You are on page 1of 123

Andi Rahman, M.

A
Dosen Pembimbing

Ushuluddin I - Insitut PTIQ

Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuludddin

Tahun Akademik 2010 - 2011

OLEH Fakultas Ushuluddin Angkatan 40 IPTIQ Semester I

INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QURAN JAKARTA SELATAN

2010 - 2011

Salam Redaksi

Kritik dan saran:


ushuluddin40th.iptiq@gmail.com. Bagi yang berminat memiliki kajian takhrij ini dalam bentuk PDF, dapat di dapatkan dengan free di link berikut: id.scribd.com/UNITY40IPTIQ/documents atau id.scribd.com/19BS/documents Join with us (FB GROUP): www.facebook.com/groups/186250101481849, dan www.facebook.com/groups/103482476409962.

Blog UNITY 40th IPTIQ:


(ptiq40.blogspot.com).

Terima Kasih !

UNITY 40TH IPTIQ JAKARTA

Team Redaksi

Prakata
Puji syukur kehadirat Tuhan semesta Alam. Tuhan yang menciptakan, memelihara dan mengadakan segala sesuatu serta hanya kepada-Nyalah segala sesutu akan kembali. Segala bentuk pujian hanyalah Untuk-Nya dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Berkat segala limpahan Rahmat dan Hidaya-Nya sehingga kita semua masih dapat melakukan beragai macam aktivitas dalam hidup ini. Harapan kita, mudahan mudahan kehidupan ini senantiasa penuh dengan ridha dan kasih sayang-Nya serta menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang selamat di Dunia dan di Akhirat. Amin !!! Slawat dan Salam semoga senantiasa dihanturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya sampai dihari kiamat. Dalam sejarah awal perjuagan Islam di Makkah, Kehidupan manusia penuh dengan corak hidup Jahiliyah. Berkat risalah Nabi Muhammad-lah yang Beliau emban dengan penuh ketabahan dan kegigihan dapat memberikan pengaruh yang sangat besar dalam tatanan kehidupan ketika itu. Akhirnya, Ketentraman dan kedamaian hidup dapat dirasakan olah masyarakat Arab ketika itu. Kita semua sebagai ummat Nabi Muhammmad memiliki kewajiban untuk tetap mempertahankan nilai-nilai keislaman tersebut yaitu dengan senantiansa berpedoman pada Al-Quran-Hadis. Rasulullah SAW bersabda :

) (
Artinya : Aku tinggalkan dua perkara diantara kalian, tidaklah kalian tersesat selama kalian berpegang kapada keduanya yaitu, Kitab Allah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi-Nya (Hadis.1 (H.R. Imam Malik) Hadis merupakan sumber hukum kedua dalam Islam setelah Al-quran. Karena itu, mempelajari Hadis merupakan salah satu kewajiban bagi ummat Islam. Sebagai realisasi dari hal itu, kami persembahkan kumpulan-kumpulan makalah ulumul hadis ini kepada seluruh insan yang berminat memperdalam pengetahuan tentang hadis. Adapun issi dan penjelasan dalam karya ini
1

Imam Malik, Al-Muwattha, Kitab al-Jami, Bab ( ), No. 3338

PRAKATA

merupakan hasil diskusi kami dalam mata kuliah ulumul hadis, Ushuluddin Prodi Tafsir Institut PTIQ Jakarta. Ini merupakan realisasi atas usaha dan kesungguhan kami dalam memenuhi satuan kredit semester (SKS) pada studi tafsir hadis untuk semester satu. Dengan senantiasa memohon Ridha Allah dalam melaksanakan tugas ini sampai selesai. Juga tidak terlepas atas pertisipasi dari temen-teman ushuluddin serta bimbingan dari para dosen kami. Segala bimbingan dan pengarahan mereka adalah bekal yang sangat berharga dalam menyelesaikan karya ini. Khususnya kami sampaikan kepada Bapak Andi Rahman, M.A selaku pembimbing mata kuliah ulumul hadis. Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kami hanturkan dan semoga jasa-jasa mereka bernilai ibadah disisi Allah SWT. Dalam karya tulis ini, pembaca akan menemui berbagai macam studi dalam kajian ilmu hadis sebagaimana pada umumnya. Pemaparannya kami sajikan dengan berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan penjelasan dan berupaya memadukan berbagai referensi dalam setiap pembahasannya. Kumpulan materi yang terdapat di dalamnya berlandaskan pada mata kuliah dalam memenuhi standar SKS. Karena itu, asih banyak kajian ulumul hadis lainnya yang tidak termuat di dalamnya. Namun kami berharap, mudah-mudahan karya ini dapat menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT. Akhirnya, kumpulan makalah-makalah ini dapat kami selesaikan dengan harapan dapat menjadi salah satu media dan sumber pembelajaran Ulumul Hadis. Kami menyadari atas segala keterbatasan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, hal-hal yang berupa saran, kritikan dan masukan sangat kami nantikan dari segenap pelajar, pembaca dan khususnya para ahli dalam bidang hadis.
Semoga Allah senantiasa menyertai kita, Amin !!!

Jakarta, 19 Januari 2011 M 14 Safar 1432 H

Team Penulis
PRAKATA VI

Daftar Isi

SALAM REDAKSI.... III TEAM REDAKSI .... IV PRAKATA...... V DAFTAR ISI...... VII ISI BAB I PENGENALAN HADIS [Oleh : Badri, Muh. Mumtaz Nur Faqih, Nasaruddin] A. Definisi Hadis, Khabar, Naba, Atsar dan Sunnah........ 2 a. Hadis..... 2 b. Khabar... 3 c. Naba.... 4 d. Atsar.. 4 e. Sunnah..... 4 B. Definisi Sanad dan Matan..... 5 a. Sanad... 5 b. Matan... 6 C. Definisi Rawi, Muhaddits, Hafids, Amirul Mukminin dan Hakim.. 7 a. Rawi. 7 b. Muhaddits.... 7 c. Hafidz... 8 d. Hakim.. 8 e. Amirul Mukminin... 8 D. Kesimpulan..... 9 Daftar Pustaka.. 10 BAB II KEDUDUKAN DAN FUNGSI SUNNAH DALAM ISLAM [Oleh : Al-Fauzi, Ricki Saputra, Syifa An-Nafi] Daftar Isi VII

A. Pengertian Sunnah..................................................... 12 a. Sunnah Menurut Bahasa.. 12 b. Sunnah Menurut Syara..... 13 c. Sunnah Menurut Amalan Sahabat ... 14 d. Sunnah Menurut Orientalis... 14 B. Kedudukan Sunnah dalam Islam.... 15 C. Fungsi Sunnah dalam Islam. 18 a. Bayan al-Taqrir.. 18 b. Bayan al-Tafsir... 19 c. Bayan al-Tasyri..... 21 d. Bayan Taqyid al-Muthlaq..... 21 D. Penutup.. 22 Daftar Pustaka.. 23 BAB III PENGENALAN ULUMUL HADIS [Oleh : Akbar Romdon, Fuad Hakim dan H. Cecep Muhtadin] A. Kemunculan dan Perkembnagan Ulumul Hadis.......... 25 a. Ilmu Hadis Riwayah Pra Kodifikasi.. 25 b. Ilmu Hadis Dirayah Pra Kodifikasi... 26 B. Sejarah dan Perkembangan Ulumul Hadis Pasca Kodifikasi .. 27 a. Ilmu Hadis Riwayah Pasca Kodifikasi.. 27 b. Ilmu Hadis Dirayah Pasca Kodifikasi... 28 C. Objek Kajian Ulumul Hadis 32 a. Ilmu Rijal al-Hadis. 32 b. Ilmu Jarh wa al-Tadil...... 32 c. Ilmu Fan al-Mubhamat..... 32 d. Ilmu Ilal al-Hadis..... 32 e. Ilmu Gharib al-Hadis..... 33 f. Ilmu Nasikh wa al-Mansukh.... 33 g. Ilmu Talfiq al-Hadis.. 33 h. Ilmu Tashif wa al-Tahrif... 33 i. Ilmu Asbab al-Wurud al-Hadis..... 33 j. Mushthalah al-Hadis.... 34 Daftar Isi VIII

D. Manfaat/Faedah Ulumul Hadis... 35 E. Penutup.. 35 Daftar Pustaka.. 36 BAB IV KLASIFIKASI HADIS DITINJAU DARI DITERIMA ATAU DITOLAKNYA [Oleh : Abdul Hakim, Ali Muzakkir, Dzikron] A. Hadis Shahih........ 38 B. Hadis Hasan... 39 C. Hadis Dhaif... 42 D. Al-Shahih al-Muhtaf bi al-Qoroin..... 42 Daftar Pustaka.. 44 BAB V HADIS HASAN [Oleh : Abdu Sami, Andi Purnomo dan Muh. Saharuddin ] A. Definisi Hadis Hasan.................................................. 46 B. Syarat Hadis Hasan...... 47 C. Contoh Hadis Hasan..... 47 D. Macam-macam Hadis Hasan....... 48 a. Hadis Hasan Lidzatih. 48 b. Hadis Hasan Lighairih... 48 E. Kitab-kitab yang Memuat Hadis Hasan dan Penulisnya. 49 a. Sunan al-Tirmidzi. 49 b. Sunan Abu Daud... 50 c. Sunan al-Daruquthni.... 51 F. Pemaduan Imam al-Tirmidzi antara Hadis HAsan dan Hadis Shahih.. 51 G. Berhujjah dengan Hadis Hasan... 51 Daftar Pustaka.. 52 BAB VI MACAM-MACAM HADIS DHAIF I [Oleh : Muh. Zaky Fathoni, Saofi Ahmadi dan Zaidan Anshari] A. Hadis Maudhu........ 54 Daftar Isi IX

a. Definisi Hadis Maudhu. 54 b. Contoh Hadis Maudhu.. 55 B. Hadis Matruk.... 55 a. Pengertian Hadis Matruk.. 55 b. Contoh Hadis Matruk... 56 C. Hadis Munkar... 57 a. Pengertian Hadis Munkar . 57 b. Contoh Hadis Munkar... 57 BAB VII MACAM-MACAM HADIS DHAIF II [Oleh : Anas Mujahidin, Muh. Nur Wahid dan Muh. Sani Abdul Malik] A. Hadis Muallal/Malul........ 60 a. Definisi Muallal/Malul Menurut Bahasa dan Istilah. 60 b. Macam-Macam Illat.. 61 B. Hadis Mubham..... 63 a. Definisi Mubham Menurut Bahasa dan Istilah... 63 b. Manfaat Pembahasan Hadis Mubham..... 63 c. Contoh Hadis Mubham.... 63 C. Hadis Maqlub.... 65 a. Definisi Maqlub Menurut Bahasa dan Istilah... 65 b. Macam-macam Hadis Maqlub.. 65 D. Hadis Mudththarib... 68 a. Definisi Mudhthrib Menurut Bahasa dan Istilah.... 68 b. Macam-macam Hadis Mudhthrib. 68 E. Hadis Mushahhaf.. 69 a. Definisi Mushahhaf Menurut Bahasa dan Istilah... 69 b. Macam Tashhif.. 69 F. Syads...... 69 a. Definisi Syads Menurut Bahasa dan Istilah.... 69 b. Macam Syads. 70 G. Penutup.. 71 Daftar Pustaka.. 72 Daftar Isi X

BAB VIII MACAM-MACAM INQITHA [Oleh : Idham Cholid, Lukman Rozi, TB Syaiful Fikri] A. Definisi dan Macam Inqitha al-Sanad.......... 74 B. Hadis Muallaq..... 74 a. Pengertian... 74 b. Contoh Hadis Muallaq... 75 c. Hukum Hadis Muallaq..... 75 C. Hadis Mursal..... 76 a. Pengertian... 76 b. Contoh Hadis Mursal.... 77 D. Hadis Muanan dan Hadis Muannan... 77 a. Pengertian Hadis Muanan... 77 b. Contoh Hadis Muanan ... 78 c. Hukum Pengamalan Hadis Muanan... 78 d. Pengertian Hadis Muannan..... 79 e. Contoh Hadis Muannan... 79 E. Hadis Mudallas..... 80 a. Pengertian... 80 b. Pembagian Hadis Mudallas... 80 Daftar Pustaka.. 83 BAB IX KLASIFIKASI HADIS BERDASARKAN KUANTITAS PERAWI [Oleh : Alit Nur Hidayat, Muh. Masrur, Muh. Muslihan dan Sodik] A. Hadis/Khabarul Mutawatir....... 85 a. Pengertian Mutawatir Menurut Bahasa dan Istilah... 85 b. Syarat Hadis Mutawatir Menurut Ulama Mutaakhirin... 85 c. Pembagian Hadis Mutawatir..... 85 B. Hadis/Khabarul Ahad.. 87 a. Pengertian Ahad Menurut Bahasa dan Istilah..... 87 b. Pembagian Hadis Ahad.. 87 Daftar Isi XI

c. Berhujjah dengan Hadis Ahad.. 89 Daftar Pustaka.. 90 BAB X KLASIFIKASI HADIS BERDASARKAN NISBAT [Oleh : Ahmad Zulki, Fathu Rozy, Safidin dan Hasrul] A. Macam-Macam Hadis Ditinjau dari Nisbat/Sumber Berita....... 92 B. Hadis Qudsi... 93 a. Definisi Hadis Qudsi...... 93 b. Bentuk-betuk Periwayatan Hadis Qudsi... 93 c. Contoh Hadis Qudsi... 95 C. Hadis Marfu...... 96 a. Definisi Hadis Marfu.. 96 b. Macam Hadis-hadis Marfu.... 96 c. Contoh Hadis Marfu... 99 d. Kehujjahan Hadis Marfu... 101 D. Hadis Mauquf.. 101 a. Definisi Hadis mauquf..... 101 b. Contoh Hadis Mauquf.. 102 c. Kehujjahan Hadis Mauquf... 103 E. Hadis Maqthu..... 103 a. Definisi Hadis Maqthu.... 103 b. Contoh Hadis Maqthu.... 104 c. Kehujjahan Hadis Maqthu... 105 d. Kitab yang Banyak Mengandung Hadis Mauquf dan Hadis Maqthu 105 Kesimpulan.. 106 Daftar Pustaka.... 107 TENTANG PENULIS......... 108 TENTANG EDITOR.... 109

Daftar Isi

XII

Bagian Ke Satu

Pengenalan Hadis

Oleh Kelompok 1

Badri M. Mumtas Nur Faqih Nasruddin

Ulumul Hadis

[BAB I]

PEMBAHASAN
A. Definisi Hadits, Khabar, Naba, Atsar dan Sunnah
a. Hadits

((

Pengertian hadits secara harfiah berarti al-Jadd ) ( atau baru, bentuk jama dari hadts adalah ahdts, lawan katanya qiys. Dalam terminologi Islam istilah hadts berarti melaporkan/mencatat sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad SAW. Kata hadts itu sendiri adalah bukan kata infinitif 1, melainkan kata benda2. Namun seiring perjalanan, kata hadts mengalami perluasan makna, sehingga disinonimkan dengan sunnah, maka bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW. yang dijadikan ketetapan ataupun hukum3. Dari sini berkembang pengertianpengertianistilah hadts, diantaranyadiartikan sebagai sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir maupun sifat.
4

Sebagian yang lain mendefinisikan hadts sebagai sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat, keadaan ataupun himmah5 Nabi SAW. Ada perbedaan pendapat dalam hukum himmah itu sendiri. Menurut Imam Syafii bahwa menjalankan himmah itu termasuk sunnah,

1 2

IbnManthr,Lisn al-Arab, vol. 2, hal. 350; Kairo: Dar al-Hadith.

Abu al-Baqaal-Kafawi, al-Kuliyt, hal. 370; Al-Rislah Publishers. Frase terakhir oleh al-Qasimi dalam Qawid al-Tahdith, hal. 61, Beirut: Dar al-Nafais.
3 4 5

"Hadith," Encyclopedia of Islam.

Ath-Thahhn, TaysrMusthalh Al-Hadts.., hlm. 15, Surabaya: Al-Haramain.

Himmah adalah hasrat Nabi SAW. yang belum terealisir, contohnya hadits riwayat Ibnu Abbas : Dikala Raslullah SAW.berpuasa pada hari Asura dan memerintahkan untuk dipuasai, para sahabat menghadap kepada Nabi, mereka berkata, Ya Rasulullah, bahwa hari ini adalah yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani, Rasulullah menjawab, Tahun yang akan datang, Insya Allah aku akan berpuasa pada tanggal sembilan. (HR Muslim dan Abu Dawud). tetapi Rasulullah tidak sempat merealisasikannya, disebabkan beliau telah wafat.

Makalah | Pengenalan Hadis

Ulumul Hadis

[BAB I]

tetapi Imam Syaukani mengatakan tidak termasuk sunnah karena belum dilaksanakan oleh Rasulullah SAW. Contoh hadts qauliy (perkataan):

: (( , ,
6

.))

Contoh hadts filiy (perbuatan):

: 7 . ,
Contoh hadts taqririy (ketetapan):

: , 8 , .
b. Khabar

)(

Khabar menurut bahasa berarti an-Nab ) ( atau berita9, bentuk jama dari khabar adalah akhbr. Menurut istilah terdapat 3 pendapat10, yaitu:

1. Sinonim dari hadts; memiliki arti sama dengan hadts. 2. Berbeda dengan hadts. Hadtsberasal dari Nabi SAW, sedangkan khabar berasal selain dari Nabi SAW. 3. Lebih general dari hadts. Hadtsberasal dari Nabi SAW, sedangkan khabar adalah yang berasal dari Nabi SAW maupun dari selain Nabi SAW.

6 7

Ibn Hajar al-Asqalniy, Bulugh al-Maram, hal. 74,hadts no. 390. Ibid, hal. 78,hadts no. 415. Ibid, hal. 73,hadts no. 385.

8
9

Ath-Thahhn, TaysrMusthalhal-Hadts.., hlm. 15. Ibid.

10

Makalah | Pengenalan Hadis

Ulumul Hadis

[BAB I]

c. Naba )(
Menurut bahasa berarti berita. Menurut istilah an-naba sinonim dari al-khabar, artinya memiliki definisi yang sama dengan al-khabar.

d. Atsar

)(

Menurut bahasa berarti yaitu sisa atau jejak.11 Menurut istilah terdapat dua pendapat: 1. Sinonim dari hadts, dengan kata lain memiliki memiliki pengertian yang sama dengan hadts. 2. Memiliki pengertiang yang berbeda dengan hadts, yaitu berarti sesuatu yang disandarkan kepada para shahabat dan tabiin, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Imam Nawawi mengatakan bahwa para ahli hadts menamakan Hadts Marfdan Hadts Mauqf sebagai atsar.

e. Sunnah )(
Menurut bahasa sunnah berarti yaitu suatu perjalanan yang diikuti, baik itu dinilaisebagai perjalanan yang baik ataupun perjalanan yang buruk12. Menurut istilah ulama ahli hadts, sunnah sinonim hadts atau memiliki pengertian yang sama dengan istilahhadts yang telah berkembang. Sebagian Ulama yang mendefinisikan dengan ungkapan singkat :
13

(Segalaperkataan Nabi SAW, perbuatan beliau dan segala

tingkah laku beliau).

11 12 13

Ibid.,hlm. 16 Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadis, hlm. 5.

Ibid.

Makalah | Pengenalan Hadis

Ulumul Hadis B. Definisi Sanad dan Matan

[BAB I]

Secara struktur, hadits terdiri atas dua komponen utama yakni sanad / isnad (rantai perawi) dan matan (redaksi). Contoh:

, , , : , : , : , , , 14 ( : .)
a. Sanad

)(

Menurut bahasa kata sanad berarti al-mutamad ) (yaitu sesuatu yang dijadikan sandaran, pegangan dan pedoman. Disebut demikian karena hadits disandarkan atau bersandar kepadanya. Menurut istilah ahli hadts ialah
15

(mata rantai para

perawi hadits yang menghubungkan sampai kepada matan hadits). Dari contoh hadts di atas maka yang disebut sanad adalah:

, , , : , : , ...: , ,
Dalam Ilmu Hadits, sanad ini merupakan neraca untuk menimbang derajat atau tingkatan satu hadts. Andaikata salah satu rawi (orang yang meriwayatkan harts) dalam satu jalur sana dada yang fasik, tertuduh dusta atau ada sebab yang menggugurkan keadilan seorang rawi, maka hadits tersebut tidak dikategorikan

Shahh Muslim, Juz 2, Hal. 64, Kitb al -Janiz, Bb (9) al-Mayyit Yuadzdzab bi Buk Ahlih Alaih, no. 16-(927).
15

14

Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadis, hlm.97.

Makalah | Pengenalan Hadis

Ulumul Hadis

[BAB I]

sebagaihadts shahih.Dari matan inilah sebagian besar keputusan suatu hadts untuk dapat dijadikan hukum atau tidak. Sebuah hadts dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah pe-rawi berfariasi dalam lapisan sanad-nya, lapisan dalam sanad disebut dengan thabaqah. Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thabaqah sanad akan menentukan derajat hadits tersebut. Jadi yang perlu dicermati dalam memahami hadts terkait dengan sanad-nya ialah : keutuhan sanad, jumlah sanad dan perawi akhirnya.

b. Matan )(
Secara bahasa matan berarti tanah yang keras dan naik ke atas. Sedangkan menurut istilah berarti kalimat setelah berakhirnya sanad hadts. 17 ( lafadzDalam definisi lain matan adalah
16

lafadhadits yang menegakkanmaknahaditsitusendiri).Dan dalam pengertian yang lain matanialahlafadzhadts, atauisihadts. Atau diistilahkan sebagai redaksi hadits.Dalam contoh hadits di atas berikut yang disebut matan hadts:

: ,
Terkait dengan matan atau redaksi hadits, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadts ialah:

1. Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad SAW atau bukan. 2. Matan hadts itu sendiri dalam hubungannya dengan hadts lain yang lebih kuat sanad-nya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al-Quran (apakah ada yang bertolak belakang atau tidak).

16 17

Ath-Thahhn, Taysr Musthalh al-Hadts, hlm. 16.

Jalal ad-Dnas-Suyth, Tadribar-Rwi., hlm. 26.

Makalah | Pengenalan Hadis

Ulumul Hadis

[BAB I]

C. Defini Rawi, Muhaddiss, Hafids, Hakim dan Amirul Mikmnin Hadts


a. Rawi

)(

Rawi yaitu orang yang menyampaikan hadits. Perbuatannya menyampaikan hadits tersebut dinamakan merawi atau meriwayatkan hadts dan orang yang melakukannya disebut perawi hadits. Dalam meriwayatkan hadits ada dua jalan, yang keduanya tidak dilarang oleh Rasulullah SAW, yaitu: 1. Denganlafadz yang samapersisdariRasulullah. 2. Dengan maknanya saja, sedang redaksinya disusun sendiri oleh yang meriwayatkannya.

b. Muhaddits

)(

Menurut ulama hadits mutaqaddimin, al-Hafidz dan al-Muhaddits memiliki satu arti, tetapi menurut ulama hadits muta-akhirin, al-Hafidz lebih khusus dari alMudaddits. Menurut at-Taj as-Subki, muhaddits adalah seorang yang mengetahui segala permasalahan Hadits, baik dari segi sanad, illat-illat, nama para perawi, l dan nzil, hafal sejumlah besar matan hadts, dan mempelajaria al-Kutub asSittah di samping Musnad Ahmad, Sunan al-Baihaqi, Mujam ath-Thabrani serta seribu juz hadts18. Ulama Hadits yang mendapat gelar ini antara lain Atha bin Abi Rabah (seorang mufti Mekkah, wafat 115 H), Muhammad al-Murtadha az-Zabidi (penyusun Syarh Ihya Ulm ad-Dn), dan lain-lain.

18

Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadis, hlm. 108.

