You are on page 1of 15

Kehilangan dan Berduka

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA KEHILANGAN DAN BERDUKA BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Lahir, kehilangan, dan kematian adalah kejadian yang unuiversal dan kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup seseorang. Kehilangan dan berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau disekitarnya. Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses ini ada keinginan untuk mencari bentuan kepada orang lain. Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004). Perawat berkerja sama dengan klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius. Kehilangan dan kematian adalah realitas yang sering terjadi dalam lingkungan asuhan keperawatan. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang mengalami kehilangan dan dukacita. Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian. Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian (Potter & Perry, 2005). 2. Permasalahan Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan kehilangan dan berduka disfungsional. 3. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah: 1. Tujuan umum 1. Mengetahui konsep kehilangan dan berduka. 2. Mengetahui asuhan keperawatan pada kehilangan dan berduka disfungsional 1. Tujuan khusus 1. Mengetahui jenis-jenis kehilangan. 2. Menjelaskan konsep dan teori dari proses berduka. 3. Mengetahui bagaimana strategi pelaksanaan dari kehilangan dan berduka.

BAB II

LANDASAN TEORI A.KONSEP TEORI 1.Pengertian a.Definisi kehilangan Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali. Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. b. Definisi berduka Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipeini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan. 2.Tanda dan gejala kehilangan a. Ungkapan kehilangan b. Menangis c. Gangguan tidur d. Kehilangan nafsu makan e. Sulit berkonsentrasi f. Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu: Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama Sedih berkepanjangan Adanya gejala fisik yang berat Keinginan untuk bunuh diri

3. Faktor faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan: a. Arti dari kehilangan b. Sosial dan budaya c. Kepercayaan spritual d. Peran seks e. Status sosial ekonomi f. Kondisi fisik dan psikologi individu

4. Tipe kehilangan Kehilangan dibagi menjadi 2 tipe yaitu: 1. Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,misalnya amputasi kematian orang yang sangat berarti/di cintai. 2. Persepsi Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan kebebasannya menjadi menurun. 5. Jenis-jenis Kehilangan Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu: 1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang. Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi. 2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self) Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi tubuh. 3. Kehilangan objek eksternal Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut. 4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru. 5. Kehilangan kehidupan/ meninggal Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian. 6.Fase-fase kehilangan dan berduka Fase berduka menurut kubler rose : 1. Fase penyangkalan(Denial) Fase ini merupakan reaksi pertama individu terhadap kehilangan atau individu tidak percaya.menolak atau tidak menerima kehilangan yang terjadi.pernyataan yang sering diucapkan adalah itu tidak mungkin atau saya tidak percaya .seseorang yang mengalami kehilangan karena kematian orang yang berarti baginya,tetap merasa bahwa orang tersebut masih hidup.dia mungkin mengalami halusinasi,melihat orang yang meninggal tersebut berada di tempat yang biasa digunakan atau mendengar suaranya. Perubahan fisik: letih, pucat, mual ,diare ,gangguan pernafasan , lemah ,detak jantung cepat, menangis, gelisah . 2. Fase marah (anger)

