You are on page 1of 7

Perencanaan Debit saluran Mencari debit air irigasi disetiap petak sawah Contoh : dimana diketahui nilai kebutuhan

air semua petak sawah (Ir) = 1,38 it/dt.ha Rumus Q sawah = A. Ir Dimana : A = Luas petak sawah Ir = Kebutuhan air Irigasi Mengitung Debit Aliran Air Irigasi pada setiap saluran Standar efisiensi debit saluran atau faktor kehilangan adalalah : pada petak tersier e =0.8 pada petak Saluran sekunder e = 0.9 rumus mencari debit air Qs = Q1/ e dimana e= efisiensi Q1 = debit air yang mengalir tiap petak Contoh perhitungan Debit aliran irigasi Luas sawah = 111.599 ha A= 111.599 X 90% = 100.939 ha Q= 100.939 X 1.38/ 0.8 = 173,257 Penentuan Besar Kapasitas Saluran Untuk pengairan daerah Blambangan ini digunakan lengkung tegelnya (c) sama dengan l (satu) sasuai dengan kriteria perencanaan irigasi yang dipakai di Indonesia. Untuk kebutuhan air normal (a) diambil 1,5 lt/dt/ha dengan demikian kapasitass saluran dapat di rumuskan, : Q= a.C.A dimana : Q = debit kapasitas saluran (m/dt) a = Kebutuhan air normal (lt/dt/ha) A = Luas daerah yang diari (ha)/ C = Koefisien lengkung tegal = 1 1). Pehitungan saluran tersier : 1. Sal Tersier Kd3 ka a = 1,5 lt/dt/ha c = 1,164 A = 86,28 ha Maka : Q=a.c.A = 1,5 . 1,164 . 86,28 = 150,64 lt/dt = 0,151 m/dt pada saluran primer e = 0.9

Perencanaan penampang saluran Penentuan Dimensi Tiap Saluran Untuk perhitungan dimensi saluran dipergunakan dasar-dasar perhitungan yang dipakai oleh Direktorat Irigasi. Untuk cara pertama kita sudah menentukan perbandingan b/h kemiringan talud, kecepatan rencana, cara ini disebut cara Strickler dengan menggunakan rumus dan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Q = F x V 2. F = ( b + t h ) h 3. O = b + 2 h ( 1 + t) 4. R = F / O 5. i = V / ( K . R ^ (2/3)) Dimana : Q = Banyaknya air tiap detik ( m / dt ) F = Luas penampang basah ( m ) V = kecepatan air dalam saluran ( m / dt ) h = tinggi muka air (m) b = lebar dasar saluran (m) t = kemiringan talud O = Keliling basah (m) R = jari-jari hidrolis (m) i = kemiringan saluran . I Saluran tersier dan saluran sekunder 1. Saluran tersier Q Sal = 0,154 m / dt V = 0,301 m / dt b/h=1 Kemiringan talud = 1 : 1 F = Q / V = 0,154 / 0,301 = 0,5116 m F = ( b + t h ) . h = ( h + 1 h ) = 2 h h = 0,5116 / 2 = 0,2558 h = 0,2558 = 0,5058 m 0,50 m b = h 0,50 m F = 2 h = 2 ( 0,50 ) = 0,5 m V = Q / F = 0,154 / 0,5 = 0,308 m/dt O = b + 2b ( 1 + t ) 0,50 + 2 ( 0,50 ) ( 1 + 1 ) = 0,50 + 1 2 = 1,9142 R = F / O = 0,5 / 1,9142 = 0,261 i = ( V / (K x R ^ (2/3)) = ( 0,308 / (40 . 0,261 ^ (2/3)) = 0,000355 Kesimpulan : Q = 0,154 m/dt h = 0,50 m V =0,308 m/dt t= 1 : 1 b = 0,50 m i = 0,000355