Makalah | Pengenalan Hadis

Ulumul Hadis

[BAB I]

c. Hafidz

)(

Menurut banyak pakar hadts, al-hfidz artinya sama dengan muhaddits. Ada yang berpendapat bahwa al-hfidz martabatnya lebih tinggi dari al-Muhaddits, karena ia lebih banyak mengetahui dari pada ketidak tahuannnya terhadap setiap tingkatan (thabaqt) para perawi Hadits. Menurut sebagian pendapat, al-hfidz harus mempunyai kapasitas menghafal 100.000 hadts19. Muadditsin yang mendapat gelar ini antara lain Al-Iraqi, Syarafuddin Ad-Dimyathi, Ibnu Hajar Al-Asgalani, dan lain-lain.

d. Hkim

)(

Menurut sebagian ahli ilmu hadts, al-hkim berarti orang yang pengetahuannya mencakup seluruh hadts, hanya sedikit saja yang tidak diketahuinya 20. Muhadditsin yang mendapat gelar ini antara lain Ibnu Dinar (w. 162 H), Al-Laits (w. 175 H), Imam Malik (w. 179 H) dan Imam Syafii (w. 204 H).

e. Amrul Mukminn)(
Amrul Mukminn dalam ilmu Hadts tidak terkait dengan kekhalifahan dalam politik/kenegaraan, melainkan berkaitan dengan penguasaan hadits

seseorang.Amirul Mukminin dalam Ilmu Hadts merupakan gelar tertinggi dalam Ilmu Hadits yang diberikan kepada seorang penghafal hadits dan mengetahui Ilmu Dirayah dan Riwayah hadts pada masa tertentu, sehingga ia menjadi imam atau raja hadts yang banyak dikagumi oleh para ulama 21.

19 20 21

Ibid, hlm. 106. Ath-Thahhn, TaysrMusthalhal-Hadts, hlm. 17. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadis, hlm. 105.

Makalah | Pengenalan Hadis

Ulumul Hadis

[BAB I]

Ulama mutaqaddimin yang mendapatkan gelar ini antara lain Syubahbin AlHajjaj, Sufyan Ats-Tsawari, Ishaq bin Rahawaih, Ahmad bin Al-Bukhari, AdDaruquthni, dan lain-lain. Sedang di kalangan muta-akhirin antara lain AnNawawi, Al-Mizzi, Adz-Dzahabi, dan Al-Asqalani.

KESIMPULAN
Ulumul Hadits merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk hadits, yang terbagi dalam Ilmu Hadits Riwayah dan Ilmu Hadits Dirayah. Melalui Ulumul Hadits ini dapat diketahui kualitas suatu hadts ditinjau dari berbagai sudut pandang, sehingga dapat diputuskan hadts tersebut dapat dijadikan dalil dalam agama ataupun kehidupan sehari-hari atau tidak.

Hadits tersusun dari sanad dan matan (isi hadits). Sanad inilah yang menjadi neraca untuk menimbang derajat atau kualitas suatu hadits. Hadts tidak dapat dijadikan hujjahjika terdapat persyaratan yang tidak terpenuhi dalam keshahihan suatu hadts, walaupun mungkin hadits tersebut pada hakikatnya benar, demi lebih berhati-hati dalam menentukan suatu hukum. Terutama pada hadts-hadts yang menyinggung masalah aqidah. Namun, dalam hadts-hadts sosial selama tidak menyalahi kemashlahatan ummat dan tidak bersinggungan dengan aqidah, walau derajat hadits bukan shahih sebagian pendapat membolehkan untuk dipakai.

Makalah | Pengenalan Hadis

Ulumul Hadis

[BAB I]

DAFTAR PUSTAKA

Al-Asqalni, Ibnu Hajar, Bulgh al-Marm, Indonesia: Dr Ihya alKutub al-Arabiyah. Al-Kafawi, Abu al-Baqa, Al-Kuliyt, Al-Rislah Publishers. Al-Qurn al Karm As-Suyth, Jalal ad-Dn, 2004.Tadrbar-Rwi, Kairo: Dr al-Hadts. Ath-Thahhn, Mahmud,TaysrMusthalh al-Hadts, Surabaya: AlHaramain. Khon,Dr. H. Abdul Majid, M.Ag., Ulumul Hadis, Manthr, Ibn, Lisn al-Arab, vol. 2, Kairo: Dar al-Hadith. Muslim, 1997. Shahh Muslim, Juz 2, Dr al Hadts: Kairo.

Makalah | Pengenalan Hadis

10

Bagian Ke Dua
Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam

Oleh Kelompok 2

Al-Fauzi Ricki Saputra Syifa An-Nafi

Ulumul Hadis
A. Pengertian Sunnah a. Sunnah Menurut Bahasa Adapun pengertian sunnah menurut bahasa ialah :

[BAB II]

:
Artinya: Sunnah adalah jalan dan sirah, baik yang terpuji maupun tercela.1 Dalam Al-Quran Allah SAW berfirman : (Surat al-Anfal:38)

Artinya:


teman teman nya), jika mereka berhenti dari

Katakan lah kepada orang-orang yang kafir itu (abu sufyan dan

kekafirannya),niscaya Allah akan mengampuni dosa -dosa nya yang telah lalu,dan jika mereka kembali lagi ( memerangi nabi)sungguh,berlaku(kepada mereka) sunnah Allah terhadap orang- orang dahulu dibinasakan. Dalamsebuah hadis Rasulullah SAW.di sebutkan


Artinya: Barang siapa yang menghidupkan sunnah dalam islam dengan sunnah yang baik,maka baginya pahala dan pahala orang yang mengikutinya sesudah nya, tanpa mengurangi dari pahala pahala mereka sedikit

pun,dan barangsiapa menghidupkan sunnah dalam Islam dengan sunnah


1

Ibnul manzhur al-Ifriqi,lisanul arab,darus sodir,beirut,cet 1,akar kata sunnah,jilid 13 hal 225

Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam

12

Ulumul Hadis

[BAB II]

yang buruk,maka baginya dosa dan dosa orang yang mengerjakannya sunnah yang buruk tersebut sesudahnya dengan tidak mengurangi dosadosa mereka sedikit pun. 2 b. Sunnah Menurut Syara Dalam pengertian syara, kata As-Sunnah dimaksudkan sebagai segala sesuatu yang di perintahkan, dilarang atau pun dianjurkan oleh Nabi SAW. Baik berbentuk sabda maupun perbuatan, oleh karena itu dikatakan bahwa dalil-dalil syara adalah Al-Quran dan As-Sunnah, yakni Al-Quran dan Al-Hadis. Kata sunnah secara etimologis (lughowiyah atau harfiyah) berartitata cara tradisi dan priaku hidup baik yang terpuji maupun tidak. Pengertian etimologis ini sudah dipakai dalam islam. Pengertian ini kemudian di gunakan secara khusus untuk tata cara nabi SAW sedang pengertian yang pertama tetap dipakai dalam arti sempit. Disisi lain, kata Sunnah itu sama sekali bukan istilah animis (jahiliah) sementara umat Islam juga tidak pernah menggunakan untuk arti kebiasaan masyarakat Berbeda dengan ulama usul ataupun ulama fiqih lebih jelasnya diterangkan sebagai berikut: 1) Ulama hadis Membahas segala sesuatu dari Rasulullah SAW. Dalam kapasitas beliau sebagai imam yang memberi petunjuk dan penuntun yang memberikan nasehat yang diberitakan oleh Allah SWT, sebagai teladan dan figur bagi kita. Sehingga mereka mengambil segala seuatu yang berkenaan dengan Nabi SAW, baik berupa tingkah laku, postur tubuh, dan perbuatan beliau baik membawa konsekuensi hukum atau tidak. 2) Ulama ushul membahas segala sesuatu dari Rasulullah SAW dalam kepasitas beliau sebagai pembentuk syarit yang menjelaskan kepada manusia undangundang kehidupan dan meletakkan kidah-kaidah bagi para mujtahid sepeninggal beliau. oleh karena itu yang menjadi perhatian setiap mereka adalah sabda, perbuatan, dan taqrir beliau yang membawa konsekuensi hukum dan menetapkannya.

Ibnul manzhur al-Ifriqi,lisanul arab,darus sodir,beirut,cet 1,akar kata sunnah,jilid 13 hal 225

Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam

13

Ulumul Hadis

[BAB II]

3) Sedangkan ulama fiqih membahas segala sesuatu dari Nabi Muhammad SAW.Yang perbuatan beliau menunjukkan ketentuan syara mereka mengkaji hukum syara berkenaan dengan perbutan manusia baik dari segi, wajib, haram, makkruh dan lain-lain. c. Sunnah Menurut Amalan Sahabat Kadang-kadang ulama memahami sunnah sebagai amalan sahabat. Baik yang berkenaan dengan yang ada di dalam Al-Quran atau dari Nabi SAW. Karena ia merupakan wujud mengikuti sunnah yang ada pada mereka atau ijtihad yang merupakan konsensus diantara mereka. Seabgai contohnya ialah hukum peminum khomar, pengumpulan Al-Quran di zaman Abu Bakar atas dasar usulan atau saran dari Umar bin Khattab. d. Sunnah Menurut Orentalis Dalam bukunya Origins of Muhammadan Jurisprudence Schact mengatakn bahwa teori fiqih klasik memberikan definisi bahwa sunnah adalah

perbuatan-perbuatan Nabi SAW yang ideal. Pendapat ini juga di gunakan oleh mazhab imam Syafii. Bagi imam Syafii sunnah atau sunnah rasul adalah dua kata yang sinonim, tetapi arti sunnah yang paling tepat adalah contoh-contoh yang sudah berlalu dan tata cara hidup. Goldziher, menjelaskan bahwa kata sunnah iu semula adalah istilah animis kemudian dipakai oleh orang orang Islam. Begitu pula kesimpulan Margolio, bahwa pengertian sunnah sebgai sumber hukum pada mulanya adalah masalah yang ideal atau norma yang dikenal dalam masyarakat, kemudian pada masa-masa belakangan pengertian itu hanya terbatas hanya untuk perbuatan-perbuatan Nabi saja. 3

The origins,p.51

Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam

14

Ulumul Hadis
B. Kedudukan Sunnah dalam Islam a. Sunnah Sebagai Sumber Hukum Islam Kedua

[BAB II]

Seluruh umat Islam telah bersepakat bahwa hadis rasul merupakan sumber dan dasar hukum dalam Islam setelah al-Quran. Umat Islam diwajibkan mengikuti hadis sebagai mana diwajibkan mengikuti Al-Quran. Al-Quran dan hadis merupakan dua sumber dalam hukum syariat Islam yang tetap. Orang Islam tidak mungkin memahami syariat Islam secara mendalam dan lengkap dengan tanpa kembali kepada kedua sumber Islam tersebut. Seorang mujtahid dan seorang alim pun tidak diperboleh hanya mencukupkan diri dengan salah satu dari keduanya. Banyak al-Quran dan hadis yang memberikan pengertian bahwa hadis itu merupakan sumber hukum Islam selain al-Quran yang wajib dikuti, baik dalam bentuk perintah maupun larangannya. Uraian dibawah ini merupakan paparan tentang kedudukan hadis sebagai sumber hukum Islam dengan melihat beberapa dalil, baik naqli maupun aqli. 1) Dalil Al-Quran Banyak ayat Al-Quran yang menerangkan tentang kewajiban

mempercayai dan menerima segala yang di sampaikan oleh rasul kepada umatnya untuk dijadikan pedoman hidup. Diantara ayat ayat dimaksud adalah:

Artinya:


sesungguhnya Allah tidak menyukai

Katakanlah taatlah kalian kepada Allah dan Rasulnya;jika kamu berpaling,maka orang- orang kafir. (QS.Ali -Imron(3):32) Kemudian di ayat yang lain Allah juga berfirman :


Artinya: Dan apa yang diberikan rasul kepadamu, terimahlah dan apa apa yang dilarang olehnya, maka tinggalkan lah. Dan

Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam

15

Ulumul Hadis

[BAB II]

bertaqwalah kepada Allah,sesungguh nya Allah sangat keras hukuman-nya.(QS.al-Hasyr(59):7) Masih banyak lagi ayat-ayat al-Quran sejenisnya yang menjelaskan permasalahan ini. Dicantumkan nya beberapa ayat di atas dimaksudkan hanya sebagai contoh dan gambaran dari beberapa ayat yang tidak dimuat dalam Al-Quran. Selalu di barengi dengan perintah taat kepada rasulnya. Demikian pula mengenai peringatan (ancaman) karena durhaka kepada Allah SWT sering di sejajarkan dengan ancaman karena durhaka kepada Rasul SAW. Bentuk-Bentuk ayat seperi ini menunjukkan betapa pentingnya

kedudukan penetapan kewajiban terhadap semua yang di sampaikan oleh Rasul SAW. Caracara penyajian Allah SWT seperti ini hanya diketahui oleh orang yang mengusai bahasa arab dan memahami ungkapanungkapan serta

pemikiran-pemikiran yang terkandung di dalamnya, yang akan memberi masukan dalam memahami maksud ayat tersebut. Dari sinilah sebetulnya dapat

dinyatakan bahwa ungkapan wajib taat ke pada rasul saw dan larangan mendurhakainya. Merupakan suatu kesepakatan yang tidak di perselisihkan oleh umat Islam. 2) Dalil Hadis Dalam salah satu pesan Rasulullah SAW berkenaan dengan harus menjadikan hadis sebagai pedoman hidup, di samping Al-Quran sebagai pedoman utamanya. Beliau bersabda:

)(
Artinya: Aku tinggalkan dua pusaka untuk musekalian,yang kalian tidak akan tersesat selagi kamu masih berpegang (H. Malik) 4
4

kepada

keduanya,yaitu berupa kitab allah dan sunnah rasulnya.

Imam jalal al-Din Abdurrahman ibn Abu Bakar al- Suyuti al-Jamial-Shogir 1,op cit,. Hlm 505

Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam

16

Ulumul Hadis
Dalam hadis lain Rasulullah Saw bersabda:

[BAB II]

) (
Artinya: Wajib bagi kalian berpegang teguh pada sunnah ku dan sunnah al-Khulafaa al-Rasyidin (khalifah yang mendapat petunjuk), berpegang teguh lah kamu sekalian dengan nya. (HR.Abu Daud dan Ibnu Majah).5 Hadis-hadis tersebut di atas,menunjukkan kepada kita bahwa berpegang teguh pada hadis atau menjadikan hadis sebagai pegangan dan pedoman hidup itu adalah wajib,sebagai mana berpegng teguh kepada al-Quran. 3) Kesepakatan Ulama (ijma) Umat Islam telah sepakat menjadikan hadis sebagai salah satu dasar hukum beramal,karena sesuai dengan yang di kehendaki oleh Allah.penerimaan mereka terhadap hadis sama dengan penerimaan mereka terhadap al-Quran, karena keduanya sama-sama dijadikan sebagai sumber hukum Islam. Kesepakatan umat muslimin dalam mempercayai, menerima dan mengamalkan segala ketentuan yang terkandung di dalam hadis ternyata sejak Rasulullah masih hidup. Sepeniggal beliau, semenjak masa khulafa al-Rasyidin hingga masa-masa selanjutnya, tidak ada yang mengingkarinya. Banyak di antara mereka yang tidak hanya memahami dan mengamalkan isi kandungannya akan tetapi mereka manghafal, memelihara bahkan menyebar luaskan kepada generasi-generasi selanjutnya. Banyak peristiwa menunjukkan adanya kesepakatan menggunakan hadis rasulullah sabagai sumber hukum Islam antara lain dapat diperhatikan peristiwa di bawah ini:

ketika Abu Bakar dibaiat menjadi khalifah ,ia pernah berkata saya tidak akan meninggalkan sedikitpun sesuatu yang di amalkan atau dilakukan oleh Rasul SAW.Sesungguhnya saya takut tersesat perintahnya. 6 bila meninggalkan

Ibid juz 5 hal : 13-1

Abu Abdillah Ahmad bin Hambal, Musnad Ahmadbin Hambal, juz 1. (Bairut : al-Makkab al-Islamy.t.t) hal : 164. 7 Ibid. juz 1. Hal : 378

Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam

17

Ulumul Hadis

[BAB II]

Diceritakan

dari

Said

bin

Musayyab

bahwaUsman

bin

Affan

berkataSaya duduk sebagai mana duduknyaRasulallah SAW,saya makan sebagai mana makannya Rasulullah,dan saya sholat sebagai mana sholatnya Rasulallah SAW. 7 Masih banyak lagi contoh-contoh yang menunjukkan bahwa apa yang di perintahkan, dilakukan dan di serukan, niscaya diikuti oleh umatnya ,dan apa yang dilarang selalu ditinggalkan oleh mereka. C. Fungsi Sunnah dalam Islam Al-Quran dan hadis sabagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam Islam, antara satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupkan satu kesatuan. Al-Quran sebagai sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global. Oleh karena itu kehadiran hadis sebagai sumber ajaran ke dua tampil untuk menjelaskan (albayyan) keutamaan isi Al-Quran tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

Artinya:


dan supaya mereka berfikir". (QS.Al-

"Dan kami turunksn ke padamu al-Quran agar kamu menerangkan


kepada umat manusia Nahl(16):44) Untuk karena itu, fungsi hadis Rasulullah sebagai penjelas (Bayyan) trehadap Al-Quran itu bermacam- macam, diantatranya : a. Bayan at-Taqrir Bayan at-takrir disebut juga dengan bayyan al-takid . Yang dimaksud dengan bayyan ini adalah menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan di dalam Al-Quran. Fungsi hadis dalam hal ini hanya memperkokoh

Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam

18

Ulumul Hadis

[BAB II]

isi kandungan al-Quran. Satu contoh hadis yang diriwayat kan muslim dan Ibnu Umar.Yang berbunyi :

Artinya:

) (

Apabila kalian melihat ruyah ( bulan),maka berpuasalah,juga apa bila melihat ruyah itu maka berbukalah. (HR.Muslim) 8 Hadis ini datang mentakrir ayat Al-Quran dibawah ini:

Artinya:

Maka barangsiapa yang mempersaksikan pada waktu itu bulan, hendak lah ia ber puasa (SQ. Al-Baqoroh(2);185) b. Bayan at-Tafsir Yang dimaksud dengan bayyan al-Tafsir adalah bahwa kehadiran hadis berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat al-Quran yang masih bersifat global (mujmal), memberikan penjelasan atau batasan

(taqyid) ayat-ayat Al-Quran yang bersifat mutlak, dan mengkhususkan terhadap ayat-ayat al-Quran yang bersifat umum seperti shalat dan puasa . Oleh karena itu Rasulullah SAW. Melalui hadisnya menafsirkan dan menjelaskan masalahmasalah tersebut. Beberapa hadis yang berfungsi sabagai bayyan al tafsir ialah :

) (
Artinya: Sholatlah sebagai mana engkau melihat aku shalat 9 Hadis ini menjelaskan bagai mana kita mengerjakan atau mendirikan sholat.Sebab dalamAl -Quran tidak menjelaskan secara rinci. Salah satu ayat yang memerintahkan shalat adalah:

Hadis ini terdapat dalam kitab al-Shiyam dalam imam Muslim.Shahih Muslim,jild 1 (Bairut.Dar al-Fikri). Hal;481 9 Muhammad bin Ismail al-Kahlani,subul assalam,juz 1v,(Bandung Dahlan t.t),hal 27

Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam

19

Ulumul Hadis

[BAB II]

Artinya:

Dan kerjakanlah sholat,tunaikan zakat,dan rukulah bersama orangorang yang ruku. (QS.Al-Baqoroh(2):43) Contoh hadis yang membatasi (taqyid) ayat-ayat Al-Quran yang bersifat mutlak. Antara lain seperti sabda Rasulullah SAW. Yang artinya, Rasulullaah SAW didatangi seseorang dengan membawa seorang pencuri lalu beliau memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan tangan. Contoh hadis yang membatasi (taqyid) ayat-ayat Al-Quran yang bersifat mutlak. Antara lain seperti sabda Rasulullah SAW. Yang artinya, Rasulullaah SAW didatangi seseorang dengan membawa seorang pencuri lalu beliau memotong tangan pencuri tersebut dari pergelangan tangan. Hadis ini mentaqyid, QS. Surah Al Maidah yang berbunyi:

Artinya:

Laki laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,potonglah tangan keduanya (sebagai)pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagian siksaan dari Allah SWT. Sedangkan hadis yang berfungsi untuk mentakhshih Ke umuman ayatayat Al-Quran adalah sebagaimana Rasulullah SAW Bersabda :

) (
Artinya: Tidaklah orang muslim mewarisi dari orang kafir.Begitu juga kafir tidak dari orang muslim. (HR.Bhukhori) 10 Hadis ini mentakhsiskan keumuman ayat:


10

Hadis no.6764 dari kitab al- Faraidh,dalam imam Bukhari,op.cit.juaz 8. Hal .14

Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam

20

Ulumul Hadis
Artinya:

[BAB II]

Allah mensyariatkan bagi mu tentang(pembagian pusaka untuk)anakanakmu.Yaitu bagian anak laki laki sama denga sebahagian anakanak perempuan.(QS.al- Nisa(4);11) c. Bayan al-Tasyri Bayan al-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran-ajaran

yang tidak di dapati dalam Al-Quran atau dalam al-Quran hanya terdapat pokokpokok nya saja Abbas al-Mutawalli hammadah juga menyebut bayan ini denganzaid ala al-Kitab al- Karim. Hadis rasul SAW dalam segala bentuknya (basik yang qauli,fili maupun taqrir) berusaha menunjukkan suatu kepastian hukum terhadap berbagai persoalan yang muncul, yang tidak terdapat dalam

Al-Quran. Adapun hadis yang termasuk dalam kelompok ini .Yaitu hadis tentang zakat fitrah:

) (
Artinya: Bahwasanya Rasulullah Saw.Telah mewajibkan zakat fitrah kepada umat Islam pada bulan Ramadhan satu sukat (sha)kurma atau gamdum untuk setiap orang,baik merdeka atau hamba sahaya,laki laki atau perempuan muslim.(HR.Muslim) Hadis Rasulullah yang termasuk bayan atasyri ini wajib di

amalkan,sebagai mana kewajiban mengamal kan hadis-hadis lainnya. Ibnu alQayyim berkata,bahwa hadis hadis Rasul SAW yang berupa tambahan terhadap al-Quran,merupakan kewajiban atau aturan yang harus ditaati,tidak boleh menolak atau mengingkarinya,dan ini bukanlah sikap Rasulullah mendahului al-Quran melainkan semata mata karena perintah Allah SWT. d. Bayan Taqyid al-Muthlaq Untuk bayan jenis keempat ini, terjadi perbedaan pendapat yang sangat tajam. Ada yang mengikuti dan menerima fungsi hadis sebagai nasikh terhadap

Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam

21

Ulumul Hadis

[BAB II]

sebagian hukum al-Quran dan ada juga yang menolaknya. kata nasihk menurut bahasa berarti ibthal (membatal kan) izalah (menghilangkan), tawil (memindah kan)dantaghyir( mengubah). Para ulama mengartikan bayan al-Nask ini banyak yang melalui pendekatan bahasa, sehingga diantara mereka terjadi perbedaan pendapat dalam mentarifkannya. Termasuk perbedaan pendapat antara ulama mutaqoddimin dengan ulama mutaakhirin.menurut pendapat yang dapat dipegang dari ulama mutaqoddimiin bahwa terjadinya naskh ini karena adanya dalil syara yang mengubah suatu hukum (ketentuan) meskipun jelas, karena telah berakhir masa keberlakuannya serta tidak bisa di amalkan lagi dan syara(pembuat syariat) . D. Penutup Sekianlah uraian makalah tentang (Pembahasan Kedudukan Dan Fungsi Sunnah Dalam Islam) yang dapat kami ketengahkan. Selaku insan, pasti mempunyai kekurangan dan ketidaktahuan dalam penulisan maupun dalam menyampaikan isi makalah ini. Saran beserta kritik yang produktif lagi konstruktif adalah harapan penulis dalam merevisi subtansi makalah ini. Mudah-mudah makalah yang singkat ini, dapat menambah wawasan pengetahuan kita dalam memahami isi kandungan Al-Quran. Semoga Allah selalu mencurahkan ilmu-Nya dan membimbing kita kejalan yang Dia ridhai.

Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam

22

Ulumul Hadis

[BAB II]

Daftar Pustaka
Al-Ifriqi, Ibnul Manzhur. lisanul Arab Darus Sodir. Cet. Ke-1 Beirut : Akar Kata Sunnah. Al-Kahlani, Muhammad bin Ismail. subul Assalam. (Bandung Dahlan t.t)

Makalah | Kedudukan dan Fungsi Sunnah dalam Islam

23

Bagian Ke Tiga

Pengenalan Ulumul Hadis

Oleh Kelompok 3

Akbar Ramdan. D Fuad Hakim H. Cecep Muhtadin

Ulumul Hadis A. Kemunculan dan Perkembangan Ulumul Hadits

[BAB III]

Ilmu hadits dalam perkembangannya terkelompokkan menjadi dua bagian penting, yaitu ilmu hadts riwyah dan ilmu hadts diryah. Di antara keduanya itu, yang muncul pertama kali adalah ilmu hadts riwyah. Kemunculannya ditandai dengan munculnya hadits yang pertama kali diriwayatkan dari Rasulullah Saw, yaitu hadits permulaan wahyu. Dari sinilah ilmu hadits riwyah mulai dikenal,lalu berkembang seiring dengan proses transmisi yang berkesinambungan. Adapun ilmu hadts diryah juga sudah mulai muncul sejak masa-masa awal proses transmisi. Hal yang demikian itu adalah sebuah keniscayaan, karena sebuah proses transmisi tidak akan berjalan dengan solid tanpa diiringi proses otentifikasi. Dan proses otentifikasi inilah yang membidani lahirnya ilmu hadts diryah dengan berbagai cabangnya. Kemudian dari kedua kelompok ilmu hadits ini, kita akan mencoba untuk mengenal lebih jauh turats hadits dan sejarah perkembangannya dari masa ke masa.

a. Ilmu Hadts Riwyah Pra Kodifikasi Masa pra kodifikasi hadits dimulai dari sejak munculnya hadits pertama yang diriwayatkan dariRasulullah Saw, sampai turunnya perintah resmi dari khalifah Umar ibn Abdul Aziz kepada para ulama untuk melakukan kodifikasi hadits. Dengan demikian, rentang waktu yang dilalui masa pra kodifikasi ini mencakup dua periode penting dalam sejarah transmisi hadits, yaitu periode kenabian dan periode Sahabat. Pada dua periode ini, metode transmisi yang digunakan kebanyakan

adalah metode lisan. Meskipun demikian, tidak sedikit juga para Sahabat yang melakukan pencatatan hadits secara personal, dan itu mendapatkan izin dari Rasulullah Saw. Benar pada permulaan turunnya wahyu, Rasulullah Saw pernah melarang para sahabat untuk mencatat selain al-Quran. Akan tetapi larangan tersebut bukanlah larangan yang bersifat mutlak, atau larangan tersebut merupakan larangan yang bersifat sementara, sampai para Sahabat benar-benar dapat membedakan antara al-Quran dan yang lainnya. Hal itu terbukti dengan adanya beberapa Sahabat yang mendapatkan izin dari beliau untuk melakukan pencatatan hadits, seperti Abdullah bin Amr ra, Rafi' bin Khadija ra, Abu Syah

Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis

25

Ulumul Hadis

[BAB III]

dan yang lainnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada masa pra kodifikasi ini sebagian besar hadits telah ditransmisikan melalui lisan dan hafalan. Namun hal ini sama sekali tidak mengurangi tingkat keotentikan hadits-hadits tersebut. Karena para Sahabat yang menjadi agen transmiter dalam hal ini, disamping sosok mereka yang sangat loyal terhadap Rasul Saw dan terpercaya, mereka juga dikaruniai hafalan yang kuat, sehingga dengan itu, kemampuan mereka untuk mentransmisikan hadits dari Rasulullah Saw secara akurat tidak diragukan lagi. Selain itu, metode lisan ini juga tidak menafikan adanya sejumlah Sahabat yang telah mentransmisikan hadits melalui catatan-catatan yang mereka buat. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya bebrerapa shahifah yang pernah ditulis pada rentang masa tersebut.Berikut ini adalah beberapa nama shahifah yang dimaksud: 1) Shahfah al-Shadiqah, ditulis oleh Abdullah bin Amr ra., 2) Shahfah Jabir bin Abdullah ra., 3) Shahfah Ali bin Abi Thalib ra., 4) Shahfah Hammam bin Munabbih, ditulis oleh Hammam dari riwayat Abu Hurairah ra., 5) Shahfah Samurah bin Jundub ra., 6) Shahfah Sa'd bin Ubadah ra.

b. Ilmu Hadits Diryah Pra Kodifikasi Pada masa pra kodifikasi ini, sudah mulai muncul benih-benih yang akan menjadi titik tolak berkembangnya ilmu hadts diryah. Hal itu dapat dilihat dari sikap para Sahabat yang sangat teliti dan hati-hati dalam meriwayatkan hadits. Sikap tatsabbut yang diperlihatkan oleh para Sahabat tersebut merupakan titik awal dalam sejarah perkembangan ilmu hadts diryah. Kemudian paska terjadinya fitnah, sikap yang demikian itu semakin nampak ke permukaan. Hal itu telah digambarkan oleh Ibnu Abbas ra. dengan jelas, dia berkata, "Jika kami mendengar ada seseorang berkata, "Rasulullah Saw bersabda", maka kami langsung mendatanginya, dan mendengarkan apa yang dikatakannya. Lalu ketika orang-orang sudah mulai melakukan apa saja, tanpa membedakan antara hal yang terpuji dan yang tercela (paska terjadinya fitnah),

Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis

26

Ulumul Hadis

[BAB III]

maka kami tidak mengambil (hadits) dari mereka, kecuali apa yang kami tahu (kebenarannya)". Sikap tatsabbut yang dikembangkan oleh para Sahabat tersebut merupakan sebuah bentuk usaha otentifikasi hadits. Dan itu merupakan inti dari ilmu hadts diryah itu sendiri. Karena ilmu hadts diryah sebenarnya adalah bentuk aplikasi dari usaha otentifikasi yang dilakukan oleh para ulama.

B. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Hadits Paska Kodifikasi


a. Ilmu Hadts Riwyah Paska Kodifikasi Khalifah Umar ibn Abdul Aziz (101 H.) merupakan aktor penting dalam sejarah kodifikasi hadits. Beliaulah orang yang pertama kali menyerukan secara resmi kepada semua ulama untuk mengumpulkan hadits-hadits yang masih terpencar dan mencatatnya dalam sebuah buku. Salah satu ulama yang beliau minta untuk melakukan hal itu adalah Ibnu Syihab al-Zuhri (125 H.) Kemudian setelah era al-Zuhri, gerakan kodifikasi terus mengalami perkembangan, sampai akhirnya mencapai masa keemasan pada abad ketiga Hijriyah. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan kodifikasi tersebut, para ulama tidaklah menempuh satu metode saja. Hal itu dapat kita ketahui melalui hasil-hasil karya mereka yang beragam selama kurun waktu paska kodifikasi tersebut. Masa awal kodifikasi banyak dari mereka yang menggunakan metode mushannaft, kemudian setelah itu muncul penulisan dengan metode masnid, lalu jawmi' dan sunan, hingga abad keempat hijriyah muncul metode mustadrakt dan ma'jim. Berikut ini adalah beberapa karya besar para ulama paska kodifikasi, dari sejak awal masa kodifikasi, sampai pada abad keempat Hijriyah. Karya-karya ulama pada abad kedua Hijriyah: 1) al-Sunan, karya Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij (150 H), 2) al-Sunan, karya Muhammad bin Ishaq bin Yasar (151 H), 3) al-Jami', karya Ma'mar bin Rasyid (153 H), 4) al-Muwatha', karya Ibnu Abi Dzi'b (156 H), 5) al-Sunan, Ibnu Abi Arubah (157 H), 6) al-Muwatha', karya Malik bin Anas (179 H), dan 7) al-Zuhd, karya Abdullah ibnul Mubarak (181 H).

Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis

27

Ulumul Hadis

[BAB III]

Dan masih banyak lagi, baik karya-karya yang sampai kepada kita atau pun yang tidak. Karya-karya ulama pada abad ketiga Hijriyah: 1) Musnad Abu Dawud al-Thayalisi (204 H), 2) Mushannaf Abdurrazaq, 3) karya Abdurrazaq ibn Hammam (211 H), 4) Musnad al-Humaidi (219 H), 5) al-Sunan, karya Sa'id ibn Manshur (227 H), 6) Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (235 H), 7) Kutubuttis'ah minus al-Muwatha' Malik, 8) Musnad Ishaq bin Rahuyah (238 H), dan yang lainnya. Adapun karya-karya Ulama abad keempat Hijriyah ialah: 1) Shahih Ibnu Hibban (354 H), 2) Ma'ajim, al-Shaghir, 3) al-Wasth dan al-Kabir, semuanya karya al-Thabrani (360 H), 4) Sunan ad-Daruquthni (385 H), 5) Mustadrak al-Hakim (405 H), dan yang lainnya.

b. Ilmu Hadts Diryah Paska Kodifikasi Ilmu hadts diryah pada masa paska kodifikasi ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, seiring dengan berkembangnya ilmu hadts riwyah. Pada awal masa kodifikasi, ilmu ini diperkenalkan oleh para ulama secara tercampur dalam karya-karya mereka yang mempunyai kosentrasi lain, seperti ilmu riwyah dan disiplin ilmu lainnya. Hal itu seperti yang dilakukan oleh Imam asy-Syafi'i dalam kitabnya ar-Risalah, kemudian Imam Muslim dalam Muqaddimah shahih-nya, dan juga Imam at-Tirmidzi dalam kitab ilal-nya. Pada perkembangan selanjutnya, masing-masing disiplin ilmu telah terpisah dan mandiri dari disiplin-disiplin ilmu lainnya. Peristiwa ini terjadi pada abad ke-4 Hijriah. Ilmu Hadis telah menjadi suatu disiplin ilmu yang mapan. Perkembangan ini terjadi akibat semakin marak lahirnya disiplin-disiplin ilmu baru dan persinggungan budaya dengan bangsa lain yang kian mendorong upaya pembukuan masing-masing disiplin ilmu itu sendiri.

Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis

28

Ulumul Hadis

[BAB III]

Dalam disiplin ilmu Hadis, perkembangan ini ditandai dengan lahirnya karya al-Qadli Abu Muhammad bin al-Hasan bin Abd al-Rahman bin Khalan bin al-Ramahurmuzi (w. 360 H), Al-Muhaddis al-Fashil baina al-Rawi wa al-Wai, yang memuat beberapa cabang penting dari ilmu Hadis. Namun upayanya itu belum maksimal, karena masih banyak cabang penting lainnya dalam ilmu Hadis yang belum diapresiasi dalam karya itu. Meski demikian, al-Ramahurmuzi diakui sebagai orang pertama yang menyusun kitab ilmu Hadis dengan ketercakupan pembahasan yang cukup memadai. Dan karyanya itu memang sebuah terobosan baru dalam dunia ilmu Hadis dan paling menonjol di antara karya-karya yang ada pada masanya. Kemudian setelah itu, satu persatu ulama mulai mulakukan kodifikasi secara terpisah terhadap ilmu hadts diryah. Pola kajian Hadis yang ada mulai al-Ramahurzi sampai al-Miyanzi tampaknya tak jauh berbeda dengan perkembangan yang terjadi pada masa-masa awal. Dalam bahasa yang sederhana dapat digambarkan bahwa grafiknya masih datar, tidak ada peningkatan juga tidak terjadi penurunan. Sorotan kajiannya masih berkutat pada bagaimana memahami suatu Hadis, memilah mana Hadis yang shahih dan mana yang saqim, dan mulai ada sedikit perbincangan mengenai munkir al-sunnah. Perkembangan kajian ilmu Hadis mencapai puncaknya ketika Abu Amr Usman bin Abd al-Rahman al-Syahrazuri. Nama yang terakhir disebut ini lebih populer dengan nama Ibnu Shalah (w. 643 H) yang menulis karya ilmiah sangat monumental dan fenomenal, berjudul Ulum al-Hadis, yang kemudian kondang dengan sebutan Muqaddimah Ibn al-Shalah. Kitab ini merupakan upaya yang sangat maksimal dalam melengkapi kelemahan di sana-sini karya-karya sebelumnya, seperti karya-karya al-Khatib dan ulama lainnya. Dalam kitabnya itu, ia menyebutkan secara lengkap 65 cabang ilmu Hadis dan menuangkan segala sesuatunya dengan detail. Mungkin ini pula yang menyebabkan kitab ini tidak cukup sistematis sesuai dengan judul babnya. Secara metodologis juga materi pembahasan, karya-karya yang muncul belakangan tidak bisa melepaskan diri untuk selalu mengacu pada kitab ini. Popularitas kitab ini disebabkan karena ketercakupan bahasannya yang mampu

Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis

29

Ulumul Hadis

[BAB III]

mengapresiasi semua pembahasan ilmu Hadis. Bahkan keunggulan kitab ini telah menarik para ulama, khususnya yang datang sesudahnya, untuk memberikan komentar kitab tersebut. Tidak kurang dari 33 kitab telah membahas kitab Ibnu alShalah itu, baik berupa ikhtishar (ringkasan), syarh (ulasan), nazhm (puisi, syair), dan muradhah (perbandingan) . Dalam bentuk ulasan (syarh), muncul beberapa kitab yang sangat detail memberikan ulasannya. Misalnya Al-Taqyid wa al-Idhah lima Athlaqa wa Aghlaqa min Kitab Ibn al-Shalah karya al-Iraqi (w. 608 H), Al-Ifshah an Nuqat Ibn al-Shalah karya al-Asqalani (w. 852 H), dan karya al-Badar al-Zarkasyi (w. 794 H) yang belum diketahui judulnya. Sedang dalam bentuk ringkasan (ikhtisar), antara lain memunculkan kitab Mahasin al-Ishthilah wa Tadlmin Kitab Ibn alShalah karya al-Bulqini. Kitab ini meski berupa ringkasan, namun banyak memberikan ulasan penting, catatan, dan beberapa penjelasan tambahan. Masih dalam bentuk ringkasan, muncul kitab Al-Irsyad yang kemudian diringkas lagi oleh penulisnya sendiri, Imam al-Nawawi (w. 676 H), dengan judul Al-Taqrib wa al-Taisir li Marifat Sunan al-Basyir wa al-Nadzir. Anehnya, kitab yang merupakan ringkasan dari kitab-kitab sebelumnya, kemudian diberikan syarh oleh al-Suyuti (w. 911 H) dalam kitab yang diberinya judul Tadrib al-Rawi fi Syarh Taqrib al-Nawawi. Al-Suyuti juga menulis kitab Al-Tadznib fi al-Zaid ala al-Taqrib yang menambal di sana-sini kekurangan kitab al-Nawawi. Ringkasan terhadap karya Ibn al-Shalah terus saja dilakukan para ahli Hadis. Badr al-Din Muhammad bin Ibrahim bin Jamaah al-Kannani (w. 733 H), misalnya, menulis kitab Al-Minhal al-Rawi fi al-Hadis al-Nabawi, yang kemudian diberikan syarh oleh Izz al-Din Muhammad bin Abi Bakar bin Jamaah dengan judul Al-Manhaj al-Sawi fi Syarh al-Minhal al-Rawi. Abu al-Fida Imad al-Din Ismail bin Katsir (w. 774 H) juga tidak ketinggalan. Ia menulis ikhtisar terhadap karya Ibn al-Shalah itu ke dalam satu kitab yang diberinya judul Al-Bais alHasis. Upaya serupa juga dilakukan oleh Ala al-Din al-Mardini, Baha al-Din alAndalusi, dan beberapa ualama lainnya.

Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis

30

Ulumul Hadis

[BAB III]

Selain dalam bentuk syarh dan ikhtisar, karya Ibn al-Shalah ini juga mendorong para ulama untuk menuliskan bait-bait syair yang berisi kaidah-kaidah pokok ilmu Hadis sesuai yang tercantum dalam kitab Muqaddimah Ibn al-Shalah. Upaya ini dikenal dengan nama nazham yang untuk pertama kalinya dilakukan oleh al-Zain al-Iraqi Abd al-Rahim bin al-Husain (806 H). Bahkan ia menulis hingga seribu-an (alfiyah) bait-bait itu dalam Nazhm al-Durar fi Ilm al-Atsar yang lebih mashur dengan julukan Alfiyah al-Iraqi. Entah mengapa al-Iraqi kemudian juga memberikan syarh terhadap baitbaitnya sendiri. Ada dua syarh yang ditulis oleh al-Iraqi. Syarh yang ringkas dan yang panjang lebar. Syarh yang ringkas diberinya judul Fath al-Mughis bi Syarh Alfiyah al-Hadis, sedang yang panjang belum diketahui judulnya. Di samping itu, bait-bait yang diciptakan al-Iraqi itu juga memacu para ulama untuk memberikan syarh terhadap syair gubahan al-Iraqi itu. Ada banyak ahli Hadis yang menulis sebuah karya khusus mengomentari bait-bait itu, seakan tak henti-hentinya menguras energi ide para ulama. Di antara sekian banyak karya itu, karya alSakhawi yang diberi judul sama dengan syarh yang ditulis al-Iraqi, Fath alMughis fi Syarh Alfiyah al-Hadis, merupakan karya yang paling cukup dikenal. Mungkin melihat popularitas Alfiyah al-Iraqi yang sedimikian hebat, alSuyuti ulama yang dikenal rival ilmiah al-Sakhawi lalu menulis kitab alfiyah tentang ilmu Hadis yang berisi beberapa tambahan penjelasan penting terhadap materi dalam Alfiyah al-Iraqi. Al-Suyuti juga memberikan syarh sendiri terhadap bait-bait yang dibuatnya itu. Namun, syarh yang diberinya judul Al-Bahr al-Ladzi Zakhar fi Syarh Alfiyah al-Atsar, tak selesai ia rampungan secara keseluruhan. Belakangan hari, karya itu dilengkapi oleh ulama Indonesia asli, Syekh Mahfuz al-Tirmasi. Ulama kelahiran Tremas, dekat Ngawi, menulis sebuah syarh yang berjudul Manhaj Dzawi al-Nadhar fi Syarh Mandhumat Ilm al-Atsar, yang hingga kini masih dijadikan rujukan di beberapa perguruan tinggi di Timur Tengah. Pendeknya, karya-karya yang mengapresiasi Muqaddimah Ibn al-Shalah itu tak pernah berhenti mengalir dari pena-pena ulama-ulama ahli Hadis. Memang Muqaddimah Ibn al-Shalah mempunyai pesona yang luar biasa, sehingga tidak mungkin semua karya itu dapat dituliskan di sini satu persatu. Pendeknya, energi

Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis

31

Ulumul Hadis

[BAB III]

karya-karya yang ditulis dalam ilmu Hadis selalu merupakan apresiasi atas karya Ibn al-Shalah itu. Memang gaung Muqaddimah Ibn al-Shalah begitu luar biasa dahsatnya.

C. Objek kajian Ulumul Hadits


a. Ilmu Rijal al- Hadits1 Ilmu yang membahas para perawi hadits, baik dari Sahabat, dari tabiin maupun dari periode sesudahnya. Dengan ilmu ini kita dapat mengetahui keadaan para perawi yang menerima hadits dari Rasululloh dan keadaan para perawi yang menerima hadits dari sahabat dan seterusnya.Didalam ilmu ini diterangkan tarikh ringkas dari riwayat hidup para perawi, madzhab yang dianut oleh para perawi dan keadaan- keadaan para perawi itu menerima hadits. b. Ilmu Jarhi wat Tadil2 Ilmu Jarhi wat Tadil pada hakikatnya satu bagian dari ilmu rijalul hadits, akan tetapi oleh karena bagian ini dipandang penting, kemudian jadilah suatu ilmu yang berdiri sendiri. Yang dimaksud dengan Ilmu Jarhi wat Tadil adalah ilmu yang menerangkan tentang hal catatan-catatan yang dihadapkan kepada para perawi dan tentang pentadilanya (memandang adil para perawi) dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat- martabat kata-kata itu. c. Ilmu Fan al-Mubhamat3 Adalah ilmu untuk mengetahui nama orang-orang yang tidak disebut namanya didalam matan atau didalam sanad. d. Ilmu Ilal al- Hadits4 Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata, yang dapat mencacatkan hadits, jelasnya ilmu ini membahas tentang sualu ilat yang

Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits,(Bulan Bintang : Jakarta, 1954), h.153 2 Ibid, h.155 3 Endang Soetari, Ilmu Hadits Kajian Riwayah dan Dirayah (Mimbar Pustaka : Bandung, 2008), h.205 4 Ibid, h.204

Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis

32

Ulumul Hadis

[BAB III]

berupa memutashilkan yang munqathi, merafakan yang mauquf, memasukkan suatu hadits kedalam hadits yang lain. e. Ilmu Gharib al- Hadits5 Adalah ilmu yang menerangkan mana kalimat yang terdapat dalam matan hadits yang sukar diketahui maknanya dan yang kurang terpakai oleh umum. Yang dibahas oleh ilmu ini adalah lafadz yang musykil dan susunan kalimat yang sukar difahami, tujuanya untuk menghindarkan penafsiran menduga-duga. f. Ilmu Nasikh wa al- Mansukh6 Adalah ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah dimansukhkan dan yang menasikhkanya. Ilmu ini bermanfaat untuk pengamalan hadits bila ada dua hadits maqbul yang tanaqudh (bertentangan) yang tidak dapat dikompromikan atau dijama. Bila dapat dikompromikan, hanya sampai pada tingkat mukhtalif al Hadis, kedua hadits maqbul tersebut dapat diamalkan. Bila tidak bisa dijama (dikompromikan), maka hadits maqbul yang tanaqudh tadi ditarjih atau dinaskh. g. Ilmu Talfiq al- Hadits7 Adalah ilmu yang membahas tentang cara mengamalkan hadits-hadits yang berlawanan lahirnya. Ilmu ini juga disebut dengan ilmu Mukhtalif al- Hadits. Bila dua hadits maqbul yang lahir maknanya bertentangan dapat dijama atau dikompromikan, maka kedua hadits tersebut diamalkan. Cara talfiq al- hadits anatara lain mentakhshish mana hadits yang umum, mentaqyidkan hadits yang muthlaq. h. Ilmu Tashif wat Tahrif8 Adalah ilmu yang menerangkan hadits-hadits yang sudah diubah titiknya (mushahhaf) dan bentuknya yang dinamakan muharraf. i. Ilmu Asbab Wurud al- Hadits9 Adalah ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi SAW menuturkan sabdanya dan masa-masanya Nabi SAW menuturkan.

