You are on page 1of 35

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertambangan Dan Sektor Perdagangan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda.

Dalam penulisan makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.Oleh karena itu,saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

.Saya

sadar

bahwa itu

dalam

makalah

in i

masih

jauh

dari dan

kesempurnaan,Hal

dikarenakan

keterbatasan

kemampuan

pengetahuan saya.Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Akhir kata, saya memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................................

1 2

BAB I

PENDAHULUAN ......................................................................... 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1.2 Perumusan Masalah .............................................................. 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................

4 4 7 7

BAB II

DASAR TEORI ........................................................................... 2.1 Keuangan Negara ................................................................ 2.2 Penerimaan Daerah,perpajakan dan retribusi ...................... 2.3 PDRB .................................................................................. 2.3.1 Pengertian mengenai PDRB Menurut Penggunaan .... 2.3.2 Pembagian PDRB ................................................... 2.4 Hubungan antara PDRB dan PAD ........................................ 2.5 Definisi Konsepsional ............................................................ 2.6 Kerangka Pikir ....................................................................... 2.7 Kerangka Konsep .................................................................. 2.8 Hipotesis ............................................................................... 24

9 9 19 22 23

25 25 26 27 29

BAB III

METODE PENELITIAN ...................................................... 3.1 Definisi Operasional ....................................................... 3.2 Rincian data yang diperlukan .......................................... 3.3 Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 3.4 Teknik Pengumpulan Data ............................................... 3.5 Alat analisis dan pengujian hipotesis ...............................

30 30 30 31 32 32 33

Daftar Pustaka.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Nasional merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas

sebagaimana yang di amanatkan dalam Undang-Undang dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia memajukan kesejahtraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta melaksanakan ketertiban dinia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial Negara. Berbagai macam prospek pembangunan telah dilakukan dari Orde Lama, Orde Baru hingga masa Reforasi untuk terus mendorong kesejahtraan dan kemajuan bangsa kea rah yang lebih baik, dalam hal ini pembangunan nasional juga harus dimulai dari,oleh, dan untuk rakyat, dilaksanakan diberbagai aspek kehidupan bangsa yang meliputi politik, ekonomi, sosial budaya dan aspek pertahanan keamanan. Pembangunan nasional pada dasarnya sangat membutuhkan kesinergian antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat adalah pelaku utama dalam pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan pemerintah harus saling menunjang, saling mengisi, saling melengkapi dalam memajukan masyarakat dan nasional pada umumnya. Pelaksanaan pembangunan mancakup aspek kehidupan bangsa, yaitu aspek politik,ekonomi,sosial budaya, dan pertahanan keamanan secara berencana, menyeluruh,terarah,terpadu,bertahap dan berkelanjutan untuk memacu peningkatan kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang lebih maju. Oleh karena itu,sesungguhnya pembangunan nasional merupakan

pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
4

Instrumen dokumen perencanaan pembangunan nasional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai acuan utama dalam memformat dan menata sebuah bangsa, mengalami dinamika sesuai dengan perkembangan dan perubahan zaman. Perubahan mendasar yang terjadi adalah semenjak bergulirnya bola reformasi, seperti dilakukannya amandemen UUD 1945, demokratisasi yang melahirkan penguatan desentralisasi dan otonomi daerah. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Hal ini berarti dalam pelaksanaan pembangunan nasional adalah sebagai berikut : 1) Ada keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kebulatan yang utuh dalam

seluruh kegiatan pembangunan. Pembangunan adalah untuk manusia dan bukan sebaliknya manusia untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa ini dan jangka panjang, unsur manusia, unsur sosial budaya, dan unsur lainnya harus mendapat perhatian yang seimbang. 2) Pembangunan adalah merata untuk seluruh masyarakat dan di seluruh

wilayah tanah air. 3) Subyek dan obyek Pembangunan adalah manusia dan masyarakat Indonesia,

sehingga pembangunan harus berkepribadian Indonesia dan menghasilkan manusia dan masyarakat maju yang tetap berkepriadian Indonesia pula. 4) Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan Pemerintah.

Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing, serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan masyarakat dan kegiatan Pemerintah saling mendukung, saling mengisi, dan saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional. Indikator yang dapat digunakan untuk melihat perkembangan

perkembangan perekonomian suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari masing masing sektor yaitu sektor pertambangan dan sektor perdagangan terhadap perekonomian daerah khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Samarinda.

Kebijakan otonomi daerah memberi peluang bagi perubahan paradigma pembangunan yang semula lebih mengedepankan pencapaian pertumbuhan menjadi pemerataan dengan prinsip mengutamakan keadilan dan perimbangan. Semangat perubahan paradigma tersebut oleh pemerintah ditindaklanjuti dengan terbitnya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Sejak diberlakukan Otonomi Daerah, pembangunan ekonomi Kota Samarinda cukup pesat. Ini ditunjukkan melalui peningkatan penerimaan daerah yang tertuang dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Samarinda. Untuk melihat

perkembangan ekonomi suatu daerah khususnya KotaSamarinda, maka dibutuhkan suatu indikator ekonomi yang mampu memberikan gambaran, salah satu yang dapat menggambarkan sejauh mana perkembangan ekonomi suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu langkah yang ditemouh pemerintah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) guna pembangunan daerah dan kesejahteraan penduduknya, Komposisi pendapatan Daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan yang berasal dari pemerintahan dan Instansi yang lebih tinggi. Dengan mengetahui besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari suatu daerah, dapat diketahui pula kemampuan pemerintah daerah dalam melayani masyarakat. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil Pengeluaran Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain lain Pendapatan yang sah. Beberapa faktor kunci yang menopang PAD yaitu : Pertama, sektor perdagangan, manufaktur dan jasa yang berkembang secara substansial. Kedua, pajak pajak daerah, retribusi, dan penerimaan lainnya. Ketiga, sumber sumber PAD berlokasi disektor modern yang umumnya terdaftar sehingga menguntungkan. Pentingnya kemandirian suatu daerah dalam membangun dan menjalankan semua urusan pemerintahan yang diserahkan pemerintah atasan adalah