a. Saluran Tanpa Lapisan Saluran tanpa lapisan adalah saluran tanah yang tidak menggunakan perlindungan baik pada dasar maupun pada tebing saluran. Rute saluran ini harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak terletak pada galian yang dalam. Bila terpaksa demikian, maka tebing harus dibuat miring dan bertangga dengan lebar ber m mimimum 1.00 m. Agar aliran air tidak merusak saluran, pada bagian saluran yang berubah arah horizontal (belok) harus memenuhi syarat radius minimum, yang besarnya dapat dihitung dengan: * R = (6-7) x B (1) Atau: * R = 15 x d (2) Atau: * R = 10 x b (3) dengan: R = jari-jari belokan minimum (m) B = lebar muka air di saluran pada aliran debit maksimum (m) d = tinggi air normal di saluran pada aliran debit maksimum (m) b = lebar dasar saluran (m) b. Saluran Dengan Lapisan Maksud penggunaan lapisan pada saluran irigasi antara lain untuk: * Melindungi tebing saluran dari kelongsoran * Melindungi tebing dan dasar saluran dari gerusan air akibat terjadinya kecepatan air yang melampaui kecepatan maksimum. * Perbaikan tanah tebing dan dasar saluran karena kondisi tanah asli yang tidak memenuhi persyaratan teknis * Mengurangi kehilangan air di saluran karena rembesan. Adapun macam lapisan yang digunakan dapat terbuat dari: * Lapisan keras : beton, pasangan batu, pasangan bata merah. * Lapisan tanah. Jari-jari belokan pada saluran dengan lapisan dapat lebih kecil dibandingkan dengan jari-jari belokan yang digunakan pada saluran tanpa lapisan. Jari-jari belokan minimum pada saluran dengan lapisan keras dapat digunakan 0,5 kali jari-jari belokan pada saluran tanpa lapisan. Khusus untuk kecepatan pengaliran maksimum yang diizinkan dapat diambil lebih besar dibandingkan dengan kecepatan pengaliran maksimum pada saluran tanpa lapisan. Persyaratan ini dapat menghasilkan dimensi saluran yang lebih kecil. Besarnya kecepatan pengaliran maksimum untuk masing-masing jenis lapisan dapat dipakai batasan sebagai berikut : * Saluran dengan lapisan tanah = 0.90 m/dt * Saluran dengan lapisan pasangan batu = 2.00 m/dt * Saluran dengan lapisan beton = 3.00 m/dt Adapun tebal lapisan yang digunakan pada masing-masing jenis lapisan dapat dibuat sebagai berikut: * Lapisan tanah untuk dasar saluran min = 0.60 m * Lapisan tanah untuk tebing saluran min.(hor) = 0.90 m * Lapisan pasangan batu minimum = 0.30 m * Lapisan beton minimum = 0.07 m

4. Dimensi Saluran Irigasi


Dimensi saluran dan bangunan yang direncanakan harus mampu mengalirkan debit rencana. Debit rencana adalah jumlah air per satuan waktu yang direncanakan untuk dialirkan. Untuk mengetahui besarnya debit rencana, terlebih dahulu perlu dihitung kebutuhan air di sawah dan kehilangan air yang mungkin terjadi. a. Debit Rencana Saluran 1) Debit rencana untuk saluran primer, sekunder dan subsekunder * Q=qxA (4) 0.5 * S = 11.5467 x C (Q/V) (5) * Qr = Q + S (6) dengan : * q = kebutuhan air tiap satuan luas (Lt/dt/ha) * A = Luas daerah yang diairi (ha) * S = Kehilangan air akibat rembesan (Moritz), dalam lt/dt/km * V = kecepatan pengaliran di saluran (m/dt) * C = koefisien moritz, Tabel-1 * Qr = debit rencana (Lt/dt)

