You are on page 1of 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur

konstitusional yang menentukan suatu pemerintah berfungsi. Dalam demokrasi,

pemerintah hanyalah salah satu unsur yang hidup berdampingan dalam suatu

struktur sosial dari lembaga-lembaga yang banyak dan bervariasi.

Partai politik merupakan ciri utama sistem politik yang demokratis.

Sedangkan salah satu fungsi dari partai politik adalah pendidikan politik, ini

merupakan hal yang sangat penting diperhatikan oleh partai politik mengingat

masih banyaknya masyarakat yang pendidikan politiknya masih sangat minim

atau rendah.1

Partai politik adalah yang bertugas memberikan pendidikan politik

kepada masyarakat. Partai politik tidak hanya memperhatikan masyarakat di saat

kampanye atau menjelang pesta demokrasi, setelah itu dilupakan dan dibubarkan

tanpa ada yang namanya proses evaluasi. Tetapi kegiatan pendidikan politik ini

juga harus berlangsung secara terus-menerus dan kenyataannya, partai politik

justru memberikan contoh yang buruk. Harusnya partai politik menciptakan

hubungan yang saling menguntungkan antara masayarakat dan elite dalam rangka

mewujudkan cita–cita bangsa.

Pendidikan Politik adalah proses pembelajaran dan pemahaman tentang

hak, kewajiban, dan tanggung jawab setiap warga negara dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara. Jika dikaitkan dengan partai politik, pendidikan politik
1 Alamudi Abdullah, 2001, Jurnal Apakah demokrasi itu, Departemen Luar Negeri AS.
1
bisa diartikan sebagai usaha sadar dan tersistematis dalam mentransformasikan

segala sesuatu yang berkenaan dengan perjuangan partai politik tersebut kepada

massanya agar mereka sadar akan peran dan fungsi, serta hak dan kewajibannya

sebagai manusia atau warga negara.

Kampanye Pemilu adalah kegiatan peserta Pemilu untuk meyakinkan para

pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program peserta Pemilu, pada

prakteknya kampanye terbuka hanya bermodalkan hiburan yang menyebabkan

kurang terdidiknya warga negara secara politik ini. Hal tersebut disertai dengan

kecenderungan pasif dan mudahnya dimobilisasi untuk kepentingan pribadi dari

para elite politik. Berakhirnya kemeriahan kampanye terbuka atau rapat umum

partai politik, meninggalkan persoalan yang belum terselesaikan pada pesta

demokrasi kali ini yaitu proses pendidikan politik bagi warga negara.

Kampanye rapat umum harusnya menjadi sarana kontrak politik melalui

tatap muka, bukan jadi pesta hiburan musik atau goyang erotis lima tahunan.

Dapat dikatakan dengan berakhirnya rangkaian pemilu 2009, maka berakhir pula

penetrasi warga negara dalam proses-proses pengambilan keputusan yang

berkaitan erat dengan kehidupan mereka selama lima tahun kedepan. Sebuah

proses demokratisasi yang sehat mensyaratkan adanya partisipasi politik yang

otonom dari warga negara. Untuk menumbuhkan dan atau meningkatkan

partisipasi politik yang otonom dari setiap warga negara, maka pelaksanaan

pendidikan politik yang baik dan benar, mutlak diperlukan.

Perikehidupan manusia Indonesia hari ini menjadi semakin liar,

contohnya perilaku kekerasan dalam konflik pilkada (maluku utara). Hal tersebut
mencerminkan kondisi psikologis sosial masyarakat yang berada dalam

keterpurukan dan keputusasaan. Kekhawatiran akan terulangnya kekerasan dalam

pemilu legislatif dan presiden nanti adalah suatu kewajaran, mengingat proses

demokratisasi di Indonesia bergerak dari pembusukan sebuah rezim otoriter

Suharto, menuju pematangan melalui masa transisi dan konsolidasi.

Kekhawatiran tersebut juga didasari oleh partai politik yang belum menjalankan

tugasnya melakukan pendidikan politik melalui rapat akbar atau kampanye

terbuka karena pesta dengan dana besar tersebut hanya habis untuk hiburan.

Pemahaman masyarakat hingga saat ini masih banyak yang beranggapan

bahwa sistem politik itu bukan urusan mereka melainkan urusan pemerintah,

sehingga masyarakat masih ada yang dibodoh-bodohi atau diberikan janji–janji

manis. Dalam realitanya atau penerapannya tidak sesuai dengan apa yang telah

dijanjikan ketika sudah berhasil duduk, Untuk mencegah hal–hal yang tidak

diinginkan kembali terulang, sehingga diberikanlah pendidikan politik kepada

masyarakat oleh partai politik di berbagai provinsi dan kabupaten/kota di

Indonesia khususnya di provinsi Sulawesi Selatan.

Pengembangan pendidikan politik Masyarakat di Provinsi Sulawesi

Selatan adalah sebagai bagian pendidikan politik yang merupakan rangkaian

usaha untuk meningkatkan dan memantapkan kesadaran politik dan kenegaraan,

guna menunjang kelestarian Pancasila dan UUD 1945 sebagai budaya politik

bangsa. Pendidikan politik juga merupakan konsep bagian dari proses perubahan

kehidupan politik di provinsi Sulawesi Selatan yang sedang dilakukan dewasa

ini dalam rangka usaha menciptakan suatu sistem politik yang benar-benar

3
demokratis, stabil, efektif, dan efisien. Dalam kultur masyarakat Sulawesi Selatan

yang masih agraris, pilihan-pilihan politik memang akan banyak dipengaruhi

oleh faktor ketokohan. Figur tokoh yang dimaksud di sini baik itu seorang

bangsawan maupun para pemilik lahan (tuan tanah) yang memberi penghidupan

kepada orang banyak. Masyarakat Sulawesi Selatan akan menganut paham-

paham dari orang yang menjadi panutannya. Oleh karena itu, memilih bukan

kesadaran sendiri, tetapi mengikuti pilihan tokohnya.2

Pendidikan politik ini berfungsi untuk memberikan isi dan arah serta

pengertian kepada proses penghayatan nilai-nilai yang sedang berlangsung. Ini

berarti bahwa pendidikan politik Sulawesi Selatan menekankan kepada usaha

pemahaman tentang nilai-nilai yang etis normatif, yaitu dengan menanamkan

nilai-nilai dan norma-norma yang merupakan landasan dan motivasi serta dasar

untuk membina dan mengembangkan diri guna ikut serta berpartisipasi dalam

kehidupan pembangunan bangsa dan negara khususnya Sulawesi Selatan.

Dengan demikian pendidikan politik yang diterapkan di Sulawesi Selatan

merupakan proses penurunan nilai-nilai dan norma-norma dasar dari ideologi

suatu negara yang dilakukan dengan sadar, terorganisir, berencana, dan

berlangsung kontinyu dari satu generasi kepada generasi berikutnya dalam

rangka membangun watak Masyarakat bangsa, hal yang sama juga dilakukan di

kabupaten Sinjai.

Pelaksanaan pendidikan politik bagi Masyarakat kabupaten Sinjai

dilandaskan kepada asas-asas yang sesuai dengan keadaan serta sifat

2 www.google.com, PILKADA SULSEL: Ajang Pendidikan Politik Rakyat Oleh: Muhammad Aswar.
Tgl. 10 Maret 2009 Pkl. 01.15.
kebudayaan, khususnya generasi muda, yang dipadukan dengan dinamika

perkembangan kehidupan nasional dan kemajuan yang telah dicapai sehingga

sasaran yang dikehendaki dengan pendidikan politik ini akan tercapai

keberhasilan dan dimanfaatkan secara tepat oleh masyarakat dan diwujudkan

dalam tingkat partisipasi yang sebesar-besarnya.

Watak dan karakter Masyarakat Kabupaten Sinjai tercermin dari sistem

pemerintahan demokratis dan berkedaulatan rakyat. Komunikasi politik di antara

kerajaan-kerajaan dibangun melalui landasan tatanan kesopanan yakni

Sipakatau (saling menghormati), serta menjunjung tinggi nilai-nilai konsep Sirui

Menre Tessirui No (saling menarik ke atas, pantang saling menarik ke bawah),

Mallilu Sipakainge (bila khilaf saling mengingatkan).3 Dengan demikian

pendidikan politik bagi Masyarakat Kabupaten Sinjai dilakukan melalui jalan

mendidik, mengajak, menampung, serta menyalurkan gagasan yang berkembang

dan berciri demokrasi budaya Pancasila atas dasar komunikasi timbal-balik yang

penuh tanggung jawab dan musyawarah untuk mufakat dalam perbedaan

pendapat yang dilakukan dengan sesadar-sadarnya.

Penyelenggaraan pendidikan politik bagi Masyarakat Kabupaten Sinjai

dilakukan melalui penahanan secara berjenjang, baik dari segi pertumbuhan

alamiah manusia dari usia bawah maupun dari segi pertumbuhan kehidupan

masyarakat melalui organisasi yang ada atau golongan pendidikan, mulai dari

pimpinan sampai kepada yang lebih besar di bawahnya. Yang semata-mata harus

didasarkan atas kemampuan obyektif manusia. Di samping itu, pendidikan

3 Situs resmi Pemerintah Kab. Sinjai, www.sinjai.com. Sejarah Kab. Sinjai Tgl 11 Maret 2009 Pkl.
01.30
5
politik kabupaten Sinjai dilaksanakan secara terus-menerus dan harmonis,

sebagai suatu proses pematangan Masyarakat seutuhnya yang makin maju dan

berkembang.

Pendidikan politik bagi Masyarakat di kabupaten Sinjai menumbuhkan

kembali semangat kebangsaan, cinta tanah air, kebanggaan berbangsa dan

bernegara, menyegarkan kembali jiwa yang cinta damai dan cinta kemerdekaan

dalam menjunjung tinggi ideologi negara dan menghormati pemerintah nasional

dan daerah disertai tawakkal kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal ini berarti

melalui kegiatan pendidikan politik kabupaten Sinjai diharapkan terbentuk

generasi yang berkepribadian utuh, berketerampilan, sekaligus juga

berkesadaran tinggi sebagai warga negara yang baik, sadar akan hak dan

kewajiban serta memiliki tanggung jawab yang dilandasi oleh nilai-nilai yang

berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Proses pencapaian tujuan pendidikan politik tersebut tidak dapat dilihat

secara langsung namun memerlukan waktu yang cukup lama, hal ini disebabkan

karena pendidikan politik berhubungan dengan aspek sikap dan perilaku

seseorang. Sistem pendidikan yang diterapkan oleh beberapa partai di kabupaten

Sinjai yang diantaranya adalah Partai Golongan Karya. Pendidikan politik

dilakukan oleh pemerintah, lembaga politik, dan partai politik di kabupaten

Sinjai.

Dengan melihat fenomena yang telah diuraikan diatas maka pendidikan

politik Partai Golongan Karya di kabupaten Sinjai menarik untuk diteliti karena,

mengingat beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah :


1. Sadar akan hak dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap kepentingan

bangsa dan negara yang terutama diwujudkan melalui keteladanan.

2. Secara sadar taat pada hukum dan Undang-Undang Dasar 1945.

3. Berpandangan jauh ke depan serta memiliki tekad perjuangan untuk

mencapai kehidupan yang lebih maju, yang didasarkan kepada kemampuan

objektif bangsa.

4. Secara sadar mendukung sistem kehidupan nasional secara demokratis.

5. Aktif menggalang persatuan dan kesatuan bangsa dengan kesadaran akan

keanekaragaman bangsa.

Partai politik memegang tanggung jawab yang sangat besar untuk memberi

informasi–informasi atau nilai–nilai politik atau pendidikan politik kepada

masyarakat. Hal itu berlangsung melalui hubungan yang harmonis antara

masyarakat dengan elite politik. Pendidikan politik kepada masyarakat bertujuan

untuk memberikan pemahaman politik kepada masyarakat, hal itu akan

mendorong partisipasi pemilih dalam pemilu.

Dari pemaparan diatas maka, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “PENDIDIKAN POLITIK PARTAI GOLONGAN

KARYA PADA PEMILU 2009 DI KABUPATEN SINJAI”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Partai Golongan Karya melakukan pendidikan politik

terhadap Kadernya di kabupaten Sinjai?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses pelaksanaan

7
Pendidikan Politik Partai Golongan Karya di kabupaten Sinjai?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk menggambarkan dan menganalisis pendidikan politik yang

dilaksanakan Partai Golongan Karya di kabupaten Sinjai.

2. Untuk menggambarkan dan menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan Pendidikan Politik Partai Golongan Karya

kepada kader partai.

D. Kegunaan Penelitian

a. Manfaat Akademik

1. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi peneliti-

peneliti yang ingin melihat tingkat pendidikan

politik masyarakat tertentu.

2. Sebagai tambahan literatur atau bahan kajian

dalam studi ilmu politik.

b. Manfaat Praktis

1. Sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijaksanaan untuk

meningkatkan kualitas kehidupan politik masyarakat, terutama dalam

membentuk sikap dan tingkah laku politik mereka.


2. Input bagi Partai Golongan Karya untuk lebih meningkatkan kualitas

Sumber Daya Manusia, dan membuat terobosan baru dalam merumuskan

dan menjabarkan program kerjanya yang berkaitan dengan pemberian

Pendidikan Politik kepada masyarakat kabupaten Sinjai.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan lima aspek, yang pertama yaitu

partai politik, kedua bentuk sosialisasi politik, ketiga factor-faktor yang

berpengaruh dalam proses pendidikan politik, keempat adalah kerangka

pemikiran, dan yang kelima adalah skema kerangka piker.

A. Partai Politik

Negara-negara yang menganut paham demokrasi, gagasan mengenai

partisipasi rakyat mempunyai dasar ideologis bahwa rakyat berhak turut

menentukan siapa-siapa yang akan menjadi pemimpin yang nantinya

menentukan kebijaksanaan umum (publik policy). Negara-negara totaliter

gagasan mengenai partisipasi rakyat didasari pandangan elit politiknya bahwa

rakyat perlu dibimbing dan dibina untuk mencapai stabilitas yang langgeng.

Untuk mencapai tujuan itu, partai politik adalah alat yang baik untuk melakukan

hal tersebut.

Pada permulaan perkembangannya di negara-negara barat seperti Inggris

dan Perancis, kegiatan politik pada mulanya dipusatkan pada kelompok-

kelompok politik dalam parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat elitist dan

aristokratis, mempertahankan kepentingan kaum bangsawan terhadap tuntutan-

tuntutan raja. Dengan meluasnya hak pilih, kegiatan politik juga berkembang di

luar parlemen dengan terbentuknya panitia-panitia pemilihan yang mengatur

pengumpulan suara para pendukungnya menjelang masa pemilihan umum. Oleh


karena itu dirasa perlu memperoleh dukungan dari berbagai golongan

masyarakat, kelompok-kelompok politik dalam parlemen lambat laun berusaha

memperkembangkan organisasi massa, dan dengan demikian maka terjalinlah

suatu hubungan tetap antara kelompok-kelompok politik dalam parlemen dengan

panitia-panitia pemilihan yang sepaham dan mempunyai kepentingan yang

sama, dan lahirlah partai politik. Partai semacam ini menekankan kemenangan

dalam pemilihan umum dan dalam masa antara dua pemilihan umum biasanya

kurang aktif. Ia bersifat patronage party (partai lindungan) yang biasanya tidak

memiliki disiplin partai yang ketat.4

1. Pengertian Partai Politik

Partai politik secara umum dapat dikatakan bahwa suatu kelompok

yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai,

dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh

kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik politik dengan cara

konstitusional untuk melaksanakan programnya.

