You are on page 1of 3

Zulfikar Muhammad 12/335766/EK/19036 MANAJEMEN ALIRAN QADARIYAH

A.

Pengertian Qadariyah Qadariyah berasal dari bahasa arab yaitu qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan. Secara terminologi, qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakan manusia diintervensi dari Tuhan. Aliran Qadariyah berpendapat bahwa tiaptiap manusia adalah pencipta bagi segala perbuatannya sendiri, maksudnya manusia dapat berbuat sesuatu dan meninggalkan sesuatu menurut kehendaknya sendiri. Dalam hal ini, Harun Nasution menegaskan bahwa kaum Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. (Saifuddin Anshari, 2004) Secara pasti, tidak dapat diketahui kapan tepatnya aliran Qadariyah ini lahir dan hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan ahli sejarah. Pendapat yang populer, mengatakan bahwa faham Qadariyah pertama kali dimunculkan pada akhir masa Sahabat sekitar tahun 70 H atau 689 M, oleh Mabad Al-Juhani dan Ghailan Ad-Dimasyqi. Mabad alJuhani adalah seorang Tabai yang dapat dipercaya dan pernah berguru dengan Hasan Al-Basri. Sedangkan Ghailan Ad-Dimasyqi adalah seorang orator berasal dari Damaskus. Faham Qadariyah diduga berasal dari orang Irak bernama Susan. Susan adalah penganut filsafat Nasrani Sekte Nestorian yang mendirikan sekolah filsafat di Gundisapur, dan berdekatan dengan Basrah. Sekte Nestorian ini mengadopsi filsafat Yunani aliran Epikureanisme (Abiquriyyun), dengan konsepnya : dikarenakan perbuatan-perbuatan kita adalah bebas, dan kepada merekalah (perbuatan-perbuatan tersebut) dilekatkan pujian dan celaan. Dari Susan inilah Mabad dan Ghailan mengambil faham tersebut. Dengan disebutkannya Mabad Al-Juhani pernah berguru dengan Hasan Al-Basri pada keterangan Adz-Dzahabi dalam kitab Mizan Al-Itidal, maka mungkin faham Qadary mula-mula dikenalkan oleh Hasan al-Basri dalam bentuk kajian-kajian keIslaman, kemudian dicetuskan oleh Mabad Al-Juhani dan Ghailan Ad-Dimasyqi dalam bentuk aliran (institusi). (Ahmad Baso, 2006)

B.

Doktrin-doktrin Aliran Qadariyah Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghailan tentang doktrin Qadariyah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya. Manusia sendiri pula melakukan atau menjauhi perbuatan atau kemampuan dan dayanya sendiri. Salah seorang pemuka Qadariyah yang lain, An-Nazzam , mengemukakan bahwa manusia hidup mempunyai daya dan ia berkuasa atas segala perbuatannya.(Harun Nasution, 2002) Adapun doktrin yang dikembangkan oleh kaum qadariyah ini diantaranya: Manusia mempunyai daya dan kekuatan untuk menentukan nasibnya, melakukan segala sesuatu yang diinginkan baik dan buruknya. Jadi surga atau neraka yang didapatnya bukan merupakan takdir Tuhan melainkan karena kehendak dan perbuatannya sendiri. Takdir merupakan ketentuan Allah SWT terhadap alam semesta sejak zaman azali, yaitu hukum yang dalam Al-Quran disebut sunnatullah.

Secara alamiah manusia mempunyai takdir yang tak dapat diubah mengikuti hukum alam seperti tidak memiliki sayap untuk terbang, tetapi manusia memiliki daya untuk mengembangkan pemikiran dan daya kreatifitasnya sehingga manusia dapat menghasilkan karya untuk mengimbangi atau mengikuti hukum alam tersebut dengan menciptakan pesawat terbang.

C.

Konsep Pemikiran Qadariyah tentang Perbuatan Tuhan dan Perbuatan Manusia Tuhan adalah pencipta alternative atau pilihan takdir. Alternatif ketentuan Allah yang diciptakan bagi alam semesta beserta seluruh isinya sejak azali, yaitu hukum alam yang dalam istilah Al-Quran disebut Sunnatullah. Manusia menjadi penentu akhir perbuatan yang akan dilakukannya, karena memiliki kekuatan dan kemampuan untuk memilih yang baik atau yang buruk tanpa intervensi Tuhan. Seseorang diberi ganjaran baik dengan balasan surga kelak di akhirat. Dan seseorang akan diberi ganjaran siksa di neraka. Semua ini atas pilihan sadar manusia sendiri, bukan pilihan akhir Tuhan. Tidaklah pantas manusia menerima siksaan atas tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.

D.

Pendapat Aliran Kalam tentang Aliran Qadariyah Aliran Qadariyah menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala perbuatannya atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan juga berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya. Dalam kaitan ini, bila seseorang diberi ganjaran baik dengan balasan surga kelak di akhirat dan diberi ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akhirat, semua itu berdasarkan pilihan pribadinya sendiri, bukan oleh takdir Tuhan. Sungguh tidak pantas, manusia menerima siksaan atau tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya sendiri.(Rosihan Anwar, 2009) Faham takdir dalam pandangan Qadariyah bukanlah dalam pengertian takdir yang umum dipakai oleh bangsa Arab ketika itu, yaitu faham yang mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Mnurut bangsa Arab, dalam perbuatanperbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah ditentukan semenjak ajal terhadap dirinya. Adapun dalam faham Qadariyah, takdir itu adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya untuk alam semesta beserta seluruh isinya, semenjak ajal, yaitu hukum yang dalam istilah Al-Quran adalah sunatullah. Aliran Qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat menyandarkan segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan. Doktrin-doktrin ini mempunyai tempat pijakan dalam doktrin Islam sendiri. Banyak ayat Al-Quran yang mendukung pendapat ini, misalnya dalam surat Al-Kahfi ayat 29 : Dan Katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir.

E.

Kritik Terhadap Aliran Qadariyah Dari penjelasan-penjelasan tersebut, maka saya berpendapat bahwa jika Aliran Qadariyah terus berkembang akan menyebabkan beberapa dampak. Dampak yang terjadi ada yang negatif dan ada juga yang positif. Dampak negatif yang terjadi antara lain manusia akan merasa berkuasa atas dirinya sendiri dan cenderung akan berbuat semaunya. Padahal ada Allah yang Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Lalu dari rasa berkuasa itulah maka manusia kemudian menjadi sombong. Lalu dampak positif yang timbul dari Aliran Qadariyah antara lain, manusia menjadi lebih percaya diri dalam menjaankan suatu aktifitas. Selain itu, manusia menjadi bersungguh-sungguh dalam berusaha karena yakin Tuhan tidak akan mencampuri segala urusan mereka, dan mereka sendiri lah yang akan menentukan nasib mereka.

Daftar Pustaka Ahmad Baso, 2006, NU Studies: Pergolakan Pemikiran antara Fundametalisme Islam & Fundamentalisme Neo-liberal, Jakarta : Erlangga Harun Nasution, 2002, Teologi Islam, Jakarta : Universitas Indonesia Rosihan Anwar dan Abdul Rozak, 2009, Ilmu Kalam, Bandung : Pustaka Setia Saifuddin Anshari, 2004, Wawasan Islam : Pokok-pokok Pikiran tentang Paradigma dan Sistem Islam, Depok : Gema Insani

You might also like