Fase ini dimulai dengan timbulnya kesadaran akan kenyataan terjadinya kehilangan individu menunjukkan perasaan marah pada diri sendiri atau kepada orang yang berada dilingkungan nya. Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini antara lain,muka merah,nadi cepat,susah tidur,tangan mengepal,mau memukul,agresif. Fase tawar menawar (bergaining) Individu yang telah mampu mengekspresikan rasa marah akan kehilangan nya ,maka orang tersebut akan maju ketahap tawar menawar dengan memohon kemuraha TUHAN,individu ingin menunda kehilangan dengan berkataseandainya saya hati-hati atau kalau saja kejadian ini bisa ditunda. Maka saya akan sering berdoa. 3. Fase depresi Individu berada dalam suasana berkabung,karena kehilangan merupakan keadaan yang nyata, individu sering menunjukkan sikap menarik diri,tidak mau berbicara atau putus asa dan mungkin sering menangis. 4. Fase penerimaan (acceptance) Pada fase ini individu menerima kenyataan kehilangan,misalnya : ya,akhirnya saya harus di operasi, apa yang harus saya lakukan agar saya cepat sembuh,tanggung jawab mulai timbul dan usaha untuk pemulihan dapat lebih optimal.secara bertahap perhatiannya beralih pada objek yang baru,dan pikiran yang selalu terpusat pada objek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang.jadi, individu yang masuk pada fase penerimaan atau damai, maka ia dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan kehilangan nya secara tuntas. Fase kehilangan menurut Engel: 1. Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat berupa pingsan, diare, keringat berlebih. 2. Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba dan mungkin mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah, bersalah, frustasi dan depresi. 3. Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah dan depresi, sudah mulai menghilang dan indivudu sudah mulai bergerak ke berkembangnya keasadaran Fase berduka menurut Rando 1. Penghindaran pada fase ini terjadi syok, menyangkal, dan ketidak percayaan 2. Konfrontasi pada fase ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang melawan kehilangan mereka dan kedudukan mereka paling dalam. 3. Akomodasi Pada fase ini klien secara bertahap terjadi penurunan duka yang akut dan mulai memasuki kembali secara emosional dan social sehari-hari dimana klien belajar hidup dengan kehidupan mereka. 4. Teori Martocchio Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun. Perbandingan 4 teori tentang berduka: PERBANDINGAN EMPAT TEORI PROSES BERDUKA ENGEL (1964) KUBLER-ROSS (1969) MARTOCCHIO (1985) RANDO (1991) Shock dan tidak percaya Menyangkal Shock and disbelief Penghindaran

Berkembangnya kesadaran Marah Yearning and protest Restitusi Tawar-menawar Anguish, disorganization and despair Konfrontasi Idealization Depresi Identification in bereavement Reorganization / the out come Penerimaan Reorganization and restitution Akomodasi

B.LAPORAN PENDAHULUAN A.Masalah utama : Duka cita B.proses terjadinya masalah : 1. Pengertian Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan (Lambert dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki (ermawati,2009) Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-lain. 2. g. h. i. j. k. l. 1. 2. 3. 4. 3. Tanda dan gejala Ungkapan kehilangan Menangis Gangguan tidur Kehilangan nafsu makan Sulit berkonsentrasi Karakteristik berduka yang berkepanjangan,yaitu: Mengingkari kenyataan kehilngan terjadi dalam waktu yang lama Sedih berkepanjangan Adanya gejala fisik yang berat Keinginan untuk bunuh diri Rentang respon

Adaptif Penyangkalan marah

Maladaptif tawar-menawar depresi penerimaan

1. Fase denial a. Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan b. Verbalisasi; itu tidak mungkin, saya tidak percaya itu terjadi . c. Perubahan fisik; letih, lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah. 2. Fase anger/marah a.mulai sadar akan kenyataan b. marah diproyeksikan pada orang lain c..reaksi fisik : muka merah,nadi cepat, gelisah,susah tidur,tangan mengepal. d.perilaku agresif 3. fase bergaining/tawar menawar a. Verbalisasi; kenapa harus terjadi pada saya ? kalau saja yang sakit bukan saya seandainya saya hati-hati . 4. Fase depresi a.Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa. b. Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun. 5. Fase acceptance a. Pikiran pada objek yang hilang berkurang. b. Verbalisasi ; apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh, yah, akhirnya saya harus operasi 4.Faktor Predisposisi Faktor prdisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah: 1. Genetic Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi proses kehilangan. 2. Kesehatan Jasmani Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik. 3. Kesehatan Mental Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan. 4. Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (StuartSundeen, 1991)

5.

Struktur Kepribadian

Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi. 5.Faktor Presipitasi Strees yang dapat menimbulkan perasaan kehilangan dapat berupa stress nyata, ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi: kehilangan kesehatan, kehilangan fungsi seksualitas, kehilangan peran dalam keluarga, kehilangan posisi dimasyarakat, kehilangan milik pribadi seperti: kehilangan harta benda atau orang yang dicintai, kehilangan kewarganegaraan, dan sebagainya. 6.Sumber koping Pasien yang mengalami kehilangan dan berduka akan mengalami tahap penolakkan,marah,tawar-menawar,depresi,dan penerimaan. keluarga yaitu orang tua atau kerabat dekat pasien,teman dekat,serta perawat berperan dalam memberikan kenyamanan dan pengertian pada pasien. 7.mekanisme koping