Partai politik merupakan keharusan dalam kehidupan politik yang

modern dan demokratis. Sebagai suatu partai politik secara ideal

dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilasi rakyat, mewakili

kepentingan tertentu, memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang saling

bersaing, serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan secara absah

(legitimete) dan damai (Ishlasul Amal, 1998).

Menurut Carl J. F, Partai politik adalah sekelompok manusia yang

terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan


4 Miriam Budiardjo. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2005. Hal 160
11
penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya dan berdasarkan

penguasaan ini, memberikan pada anggota yang partainya kemanfaatan yang

bersifat idiil serta materil (Miriam Budiardjo, 2008).5

Sigmun Neumann, dalam buku karyanya melihat partai politik bahwa

organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai

kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat melalui persaingan

dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai

pandangan yang berbeda. Partai politik merupakan perantara yang besar yang

menghubungkan kekuatan-kekuatan dan ideologi sosial dengan lembaga-

lembaga pemerintahan yang resmi (Miriam Budiardjo, 2008).6

Menurut Roger Soltau, bahwa partai politik adalah sekelompok warga

negara yang terorganisir yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dengan

memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan menguasai

pemerintahan dan melakukan kebijakan mereka (Miriam Budiardjo, 2005).7

Ensiklopedia Populer Politik Pembangunan Pancasila menyebutkan

bahwa “Partai politik adalah sekelompok warga negara yang berkehendak

untuk mencapai tujuan-tujuan politik tertentu dalam rangka yang ditetapkan

oleh konstitusi. Setiap partai politik adalah suatu organisasi perjuangan

politik yang berusaha supaya kemauan politiknya dilaksanakan. Karena

tujuan ini hanya mungkin dilakukan dengan kekuasaan, maka partai mencari,

membentuk dan menggunakan kekuasaan bukan tujuan melainkan saran

5 Dalam buku, Miriam Budiardjo. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
2008. Hal 404.
6 Ibid, 404.
7 Dalam buku, Miriam Budiardjo. op.cit .2005. Hal 161.
untuk mewujudkan kesejahteraan bersama menurut pandangan partai tersebut

dalam rangka konstitusi.8

Dengan melihat beberapa pengertian Partai politik di atas maka dapat

dikatakan bahwa partai politik adalah suatu wadah yang mampu

menghubungkan antara pemerintah dan masyarakat, dalam hal ini mereka

yang tidak sepaham dengan orang-orang yang telah duduk di Dewan, maka

dengan partai politiklah mereka dapat menggantikan orang tersebut. Dengan

kata lain bahwa partai politik merupakan alat politik untuk memperoleh

kekuasaan politik, dan merebut kekuasaan politik.

2. Fungsi Partai Politik

Dari penggambaran mengenai pengertian, partai politik dapat

tersirat fungsi partai politik yaitu sebagai sarana untuk mencapai

kepentingan orang-perorang, kelompok masyarakat dan kepentingan

nasional suatu negara dalam rangka mewujudkan cita-cita bernegara.

Namun Pada pembahasan ini hanya akan dibahas Sosialisasi Politik

mengingat salah satu fungsi ini merupakan bagian dari Pendidikan Politik.

(Miriam Budiardjo,1992) dalam bukunya “Dasar-Dasar Ilmu

Politik” menyebutkan fungsi partai politik.

Partai politik sebagai sarana sosialisasi politik

Di dalam ilmu politik, sosialisasi politik diartikan sebagai proses


8 Eksilopedia Populer Politik Pembagunan Pencasila, Jilid IV : 76.
13
dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena

politik yang umumnya berlaku dalam masyarakat dimana ia berada.

Biasanya proses berjalan secara berangsur dari masa kanak-kanak

sampai dewasa. Di samping itu sosialisasi politik juga mencakup

proses melalui dimana seseorang atau masyarakat menyampaikan

norma-norma dan nilai-nilai dari suatu genersi ke generasi berikutnya.

Dalam usaha menguasai pemerintahan melalui kemenangan dalam

pemilu, partai memperoleh dukungan seluas mungkin. Untuk itu

partai berusaha menciptakan image bahwa ia memperjuangkan

kepentingan umum. Di samping menanamkan solidaritas dengan

partai, partai politik juga mendidik anggota-anggotanya menjadi

manusia yang sadar akan tanggung jawabnya sebagai warga negara

dan menempatkan kepentingan sendiri di bawah kepentingan

nasiaonal. Negara-negara baru, partai politik juga berperan untuk

memupuk identitas nasional. Proses sosialisasi politik diselenggarakan

melalui ceramah-ceramah penerangan, kursus kader, kursus penataran,

media massa dan sebagainya.9

Berdasarkan fungsi ini akhirnya kita dapat menarik definisi bahwa

partai politik merupakan suatu asosiasi yang terorganisir yang memiliki

sistem nilai dan tujuan yang sama, yang mana asosisasi ini berperan sebagai

media untuk mengekspresikan kepentingan anggotanya, mengelola konflik

dalam kaitannya dengan upaya memperoleh maupun mempertahankan

kekuasaan termasuk mempengaruhi pembuatan kebijaksanaan umum.


9 Miriam Budiardjo, op.cit. 2008 . hal. 407.
3. Tujuan Partai Politik

Partai Politik merupakan sarana bagi Warga Negara untuk turut

ikut serta atau berpartisipasi dalam proses pengelolaan negara. Dewasa ini

partai politik sudah sangat akrab di lingkungan kita. Sebagai lembaga

politik, partai bukan sesuatu yang dengan sendirinya ada. Kelahirannya

mempunyai sejarah yang cukup panjang, meskipun juga belum cukup tua.

Bisa dikatakan politik merupakan organisasi yang baru dalam kehidupan

manusia, jauh lebih muda dibandingkan dengan organisasi negara. Dan ia

baru ada di negara modern.

B. Bentuk Sosialisasi Politik

Dari segi penyampaian pesan, Ramlan Surbakti menyebutkan bahwa

sosialisasi politik dibagi atas dua bagian yakni pendidikan politik dan

indoktrinasi politik. Pada kenyataanya yang kita lihat di Indonesia konsep

pendidikan politik itu masih kurang jelas, atau kurang efektif. Bahkan mustahil

ada institusi-institusi yang menggambarkan sistem politik dalam materi

pendidikan politiknya. Bahkan mungkin ada yang lebih parah sampai ke sistem

tersebut. Tidak adanya trasparansi politik, karena hubungan antar lembaga

politik dan lembaga pemerintahan adalah salah satu media pendidikan politik

yang sangat nyata. Seorang atau sekelompok orang kaya telah tersentuh program

pendidikan politik, sangat membutuhkan trasparansi sebagai media evaluasi

yang akan merubah sikap partisipasi politiknya apabila kurang sesuai permintaan

dari sistem. Akibat yang fatal akibat tidak adanya trasparansi adalah munculnya

penyakit-penyakit sosial pada masyarakat yang sudah memahami politik secara

15
umum, penyakit tersebut. Misalnya frustasi atau apatis akibatnya adalah

kecendrungan masyarakat untuk bertindak deskriptif bahkan anarkis.10

Pendidikan Politik

Salah satu persoalan mendasar dalam sistem politik kita saat ini yakni

tidak adanya kedewasaan serta kearifan berpolitik yang dilandasi oleh sebuah

idealisme politik. Para elit serta masyarakat yang terlibat langsung maupun tidak

dengan wilayah politik belum mampu menghadirkan nalar kritis serta rasionalitas

politik untuk melahirkan kedewasaan dalam berpolitik. Momentum pemilu 2004

dan perhelatan pilkada menjadi indikuasi kuat dan sangat riil betapa pragmatisme

politik masih mendarah daging dalam sistem politik bangsa Indonesia.

Fenomena pragmatisme politik jelang 2009 sepertinya tidak mengalami

perubahan yang signifikan. Pragmatisme itu mulai dibaca ketika peroses

perumusan perundang-undangan yang mengatur tentang mekanisme pelaksanaan

Pemilu. Baik UU Partai Politik, UU Pemilu maupun UU Pemilihan Presiden

masih menjadi permainan oleh para elit politik di DPR dengan tujuan bersama

menjaga dan melesarikan hegemoni pragmatisme berpolitik dalam bingkai

oligarki partai politik yang dijalankan oleh eksekutuf dan legislatif. Sehingga

tidak bisa dihindari, perhelatan demokrasi tahun 2009 yang seharusnya menjadi

momentum untuk mengembalikan kekuasaan di atas kedaulatan rakyat hanyalah

menjadi praktek rutinitas dan formalitas semata. Komposisi dan konfigurasi elit

politik yang akan menjadi penguasa di negeri ini, tidak akan bergeser dari

komposisi saat ini. Bahkan pendatang barupun seperti Partai Demokrat dan PKS

saat ini disinyalir juga sudah dimasuki oleh kakuatan lama.


10 Ramlan Surbakti, op.cit 1992. Hal. 117
Pragmatisme elit politik mulai nampak dari ketidakmampuan partai

politik melalui anggotanya di DPR mengapresiasi kebutuhan publik terhadap

eksistensi partai politik. RUU partai politik yang saat ini dibahas seharusnya

menjadi momentum memperkuat legitimasi partai politik di mata rakyat. Namun,

menyimak materi RUU partai politik sepertinya keberadaan partai politik tidak

mampu memberi nilai yang cukup positip terhadap kehidupan berdemokrasi.

Salah satu alasannya adalah diabaikannya fungsi parpol untuk melakukan

pendidikan politik bagi rakyat. Dalam RUU partai politik yang justru

dikedepankan adalah pendidikan politik terbatas pada anggota internal partai

semata. Sementara untuk masyarakat luas, agenda pendidikan politik tidak

memiliki ruang yang cukup signifikan. Pasal 31 RUU Parpol berbunyi; Ayat

(1) Partai politik melakukan pendidikan politik bagi masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesadaran warga negara Indonesia atas hak dan kewajibannya

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bandingkan dengan

ayat 2 yang berbunyi: (2) Partai politik melakukan pendidikan politik bagi

anggota dan pengurus partai politik bertujuan untuk:

a.Meningkatkan solidaritas politik dalam rangka memelihara dan

menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

b. meningkatkan pemahaman tugas, fungsi, hak dan kewajiban partai

politik.

c. meningkatkan kemampuan dan kinerja anggota dan pengurus partai

politik.

Perbedaan ayat 1 dan 2 menunjukkan adanya apresiasi yang berbeda

17
dalam pelaksanaan pendidikan politik antara anggota partai politik dan non partai

politik. Selain itu, minimnya perhatian partai politik dalam melaksanakan

pendidikan politik juga terlihat dari tidak adanya dana alokasi khusus dari partai

politik untuk melaksanakan pendidikan politik. Sehingga dana publik yang secara

rutin masuk ke setiap partai politik tidak memiliki nilai akuntabilitas karena

publik tidak merasakan mafaat dari program partai politik. Selama ini pendidikan

politik yang menjadi syarat penting dari satu partai politik tidak mampu

dijalankan secara nyata oleh partai politik. Sehingga yang terjadi adalah

pemanfaatan suara rakyat atas nama kedaulatan rakyat di balik kepentingan

pragmatisme politik para elit politik.

Bahkan yang menjadi runyam adalah beberapa partai politik yang selama

ini mengklaim diri didukung oleh rakyat bawah, kaum abangan, wong cilik,

justru memanfaatkan kecilikan rakyat untuk melakukan pembodohan politik

dengan harapn mendapat suara yang signifikan. Partai Politik sepertinya sengaja

tidak maksimal melakukan pemberdayaan dan pendidikan politik kepada rakyat

kecil karena mereka sadar kalau rakyat cerdas, kritis dan rasional, maka partai

politik tidak mungkin dipilih, sebab rakyat pasti akan sadar dengan kebobrokan

partai politik tersebut. Sementara mereka sangat menngandalkan suara rakyat

kecil yang tidak tahu apa-apa sebab jumlahnya cukup signifikan.

Dengan orientasi politik yang demikian itu, maka perilaku elit poltik

selama tahapan pemilu pun akan serba pragmatis. Kasus ijazah palsu, tanda

tangan palsu, money politik untuk menjadi caleg di nomor urut jadi, mobilisasi

selebriti menjadi caleg, politisasi agama di wilayah politik serta money politik
dalam tahapan kampanye menjadi fenomena dalam dinamika pemilu kita selama

ini. Para elit politik yang saat ini berkuasa dan calon elit politik yang ingin

berkuasa tidak memiliki komitemen untuk mengedepankan serta membumikan

visi politik mereka yang sebenarnya sudah termaktub dalam plat form partai

mereka. Kalimat-kalimat dalam plat form tersebut hanyalah menjadi teks suci

yang tidak pernah diejawantahkan dalam kondisi riil politik masyarakat saat ini.

Perilaku pragmatisme politik tersebut semakin menjadikan masyarakat

dan arus bawah tidak memilki ruang untuk melakukan penyadaran serta

pendidikan poltik yang sehat. Rakyat tidak dapat menikmati proses demokratisai

yang sehat yakni kaduakatn yang berangkat dari kehendak serta idelaisme poltik

rakyat itu sendiri bukan kehendak elit. Kondisi saat ini sudah agak sulit bagi

rakyat memilih sebuah pilihan politik atas nama idealisme politik mereka.

Mereka akan menentukan pilihan politik mereka berdasarkan pertimbangan-

pertimbanagn pragmatisme. Tidak ada lagi kelompok masyarakat yang berduyun-

duyun karena kampanye sebuah partai politik atas kesadaran dan pemahaman

politik terhadap visi dan misi partai poltik tertentu. Akan tetapi sebagai besar

merak berangkat karena sebelumnya sudah mendapat segepok uang, bebarapa

lembar kaos partai, sticker dll. Bahkan sampai detik-detik pemilihan pun

sebagain besar masyarakat kita masih merindukan Serangan Fajar yang mau

membeli suara mereka dengan lembaran uang.

TantanganTransisi Demokrasi

Realitas pragmatisme politik yang sangat akut dan menjalar baik di

tingkat elit mapun di grassroot saat ini, menunjukkan bahwa kita belum mampu

19
menerapkan landasan-landasan politik yang rasional di tengah transisi demokrasi

saat ini. Pelaku politik bergerak dan berkompetisi tidak berlandaskan atas nilai

dan teks-teks politik yang seharusnya diselaraskan kondisi bangsa sat ini.

Transisi demokrasi yang yang saat ini menyediakan ruang partisipasi politik yang

sangat terbuka, tidak dimamfaatkan untuk membangun kerangaka demokratisasi

berbangsa secara sehat. Ruang kemerdekaan yang diraih saat ini setelah

terbelenggu di bawah rezim otoriter tidak dimanfaatkan untuk berkompetisi

secara sehat dengan landasan nialai-nilai demokrasi yang sesungguhnya.

