM SENSORI PERSEPSI KONJUNGTIVITIS

Di Susun oleh : DHINI ANUGRAH 105140021

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MITRA LAMPUNG BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjat kan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya kami dari kelompok I kelas K3 semester IV Mahasiswa STIKES Keperawatan MITRA Lampung dapat menyelesaikan tugas makalah tentang konjungtivitis dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun secara sistematis sehingga memudahkan pembaca untuk mengetahui seputar askep pada infeksi mata. Saya penyusun mengakui masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah, karna itu saya akan bersifat terbuka dan sangat berterima kasih kepada pembaca yang ingin memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sesuai dengan harapan penyusun dan hanya kepada ALLAH jualah kami memohon taufik dan ridha Nya. aamiin.

Bandar Lampung, 27 Juni 2012

Penyusun

BAB I PEMBAHASAN A. Definisi Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan (Effendi, 2008).

Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi maupun dewasa. Konjungtivitis pada bayi baru lahir, bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bisa menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Pada usia dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata. Dalam waktu 12 sampai 48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan. Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik (Medicastore, 2009).

B. Anatomi Konjungtiva Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea).

C. Etiologi

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti :


a. Infeksi oleh virus atau bakteri. b. Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang. c. Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultravioletdari las

listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.


d. Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa

menyebabkan konjungtivitis (Anonim, 2009).Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh: Entropion atau ektropion. Kelainan saluran air mata. Kepekaan terhadap bahan kimia. pemaparan oleh iritan. Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia) (Medicastore, 2009). Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan dan debu (Effendi, 2008).Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan fumigasi) (Effendi, 2008).

D. Patogenesis Mekanisme pasti atau mekanisme bagaimana terbentuknya flikten masih belum jelas. Secara histologis fliktenulosa mengandung limfosit, histiosit, dan sel plasma. Leukosit PMN ditemukan pada lesi nekrotik. Bentuk tersebut kelihatannya adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap protein tuberkulin, Staphylococcuc aureus, Coccidioides immitis, Chlamydia, acne rosacea, beberapa jenis parasit interstisial dan fungus Candida albicans. Jarang kasusnya idiopatik (Alamsyah, 2007).

Keratitis flikten dapat berkembang secara primer dari kornea meskipun seringkali biasanya menyebar ke kornea dari konjungtiva. Epitel yang ditempati oleh flikten rusak, membentuk ulkus dangkal yang mungkin hilang tanpa pembentukan jaringan parut (Alamsyah, 2007).Flikten khas biasanya unilateral pada atau di dekat limbus, pada konjungtiva bulbar atau kornea, dapat satu atau lebih, bulat, meninggi, abu-abu atau kuning, hiperemis, terdapat nodul inflamasi dengan dikelilingi zona hiperemik pembuluh darah. Flikten konjungtiva tidak menimbulkan jaringan parut. Jaringan parut fibrovaskuler kornea bilateral limbus cenderung membesar ke bawah daripada ke atas mungkin mengindikasikan flikten sebelumnya. Flikten yang melibatkan kornea sering rekuren, dan migrasi sentripetal lesi inflamasi mungkin berkembang. Kadangkala, beberapa inflamasi menimbulkan penipisan kornea dan jarang menimbulkan perforasi (Alamsyah, 2007).

E. Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:


Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak. Produksi air mata berlebihan (epifora). Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.

Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan. Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya. Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein). Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah) (Anonim, 2009).

F. Gejala Konjungtivitis Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi (Anonim, 2004).Gejala lainnya adalah:

Mata berair. Mata terasa nyeri. Mata terasa gatal. Pandangan kabur. Peka terhadap cahayaf. terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari (Anonim, 2004).

G. Komplikasi Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa komplikasi dari konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya:

1. Glaucoma. 2. Katarak. 3. Ablasi retina. 4. Komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala

penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis.


5. Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus

kornea.
6. Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan

pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat mengganggu penglihatan, lamakelamaan orang bisa menjadi buta.
7. Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik

dapat mengganggu penglihatan

BAB II JURNAL

Nama : DHINI ANUGRAH NPM : 105140021

No

Nama Lokal Kunyit

Nama Umum Kunyit

Nama Ilmiah Curcuma demostica

Simplisia Obat Rimpang

1.

Kandungan Senyawa Kimia Minyak atsiri, kurkuminoid, dan kurkumin

2.

Cekuh

Kencur

Kaemfperia galanga

Rimpang

3.

Dadap lengis

Dadap tis

Erythrina orientalis

Daun, kulit batang dan getah

4.

Base

Sirih

Piper betel

Daun, bunga

Minyak atsiri, borneol, kamfer, sineol dan etil alkohol. Fenol, eritrinin, sianida, alkaloid, erythralin, hipoparin dan erysodin. Minyak atsiri, Betel fenol, khepibol, seskuiterpen

Khasiat Sebagai Obat Batuk, mata, ambeien, kepala, pinggang, bisul dan diare. Kepala, dingin, batuk, mata dan rematik.
Batuk, mata, kepala dan panas dingin.

Batuk, panas, gigi, luka, gatal, mata, kepala

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan (Effendi, 2008).

DAFTAR ISI

BAB I

PEMBAHASAN Definisi Anatomi Etiologi Patogenesis Tanda-tanda Gejala Komplikasi

BAB II

JURNAL

BAB III

PENUTUP Kesimpulan

Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC 2. Tamsuri, Anas. 2010. Buku Ajar Klien Gangguan Mata dan Penglihatan. Jakarta : EGC 3. Ilyas, Sidarta dkk. 2002. Ilmu Penyakit Mata Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. Jakarta : CV. Sagung Seto 4. Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III. Jakarta: Media Aeuscualpius. http://pary08.wordpress.com/2011/01/03/askep-kojungtivitis/

You might also like