C.Pohon masalah Gangguan konsep diri berduka kehilangan D.Masalah keperawatan yang mungkin timbul 1. Berduka disfungsional 2. Kehilangan 3. Gangguan konsep diri E.Data yang dikaji 1. Data objektif a. Klien tampak sedih dan menangis b. Klien tampak putus asa dan kesepian c. Adanya perubahan dalam kebiasaan makan,pola tidur,tingkat aktivitas. d. Reaksi emosional klien tampak melambat e. Klien tampak marah berlebihan 2. Data subjektif a. Mengingkari kehilangan b. Kesulitan mengekspresikan perasaan c. Konsentrasi menurun d. Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain.

e. f.

Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan. Reaksi emosional yang lambat

f.Diagnosa keperawatan Diagnosa yang mungkin timbul pada klien yang mengalami kehilangan antara lain: Duka cita 3.Rencana keperawatan a. Tujuan Tujuan umum: Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas. Tujuan khusus: 1. Mampu mengungkapkan perasaan berduka 2. Menjelaskan makna kehilangan 3. Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal 4. Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif 5. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya 6. Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi 7. Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya 8. Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri 9. Klien dapat menerima kehilangan 10. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain

b. Rencana Tindakan keperawatan TAHAP TINDAKAN KEPERAWATAN Mengingkari Jelaskan proses berduka Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya Mendengarkan dengan penuh perhatian Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan Jangan bantah pengingkaran pasien,tetapi sampaikan fakta Teknik komunikasi diam dan sentuhan Perhatikan kebutuhan dasar pasien Marah Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat

Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.

Tawar-menawar Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya Dengarkan dengan penuh perhatian Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional Berikan dukungan spritual Depresi Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan pasien Hargai perasaan pasien Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki Penerimaan Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap yang sama pada saat yang bersamaan. Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah masa berkabung telah dilalui. Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah (menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman C.STRATEGI PELAKSANAAN Masalah utama : kehilangan dan berduka Pertemuan ke : 1 (respon mengingkari terhadap kematian anak) a.proses keperawatan 1.Kondisi : klien tampak menangis terus dan tampak lemah 2.Diagnosa : Duka cita 3.TUK : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 2. Klien mampu mengungkapkan perasaan berduka 4.Tindakan keperawatan : a. Bina hubungan saling percaya b. Jelaskan proses berduka c. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya d. Mendengarkan dengan penuh perhatian e. Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang dilakukan f. Teknik komunikasi diam dan sentuhan g. Perhatikan kebutuhan dasar pasien c. Strategi pelaksanaan 1. Fase pra interaksi Perawat melihat data-data pasien meliputi identitas pasien , alamat , pekerjaan , pendidikan , agama , suku bangsa ,riwayat kesehatan (RKS,RKD.RKK).Perawat telah siap melakukan tugas nya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa. 2. Fase orientasi

selamat pagi, bu ani. Saya perawat roma.bagaimana perasaan ibu sekarang? Saya akan menemani ibu sampai kemakam sampai prosesi pemakaman nya selesai ya bu. 3. Fase kerja apakah ibu mau menyampaikan sesuatu? Baiklah ibu saya paham dengan perasaan ibu saat ini,ibu sedih dan kita semua disini juga sedih, tapi semua itu sudah kehendak dari yang kuasa, kita sebagai manusia hanya bisa berserah diri dan menerima semua ini, ibu mau minum? Saya ambilkan... ya. Bagaimana dengan makan?coba sedikit ya bu,agar ibu tidak lemas,apakah ibu mau kemakam? Baiklah akan saya temani ya bu... 4. Fase terminasi setelah kembali dari makam ,bagaimana perasaan ibu? Ibu masih tampak tampak sedih .saya akan pulang dulu ya bu. Usahakan ibu makan,minum,dan istirahat ya.nanti,dua hari lagi saya akan datang kesini lagi ya bu,dijam yang sama.kita.baiklah bu,sampai jumpa.