Trasnsisi Demokrasi saat ini hanya dipenuhi oleh perlaku saling menghujat,

manipalasi, korupsi, kolusi, diskriminasi yang semuanya itu jauh dari prisnisp-

prinsip demokrasi.

Transisi demokrasi idealnya berjalan dan cepat berakhir sehingga benar-

benar terwujud demoktaisasi karena didukung oleh masyarakat yang dewasa dan

matang dalam berpolitik. Kematangan berpolitik hanya dapat diraih oleh adanaya

proses pendidikan penguatan basis dan penyadaran kepada rakyat. Selama ini,

meskipun kebebasan partisipasi semakin luas, tapi rakyat tidak mampu

menikmati dan memamfaatkan secara utuh karena mengalami keterbatasan

berpikir dan bertindak. Sehingga selama rakyat bodoh, tidak berdaya dan tidak

memilki kekuatan berdaulat, maka transisi demokrasi akan burumur panjang oleh

praktek pragmatisme elit politik. Pragmatisme politik senantiasa subur oleh

karena sistem oligarki politik yang dimaknai oleh penguasa saat ini tidak

membuka ruang-ruang berfikir dan betindak secara sehat kepada rakyat.

Perjalanan demokratisasi bangsa ini sangat ditentukan oleh keinginan dan


keasadran politik rakyat. Selama rakyat tidak tersadarkan atas nama

kedaulatannya, maka masa demokrasi masih banyak ditentukan oleh elit politik

yang berkuasa.

Dengan demikian, komitmen politik yang dikehendaki untuk para elit

politik saat ini sebenarnya sangat sederhana. Yakni adanya komiteman untuk

mengembalikan kedaulatan di tangan rakyat dengan cara membuka ruang-ruang

keasadaran politik bagi rakyat jusru memanipulasi mereka dan memberi

kesejatraan kepada dengan prisnip kemandirian, justru mengajarkan praktek-

praktek pragmatisme dan memberikan ruang-ruang partsispasi politik kepada

mereka dengan senantiasa melaporkan segala kativitas dan kinerja secara

tarnsparan. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk tahu dan mengkritisi

parilaku elit politik yang mereka amanahkan untuk menjalankan kedaualatan

mereka.

Pendidikan politik merupakan proses dialogik antara pemberi dan

penerima pesan. Melalui pesan ini masyarakat mengenal dan mempelajari nilai-

nilai, norma-norma, dan simbol-simbol politik negaranya dan berbagai pihak

dalam sistem politik seperti: sekolah, pemerintah, partai politik, dan peserta didik

dalam rangka pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai, norma dan simbol

politik yang dianggap baik dan ideal.

Dalam pendidikan politik atau sosialisasi politik, selalu ditekankan

bagaimana cara kita menerima dan mempelajari pemikiran atau kesadaran politik

dan prilaku politik hal tersebut karena sosialisasi politik menurut Alixis

merupakan proses perkembangan seorang atau individu-individu dalam

21
menerima orientasi-orientasi dan pola prilaku politik. Pendidikan politik yang

akan dioperasionalkan pada penelitian ini adalah pemahaman atau tingkat

pengetahuan masyarakat tentang negara, kekuasaan, pengambilan keputusan,

kebijaksaan, dan pembagian atau alokasi.

Undang-undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik pada BAB XIII

pasal 31 ayat (1) tentang pendidikan politik, menjelaskan bahwa partai politik

melakukan pendidikan politik bagi masyarakat sesuai dengan ruang lingkup

tanggung jawabnya dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan dengan tujun

antara lain:

a. Meningkatkan kesadaran hak dan kewajiban masyarakat dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

b. Meningkatkan partisipasi politik dan inisiatif masyarakat dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

c. Meningkatkan kemandirian, kedewasaan, dan membangun karakter

bangsa dalam rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.11

Proses sosialisasi atau pendidikan politik menurut Dannis Kavang, itu

terbagi atas dua jenis. Yang pertama yaitu yang bersifat laten yakni yang

berlangsung dalam institusi-institusi non politis seperti lingkungan keluarga,

lingkungan kerja dan lingkungan sekolah. Kemudian yang kedua adalah yang

berlangsung dalam lembaga politis tertentu yang memang dimaksudkan untuk

mempengaruhi sikap dan prilaku masyarakat.12

Alfian, dalam kumpulan karangannya juga erat mengaitkan pengertian

11 Undang-Undang Pemilu & Partai Politik 2008. Gradien Mediatama. Hal 228.
12 Dannis Kavang. Political Culture. Armico. Bandung. 1998. Hal 45.
pendidikan politik dengan sosialisasi politik. Beliau berpendapat bahwa

sosialisasi politik atau pendidikan politik dalam arti kata longgar adalah bagian

dari kehidupan masyarakat sehari-hari entah itu disenangi atau tidak, dan disadari

atau tidak. Hal ini dialami oleh anggota-anggota masyarakat baik penguasa atau

masyarakat umum, suasananya menjadi berubah kalau ada usaha untuk

mengubah sosialisasi itu, umpamanya dengan memasukkan nilai-nilai politik

baru yang ideal.13

Ryas Rasyid, bahwa pendidikan politik adalah proses untuk membentuk

persepsi dan orientasi orang terhadap sistem politiknya, merupakan sarana yang

dapat digunakan untuk membangun budaya politik yang baru. Karena kehidupan

politik adalah suatu kondisi yang dinamik, maka proses pembentukan persepsi

dan orientasi itu seyogyanya terus bergerak sesuai dengan perkembangan

kehidupan masyarakat dalam suatu lingkungan sistem politik. (Prof. Ryas Rasyid.

Nasionalisme dan Demokrasi Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta. 1999. Hal 72)

Lain halnya Yang dikemukakan oleh Gabriel Almond bahwa :

“....Gabriel Almond, pendidikan politik adalah bagian dari sosialisasi


politik yang khusus membentuk nilai-nilai politik, yang menunjukkan
bagaimana seharusnya masing-masing masyarakat berpartisipasi dalam
sistem politiknya. Kebanyakan orang yang dimasa kanak-kanaknya
belajar memahami sikap-sikap dan harapan-harapan politik yang hidup
dalam masyarakatnya.....”14

Pada beberapa sumber yang lain mengatakan kalau pendidikan politik

juga adalah cara yang paling efektif untuk memberikan pengetahuan-

pengetahuan baru tentang perkembangan teori dari sistem politik yang dianut

13 Alfian. Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
2000.
14 Muchtar Mas’oed dan Collin ac Andrews. Perbandingan Sistem Politik. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta: 1986. Hal 32.
23
atau mungkin memberi pengetahuan atau pemahaman mengenai sistem politik

yang baru apabila suatu negara menginginkan merubah sistem politiknya dengan

cara yang terencana.

Dengan melihat beberapa pandangan para ahli tentang pendidikan politik

maka dapat disimpulkan kalau pendidikan politik itu adalah (dalam arti kata yang

ketat) dapat diartikan sebagai usaha yang sadar untuk mengubah proses

pendidikan politik masyarakat sehingga mereka memahami dan menghayati betul

nilai-nilai yang terkandung dalam sistem politik yang ideal yang hendak dibagun.

Hasil dari penghayatan itu akan melahirkan sikap dan tingkah laku politik baru

yang mendukung sistem politik ideal itu, dan bersamaan dengan itu lahir pulalah

kebudayaan politik baru.

C. Pemilu (Pemilihan Umum)

Pada hakikatnya pemilu di negara manapun mempunyai esensi yang

sama. Pemilu berarti rakyat melakukan kegiatan memilih orang atau sekelompok

orang menjadi pimpinan rakyat atau pemimpin negara. Pemimpin yang terpilih

akan menjalankan kehendak rakyat yang memilihnya.

Secara universal pemilihan umum adalah lembaga sekaligus praktik

politik yang memungkinkan terbentuknya sebuah pemerintahan perwakilan

(repsentative goverment) yang menurut Dahl, merupakan gambaran ideal dan

maksimal bagi suatu pemerintahan demokrasi di zaman modern.15

Pemilu merupakan salah satu sarana utama menegakkan tatanan politik

yang demokratis. Fungsinya adalah sebagai alat menyehatkan dan

menyempurnakan demokrasi. Esensinya sebagai sarana demokrasi untuk


15 Syamsuddin Haris,Menggugat Pemilu Orde Baru. Hal.
membentuk suatu sistem kekuasaan negara yang benar-benar memancar ke

bawah sebagai suatu kewibawaan sesuai dengan keinginan rakyat, menurut

sistem permusyawaratan perwakilan.16

Pemilu pada hakikatnya merupakan pengakuan dan perwujudan dari hak-

hak politik rakyat dan sekaligus merupakan pendelegasian hak-hak politik rakyat

kepada wakil-wakilnya untuk menjalankan pemerintahan. Dalam formulasi lain

dikatakan bahwa pemilu merupakan sarana asas kedaulatan rakyat berdasarkan

Pancasila dalam negara Republik Indonesia.

Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa

pemilu adalah suatu cara atau sarana untuk menentukan orang-orang yang akan

mewakili rakyat dalam menjalankan roda pemerintahan berdasarkan semangat

Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

D. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pendidikan

politik

1. Faktor pendukung

a. Suasana demokratis, kondisi masyarakat yang makin

demokratis.

b. Partai politik yang begitu banyak di masyarakat.

c. Pemerintah yang ingin demokratis.

d. Rasa ingin tahu masyarakat tentang nilai-nilai

demokratis.

16 Mardimin. J, 2002. Demokrasi Indonesia dan Dinamika Politik Arus Bawah. Forsa Pustaka
Salatiga, Blotongan.
25
e. Kemauan dari internal partai untuk tetap melakukan

pendidikan politik.

2. Faktor penghambat

a. Tingkat partisipasi masyarakat yang kurang maksimal.

b. Masyarakat tidak lagi meminati pendidikan yang bersifat formal.

c. Kurangnya Perhatian Pemerintah Setempat tentang pentingnya

pendidikan politik.

d. Masyarakat tidak menyadari tentang pentingnya pendidikan

E. Kerangka Pemikiran

Partai politik adalah yang bertugas memberikan pendidikan politik

kepada masyarakat, di samping infrastruktur dan suprastruktur politik yang lain.

Partai politik tidak hanya memperhatikan masyarakat di saat kampanye atau

menjelang pesta demokrasi, setelah itu dilupakan dan dibubarkan tanpa ada yang

namanya proses evaluasi. kegiatan politik pada mulanya dipusatkan pada

kelompok-kelompok politik dalam parlemen. Kegiatan ini mula-mula bersifat

elitist dan aristokratis. Hal inilah yang biasanya membuat pendidikan politik tidak

berjalan dengan baik karena para elit tidak memperhitungkan rakyat sebagai

sesuatu yang hal penting. Padahal partai politik itu terbentuk karena mengingat

fungsi partai politik yang salah satunya adalah pendidikan politik. Sedangkan

yang marak dilakukan sekarang adalah indoktrinasi politik dimana proses ini

adalah proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga

masyarakat untuk menerima nilai, norma, dan simbol yang dianggap pihak yang

berkuasa sebagai ideal dan baik. Melalui berbagai forum pengarahan yang penuh
Pendidikan politik Pemilu
ng berpengaruh :
endukung
disi masyarakat yang makin demokratis.
ai politik yang begitu banyak di masyarakat.
erintah yang ingin demokratis.
a ingin tahu masyarakatpaksaan psikologis,
tentang dan latihan
nilai-nilai yang penuh disiplin, partai politik dalam sistem
demokratis.
auan dari internal partai untuk tetap melakukan pendidikan politik.
politik totaliter melaksanakan fungsi indoktrinasi politik bukan pendidikan politik
enghambat
kat partisipasi masyarakat yang kurangdan
yang sesungguhnya maksimal.
ini merupakan hal yang sangat buruk.17 Melihat
yarakat tidak lagi meminati pendidikan yang bersifat formal.
fenomena-fenomena
angnya Perhatian Pemerintah Setempatpolitik yangpentingnya
tentang telah diuraikan di atas makapolitik.
pendidikan dengan ini Partai
yarakat tidak menyadari tentang pentingnya pendidikan politik.
Golongan Karya hadir untuk selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik

kepada masyarakat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan politik

khususnya yang dilakukan Partai Golongan Karya di kabupaten Sinjai adalah

kurang mengertinya masyarakat tentang apa sebenarnya yang dimaksud

pendidikan politik, atau dengan kata lain masyarakat kurang mampu membedakan

yang mana proses indoktrinasi dan yang mana pendidikan politik. Hal ini

disebabkan mungkin karena pada saat ada kegiatan tertentu, simbol untuk partai

tertentu tidak pernah lepas. Entah itu atribut partai atau apa saja yang menyangkut

dengan partai.

F. Skema Kerangka Pikir

Pada bagian ini akan dijelaskan skema dari pendidikan politik khususnya di

Kabupaten Sinjai.

17 Ramlan Surbakti, op.cit. 1992. Hal. 117-118.


27
BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam pembahasan ini akan dijelaskan lima aspek, yang pertama yaitu

lokasi penelitian, kedua tipe dan dasar penelitian, ketiga jenis data, keempat

teknik pengumpulan data, kelima adalah teknik analisis data.

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sinjai, Propinsi Sulawesi

Selatan. Dengan pertimbangan bahwa tingkat pluralitas yang ada serta cukup

reprensentatif untuk dijadikan lokasi penelitian. Selain itu, tingkat pendidikan

politik yang dilakukan partai-partai cukup representatif. Objek penelitian ini

yaitu pengurus Dewan Pimpinan Daerah Partai Golongan Karya kabupaten Sinjai

yang dapat menunjang hasil penelitian.

B. Tipe dan Dasar Penelitian

Tipe penelitian ini adalah Analisis Deskriptif, yaitu menggambarkan

tentang pendidikan politik yang dilakukan Partai Golongan Karya pada Pemilu

2009 di kabupaten Sinjai. Selain itu digambarkan dan dianalisis fakta yang telah

terjadi di lapangan, adapun faktor yang berpengaruh sehingga pendidikan politik

biasanya berjalan dengan lambat bahwa masyarakat sangat sulit membedakan

yang mana pendidikan politik dan yang mana kampanye. Itu terbukti dengan

banyaknya anggapan masyarakat bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh

partai politik merupakan bagian dari proses kempanye. Penelitian ini diupayakan

untuk dapat memberi gambaran tentang fenomena-fenomena politik yang terjadi

29
dalam melaksanakan pendidikan politik di kabupaten Sinjai. Sehingga dapat

dilihat hal-hal yang menghambat dan mendukung terlaksananya pendidikan

politik ini. Alasan menggunakan penelitian ini adalah untuk melihat sebuah

konsep dan sebuah teori yang terlaksana dalam realitanya dilapangan. penelitian

khusus di internal DPD Partai Golongan Karya kabupaten Sinjai.

Dasar penelitian ini adalah Study Kasus yaitu dengan mempelajari

kenyataan-kenyataan pada objek penelitian. Dengan tujuan untuk melakukan

penelitian yang lebih mendalam tentang objek yang akan diteliti.