5 6

Endang Soetari, Ilmu Hadits Kajian Riwayah dan Dirayahh.200 Ibid, h.202-203 7 Ibid, h.203 8 Ibid, h.205 9 Ibid, h.201-202

Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis

33

Ulumul Hadis

[BAB III]

Ilmu ini mempunyai kaitan erat dengan ilmu Tarikh al-Matan dan mempunya kaidah seperti ilmu Asbab Nuzul al-Quran. Ilmu asbab wurud al- hadits titik berat pembahasanya pada latar belakang dan sebab lahirnya hadits. Manfaat mengetahui asbab al-wurud al-hadits adalah untuk memahami dan menafsirkan hadits serta mengetahui hikmah-hikmah yang berkaitan dengan wurudnya hadits tersebut, atau mengetahui kekhususan konteks mana hadits. Cara mengetahui sebab wurudnya hadits adalah dengan melihat aspek riwayat atau sejarah yang berkaitan dengan peristiwa wurudnya hadits. j. Ilmu Mushthalah al- Hadits Adalah ilmu yang menerangkan tentang pengertian-pengertian (istilahistilah) yang dipakai oleh ahli-ahli hadits. Sedangkan penulisan kitab-kitab Ilmu Hadits, hal tersebut dimulai dengan munculnya kitab-kitab `Ilal dan Jarh wa Ta`dl yang merupakan materi utama bagi kajian sanad, di samping juga beberapa kaedah seleksi riwayat semisal yang disebutkan oleh Imam Asy-Syfi'i dalam buku Ar-Rislah dan yang disebutkan oleh Imam Muslim dalam pengantar (muqaddimah) buku Shahh-nya. Setelah itu kemudian muncul kitab-kitab Ulumul Hadits yang lebih luas semisal karya

Al-Hkim dan karya Ar-Rmahurmz. Penulisan terhadap aneka cabang keilmuan Hadits selanjutnya mendapatkan perhatian besar dari Al-Khathb Al-Baghddy yang menulis Al-Kifyah dan beberapa kitab Ulumul Hadits secara terpisah. Lalu aneka ragam cabang Ulumul Hadits ini dihimpun, dirangkum, dan dimodifikasi oleh Ibnush Shalh dalam Muqaddimah-nya. Dan karya-karya ilmu hadits berikutnya lebih sebagai ringkasan, syarah, atau komentar dan tambahan bagi kitab Ibnush Shalah tersebut, dan dengan itu kitab Ulumul Hadits kemudian menjadi dikenal sebagai kitab Musthalah karena memang lebih fokus pada pendefinisian terma-terma dibanding kaedah-kaedah inti. Kitab-kitab itu misalnya yang ditulis oleh AnNawawi, Ibnu Katsir, Al-`Irqy (w. 806), Ibnu Hajar (w. 852), As-Sakhwy (w.902), dan As-Suyuthy (w. 911). Di zaman ini, ada pula karya-karya Ulumul Hadits yang senada dengan rumpun kitab Ibnush Shalah (metode Muta'akhkhirin) seperti karya Manna` Al-Qaththn dan Subh Ash-Shlih, tapi ada juga yang

Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis

34

Ulumul Hadis

[BAB III]

memperjuangkan kembali metode-metode Mutaqaddimin seperti karya-karya Syekh Hatim Al-`Auny dan Syekh Hamzah Al-Malibry.

D. Manfaat / faedah Ulumul Hadits


Jika dilihat dari segi tujuan masing-masing ilmu, maka ilmu hadis riwayah bertujuan untuk: memelihara syariat Islam dan otentitas Sunnah Nabi saw sementara ilmu hadis dirayah bertujuan untu: meneliti hadis berdasarkan kaidahkaidahatau persyaratan-persyaratan dalam periwayatan. Adapun jika kedua ilmu tersebut dilihat dari segi faedahnya, maka faedah mempelajari ilmu hadis riwayah adalah: menjauhkan kasalahan dalam periwayatan, sementara faedah mempelajari ilmu hadis dirayah adalah untuk mengetahui mana (tertolak). Meskipun tampak secara dzahir bahwa anatara Ilmu Hadis Riwayah dan Ilmu Hadis Dirayah berbeda dari tiga sisi yakni; obyek, tujuan, dan faedah- akan tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan karena hubungan keduanya merupakan satu ssistem yang tidak terpisahkan antara satu dengan yang lain (syaiaini mutalazimaini) atau dengan kata lain ilmu hadis dirayah sebagai in put dan Ilmu Hadis Riwayah sebagai out put hadis yang maqbul (diterima) dan mana yang mardud

E. Penutup
Demikianlah makalah ini kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat, dan memberikan gambaran singkat kepada kita tentang turats ilmu hadits. Adapun apa yang saya sampaikan ini tentu banyak kekurangannya, karena hanya sebatas apa yang kami ketahui.

Wallahu A'lam bi Ash-Shawab

Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis

35

Ulumul Hadis

[BAB III]

Daftar Pustaka

Zainul Abidin, Lc. adalah kandidat Master Universitas al-Azhar Jurusan Hadits, (Sumber: http://www.mediamuslim.net) Muhammad Hasbi Ash- Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, (Bulan Bintang : Jakarta, 1954), h.153 Endang Soetari, Ilmu Hadits Kajian Riwayah dan Dirayah (Mimbar Pustaka: Bandung, 2008), h.205

Makalah | Pengenalan Ulumul Hadis

36

Bagian Ke Empat

Klasifikasi Hadis Ditinaju dari Diterima atau Ditolaknya

Oleh Kelompok 4

Abdul Hakim Ali Muzakir Dzikron

Ulumul Hadis
A. Hadist Shahih

[BAB IV]

Ash-shohih secara bahasa lawan dari kata As-saqiim. Sedangkan menurut istilah yaitu hadis bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh rangkaian perawi hadis yang adil, dhabit, , tiada 'illah, serta tiada syaz. Syarat syarat hadist sohih : 1. Ittisholus sanad, yaitu Setiap perawi yang meriwayatkan hadis telah menerima hadis tersebut daripada gurunya secara lansung yang bermula dari awal sanad(sahabat) sampai kepada Rasulullah 2. Perawi yang adil, yaitu yang beragama isalam,berakal, tidak fasik,baligh dan tidak melakukan perkara yang aib. 3. Perawi yang dhabit yaitu perawi yang kuat ingatannya. Tiada perubahan jika diriwayatkan melalui lisan atau tulisan.
Para Ulama membagi sifat dhabit ini menjadi dua macam :

1. Dhabit shadar artinya ia memiliki daya ingat dan hafal yang kuat semenjak ia menerima saat hadits dari seorang syekh atau gurunya sampai dengan pada kepda orang lain dan dia mampu untuk

menyampaikanya

menyapaikanya kapan saja di perlukan kepada orang lain. 2. Dhabit kitab artinya tulisan haditsnya sajak mendengar dari gurunya terpelihara dari perubahan, pergantian, dan kekurangan.singkat kata tidak terjadi kesalahan-kesalahan tulis kemudihan di ubah dan diganti. Karma hal itu akan mengundang keraguan atas kedhabitan seseorang. Tiada syadz yaitu hadist yang diriwayatkan oleh rawi yang tsiqah (terpercaya) lagi diterima, menyelisihi rawi yang lebih utama darinya . Tiada illah yaitu Tiada kecacatan atau kelemahan tersembunyi. Contoh hadist sohih :

1
Semua ahli hadist bersepakat dapat diamalkan dan dijadikan hujjah. Hadits sahih dibagi menjdi 2 yaitu : 2
1

Al Imam bukhori, kitab shohih bukhori bab adzan. Dar el kutub.

Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak

38

Ulumul Hadis

[BAB IV]

1. Sahih lidzatihi (sahih dengan sendirinya) karena telah memenuhi 5 syarat hadits sahih sebagaimana definisi, contoh, dan keterangan di atas. 2. Sahih li ghairihi (sahih karma yang lain ) yaitu hadits hasan lidzatihi ketika ada periwayatan melalui jalan lain yane sama atau lebih kuat dari padanya contoh : Hadits yang diriwayatkan oleh imam tirmizi melalui jalan Muhammad ibnu amar dari abu salamah dari abu hurairah bahwa rasulallah bersabda :


Seandainya aku tidak khawatir memberatka atas umatKu, tentu aku perintah mereka bersiwak ketika setiap solat.3 Hadits diatas ini berkualitas hasan lidzatihi karena semua perawinya bersifat tsiqoh kecuali Muhammad ibnu amr. Ia bertitel shoduk ( banyak benarnya) tetapi hadist ini mempunyai jalan lain yang diriwayatkan oleh Al Bukhari dan muslim melalui jalan Abu Azzanad dari Al aaraj dari abu hurairoh. Maka hadist diatas kualitasnya dapat naik menjadi sohih li ghairihi.

B. Hadist Hasan
a. Definisi Hadis Hasan Secara bahasa, Hasan adalah sifat yang bermakna indah. Sedangkan secara istilah, para ulama mempunyai pendapat tersendiri seperti yang disebutkan berikut ini: 1. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkomentar tentang definisi hadits Hasan ialah Hadits yang dinukilkan oleh orang yang adil, yang kurang kuat ingatannya, yang muttashil (bersambung-sambung sanadnya), yang musnad jalan datangnya sampai kepada nabi SAW dan yang tidak cacat dan tidak punya keganjilan.
4

2 3

Doktor Mahmud Tohhan, kitab taisir mustholahul hadist, Hal. 51 al haromaini. DIriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, kitab shohih tirmidzi bab Thaharoh dan diriwayatkan juga oleh Imam bukhari dan Muslim dengan jalur yamg berbeda. 4 Al Imam Ibnu hajar As qolani, kitab Nukhbah fikr, hal. 29.

Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak

39

Ulumul Hadis

[BAB IV]

2. At-Tirmizy tentang pengertian hadits hasan ialah Hadits selamat dari syuadzudz dan dari orang yang tertuduh dusta dan diriwayatkan seperti itu dalam banyak jalan.5 3. Al-Khattabi menyebutkan tentang pengertian hadits hasan ialah Hadits yang orang-orangnya dikenal, terkenal makhrajnya dan dikenal para perawinya. Yang dimaksud dengan makhraj adalah dikenal tempat di mana dia meriwayatkan hadits itu. Seperti Qatadah buat penduduk Bashrah, Abu Ishaq as-Suba'i dalam kalangan ulama Kufah dan Atha' bagi penduduk kalangan Makkah.6 4. Jumhur ulama: Hadits yang dinukilkan oleh seorang yang adil (tapi) tidak begitu kuat ingatannya, bersambung-sambung sanadnya dan tidak terdapat illat serta kejanggalan matannya. Maka bisa disimpulkan bahwa hadits hasan adalah hadits yang pada sanadnya tiada terdapat orang yang tertuduh dusta, tiada terdapat kejanggalan pada matannya dan hadits itu diriwayatkan tidak dari satu jurusan (mempunyai banyak jalan) yang sepadan maknanya. Adapun Perbedaan hadits Shahih dan hasan terletak pada kedhabithannya. Jika hadits Shahih tingkat dhabithnya harus tinggi, maka hadits hasan tingkat kedhabithannya berada dibawahnya. Contoh hadist:

7 ...
ushuliyin.
8

Hukum Hadits Hasan dapat diamalkan dan dijadikan hujjah. Sebagaiman

yang di amalkan oleh semua para fuqoha dan kebanyakan muhadditsin dan Hadist ini menurut Imam Turmudzi hadist hasan gharib, dan hal itu

menurut beliau di karnakan rijal sanadnya empat (4) orang yang tsiqot kecuali jafar bin sulaiman adhdobaI, oleh karena itu maka turunlah martabat sohih

5 6

Al Imam tirmidzi, Tuhfatul ahwadzi, syarah jaami Tirmidzi bab illal jilid 10, hal. 519 Al khotobi, kitab maalim assunan. Jilid 1. hal. 11 7 At tirmidzi. kitab Tuhfatul Ahwadzi syarah Jaami Tirmidzi bab. Fadhoilul jihad jilid. 5 .hal 300 8 Kitab Tadribu arrawi. Jil 1. hal. 160

Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak

40

Ulumul Hadis
menjadi hasan.
9

[BAB IV]

Adapun kita sering mendengar kalimat muttafaqun alaihi. Ini telah sepakat dalam

menunjukan bahwa Imam Bukhori dan Imam Muslim

keshohihan hadist atau para ulama telah sepakat tentang kesohihannya. Hadist hasan dibagi menjadi dua: 1. hasan li dzatihi adalah hadist hasan dengan sendirinya karena telah memenuhi semua criteria dan persyaratan yang ditentukan oleh hadist hasan. 2. hasan li ghairihi, ada beberapa pendapat ulama di dalam pembahasan hasan li ghairihi ini. Diantaranya sebagian mereka ada yang mengatakan bahwa hasan li ghairihi adalah hadist dhoif jika diriwayatkan melalui jalan (sanad) lain yang sam atau lebih kuat. Ada juga yang mengatakan hadist hasan li ghairihi adalah hadist dhoif jika berbilangan jalan sanadnya dan sebab kedhoifannya bukan karena fasik atau dustanya perawi. Dari dua definisi diatas kita bisa memahami bahwa hadist dhoif bisa naik menjadi hasan li ghoirihi dengan dua syarat yaitu : 1. harus ditemuka periwayatan sanad lain yang seimbang atau lebih kuat 2. sebab kedhoifan hadist tidak berat seperti dueta dan fasik. Contoh riwayat ibnu majah dari al hakam bin abdul malik dari qotadah dari said ibnu musayyib dari aisyah, nabi bersabda ;


Allah melaknat kalajengking janganlah engkau membiarkannya baik dalam keadaan solat atau yang lain, maka bunuhlah ia ditanah halal atau ditanah haram Hadist diatas dhoif karena al hakam bin abdul malik seorang dhoif tetapi dalam sanad lain riwayat ibnu khuzaimah terdapat sanad lain yang berbeda perawi dikalangan muttabi yaitu melalui syuhbah dari qotadah maka ia naik derajatnya menjadi hasan li ghaiyrihi.

Al imam ibnu hajar Asqolani, kitab Tahdzibul tahdzib. Jil 2. hal 96

Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak

41

Ulumul Hadis

[BAB IV]

C. Hadist Dhaif
Secara bahasa dhoif berarti lemah atau lawan dari kuat. Yang dimaksud dengan hadist doif disini ialah apa-apa yang belum terkumpul didalamnya sifat hasan. Contoh hadis dhoif sebagai berikut:

) )
Lalu Imam Tirmidzi pun berkata setelah meriwayatkannya, kami tidak tahu hadits ini melainkan dari hadist hakim al asrom dari abi taymiyyah al hijmi dari abi hurairoh.10 Para Ulama berbeda pendapat di dalam hukum menggunakan hadist dhaif.dan jumhur ulama mengistihabkan penggunaan hadist doif di dalam fadilah amal akan tetapi dengan tiga syarat sebagaimana yang telah di jelaskan oleh Ibnu Hajar : 1. hadist tak terlalu dhoif, 11 2. masuk kedalam katgori hadist yang diamalkan seperti hadist muhkam (hadist maqbul yg tidak terjadi pertentangan dengan hadist lain), berhati-hati semata atau ikhtiyat.13
12

dan

3. tidak diyakini secara yakin kebenaran hadist itu dari nabi tetapi Karena

C. As shohih al muhtaf bil qoroin


Muhtaf bil qoroin adalah yang terdapat dan menunjukan kepada kelebihan padanya atas apa-apa yang di syaratkan oleh maqbul. As sohih almuhtaf bil qoroin itu memiliki beberapa macam, yang paling mashur adalah :

10 11

Imam tirmidzi, kitab jaami tirmidzi. jil 1. hal 419-420 Kitab Tadriburrawi, jil.1 hal. 298-299 dan Fathul mughist, jil.1 hal. 268. 12 Ibid, Hal. 268. 13 Ajaj al khatib, kitab Mukhtashor al wajiz, hal. 157-160

Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak

42

Ulumul Hadis

[BAB IV]

a. Apa-apa yang telah diriwayatkan oleh Syekhoni di sohihnya dan belum sampai ke batas mutawatir. Hal ini didukung oleh beberapa pendorong : 1) Dikarnakan ke besaran beliau berdua di dalam ilmu hadist 2) Keunggulan kitab SOHIH beliau berdua diantara kitab yang lain 3) Ulama menerima serta mempelajari kitab beliau

b. Al-masyhur apabila memiliki turuq yang sangat jelas dan semuanya selamat dari lemahnya periwayatan dan Illal. c. Khabar musalsal, khabar musalsal secara bahasa adalah bersambungnya sesuatu dengan sesuatu yang lain. Adapun secara istilah hadits adalah hadits yan di riwayatkan oleh banyak orang sanadnya atas satu sifat ataw satu

keadaan.khabar mulsalsal yang dapat menjadi muhtaf bil qoroin apabila di riwayatkan oleh para imam-imam yang dapat dipercaya dan meyakinkan, selama periwayatnya tidak asing. Seperti hadits yang di riwayatkan imam ahmad dari iama syafi`i dan imam syafi`I meriwayatkanya dari imam malik dan orang yang meiwayakanya dari imam syafi`I banyak lagi selain imam ahmad begitu pula banyak orang pula yang meriwayat kanya dari imam malik. Contoh hadist:

.
Hukumnya hadist muhtaf bil qoroin adalah hadist yang paling kuat dari khabar manapun yang diterima. Seandainya khabar muhtaf bilqorooin itu bertentangan dengan hadist maqbul yang lainnnya maka yang didahulukan atau yang diambil adalah hadist muhtaf bil qorooin. 14

14

Doktor mahmud tohhan, kitab taisier mustolah hadist, hal, 55. haromaini.

Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak

43

Ulumul Hadis

[BAB IV]

Prakata
Doktor Mahmud tohhan, Taisier mustolah hadist. Imam Tirmidzi, jaami tirmidzi. Ajaj al khatib, kitab mukhtasor al wajiz. Imam Ibnu Hajar asqolani. Tadriburrawi dan Nukhbah al fikr Imam bukhori, shahih Bukhori. Imam Muslim, shohih Muslim. Al khatobi, maalimissunan.

Makalah | Klasifikasi Hadis ditinjau dari Diterima atau Ditolak

44

Bagian Ke Lima

Hadis Hasan

Oleh Kelompok 5

Abdus Sami Andi Purnomo M. Saharuddin

Ulumul Hadis A. Definisi Hadits Hasan

[BAB V]

Dari segi bahasa, kata hasan berasal dari kata al husnu, bermakna al-jamal yang berarti keindahan. Adapun menurut istilah, para ulama (termasuk imam Tirmidzi)

memberikan definisi secara beragam. Namun yang lebihkuat adalah pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitabAn Nukhbah, yaitu:

,
Artinya: Khabarahad yang diriwayatkan oleh orang yang adil, sempurna kedhobitannya, bersambung sanadnya, tidak berillat, dan tidak ada syadz1 dinamakan shohih lidzhati. Jika kurang kurang sedikit ke-dhobith-annya, maka di sebut hasan lidzati2. Dengan kata lain hadis hasan adalah:


Artinya: Hadis hasan adalah hadis yang bersanbung sanadnya, diriwayatkan oleh orang yang adil, kurangsedikitke-dhobith-annya, keganjilan(syadz), dan tidak ada illat3. Adapun definisi menurut Imam At Tirmidzi, hadis hasan yaitu hadis yang diriwayatkan, yang di dalamnya tidak ada rawi yang tertuduh dusta, haditsnya tidak syadz, diriwayatkan pula haditsnya melalui jalan lain.4 Dengan demikian, maka yang dimaksud hadis hasan adalah hadis yang memenuhi syarat-syarat hadis shahih seluruhnya, hanya saja semua atau sebagian perawinya mempunyai tingkat kedhobitan yang lebih rendah dibandingkan ke-hobithan para perawi hadis shahih.5
1

tidak ada

Lihat, Prof.Dr.M.Syuhudi Ismail,(2007), Metodologi Penelitian Hadits Nabi, cet ke-2, Jakarta: Bulan Bintang, hal 81. 2 Dr. Abdul Majid Khon, (2008), Ulumul Hadis, Jakarta: AMZAH, hal 159. 3 Ibid. 4 Dr. Mahmud Thahan,(2005), Ilmu Hadits Praktis, Bogor: Pustaka Thoriqul Izzah, hal 51 5 Dr. Muhammad Ajaj Al Khatib, (2007), Ushul Al Hadits, hal 229

Makalah | Hadis Hasan

46

Ulumul Hadis

[BAB V]

Kriteria hadis hasan memang hamper sama dengan hadis shahih. Perbedaanya hanya terletak pada sisi ke-dhobith-annya. Hadis shahih ke-dhobithannya seluruh perawinya harus sempurna, sedangkan dalam hadis hasan, kurang sedikit ke-dhobith-annya jika dibandingkan dengan hadis shahih. Tetapi, jika dibandingkan dengan ke-dhobith-an hadis dhoif, tentu tidak seimbang karena kedhobith-an perawi hadish asan lebih unggul.6 Jadi, hadis hasan memiliki kedudukan di tengah-tengah, antara hadis shahih dan hadis dhoif.

B. Syarat-Syarat Hadis Hasan


Semua syarat-syarat yang menjadi kategori hadis hasan telah disebutkan dalam definisi di atas, adapun secara ringkas yaitu: 1. Bersambung sanadnya. 2. Perawinyaadil. 3. Perawinyadhobith, tetapilebihrendah dari padake-dhobith-an hadisshahih. 4. Tidak ada illat. 5. Tidak ada syadz.

C. Contoh Hadis Hasan


Adapun salah satu contoh hadis hasan adalah hadis yang menjelaskan tentang usia umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban, dari Al Hasan bin Urfah Al Maharibi, dari Muhammad bin Amir, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shlallallahu alaihi wasallam bersabda:


Artinya: Usia ummatku hanya sekitar 60 sampai 70 tahun, dan hanya sedikit sekali yang melewati demikian itu. Semua perawi dalam hadis di atas tsiqah semua kecuali Muhammad bin Amir, dia adalah shaduq, artinyasangat benar. Para ulama hadis manilai bahwa shoduq tidak mencapai dhobithtamm, sekalipun telah mencapai keadilan. 7

6 7

Dr. Abdul Majid Khon, (2008), Ulumul Hadis, Jakarta: AMZAH, hal 159 . Ibid, hal 160.