Masalah utama : kehilangan dan berduka Pertemuan ke : 2 (respon marah terhadap kematian anak) a.proses keperawatan 1.Kondisi : klien masih tampak sedih dan menyendiri 2.Diagnosa : Duka cita 3.TUK : 3. Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal 4. Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif 4.Tindakan keperawatan a. Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan b. Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah respon yang normal karena merasakan kehilangan dan ketidakberdayaan c. Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga d. Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah pada perawat e. Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya. b.strategi pelaksanaan 1. Fase pra interaksi Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawabawa. 2. Fase orientasi selamat pagi bu,masih ingat dengan saya? Saya perawat roma.yang kemarin kesini bu,tampak nya ibu sedang kesal?ibu bisa ceritakan kenapa ibu tampak kesal,saya akan menemani ibu selama 20 menit ya.kita ngobrol-ngobrol disini aja bu? Dihalaman depan ? Oww..baiklah kalau begitu.

3. Fase kerja Apa yang membuat ibu kesal?apa yang ibu rasakan saat kesal dan apa yang telah ibu lakukan untuk mengatasi kekesalan ibu?baiklah bu.saya mengerti,ada beberapa cara untuk meredakan kekesalan ibu,yaitu tarik nafas dalam,istigfar,berwudhu ,shalat ,dan bercakapcakap dengan anggota keluarga ibu yang lain. ibu punya hobi olah raga atau hobi yang lain nya? Oya...kalau begitu ibu bisa melakukan hobi ibu untuk dapat mengatasi kekesalan ibu. 4. Fase terminasi nah,kalau masih muncul rasa kesal ,coba lakukan cara yang kita bahas tadi ya bu? mau coba cara yang mana ? mau dijadwalkan ?baiklah,dua hari lagi kita bertemu lagi ya bu disini? membahas tentang perasaan ibu lebih lanjut,bagaimana ibu? baiklah kalau begitu saya mohon pamit dulu ya bu,sampai jumpa.

Masalah utama : kehilangan dan berduka Pertemuan ke : 3 (respon tawar menawar terhadap kematian anak) a.proses keperawatan 1.Kondisi : klien tampak merasa bersalah, 2.Diagnosa : Duka cita 3.TUK : 5. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya 4.tindakan keperawatan a. Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya b. Dengarkan dengan penuh perhatian c. Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan yang tidak rasional d. Berikan dukungan spritual b.strategi pelaksanaan 1. fase pra interaksi Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa. 2. fase orientasi selamat siang bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah melakukan cara yang saya ajarkan untuk mengurangi perasaan kesal ibu? Dapatkah kita erbicara tentang perasaan ibu sekarang ? kita bicara 20 menit saja.dimana kita bicara bu? Diruang ini saja? Heem..baiklah bu.

3.fase kerja saya dapat memahami perasaan ibu,silahkan bercerita tentang perasaan ibu.tidak ada yang dapat kita salahkan ,bu.saya mengerti,sulit bagi ibu untuk menerima kehilangan ini.bagus, ibu mulai menyadari perasaan yang sudah diungkapkan karena semua ini adalah kehendak Allah .apabila perasaan bersalah dan takut itu muncul kembali ibu berzikir ,shalat,atau melakukan kegiatan ibadah yang lain.bagaimana,bu? Apakah ibu akan coba lakukan? 4.fase terminasi Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang ? iya,bu.ibu terus berdoa ya.ibu dapat bercerita dengan anggota keluarga ibu.bagus, ibu sudah dapat mengungkapkan nya.nanti bapak dapat berzikir dan istigfar setiap saat dan saat rasa bersalah itu munculkembali.ibu,dua hari lagi saya akan.kita akan bicara tentang perasaan ibu.saya pamit dulu ya, bu.sampai jumpa.

Masalah utama : kehilangan dan berduka Pertemuan ke : 4 (respon depresi terhadap kematian anak) a.proses keperawatan 1.Kondisi : klien tampak sedih berkepanjangan, 2.Diagnosa : Duka cita 3.TUK : 6. Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi 7. Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya 8. Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri 4.Tindakan keperawatan a. Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah b. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan kesedihannya c. Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan memegang tangan pasien d. Hargai perasaan pasien e. Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul

f. Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki b.strategi pelaksanaan 1. fase pra interaksi Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawa-bawa. 2.fase orientasi Selamat siang bu .bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah ada yang ingin ibu ceritakan pada saya? Hari ini kita berbicara tentang kegiatan positif yang dapat ibu ani lakukan. Berapa lama kita bicara,bu? Baiklah,20 menit ya bu.dimana kita bicara ? disini ? baiklah bu.