C. Jenis Data

1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui studi lapangan dengan

menggunakan teknik wawancara. Dalam pelaksanaan teknik ini,

penulis mengumpulkan data melalui komunikasi langsung dengan

para informan.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan

dengan cara membaca buku, literatur-literatur, serta informasi tertulis

lainnya yang berkenaan dengan masalah yang diteliti. Selain itu

terdapat situs-situs atau website yang diakses untuk memperoleh data

yang lebih akurat. Data sekunder dimaksudkan sebagai data-data

penunjang untuk melengkapi penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang direncanakan untuk digunakan di

lapangan adalah sebagai berikut :

1. Studi Pustaka dan Dokumen


Cara pengumpulan data yang dilakukan berhubungan dengan penelitian.

Teknik ini digunakan untuk menunjang data primer atau data utama yang

diperoleh dari informan. Teknik ini membantu peneliti dalam menelusuri

pembahasan melalui tulisan-tulisan yang pernah ada tentang pendidikan

politik.

2. Observasi adalah pengamatan secara langsung di lapangan yang

digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian.

3. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, yang dilakukan oleh

pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang

memberikan jawaban.18 Penelitian ini akan mengambil data primer dari

wawancara yang dilakukan terhadap sejumlah informan. Penulis secara

langsung melakukan wawancara dengan informan yang dianggap paham dan

mengetahui dengan jelas masalah yang akan diteliti. Informan terpilih ada 7

(lima) orang yaitu sebagai berikut: (1) ketua Partai Golongan Karya, (2)

Wakil Ketua Partai Golongan Karya, (3) sekretaris partai, (4) Ketua Bappilu

dan Wanita, (5) Wakabid UU HAM dan Pemuda, (6) Ketua AMPG Partai

Golongan Karya, dan (7) Ketua KPPG Partai Golongan Karya.

E. Teknik Analisis Data

Data dan informasi yang telah dikumpulkan dari informan akan diolah

dan dianalisa secara kualitatif dengan melihat bentuk-bentuk Pendidikan Politik

yang dilaksanakan oleh Partai Golongan Karya, dan faktor-faktor yang

1822Lexy J.Moleong, Metodologi penelitian kualitatif, Bandung :PT Remaja Rosdakarya, 2005,
Hal.186.
31
mempengaruhi proses pendidikan politik.

Analisa ini bertujuan agar temuan-temuan dari kasus-kasus yang terjadi

di lokasi penelitian dapat di kaji lebih mendalam dan fenomena yang ada dapat

digambarkan secara terperinci. Sehingga apa yang menjadi pertanyaan dalam

penelitian ini nantinya bisa terjawab dengan maksimal.


BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Pada pembahasan ini akan di bahas dua aspek, yang pertama yaitu gambaran

umum Kabupaten Sinjai, dan yang kedua adalah gambaran umum Partai Golongan

Karya. Kesemua aspek ini akan dibahas lebih lanjut.

A. Gambaran umum Kabupaten Sinjai

Kabupaten Sinjai terletak pada posisi 5o19’30” sampai 5o36’47” Lintang

Selatan dan antara 119o48’30 sampai 120o20’0” Bujur Timur, dengan luas total

wilayah sekitar 819,96 km2 yang terdiri dari 9 kecamatan definitif dengan jumlah

desa/kelurahan sebanyak 80 buah. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten

Bone, sebelah Timur dengan Teluk Bone, sebelah Selatan dengan Kabupaten

Bulukumba dan di sebelah Barat dengan Kabupaten Gowa.

Secara morfologi, daerah ini lebih dari 85% terdiri dari medan berbukit,

bergelombang sampai bergunung. Secara klimatologi terletak pada posisi iklim

musim timur dimana bulan basah jatuh antara bulan April sampai Oktober dan bulan

kering antara Oktober sampai April.

Secara ekonomi daerah ini memiliki letak strategis karena memiliki dua jalur

perhubungan, yaitu darat dan laut. Jalur darat menghubungkan kota-kota kabupaten

atau kota provinsi yang menjadi pusat kegiatan ekonomi, sedangkan jalur laut

digunakan hubungan antar daerah di luar provinsi Sulawesi Selatan.

33
1. Kependudukan dan Tenaga Kerja

1.1. Penduduk

Penduduk Kabupaten Sinjai tahun 2006 adalah 207.257 jiwa terdiri dari laki-

laki 99.629 jiwa dan perempuan 107.628 jiwa. Penduduk tersebar di 61 desa dan 14

kelurahan dengan 9 kecamatan. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2. Jumlah Penduduk Per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin dan Kepala
Keluarga Kabupaten Sinjai, 2006.

Jenis Kelamin Jumlah


No Kecamatan Jumlah
KK
Laki-laki Perempuan
1. SINJAI BARAT 10.314 10.602 20.916 4.974
2. SINJAI BORONG 7.732 7.884 15.616 3.403
3. SINJAI SELATAN 15.831 17.734 33.565 7.436
4. TELLU LIMPOE 13.450 14.857 28.307 6.568
5. SINJAI TIMUR 12.212 13.692 25.904 5.874
6. SINJAI TENGAH 11.510 12.167 23.677 5.383
7. SINJAI UTARA 17.688 18.973 36.661 7.356
8. BULUPODDO 7.466 7.960 15.426 3.837
9. PULAU 3.426 3.759 7.185 1.679
SEMBILAN
Jumlah 99.629 107.628 207.257 46.510
Sumber: Sinjai Dalam Angka, 2007
1.2. Pertumbuhan Penduduk

Laju pertambahan penduduk Kabupaten Sinjai dalam kurun waktu 2001 –

2006 sebesar 0,78 persen pertahun. Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk

tertinggi adalah Kecamatan Sinjai Utara (3,53%/tahun), sedangkan terendah adalah

pada kecamatan Sinjai Timur (-0,69%/tahun). Selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 3. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Sinjai,
2006.

Tahun Laju
No Kecamatan
Pertumbuhan
Laki-laki Perempuan
1. SINJAI BARAT 20.310 20.916 0.72
2. SINJAI BORONG 15.107 15.616 0.83
3. SINJAI SELATAN 32.474 33.565 0.83
4. TELLU LIMPOE 28.547 28.307 -0.21
5. SINJAI TIMUR 26.592 25.904 -0.65
6. SINJAI TENGAH 24.345 23.677 -0.69
7. SINJAI UTARA 35.564 36.661 3.53
8. BULUPODDO 15.358 15.426 0.09
9. PULAU 7.101 7.185 0.12
SEMBILAN
Jumlah 200.905 207.257 0.78
Sumber: Sinjai Dalam Angka, 2007

1.3. Distribusi dan Kepadatan Penduduk

35
Tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah dapat dihitung dari hasil

perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Indikator ini dapat

mengambarkan sebagian besar daya dukung wilayah terhadap jumlah penduduk. Di

Kabupaten Sinjai luas wilayah kecamatan dan jumlah penduduk bervariasi.

Berdasarkan hal tersebut, tercatat kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk

paling tinggi di Kabupaten Sinjai adalah Kecamatan Sinjai Utara sebanyak 1.238

jiwa/km2, sedangkan terendah adalah Kecamatan Sinjai Barat sebesar 154 jiwa/km2.

Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. Distribusi dan Kepadatan Penduduk Per Kecamatan Kabupaten Sinjai, 2006.

Jumlah Luas Wilayah Kepadatan


No Kecamatan Penduduk (Jiwa/Km2)
(Km2)
1 SINJAI BARAT 20.916 135,53 154
2 SINJAI BORONG 15.616 66,97 233
3 SINJAI SELATAN 33.565 131,99 254
4 TELLU LIMPOE 28.307 147,30 193
5 SINJAI TIMUR 25.904 71,88 360
6 SINJAI TENGAH 23.677 129,70 182
7 SINJAI UTARA 36.661 29,59 1.238
8 BULUPODDO 15.426 99,47 155
9 PULAU SEMBILAN 7.185 7,53 954
Jumlah 207.257 819,96 3.496
Sumber: Sinjai Dalam Angka, 2007

1.4. Ketenagakerjaan

Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Sinjai pada tahun 2006 sebanyak


118.254 atau 96,33% dari total penduduk Usia Kerja (PUK atau Penduduk Usia 15 –

59 tahun yang berjumlah 122.757 jiwa). Hal ini berarti bahwa mayoritas penduduk

usia kerja di Kabupaten Sinjai adalah angkatan kerja. Dari aspek gender terlihat

bahwa persentase angkatan kerja perempuan jumlahnya lebih banyak dibanding laki-

laki. Hal ini bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Persentase Jumlah Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin tahun 2006

Uraian Jenis Kelamin


Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase
Bekerja 40.764 49.825 90.593 76.60
Belum Bekerja 12.464 15.197 27.661 23.40
Jumlah 53.228 65.022 118.254 100
Sumber: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sinjai, 2007

1.5. Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja

Tenaga kerja yang berkualitas antara lain dapat dikur dari tingkat pendidikan

tertinggi yang ditamatkan. Di Kabupaten Sinjai tingkat pendidikan tertinggi yang

ditamatkan oleh tenaga kerja masih tergolong rendah. Hal ini tampak dari besarnya

jumlah penduduk usia kerja yang berpendidikan rendah (hanya berijazah SD atau

belum berijazah) yaitu 64,39%, terdiri dari 28,97% Laki-Laki dan 35,42%

Perempuan.

Sementara penduduk usia kerja yang berpendidikan menengah (tamat SLTP

dan SMU/SMAK) pada tahun 2006, jumlahnya mencapai sekitar 33,59%. TPAK

menurut tingkat pendidikan menunjukkan bahwa TPAK berkaitan secara positif

dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi TPAK-
37
nya. Hal ini berlaku pada penduduk yang berijazah SLTP ke atas, dimana TPAK

terendah adalah mereka yang tidak tamat SLTP dan yang tertinggi adalah mereka

yang menamatkan Universitas. Untuk lebih jelasnya mengenai Tingkat Pendidikan

Angkatan Kerja (TPAK) di Kabupaten Sinjai dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Tingkat Partsipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut Tingkat Pendidikan


Tertinggi dan Jenis Kelamin tahun 2006

Tingkat Pendidikan
No tertinggi Yang Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase
Ditamatkan
1. Tamat SD Ke bawah 34.255 41.886 76.141 64,39
2. SLTP, SLTA/SMAK 17.870 21.855 39.725 33,59
3. Perguruan Tinggi 1.070 1.378 23.888 2,02
Jumlah 35.195 65.119 118.254 100
Sumber: Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Sinjai, 2007

2. Kondisi Pemerintahan

Dalam melaksanakan fungsi tersebut pada tahun 2006 berbagai bentuk

koordinasi perencanaan telah dilaksanakan antara lain Pengkoordinasian Program

Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Fasilitasi Participatory Irrigation

Sector Project (PISP), koordinasi perencanaan EIRTP, Program Peningkatan Sosial

Ekonomi Daerah Tertinggal, Perencanaan Swash Care, Perencanaan DAK non Dana

Reboisasi dan Perencanaan BBE Life Skill. Kegiatan fasilitasi untuk menyukseskan

perencanaan pembangunan daerah meliputi Perencanan Bersama Masyarakat dan

Perencanaan Desa /Kelurahan, serta fasilitas kerjasama antar daerah. Sedangkan

dokumen-dokumen perencanaan penting yang telah dihasilkan meliputi: perencanaan

makro, RKPD, Kebijakan Umum Anggaran, Prioritas APBD, sistem informasi profil
daerah, dan Strategi Daerah dalam Pembangunan Daerah Tertinggal (Strada-PDT)

dan lain-lain.

Pada urusan bidang perumahan, Pemerintah Kabupaten Sinjai tetap konsisten

untuk meningkatkan fasilitas dan sarana permukiman seperti pembangunan jalan

lingkungan dan drainase.

Pada tahun 2006 Pemerintah Kabupaten Sinjai telah berhasil menyelesaikan

pembangunan jalan setapak/lingkungan sepanjang 280 meter, pengecoran beton

1.644 meter, pengerasan jalan 163 meter. Pemerintah Kabupaten Sinjai pun

menyelesaikan Pembangunan drainase pada 16 lokasi dengan total panjang 5.894

meter dan Pembangunan Talud 331 meter.

Dalam rangka memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana perkotaan maupun

sarana penyelenggaraan pemerintahan daerah Pemerintah Kabupaten Sinjai telah

mulai membangun Wisma Daerah dan Gedung Pertemuan yang respresentatif dan

akan rampung pada akhir tahun 2007, merehabilitasi 3 rumah jabatan perangkat

daerah, serta membangun 3 pos jaga pada rumah jabatan Bupati, Wakil Bupati, Ketua

DPRD dan Rumah Adat Sinjai di Somba Opu.

Untuk memenuhi kebutuhan Gedung Tempat Kerja sebagai sarana pelayanan

masyarakat, Pemerintah Kabupaten Sinjai telah menyelesaikan pembangunan,

rehabilitasi dan renovasi 8 kantor SKPD, melaksanakan penataan dan pembangunan

panggung upacara Lapangan Sinjai Bersatu, Rehabilitasi Gedung Kesenian/Gedung

Pemuda, Pembangunan Gedung Pengelohan Rami dan Gedung Pengolahan Kopi,

Pembangunan Baruga Pemerintah Daerah, Pembangunan Gedung Penyulingan air

39
bersih menjadi air tawar, Pembangunan pasar, rehabilitasi pasar sentral, serta

pembangunan sarana MCK.

Khusus untuk pembangunan sarana air bersih, Pemerintah Kabupaten Sinjai

telah menyelesaikan pembangunan jaringan air bersih perpipaan 6000 meter di

Kelurahan Sangiangsseri – Sinjai Selatan dan 8700 meter di Kelurahan Tassililu

Sinjai Barat serta penyulingan air bersih di Desa Pasimarannu Sinjai Timur.

Pada bidang pemerintahan, kemajuan penting yang dicapai ialah keberhasilan

Pemda Kab Sinjai menetapkan 10 Perda di bidang Pemerintahan Desa yang memiliki

arti penting bagi pembinaan dan penyelenggaraan pemerintah desa di masa datang.

Koordinasi, Pengawasan dan Pengendalian serta Evaluasi Kebijakan

Pembangunan Pemerintah Kabupaten Sinjai diperkuat dengan meningkatkan

kapasitas pengendalian dan administrasi pembangunan, termasuk meningkatkan

kapasitas dan keahlian aparat Pemerintah Daerah dalam pengadaan barang dan jasa,

memberikan pembinaan dan usaha jasa konstruksi, pembentukan Tim Ekonomi

Daerah, perumusan kebijakan ekonomi makro serta monitoring dan evaluasi

pembangunan ekonomi daerah.

Guna memperkuat penyelenggaraan otonomi daerah dan pemerintahan

umum, Pemerintah Kabupaten Sinjai telah mengupayakan untuk menyelesaikan

masalah batas daerah dengan melibatkan pihak Topografi KODAM VII Wiarabuana

namun hasilnya belum maksimal karena masih adanya perbedaan penafsiran tapal

batas di beberapa lokasi dengan Pemkab Bulukumba, Workshop Pemerintahan Desa,

Rapat Koordinasi Terpadu Tingkat Kabupaten, menyusun Petunjuk Pelaksanaan dan


Petunjuk tennis Pemerintahan.

Untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan peran dan fungsi pengawasan,

Pemerintah Kabupaten Sinjai tetap konsisten untuk melaksanakan Rapat Kordinasi

Monitoring dan Evaluasi (Kormonev), mengaktifkan Forum Percepatan

Pemberantasan KKN, Pemeriksaan di lingkaungan SKPD, Kecamatan, Desa dan

Kelurahan, Diseminasi Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi, serta

Pelaksanaan Tindak Lanjut Temuan Aparat Pengawasan Fungsional. Khusus untuk

tahun 2006, berhasil ditindaklanjuti 80 % dari temuan pemeriksa dan aparat

pengawasan fungsional pemerintah, dan telah dikembalikan ke kas negara/kas daerah

uang sebesar Rp. 796 juta lebih.

Dalam upaya Pemerintah Kabupaten Sinjai meningkatkan akuntabilitas

penyelenggaraan pemerintahan, telah dilaksanakn fasilitasi Rapat kerja/Konsultasi

DPRD dengan mitra kerjanya di eksekutif, Penyusunan LKPJ, LPPD, dan Laporan

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Dalam rangka penataan legislasi daerah, Pemerintah Kabupaten Sinjai

menyiapkan buku dan dokumen perundang-undangan, melaksanakan evaluasi dan

pengkajian Perda yang telah berlaku, Sosialisasi Produk Hukum Daerah serta

Penyusunan Rancangan Perda yang dilaksanakan Sekretariat Daerah. Selain itu

dilaksanakan fasilitasi Rapat-rapat DPRD, fasilitasi Penyusunan Rancangan

Keputusan DPRD, dan Fasilitasi Penyusunan Perda Inisiatif oleh Sekretariat DPRD

Sinjai.

Peningkatan kualitas pelayanan publik menjadi salah satu perhatian

41
pemerintah daerah. Untuk mewujudkan Pelayanan Publik yang berkualitas prima,

dilaksanakan evaluasi dan monitoring pelayanan publik, Survey Indeks Kepuasan

Masyarakat atas Pelayanan Public, serta monitoring dan evaluasi Pelaksanaan

Kewenangan Pemerintah Daerah yang telah dilimpahkan kepada Camat. Hasil

Survey Kepuasan Masyarakat atas Pelayanan Pemerintah Daerah menunjukkan

bahwa terdapat peningkatan Indeks Kepuasan Masyarakat dalam pelayanan public

dibanding tahun sebelumnya yakni dari rata-rata 72,51 pada tahun 2005 menjadi

73,31 pada tahun 2006.

Pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah Kabupaten Sinjai titikberatkan

pada peningkatan pengelolaan keuangan dan asset daerah yang transparan

dan`akuntabel, mulai dari proses penyusunan Anggaran, Pembahasan APBD,

Penelitian DASK, Penerbitan SKO, Verifikasi SPJ dan aktivitas penausahaan

keuangan lainnya. Pemerintah Kabupaten Sinjai selalu berupaya agar pengelolaan

keuangan daerah yang Pemerintah Kabupaten Sinjai lakukan memegang prinsip

kehati-hatian untuk menghindari terjadinya kesalahan administrasi dan kerugian

keuangan daerah.

Guna memantapkan pembinaan Pegawai Negeri Sipil, secara bertahap dan

berkesinambungan Pemerintah Kabupaten Sinjai meningkatkan kualitas SDM

aparatur melalui pendidikan dan pelatihan, penyusunan Standar Kompetensi,

pemberian beasiswa dan biaya pendidikan bagi pegawai. Dalam rangka optimalisasi

manajemen SDM aparatur, dilakukan pembenahan dan peremajaan data pegawai,

mengupayakan kenaikan pangkat tepat waktu serta memberikan penghargaan kepada

pegawai yang berprestasi tinggi.


3. Pembangunan Sosial dan Keagamaan

Pembangunan keagamaan sebagai salah satu pilar pembangunan daerah,

dilaksanakan dengan memberikan bantuan pembangunan sarana ibadah kepada 136

masjid, pemberian tunjangan tetap kepada 90 guru mengaji, dan 426 Imam Desa,

serta pembinaan kesadaran beragama.

Pemberdayaan masyarakat difokuskan pada peningkatan kapasitas swadaya

masyarakat, penanggulangan kemiskinan, penguatan ekonomi masyarakat,

pengembangan desa terpadu.

Khusus untuk pembinaan desa dan kelurahan, pada Tahun 2006 prestasi

kembali kita raih dimana Desa Bonto Salama Kecamatan Sinjai Barat berhasil

menjadi Juara I Lomba Pembangunan Desa Tingkat Propinsi Sulawesi Selatan.

Pembangunan Sosial Pemerintah Kabupaten Sinjai laksanakan kegiatan pembinaan

karang taruna, pembinaan dan bimbingan keluarga mandiri pembinaan kesejahteraan

social. Pembinaan kesejahteraan social meliputi pendampingan, pelayanan bantuan

korban bencana alam, pembinaan panti asuhan, pembinaan lanjut usia serta anak

terlantar.

4. Implementasi Pembangunan yang Berkelanjutan

Pembangunan lingkungan hidup memiliki arti yang penting untuk kelanjutan

pelaksanaan pembangunan. Pada bidang lingkungan hidup Pemerintah Kabupaten

Sinjai telah melaksanakan sejumlah kegiatan penting antara lain pengadaan dan

pemasangan papan peringatan dan himbauan, penilaian dokumen kelayakan

lingkungan, pembuatan neraca status lingkungan hidup, pengawasan dan penegakan

43
hukum lingkungan, sosilalisasi pengendalian dampak lingkungan, inventarisasi dan

pemetaan tingkat kerusakan lingkungan, seminar lingkungan hidup, serta penanaman

bibit untuk kegiatan penghijauan.

Penyelenggaraan urusan bidang Pekerjaan Umum pada tahun 2006, ditandai

dengan keberhasilan Pemerintah Kabupaten Sinjai menuntaskan megaproject dalam

pembangunan infrastruktur yang dapat mendukung kelancaran pembangunan

perekonomian daerah atara lain pembangunan dan pemeliharaan serta rehabilitasi,

jalan dan jembatan maupun pembangunan dan pemeliharaan saluran Irigasi.

Pada tahun 2006 Pemerintah Kabupaten Sinjai berhasil melakukan

peningkatan dan pengaspalan jalan lapen sepanjang 47,05 km, Pembangunan Jalan

Telfrod / Sirtu untuk jalan perkerasan sebanyak 1000 meter, peningkatan jalan aspal

hotmix sepanjang 47,36 km , pemeliharaan jalan hotmix 79 km, pelebaran bahu jalan

8,7 km, pembangunan bangunan atas jembatan 12 buah, pembuatan talud sungai 200

meter, pembangunan jaringan irigasi 1062 meter, serta pengadaan bak sampah fiber

portable sebanyak 100 buah.

Dengan keberhasilan Pemerintah Kabupaten Sinjai membangun dan

meningkatkan status jalan di Kabupaten Sinjai, berarti sejak 2003 sampai akhir tahun

2006 di Kabupaten Sinjai Pemerintah Kabupaten Sinjai telah membangun 109,39

jalan hotmix, 94, 20 km lapen, dan 75,75 km perkerasan serta 30 buah jembatan.

Keberhasilan ini juga membuktikan bahwa Pemerintah Kabupaten Sinjai

berhasil mencapai target indikator kinerja Renstra Kabupaten Sinjai 2003-2008 pada

tahun 2006.
Penyelenggaraan urusan bidang penataan ruang Pemerintah Kabupaten Sinjai

fokuskan pada upaya meningkatkan keterpaduan dan sinergi serta mengurangi

konflik antar aktor dan sektor pembangunan dalam pengembangan wilayah maupun

pengembangan kota, serta meningkatkan kemajuan masyarakat secara keseluruhan

dan berkesinambungan.

Pada tahun 2006, selain Pemerintah Kabupaten Sinjai telah berhasil

menyiapkan sebuah landasan legal formal Penataan Ruang Kabupaten Sinjai dengan

disahkannya Perda Kabupaten Sinjai Tentang Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten

Sinjai, juga Pemerintah Kabupaten Sinjai berhasil menyiapkan dokumen-dokumen

penataan ruang lain yang akan dijadikan alat pengendalian pemanfaatan ruang di

masa yang akan datang.

Sementara kegiatan rutin tetap dilanjutkan berupa pengawasan dan operasi

kepatuhan atas pemanfaatan ruang, serta pengendalian ruang melalui pemberian Izin

Mendirikan Bangunan.

Tugas pembantuan yang Pemerintah Kabupaten Sinjai laksanakan Gerakan

Nasional Rehabilitasi Hutan dan lahan dari Departemen Kehutanan dengan anggaran

Rp 5,6 Milyar.

Tugas pembantuan dari Departemen Pertanian RI meliputi Program

pengembangan Agribisnis dengan anggaran Rp 300 juta, Program Pembinaan Pasca

Panen dengan anggaran Rp.331,46 juta, Peningkatan Ketahanan Pangan dengan

jumlah dana Rp. 5,1 milyar, Pembinaan Pasca Panen, Pengolahan dan Pemasahan

Peternakan senilai Rp. 556 juta Pengembangan Agribisnis Peternakan dengan dana

45
sebesar Rp. 550 juta, Pengembangan Ketahanan Pangan/Pengelolaan

Lahan dan Air dengan dana Rp. 720.000.000 Tugas pembantuan lain yang

Pemerintah Kabupaten Sinjai peroleh ialah dari Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia dalam bentuk Mobil Perpustakaan Keliling dan 1500 buku, BKKBN

Prpinsi Sulawesi Selatan untuk kegiatan Pembinaan KB dan Penguatan Kelembagaan

sebesar Rp. 52 juta. Sedangkan dari Departemen Pekerjaan Umum terdapat tugas

pembantuan Program rehabilitasi dan Peningkatan prasarana perdesaan dengan dana

Rp. 7 Milyar, Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif dengan dana

Rp.3,27 Milyar lebih.

B. Gambaran umum Partai Golongan Karya

Partai Golongan Karya merupakan kelanjutan sekretariat bersama Golongan

Karya yang didirikan pada tanggal 20 Oktober 1964 di Jakarta, untuk jangka waktu

yang tidak ditentukan. Selama era reformasi dalam kurun waktu1998-2004 adalah

periode krisis dan pemulihan Partai Golongan Karya. pada kurun waktu tersebut

merupakan masa yang paling berat dalam sejarah kehidupan Partai Golongan Karya.

Partai Golongan Karya mendapat tekanan terus menerus dari berbagai pihak berupa

pembentukan opini negatif yang merugikan diberbagai tempat terjadi aksi dan

demontrasi anti Partai Golongan Karya yang disertai ancaman fisik dan teror

terhadap kader, pengurus dan pimpinan Partai. bahkan Partai mengalami pula

perusakan sarana fisik milik Partai hingga ancaman pembubaran melalu pengadilan
dan dekrit presiden.

Dalam kurun waktu tersebut Partai Golongan Karya telah mengikuti dua kali

pemilihan umum legislatif pada tahun 1999 dan 2004. dalam pemilu 1999, Partai

Golar tetap mendapat kepercayaan rakyat sehingga menempati posisi pemenang

kedua. pada pemilu 2004 telah terjadi pemulihan Partai Golongan Karya sehingga

mampu menjadi pemenang Pemilu Legislatif di DPR RI dan sebagian besar daerah

daerah Provinsi dan Kabupaten / Kota. dengan kekuatan di Lembaga Legislatif yang

dimiliki Partai Golongan Karya saat ini, diharapkan mampu menjadi modal utama

bagi Partai Golongan Karya dalam memperjuangkan aspirasi dan kepentingan rakyat.

peran Partai Golongan Karya sebagai kekuatan penyeimbang di Legislatif dapat

menjadikan kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasayarakat berjalan dalam

suasana demokratis menuju pemulihan dan pengakhiran masa transisi demokrasi.

dengan kebangkitan Partai Golongan Karya dalam kurun waktu ini, diharapkan

menjadi modal dan komponen utama bangsa dalam percepatan kebangkitan

Indonesia di Bidang kehidupan politik, ekonomi, hukum dan hak asasi manusia,

pertahanan dan keamanan serta sosial budaya.

Dengan kesadaran untuk dapat menjawab seluruh tantangan dan peluang dari

kondisi realitas objektif yang ada, maka disusunlah program umum 2004-2009,

sebagai dasar dari penyusunan arah dan program kerja seluruh jajaran dan tingkatan

Partai Golongan Karya.

a) Visi dan Misi Partai

Visi Partai Golongan Karya

47
Terwujudnya masyarakat indonesia baru yang bersatu, berdaulat, maju, modern,

damai, adil, makmur, beriman dan bertaqwa, berkesadaran hukum dan

lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam tatanan

masyarakat madani.

Misi Partai Golongan Karya

a. Menegakkan, mengamankan dan mempertahankan pancasila sebagai dasar

negara dan ideologi bangsa demi memperkokoh Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

b. Mewujudkan cita-cita proklamasi melalui pelaksanaan pembangunan

nasional disegala bidang untuk merealisasikan masyarakat yang demokratis

dan berdaulat, sejahtera, adil dan makmur, menegakkan supremasi hukum

dan menghormati hak asasi manusia, serta terwujudnya ketertiban dan

perdamaian dunia.

b) Tugas Pokok Partai Golongan Karya

Untuk mencapai tujuan Partai Golongan Karya, maka tugas pokok dari Partai ini

adalah memperjuangkan terwujudnya peningkatan segala aspek kehidupan yang

meliputi ideologi, politik, ekonomi, agama, sosial budaya, setia pertahanan dan

keamanan nasional guna mewujudkan cita-cita nasional.

c) Landasan Partai Golongan Karya

Doktrin Golongan Karya berlandaskan Pancasila dan UNDANG-UNDANG

DASAR 1945.

d) Asas- asas Partai Golongan Karya

a. Asas kepemimpinan Pancasila


b. Asas Demokrasi Pancasila

c. Asas keseimbangan antara kepentingan umum dengan kepentingan pribadi

dan atau/golongan.

d. Asas kekeluargaan dan gotong royong

e. Asas tidak mengenal lelah dalam perjuangan

e) Platform Partai Golongan Karya

a. Senantiasa berwawasan kekaryaan dalam mewujudkan Negara Kesatuan

Republik Indonesia berlandaskan pancasila dan UUD 1945.

b. Mengembangkan wawasan kebangsaan sebagai satu-satunya cara pandang

mengatasi perbedaan paham, golongan dan kelompok atas dasar suku, etnis,

agama, aliran dan budaya sehingga seluruh bangsa indonesia terhimpun

dalam kekuatan besar.

c. Mengembangkan ciri pluralisme dalam persatuan dengan menampung

kemajemukan bangsa indonesia yang terpatri dalam semboyan Bhineka

Tunggal Ika.

d. Mempertahankan komitmen terhadap kemajuan demokrasi dengan tetap

mempertahankan nilai-nilai dasar yang tertuang dalam pembukaan UUD

1945.

e. Berjuang seara konsisten mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan

kecerdasan rakyat secara menyeluruh.

f. Mempertahankan komitmen dalam penegakan supremasi hukum dan hak

asasi manusia serta meweujudkan pemerintahan yang bersih dalam tata

kehidupan yang demokratis dan konstitusional.