kemampuannya untuk membiayai kebutuhan daerah. Suatu hubungan antara


6

pemerintah pusat dan daerah dikatakan ideal apabila Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) menyumbangkan sebagian dari seluruh pendapatan daerah dibandingkan (PAD) menyumbangkan sebagian dari seluruh pendapatan daerah dibandingkan dengan subsidi. Asumsinya adalah PDRB dapat meningkatkan PAD yang diikuti adanya pertumbuhan ekonomi sebagai bukti keberhasilan Pemerintah Daerah dalam mengelola dan mamanfaatkan sumber daya yang ada. PAD merupakan indikator untuk mengukur kemandirian daerah. Untuk mengetahui pengaruh PDRB sektor pertambangan dan Penggalian seerta sektor Perdagangan terhadap PAD, maka peneliti melakukan penelitian berjudul Pengaruh PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian serta Sektor Perdagangan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan, maka masalah yang dihadapi dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah PDRB sektor Pertambangan dan Penggalian serta sektor perdagangan berpengaruh secara simultan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda ? 2. Variabel manakah yang berpengaruh dominan terhadap PAD Kota Samarinda ?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan diatas, maka Tujuan dan Kegunaan penelitian sebagai berikut : Tujuan Penelitian adalah : Untuk mengetahui pengaruh PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian serta Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda.
7

Kegunaan Penelitian : 1. Dapat menuntun peneliti agar dapat berpikir deduktif. Artinya berdasarkan studi teori ditemukan hal hal yang bersifat umum atau universal dan dapat diterapkan pada keadaan yang bersifat khusus atau spesifik. 2. Dapat menuntun peneliti agar dapat berpikir sesuai dengan pola pikir induktif. Artinya berdasarkan studi empirik ajan ditemukan hal hal yang bersifat khusus atau spesifik dan dapat diterapkan kepada keadaan yang bersifat umum atau universal.

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Keuangan Negara Dalam suatu Negara selalu ada campur tangan pemerintah dalam perekonomian, meski ada perbedaan kadar campur tangan tersebut. Dalam konteks perekonomian modern, peranan pemerintah dapat di pilah dan ditelaah menjadi empat macam kelompok peran, yaitu : peran alokasi, yakni peranan pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi. Peran distribusi, yakni peranan pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil hasil ekonomi secara adil dan wajar, yakni peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika dalam keadaan disekuilibrium; dan peran dinamisasi, yakni peranan pemerintah dalam menggerakkan proses pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, berkembang dan maju. Keuangan Negara Adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut Ilmu Keuangan Negara (Public Finance / Government Finance) merupakan bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari tentang kegiatan-kegiatan pemerintah dalam bidang ekonomi, terutama mengenai pengeluaran dan penerimaan negara, serta pengaruhnya dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam buku Keuangan Negara dari Badan Pemeriksa Keuangan (1998) dinyatakan bahwa: keuangan negara adalah kekayaan yang dikelola oleh pemerintah meliputi uang dan barang yang dimiliki; kertas berharga yang bernilai uang yang dimiliki; hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang;

dana-dana pihak ketiga yang terkumpul atas dasar potensi yang dimiliki dan atau dijamin baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan-badan usaha, yayasan maupun institusi lainnya. Menurut M. Hadi, Keuangan Negara adalah: Semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu, baik uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara, berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban dimaksud (1973). M. Subagio mengemukakan pengertian keuangan negara secara lebih luas lagi, yaitu sebagai berikut: Keuangan Negara terdiri atas hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya itu. Hak Negara meliputi hak menciptakan uang, hak mendatangkan hasil; hak melakukan pungutan hak meminjam dan hak memaksa.Kewajiban Negara meliputi kewajiban menyelenggarakan tugas negara demi kepentingan masyarakat; dan kewajiban membayar hak-hak tagihan pihak ketiga (1988). Harjono Sumosudirdjo mengartikan Keuangan Negara sebagai: semua hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu, baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan negara, berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut (1983).

Juniadi Soewartoyo, SE, M.Si menyatakan bahwa apabila keuangan negara diberikan arti luas, maka ruang lingkupnya mencakup dua kegiatan pengelolaan, yaitu; a) Pengelolaan keuangan negara melalui anggaran negara atau pengelolaan secara langsung. Ini merupakan pengelolaan keuangan negara yang dilaksanakan dalam APBN untuk tingkat pemerintah pusat serta APBD untuk tingkat pemerintah provinsi, kabupaten dan kota dengan

pengaturannya berupa antara lain Undang-undang APBN dan Peraturan Presiden tentang pelaksanaan APBN yang diterbitkan setiap tahun anggaran. b) Pengelolaan keuangan negara yang dipisahkan dari anggaran negara yakni yang dilaksanakan oleh berbagai bentuk usaha dari BUMN/BUMD
10

sampai dengan yayasan yang didirikan pemerintah. Peraturannya melalui ketentuan hukum yang berlaku umum untuk dunia usaha seperti KUH Perdata, KUH Dagang serta berbagai peraturan perundangan lainnya yang berkaitan dengan dunia usaha seperti Undang-undang Perbankan atau Perseroan Terbatas.