Makalah | Hadis Hasan

47

Ulumul Hadis
D. Macam-Macam Hadis Hasan

[BAB V]

Sebagimana hadis shahih terbagi menjadi dua macam, maka hadis hasan pun terbagi menjadi dua macam, yaitu hadis hasan lidzatih dan hadis hasan lighayrih. a. Hadis Hasan Lidzatih Hadis hasan lidzatih adalah hadis yang hasan dengan sendirinya karena telah memenuhi segala kriteria dan persyaratan yang ada dan bukan faktor lain di luarnya.8

b. Hadis Hasan Lighairih Hadis hasan lighairih adalah kebalikan dari hadis hasan lidzatih, yaitu hadis awalnya dhoif dan menjadi hadis hasan karena ada riwayat lain yang sama dan lebih kuat. Mengenai hadis hasan lighairih ini, ada beberapa pendepat, di antaranya:


Artinya: Yaitu hadis dhoif jika diriwayatkan melalui jalan (sanad) lain yang sama atau lebihkuat.9 Pendapat lain mengatakan:


Artinya: Yaitu hadis dhoif jika berbilang jalan sanadnya dan sebab kedhoifannya bukan karena kefasikan atau kedustaan perawinya.10

Ibid, lihat pula, Dr. Muhammad Ajaj Al Khatib, (2007), Ushul Al Hadits, Jakarta: Gaya Media Pratama, hal 300. 9 Dr. Abdul Majid Khon, (2008), Ulumul Hadis, Jakarta: AMZAH, hal 160. 10 Ibid

Makalah | Hadis Hasan

48

Ulumul Hadis

[BAB V]

Dari definisi-definisi di atas dapat kita pahami bahwa hadis dhoif bisa naik menjadi hasan lighairih dengan dua syarat, yaitu: 1. Harus ditemukan periwayatan sanad (jalan) yang lain yang seimbang atau lebih kuat. 2. Sebab kedhoifannya tidak berat seperti dusta dan fasik, tetapi hal yang ringan, seperti hafalan yang kurang dan sebagainya.11 Contoh hadis hasan lighoirih, diriwayatkan oleh Ibnu majah dari Al Hakam bin Abdul Malik, dari Qatadah, dari Said bin Musyayyab, dari Aisyah Radhiyallahu anha, bahwa Nabi Shallallahu alaihi Wasallam bersabda:


Artinya: Allah melaknat kalajengking, maka janganlah Engkau

membiarkannya, baik dalam keadaan shalat, maupun yang lain, maka bunuhlah ia di tanah halal atau di tanah haram12 Hadis di atas adalah hadis dhoif karena Al hakam bin Abdul Malik adalah seorang yang dhoif, tetapi terdapat sanad yang lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dari Qatadah, dari said bin Musyayyab sampai kepada Nabi. Maka hadis ini naik derajatnya menjadi hasan lighairih.13

D. Kitab-kitab yang Memuat Hadis Hasan dan Yang Mengarangnya


Di antara kitab-kitab yang memuat hadis hasan, di antaranya adalah sebagai berikut: a. Sunan At-tirmidzi Kitab ini di karang dan pertama kali diperkenalkan oleh Imam Tirmidzi. Pada awalnya pembagian hadis berdasarkan kualitasnya hanya ada dua, yaitu hadis shahih dan hadis dhoif. Sehingga jika ada hadis yang setelah mempertimbangkan
11 12

Ibid Ibid hal 160 13 Ibid

Makalah | Hadis Hasan

49

Ulumul Hadis

[BAB V]

ternyata terdapat cacat sedikit saja, misalnya dhobith yang kurang sempurna sedikit, maka hadis ini dimasukkan kedalam golongan hadis dhoif, maka dari sinilah muncul kesimpulan untuk mengambil jalan tengah, yaitu hadis hasan. Di dalam kitab inilah Imam tirmidzi mempopulerkan istilah hadits hasan, dan tergolong orang yang sering menyebutkannya. 14

Menurut Abdullah ibnu Muhammad Al Anshary,

kitab-kitab At

Tirmidzi lebih bermanfaat dari pada kitab Al Bukhari dan Muslim karena yang dapat mengambil faidah dari kitab Al Bukhari dan Muslim hanyalah orang-orang yang sudah memiliki ilmu yang luas.15 Menurut An Nawawi, kitab Tirmidzi ini pertama kali memunculkan hadis hasan, yang memperkenalkan dan banyak menyebut dalam kitabnya, walaupun secara terpisah di temukan pada sebagian syeikh pada generasi sebelumnya.16

Ibnu Taimiyah mempertegas bahwa At Tirmidzi-lah orang yang pertama kali memperkenalkan pembagian hadis dari segi kualitasnya kepada shahih, hasan dan dhoif.17

b. Sunan Abu Dawud Kitab ini dikarang oleh Imam Abu Dawud. Di dalam hadis ini terdapat hadis shahih, hasan, bahkan hadis dhoif tetapi tetap dijelaskan kedhoifannya. Adapun hadis yang tidak jelaskankedhoifannya dan tidak pula dijelaskan keshahihannya, maka para ulama menilai hadis ini sebagai hadis hasan. Abu Dawud sendiri mengatakan : Aku telah menulis hadits Rasul sebanyak 500.000 hadits , kemudian aku pilih sejumlah 4.800 lalu aku masukkan ke dalam kitab ini 18

14 15

Dr. Mahmud Thahan,(2005), Ilmu Hadits Praktis, Bogor: Pustaka Thoriqul Izzah, hal 56 , Prof.Dr.M.Syuhudi Ismail,(2007), Metodologi Penelitian Hadits Nabi, cet ke-2, Jakarta: Bulan Bintang, hal 256 16 Dr. Abdul Majid Khon, (2008), Ulumul Hadis, Jakarta: AMZAH, hal 162 17 Ibid 18 Prof.Dr. Teungku Muhammad hasbi Ash Shadiqiy,(2009), sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Semarang: Pustaka Rizki Putra, hal 75

Makalah | Hadis Hasan

50

Ulumul Hadis
c. Sunan Ad Daruquthni

[BAB V]

Kitab ini dikarang oleh Imam Ad Daruquthni, dan di dalam kitab ini banyak memuat hadis hasan.

D. Pemaduan Tirmidzi Antara Hadis Hasan dan Shahih


(Hadis Hasan-Shahih)

Sering sekali terhadap suatu hadis, Imam Tirmidzi mengatakan : Hasan Shahih. Hadis yang dinilai oleh Imam Tirmidzi sebagai hadis hasan shahih berarti memiliki lebih dari satu sanad, artinya beliau menilai salah satu sanad itu shahih dan yang lainnya hasan. Adapun makna secara terperici tentang ungkapan At Tirmidzi Hadis Hasan Shahih , adalah sebagai berikut: 1. Hadis tersebut memiliki dua sanad, yang satus hahih dan yang lain hasan. 2. Terjadi perbedaan dalam penilaian hadis, artinya sebagian berpendapat shahih dan sebagian berpendapat hasan. 3. Dinilaihasanlidzatih dan shahihlighairih.19

D. Berhujjah dengan Hadis Hasan

Hadis hasan dengan kedua jenisnya dapat dijadikan hujjah dan diamalkan sebagaimana hadis shahih, meskipun hadis hasan ini memiliki kekuatan di bawah hadis shahih. Semua ulama fiqhi dan sebagian ulama hadis telah mengamalkan hadis hasan ini, kecuali hanya sedikit sekali dari kalangan orang yang sangat ketat dalam mempersyaratkan dalam menerima hadis. Bahkan sebagian Muhadditsin (ulamahadis) yang mempermudah dalam persyaratan shahih memasukkannya kedalam hadis shahih, seperti Imam Al Hakim, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah.

19

Dr. Abdul Majid Khon, (2008), Ulumul Hadis, Jakarta: AMZAH, hal 162

Makalah | Hadis Hasan

51

Ulumul Hadis

[BAB V]

Daftar Pustaka
Al Khatib, Muhammad Ajaj, 2007, Ushul al Hadits, cet. Ke-4, Jakarta:Gaya Media Pratama. Thahan, Mahmud, 2005, Ilmu Hadits Praktis, Bogor: Pustaka Thariqul Izzah. Khon, Abdul Majid, 2008, Ulumul Hadis, Jakarta: AMZAH. Ash Shadiqiy, Teungku Muhammad Hasbi, 2009, Sejarah dan Pengantar ilmu Hadits, Semarang: Pustaka Rizki Putra. Ismail, Muhammad Shuhudi, 2007, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, cet.ke-2, Jakarta: bulan bintang.

Makalah | Hadis Hasan

52

Bagian Ke Enam

Macam-macam Hadis Dhaif I

Oleh Kelompok 6

M. Zaky Fathoni Saofi Ahmadi Zaidan Anshari

Ulumul Hadis
A. HADIS MAUDHU (PALSU) a. Pengertian Hadis Maudhu

[BAB VI]

Menurut bahasa maudhu adalah ismul maful dari wadhoa yang artinya meletakkan. Maka menurut bahasa arti kata maudhu adalah diletakkan. Dinamakn seperti itu karena rendahnya derajatha disini. Adapun menurut istilah, hadis maudhu berarti suatu riwayat bohong, yang dibuat-buat, yang dinisbatkan kepada Nabi SAW. Kebohongan dari suatu riwayat dapat dilihat apabila dalam salah satu sanadnya terdapat seorang periwayat yang dikenal sebagai pernah meriwayatkan riwayat bohong yang disandarkan keada Nabi SAW. Hadis maudhu adalah jenis hadis-hadis dhoif yang paling rendah tingkatannya dan paling buruk. Bahkan ada sebagian ulama hadis yang menyatakan bahwa hadis maudhu bukanlah termasuk dalam jenis hadis dhoif, melainkan ia jenis yang berdiri sendiri. Untuk mengetahui sebuah hadis itu maudhu dapat melalui berbagai cara, di antaranya:1 1. Dengan pernyataan perowi bahwasannya dia telah membuat riwayat yang bohong yang dinisbatkan kepada Rosul SAW. Seperti pengakuan Abu Ashim Nuh bin Abi Maryam bahwa dia telah memalsukan hadis tentang fadhilah surat-surat Al Quran dari Ibn Abbas. 2. Atau dengan sesuatu yang menandakan bahwa sang perowi berbohong, seperti apa bila seorang perowi meriwayatkan dari seorang Syekh kemudian dia ditanya kelahiran Syekh tersebut, lantas menyebutkan tanggal yang mana tanggal wafatnya lebih dahulu dari pada tanggal kelahirannya, dan tidak diketahui hadis itu kecuali dari perowiterebut. 3. Atau dengan indikasi dari perowi, seperti perowi yang berasal dari kalangan Syiah yang meriwayatkan hadis tentang fadhilah ahli bait. Maka hadis ini lebih condong kepada derajat palsu. 4. Atau dengan indikasi dari yang diriwayatkan, seperti bunyi hadis yang bertentangan dengan kandungan Al Quran, atau ibadah yang sudah disepakati seluruh umat muslim baik ulama ataupun orang awam.

Dr. Mahmud At-Thahan, TaysirMustholah Hadis,

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif I

54

Ulumul Hadis
b. Contoh Hadis Maudhu Contoh dari hadis maudhu adalah sebagaiberikut:

[BAB VI]


Para sahabatku bagaikan bintang, dengan siapapun diantara mereka kalian mengikutinya maka kalian akan mendapat petunjuk.2 Hadis ini diriwayatkan oleh Ibn Abdil Barr dalam kitabJami Ilmi dan Ibn Hazm dalam kitab Al-Ihkam, dari jalan Salam bin Salim dari Haris bin Ghushoin dari dari Al-Amasy dari AbiSufyan dari Jabir secara marfu. Ibn Abdil Barr berkata: sanadini tidak dapat dijadikan hujjah karena Haris bin Ghushoin adalah seorang rowi majhul. Ibn Hazm berkata: ini riwayat yang jatuh karena Abi Sufyan seorang yang dhoif, Salam bin Salim adalah perowihadis-hadis palsu dan ini salah satunya dengan tidak ada keraguan. Ibn Khorrosy berkata: kazdzdab atau pembohong hadis (yang dimaksud Salam bin Salim). Ibn Hibban berkata: dia meriwayatkan hadis-hadis palsu. Untuk Imam Ahmad berkata hadis ini adalah tidak sah seperti yang dikutip oleh Ibn Qudamah dalam kitab Al-Muntakhob. Hukum periwatan hadis palsu adalah haram baik lafadz atau makna, kecuali diberi penjelasan tentang kepalsuannya. Sedangkan hukum mengamalkannya adalah haram.3 B. HADIS MATRUK a. Pengertian Hadis Matruk Hadis matruk menurut bahasa adalah ism maful dari kata taroka yang artinya meninggalkan.Jadiarti dari kata matruk adalah yang ditinggalkan. Secara istilah ahli hadis arti dari hadis matruk adalah hadis yang di dalam sanadnya terdapat seorang perowi yang dituduh berbohong. Perbedaanya dengan hadis palsu adalah dalam hadis palsu seorang perowi dikenal sebagai pembohong dalam hadis atau sebagai pemalsu hadis, sedangkan dalam hadis matruk adalah perowi
2 3

Syaikh Al-Albani, Silsilah DhofidahwalMaudhuah, hadisnomor 58 Imam Suyuthi, TadriburRowi, pembahasannomor 11 tentanghadis maudhu

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif I

55

Ulumul Hadis

[BAB VI]

yang dikenal dengan kebohongannya dalam perkataan sehari-hari, bukan dalam hadis.4 b. Contoh Hadis Matruk Contoh dari hadis matruk adalah sebagai berikut:

":

Dari Nabi SAW beliaubersabda: aku adalah pohon dan Fatimah adalah akarnya atau cabangnya, dan Ali adalah sarinya, Hasan dan Husain adalah buahnya, dan syiahkita adalah daunnya, pohon itu asalanya dari surga and, asalnya, cabangnya, sarinya, daunnya, dan buahnya ada dalamsurga.5 Hadis inidiriwayatkan oleh Ismail bin Ahmad dari Ismail bin Musadah dari Hamzah bin Yusuf dari Abu Ahmad bin Adi dari Umar bnSannan dari Hasan bin Ali Al-Azdi dari AbdurRozak dari ayahnya dari Mayna bin AbiMayna dari Adurrohman bin Auf dari Nabi. Dalam sana disini terdapat Mayna bin Abi Mayna. Menurut Yahya bin Main dia bukanlah seorang tsiqoh, menurut Imam Ad-Daruquthni dia adalah matruk, menurut IbnHibban tidak halal riwayat darinya kecuali sebagaiItibar, dan tidak halal riwayat dari Hasan bin Ali Al-Azdi karena dia seorang yang memalsukan hadis, menurut Ibn Jauzy dia telah sebagai tertuduh (yaitu tertuduh berbohong). Dari penilaian para Imam ahli hadis di atas terhadap sanadnya, bisa kita simpulkan bahwa hadis di atas matruk atau bisa jadi maudhu atau palsu.

4 5

Dr. Mahmud At-Thahan, TaysirMustholah Hadis IbnJauzy, Al-Maudhuat,

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif I

56

Ulumul Hadis
C. HADIS MUNKAR a. Pengertian Hadis Munkar

[BAB VI]

Hadis munkar menurut bahasa ism maful dari kata inkar lawan kata dari menyetujui. Sedangkan menurut istilah beberapa ulama ahli hadis member pengertian terhadap hadis munkar dengan beberapa definisi namun yang paling terkenal adalah dua definisi di bawah ini: 1. Hadis yang di dalam sanadnya terdapat perowi yang telah banyak kelalaiannya dan telah terlihat sifat fasiq dalam dirinya. Ini adalah definisi yang disebutkan Imam Ibn Haja rnamun beliau menisbatkan definisi ini kepada ulama selain beliau. Jadi definisi ini bukan dari beliau. Salah satu yang memakai definisi ini adalah Imam Baiquni. 2. Definisi yang kedua adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perowi yang lemah yang bertentangan dengan riwayats eorang tsiqoh. Inilah riwayat yang disebutkan Imam Ibn Hajar dan beliau mengambil definisi bersandar kepada definisi ini. Adapun perbedaan antara munkar dan syadz adalah apabila munkar adalah riwayat seorang yang lemah atau dhoif sedangkan syadz adalah riwayat seorang yang tsiqoh namunbertentangan dengan riwayat yang lebih tsiqoh.6

b. Contoh Hadis Munkar Contoh dari hadis matruk adalah sebagaiberikut:


Tidak akan maju kebarisan depan seorang arab atau yang bukan arab atau seorang anak yang belum baligh.7

6 7

Dr. Mahmud At-Thahan, TaysirMustholah Hadis Syaikh Al-Albani, Silsilah DhofidahwalMaudhuah, hadisnomor6022

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif I

57

Ulumul Hadis

[BAB VI]

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ad-Daruquthni dalam kitab sunannya dari Muhammad bin Gholib dari Abbas bin Sulaim dari Ubaidullah binSaid dari Al-Laits dari Mujahid dari Ibn Abbas. Dalam sanad hadis ini terdapat dua cacat yaitu Al-Laits, dia adalah Ibn Abi Sulaim seorang yang dhoif lagi tercampur hafalannya, dan cacat lain terdapat pada Ubaidullah bin Said. Imam Bukhori mengatakan di dalam hadisnya harus diteliti. Abu dawud mengatakan dia memiliki hadis-hadi spalsu. Imam Dzahabi mengatakan dalam kitab Al-Mizan: di antara hadis-hadis munkar darinya adalah yang diariwayatkan dari Laits. Cacat yang ketiga adalah Abbas bin Salimdia tidak diketahui kecuali dalam sanad ini. Ibn Qoththon mengatakan dia seorang yang majhul.

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif I

58

Bagian Ke Tujuh

Macam-macam Hadis Dhaif II

Oleh Kelompok 7

Anas Mujahidin M. Nur Wahid M. Sani Abdul Malik

Ulumul Hadis
A. HADIS MUALLAL/MALUL a. Definisi Muallal/Malul Menurut Bahasa Istilah

[BAB VII]

Secara bahasa kata muallal merupakan isim maful dari kataallalahu kata muallal ini diambil dari qiyas shorfy (perbandingan perubahan kata bahasa Arab) yang tidak masyhur. Adapun qiyas shorfy yang masyhur adalah kata aallahu bi kadza fahua muallun yang bermaknya menimpakan sesuatu, yang ditimpa sesuatu. Sebagian muhadditsin menyebutnya dengan kata malul namun kata ini ditolak oleh ahli bahasa Arab. 1 Adapun pengertian muallal secara istilah:


Adalah hadits yang diketahui didalamnya terdapat ilat (penyakit/cela) yang menodai keshahihannya meskipun secara dzohir tampak selamat dari ilat tersebut. Pengertian lain dari Hadits Muallal


suatu hadits, yang setelah diadakan penelitian dan penyelidikan nampak adanya salah sangka dari rawinya, dengan mewashalkan (menganggap, bersambung suatu sanad) hadits yang Munqathi (terputus) atau memasukkan sebuah hadits pada suatu hadits yang lain, atau yang semisa dengan itu.2 Pengertian illat menurut bahasa adalah penyakit dan menurut istilah adalah sebab tersembunyi yang dapat merusak keshahihan sebuah hadits 3.

1 2

Dr. Mahmud At-Thahan, Taysir Mustholah Hadis, Daar-elfikr, hal.83 Drs. Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits 3 Manna al-Qaththan,Mabahits fi Ulum al-Hadits,terj.Mifdhol, Pustaka al-Kautsar: 2004, hal.152

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif II

60

Ulumul Hadis

[BAB VII]

b. Macam-macam Illat Al-Hakim dalam kitabnya Ulumul hadits telah membagi jenis-jenis illat menjadi sepuluh macam, yang dinukil berikut contohnya oleh Imam as-Suyuthi dengan kesimpulan bahwa mcam-macam illat adalah sebagai: 1. Illat Pada Sanad Contoh hadis: Hadits yang diriwayatkan oleh Yala bin Ubaid at -Thanafisi, dari Sufyan ats-Tsauri, dari Amru bin Dinar, dari Ibnu Umar, dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Kedua orang yang berjual Khiyar.(al- hadits) Keterangan: Sanad pada hadits ini adalah muttashil atau bersambung, diceritakan oleh orang yang adil dari orang yang adil pula, tapi sanadnya tidak shahih karena terdapatillat didalamnya. Sedangkan matannya shahih tanpa ada illat. Letak illat terdapat pada sanad, karena riwayat Yala bin Ubaid terdapat kesalahan pada Sufyan dengan mengatakan Amru bin Dinar padahal yang benar adalah Abdullah bin Dinar. Demikian yang diriwa yatkan oleh para Imam dari muridmurid Sufyan ats-Tsauri, seperti Abi Nuaim al-Fadhl bin Dakin, Muhammad bin Yusuf al-Firyabi, Makhlad bin Yazid, dan yang lainnya 4, mereka meriwayatkan dari Sufyan, dari Abdullah bin Dinar, dari Ibnu Umar bukan dari Amru bin Dinar, dari Ibnu Umar. 2. Illat Pada Matan Contoh hadis: Hadits yang diriwayatkan Imam muslim dalam shahihnya dari riwayat al-Walid bin Muslim: Telah bercerita kepada kami al-AuzaI, dari Qatadah, bahwasanya dia pernah menulis surat memberitahukannya kepadanya tentang
4

beli itu dapat melakukan

Tadrib ar-Rawi, hal.254

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif II

61

Ulumul Hadis

[BAB VII]

Anas bin Malik yang telah bercerita kepadanya, dia berkata, Aku pernah shalat dibelakang Nabi Shalallahu Alaihi wa Sa llam, Abu Bakar, Umar, Utsman, mereka memulainya dengan membaca: Alhamdulillahi Rabbil alamin tidak menyebut Bismillahirrahmanirrahim pada awal maupun pada akhir bacaan. Imam Muslim juga meriwayatkan dari al-Walid, dari al-AuzaI, telah memberitahukan kepadaku Ishaq bin Abdillah bin Abi Thalhah, bahwasanya dia mendengar Anas menyebut demikian. Ibnu ash-Shalah dalam kitab Ulumul Hadits berkata Sebagian kaum mengatakan bahwa riwayat tersebut diatas (yang menafikan bacaan basmalah) terdapat llat.Mereka berpendapat bahwa kebanyakan riwayat tidak menyebut basmalah tapi membaca hamdalah dipermulaan bacaan, dan ini yang muttafaqun alaih menurut riwayat Bukhari dan Muslim dalam shahihnya.Mereka mengatakan bahwa lafazh tersebut adalah riwayat yang difahaminya secara maknawi, yaitu lafazh: (Artinya: Mereka membuka bacaan shalat dengan membaca alhamdulillahi rabbil alamin), difahami bahwa mereka tidak membaca basmalah, maka meriwayatkan seperti apa yang dipahaminya, dan ternyata salah, karena maknanya bahwa surat yang mereka baca adalah surat AlFatihah yang tidak disebutkan padanya basmalah. Ditambah lagi dengan beberapa hal, yaitu: sahabat Anas ditanya tentang iftitah dengan basmalah, lalu dia menyebutkan bahwa dia tidak mengetahui sesuatu pun dari Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam. tentang itu.5 3. Illat Pada Sanad dan Matan Contoh hadis: Diriwayatkan Baqiyah dari Yunus, dari Az-Zuhri, dari Salim, dari Ibnu Umar, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Barang siapa mendapatkan satu rakaat dari shalat Jumat dan shalat lainnya maka telah mendapatkan shalatnya.Abu Hatim Ar-Razi, berkata, Hadits ini sanad dan matannya salah. Yang benar adalah riwayat Az-Zuhri dari Abi Salamah dari Abu Hurairah dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Barang siapa yang
5

ibid.

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif II

62

Ulumul Hadis

[BAB VII]

mendapatkan satu rakaat dari shalat maka itu telah mendapatkannya. Sedangkan lafazh: shalat Jumat tidak ada dalam hadits ini. Dengan demikian terdapat llat pada keduanya. B. HADIS MUBHAM a. Definisi Mubham Menurut Bahasa dan Istilah Kata mubham secara bahasa merupakan isim maful dari kata al-ibham (samar) yaitu konotasi dari kata al-idhoh (jelas). Pengertian mubham menurut istilah adalah seseorang yang disamarkan pada matan atau sanad dari para perawi atau dari siapapun yang berkaitan dengan periwayatan. b. Manfaat Pembahasan Hadits Mubham Adapun manfaatnya, antara lain sebagai berikut : 1. Ibham (Samar/Tidak Jelas) Pada Sanad Untuk mengetahui perihal rawiy, kuatkah (tsiqoh) atau lemah (dhoif) dalam menghukumi hadits tersebut shohih atau dhoif.

2. Ibham Pada Matan Salah satu manfaat dari pembahasan ibham dalam matan yang paling jelas adalah pengetahuan tentang pemilik kisah atau penanya,sehingga jika terdapat suatu kebaikan kita dapat mengetahui keutamaannya, sebaliknya dengan mengetahuinya kita dapat selamat dari prasangka dengan para Shahabat yang lainnya.

c. Contoh Hadits Mubham 1. Contoh Mubham yang terdapat pada sanad, seperti:

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif II

63

Ulumul Hadis

[BAB VII]

Hadits Abu Dawud yang diterimanya dari Hajjaj bin Furafishah dari seorang laki-laki dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam. Sabda Rasulullah: Orang Mumin itu ialah orang yang mulia lagi dermawan dan orang fajir itu ialah penipu lagi tercela. Bisyr bin Rafi dari Yahya bin Abi Katsirdari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wa Sallam. . Di dalam hadits tersebut Hajjaj tidak menerangkan nama rawi yang memberikan Hadits kepadanya. Oleh karena itu sulit sekali untuk menyelidiki identitasnya, namun dalam riwayat kedua yang diberitakan Bisyr bin Rafi bahwa hadits ini diriwayatkan dari Abu Salamah oleh Yahya bin Abi Katsir, maka kandungan kata rajulun tersebut maksudnya adalah Yahya bin Abi Katsir. 7 2. Contoh Mubham yang terdapat pada Matan, seperti: Contoh Mubham yang terdapat pada matan, ialah hadits Abdullah bin Amr bin Ash r.a., yang meriwayatkan:

) (

bahwa seorang laki-laki telah bertanya kepada Rasulullah saw katanya: (perbuatan) Islam yang manakah yang paling baik? Jawab Nabi: Ialah

6 7

Sunan Abi Daud bab fi Nasyri al-Asyrah Tadrib Ar-Rawi, hal. 344. 8 Shahih Bukhari Bab Ithamu ath-Thaam

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif II

64

Ulumul Hadis

[BAB VII]

kamu merangsum makanan dan memberi salam kepada orang yang telah kamu kenal dan yang belum kamu kenal. (Riwayat Bukhari). Menurut penyelidikan As-Suyuthy bahwa orang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah itu ialah Abu Dzar ra.