49
g. Mengembangkan penghayatan nilai-nilai moral dan etika yang bersumber

dari ajaran agama untuk meningkatakan keimanan dan ketaqwaan sekaligus

sebagai sumber motifasi dan inspirasi dalam pembangunan.

f) Pokok-pokok program umum Partai Golongan Karya atau biasa juga

disebut dengan Tri Sukses

a. Sukses konsolidasi dan pengembangan partai

- Konsolidasi Idiil

- Konsolidasi wawasan

- Kosolidasi organisasi

b. Sukses reformasi pembangunan

- Politik dan demokrasi

- Hukum, HAM, pertahanan dan keamanan

- Ekonomi dan kesejahtraan rakyat

- Pemerintahan yang baik

c. Sukses pemilu 2005-2009

- Pemilihan kepala daerah 2005-2009

- Pemilu legislatif 2009

- Pemilu presiden 2009


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian hasil dan pembahasan akan dijelaskan dua hal penting yaitu

pertama pendidikan politik, dan kedua adalah faktor-faktor yang berpengaruh baik

itu faktor penghambat maupun faktor pendukung dalam pendidikan politik

khususnya di Kabupaten Sinjai.

Motivasi pendirian Partai Golongan Karya adalah memperjuangkan

peningkatan mutu hidup masyarakat menuju tercapainya masyarakat yang adil,

makmur, aman, dan sejahtra. Partai Golongan Karya harus tampil sebagai fasilitator

atau mediator bagi peningkatan kualitas dan aksesbilitas individu maupun kelompok

profesi dalam masyarakat terhadap sumber daya ekonomi Negara, fasilitas UMKM,

dana kompensasi BBM, kemudian akses perbankan, kemitraan, dan lain-lain.

pengembangan program kekaryaan kelompok profesi masyarakat tidak hanya

dilakukan bagi anggota Golongan Karya, melainkan ditujukan kepada semua orang

dan kelompok profesi masyarakat tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras,

golongan, bahkan afliasi politik. Penandatanganan program kekaryaan kelompok

profesi masyarakat diorientasikan untuk peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan

keahlian yang dibutuhkan masyarakat sesuai jenis profesi dan bidang kerja masing-

masing guna mendorong upaya peningkatan penghasilan dan kesejahtraan

masyarakat.

51
A. Pendidikan politik Partai Golongan Karya

Pada bagian pendidikan politik ini akan di jelaskan bentuk-bentuk pendidikan

politik yang dilakukan Partai Golongan Karya Khususnya di Kabupaten Sinjai.

seperti kampanye politik, seminar politik, diskusi politik, dan pendidikan dan latihan

kader.

Sasaran pendidikan politik partai Golongan Karya ini ditujukan kepada

kelompok profesi baik yang sudah terorganisir maupun yang belum terorganisir dari

kelompok masyarakat termasuk pedagang kecil, pengrajin sektor informal dan lain-

lain. karena meliputi jumlah yang sangat besar dan terkategori dalam masyarakat

luas, serta merupakan profesi mayoritas penduduk indonesia, maka kelompok

masyarakat yang berprofesi sebagai petani dan nelayan merupakan prioritas utama

pengembangan program ini. Pengembangan program kekaryaan melalui kelompok

profesi masyarakat lebih difokuskan pada praktek-praktek usaha yang sudah

dijalankan oleh masyarakat. Kerjasama dalam pengembangan program kekaryaan

kelompok profesi masyarakat dapat dilakukan dengan lembaga keuangan, lembaga

distribusi, lambaga pemasaran, lembaga profesi dan lembaga pendidikan terkait

dengan komoditas yang dikembangakan oleh kelompok profesia masyarakat. dan

mengingat pengambangan kekaryaan program kelaompok profesi masyarakat

membutuhkan dukungan pendanaan yang cukup besar, perlu diupayakan dukungan

positif partai Golongan Karya dalam penggalangan dana yang khusus untuk maksud

tersebut. sedangkan evaluasi dan monitoring dilakukan setiap tahap kegiatan

pengembangan program kekaryaan kelompok profesi masyarakat, guna


memantapkan perencanaan dan pelaksanaan selanjutnya.

Dewan Pimpinan Pusat Partai Golongan Karyamembentuk badan pengembangan

kelompok profesi masyarakat yang bersifat mandiri untuk pengembangan program

kekaryaan kelompok profesi masyarakat (BP-KPM). BP-KPM membentuk koperasi

induk di tingkat nasional, pusat koperasi di setiap provinsi dan koperasi unit di

tingkat kabupaten/kota. Program ini pada dasarnya dilaksanakan oleh koperasi yang

berada dibawah BP-KPM. Apabila dianggap perlu BP-KPM maka dapat bekerja

sama dengan koperasi lainnya yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama.

struktur partai Golongan Karya pada tingkat provinsi, Kabupaten, dan Kota dapat

merencanakan dan melaksanakan program kekaryaan sendiri melalui koperasi yang

ada pada tingkatannya masing-masing. pelaksanaan program ini sedang mungkin

mendayagunakan kelompok kekaaryaan ditingkat desa/kelurahan.

Program kekaryaan akan mencapai hasil yang maksimal jika menjalin kerja

sama secara berkelanjutan dengan pihak:

a. BUMN, BUMD, Koperasi, Organisasi profesi, serta perusahaan swasta.

b. Lembaga pembiayaan terdiri antara lain: Perbankan, Koperasi simpan

pinjam, dan lambaga keyangan lainnya.

c. Pengusaha, eksportir, dan pabrik-pabrik penghasil.

d. Instansi pemerintah terkait.

e. Lembaga swadaya masyarakat yang terkait.

Pengembangan program kekaryaan melaui kelompok profesi masyarakat perlu

memperhatikan karakteristik kelompok profesi yang menjadi sasaran, juga

diperlukan bimbingan kekaryaan lebih lanjut dalam berbagai bidang antara lain:

53
a. Manajemen usaha.

b. Proses oleh produk yang bernilai tambah.

c. Akses ke lembaga pembiayaan.

d. Pengelolaan keuangan.

e. Kendali mutu,kontinuitas, dan delivery produk.

f. Akses pasar.

Bentuk kegiatan yang dilakukan Partai Golongan Karya di lapangan adalah studi

lapangan/praktek dan percobaan/percontohan. keberhasilan pengembangan program

kekaryaan kelompok profesi masyarakat sangan ditentukan oleh tingkat kepedulian

kader partai Golongan Karya terhadap upaya pemberdayaan masyarakat dalam

rangka meningkatkan kesejahtraan dan kemajuan masyarakat. oleh karena itu semua

elemen organisasi harus bersikap untuk mendukung terselenggaranya program ini.

kemudian dalam rangka mengoptimalkan program pengembangan kekaryaan

kelompok profesi masyarakat dapat dibentuk lembaga/yayasan atau instisi lain yang

berfungsi sebagai fasilitator.

Pendidikan politik partai Golongan Karya di fokuskan ke kader partai Golongan

Karya. seperti yang dikatakan oleh A. Massalinri Latief S.sos yang juga ketua DPD

Tingkat II Partai Golongan Karya Kabupaten Sinjai bahwa:

“..... Pendidikan politik partai Golongan Karya itu Di fokuskan kepada


kader, karena meskipun bagaimana organisasi sayap atau kaderlah yang
paling banyak bersentuhan langsung dengan masyarakat. Sementara
organisasi kader partai Golongan Karya yang selama ini di bina adalah
AMPG (Angkatan Muda Partai Golongan Karya) dan KPPG (Kesatuan
Perempuan Partai Golongan Karya)...”19

Pernyataan Ketua DPD II ini diperjelas di peraturan organisasi dengan nomor

19 Hasil wawancara dengan ketua Golkar Kab. Sinjai


PO-01/DPP/GOLKAR/V/2005, tentang organisasi sayap partai golongan karya pada

pasal 1 ayat 1 dan 2 yang berbunyi:

1. Organisasi sayap Partai Golongan Karya, adalah organisasi Partai yang

dibentuk oleh Partai Golongan Karya yang merupakan bagian integral dari

kelembagaan partai golongan karya.

2. Partai Golongan Karya memiliki organisasi sayap perempuan, yaitu kasatuan

perempuan partai golongan karya (KPPG), dan pemuda yaitu angkatan muda

partai golongan karya (AMPG).20

AD/ART Partai Golongan Karya pada bagian kedua BAB IV pasal 5 ayat 1

menyebutkan bahwa kader Partai Golongan Karya adalah yang telah mengikuti

pendidikan dan latihan (Diklat) dan di saring atas dasar kriteria antara lain; Mental

ideologi, penghayatan terhadap visi misi, platform partai, prestasi, dedikasi, disiplin,

loyalitas dan tidak tercela, kepemimpinan, militansi, dan mandiri.

Dalam rangka meningkatkan pendayagunaan kader yang lebih efektif serta

penguatan dan pemantapan pengelolaan lembaga yang modern dan profesional

sehingga partai golongan karya Kabupaten Sinjai sebagaimana pokok sasaran

pelaksanaan program kederisasi antara lain:

a. Semakin memanfaatkan pemahaman seluruh kader dan anggota partai

golongan karyatentang visi dan misi, Doktrin, serta Paradigma partai

golongan karya.

b. Meningkatkan dan semakin memantapkan militansi dan daya juang seluruh

kader dan anggota partai golongan karya.

c. Secara terus-menerus meningkatkan sumber daya partai yang handal


20 Lihat Peraturan Organisasi PO-01/DPP/GOKAR/V/2005 tentang organisasi sayap Partai Golkar
55
terpercaya. dan

d. Secara terencana berusaha mambangun dan memperkuat sistem nformasi

dan jaringan kerja kelembagaan partai golongan karya, utamanya secara

internal.

Lahirnya keputusan tersebut lebih diinisiasi oleh adanya keinginan yang kuat

dari jajaran kepengurusan untuk menjadikan partai golongan karya sebagai partai

politik yang kuat dan modern di masa depan. Hal ini sejalan dengan spirit zaman

yang mengisyaratkan bahwa di masa depan hanya partai politik yang selain mampu

mengelola manajemen organisasi secara baik juga harus mempunyai lapisan kader

dan anggota yang militan dan solid yang bisa unggul atau survive.21

Tema Pendidikan dan Latihan (Diklat) Kader Partai Golongan Karya

Kabupaten Sinjai adalalah “ Terciptanya Kader Partai Golongan Karya Yang

Memiliki Kompetensi Dan Militansi Dalam Melaksanakan Kebijakan Partai”

Pendidikan dan Latihan kader Partai Golongan Karya Kabupaten Sinjai dilaksanakan

di Kabupaten Sinjai bertempat di Wisma Hawai, jalan Persatuan raya Sinjai dan

berlangsung sejak tanggal 20 September 2006.22

Pendidikan dan Latihan (Diklat) kader partai golongan karya menjadi hal

yang sangat penting dilakukan untuk merebut masa depan. Dalam pendidikan dan

latihan (Diklat) kader ini, kader dan anggota partai golongan karya akan

dimantapkan kembali pemahamannya tentang berbagai hal yang sangat mendukung

bagi upaya partai golongan karya merebut masa depan. Pemahaman yang lebih baik

tentang materi-materi yang disajikan dalam Pendidikan dan Latihan (Diklat) kader,

21 Panduan Diklat Kader DPD II Golkar Kab. Sinjai, Hal 1


22 abid hal 7
diyakini akan mampu meningkatkan performa kader ataupun anggota serta

kelembagaan partai golongan karya kedepan.23

Gabriel Almond, beranggapan bahwa:

“.....Pendidikan politik adalah bagian dari sosialisasi politik yang khusus


membentuk nilai-nilai politik, yang menunjukkan bagaimana seharusnya
masing-masing masyarakat berpartisipasi dalam sistem politiknya.
Kebanyakan orang yang dimasa kanak-kanaknya belajar memahami sikap-
sikap dan harapan-harapan politik yang hidup dalam masyarakatnya.....”24

Pendidikan politik partai golongan karya juga telah diatur dalam AD/ART

partai sebagaimana yang di tuturkan oleh Wakil Ketua DPD II Golongan karya Kab.

Sinjai, Jamaluddin Asnawi:

“..... Bahwa semua yang menyangkut tentang kepentingan partai dalam hal
ini kita berbicara tentang pendidikan politik partai Golkar itu telah diatur
dalam AD/ART partai yang kemudian dibahas dalam rencana operasional
program (RENOPS) selama lima tahun.....”25

Ini merupakan pembuktian yang konkrit bahwa partai golongan karya

melakukan pendidikan politik, khususnya di Kabupaten Sinjai dengan melihat

beberapa hal, diantaranya adalah struktur dan komposisi kepengurusan tingkat

kecamatan dan kelurahan/desa yang telah dibentuk, dan struktur dan komposisi

kepengurusan organisasi sayap tingkat kabupaten/kecamatan/kelurahan/dan desa.

dengan melihat pemaparan diatas, maka pada kesempatan yang lain Muh. Yusuf

Yunus SH, yang juga Wakabid UU HAM dan Pemuda 1 DPD tingkat II partai Golkar

berasumsi bahwa:

“.....upaya-upaya yang dilakukan atau yang di tempuh partai golongan karya


dalam melaksanakan pendidikan politik adalah memberdayakan kader-kader
partai yang duduk eksekutif dan legislatif untuk melakukan penyuluhan-

23 ibid Hal 2
24 Muchtar Mas’oed dan Collin ac Andrews. Perbandingan Sistem Politik. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta: 1986. Hal 32.
25 hasil wawancara dengan Sekertaris DPD II Golkar
57
penyuluhan, maupun temu kader. Adapun tema yang biasanya diangkat
dalam penyuluhan atau temu kader ini adalah pentingnya berpolitik dengan
tetap mengingat bahwa jangan sampai karena unsur kepentingan sehingga
partai yang satu dengan partai yang lain saling menjelek-jelekkan, dan tidak
saling menghargai lagi sebagai mana yang telah diatur dalam UU.....”26

Sedangkan kampanye yang dilakukan partai golongan karya yang juga

merupakan bagian dari pendidikan politik adalah penyampaian materi yang dianggap

lebih mempunyai nilai nasionalisme yang tinggi. Materinyapun telah ditentukan

dalam Rapat Konsoslidasi (RAKON). Adapun materi yang biasa di paparkan dalam

proses kampanye yang salah satunya adalah “Bagaimana Agar Supaya Persatuan

Dan Kesatuan Bangsa Bisa Tetap Terjaga”. Sementara itu proses pendidikan politik

berjalan secara berkala, tetapi nanti di sadari bahwa ini merupakan bagian dari

pendidikan politik ketika menjelang pesta demokrasi. Partai Golongan Karya secara

rutin melakukan pendidikan politik tetapi hanya di fokuskan ke kader saja nanti

kader yang secara langsung bersentuhan langsung dengan masyarakat, sebagaimana

yang telah dipaparkan oleh ketua DPD II Golkar Kabupaten Sinjai bahwa kader

adalah bentuk semu dari partai Golongan Karya. hal yang sama juga di sampaikan

oleh ketua BAPPILU, Drs. Muh. Jusuf Achmad partai Golongan Karya bahwa:

“.....Pendidikan politik yang dilakukan partai golongan karya tergantung


situasi dan kondisi. Yang pasti pendidikan politik partai golongan karya itu
terlaksana, tetapi biasanya dilakukan di tingkatan kader terlebih dahulu,
nanti kader yang menyampaikan secara langsung kepada masyarat luas. dan
sebelum pendidikan politik disampaikan secara langsung di masyarakat
terlebih dahulu kekompakan antara kader yang satu dengan kader yang
lainnya harus tetap dijaga mengingat suksesnya sesuatu yang hendak
dilaksanakan.....”27

Keinginan partai Golongan Karya untuk tetap melaksanakan salah satu fungsi

26 hasil wawancara dengan wakil sekertaris DPD II Kab.Sinjai


27 hasil wawancara dengan ketua BAPPILU partai Golkar
terbentuknya partai politik adalah dengan melaksanakan pendidikan politik dan ini

telah terbukti. Hasil pendidikan politik yang bisa di lihat secara kasat mata adalah

bahwa partai Golongan Karya masih tetap menjadi partai kepercayaan rakyat,

khususnya di Kabupaten Sinjai dengan meraih suara terbanyak pada PEMILU

LEGISLATIF 2009 baru-baru ini. Selain itu satu-satunya partai yang telah

mempunyai jaringan yang terluas khususnya di Kabupaten Sinjai adalah hanya partai

Golongan Karya atau dengan kata lain bahwa partai Golongan Karya mempunyai

tingkatan kepengurusan mulai dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,

Kecamatan, Kelurahan dan bahkan Desa. Bukankah ini merupakan cerminan bahwa

partai Golongan karya betul-betul akan membawa kepentingan rakyat untuk segera

di tindak lanjuti di DPRD Kabupaten Sinjai.