3.fase kerja baiklah bu,saya akan duduk disebelah ibu dan menemani ibu.saya siap mendengarkan apabila apabila ada yang ingin disampaikan.ibu boleh menangis,akan ada perasaan lega.ibu,saya akan merasakan apa yang sedang ibu rasakan.ibu dapat menggunakan kesempatan yang ada dengan bercakap-cakapdengan anggota keluarga ibu seperti anak ibu yang dua lagi, atau suami ibu.(mulai membawa kerealitas aspek positif.) ibu dapat berbicara dengan tetangga yang punya pengalaman yang sama seperti ibu.sekarang,bagaimana kalau kita berdiskusi tentang kegiatan positif yang ibu lakukan? Mulai dari yang biasa ibu lakukan dirumah maupun kegiatan lain diluar rumah.bagaimana kalau kita buat daftar kegiatan yang dapat ibu lakukan? Wow..bayak sekali kegiatan yang dapat ibu lakukan . 4.fase terminasi ibu,bagaimana perasaan ibu setelah kita bicara? Iya,benar,masih banyak yang dapat ibu lakukan.ibu dapat melakukan kegiatan yang tadi sudah kita bahas.saya percaya ibu bisa.saya pamit ya, bu.dua hari lagi saya akan datang untuk membicarakan tentang perasaan ibu.kirakira jm berapa saya boleh datang? Baiklah, pak.sampai jumpa.

Masalah utama : kehilangan dan berduka Pertemuan ke : 5 (respon penerimaan terhadap kematian anak) a.proses keperawatan 1.Kondisi : klien tampak sedih berkepanjangan, 2.Diagnosa : Duka cita 3.TUK : 9. Klien dapat menerima kehilangan 10. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain 4.tindakan keperawatan a. Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur b. Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak berada ditahap yang

sama pada saat yang bersamaan. c. Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan dilakukan setelah masa berkabung telah dilalui. d. Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan adalah ziarah (menerima kenyataan),melihat foto-foto proses pemakaman b.strategi pelaksanaan 1. fase pra interaksi Perawat telah siap melakukan tindakan selanjutnya tanpa ada masalah pribadi yang terbawabawa. 2.fase orientasi selamat sore ibu.bagaimana perasaan ibu hari ini?seperti janji saya dua hari yang lalu, sekarang saya datang untuk berbicara tentang perasaan ibu.bagaimana kalau kita bicara disini? 30 menit saja ,setuju bu?baiklah bu. 3.fase kerja ibu tampak agak ceria dan sangat berbeda dengan 2 hari yang lalu.saya dengar ibu sudah banyak melakukan aktifitas.bagus ,kegiatan apa lagi yang sudah ibu rencanakan untuk mengisi waktu?saya percaya ibu dapat kembali semangat dalam mengisi kehidupan ini.kapan ibu akan berziarah kemakam anak ibu? Ibu sudah melihat foto-foto proses pemakaman anak ibu? Ya, ibu tampak sudah semangat lagi. 4.fase terminasi ibu,tidak terasa kita sudah lama berbicara.bagaimana perasaan ibu?syukurlah,ibu jangan lupa dengan jadwal aktivitas dan waktu untuk berziarah kemakam anak ibu.saya pamit ya ,bu.sampai jumpa.

BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya. Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional. Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam batas normal. Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan. Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.

Kehilangan dibagi dalam 2 tipe yaitu: Aktual atau nyata dan persepsi. Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai, kehilangan lingkungan yang sangat dikenal, kehilangan objek eksternal, kehilangan yang ada pada diri sendiri/aspek diri, dan kehilangan kehidupan/meninggal. Elizabeth Kubler-rose,1969.h.51, membagi respon berduka dalam lima fase, yaitu : pengikaran, marah, tawar-menawar, depresi dan penerimaan.

DAFTAR PUSTAKA Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC. Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto. Dalami, ermawati,dkk.2009.Asuhan keperawatan jiwa dengan masalah psikososial.jakarta.trans info media Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.

You might also like