You are on page 1of 31

A.

Pengertian PTK Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin McTaggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan sebagainya. PTK di Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an. Oleh karenanya, sampai dewasa ini keberadaannya sebagai salah satu jenis penelitian masih sering menjadikan pro dan kontra, terutama jika dikaitkan dengan bobot keilmiahannya. Jenis penelitian ini dapat dilakukan didalam bidang pengembangan organisasi, manejemen, kesehatan atau kedokteran, pendidikan, dan sebagainya. Di dalam bidang pendidikan penelitian ini dapat dilakukan pada skala makro ataupun mikro. Dalam skala mikro misalnya dilakukan di dalam kelas pada waktu berlangsungnya suatu kegiatan belajarmengajar untuk suatu pokok bahasan tertentu pada suatu mata kuliah. Untuk lebih detailnya berikut ini akan dikemukan mengenai hakikat PTK. Menurut John Elliot bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan di dalamnya (Elliot, 1982). Seluruh prosesnya, telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengaruh menciptakan hubungan yang diperlukan antara evaluasi diri dari perkembangan profesional. Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart, yang mengatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan oleh pesertapesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktikpraktik tersebut (Kemmis dan Taggart, 1988). Menurut Carr dan Kemmis seperti yang dikutip oleh Siswojo Hardjodipuro, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan istilah PTK adalah suatu bentuk refleksi diri yang dilakukan oleh

para partisipan (guru, siswa atau kepala sekolah) dalam situasisituasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktik-praktik ini, dan (c) situasi-situasi ( dan lembaga-lembaga ) tempat praktik-praktik tersebut dilaksanakan (Harjodipuro, 1997). Lebih lanjut, dijelaskan oleh Harjodipuro bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri, agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, jelaslah bahwa dilakukannya PTK adalah dalam rangka guru bersedia untuk mengintropeksi, bercermin, merefleksi atau mengevalusi dirinya sendiri sehingga kemampuannya sebagai seorang guru/pengajar diharapkan cukup professional untuk selanjutnya, diharapkan dari peningkatan kemampuan diri tersebut dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas anak didiknya, baik dalam aspek penalaran; keterampilan, pengetahuan hubungan sosial maupun aspek-aspek lain yang bermanfaat bagi anak didik untuk menjadi dewasa. Masalah PTK harus berawal dari guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajrannya di sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dengan dilaksanakannya PTK, berarti guru juga berkedudukan sebagai peneliti, yang senantiasa bersedia meningkatkan kualitas kemampuan mengajarnya. Upaya

peningkatan kualitas tersebut diharapkan dilakukan secara sistematis, realities, dan rasional, yang disertai dengan meneliti semua aksinya di depan kelas sehingga gurulah yang tahu persis kekurangan-kekurangan dan kelebihannya. Apabila di dalam pelaksanaan aksi nya masih terdapat kekurangan, dia akan bersedia mengadakan perubahan sehingga di dalam kelas yang menjadi tanggungjawabnya tidak terjadi permasahan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajarmengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pangajaran yang diselenggarakan oleh guru/pengajar-peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)/Classroom Action Research (CAR) juga dikenal dengan nama : a. Participatory Research b. Collaborative Research c. Emancipatory Research d. Action Learning e. Contextual Action Learning B. Karakteristik PTK PTK memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut : 1. Bersifat siklis, artinya PTK terlihat siklis-siklis (perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan dan refleksi), sebagai prosedur baku penelitian. 2. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan "sekali tembak" selesai pelaksanaannya. Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak untuk digenaralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan ditempat lain yang konteksnya mirip. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekaligus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekaligus yang diteliti pula. Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti. Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik yang sederhana, bukan yang rumit. Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis.

Berdasarkan karakteristik tersebut dapat dibandingkan PTK dengan penelitian NON-PTK. Perbandingan PTK dan penelitian kelas non PTK Aspek PTK Non PTK Masalah Dari peneliti (Guru) Bukan dari peneliti Peneliti Harus peneliti (Guru) Dapat orang lain Utama Desain Lentur, fleksibel Baku, formal, kaku Penelitian Sampel Representativitas Harus representatif sampel tidak diperhatikan Instrumen Tidak ada uji Perlu uji vailditas & validitas dan reliabilitas instrumen reliabilitas instrumen Analisis Seketika, segera, Dapat ditunda (waktu Data tidak menggunakan lain), sering analisis statistik yang menggunakan rumit analisis statistik yang rumit Hipotesis Perlu hipotesis Perlu hipotesis tinadakan, penelitian Format Sesuai kebutuhan Baku, formal Laporan Manfaat Khusus, kontekstual Umum, dapat digeneralisasi Tujuan Memperbaiki Memgembangkan pembelajaran/ teori, untuk pelayanan/ generalisasi pembinaan, tidak untuk digeneralisasi