Dunia politik realitasnya akan selalu lekat dalam dimensi kehidupan manusia.

Perwujudannya akan selalu bisa ditemui dalam skala yang besar hingga skala yang

terkecil. Tentu dengan tingkat variasi kajian yang berbeda antara satu dimensi dengan

dimensi lain. Dalam kurun waktu tertentu kita sudah bisa rasakan begitu kuatnya

resonansi politik yang hadir menuju perhelatan akbar pada pemilu. Partai-partai

politik nampak sudah mulai sibuk mempersiapkan diri dengan berbagai aktivitas

yang berorientasi pada penguatan citra dan sosialisasi untuk menarik massa. Keadaan

sosial ekonomi bangsa yang belum begitu banyak beranjak dari keterpurukannya

nampaknya masih akan menjadi barang dagangan yang cukup menarik untuk

ditawarkan. Disamping masih banyaknya potensi tema kebangsaan yang lain yang

masih cukup menarik untuk diperdagangkan kepada khalayak umum. Tak

ketinggalan juga sebentuk kesadaran yang semakin mengkolektif terhadap wacana

59
kepemudaan yang kian mencuat kuat diinternal para elit politik di negeri ini. Cepat

atau lambat pasti akan muncul tarikan-tarikan yang cukup kuat antar partai politik di

negeri ini untuk menggiring generasi muda kedalam wadah politik yang bertujuan

untuk memfasilitasi berbagai kepentingan mereka saat itu maupun dalam akses

jangka panjang. Tujuan-tujuan itu akan lebih banyak bersifat praksis ketimbang

sesuatu yang lebih ideologis, meski tidak semua akan menunjukan perwajahan yang

seperti itu.

Arti penting pendidikan politik bagi pemilih voter education Dalam kajian ini

lebih mengarah kepada pendidikan pemilih pemula yang sebagian masih duduk di

bangku sekolah. Di sadari atau tidak hingga detik ini dunia politik masih meletakkan

generasi ini sebagai objek sasar saja. Budaya ini bukanlah kebiasaan sikap yang

hadir begitu saja. Politik bukan urusan pelajar, begitu kira-kira kebijakan itu bisa

terbaca. Tentulah kebijakan ini syarat dengan berbagai alasan yang menguntungkan

secara sepihak yakni pemerintah. Barangkali bisa kita raba secara perlahan bahwa

kehadiran kebijakan ini tidak lain menginginkan terhapuskannya kekritisan generasi

muda terhadap pemerintah. Romansa sejarah waktu itu yang telah memberikan cerita

yang mengesankan akan peran pelajar, seperti PII. Kekritisan dan stabilitas negara

selalu menjadi rival yang masih menjadi sesuatu sulit didamaikan. Pemuda yang

lekat dengan karakter agent of change nampaknya di upayakan sedemikian rupa agar

tidak berurusan dengan kehidupan politik. Pelajar ya tugasnya belajar titik. Tidak

perlu memperdulikan urusan BBM naik, biaya sekolah naik,maraknya tindak

korupsi, dsb. Seabrek kebijakan politis yang tidak populis sekali lagi bukan urusan

mereka. Kekritisan yang sebenarnya melibatkan kepekaan sosial pelajar tidak


diizinkan sedemikian rupa. Kekritisan yang melibatkan kecerdasan moral pelajar

juga dianggap sesuatu yang tidak wajar. Daya kritis itu dipaksakan untuk hilang,

yang tetap kritis selalu akan di cap sebagai anak yang bermasalah,berstigma negatif.

Bahkan tidak sedikit orang tua yang melarang anaknya untuk terlibat dalam aktivitas

politik lantaran hadirnya kesan negatif bahwa politik itu kotor. Di sinilah pendidikan

politik dikalangan pelajar belum mendapatkan apresasi yang cukup serta memadai

dari berbagai pihak termasuk para elit partai politik.

Keberadaan kalangan pemilih pemula telah menjadi objek kajian politis bagi

hitungan pada pemilu. Kurang lebih 20% pemilih pemula, yang merupakan generasi

muda, akan menjadi sasaran empuk bagi para partai politik yang ada. Tentu hal ini

tidak akan disia-siakan begitu saja, lantaran jumlahnya yang cukup signifikan.

Pemilih pemula menjadi ladang emas suara bagi keseluruahan partai politik.

Siapapun itu yang bisa merebut perhatian kalangan ini tentu akan bisa dirasakan

keuntungannya. Lahirnya dukungan dari kelompok ini secara tidak langsung

membawa dampak pencitraan yang sangat berarti. Setidaknya untuk pengamanan

proses regenerasi kader politk itu sendiri kedepan, meski membutuhkan maintenance

cost yang tidak sedikit juga. Ketiadaan dukungan dari kalangan ini tentu akan terasa

cukup merugikan bagi target-target suara pemilu yang telah ditetapkan tiap-tiap

parpol.

Namun demikian objek kajian politis ini semestinya tidak berhenti pada

kerangka hitungan. Jauh lebih mendalam yakni meletakkan komponen ini pada

kerangka pendidikan politik yang lebih mencerdaskan. Kini perlu ada pembenahan

sudut pandang didalam menempatkan kalangan tersebut pada ruang politik yang

61
lebih luas. Yakni meletakkan pelajar sebagai subjek pendidikan politik itu sendiri,

tidak melulu sebagai objek politik. Selama ini, secara umum, pemuda pelajar

sebagaimana masyarakat umum selalu menjadi objek politik. Mereka hanya dilirik

untuk hitungan suara saja. Hal ini tentu mengakibatkan tidak tercapainya tujuan

pendidikan politik itu sendiri selama ini, yakni pencerdasan politik. Tidak bermaksud

menafikkan progress perbaikan kesadaran politik yang ada, salah satu fakta yang

masih bisa di temui, masih didapatinya pemilih yang sekedar memilih atau asal ikut

tanpa diikuti dengan kepahaman dan kesadaran. Penggunaan hak politik nampaknya

tidak diiringi dengan pendidikan politik politic education yang memadai. Akibatnya

bisa dirasakan ketiadaan kesadaran politik yang hadir disetiap kenampakan

partisipasi yang mereka lakukan. Hal ini tidak lebih dari sekedar aksi ritual yang

lebih mensyaratkan untuk digugurkan, tanpa makna, semoga bukan sebagai aksi

apatisme akut akibat kejenuhan emosional karena sering di tipu oleh para elit.

Selama sudut pandang ini tidak mengalami perubahan, sudah bisa dipastikan hanya

akan memicu lahirnya eksploitasi politik dikalangan pemilih pemula ini.Selamanya

mereka hanya akan menjadi objek penderita, dan objek kepentingan dari sekelompok

golongan yang menginginkan dukungan suara semata Habis manis sepah dibuang.

Beberapa bulan terakhir telah begitu banyak partai politik yang telah menetapkan

kalangan pelajar, pemilih pemula, sebagai target dukungan suara. Partai-partai politik

secara terbuka mensosialisikan dirinya melalui media massa menyatakan siap

merangkul kalangan ini. Fasilitasi-fasilitasi yang dikhususkan untuk kalangan

pemuda disiapkan sedemikian rupa memungkinkan mereka untuk berekspresi sesuai

minat dan hobi. Secara mengejutkan beberapa partai politik telah menyiapkan
serangkaian program yang cukup fantastis untuk bisa menarik minat pelajar untuk

terlibat secara aktif. Terlepas begitu banyaknya program yang dibuat yang terpenting

saat ini untuk diketahui apakah program-program ini telah memiliki tujuan

pendidikan politik yang jelas. Apakah hasilnya bisa terukur secara kualitatif selain

hitungan kuantitif pada waktu pencoblosan. Setidaknya ada beberapa hal yang mesti

menjadi out put dari program-program tersebut untuk diperhatikan, pertama mampu

menumbuhkan kesadaran berpolitik sejak dini. Kedua, mampu menjadi aktor politik

dalam lingkup peran dan status yang disandang. Ketiga, memahami hak dan

kewajiban politik sebagai warga negara secara baik. Keempat, secara bijak mampu

menentukan sikap dan aktivitas politiknya.

Sebenarnya ada harapan yang begitu besar terhadap generasi penerus bangsa ini

untuk siap meneruskan tongkat estafet kekuasaan. Pada hakikatnya politik bukan

untuk ditakuti atau dijauhi selayaknya barang haram. Politik hanya perlu dibersihkan

dari hal-hal yang bersifat negatif. Politik bukan identik dengan kelicikan dan

penipuan. Politik juga bukan ekspresi penindasan dan ketidakadilan. Semua citra

negatif yang terbangun harus diminimalisir. Politik harus tetap membangun

eksistensi moralitasnya sendiri. Politik bagaimanapun juga tidak bisa dilepaskan

begitu saja dari nilai-nilai kemanusiaan. Baik pemilih pemula secara khusus maupun

masyarakat secara umum harus diletakkan sebagai subjek politik. Semoga bangsa ini

akan menuai generasi penerus yang memiliki kesadaran berpolitik tanpa

meninggalkan hati nurani sebagai manusia. Tetap kritis dengan sikap dan ide yang

tetap konstruktif. Akhirnya bangsa ini akan mampu mewujudkan kehidupan yang

lebih layak.

63
B. Faktor Pendukung Dan Penghambat Telaksananya Pendidikan Politik

Pendidikan politik yang akan dilaksanakan maupun yang telah dilaksanakan oleh

Partai Golongan Karya pasti mempunyai faktor pendukung dan faktor penghambat,

diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

Faktor pendukung sehingga pendidikan politik Partai Golongan Karya dapat

terlaksana karena Enam hal antara lain:

1. Suasana yang demokratis, kondisi masyarakat yang makin demokratis.

Hal ini merupakan faktor pendukung karena mau atau tidak mau

masyarakat harus terima dengan sistem yang berlaku sekarang ini. Dan ketika

kondisi masyarakat yang demokratis ini mulai mengakar di dalam tubuh

setiap anggota masyarakat maka disinilah pentingnya pendidikan politik

karena pendidikan politik itu memberikan pemahaman tentang pentingnya

sistem politik.

2. Partai politik yang begitu banyak di masyarakat.

Hal ini merupakan hal pendukung karena dengan asumsi bahwa

semakin banyka yang melakukan suatu kegiatan maka semakin ringan

sesuatu itu di pikul. Dengan asumsi ini kita bisa menganalisa bahwa semua

kegiatan yang dilakukan oleh partai politik apalagi menjelang pemilu

pastilah bersentuhan langsung dengan masyarakat. Tetapi semua kegiatan

partai ini belum bisa di kategorikan sebagai pendidikan politik.

3. Pemerintah yang ingin demokratis.

Pemerintah yang demokratis karena dengan sistem ini maka


masyarakat bisa memberikan sumbangsih baik berupa pemikiran atau

apapun. Yang pasti bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh

rakyat, dan untuk rakyat.

4. Rasa ingin tahu masyarakat tentang nilai-nilai demokratis.

Dalam rangka penghormatan harkat dan martabat kemanusian pula

partai memandang peningkatan kesejahtraan rakyat sebagai salah satu tujuan

Nasional. dalam kaitan ini partai golongan karya memandang politik sebagai

instrumen dan manajemen untuk mewujudkan masyarakat madani yang

sejahtera, adil dan makmur. Peningkatan kesejahtraan itu diwujudkan dalam

bentuk peningkatan taraf hidup masyarakat dan kecerdasan rakyat, dengan

pendidikan politik.

5. Kemauan dari Internal Partai Golongan Karya untuk tetap melaksanakan

proses pendidikan politik.

Dengan mengingat bahwa partai golongan karya adalah partai yang

cukup tua dan telah memiliki nilai jual atau kepercayaan masyarakat

terhadap partai ini sudah sangat besar maka harus betul-betul melaksanakan

sesuatu yang betul-betul bersentuhan langsung dengan mayarakat, dengan

mengingat bahwa partai ini besar karena masyarakat, olehnya itu maka

prioritas utama adalah bagaimana membuat hidup rakyat lebih sejahtera. Dan

untuk merebut masa depan yang lebih cemerlang, maka dengan

dilaksanakannya pendidikan politik di masyarakat adalah untuk lebih

memantapkan pemahamannya tentang berbagai hal yang menyangkut sistem

politik. Pemahaman yang lebih baik tentang materi-materi yang telah

65
diberikan akan berdampak kepada partisipasi politik dalam pemilu.

Dari beberapa faktor yang telah disebutkan diatas yang dapat mewakili

sehingga Pendidikan Politik Partai Golongan Karya Khususnya di Kabupaten Sinjai

dapat terlaksana. Pada kesempatan lain ketua Kesatuan Perempuan Partai Golongan

Karya (KPPG) A. Sriharti Rustham mengatakan bahwa:

“.....Satu-satunya Partai yang mempunyai struktur organisasi sampai pada


tingkatan Kecamatan (PTK) ataupun tingkatan Desa (PTD), dan yang punya
kantor tetap di Kabupaten Sinjai ini hanya Partai Golongan Karya.
Khususnya di bagian Perempuan atau yang diketuai oleh saya, saya berani
mengatakan bahwa Partai Golongan Karya betul-betul melaksanakan
program yang lansung bersentuhan pada masyarakat. Misalnya pada
kesatuan Perempuan Partai Golongan Karya telah terbentuk yang namanya
Himpunan Wanita Karya (HWK) dan Al- Hidayah.....”28

b. Faktor Penghambat
Kendala yang paling nyata yang dapat dilihat atau yang di rasakan yang

merupakan kendala utama sehingga Pendidikan Politik tidak terlaksana dengan baik

karena adanya tipe-tipe pemilih masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Muh.