Dari penjelasan di atas, khususnya pengelolaan keuangan negara melalui anggaran negara atau pengelolaan secara langsung, maka manajemen keuangan negara sudah termasuk di dalamnya aspek-aspek keuangan daerah yang harus dikelola dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan perkataan lain pengelolaan keuangan negara merupakan bagian dari keuangan negara sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Dilihat dari segi pengelolaan (manajemen) maka terdapat pemisahan antara pengelolaan keuangan oleh pemerintah pusat dan pengelolaan keuangan oleh pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui bahwa pengertian keuangan negara tidak hanya berupa uang negara, melainkan seluruh kekayaan negara termasuk di dalamnya segala hak dan kewajiban yang timbul karenanya, baik kekayaan itu berada dalam pengelolaan para pejabat/lembaga pemerintah, pengelola bank-bank pemerintah, yayasan pemerintah, badan usaha negara dan badan usaha lainnya dimana pemerintah mempunyai kepentingan khusus dan terikat dalam perjanjian dengan penyertaan pemerintah ataupun penunjukan pemerintah. Pengertian keuangan negara secara yuridis formal (Undang-undang No.17 Tahun 2003) adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu baik berupa barang maupun uang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Sebagai definisi yang digunakan pada buku ini Manajemen Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pengelolaan keuangan negara yang dituangkan dalam anggaran.

11

Secara

ringkas

kegiatan

pengelolaan

itu

dimulai

dari

perumusan

kebijakan/pengambilan keputusan, penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran sampai dengan pengawasan / pemeriksaan dan pelaporan / pertanggung jawaban pelaksanaan anggaran. Cakupannya meliputi kegiatan pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja negara dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara yang dibiayai dari keuangan negara yang diarahkan pada pelayanan negara dalam

memberdayakan masyarakat. Undang-undang tentang BPK tidak merumuskan pengertian pengelolaan keuangan negara secara tegas, tetapi keuangan negara yang diperiksa oleh lembaga negara tersebut hingga saat ini ialah keuangan negara yang dikelola oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, badan-badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah. Menurut segi yuridis, BPK berpendapat bahwa pengertian keuangan negara yang dikehendaki UUD 1945 dan Undang-undang No.5 Tahun 1973 tentang BPK meliputi: Pertama, seluruh penerimaan dan pengeluaran, baik yang menyangkut pemerintah pusat, pemerintah daerah dan badan-badan usaha milik negara dan daerah maupun institusi yang menggunakan modal atau kelonggaran dari negara atau masyarakat. Kedua, seluruh kekayaan negara berupa harta yang berbentuk uang, barang, piutang, jasa serta hak-hak negara seperti: hak-hak menagih atas kontrak berupa pertambangan, hak penangkapan ikan, pengusahaan hutan, kewajiban-kewajiban atau utang-utang negara seperti dana pensiun, asuransi kesehatan, jaminan sosial tenaga kerja, kekayaan bersih negara dan kekayaan alamnya. Ketiga, kebijaksanaan-kebijaksanaan anggaran, fiskal, moneter beserta akibatnya dibidang ekonomi.

12

Keempat, keuangan lainnya yang dikelola oleh pemerintah pusat dan daerah dan badan-badan yang menjalankan kepentingan negara atas uang yang dimiliki negara ataupun uang/dana yang dimiliki masyarakat. Atas dasar hal tersebut di atas, dapat diketahui bahwasannya cakupan keuangan negara lebih luas dari pengelolaan keuangan negara yang tidak sematamata kegiatan, melainkan mencakup kekuasaan/kewenangan, hak dan kewajiban dan akibat-akibat dari pelaksanaan kekuasaan itu, termasuk juga uang, barang dan atau asset yang dikelola oleh pemerintah pusat dan daerah serta institusi pemerintahan lainnya. Dari aspek otoritas (kewenangan) atau kekuasaan penyelenggaraan

pemerintahan negara, maka kekuasaan pengelolaan keuangan negara merupakan subsistemnya. Dengan kata lain kekuasaan pengelolaan keuangan negara merupakan bagian dari kekuasaan penyelenggaraan pemerintahan (Negara). Manajemen Keuangan Negara sebagai bidang studi yang mempelajari dan diajarkan pada lembaga atau program pendidikan dan pelatihan adalah merupakan bagian penting dari administrasi negara. Saat ini manajemen keuangan negara telah berkembang sedemikian rupa terpisah dari bidang studi administrasi negara dalam artian menjadi fokus telaahan tersendiri dalam konteks bidang profesi yang spesialistis. Perpaduan bidang studi manajemen dan keuangan negara dalam praktek menjadikannya ilmu pengetahuan terapan. Oleh karena itu terminologi manajemen keuangan negara dalam buku ini merupakan substitusi dari istilah pengelolaan keuangan negara yang lazim di gunakan dalam ketentuan peraturan perundangan bidang keuangan negara. Berdasarkan pertimbangan akademik dan praktis maka penyebutan bidang studi ini digunakan silih berganti antara manajemen keuangan negara dengan pengelolaan keuangan negara. Hal ini mengingat di Indonesia istilah manajemen sering disamakan dengan istilah pengelolaan, sekalipun tidak sepenuhnya bermakna persis sama. Sebagai bidang studi.

13

Manajemen Keuangan Negara terdiri dari dua istilah yang dipadukan, yaitu Manajemen, dan Keuangan Negara. Manajemen disini diberikan pengertian proses penyelenggaraan kegiatan pencapaian tujuan organisasi dengan

mendayagunakan sumber daya dalam organisasi. Sumber daya organisasi salah satunya adalah uang (money). Asas Keuangan Negara Dalam rangka mendukung terwujudnya kepemerintahan yang baik ( good governance) dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka keuangan negara harus diselenggarakan secara profesional, terbuka dan bertanggung jawab sesuai dengan ketentuan pokok yang ditetapkan oleh Konstitusi (UUD 1945). Sesuai dengan amanat Pasal 23C Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang Keuangan Negara perlu menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam konstitusi tersebut ke dalam asas-asas umum yang meliputi, baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan negara seperti azas tahunan, azas universalitas, azas kesatuan dan azas spesial maupun asas-asas baru sebagai pencerminan dari best practice (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam keuangan negara. Asas-asas tersebut, diantaranya adalah: 1. Asas akuntabilitas yang berorientasi pada hasil, 2. Asas profesionalitas, 3. Asas proporsionalitas, 4. Asas keterbukaan dalam mengelola keuangan, 5. Asas pemeriksanaan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri. Asas-asas umum tersebut diperlukan guna menjamin terselenggaranya prinsip prinsip pemerintahan yang baik. Dengan dianutnya asas asas umum tersebut di dalam Undang Undang Keuangan Negara, pelaksanaan Undang Undang ini selain menjadi acuan dalam reformasi manajemen keuangan negara, sekaligus dimaksudkan untuk memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia.