. Rumus Hidrolika
Rumus pengaliran yang umum dipakai dalam perhitungan dimensi saluran adalah: Rumus Kontinuitas: Q=AxV (8) Rumus Manning: * A = (b + m x d ) x d (10) dengan: 3 Q = debit rencana (m /dt) V = kecepatan aliran (m/dt) 2 A = luas penampang basah (m ) P = keliling basah (m) R = jari-jari hidrolis (m) b = lebar dasar saluran (m) d = tinggi air normal di saluran (m) m = kemiringan tebing saluran (H : V = 1 : m ) S = kemiringan dasar saluran (m/m) n = angka kekasaran Manning, Tebal-2

Tabel-2. Koefisien Kekasaran Manning (n)

1 1.1 1.2

1.3 2 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 3 3.1 3.2 3.3 4 4.1 4.2 4.3 4.4

Jenis Saluran dan Material Saluran tertutup, aliran bebas Saluran dari beton Saluran dari pasangan bata - dilapisi adukan semen - dilapisi dan dilicinkan Saluran dari pasangan olakan disemen Saluran dengan lapisan Lapisan semen permukaan rapi Lapisan semen adukan Lapisan plesteran Lapisan pasangan batu seragam Lapisan pasangan batu tak sama Lapisan pasangan batu kosong Lapisan pasangan bata dilicinkan Lapisan tanah Saluran Tanpa Lapisan Saluran bersih baru diselesaikan Saluran bersih setelah digunakan Saluran banyak belokan Saluran Alam Bersih, lurus Lurus, banyak batu dan tanaman kecil Bersih berbelok-belok, banyak kedung Berbelok-belok sedikit tanaman kecil dan batu

n 0.011-0.014 0.012-0.017 0.01-10.015 0.018-0.030 0.010-0.013 0.011-0.015 0.011-0.015 0.015-0.020 0.017-0.024 0.023-0.036 0.011-0.015 0.022-0.025 0.016-0.020 0.018-0.025 0.023-0.030 0.025-0.033 0.030-0.030 0.033-0.045 0.035-0.050

Perhitungan Dimensi Saluran Tabel-3. Ancangan Dimensi Saluran

Q 0.00-0.15 0.15-0.30 0.30-0.40 0.40-0.50 0.50-0.75 0.75-1.50 1.50-3.00 3.0-04.50 4.50-6.00 6.00-7.50 7.50-9.00

b/d 1.0 1.0 1.5 1.5 2.0 2.5 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5

V 0.25-0.30 0.30-0.35 0.35-0.40 0.40-0.45 0.45-0.50 0.50-0.55 0.55-0.60 0.60-0.65 0.65-0.70 0.70 0.70

H:V 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1 1:1 1 : 1,5 1 : 1,5 1 : 1,5 1 : 1,5

F Tanggul Tanggul 0.30 1.50 0.30 1.50 0.40 1.50 0.40 1.50 5.00 0.50 1.50 5.00 0.50 1.50 5.00 0.60 1.50 5.00 0.60 2.00 5.00 0.60 2.00 5.00 0.60 2.00 5.00 0.60 2.00 5.00

d. Mencari Lebar Saluran Diketahui: 3 Misal Hasil perhitungan Q = 5 m /dt Misal Perkiraan V dari Tabel 6.3 = 0.70 m/dt 2 A=V/Q, misal menghasilkan A=7.14 m Persamaan lain untuk A pada penampang trapesium: A=(b+m.d)d Perkiraan b/d dari Tabel 6.3 Misal b/d=3.5 b=3.5.d dan m=1.5 2 A=(3,5d+1,5d)d = 5d 2 0.5 Jadi: 7.14 = 5 d -- d= (7,14/5) = 1,19m Telah diasumsi b/d=3.5 b= 3.5 x 1.19 = 4.16 m dibulatkan 4.20 m