Suyuti S.sos yang juga Sekertaris DPD II Partai Golongan Karya:

“.....Ada tiga tipe pemikiran dalam Masyarakat yang pertama yaitu tipe
Masyarakat Emosional yang berarti bahwa dari dulu sampai sekarang
masih tetap memilih partai Golkar apapun yang terjadi dan bahkan ada
yang hanya memilih partai saja, kemudian tipe Masyrakat Rasional yang
berarti bahwa masyarakat tetap memilih dengan akal sehat. kemudian yang
terakhir adalah tipe pemilih Masyarakat yang Komersial yaitu tipe
masyarakat yang lebih mementingkan pelapis tangan atau amplop.....”29

Faktor penghambat sehingga pendidikan politik Partai Golongan Karya biasanya

tidak terlaksana atau tidak maksimal ini di karenakan beberapa faktor diantaranya:

1. Tingkat partisipasi masyarakat yang kurang maksimal.

Partisipasi masyarakat kurang maksimal pada saat pelaksanaan

28 Hasil wawancara dengan Ketua KPPG


29 Hasil wawancara dengan sekertaris Partai Golkar
pendidikan politik karena benyaknya program kerja partai yang saling

tumpang tindih. Dalam hal ini banykanya partai yang mensosialisasikan

partainya dengan caranya masing-masing. dan telah banyak terlepas dari

program pendidikan politik itu sendiri.

2. Masyarakat tidak lagi meminati pendidikan yang bersifat formal.

Masyarakat tidak meminati pendidikan yang bersifat firmal karena

mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa masyarakat mereka bukanlah

suatu organisasi yang dapat diperhitungkan kelak. Oleh karena itu partai

harus pandai-pandai dalam membuat suatu kegiatan yang sifatnya

mendidik, lebih khususnya tetap melaksanakan pendidikan politik hingga

tidak ada perasaan tertekan yang dirasakan oleh masyarakat.

3. Kurangnya Perhatian Pemerintah Setempat tentang pentingnya

pendidikan politik khususnya di Kabupaten Sinjai.

Perhatian pemerintah terkadang menjadi kendala karena

pembentukan pemahaman awal atau penekanan tentang pentingnya

mengikuti proses pendidikan politik itu kurang tersosialisasikan dengan

baik.

4. Masyarakat tidak menyadari tentang pentingnya pendidikan politik.

kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan politik juga

sangat kurang. Mungkin ini dikarenakan sulitnya membedakan antara

yang mana proses pendidikan politik atau proses mobilisasi untuk

mencapai tujuan tertentu partai. mungkin dengan banyakya atribut

kepartaian yang membuat mereka tidak bisa membedakan yang mana

67
proses pendidikan dan yang mana proses mobilisasi massa.

Beberapa hal yang telah disebutkan diatas tentang faktor penghambat

sehingga pendidikan politik biasanya tidak berjalan maksimal karena faktor

masyarakat yang tidak mendukung. Seperti yang dikemukakan oleh sekertaris DPD

II Partai Golongan Karya Muh. Suyuti, S.Sos bahwa:

“.....Partai Golongan Karya telah melakukan beberapa model atau sistem


pendidikan politik, tetapi yang menjadi kendala yang paling besar adalah
kesadaran masyarakat yang kurang. Kader Partai Golongan Karya selalu
berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik kepada masyarakat, hal ini
dibuktikan dengan adanya program kerja partai atau kader yang telah
dilaksanakan dengan jelas.....”30

Partai Golongan Karya akan terus berjuang untuk memberdayakan

masyarakat di daerah disegala bidang; menghormati dan menghargai upaya-upaya

pelestarian budaya lokal, mendorong otonomi daerah secara nyata, dilaksanakannya

perimbangan keuangan pusat dan daerah, mengatasi segala bentuk konflik horizontal

dan vertikal, dan mengatasi segala bentuk upaya pemisahan diri dari Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Untuk memantapkan wawasan kebangsaan maka

Partai Golongan Karya berjuang untuk memperkokoh segenap potensi Bangsa dalam

rangka memelihara persatuan dan kesatuan bangsa, mempelopori segala upaya

penguatan kesatuan dan persatuan, mengembangkan rasa cinta dan tanah air dan

kebangasaan, membangun citra bangsa yang positif dimata Internasional, dan

mencegah berkembangnya nasionalisme yang sempit.

Sebagai Partai modern Partai Golongan Karya memiliki sejumlah potensi

atau kekuatan yang dapat dijadikan modal perjuangan dalam rangka merelalisasikan

doktrin, visi, misi, platform, dan pokok-pokok program perjuangannya.

30 Hasil wawancara dengan sekertaris DPD II Golkar.


Pertama, Potensi Historis. Partai Golongan karya telah berusia lebih dari tiga

setengah dasawarsa yang didukung oleh kekuatan-kekuatan masyarakat dari seluruh

lapisan. Partai Golongan karya memiliki pengalaman panjang dalam menyertai

perjalanan bangsa baik dibidang Pemerintahan, Legialatif, maupun Yudukatif.

Serangkaian pengalaman panjang ini merupakan potensi historis yang luar biasa.

Kedua, Partai Golongan karya memiliki infra struktur yang sangat kuat yang

masih terpelihara dengan baik. Struktur Organisasi mulai dari Pusat sampai ke

Desa/Kelurahan berjalan sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing dalam

satu kesatuan manajemen organisasi yang modern. Hubungan Partai Golongan karya

dengan oarganisasi-organisasi yang mendirikan dan didirikannya berjalan secara

horizontal dan fungsional dan saling menguntungkan dalam hubungan kemitraan

yang setara.

Ketiga, Partai Golongan karya memiliki sumber daya Manusia yang relatif

berpengalaman, unggul, dan lengkap. Kader-kader Partai Golongan karya tersebar

dan hidup di tengah-tengah masyarakat, dan selalu tanggap terhadap aspirasi Rakyat.

Keempat, Partai Golongan karya adalah partai yang solid yang terbukti selalu

dapat mendayagunakan segenap potensi yang dimilikinya secara sinergis untuk

berjuang membangun kehidupan bangsa yang bersatu dan kuat.

Kelima, Partai Golongan karya adalah Partai yang mengakar dan Responsif,

karena merupakan Partai Politik yang didalamnya para anggota dan kader-kadernya

tumbuh dan berkembang dari bawah berdesarkan asas prestasi. Sebagai Partai yang

didirikan oleh kelompok-kelompok riil dalam masyarakat Partai Golongan karya

tumbuh dan berkembang dari Rakyat Dan didukung oleh Rakyat. Partai Golongan

69
karya juga Partai yang responsif, yakni senantiasa peka dan tanggap terhadap

aspirasi, tuntutan, dan harapan Rakyat, serta konsisten untuk memperjuangkannya

sehingga menjadi keputusan politik yang bersifat publik yang menguntungkan

seluruh masyarakat.31

Potensi-potensi tersebut adalah merupakan modal perjuangan yang sangat

besar yang harus diaktualisasikan oleh segenap kader untuk mewujudkan doktrin,

visi, misi, platform, dan pokok-pokok perjuangan sebagaimana dipaparkan diatas.

C. Strategi Pencapaian Program

1. Sifat program adalah berskala nasional dan daerah. Dalam skala Nasional,

program yang dikembangkan merupakan gerakan Nasional yang memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:

a. Dikembangkan berdasarkan ide yang kuat dan mendasar.

b. Dilakukan secara serentak.

c. Dilakukan secara terpadu.

d. Dilakukan secara berkelanjutan.

Dalam skala daerah program atau kegiatan dilakukan dengan ciri dan

karakter masing-masing daerah.

2. mengembangkan program kemitraan yang diselenggarakan secara

terkordinasi, terutama program/kegiatan yang menyentuh kepentingan

Rakyat secara langsung.

3. Penguatan sistem jaringan fungsional dengan menjadikan program sebagai

instrumen (orientasi pragmatis) sehingga hal tersebut dapat berfungsi untuk

melekatkan, menguatkan, validitas dan medinamisasikan aktivitas partai.


31 Buku Saku Anggota Partai Golongan karya Hal 115-116
4. Penguatan militansi dukungan Masyarakat kepada Partai Golongan Karya

melalui pengembangan respon terhadap kebutuhan aktual masyarakat serta

penguatan citra para tokoh Partai Golongan Karya di tengah-tengah

masyarakat.

5. Penyususnan Database kader Partai berdasarkan kemampuan dan

pengalaman untuk selanjutnya dibuat rancangan pengembangan kader-kader

jangka panjang.

6. Disusun pengembangan kurikulum pendidikan kader yang programatis dan

sistematis serta berkelanjutan disesuaikan dengan bakat dan kemampuan

individu para kader serta kebutuhan dan kesempatan penugasan dan

penempatan yang tersedia.

7. Perlu dikembangkan kesadaran kepada seluruh Aktivis terhadap data

kuantitatif dan dibentuk Pusat Data dan Informasi Partai Golongan Karya

sesuai tingkatan yang akan mengelola data-data kuantitaif dan statistik di

bidang politik, ekonomi, dan kesejahtraan Rakyat, guna menjadi dasar

pengambilan keputusan strategis pimpinan partai dengantepat dan akurat.

8. Perlu dikembangkan proses penciptaan opini dan pemeliharaan citra baik di

seluruh tingkatan Partai Golongan Karya secara berkesinambungan dengan

menyusun strategi kehumasan yang sesuai dengan dinamika keadaan

terhadap semua prestasi, kegiatan, posisi dan profil tokoh Partai Golongan

Karya di tengah-tengah masyarakat.

9. Dalam pengelolaan Partai, akan menempatkan seluruh aturan sebgai dasar

pengelolaan Organisasi yang dilaksanakan secara terbuka pada semua

71
tingkatan dengan terus mengutamakan aspirasi kader, anggota, simpatisan,

dan masyarakat sbegai dasar pertimbangan dalam setiap keputusan partai.32

Adapun tugas pokok dari Organisasi Sayap atau Kader Partai Golongan Karya

adalah sebagai berikut:

1. Membantu dan mendorong terlaksananya program pemantapan konsolidasi

organisasi.

2. Membantu, mendorong, dan memprakarsai terlaksananya program perkadera

Partai.

3. Membantu, mendorong, dan memprakarsai terlaksananya program

kemasyarakatan.

4. Membantu, mendorong, dan memprakarsai terlaksananya program simpati

Partai Golongan Karya.

5. Memperkuat basis dukungan pada Partai Golongan Karya.

6. membantu Dewan Pimpinan Partai Golongan Karya dalam melakukan

monitoring dan evaluasi pelaksanaan program organisasi di wilayah

penugasannya.

7. Melakukan sosialisasi kebijakan umum organisasi.

8. Melakukan sosialisasi sikap Partai Golongan Karya terhadap issu-issu aktual.

Partai Golongan Karya adalah Partai yang terbuka bagi segenap golongan dan

lapisan masyarakat tanpa membeda-bedakan latar belakang agama, suku, bahasa, dan

status sosial ekonomi. Keterbukaan Partai Golongan Karya diwujudkan secara sejati

baik dalam penerimaan Anggota maupun dalam rekruitmen Kader untuk

kepengurusan dan penempatan pada posisi politik. Keterbukaan Partai Golongan


32 Op Cit Hal 74-75 \
Karya merupakan manivestasi dari wawasan kebangsaan yang dijinjujngnya, yaitu

suatu wawasan yang menolak segala bentuk primordialisme sektarianisme, baik yang

nyata maupun yang terselubung. Partai Golongan Karya mengembangkan wawasan

kemajemukan yang mendorong dinamika dan persaingan yang sehat serta

berorientasi pada kemajuan sehingga dengan visi yang di miliki Partai Golongan

Karya senantiasa siap bersaing secara sehat.

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pendidikan Politik

 Pendidikan Politik yang merupakan bagian dari fungsi partai

politik yang merupakan salah satu hal yang penting dalam Partai

Politik. Dalam hal ini Partai Golongan Karya, telah

melaksanakan kegiatan ini. Partai Golongan Karya melakukan

pendidikan politik di masyarakat dengan cara membina kader

terlebih dahulu atau memberikan pelatihan-pelatihan yang

73
nantinya akan diterapkan di masyarakat. Ini terlihat dengan

program-program yang dilakukan Partai Golongan Karya dalam

hal ini peran kader yang lebih dipermantap.

 Partai Golongan Karya selalu berusaha memberikan yang

terbaik kepada masyarakat, Khususnya masyarakat Kabupaten

Sinjai dalam hal ini proses pendidikan politik yang senantiasa di

berikan. Harapan besar untuk hari esok ada di tangan rakyat. Ini

merupakan tanggung jawab yang harus di emban oleh Partai

Politik yang betul-betul memperjuangkan aspirasi Rakyat.

Proses Pendidikan Politik yang diberikan Partai Golongan

Rakyat kepada masyarakat merupakan salah satu bentuk

apresiasi Partai terhadap pengtingnya pemberian pengetahuan-

pengetahuan yang sifatnya mendasar kepada masyrakat luas

khususnya tentang Pendidikan Politik.

2. sehingga pendidikan politik terlaksana

 Faktor pendukung

a. kondisi masyarakat yang makin demokratis.

b. Partai politik yang begitu banyak di masyarakat.

c. Pemerintah yang ingin demokratis.

d. Rasa ingin tahu masyarakat tentang nilai-nilai demokratis.

e. Kemauan dari internal partai untuk tetap melakukan pendidikan


politik.

 Faktor penghambat

a. Tingkat partisipasi masyarakat yang kurang maksimal.

b. Masyarakat tidak lagi meminati pendidikan yang

bersifat formal.

c. Kurangnya Perhatian Pemerintah Setempat tentang

pentingnya pendidikan politik.

d. Masyarakat tidak menyadari tentang pentingnya

pendidikan.

B. Saran

Dari pembahasan dan kesimpulan di atas, Penulis ingin memberikan beberapa

saran yang berkaitan dengan proses Pendidikan Politik Partai Golongan Karya pada

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Tingkat II Kabupaten Sinjai.

1. Agar lebih mudah untuk menjalankan fungsi Partai Politik dalam hal ini

75
proses Pendidikan Politik, maka:

a. Partai Golongan Karya harus segera melakukan restrukturisasi

semua jenjang kepengurusan (Kecamatan dan Desa/Kelurahan).

b. Segera lakukan koordinasi pembenahan kepengurusan organisasi

sayap (AMPG dan KPPG) sampai tingkat basis.

c. Segera mengoptimalkan tugas dan tanggung jawab masing-masing

pengurus sesuai bidangnya, baik pada tingkat Kabupaten maupun

Kecamatan, Kelurahan/Desa.

d. Beri penugasan dan tanggung jawab pada Korda dan Fungsionaris

sebagaimana diatur dalam Aturan internal Partai Golongan Karya.

You might also like