14

Fungsi Keuangan Negara Dalam penjelasan Pasal 3 ayat (4) Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keungan Negara, dijelasakan sebagai berikut : 1. Fungsi otorisasi mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan; 2. Fungsi perencanaan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi

pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan. 3. Fungsi pengawasan mengandung arti bahwa anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan; 4. Fungsi alokasi mengandung arti anggaran negara harus diarahkan untk mengunrangi pengangguran dan pemborosan sumber`daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian; 5. Fungsi distribusi mengandung arti bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan; 6. Fungsi stabilitas mengandung arti bahwa anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental

perekonomian.

Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara

1. Presiden Sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) Undang Undang Nomor 17 Tahun 203

bahwa Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasaan Pemerintahan. Selanjutnya kekuasaan tersebut dikuasakan kepada: a. Menteri Keuangan, selaku pengelola fiscal dan wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan Negara yang dipisahkan; b. Menteri/pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran/ Barang

Kementerian Negara/lembaga yang dipimpinnya;

15

c. Gubernur/Bupati/Walikota selaku Kepala Pemerintahan Daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

2. Menteri Keuangan Selaku pengelola fiskal dan wakil Pemerintah Pusat dalam hal kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Menteri Keuangan sebagai Pembantu Presiden dalam bidang keuangan bertindak selaku Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia. Pasal 8 Undang-undang No.17 Tahun 2003 menetapkan bahwa dalam rangka pelaksanaan kekuasaan atas pengelolaan fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi mikro; b. Menyusun rancangan APBN dan rancangan perubahan APBN; c. Mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran; d. Melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan; e. Melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan Undang-undang; f. Melaksanakan fungsi Bendahara Umum Negara; g. Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (APBN); h. Melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan undang-undang.

3. Menteri/Pimpinan Lembaga Setiap Menteri/Pimpinan yang memimpin Kementerian Negara/Lembaga adalah sebagai pengguna anggaran/barang dan berkedudukan selaku Chief Operational Officer (COO) untuk suatu bidang pemerintahan tertentu. Lembaga dalam hal ini adalah Lembaga Negara dan Lembaga Pemerintah Non Kementerian Negara. Di lingkungan Lembaga Negara, yang dimaksud dengan Pimpinan Lembaga adalah pejabat yang bertanggungjawab atas manajemen keuangan Lembaga yang bersangkutan.

16

Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang Kementerian Negara/lembaga yang dipimpinnya, menurut Pasal 9 UU No.17 Tahun 2003 mempunyai tugas sebagai berikut: a. Menyusun rancangan anggaran Kementerian Negara/lembaga yang dipimpinnya; b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; c. Melaksanakan anggaran Kementerian Negara/lembaga yang dipimpinnya; d. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak dan menyetorkan ke Kas Negara; e. Mengelola piutang dan utang negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Piutang adalah hak negara dalam rangka penerimaan negara bukan pajak yang

pemungutannya menjadi tanggung jawab Kementerian Negara/Lembaga yang bersangkutan. Sedangkan utang dalam hal ini adalah kewajiban negara kepada pihak ketiga dalam rangka pengadaan barang dan jasa yang pembayarannya merupakan tanggungjawab kementerian

Negara/Lembaga berkaitan sebagai unit pengguna anggaran dan/atau kewajiban lainnya yang timbul berdasarkan Undang-undang/Keputusan Pengadilan; f. Mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggungjawab Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya; g. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian

Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan dimaksud adalah dalam rangka akuntabilitas dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara, termasuk prestasi kerja yang dicapai atas penggunaan anggaran; h. Melaksanakan tugas-tugas lain yang menjadi tanggungjawabnya

berdasarkan ketentuan Undang-undang.

4. Gubernur/Bupati/Walikota Sesuai dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagian kekuasaan Presiden dalam mengelola keuangan Negara diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota
17

selaku Pengelola Keuangan Daerah. Selaku Kepala Pemerintahan Daerah, berwenang mengelola keuangan daerah dan mewakili Pemerintah Daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan dan disesuaikan dengan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan negara. Kekuasaan dalam mengelola keuangan daerah tersebut dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah. Secara lebih rinci kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c : a. Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Kuangan Daerah selaku pejabat pengelola APBD; b. Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah. Dalam rangka pengelolaan Keuangan Daerah, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah mempunyai tugas sebagai berikut : a. b. c. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD; Menyusun rancangan APBD dan rancangan Perubahan APBD; Melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah; d. e. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah; Menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD;