C. HADIS MAQLUB a. Definisi Maqlub Menurut Bahasa dan Istilah Secara bahasa kata al-Maqlub merupakan isim maful dari kata al-qalbu yaitu memindahkan/membalikkan sesuatu dari bentuk semestinya. Adapun pengertian al-Maqlub menurut istilah adalah mengganti suatu kata dengan kata lain dalam sanad hadits atau matannya, dengan mendahulukan kata yang seharusnya diakhirkan, mengakhirkan kata yang seharusnya didahulukan dan dengan yang semisalnya. 9 b. Macam-macam Hadis Maqlub Hadits Maqlub terbagi menjadi dua bagian yaitu, Maqlub sanad dan Maqlub matan. 1. Maqlub Sanad Maqlub sanad adalah hadits maqlub yang penggantiannya terjadi pada sanadnya. Maqlub sanad ini mempunyai dua bentuk:

Bentuk pertama: Seorang perawi mendahulukan dan mengakhirkan satu Nama dari nama-nama para perawi dan nama ayahnya. Contonya sebuah hadits yang diriwayatkan meriwayatkan dari hadits Ka'ab tersebut bin Murrah, namun seorang Murrab ke perawi Kaab. dengan mengatakan

Nudhatun-Nadhar halaman 47 ; Taisir Musthalah Hadits halaman 107 ; Ulumul-Hadits halaman 91 ; Al-Ba'itsul-Hatsits halaman 78 ; dan Tadriibur-Rawi halaman 191

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif II

65

Ulumul Hadis
Bentuk Kedua: Seorang perawi mengganti salah satu nama dari

[BAB VII]

nama-nama

perawi sebuah hadits dengan nama lain, dengan tujuan supaya nama perawi tersebut dari tidak dikenal. namun Seperti hadits yang sudah terkenal oleh

diriwayatkan dengan nama

Salim,

seorang hadits

perawi yang

menggantinamanya diriwayatkan

Nafi'. Contoh:

Sebuah

Hammad bin 'Amr An-Nashibi (seorang pendusta), dari Al- A'masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu secara marfu': "Jika kalian bertemu dengan orang-orang musyrik di suatu jalan, maka

janganlah kalian memulai mengucapkan salam kepada mereka". Hadits ini adalah hadits yang maqlub, karena Hammad membaliknya, dimana dia menjadikan hadits ini diriwayatkan dari Al-A'masy. Padahal sudah diketahui bersama bahwa hadits ini diriwayatkan dari Suhail bin Shalih, dari Seperti kitabnya.Beliau Abdul-Hamid,
Pelaku

ayahnya, inilah

dari Imam

Abu

Hurairah

radliyallaahu

'anhu. dalam

Muslim dari

meriwayatkannya Ats-Tsauri, kesemuanya


sengaja, maka

meriwayatkannya dan Abdul-'Aziz


ini jika

Syu'bah,

Jarir dari
ia

bin

Ad-Daruwardi;
dengan

Suhail.
dijuluki

perbuatan

melakukannya

"pencuri hadits". Perbuatan ini terkadang dilakukan oleh perawi yang terpercaya karena keliru, bukan karena kesengajaan sebagaimana yang dilakukan oleh

perawi pendusta.

2. Maqlub Matan Maqlub matan adalah hadits maqlub yang penggantiannya terjadi pada matannya. Maqlub matan ini mempunyai dua bentuk: Bentuk pertama: Seorang perawi mendahulukan sebagianmatan yang seharusnya diakhirkan dari sebuah hadits dan mengakhirkan sebagian matan yang seharusnya didahulukan. Contoh hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari shahabat Abu Hurairah radliyallaahu 'anhu. Yaitu hadits tentang tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya, dimana hari itu tidak ada naungan selain

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif II

66

Ulumul Hadis

[BAB VII]

naungan-Nya. Di dalamnya disebutkan salah satu dari ketujuh golongan tersebut: "Dan seorang laki-laki yang bersedekah kemudian ia menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kirinya". Ini adalah salah satu riwayat yang terbalik yang dilakukan oleh seorang perawi. Sedangkan riwayat yang benar adalah : "Sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya". Seperti inilah hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitab Al-Muwaththa'nya, Imam Bukhari dalam Kitab Shahih-nya, dan para ahli hadits lain. Itulah contoh dari bagian pertama, dimana ada keterbalikan dalam matannya karena sudah menjadi suatu yang maklum bahwa bersedekah itu dilakukan dengan tangan kanan. Bentuk kedua: Seorang perawi menyambung sebuah matan hadits dengan sanad hadits lain dan menyambungkan sebuah sanad hadits dengan matan hadits lain. Penggantian ini dilakukan dalam rangka menguji sebagian ulama hadits, supaya bisa diketahui sampai dimana tingkat kekuatan hafalannya sebagaimana yang dilakukan oleh ulama' Baghdad terhadap Imam Muhammad bin Isma'il AlBukhari ketika datang menemui mereka. Al-Khathib Al-Baghdadi meriwayatkan bahwa para ulama Baghdad berkumpul dan bersepakat untuk membolak- bailkkan matan dan sanad seratus hadits, dimana mereka menyambungkan matan dengan sanad lain dan menyambungkan sanad dengan matan lain. Kemudian mereka memberikan hadits-hadits yang mereka balik matan dan sanadnya kepada Imam Bukhari dan menanyakan kepadanya.Maka satu per satu beliau mampu mengembalikan matan ke sanadnya dan mengembalikan sanad ke matannya tanpa melakukan kesalahan sedikitpun.

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif II

67

Ulumul Hadis
D. HADIS MUDHTHARIB a. Definisi Mudhtharib Menurut Bahasa dan Istilah Menurut bahasa mudhtharib merupakan

[BAB VII]

bentuk isim fail dari kata

al-Idhthirab yang maknanya adalah perbedaan/perselisihan. Menurut istilah adalah hadits yang diriwayatkan dari jalur yang berbeda serta sama dalam tingkat kekuatannya, dengan tidak memungkinkan tarjih, serta tidak mungkin untuk dikumpulkan antara keduanya. Idlthirab itu dapat terjadi pada sanad atau matan. Dan kejadianya pada sanad adalah lebih banyak. b. Macam-macam Hadis Mudhtharib 1. Mudhtharib Sanad Contohnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Bakar, ia berkata,Wahai Rasulullah, aku melihat rambutmu beruban, maka beliau bersabda: Yang telah membuat rambutku beruban adalah Hud dan saudara saudaranya,(Riwayat at-Tirmidzi) Imam Ad-Daruquthni berkata,Hadits ini adalah mudhtharib karena hadits ini tidak diriwayatkan kecuali dari satu jalan, yaitu dari Abu Ishaq.Periwayatan dari Abu Ishaq diperselisihkan sampai pada sepuluh bentuk; ada yang meriwayatkannya secara mursal, ada yang meriwayatkannya secara maushul, ada yang menjadikanya termasuk Musnad Abu Bakar dan sebagainya. Semua perawi hadits tersebut tsiqot, maka tidak memungkinkan untuk ditarjih dan dijama . 2. Mudhtharib Matan Contohnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam AtTirmidzi, dari Syuraik, dari Abu Hamzah, dari As-Syabi, dari Fatimah binti Qais, ia berkata Rasulullah ditanya tentang zakat. Maka beliau bersabda: Sesungguhnya dalam harta ada kewajiban yang lain selain kewajiban zakat. Sedangkan Ibnu Majah meriwayatkan hadits ini dari jalur yang sama dengan menggunakan ungkapan Tidak ada kewajiban dalam harta selain kewajiban zakat.Imam al-Iraqi berkata: Ketidaktetapan (al-Idhthirab) pada hadits tersebut tidak memungkinkan untuk ditakwilkan.

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif II

68

Ulumul Hadis
E. MUSHAHHAF a. Definisi Mushahhaf Menurut Bahasa dan Istilah

[BAB VII]

Secara bahasa kata mushahhaf merupakan bentuk isim maful dari kata at-Tashhif yang maknanya adalah kesalahan tulis dalam shahifah (lembaran kitab hadits). Secara istilah pengertian mushahhaf adalah pengubahan kalimah dalam hadits kepada yang tidak diriwayatkan oleh perawinya yang tsiqat baik lafadz maupun makna.

b. Macam Tashhif 1. Tashhif dalam Sanad Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Syubah, dari al-Awwam bin Murajim al-Qaisi, dari abu Utsman an-Nahdi. Namun Yahya bin Ma;in melakukan kesalahan dalam menyebut nama dari ayah al-Awwam dengan kata A l-Awwam bin Muzahim.

2. Tashhif Dalam Matan Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: Ihtajara Rasulullah fi al-Masjid yang artinya: Sesungguhnya Rasulullah membuat kamar dalam masjid. Namun Ibnu Lahiah melakukan kesalahan dalam meriwayatkan hadits tersebut dengan menggunakan kalimah: Ihtajama Rasulullah fi al-Masjid yang artinya Rasulullah berbekam di dalam masjid

F. SYADZ a. Definisi Syads Menurut Bahasa dan Istilah Secara bahasa syadz merupakan bentuk isim fail dari syadz yang maknaya adalah sendiri dan kata syadz (fail) maknanya adalah yang menyendiri dari kebanyakan. Secara istilah pengertian syadz menurut Ibnu Hajar adalah: Hadits yang diriwayatkan oleh perawi terpercaya yang bertentangan dengan perawi yang lebih terpercaya, bisa karena lebih kuat hafalannya, lebih banyak jumlahnya atau karena sebab-sebab lain,

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif II

69

Ulumul Hadis
b. Macam Syads

[BAB VII]

1. Syadz Dalam Sanad Contohnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, anNasai dan Ibnu Majah dari jalur ibnu Uyainah dari Amr bin Dinar dari Ausajah dari Ibnu Abbas, Sesungguhnya ada seorang laki-laki yang meninggal di masa Rasulullah dan ia tidak meninggalkan ahli waris kecuali bekas budaknya yang ia merdekakan. Maka Rasulullah memberikan semua harta warisannya kepada bekas budaknya. Hammad bin Yazid menyelesihi Ibnu Uyainah, karena ia

meriwayatkan hadits tersebut dari Amr bin Dinar dari Ausajah tanpa menyebutkan Ibnu Abbas. Masing-masing dari Ibnu Uyainah, Ibnu Juraij dan Hammad bin Yazid adalah para perawi yang terpercaya. Namun Hammad bin Yazid menyelisihi Ibnu Uyainah dan Ibnu Juraij, karena meriwayatkan hadits di atas secara mursal (tanpa menyebutkan sahabat: Ibnu Abbas). Sedangkan keduanya merewayatkannya secarabersanbung dengan menyebut perawi sahabat. Oleh karena keduanya lebih banyak jumlahnya, maka hadits yang diriwayatkan Ibnu Juraij dan Ibnu Uyainah dinamakan hadits mahfuzh. Sedangkan hadits Hammad bin Yazid dinamakan hadits Syadz.

2. Syadz Pada Matan Contohnya adalah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan At Tirmidzi, dari hadits Abdul Wahid bin Ziyad, dari Al Amasyi, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah secara marfu: Jika salah seorang di antara kalian selesai shalat sunnah fajar, maka hendaklah ia berbaring di atas sebelah badannya yang kanan.Imam Baihaqi berkata, Abdul Wahid menyelisihi banyak perawi dalam hadits ini.Kerena mereka meriwayatkan haidts tersebut dari perbuatan Rasullullah bukan dari sabda beliau.Berarti Abdul Wahid menyendiri dengan lafazh tersebut dari para perawi yang terpercaya dari teman-teman AlAmasyi. Maka hadits yang diriwayatkan dari jalur Abdul Wahid (ia adalah perawi yang terpercaya) adalah hadits syadz. Sedangkan yang diriwayatkan dari para perawi terpercaya yang lain dinamakan hadits mahfuzh.

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif II

70

Ulumul Hadis

[BAB VII]

Penutup
Pada akhirnya, hanya inilah yang dapat kami usahakan demi menggapai mustika ilmu hadits yang telah diwariskan para ulama kepada kita. Dengan harapan dengannya kita dapat mengikuti jejak mereka yang salalu istiqamah fi sabilillah dan sebagai usaha untuk menjadi orang yang termasuk pada kalangan rasikhuna fi al-ilmi. Adapun kekurangan yang terdapat dalam pembahasan kami di atas yaitu tentang masalah hukum penggunaan hadits-hadits yang termasuk golongan ini, penyusun makalah dengan sengaja tidak mencantumkannya, dengan alasan karena mata kuliah ini hanya merupakan pengenalan dari dasar-dasar ilmu hadits sehingga cukuplah mengenali jenisnya yang kemudian didefinisikan dan diberikan contoh yang singkat dan tidak perlu dijelaskan secara panjang lebar dan mendetail.

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif II

71

Ulumul Hadis

[BAB VII]

Daftar Pustaka
At-Thahan, Mahmud, Dr., Taysir Mustholah Hadis, Bairut: Daar el-Fikr. Fatchur Rahman, Drs., Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Al-Qaththan, Manna, Mabahits fi Ulum al-Hadits,

terj.Mifdhol, Pustaka al-Kautsar: 2004 As-Suyuthi, Tadrib ar-Rawi, Daar el-Maktabah asySyameela. Al-Bukhari, Muhammad bin Ismil, Shahh Al-Bukhri, Dr Ihya` at-Turts al-Arabi: Bairut 1972 Muslim bin al-Hajjaj an-Nsbri, Shahh Muslim, Dr al-Hadts: Kairo 1997 Ab Dud Sulaimn bin al-Asyats as-Sajastni, Sunan Ab Dud, Dr al-Hadts: Kairo 1999.

Makalah | Macam-macam Hadis Dhaif II

72

Bagian Ke Delapan

Macam-macam Inqitha (Keputusan Sanad)

Oleh Kelompok 8

Idham Cholid Lukman Rosi TB. Syaiful Fikri

Ulumul Hadis
A. MACAM-MACAM INQITHA AS-SANAD

[BAB VIII]

Inqtha as sanad adalah hadits yang sanadnya terputus disebabkan gugurnya seorang atau lebih disengaja atau tidak sengaja baik di awal, di tengah, dan di akhirnya, gugur secara nampak atau tersembunyi. Dan telah disampaikan bahwa salah satu syarat hadits shahih dan hasan adalah sanadnya bersambung. 1 Diantara macam macam InqithaAs-sanad yang akan menjadi pembahasan dalam makalah ini ialah: 1. Muallaq, 2. Mursal, 3. Muan an dan Muannan, dan 4. Mudallas. B. HADITS MUALLAQ a. pengertian Kata muallaq dari asal kata dengan makna

bergantung. Nama, hadits bergantung (muallaq), karena sanadnya bersambung ke arah atas dan terputus ke arah bawah, maka seolah seperti suatu benda yang bergantung pada atap rumah atau sesamanya. Dari segi istilah hadits muallaq adalah:
2

Hadits yang dibuang pada awal sanad seorang perawi atau lebih secara berturut-turut. Jadi hadits muallaq adalah hadits yang sanad-nya bergantung karena dibuang dari awal sanad seorang perawi atau lebih. Dengan demikian, hadits muallaq bisa jadi yang dibuang semua sanad dari awal sampai akhir kemudian berkata: Rasulullah SAW: ....atau dibuang semua sanad selain sahabat atau selain tabiin dan sahabat atau dibuang pemberitanya.

1 2

Ath-thahan, Taysir Mushthalah Al-Hadits, 55. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadits, 176.

Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad]

74

Ulumul Hadis
b. Contoh Hadits Muallaq

[BAB VIII]

Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhori berkata: Malik berkata: memberitakan kepadaku zaid bin aslam, bahwa atha bin yasar memberitakan kepadanya, bahwa Abu Said Al-Khudri memberitakan kepadanya, bahwa ia mendengar dari rasulullah SAW bersabda:

, ,
Jika hamba masuk Islam kemudian baik Islamnya, maka Allah menghapus dari padanya segala kejahatan yang telah lewat. Setelah itu diadakan pembalasan amal, satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kali persamaannya sampai seratus kali lipat sedangkan kejahatan dibalas dengan sesamanya, kecuali Allah mengampuninya. Hadits di atas Muallaq, karena Al-Bukhori menggugurkan syaikhnya sebagai penghubung dari malik dengan menggunakan bentuk kata aktif (mabni malum) yang meyakinkan yaitu: : = ia berkata : Malik berkata :...

c. Hukum Hadits Muallaq Hadits Muallaq tergolong hadits yang tertolak (mardud) karena sanad -nya tidak bersambung (ghairu muttashil) dan tidak diketahui sifat-sifat perawi yang dibuang. Tetepi hadits Muallaq ini bisa menjadi diterima (maqbul) manakala dikuatkan melalui jalan (sanad) lain yang menyebutkan perawi yang dibuang dan ia memiliki sifat kredibelitas yang tinggi (tsiqah) atau sangat jujur (shaduq). Dengan demikian hilanglah kesamaran atau ketidak tahuan tentang sifat-sifat para perawi hadits.

Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad]

75

Ulumul Hadis
C. HADITS MURSAL

[BAB VIII]

Hadis Mursal adalah hadits yang sanadnya diangkat (dirafakan) oleh seorang sahabat atau tabiin mendengatrnya dari beliau. a. pengertian Dari segi bahasa mursal dari kata dengan makna terlepas atau bebas tanpa ada ikatan. Hadits dinamakan mursal karena sanadnya ada yang terlepas atau gugur yakni dikalangan sahabat atau tabiin. 3 Dalam istilah ada beberapa pendapat tentang pengertian hadits mursal ini, 4 yaitu : 1. Pendapat mayoritas muhadditsin diantaranya Al-Hakim, Ibnu Ash-shalah, Ibnu Hajar, dan lain-lain. langsung kepada Nabi SAW padahal dia tidak


Adalah periwayatan tabiin secara mutlak (baik senior maupun yunior) dari Nabi SAW 2. Pendapat Fuqaha, Ushuliyyun, dan segolongan dari muhadditsin

diantaranya Al-Khathib Al-Baghdadi, Abu Al-Hasan bin Al-Qathan, dan An-Nawawi, ialah:


Adalah hadits yang terputus isnadnya dimana saja dari sanad 3. Pendapat Al-Baiquni:


Hadits yang gugur dari sanadnya seorang sahabat 4. Menurut sebagian ulama muhadditsin:


Hadits yang gugur dari akhir sanadnya orang setelah tabiin (sahabat) Dari beberapa definisi di atas dapat dikompromikan bahwa hadits mursal adalah hadits yang diriwayatkan oleh tabiin dari Nabi baik dari perkataan, perbuatan, atau persetujuan,
3 4

baik tabiin senior

maupun yunior

tanpa

Ath-thahan, Taysir Mushthalah Al-Hadits, 59. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadits, 169-170.

Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad]

76

Ulumul Hadis

[BAB VIII]

menyebutkan penghubung antara seorang tabiin dan seorang Nabi SAW yaitu seorang sahabat. Sebagian pendapat menegaskan, periwayatan tabiin senior saja bukan tabiin yunior, karena mayoritas periwayatan tabiin senior dari sahabat, sedangkan periwayatan tabiin yunior dari Nabi dimasukkan munqathi. Berbeda dengan pendapat fuqaha dan Ushuliyyun yang memandang mursal lebih umum dimana saja penggugurannya. Misalnya seorang tabiin mengatakan, bahwa Nabi SAW bersabda begini......atau berbuat begini.....dan seterusnya.periwayatan seprti ini disebut mursal tabiin. b. Contoh hadits mursal
Misalnya: Ibnu Saad berkata dalam thabaqat-nya: Memberitakan kepada kami Waqi bin Al-Jarrah, memberitakan kepada kami Al-Amasyi dari Abu Shalih berkata: Rasulullah SAW bersbda:


Wahai manusia sesungguhnya aku sebagai rahmat yang dihadiahkan Abu shalih As-Saman Az-Zayyat seorang tabiin, dia menyandarkan berita hadits tersebut dari Nabi tanpa mejelasakan perantara sahabat yang

menghubungkannya kepada Rasulullah SAW. D. HADITS MUANAN DAN MUANNAN a. Pengertian Hadis Muanan Dari segi bahasa muanan isim dari kata yang berarti dari kata an = dari dan an = dari. Menurut istilah hadits muanan adalah:


Hadits yang disebutkan dalam sanadnya diriwayatkan oleh si Fulan dari si Fulan, dengan tidak menyebutkan perkataan memberitakan, mengabarkan, dan atau mendengar5

Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadits, 234.

Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad]

77

Ulumul Hadis

[BAB VIII]

Jadi hadits Muanan adalah hadits yang dalam periwayatannya hanya menyebutkan sanad dengan kata an Fulan = dari si Fulan , tidak menyebutkan ungkapan yang tegas bertemu dengan syaikhnya, misalnya menggunakan kata = memberitakan kepada kami Fulan, Akhbarana = mengabarkan kepada kami, atau (ittishal). b. Contoh hadits muanan = Aku mendengar, dan seterusnya yang menunjukkan bertemu


Al-Hasan bin Arafah menceritakan kepada kami, Ismail bin Iyasy memberitakan kepada kami dari yahya bin Abu Amru Asy-Syaibani dari Abdullah bin Ad-Dailami berkata: Aku mendengar Abdullah bin Amr, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah SWT menciptakan makhluk-nya dalam keadaan gelap (kebodohan) kemudian dia sampaikan kepada mereka di antara cahaya-nya. (HR. At-Tirmidzi) c. Hukum pengamalan hadits Muanan Hukum muanan apakah tergolong hadits muttashil atau munqathi? para Ulama berbeda pendapat tentang hadits ini, di antara mereka berpendapat bahwa hadits ini tergolong munqathi atau mursal berarti dihukumi dhaif tidak dapat diamalkan sehingga ada penjelasan kemuttashilannya. Pendapat yang kuat pendapat mayoritas Ulama baik dari kalangan Ulama hadits, Ulama Fiqih, maupun Ulama Ushul menerima hadits ini dan dihukumi muttashil dengan dua syarat, yaitu sebagai berikut.6

Ajaj Al-Khothib, Al-Mikhtashar..., hlm. 164 dan Ath-thahan, Taysir Mushthalah Al-Hadits, 72.

Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad]

78

Ulumul Hadis

[BAB VIII]

1. Periwayat yang menggunakan an = dari (muanin) tidak mudallis (tidak seorang yang menyembunyikan cacat), dan 2. Periwayat yang menggungakan an = dari (muanin) bertemu atau mungkin bertemu dengan orang yang menyampaikan hadits kepadanya. d. Pengertian Hadis Muannan Menurut bahasa kata muannan berasal dari kata yang berarti menggunakan kata dan = bahwasanya, sesungguhnya. Menurut istilah Hadits muannan adalah:

:
Yaitu hadits yang dikatakan dalam sanadnya memberitakan kepada kami bahwasanya si Fulan memberitakan begini7 e. Contoh hadits muannan

: : . : .
memberitakan malik dari ibnu syihab bahwasanya said bin al musyayyab berkata begini

Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadits, 236.

Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad]

79

Ulumul Hadis
E. HADITS MUDALLAS a. Pengertian Kata mudallas adalah bentuk isim maful dari kata:

[BAB VIII]


Dalam bahsa arab, kata at-tadlis diartikan menyimpan atau menyembunyikan cacat barang dagangan dari pembelinya. Pembeli mengira bahwa barang dagangan itu bagus, indah, dan menarik, tetapi setelah diteliti benar dan dibolak-balik, ternyata terdapat cacat pada barang dagangan itu. Sedang dalam istilah, hadits mudallas adalah:


Menyambunyikan cacat dalam isnad dan menampakkan cara (periwayatan) yang baik 8 b. Pembagian Hadits Mudallas Hadits mudallas dibagi menjadi dua macam: Tadlis Al-Isnad dan Tadlis Asy-Syuyukh: 1. Tadlis Al-Isnad Tadlis Isnad adalah Seorang perawi meriwayatkan suatau hadits yang ia telah mendengar darinya padahal dia belum mendengar darinya tanpa meyebutkan bahwa dia telah mendengar darinya. Maksud definisi di atas, bahwa tadlis al-isnad adalah seorang perawi meriwayatkan sebagian hadits yang telah ia dengar dari seorang syekh, tetapi hadits yang di-tadlis-kan ini memang tidak mendengar darinya, ia mendengar dari syaikh lain yang mendengar dari padanya. Kemudian syaikh lain di gugurkan dalam periwayatan dengan menggunakan ungkapan yang seolah-olah ia mendengar dari syaikh yang pertama tersebut. Seperti kata qala Fulan = berkata si Fulan atau an Fulan = dinukil dari Fulan. Tidak dengan ungkapan periwayatan yang tegas seperti haddatsani = memberitakan kepadaku atau samitu = aku mendengar, maka ia dihukumi pendusta. Contohnya :

Ath-thahan, Taysir Mushthalah Al-Hadits, 66.

Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad]

80

Ulumul Hadis

[BAB VIII]

Hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah melalui jalan Abu Ishaq As-Syubayi dari Al-Barra bin Azib RA. Berkata : Rasulullah bersabda:


Tidak ada dari dua orang Muslim yang bertemu kemudian besalam-salaman kecuali diampuni bagi mereka sebelum berpisah Abu Ishaq As-Syubayi nama aslinya Amr bin Abdullah, dia seorang tsiqah tetapi disifati mudallis. Dia mendengar beberapa hadits Al-Barra bin Azib, tetapi dalam hadits ini, ia tidak mendengar dari padanya secara langsung, ia mendengar dari Abu Daud Al-Ama yang matruk haditsnya, kemudian meriwayatkannya dari Al-Barra bin Azib dan menyembunyikan Abu Dawud AlAma dengan ungkapan ananah = dari (sanad-nya menggunakan kata an = dari). Kemudian tadlis al=isnad dibagi menjadi dua lagi, yaitu: o Tadlis At-Taswiyah, yaitu seorang perawi meriwayatkan hadits dari seorang syaikh kemudian digugurkan seorang dhaif antara dua syaikh yang tsiqah dan bertemu antara keduanya (arti tsiqah dapat dipercaya karena memiliki dua sifat adil dan dhabith). Misalnya : Nabi Tsiqah Tsiqah Dhaif di hapus Tsiqah Mukharrij. o Tadlis Al-Athfi, yaitu seorang perawi meriwayatkan suatu hadits dari dua orang syaikh, tetapi ia sebenarnya mendengar salah satunya saja dengan menggunakan ungkapan kata yang tegas mendengar pada syaikh pertama dan tidak tegas pada yang kedua. Misalnya : = memberitakan kepada kami si Fulan dan si Fulan.

2. Tadlis Asy-Syuyukh Tadlis asy-Syuyukh, yaitu :


Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad]

81

Ulumul Hadis

[BAB VIII]

Seorang perawi meriwayatkan dari seorang syaikh sebuah hadits yang ia dengar darinya kemudian ia diberi nama lain atau nama panggilan (kuniyah) atau nama bangsa dan atau nama sifat yang tidak dikenal supaya tidak dikenal 9 Misalnya seorang perawi dari Mesir dikatakan : memberitakan kepadaku si Fulan di Ziqaq Halb (Gang Susu Perah) dimaksudkan di Cairo atau Baghdad dikatakan : Memberitakan kepadaku si Fulan di Mawaraa An-Nahri, dimaksudkan Baghdad dan seterusnya. Contohnya : Hadits tentang talak tiga sekaligus diriwayatkan oleh Abu Dawud melalui jalan Ibnu Juraij memberitakan kepadaku sebagian Bani Abu Rafi mawla (budak yang telah dimerdekakan) Rasulullah SAW dari Ikrimah mawla Ibnu Abbas dari Ibnu Abbas berkata :


Abu Yazid ( Abu Rukanah dan saudara-saudaranya) atau Rukanah menthalak dan menikahi seorang wanita dari kabila Muzinah 10 Ibnu Juraij nama aslinya adalah Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij, ia tsiqah tetapi disifati tadlis sekalipun ia meriwayatkan hadits ini dengan ungkapan tegas tetapi ia menyembunyikan nama syaikhnya yaitu sebagian Bani Rafi. Para ulama berbada pendapat tentang syaikhnya ini, pendapat yang shahih adalah Muhammad bin Ubaidillah bin Abu Rafi, gelar tajrih-nya matruk.

10

Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadits, 180. Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag, Ulumul Hadits, 181.

Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad]

82

Ulumul Hadis

[BAB VIII]

Daftar Pustaka
Thalhan Mahmud, Taysir Mushthalah Al-Hadits. Abdul Majid Khon, Haji, Ulumul Hadits, Jakarta: Amzah, 2009.

Makalah | Macam-macam Inqitha [Keputusan Sanad]

83

Bagian Ke Sembilan

Klasifikasi Hadis Berdasarkan Kuantitas Perawi

Oleh Kelompok 9

Alit Nur Hidayat M. Masrur M. Muslihan Sodik

Ulumul Hadis
A. HADIST/KHABARUL MUTAWATTIR a. Pengertian Mutawatir Menurut Bahasa dan Istilah

[BAB IX]

Mutawatir menurut bahasa berarti mutatabi yakni yang datang berikutnya atau beriring iringan yang satu dengan yang lain tidak ada jarak. Sedang menurut istilah Hadist yang diriwayatkan oleh jumlah besar orang yang terhindar dari kesepakatan mereka untuk berdusta (sejak awal sanad ) sampai akhir sanad dengan didasarkan pada panca indra. 1 b. Syarat Hadist Mutawattir Menurut Ulama Mutaakhirin 1. Diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi. Menurut Al-Qadhi Al-Baqillani tidak boleh berjumlah 4 orang minimal 5 orang dengan mengqiaskan jumlah nabi yang bergelar Ulul azmi. Sedang Al-isthakhary menetapkan yang paling baik minimal 10 orang sebab jumlah sepuluh merupakan awal bilangan banyak. 2. Adanya keseimbangan antara perawi pada thabaqot pertama dengan thabaqot berikutnya. Dengan demikian jika suatu hadist diriwayatkan oleh 20 orang sahabat,kemudian di terima oleh 10 orang tabi,in dan selanjutnya hanya diterima oleh 5 orang tabi-tabiin tidak dapat di golongkan hadist mutawattir sebab tidak seimbang. Akan tetapi ada yang berpendapat bahwa keseimbangan jumlah rawi tidak terlalu penting, sebab yang diinginkan banyaknya perawi adalah terhindar dari kebohongan. 3. Berdasarkan tanggapan panca indra. Artinya berita yang mereka ( perawi ) dapatkan benar-benar hasil pendengaran dan penglihatan sendiri. c. Pembagian Hadits Mutawattir Para Ahli Hadits membagi Hadits Mutawattir menjadi dua bagian: 1. Mutawattir Lafadz Hadits Mutawattir lafdzy adalah Hadits Mutawattir yang lafadz dan maknanya disampaikan secara terus menerus. Maksudnya,Hadits yang

diriwayatkan oleh jumlah rawi yang banyak,dimana susunan redaksi lafadz dan

Nur Ad-Din Atar, manhaj Al-naqli Fiulumul hadist,( Beirut darul fikr,1979) hal. 70

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Kuantitas Perawi

85

Ulumul Hadis

[BAB IX]

maknanya sama, antara riwayat yang satu dengan yang lainnya. Misalnya hadits tentang larangan menbuat hadits maudhu berikut ini:

) (
Siapa saja yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka bersiaplah menempati neraka (HR. Muslim) Menurut Abu bakar As-sirin bahwa hadist di atas diriwayatkan secara marfu oleh 60 sahabat dan ada yang menyebutkan 73 2 sahabat dengan redaksi yang sama. 2. Mutawattir maknawi Mutawattir maknawi adalah Hadits yang Mutawattir maknanya saja, tidak lafazdnya. Maksudnya banyak yang diriwayatkan dengan redaksi yang

berbeda,namun berbicara dalam satu tema (Mempunya tema yang sama). Contoh:

: )(
Anas bin Malik berkata: Nabi saw. Tidak mengangkat tangan dalam doa, kecuali dalam doa istisqa. Dan sesungguhnya, dia mengangkat tangan hingga terlihat warna putih ketiaknya..(HR. Bukhari). Hadis lain yang semakna:

Zuhdi Rifai, Mengenal ilmu hadits, hal. 106

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Kuantitas Perawi

86

Ulumul Hadis

[BAB IX]

) ( .
Yahya bin said mendengar anas bin malik berkata, Pada hari jumat, seorang arab pedesaan dating kepada Rasulullah saw. seraya berkata: Wahai Rasulullah, telah binasa binatang binatang ternak, keluarga dan masyarakat (karena dilanda kekeringan). Maka, Rasulullah saw mengangkat tangan me mohon (turun hujan) bersama Rasulullah. Anas berkata; kami tidak keluar mesjid sampai diturunkan hujan. (HR.Bukhari) B. HADIST/KHABARUL AHAD a. Pengertian Mutawatir Menurut Bahasa dan Istilah Menurut bahasa Al-ahad jama dari ahad yang berarti satu. Sedang menurut istilah khabar yang jalan perawinya tidak mencapai jumlah perawi pada hadist mutawattir, baik satu orang, dua, tiga, empat dan setrusnya. b. Pembagian Hadits Ahad Hadist ahad di golongkan menjadi tiga bagian yaitu: 1. Masyhur Masyhur Menurut bahasa berarti Al-intisyar yaitu sesuatu yang telah tersebar atau populer.Sedang menurut istilah hadist yang mempunyai jalur yang terhingga tapi lebih dari dua jalur dan dan tidak sampai kepada batas hadist mutawattir.Diantara hadits masyhur ada yang shahih, hasan dan dhaif. Contoh hadits masyhur:


Tidak sah shalat bagi berdekatan dengan masjid, kecuali (shalat) di masjid. (HR. al-Hakim).

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Kuantitas Perawi

87

Ulumul Hadis

[BAB IX]

Para ahli hadits tidak banyak meriwayatkan hadits ini. Bahkan, diantara mereka ada yang mendoifkannya. Meskipun demikian, para ahli fiqih tetap mempopulerkannya. Hadits yang lain yang terkenal dikalangan ahli fiqih adalah hadits berikut:


Perkara halal yang paling dibenci Allah adalah thalaq. (HR.Ibnu Majah). 2. Aziz Menurut bahasa berasal dari kata azza yaizzu yang berarti sedikit atau jarang dan bisa berasal dari kata azza yauzzu yang berarti kuat.Sedang menurut istilah hadist yang perawinya tidak kurang dari dua orang dalam semua tabaqat sanad 3. Dalam hal ini, Imam al-Baiquni dalam al-Manzumah al-Baiquniyah mengatakan ( Hadits Aziz adalah hadits yang diriwayatkan oleh dua atau tiga perawi).4 Contoh dari hadist aziz:


Tidak sempurna iman kalin, sehingga aku lebih dicinta dari pada ayah, anak dan manusia seluruhnya.5 3. Gharib Menurut bahasa adalah Al-munfarid (menyendiri) atau Al-baid an aqaaribihi (jauh dari kerabatnya). Sedang menurut istilah hadis yang diriwatkan oleh satu orang perawi yang menyendiri dalam meriwatkannya. Sedang menurut Ibnu Hajar Hadist yang dalam sanadnya terdapat seorang yang meriwatkannya. Contoh hadist gharib:
3 4

Muhammad ibn Alwi Al-Maliki Al-Hasani Ibid, hal. 112. 5 Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,Beirut Darul ibn Katsir,1987, cet.3,juz 1,hal. 14

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Kuantitas Perawi

88

Ulumul Hadis

[BAB IX]

.
Diriwayatkan dari Abi hurairah, bawha nabi saw.Bersabda: Iman itu (bercabang-cabang menjadi) 73 cabang. Dan malu itu adalah salah satu cabang dari iman.. 6 c. Berhujah Dengan Hadist Ahad Bila hadist mutawatir dapat dipastikan berasal dari Nabi Saw, maka beda halnya dengan hadist Ahad. Dengan kata lain, kebenarananya masih bersifat dzhanni ( dugaan ) dari Nabi saw. Maka hadist Ahad bisa benar bisa salah. Katagori hadist ahad yaitu: (Gharib,Aziz, dan Masyhur)ada yang shahih,hasan dan dhaif. Maka perlu diteliti lebih lanjut mengenai keshahihannya. Adapun hadist yang berstatus dhaif, maka tidak memberikan faidah zhann,tidak dapat diamalkan, tidak boleh dianggap sebagai dalil,tidak boleh disampaikan kecuali jika disertai penjelasanakan kelemahannya. Namun hadist dhaif boleh disampaikan dalam perkara targhib (anjuran) dan tarhib (menakut nakuti). Sekelompok ulama bersikap toleran dalam hal tersebut dengan memberikan tiga syarat berikut: 1. Hadits tersebut kelemahannya ringan, tidak terlalu parah seperti lemah sekali, maudhu, apalagi tidak ada asalnya. 2. Orang yang mengamalkannya mengetahui bahwa hadits itu adalah hadits lemah dan tidak berkeyakinan bahwa itu adalah dari Rasulullah saw. 3. Hadits lemah tersebut didasari oleh dalil shahih yang bersifat global. Sekalipun pendapat yang kuat menurut kami bahwa tidak boleh berhujjah dengan hadits-hadits lemah baik dalam fadhaailul amal maupun hukum karena karena semuanya sama-sama syariat agama.7

6 7

Muhammad bin al-Hajjaj al-Naisabury,Shahih Muslim, juz.1.hal. 63 Ibid. hal. 63

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Kuantitas Perawi

89

Ulumul Hadis

[BAB IX]

Daftar Pustaka
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin, Musthalahul Hadist,Darul Atsar, kairo, Mesir 1423 H. Zuhdi Rifai, Mengenal Ilmu Hadist,Penerbit al-Ghuraba (Anggota IKAPI),Januari 2009. Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari,Beirut Darul ibn Katsir. Muhammad bin al-Hajjaj al-Naisabury,Shahih Muslim,Beirut Darul Ihya. Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi, Koreksi hadits-hadits dhaif populer,Media Tarbiyah.

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Kuantitas Perawi

90

Bagian Ke Sepuluh

Klasifikasi Hadis Berdasarkan Nisbat

Oleh Kelompok 10

Ahmad Zulki Hasrul Fathu Rozy Safidin

Ulumul Hadis
A. MACAM-MACAM HADIS DITINJAU DARI SUMBER BERITA

[BAB X]

akalah ini memaparkan pembagian hadis ditinjau dari segi sumber berita/nisbat matan suatu Hadis. Klasifikasi Hadis dilihat dari sumber berita memiliki arti yang sama dengan ungkapan dari siapa berita itu

dimunculkan pertama kali. Dalam hal ini terdapat 4 macam pembagiannya sebagaimana yang disebutkan oleh Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag dalam bukunya Ulumul Hadis,1 yaitu : Hadis Qudsi, Hadis Marfu, Hadis Mauquf, dan Hadis Maqthu. Secara umum dapat dikatakan jika sumber berita dari Allah dinamakan hadis Qudsi, jika sumber berita datangnya dari Nabi disebut hadis Marfu, jika datangnya sumber berita itu dari sahabat disebut Hadis Mauquf dan jika datangnya dari Tabiin disebut hadia Maqthu. Sumber utama di atas tidak dapat menentukan keshahihan suatu hadis sekalipun datangnya dari Allah atau Nabi. karena tinjauan kualitas shahih, hasan dan dhaif tidak hanya dilihat dari segi sumber berita akan tetapi lebih dilihat dari sifat-sifat para pembawa berita. Dengan demikian Hadis Qudsi, Marfu, Mauquf dan maqthu tidak mutlak keshahihannya. Terkadang Shahih, Hasan maupun Dhaif dan ini semua tergantung dari sifat-sifat para pembawa berita hadis tersebut.2 Agar lebih jelas tentang Klasifikasi Hadis ini, dapat dilihat dalam bagan seperti dibawah ini :
Hadis dalam Tinjauan Sumber Berita

Hadis Qudsi

Hadis Marfu

Hadis Mauquf

Hadis Maqthu

Nisbat Berita kepada Allah


1 2

Nisbat Berita Kepada Nabi

Nisbat Berita
kepada Sahabat

Nisbat Berita kepada Tabi'in

Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 217, Bab macam-macam hadis dari berbagai tinjauan Ibid

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

92

Ulumul Hadis

[BAB X]

Sebelum memasuki pembahasan hadis di atas, kami menekankan bahwa istilah pembagian hadis di atas hanya merupaka sebuah peristilahan dalam dunia Hadis. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan dalam memahami berbagai sistem peristilahan bagi setiap orang yang melakakan pengkajian terhadap Hadis. B. HADIS QUDSI a. Definisi Hadis Qudsi

M
Atau :

) enurut bahasa kata Al-qudsi adalah nisbah dari kata Al-quds ( yang artinya suci. Hadis ini dinamakan suci (al-qudsi) karena disandarkan kepada Zat yang Maha suci. Persefektif lain, dinisbahkan

kepada Ilah (Tuhan) maka disebut Hadis Ilahi atau dinisbahkan kepada Rabb (Tuhan) maka disebut pula Hadis Rabbani.3 Sedangkan Hadits Qudsi menurut istilah adalah :

. 4
Sesuatu yang dipindahkan dari Nabi SAW serta penyandarannya kepada Allah SWT

. 5
"Setiap hadis yang disandarkan Rasulullah SAW perkataannya kepada
Allah Azza wa Jalla" b. Bentuk-bentuk Periwayatan Hadis Qudsi Rasulullah kadang-kadang menyampaikan suatu berita atau nasihat yang beliau ceritakan dari Allah SWT, tetapi bukan wahyu yang diturunkan seperti Alquran dan bukan perkataan yang tegas (sharih) yang nyata-nyata disandarkan kepada Beliau yang kemudian disebut dengan hadis Nabawi. Berita itu memang beliau
3 4

sandarkan kepada Allah tetapi bukan Al-Quran karena redaksinya

Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 217, Bab macam-macam hadis dari berbagai tinjauan Ibid. Hal. 218 5 Munzier Suparta, Ilmu hadis, Hal. 16, Bab Hadis Qudsi

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

93

Ulumul Hadis

[BAB X]

berbedadengan redaksi Al-Quran. Itu adalah Hadis Qudsi yang maknanya diterima dari Allah melalui Ilham atau mimpi sedang redaksinya dari nabi sendiri. Dalam periwayatan Hadis Qudsi ada dua bentuk , yaitu :6 Pertama :

... :
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda Seperti yang diriwayatkannya dari Allah azza wa jalla : ... Kedua :

... :
Allah berfirman pada apa yang diriwayatkan Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam : ...

Hadits Qudsi sama dengan Hadits-hadits lain tentang keadaan sanad dan rawi-rawinya, yaitu ada yang shahih, hasan dan juga dhaif. Perbedaan umum antara Al-Quranul Karim, Hadits Qudsi dan Hadits Nabi diantaranya : Al Qur`anul Karim mempunyai lafal dan makna dari Allah SWT dan diturunkan secara berkala melalui malaikat Jibril Sedangkan Hadits Nabi memiliki lafal dan makna yang bersumber dari Nabi SAW yang berdasarkan wahyu Allah dan ijtihad yang sesuai dengan wahyu, dinisbatkan kepada Rasulullah SAW Serta Hadits Qudsi, lafal Hadits berasal dari Nabi Muhammad tetapi maknanya dari Allah SWT, tidak berkala, dinitsbatkan kepada Allah SWT. Perbedaan dalam bentuk penyampaiannya adalah : Al-Quran selalu memakai kata "" Hadits Qudsi dengan "" Hadits Nabawi memakai kalimat " "\

Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 219-220, Bab macam-macam hadis dari berbagai tinjauan

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

94

Ulumul Hadis
c. Contoh Hadis Qudsi 1. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya :

[BAB X]

)(

2. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah radliyallaahu anhu :

) (

Jumlah hadis Qudsi ini menurut Syihab Al-Din Ibn Hajar Al-Haytami dalam Kitab Syarah Arbain Al-Nawawiyah berjumlah lebih dari seratus9. Diantara kitab Hadis Qudsi adalah Al-Ittihafat As-Saniyah bi Al-Ahaditsi AlQudsiyah, karya Abdur Rauf Al-Munawi. Di dalamnya terkumpul 272 buah hadits.10

7 8

Ibnu Mukti, Hadis Qudsi, Hal. 11 Kamil Uwaidah, Hadis Qudsi, Hal 49, Bab Berbaik sangka kepada Allah 9 Munzier Suparta, Hal 17, Bab pengertian Hadis Qudsi 10 Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 222, Bab macam-macam hadis dari berbagai tinjauan

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

95

Ulumul Hadis
C. HADIS MARFU

[BAB X]

a. Defenisi Hadis Marfu

A
11

l-Marfu ) menurut bahasa merupakan isim maful dari kata rafaa ( ) yang berarti yang diangkat. Dinamakan marfu karena disandarkannya ia kepada yang memiliki kedudukan tinggi, yaitu

Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam. Sedangkan Hadits Marfu menurut istilah adalah


perbuatan, taqrir (ketetapan) atau sifat

Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW berupa perkataan ,

Dari definisi di atas dapat difahami bahwa segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, baik perkataan, perbuatan, taqrir, ataupun sifat beliau disebut dengan hadis Marfu'. Orang yang menyandarkan itu boleh jadi Sahabat, atau selain sahabat. Dengan demikian, sanad dari hadis Marfu' ini bisa Muthasil, bisa pula Munqathi, Mursal, atau Mu'dhal dan Mu'allaq. Defenisi ini mengecualikan berita yang tidak disandarkan kepada Nabi Misalnya yang disandarkan kepada Sahabat yang nantinya disebut hadis Mauquf atau yang disandarkan kepada Tabiin disebut dengan hadis Maqthu. 12 b. Macam-macam Hadis Marfu Mengingat bahwa unsur-unsur hadits itu dapat berupa perkataan, perbuatan, maupun taqrir Nabi maka apa yang disandarkan kepada Nabi itupun dapat diklasifikasikan menjadi marfu qauli, marfu fili dan marfu taqriri. Dari ketiga macam hadits marfu tersebut ada yang jelas dengan mudah dikenal rafanya dan ada pula yang tida jelas rafanya. Yang jelas (shahih) disebut marfu hakiki13 dan yang tidak jelas disebut marfu hukmi.14

11 12

Dr. M. Tohan, Mustalahatul Hadis, Hal. 105, Bab Taksimul Khabar binnisbati ila man isnida ilaihi Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 223, Bab macam-macam hadis dari berbagai tinjauan 13 Marfu secara Hakiki maksudnya penyandarannya secara tegas kepada Rasulullah SAW 14 Marfu secara hukum maksudnya adalah isinya tidak terang dan tegas menunjukkan marfu, namun dihukumkan marfu karena bersandar pada beberapa indikasi

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

96

Ulumul Hadis
Secara rinci, pembagiannya dijelaskan dibawah ini :15 1. Marfu Qauly Hakiki

[BAB X]

Marfu Qauly Hakiki Ialah ucapan yang jelas atau terang-terangan menunjukan kepada Marfu. Seperti pemberitaan sahabat yang menggunakan lapal qauliyah :