Mencari kemiringan saluran: Tahap awal dalam penentuan dimensi saluran adalah menentukan besarnya kemiringan dasar saluran. Kemiringan dasar saluran yang diambil harus sedemikian rupa, sehingga dimensi saluran yang dihasilkan sesuai dengan keadaan lapangan. Dengan bantuan angka dalam Tabel 6.3, kemiringan dasar saluran dapat ditentukan: Berdasarkan Q yang direncanakan, dapat dipilih : b/d, V, dan m Selanjutnya dapat dihitung: A=Q/V (12) A = (b + m.d) x d (13) Dengan substitusi bilangann b/d dalam persamaan 6.13 dan menyamakan persamaan 6.12 dengan persamaan 6.13, maka besarnya d dapat dicari. Berdasarkan nilai d dan perbandingan b/d yang diperoleh dari Tabel 6.3, maka nilai b diperoleh. Agar rencana dapat dilaksanakan dengan baik, nilai b dibulatkan 1 (satu) angka di belakang koma. Karena pembulatan ini maka nilai d yang teliti perlu dicari lagi setelah kemiringan dasar saluran ditentukan. Dari parameter di atas dapat diketahui besarnya nilai A dan P untuk mencari R, yaitu: A = (b + m.d) d (14) 2 0.5 P = b + 2 d (1 + m ) (15) R = A/P (16) - Berdasarkan nilai V yang diambil dari Tabel 6.3, nilai R dari persamaan 6.16, dan nilai n dari Tabel 6.2, maka besarnya S dapat dicari, yaitu: 2/3 2 *S=[(Vxn)/(R )] (17) Agar kemiringan hasil perhitungan ini dapat dilaksanakan dengan baik dilapangan perlu dilakukan pembulatan. Meskipun sudah ada pedoman, tinggi air dalam saluran dibatasi tidak lebih dari 1.50 meter. Hal ini dimaksudkan agar keamanan bagi penduduk sekitar saluran dapat dijamin. Lebar tanggul saluran irigasi dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dilalui orang. Selain itu, sepanjang saluran induk dan sekunder, di mana debit pengalirannya cukup besar, diperlukan jalan inspeksi dengan perkerasan agar dapat dilalui kendaraan roda empat. Lebar tanggul dapat dibuat berdasarkan besarnya debit seperti dalam Tabel 6.3. Saluran subsekunder dan tersier tidak perlu jalan inspeksi.

f. Mencari tinggi air di saluran Tinggi air saluran dapat dibedakan atas 2 (dua) macam, yaitu: Tinggi air normal, yaitu tinggi air saluran yang diperhitungkan atas dasar 100 % Q rencana. Tinggi air rendah, yaitu tinggi air saluran yang diperhitungkan atas dasar 70 % Q rencana Tinggi air saluaran harus diperhitungkan pada dua keadaan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pada saat aliran maksimal, saluran mampu mengalirkan air, dan pada saat air rendah, saluran dan bangunan-bangunan masih tetap berfungsi dengan baik. Untuk mengetahui tinggi air di saluran, dilakukan cara coba-coba, sebagai berikut: A = (b +m )d dengan: A P R Q n S m P = b + 2d (1 + m ) R = A/P V=(R A.R
2/3 2/3 2 0.5

xS )/n
2/3

1/2

Q=Ax(R

xS )/n
1/2

1/2

= ( Q x n )/ S

= luas penampang basah = keliling penampang basah = jejari hidraulik = debit air saluran = koefisien kekasaran Manning = kemiringan dasar saluran = kemiringan tebing/dinding saluran

g. Mencari kecepatan aliran Dari hasil perhitungan a dan b di atas, selanjutnya dapat dihitung besarnya kecepatan aliran yang sebenarnya terjadi di saluran sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan, yaitu: 2/3 1/2 *V=(R xS )/n Besarnya kecepatan pengaliran (V) yang terjadi harus masih dalam batas yang diizinkan. Jika ternyata V yang terjadi di luar dari batas yang diizinkan harus dilakukan perubahan pada variable yang lain. Perubahan dapat dilakukan pada : Kemiringan dasar saluran atau pada Lebar dasar saluran.

You might also like