Kepala

Satuan

Kerja

Perangkat

Daerah

selaku

pejabat

pengguna

anggaran/barang daerah mempunyai tugas : a. menyusun anggran satuan kerja oerangkat daerah yang dipimpinnya; b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran; c. Melaksanakan dipimpinnya; d. Melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak; e. Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tanggungf jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimp;innya;
18

anggaran

satuan

kerja

perangkat

daerah

yang

f. Mengelola barangmilik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; g. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan satuan kerja perangkat daerah yang dipimpinnya; Anggaran penerimaan dan belanja daerah (APBD) dalam konteks keuangan Negara terdiri dari pos pos penerimaan daerah dan dapat dikelompokkan ke dalam 5 kelompok besar, yaitu : a. Sisa anggaran tahun lalu b. Pendapatan Asli Daerah c. Dana Perimbangan d. Sumbangan dana dan bantuan e. Penerimaan pembangunan Dengan demikian apabila pemerintah di daerah dituntut untuk mengurus sendiri rumah tangganya dan kemudian melaksanakan sebagian faktor penting yang harus dipikirkan daerah adalah faktor sumber pembiayaan atau keuangan tersebut. Oleh karenanya keuangan daerah tersebut merupakan tolak ukur bagi penentuan kapasitas dalam menyelenggarakan tugas-tugas otonomi, disamping tolak ukur lainnya seperti kemampuan sumber daya manusia atau aparatur pemerintah daerah, kondisi demografi dan peran serta masyarakat setempat dalam pembangunan daerah. 2.2 Penerimaan Daerah, Perpajakan dan Retribusi Pendapatan Asli Daerah yang seterusnya disingkat PAD adalah sumber penerimaan daerah sehingga selalu diharapkan meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan pemerintah sebab bila tidak, maka akan semakin besar pula beban pembiayaan penyelenggaraan kegiatan pemerintah tersebut yang mungkin tidakn dapat diimbangi oleh kebutuhan biaya pembangunan, seperti ditujukan untuk memenuhi kepentingan umum. Hal ini tidak saja meliputi kegiatan pemerintahan saja, namun juga berkaitan dengan pembiayaan kegiatan perekonomian, dalam arti pemerintahan harus menggerakkan sedapat mungkin kegiatan ekonomi secara umum.

19

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam suatu Negara perlu adanya campur tangan pemerintah yang bisa mengambil suatu kebijakan tertentu misalnya dibidang perekonomian, meski ada kemajuan, tapi campur tangan tersebut tetap dibutuhkan untuk keseimbangan di semua sektor. Dalam konteks perekonomian modern, peranan pemerintah dapat dipilah dan telah berkembang menjadi empat macam model peran, yaitu : 1. Fungsi alokasi, yakni peran pemerintah dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi yang ada agar pemanfaatannya bisa optimal dan mendukung efisiensi produksi 2. Fungsi distribusi, yakni peran pemerintah dalam mendistribusikan sumber daya, kesempatan dan hasil-hasil ekonomi secara adil dan wajar. 3. Fungi Stabilitas, yakni peranan pemerintah dalam memelihara stabilitas perekonomian dan memulihkannya jika dalam keadaan disekuilibrium. 4. Fungsi dinamisasi, yakni peranan pemerintah dalam menggerakkan proses pembangunan ekonomi agar lebih cepat tumbuh, brkembanf dan maju.

Dari keempat peranan pemerintah tersebut, memberikan indikasi bahwa pemerintah selalu berupaya untuk memperoleh sumber sumber dana bagi pembiayaan penyelenggaraan pemerintah, juga sekaligus melakukan pengeluaranpengeluaran pemerintah yang merupakan salah satu unsur pendapat agregat pemerintah.

Secara agregat persamaan keseimbangan pendapatan nasional, yang menurut Soediyono (1990) dapat diekspresikan dalam persamaan sebagai berikut : Y = C + 1 + G + (X-M) .....................................................................................(2.1) di mana : C = a + b Yd ..................................................................................................(2.2) Yd = Y + Tr + Tx ............................................................................................(2.3)

20

Keterangan :

C adalah tingkat konsumsi agregat a adalah intersep atau konsumsi rumah tangga ketika Yd = 0 b adalah kecondongan hasrat konsumsi marginal Yd adalah pendapatan disponsable atau pendapatan nasional pajak Y adalah tingkat pendapatan nasional Tr adalah retribusi Tx adalah tingkat pajak Dengan demikian fungsi pajaknya adalah sebagai berikut :

Tx = t + hY ........................................................................................................(2.4)

di mana : Tx adalah Tingkat pajak T adalah Intersep H adalah kecondongan pajak marginal Y adalah tingkat pendapatan nasional Selanjutnya akan dikaji sumber sumber penerimaan daerah berkaitan dengan peranan pembangunan daerah untuk merealisasikan pembangunan daerah, oleh pemerintah daerah dijabarkan dalam bentuk Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) setiap tahunnya dan setelah disahkan oleh DPRD Kabupaten.

Kemudian

ditetapkan

menjadi

Peraturan

Daerah

tentang

Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (Mamesah, 1995) Pedoman yang mengatur penyusunan APBD diberikan oleh Departemen Dalam Negeri melalui Permedagri yang memiliki pola relatif sama, termasuk pos pos yang tercantum dalam APBD tersebut (Susetyo, 1998).

21

Dalam APBD tersebut tercermin kemampuan daerah dalam menggali sumber sumber penerimaan daerah, yang sangat ditentukan oleh kapasitas yang dimiliki dan di antara sumber penerimaan daerah adalah penerimaan daerah sendiri (PDS) antara lain terdiri dari PAD.

Dasar pengenaan pajak adalah obyek pajak dimana dasar pajak dapat berupa pendapatan, nilai mata uang dagangan, atau nilai transaksi, tergantung pada jenis pajaknya, apakah itu pajak atas pendapatan, mata usaha dagang, atau suatu kegiatan bersifat transaksi.

Ada beberapa jenis pajak bila dilihat dari produk hukum antara dasar pajak dengan persentase pajak, yaitu progresif, proporsionl, atau regresif. Pajak progresif adalah pajak yang persentase pajaknya semakin besar dengan semakin besarnya dasar pajak; Pajak Proporsional adalah pajak yang persentase pajaknya merupakan nisbah yang tetap terhadap dasar pajak.

Pajak regresif adalah pajak yang persentase pajaknya tidak berubah atau justru semakin kecil dengan bertambah dasar pajak (Sicat dan Arndt, 1991) sebagaimana dikutip dalam Rizalli.