Aku mendengar Rasulullah saw bersabda begini 2. Marfu Qauly Hukmi Marfu Qauly Hukmi Ialah ucapan tidak terang-terangan menunjukan kepada Marfu tetapi mengandung hukum Marfu. Seperti pemberitaan sahabat yang menggunakan kalimat :

.
Aku diperintah begini., aku dicegah begitu 3. Marfu Fili Hakiki Marfu Fili Hakiki adalah apabila pemberitaan sahabat itu dengan tegas menjelaskan perbuatan Rasulullah saw. 4. Marfu Fili Hukmi Marfu Fili Hukmi Ialah perbuatan tidak terang-terangan menunjukan kepada Marfu tetapi mengandung hukum Marfu. 5. Marfu Taqririyah Hakiki Marfu Taqririyah Hakiki Ialah perbuatan tidak terang-terangan menunjukan kepada Marfu tetapi mengandung hukum Marfu. Ini juga berarti tindakan sahabat dihadapan Rasulullah dengan tiada memperoleh reaksi, baik reaksi itu positif maupun negatif dari beliau. 6. Marfu Taqririyah Hukmy Marfu Taqririyah Hukmy Ialah ketetapan tidak terang-terangan menunjukan kepada Marfu tetapi mengandung hukum Marfu.Dengan kata lain, pemberitaan sahabat diikuti dengan kalimat-kalimat sunnatu Abi Qasim, Sunnatu Nabiyyina atau minas Sunnati.
15

Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 224-226, Bab macam-macam hadis dari berbagai tinjauan

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

97

Ulumul Hadis

[BAB X]

Dalam penyampaianya ada beberapa kalimat yang bisa menjadi tanda dari Hadits Marfu diantaranya: Pertama : Jika yang berbicara sahabat16 Kami telah diperintah () Kami telah dilarang () Telah diwajibkan atas kami () Telah diharamkan atas kami () Telah diberi kelonggaran kepada kami () Telah lalu dari sunnah () Menurut sunnah () Kami berbuat demikian di zaman Nabi () Kami berbuat demikian padahal Rasulullah masih hidup ( .) Kedua : Jika yang meriwayatkanya tabi`in Ia merafa`kanya kepada Nabi SAW () Ia menyandarkanya kepada Nabi SAW () Ia meriwayatkanya dari Nabi SAW () Ia menyampaikanya kepada Nabi SAW () Dengan meriwayatkan sampai Nabi SAW ()

Ketiga : Jika akhir sanad ada sebutan ( )artinya keadaanya dimarfu`kan Ketiga : Jika sahabat menafsirkan Al Qur`an17 Asbabun nuzul Contoh:

: : ) ( . .
Dari Bara` ia berkata: adalah orang-orang apabila mengarjakan ibadah haji di zaman jahiliyah, mereka keluar masuk rumah dari
16 17

Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 225, Bab macam-macam hadis dari berbagai tinjauan Ibid. Hal. 225-226

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

98

Ulumul Hadis

[BAB X]

sebelah belakangnya. Lalu Allah turunkan ayat: bukanlah kebajikan itu karena kamu keluar masuk rumah dari belakangnya, tetapi kebajikan itu, ialah orang yang berbakti. Oleh karena itu, keluar dan masuklah rumah-rumah dari pintu-pintunya. (HR. Bukhari) Dari contoh Hadits diatas bias kita tarik kesimpulan bahwa sahabat menceritakan asbabun nuzul dari surat Al Baqarah ayat 189. Hadits ini disebut Marfu karena Nabi-lah yang bersabda demikian atau Nabi membenarkan perkataan sahabatnya. Keterangan dari sebuah ayat atau kalimat dalam Al Qur`an Contoh:

: . : ) (.
dari Abdullah Bin Mas`ud tentang ayat ini yaitu: yang orang-orang menyerukan (sebagai tuhan) mereka, mengharapkan kedekatan kepada tuhan mereka ia berkata: adalah satu golongan dari jin disembah oleh manusia, lalu jin-jin itu masuk islam.(R. Bukhari). c. Contoh Hadis Marfu 1. Marfu Qauly Hakiki

: :
18

) (

Warta dari Ibn Umar r a, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : Shalat jamaah itu lebih afdhal dua puluh tujuh tingkat dari pada shalat sendirian ( HR Bukhari dan Muslim)

18

Ibnu Hajar Al-Asqalani, Juz 4, Hal. 153, Bab keutamaan shalat berjamaah

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

99

Ulumul Hadis
2. Marfu Qauly Hukmi
19

[BAB X]

) (
iqamah (HR Mutafaqqun Alaih)

Bilal r.a. diperintah menggenapknan adzan dan mengganjilkan

3. Marfu Fili Hakiki


20

)) ( (: ,

Warta dari Aisyah r.a. bahwa rasulullah saw mendoa di waktu sembahyang, ujarnya: Ya Tuhan, aku berlindung kepada Mu dari dosa dan hutang (HR Bukhari) 4. Marfu Fili Hukm

) ( :
Jabir r.a. berkata : kami makan daging Kuda diwaktu Rasulullah saw masih hidup (HR Nasai) 5. Marfu Taqririyah Hakiki Seperti pengakuan Ibnu Abbas r.a :


kami bersembahyang dua rakaat setelah matahari tenggelam, Rasulullah saw mengetahui perbuatan kami, namun beliau tidak memerintahkan dan tidak pula mencegah 6. Marfu Taqririyah Hukmy Perkataan Amru Ibnu Ash r.a kepada Ummul Walad:

) (
19 20

Ibid. Hal. 16, Bab adzan dua kali-dua kali Ibid. Hal. 688, Bab Doa sebelum salam

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

100

Ulumul Hadis
Jangan kau campur-adukkan pada kami sunnah nabi kami. (HR. Abu Dawud ) d. Kehujjahan Hadis Marfu

[BAB X]

Hukum hadis Marfu' tergantung pada kwalitas dan bersambung atau tidaknya sanad. sehingga memungkinkan suatu hadis Marfu' itu berstatus shahih, hasan, atau dhaif. Hadits Marfu yang shahih dan hasan dapat dijadikan hujjah, sedangkan hadits marfu yang dhaif boleh dijadikan hujjah hanya untuk menerangkan fadhailil amal.
D. HADIS MAUQUF

a. Defenisi Hadis Mauquf

S
21

ecara etimologi Al-Mauquf (berasal dari kata waqafa (

yang berarti berhenti. Seakan-akan perawi menghentikan sebuah hadits pada shahabat. Beberapa ulama hadis memberikan terminologi hadis

Mauquf sebagai berikut :

,
Yaitu segala sesuatu yang diriwayatkan dari sahabat dalam bentuk perkataan, perbuatan, atau taqrir beliau, baik sanadnya muttashil atau munqathi.

Atau :
22


taqrir beliau.

Sesuatu yang disandarkan kepada sahabat berupa perkataan, perbuatan, atupun

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang diriwayatkan atau dihubungkan kepada seorang sahabat atau sejumlah sahabat baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, disebut hadis mauquf, dan sanad hadis mauquf tersebut boleh jadi muttashil atau munqathi. Hadits mauquf dapat disifati hadits shahih atau hasan tetapi tidak ada kewajiban untuk menjalankannya,
21 22

DR. Ahmad Umar Hasyim, , Hal. 114, Bab Dr. M. Tohan, Mustalahatul Hadis, Hal. 107, Bab Taksimul Khabar binnisbati ila man isnida ilaihi

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

101

Ulumul Hadis

[BAB X]

tetapiboleh dijadikan sebagai penguat dalam beramal karena sahabat dalam hal ini hanya berkata atau berbuat yang dibenarkan oleh rasulullah SAW. b. Contoh Hadis Mauquf 1. Mauquf Qauli (perkataan)

: ) (
Dari Abdullah (Bin Mas`Ud), ia berkata : jangan lah hendaknya salah seorang dari kamu taqlid agamanya dari seseorang, karena jika seseorang itu beriman, maka ikut beriman, dan jika seseorang itu kufur, ia pun ikut kufur. (R. Abu Na`im) Abdullah Bin Mas`ud adalah seorang sahabat Nabi, maka ucapan diatas disandarkan kepada Abdullah Bin Masu`ud. 2. Mauquf Fili (perbuatan) Apa yang dikatakan oleh Imam Bukhari r.a. :23


"Dan Ibnu Abbas menjadi Imam Shalat padahal ia bertayammum "
3. Mauquf Taqriry

. : ) (. : . :
"Dari Zuhri, bahwa Atikah Binti Zaid Bin Amr Bin Nufail jadi hamba Umar Bin Al khattab adalah Atikah pernah turut shalat dalam mesjid. Maka umar berkata kepadanya: demi Allah engkau sudah tahu, bahwa aku tidak suk perbuatan ini. Atikah berkata: demi Allah aku tidak mau berhenti sebelum engkau melarang aku. Akhirnya Umar berkata: aku tidak mau melarang dikau. (Al Muhalla)
23

Abul Haris Muhammad, Kaedah Dasar Ilmu Hadis, Hal 81, Bab Mauquf

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

102

Ulumul Hadis

[BAB X]

Umar adalah sahabat Nabi SAW. Dalam riwayat tersebut ditunjukan bahwa ia membenarkan perbutan Atikah yaitu shalat di mesjid. c. Kehujjahan Hadis Mauquf Diantara hadis mauquf terdapat hadis yang lafadz dan bentuknya mauquf, namun setelah dicermati hakikatnya bermakna marfu' yaitu berhubungan dengan Rasul SAW. Hadis yang demikian dinamai oleh para ulama hadis dengan al-Mauquf lafdzhan al-Marfu' ma'nan,yaitu secara lafaz berstatus mauquf, namun secar mkana bersifat marfu'. Jadi, Hadis Mauquf dan hadis Marfu memerlukan penyelidikan.24Apabila suatu hadis mauquf berstatus hukum marfusebagaimana yang dijelaskan diatas dan berkwalitas shahih atau hasan, maka ststus hukumnya pun sama dengan hadis marfu. Akan tetapi jika tidak berstatus marfu, maka para ulama hadis berbeda pendapat tentang kehujahannya. Menurut ulama Syafiiyah dalam Al-jadid, jika perkataan sahabat itu tidak populer di masyarakat maka perkataan itu bukanlah ijma dan tidak pula dijadikan hujjah. Apapun tingkatan atau martabatnya tidaklah diterima sebagai hujjah atau dalil bagi ajaran Islam, sebab yang dapat diterima sebagai hujjah itu hanyalah Al-Quran dan Hadits Nabi saw. Sehingga Pada prinsipnya hadits mauquf itu tidak dapat dibuat hujjah, kecuali ada qarinah yang menunjukkan atau yang menjadikannya marfu.
E. HADIS MAQTHU

a. Defenisi Hadis Maqthu

M
24 25

enurut bahasa, Kata Al-Maqtu () berasal dari kata yang berarti terpotong yang merupakan lawan dari kata Mausul yang berarti bersambung. Sedangkan, secara istilah

adalah sebagai berikut :

. 25
Yaitu sesuatau yang disandarkan pada Tabiin baik perkataan maupun perbuatan tabi'in tersebut

Drs. M. Anwar, Ilmu Musthalah Hadis, Hal. 127, Bab hadis Marfu_Mauquf_Maqthu Ahmad Umar Hasyim, , Hal 115, Bab

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

103

Ulumul Hadis
Atau :
27

[BAB X]

26

Sesuatu yang disandarkan kepada tabi'i atau generasi yang datang sesudahnya berupa perkataan atau perbuatan Hadis Maqthu tidak sama dengan munqhati, karena maqthu adalah sifat dari matan, yaitu berupa perkataan Tabi'in atau Tabi at-Tabi'in, sementara munqathi adalah sifat dari sanad, yaitu terjadinya keterputusan sanad. b. Contoh Hadis Maqthu 1. Maqthu Qauli (perkataan)

: : ) (: .
Dari Abdillah Bin Sa`Id Bin Abi Hindin, ia berkata: aku pernah bertanya kepada Sa`id Bin Musayyib; bahwasanya si fulan bersin, padahal imam sedang berkhutbah, lalu orang lain ucapkan yarhamukallah (bolehkan yang demikian?) jawab Sa`Id Bin Musayib perintahlah kepadanya supaya jangan sekali-kali diulangi. (al atsar) Sa`id Bin Musayyib adalah seorang tabi`in dan Hadits diatas adalah Hadits Maqthu. Tidak mengandung hukum. 2. Maqthu Fili (perbuatan)

) (. :
Dari Qatadah, ia berkata: adalah Sa`Id Bin Musaiyib pernah shalat dua rakaat sesudah ashar. (Al Muhalla) Sa`id Bin Musayyib adalah seorang tabi`in, dan Hadits diatas adalah Hadits Maqthu berupa cerita tentang perbuatan-nya. Tidak mengandung hukum.

26 27

: Dr. M. Tohan, Mustalahatul Hadis, Hal. 109, Bab Taksimul Khabar binnisbati ila man isnida ilaihi

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

104

Ulumul Hadis
3. Maqthu Taqriry

[BAB X]

: ) (.
Dari hakam bin utaibah, ia berkata: adalah seorang hamba mengimami kami dalam mesjid itu, sedang syuraih (juga shalat disitu). (Al Muhalla) Syuraih ialah seorang tabi`in. riwayat Hadits ini menunjukan bahwa syuraih membenarkan seorang hamba jadi imam. c. Kehujjahan Hadis Maqthu Hadis Maqthu' tidak dapat dijadiakan sebagai hujjah atau dalil untuk menetapkan suatu hukum, karena status dari perkataan Tabi'in sama dengan perkataan Ulama lainnya. Disamping itu, Hadis maqthu yang merupakan perkataan tabiin bukanlah hadis sebagaimana yang bersumber dari Nabi. Menurut Imam Zarkasyi, adapun perkataan Maqthu dimasukan ke dalam hadis merupakan sesuatu yang mempermudah.28Sehingga Hadits Maqthu tidak bisa dipergunakan sebagai landasan hukum, karena Hadits Maqthu hanyalah ucapan dan perbuatan seorang muslim. Tetapi jika didalamnya terdapat qarinah yang baik, maka bisa diterima dan dapat menjadi Marfu Mursal.29 d. Kitab yang banyak Mengandung Hadis Mauquf dan Hadis Maqthu Diantara kitab-kitab yang dipandang banyak mengandung Hadis Mauquf dan Hadis Marfu adalah :30 Mushannaf Ibnu Abi Syaibah. Mushannaf Abdurrazzaq. Kitab-kitab tafsir : o Ibnu Jarir, o Ibnu Abi Hatim, dan o Ibnul Mundzir.
28 29

Mohammad Anwar, Ilmu Musthalahah Hadis, Hal. 34 , Bab Hadis Marfu-Mauquf-Maqthu Dr. Abdul Majid Khon,Ulumul Hadis, Hal. 233, Bab macam-macam hadis dari berbagai tinjauan 30 Ibid. Hal. 232

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

105

Ulumul Hadis

[BAB X]

Kesimpulan
Hadis adalah sesuatu yang disandarkan kepada nabi baik berupa perkataan, perbuatan atau ketetapan beliau. Akan tetapi jika dicermati secara mendalam maka akan ada beberapa klasifikasi yang ditinjau kepada siapakah hadis tersebut disandarkan. Yaitu : 1. Hadis qudsi, 2. Hadis marfu, 3. Hadis Mauquf, dan 4. Hadis Maqthu.

Hadits marfu adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi saw, tidak dipersoalkan apakah itu memiliki sanad dan matan yang baik atau sebaliknya. Hadits marfu itu dapat mencakup hadits mutawatir dan ahad, dapat mencakup hadits muttashil dan ghair muttashil seperti hadits mursal, munqathi, mudhal, muallaq, serta dapat mencakup hadits shahih, hasan dan dhaif. Hadits marfu ditinjau dari segi sandarannya dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :Hadis Shahih, Hadis Hasan dan Hadis Dhaif. Kehujjahan hadits marfu yang shahih dan hasan dapat dijadikan untuk menentukan suatu hukum. Hadits mauquf dapat berupa hadits shahih, hasan dan dhaif dilihat dari bersambung atau tidaknya sanad. Hadits mauquf yang dhaif namun jika terdapat qarinah dari sahabat yang lain maka derajatnya menjadi shahih atau hasan. Hadits maqthu tidak dapat dijadikan hujjah, ada juga yang menyamakannya dengan pendapat sahabat yang berkembang dalam masyarakat yang tidak didapati bantahan dari seseorang yakni dipandang sebagai suatu ijma. Hadis Maqthu tidak sama dengan munqhati karena maqthu adalah sifat dari matan, yaitu berupa perkataan Tabi'in atau Tabi at-Tabi'in sementar munqathi adalah sifat dari sanad, yaitu terjadinya

keterputusan sanad.

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

106

Ulumul Hadis

[BAB X]

Daftar Pustaka
Al-khatib, M. Ajaj. Usul al-hadis : ulumuhu wa mustlahuhu:Dar al-fikr, 1409H/1989 M. Anwar, Mohammad. Ilmu Musthalahah Hadis. SurabayaIndonesia : Al-Ikhlas, 1931. At-tohal Mahmud, Taisir mustalah al-hadis. Beirut: Dar Alquran Al-karim, 1399 H/ 1979 M. Hasyim, Ahmad Umar. . Beirut-Libanon : Alahul Kitab, 1997 M / 1417 H. Khon, Abdul Madjid, Ulumul Hadis. Jakarta : Amzah, 2009. Muhammad, Abul Harits. Kaedah dasar Ilmu Hadis. Mantung Tengah-Sanggrahan : Maktabah Al-Ghuroba, 2006. Soffandi, Wawan Djunaidi. Syarah Hadis Qudsi. Jakarta : Pustaka Azzam, 2006. Suparta, Mundzir. Ilmu Hadis. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2002. Tohan, Muhammad. Musthalahah Hadis. Beirut : Darul Fikar, . Uwaidah, Kamil. Hadis qudsi. Jakarta Pusat : Pena Pundi Aksara, 2007. Yuslem Nawir, Ulumul-Hadis. Jakarta, PT. Mutiara Sumber Widya 2001.

Makalah | Klasifikasi Hadis berdasarkan Nisbat

107

PENULIS ISI BUKU


1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) 10) 11) 12) 13) 14) 15) 16) 17) 18) 19) 20) 21) 22) 23) 24) 25) 26) 27) 28) 29) 30) 31) 32) Badri, asal Lombok - Nusa Tenggara Barat Muh. Mumtaz Nur Faqih, asal Sumedang - Jawa Barat Nasaruddin, asal Jawa Al-Fauzi, asal Aceh Ricki Saputra, asal Jakarta Syifa An-Nafi asal Bogor - Jawa Barat Akbar Romdon, asal Jakarta Fuad Hakim, asal Cirebon - Jawa Barat H. Cecep Muhtadin, asal Bandung - Jawa Barat Abdul Hakim, asal Bireuen - Aceh Ali Muzakkir, asal Palembang - Sumatera Selatan Dzikron Abdu Sami, asal Surabaya - Jawa Barat Andi Purnomo, asal Tegal - Jawa Tengah Muh. Saharuddin, asal Makassar - Sulawesi Selatan Muh. Zaky Fathony, asal Inhil - Riau Saofi Ahmadi, asal Lombok - Nusa Tenggara Barat Zaidan Anshari Anas Mujahidin, asal Sumbawa - Nusa Tenggara Barat Muh. Nur Wahid Muh. Sani Abdul Malik, asal Bandung - Jawa Barat Idham Cholid, asal Palembang - Sumatera Selatan Lukman Rozi TB Syaiful Fikri Alit Nur Hidayat, asal Bandung - Jawa Barat Muh. Masrur, asal Bayuwangi - Jawa Timur Sodik, asal Cirebon - Jawa Barat Muhammad Muslihan, asal Pati - Jawa Tengah Ahmad Zulki, asal Bone - Sulawesi Selatan Fathu Rozy, asal Madura - Jawa Timur Safidin, asal Jawa Hasrul, asal Kolaka - Sulawesi Tenggara

Hasrul, seorang pemuda dari pasangan ayahanda Bancong dan Ibunda Suharti. Ia adalah anak kedua dari lima bersaudara yang lahir pada tanggal 10 Juni 1992 di Enrekang, Sulawesi Selatan tepatnya di Dante Koa. Keempat saudara beliau ialah Putri Nawiati, Hasmiar, Hasni dan Hamsah. Namun kakaknya, Putri Nawiati meninggal setelah kelahirannya belum genap sebulan. Paras yang ramah senyum ini karib juga dipanggil dengan Asrul, Zulhas, Rullah serta Srul atau Rul. Saat ini sedang menempuh pendidikan S1 di Institut PTIQ Jakarta pada Fakultas Ushuluddin Konsentrasi Tafsir al-Quran dan Hadis. Sejak tahun 1998, keluarga beliau menempuh hidup baru di Kolaka, Sulawesi Tenggara sampai saat ini setelah sebelumnya pernah juga bermukim selama setahun di Palopo (1997-1998), Sulawesi Selatan. Setelah menamatkan Pendidikan dasar (1998-2004) di SDN 2 Bou lambandia saat ini, ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Pesantren al-Mawaddah Warrahmah Kolaka untuk memperdalam Ilmu-Ilmu agama serta untuk menghafalkan al-Quran. Ia menghabiskan usia mudanya selama enam tahun di pesantren tersebut dengan rincian, tahun 2004-2007 menyelesaikan pendidikan menengah pada MTS PPAW Kolaka dan pada tahun 2007-2010 menuntaskan pendidikan aliyah pada MAS PPAW Kolaka. Pada tahun 2010 menjelang pelaksanaan Wisuda Santri dan Santriwati PPAW angkatan tahun tersebut, ia akhirnya dapat menyelasaikan misi utamanya untuk mengkhatamkan hafalan al-Quran. Semoga hafalan al-Quran beliau senantiasa melekat dalam Hati Sanubarinya, Amin !!! Pengalaman organisasi beliau turut serta mewarnai jalan hidupnya. Beliau seorang yang suka menjelajah yang ia baktikan melalui Ekstrakurikuler Pramuka semenjak SD sampai Madrasah Aliyah. Ia juga aktif dalam pembinaan bahasa asing semenjak bergabung dengan Organisasi ASSET Tahun 2008 yang merupakan kumpulan warga Sulawesi yang menuntut Bahasa Asing di Pare, Kediri. Tahun 2009-2010, Ia terpilih sebagai Ketua Umum AISSEL Mahkamah Bahasa PPAW. Dunia keorganisasian seorang Zulhas nampak menempati peranan penting ketika ia menempuh pendidikan Kuliah di Institut PTIQ Jakarta pada tahun 2010. Pada ruang lingkup kampus, ia bergabung dengan FoKUs (Forum Kajian Ushuluddin) serta UNITY (Ushuluddin Community). Untuk organisasi yang berskala Nasional, ia menggabungkan diri dalam Organisasi HmI-MPO. Adapun yang berskala daerah, ia aktif dalam beberapa Orda, diantaranya PMBM Institut PTIQ-IIQ Jakarta, IKAMI Cabang Ciputat, IKAS PPAW serta FKMB. Terakhir, beliau juga giat dalam melakukan pembinaan Pemuda-Pemudi di daerah asalnya saat ini yang berada di bawah Naugan Remaja Masjid Hikmah al-Muhajirin dan Enrekang SulTra Community.

Tentang Editor

Sekian

Copright : UNITY - ptiq40.blogspot.com

ISI BUKU !!!


1) Pengenalan Hadis, Khabar, Naba, Atsar dan Sunnah 2) Kedudukan dan fungsi Sunnah dalam Islam 3) Pengenalan Ulumul Hadis 4) Hadis ditinjau dari diterima atau ditolaknya 5) Hadis Hasan 6) Macam-macam Hadis dhaif I 7) Macam-macam Hadis Dhaif II 8) Macam-macam Inqitha 9) Hadis berdasarkan kuantitas perawi 10) Hadis nisbat berdasarkan sumber

You might also like