2.3 Produk Domestik Regional Bruto Untuk meningkatkan tingkat optimum pembangunan kita harus membuat pertimbangan nilai terhadap distribusi pendapatan, komposisi output, selera, biaya nyata dan perubahan tertentu lainnya yang berkaitan dengan kenaikan pendapatan tersebut. Penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, yaitu pendekatan produksi (production approach), pendekatan pendapatan (income approach), dan pendekatan pengeluaran

(expenditure approach). Nilai PDRB yang dihitung melalui pendekatan produksi menjelaskan bagaimana PDRB dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi yang beroperasi di suatu

22

wilayah. Penghitungan PDRB yang demikian disebut sebagai PDRB menurut sektor atau biasa disebut sebagai PDRB dari sisi penyediaan (supply side). Permintaan domestik dapat berupa konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta nirlaba, konsumsi pemerintah, dan pembentukan modal tetap bruto. Sedangkan permintaan dari luar wilayah domestik berupa ekspor. Namun, karena untuk memenuhi permintaan terhadap barang dan jasa dari suatu wilayah belum mencukupi, maka dipenuhi dari luar wilayah (impor). Dalam PDRB menurut penggunaan, ekspor barang dan jasa dikurangi dengan impor barang dan jasa disebut dengan ekspor neto. Selisih antara permintaan (demand) dan penyediaan (supply) yang mencerminkan perbedaan statistik (statistical discrepancy) dicakup dalam perubahan inventor (change in inventories) Pada tingkat regional digunakan istilah PDRB Terhadap pendapatan regional. Menurut Partadiredja (2000:84) definisi PDRB sebagai nilai tambah perekonomian regional, yang dimaksud dengan istilah regional (daerah) disini adalah Propinsi atau Kabupaten/Kota. 2.3.1 Pengertian Mengenai PDRB Menurut Penggunaan PDRB menurut penggunaan disebut juga sebagai PDRB menurut permintaan atau PDRB menurut pengeluaran. Dilihat dari sisi permintaan, PDRB merupakan jumlah seluruh nilai akhir barang jadi dan jasa (output) yang diproduksi di suatu daerah/wilayah selama periode waktu tertentu. Yang dimaksud dengan barang jadi adalah barang yang tidak digunakan untuk diproses kembaki oleh suatu industri, tetapi untuk dikonsumsi oleh penduduk. Barang setengah jadi tidak termasuk dalam penghitungan PDRB, karena barang setengah jadi digunakan untuk diproses kembali menjadi barang jadi, sehingga nilai barang setengah jadi tersebut sudah termasuk didalam barang jadi yang dihasilkan. Sedangkan dari sisi pengeluaran, PDRB merupakan jumlah seluruh pengeluaran (expenditure) yang dilakukan oleh seluruh institusi pada suatu daerah/wilayah selama satu tahun. Institusi-institusi tersebut terdiri atas rumah tangga, perusahaan dan pemerintah.
23

Dengan demikian, sesuai dengan konsep ekonomi makro, PDRB menurut penggunaan terbagi menjadi empat kelompok pengeluaran utama, yaitu

pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga, pengeluaran untuk kegiatan investasi, pengeluaran/belanja sektor pemerintahan dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor). Penghitungan PDRB menurut penggunaan yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000. Perhitungan atas dasar harga berlaku adalah penghitungan terhadap semua komponen PDRB yang dinilai atas dasar harga masing-masing tahun. Perhitungan PDRB Provinsi Kalimantan Timur menggunakan harga berlaku menjelaskan tentang perkembangan nilai nominal PDRB Provinsi Kalimantan Timur, yang selain dipengaruhi oleh perkembangan kuantitas permintaan juga dipengaruhi oleh perkembangan harga. Sedangkan dengan harga konstan, pengaruh perubahan harga sudah dihilangkan dari perhitungan PDRB, sehingga nilai PDRB atas dasar harga konstan merupakan perkembangan riil dari PDRB pada suatu periode waktu tertentu. 2.3.2 Pembagian PDRB Pembagian PDRB, selain PDRB menurut lapangan usaha/sektor ekonomi, juga dilengkapi dengan publikasi PDRB menurut penggunaan. Dengan demikian ada dua jenis publikasi yang diterbitkan setiap tahunnya, yaitu : 1. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Publikasi ini berisi tabel-tabel nilai tambah bruto sektoral, laju pertumbuhan, distribusi peresentase dan PDRB per kapita, atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000. Penyajian dibedakan menurut PDRB migas dan non migas. Untuk melengkapi tabel tabel tersebut ditambahkan pula beberapa penjelasan singkat tentang ruang lingkup, metodologi, konsep dan definisi, serta sumber data penghitungan nilai tambah masing masing sektor/subsektor. Ulasam deskriptif juga disajikan untuk memperoleh gambaran umum tentang keadaan perekonomian regional.

24

2. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Penggunaan Publikasi ini diterbitkan dalam susunan yang sama dengan publikasi PDRB menurut lapangan usaha. Perbedaannya pada rincian, yaitu lapangan usaha/sektor diganti dengan komponen komponen penggunaan. Komponen tersebut adalah : Pengeluaran Konsumsi rumah tangga, Pengeluaran Konsumsi Pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Bruto, Perubahan Inventori dan Ekspor Neto (Ekspor dikurangi Impor). 2.4 Hubungan Antara PDRB Dan PAD Satu tujuan utama dari desentralisasi fiskal adalah terciptanya kemandirian daerah. Pemerintah daerah diharapkan mampu menggali sumber sumber keuangan lokal, khususnya melalui Pendapatan Asli Daerah melalui pajak dan retribusi daerah dan pendapatan lainnya (Sidik, 2002). Daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan pajak daerah dan retribusi daerah yang positif yang dimungkinkan diperoleh dari PDRB atau pertumbuhan ekonomi yang selalu meningkat sepanjang tahun. PAD merupakan salah satu sumber pembelanjaan daerah. jika PDRB meningkat, maka pendapatan per kapita juga meningkat, sehingga pemerintah daerah akan berinisiatif untuk lebih menggali potensi-potensi daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan PDRB secara berkelanjutan akan menyebabkan peningkatan PAD daerah itu (Tambunan, 2006). 2.5 Definisi Konsepsional

Berdasarkan studi toritis, penelitian terdahulu dan kerangka teoritis, maka keterkaitan antar variabel yang menjadi fokus dalam studi ini dapat dijelaskan dalam beberapa definisi konseptual sebagai berikut :

1.

Pendapatan Asli Daerah yang aseterusnya disingkat PAD disini adalah

penerimaan yang berasal dari daerah sendiri yang terdiri : (1) hasil pajak daerah; (2) hasil retribusi daerah; (3) hasil perusahaan milik daerah dan pengeloaan kekayaan daerah yang dipisahkan; (4) lain lain pendapatan asli daerah yang sah, yang diharapkan dapat menjadi penyangga dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah (Syamsi, 1987 : 213 ).
25

2.

Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertambangan yang seterusnya

disingkat PDRB Sektor Pertambangan adalah bagian PDRB total, PDRB total ini adalah keseluruhan nilai uang daribarang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu daerah dalam satu tahun tertentu (Ratnaningsih dkk, 2006 : 3).

3.

Produk Domestik Regional Bruto yang seterusnya disingkat PDRB Sektor

Perdagangan adalah bagian dari PDRB total, PDRB total ini adalah keseluruhan nilai uang dari barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu daerah dalam satu tahun tertentu (Ratnaningsih dkk, 2006 : 3). 2.6 Kerangka Pikir Dengan demikian, berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan studi, penelitian terdahulu, kerangka teoritis dan definisi konseptual, maka terlebih dahulu disusun kerangka proses berpikir seperti Gambar 1 berikut ini :

26

Studi Teoritik 1.Keuangan Negara 2.Penerimaan Daerah Dan Perpajakan 3. Teori Pertumbuhan Ekonomi 4.Hubungan Antara PDRB dan PAD

Studi Empirik 1.Perkembangan PAD Kota Samarinda 2.Perkembangan PDRB 3.Perkembangan PDRB Sektor Pertambangan Kota Samarinda 4.Perkembangan PDRB Sektor

Perdagangan Kota Samarinda

HIPOTESIS

Uji Hipotesis dan Estimasi

SKRIPSI

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

2.7 Kerangka Konsep Berdasarkan studi teori dan studi empirik serta sintesis dari kedua studi tersebut, maka dapat disusun kerangka konsep yang akan digunakan dalam analisis studi. Teori adalah konsep yang dapat menuntun peneliti agar dapat berpikir deduktif. Artinya dalam teori dipastikan ditemukan keadaan yang bersifat khusus

27

atau spesifik. Sebaliknya studi empirik dapat menuntun peneliti agar dapat berpikir sesuai dengan pola pikir induktif. Artinya berdasarkan studi empirik akan ditemukan hal hal yang bersifat khusus atau spesifik dan dapat diterapkan kepada keadaan yang bersifat umum atau universal. Seterusnya berdasarkan kedua studi dan sintesis tersebut, maka dapat pula disusun beberapa rumusan hipotesis yang sangat mungkin dapat diuji

kebenarannya. Dalam studi ini pengujian hipotesis akan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif yang dianggap konsisten dan relevan dengan studi ini. Sehingga hipotesis yang telah diuji kebenarannya itu akan memunculkan temuan baru dan menjadi ilmu pengetahuan yang dalam studi ini akan menjadi konsep skripsi. Selain itu, diharapkan dari logika teoritis yang dikembangkan dengan hasil studi empirik ini dapat memberikan masukan yang lebih luas dalam pembahasan lebih lanjut. Konsisten dengan hipotesis yang akan dirumuskan serta variabel terpilih yang akan digunakan dan yang akan diukur serta pengaruh dari variabel variabel terpilih disajikan pada kerangka konseptual Gambar 2 halaman berikut :

28

PDRB Sektor Pertambangan (X1)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Y)

PDRB Sektor Perdagangan (X2)

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah, penelitian terdahulu, studi teoritik, dan studi empirik, serta kerangka konsep penelitian maka dapat dikemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. PDRB sektor pertambangan dan penggalian serta PDRB sektor perdagangan berpengaruh secara simultan terhadap PAD Kota Samarinda 2. PDRB Sektor pertambangan berpengaruh dominan terhadap PAD Kota Samarinda.

29

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Definisi Operasional merupakan definisi yang menjelaskan konsep yang masih abstrak menjadi gejala gejala nyata, sehingga dapat diukur dan diamati dalam penelitian ini. Dengan demikian dalam rangka pemecahan masalah yang ada, maka peneliti akan memberikan penjelasan suatu rumusan atau definisi operasional mengenai variabel-variabel yang diteliti. 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang berasal dari daerah sendiri yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain lain pendapatan asli daerah yang sah dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. 2. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertambangan dan penggalian adalah bagian dari hasil Sektor Pertambangan dan Penggalian dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. 3. Produk Domestik Regional Bruto Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran adalah bagian dari Penerimaan Perdagangan, Hotel dan Restoran dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2010. 3.2 Rincian Data yang Diperlukan Peneliti akan menyajikan data yang diperlukan dengan permasalahan yang telah dikemukakan sebagai analisis dalam pemecahan masalah. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Samarinda tahun 2003-2010. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Samarinda tahun 2003-2010. 1. PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian dari tahun 2003-2010. 2. PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dari tahun 2003-2010.
30

3.Data data lain yang menunjang materi penelitian ini. PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Samarinda yang telah dikemukakan : 1. PDRB Sektor Pertambangn dan Penggalian mempunyai banyak

perusahaan pertambangan yang mengelola hasil bumi berupa tambang seperti batu bara,minyak bumi, dan hasil tambang lainnya yang dapat menunjang dalam meningkatkan produk domestik regional bruto sektor pertambangan, sehingga dapat memberikan pemasukan terhadap

Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda. 2. PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mempunyai pengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda, hal ini dikarenakan majunya Kota Samarinda sebagai pusat perdagangan baik lokal, interlokal, nasional bahkan internasional. Untuk perhotelan sendiri banyak sekali hotel yang berdiri dari hotel kelas bawah hingga hotel berbintang dengan segala fasilitas dan kemewahan yang disediakan oleh para pemilik hotel menambah daya tarik bagi kemewahan yang disediakan oleh para pemilik hotel menambah daya tarik bagi para wisatawan baik lokal maupun luar ditambah lagi restoran yang berkelas mulai ditawarkan oleh pemerintah Kota Samarinda, sehingga mampu memberikan

penerimaan bagi PDRB sektor perdagangan, hotel dan restoran yang kemudian akan berimbas bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda. 3. PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian serta Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda, sehingga ditarik kesimpulan bahwa PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda. 3.3 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam ruang lingkup regional yaitu daerah kota Samarinda. Khususnya berkaitan dengan PDRB Sektor Pertambangan dan Penggalian serta PDRB Sektor Perdagangan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Samarinda.
31

3.4 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data yang dianalisis adalah data sekunder, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelitian kepustakaan Library Research yaitu pengumpulan data dari hasil penelitian instansi terkait atau penelitian yang diperoleh dari literatur literatur dan laporan ilmiah lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. 3.5 Alat Analisis dan Pengujian Hipotesis Sehubungan dengan permasalahan yang telah dirumuskan pada uraian terdahulu maka peneliti menggunakan alat analisis data secara deskriptif terhadap data yang telah diperoleh dari data sekunder. Pada proses analisis data yang telah diperoleh penulis menggunakan peralatan statistik yaitu regresi linear berganda. Di dalam analisis ini, terutama untuk mengetahui variabel variabel yang mempengaruhi PAD, dipergunakan peralatan statistik persamaan regresi linear berganda dan untuk menguji tingkat hubungan variabel-variabel yang

mempengaruhi peningkatan PAD Kota Samarinda digunakan koefisien korelasi. a. Persamaan Regresi Linear Berganda

Regresi merupakan suatu alat ukur uamg juga digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya korelasi atau hubungan antar variabel. Adapun rumus dari persamaan Regresi tersebut adalah sebagai berikut : Y = + b1X1 + b2X2 + e............... (Kustianto, 1995:19)

Dimana :

Y X1 X2

= Pendapatan Asli Daerah (PAD) = Jumlah PDRB Sektor Pertambangan = Jumlah PDRB Sektor Perdagangan
32

b1,b2 e

= Parameter Penduga = Parameter Konstanta = Std.Error

Untuk menghitung koefisien regresi digunakan rumusan sebagai berikut :

b0 Y b1 X1 + b2 X2
( )

b1=

b2 =

b. Rumus untuk mencari koefisien korelasi (R) adalah :

R=

atau

R=

(Bambang Kustianto, 1995 : 20)

Nilai dari koefisien korelasi (R) terletak antara -1 dan +1 (-1 r + 1) 1. Jika R = +1, terjadi korelasi positif sempurna antara variabel X dan Y. 2. Jika R = -1, terjadi korelasi negatif sempurna antara variabel X dan Y. 3. Jika R = 0, tidak terdapat korelasi antara variabel X dan Y. 4. Jika 0 < r < + 1, terjadi korelasi positif antara variabel X dan Y. 5. Jika -1 < r < 0, terjadi korelasi negatif antara variabel X dan Y. Dan setelah nilai parameter b1 dan b2 atau persamaan regresi linear berganda telah diketahui, maka untuk mengetahui kebenaran untuk menerangkan adanya pengaruh antara variable X terhadap variabel Y, maka dipergunakan Uji R (Koefisien Determinasi), Uji F dan Uji t.
33

Adapun perumusannya yaitu : 1. R (Koefisien Determinasi) Disini, nilai R diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : R=

Nilai koefisien penentu itu terletak antara 0 dan +1 (0 KP +1). Jika koefisien korelasinya adalah koefisien korelasi pearson (r), maka koefisien penentunya adala: KP = r x 100 % Dalam bentuk rumus, koefisien penentu (KP) dituliskan : KP =
[ ]

Yang menunjukkan apakah variabel variabel independen (X) yang ada, dapat memberikan pengaruhnya secara serentak terhadap variabel dependen (Y). Dimana R ini mempunyai range antara 0 sampai 1 atau 0 R 1. Semakin besar R (mendekati satu) semakin baik hasil regresi tersebut, dan semakin mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependen. 2. Uji F Uji F ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel variabel independent secara keseluruhan terhadap variabel dependent. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F
hitung

dengan F

tabel.

Dimana secara matematis dapat

dituliskan sebagai berikut : F hitung = F hitung > F tabel atau nilai signifikan 0,05 maka :

Hipotesis ditolak (menerima H0 dan menolak H1).


34

3. Uji t Uji t dilakukan untuk melihat signifikan dari pengaruh variabel variabel independen secara individual terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Pengujian ini dilakukan dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai t Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : t hitung =
hitung

dengan t

tabel.

Sb =

Syx =

t hitung > t tabel atau signifikan < 0,05, maka : Hipotesis diterima ( menolak H0 dan menerima H1 ) atau t hitung < t tabel nilai signifikan 0,05, maka :

Hipotesis ditolak (menerima H0 dan menolak H1).

35

You might also like