Berikut ini merupakan karakteristik PTK dan merupakan menjadi pembeda dengan jenis penelitian lain (Hamzah dkk, 2011; Sukardi, 2011) adalah sebagai berikut: 1. Masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Permasalahan yang muncul di kelas dan usaha untuk memperbaiki dari permasalahan tersebut muncul dari dalam guru sendiri secara alami, bukan dari dan oleh orang lain. 2. Penelitian melalui refleksi diri (self-reflection inquiry). PTK mensyaratkan guru mengumpulkan data dari apa yang telah dilakukannya sendiri (bukan bersumber dari orang lain) melalui refleksi diri untuk menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang telah dilakukannya dan mencoba memperbaiki kelemahan dan mengulangi bahkan menyempurnakan tindakan-tindakan yang dianggap sudah baik. 3. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti. 4. Langkah-langkah yang penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif. Siklus penelitian tersebutyang memiliki pola: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi (observation), refleksi (reflection), dan revisi (revision). C. Alur PTK Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem berdaur atau siklus dari berbagai kegiatan pembelajaran. Kemmis dan Mc Taggart, (1992) menyatakan prosedur PTK dilaksanakan dengan 4 kegiatan utama atau tahapan yaitu Plan (perencanaan). Action (tindakan), observation

(pengamatan), dan reflection (refleksi). Alur pelaksanaan PTK dapat digambarkan seperti pada Gambar berikut:

Secara ringkas tahapan kegiatan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Planning (Rencana) Rencana merupakan kegiatan pokok pada tahap awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan PTK. Dengan perencanaan yang baik guru pelaksana PTK akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong guru untuk bertindak dengan lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan, guru sebagai peneliti harus berkolaborasi (bekerja sama) dan berdiskusi dengan sejawat untuk membangun kriteria dan kesamaan bahasa dan persepsi dalam merancang tindakan perbaikan. Tahapan yang dilaksaksanakan pada tahap perencanaan meliputi identifikasi masalah, analisis masalah, perumusan masalah, dan formulasi tindakan dalam bentuk hipotesis tindakan. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut :

a. Identifikasi Masalah Pertanyaan yang mungkin timbul bagi guru pemula PTK adalah : bagaimana memulai Penelitian Tindakan Kelas ? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, pertama-tama yang harus dimiliki guru adalah perasaan ketidakpuasan terhadap praktek pembelajaran yang selama ini dilakukannya. Manakala guru merasa puas terhadap apa yang ia lakukan terhadap proses pembelajaran di kelasnya. Meskipun sebenarnya terdapat banyak hambatan yang dialami dalam pengelolaan proses pembelajaran, sulit kiranya bagi guru untuk memunculkan pertanyaan seperti di atas, yang kemudian dapat memicu dimulainya sebuah PTK Oleh sebab itu, agar guru dapat menerapkan PTK dalam upayanya untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih professional, ia dituntut keberaniannya untuk mengatakan secara jujur khususnya kepada dirinya sendiri mengenai sisi-sisi lemah masih terdapat dalam implementasi program pembelajaran yang dikelolanya. Dengan kata lain guru harus mampu merefleksi, merenung, serta berfikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi sisi-sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses perenungan itu terbuka peluang bagi guru untuk menemukan kelemahan-kelemahan praktek pembelajaran yang selama ini dilakukan secara tanpa disadari. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan secara maksimal potensi PTK bagi perbaikan proses pembelajaran, guru perlu memulainya sedini mungkin begitu ia merasakan adanya persoalan-persoalan dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, permasalahan yang diangkat dalam PTK harus benar-benar merupakan masalah-

masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek pembelajaran yang dikelolanya, bukan permasalahanyang disarankan, apalagi ditentukan oleh pihak luar. Permasalahan tersebut dapat berangkat (bersumber) dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi, pembelajaran dan hasil belajar siswa. Menurut Hopkins (1993) guru dapat menemukan permasalahan tersebut bertitik tolak dari gagasangagasan yang masih bersifat umum mengenai keadaan yang perlu diperbaiki, untuk mendorong pikiran dalam mengembangkan fokus permasalahan, kita dapat bertanya pada diri sendiri. Berbekalkan kejujuran dan kesadaran untuk mengidentifikasi masalah, beberapa contoh pertanyaan yang diajukan guru pada diri sendiri. 1) Apa yang sedang terjadi di kelas saya ? 2) Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu ? 3) Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya? 4) Apa yang terjadi jika masalah tersebut saya biarkan? 5) Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut? Pada tahap ini, yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang dialami oleh guru di kelas. Dengan berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut, guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK. b. Analisis Masalah Setelah memperoleh permasalahanpermasalahan melalui proses identifikasi tersebut, maka guru peneliti selanjutnya melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan

urgensi penyelesaiannya. Dalam hubungan ini, akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi seperti misalnya penguasaan materi pelajaran pada topik pewarisan sifat, sikap siswa dalam berdiskusi atau sikap siswa dalam melakukan percobaan. Permasalahan tersebut jika tidak segera diselesaikan akan menimbulkan dampak negatif yang besar (Tidak tercapainya Kriteria Ketuntasan Minimal, kurang kerjasama dalam diskusi dan eksperimen). Walaupun demikian, tidak semua permasalahan dalam pembelajaran yang dapat diatasi dengan PTK (seperti kesalahan-kesalahan faktual dan/atau konseptual yang terdapat dalam buku paket). Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan bagi guru dalam menganalisis permasalahan adalah sebagai berikut: 1) Pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan siswanya, atau topik yang melibatkan guru dalam serangkaian aktivitas yang memang diprogramkan oleh sekolah 2) Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk mengatasinya 3) Pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas 4) Usahakan untuk bekerja sama dalam pengembangan fokus penelitian; dan 5) Kaitkan PTK yang akan dilaksanakan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah. c. Perumusan Masalah Setelah mengidentifikasi dan menganalisisnya, maka guru selanjutnya perlu merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan

operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi guru untuk menetapkan tindakan perbaikan (alternatif solusi) yang perlu dilakukannya, jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur pengumpulan data serta cara menginterpretasikannya. Disamping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan dicobakan itu juga memberikan arahan kepada guru untuk melakukan berbagai persiapan. Termasuk yang berbentuk latihan guna meningkatkan keterampilan untuk melakukan tindakan perbaikan yang dimaksud. Perumusan permasalahan yang lebih tajam itu dapat dilakukan diagnosis kemungkinan-kemungkinan penyebab yang lebih cermat, sehingga terbuka peluang untuk menjajaki alternatif-alternatif tindakan perbaikan yang diperlukan. Perumusan Masalah harus jelas, dinyatakan dengan kalimat tanya. (dijelaskan lebih lanjut pada bagian penyusunan proposal PTK). d. Hipotesis Tindakan Alternatif perbaikan yang akan ditempuh dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan yaitu dugaan mengenai perubahan perbaikan yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Jadi hipotesis adalah alternatif yang diduga dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan PTK. Bentuk rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan rumusan hipotesis penelitian formal. Jika hipotesis penelitian formal menyatakan adanya hubungan antara dua kelompok atau lebih, maka hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara terbaik untuk mengatasi masalah.

Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, guru sebagai peneliti perlu melakukan :

1) Merefleksikan pengalaman sendiri sebagai guru.; 2) Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti dsb; 3) Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang telah disampaikan dalam kegiatan ilmiah.; 4) Kajian teoritik di bidang pelajaran pendidikan; 5) Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan; dan 6) Hasil kajian tersebut, dapat dijadikan landasan untuk membangun hipotesis. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan. 1) Rumusan alternatif tindakan perbaikan berdasarkan hasil kajian. Dengan kata lain, alternatif tindakan perbaikan hendaknya mempunyai landasan yang mantap secara konseptual. 2) Setiap alternatif tindakan perbaikan yang dipertimbangkan, perlu dikaji ulang dan dievaluasi dari segi relevansinya dengan tujuan, kelayakan teknis serta keterlaksanaannya. Disamping itu juga perlu ditetapkan cara penilaiannya sehingga dapat memfasilitasi pengumpulan serta analisis data secara cepat namun tepat, selama program perbaikan ini diimplementasikan. 3) Pilih alternatif tindakan serta prosedur implementasi yang dinilai paling menjanjikan hasil optimal, namun tetap ada dalam jangkauan kemampuan guru untuk melaksanaannya dalam kondisi dan situasi sekolah yang aktual. 4) Pikirkan dengan seksama perubahan-perubahan (baca : perbaikan-perbaikan) yang secara implisit dijanjikan melalui hipotesis tindakan itu, baik

yang berupa proses dan hasil belajar siswa maupun teknik mengajar guru. Setelah diperoleh gambaran awal hipotesis tindakan, maka selanjutnya perlu dilakukan pengkajian terhadap kelayakan dari masing-masing hipotesis tindakan itu dari segi jarak antara situasi nyata dengan situasi idel yang dijadikan rujukan. Oleh karena itu, kondisi dan situasi yang diprasyaratkan untuk penyelenggaraan suatu tindakan perbaikan dalam rangka PTK, harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga masih dalam batas-batas kemampuan siswa. Dengan kata lain, sebagai aktor PTK guru hendaknya cukup realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah dimana ia berada dan melaksanakan tugasnya Untuk melakukan tindakan agar menghasilkan dampak/hasil sebagaimana yang diharapkan, diperlukan kelayakan hipotesis tindakan terlebih dahulu. Menurut Soedarsono (1997), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji kelayakan hipotesis tindakan adalah sebagai berikut ; Implementasi suatu PTK akan berhasil, apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang merupakan aktornya. Dipihak lain, untuk melaksanakan PTK kadang-kadang masih diperlukan peningkatan kemampuan guru melalui berbagai bentuk pelatihan sebagai komponen penunjang. Selain itu keberhasilan pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh adanya komitmen guru yang tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain, PTK dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau bukan karena didorong oleh imbalan finansial.; Kemampuan siswa juga perlu diperhitungkan baik dari segi fisik, psikologis, sosial dan budaya, maupun etik. Dengan

kata lain seyogyanya tidak dilaksanakan apabila diduga akan berdampak merugikan siswa.; Fasilitas dan sarana pendukung yang tersedia di kelas atau di sekolah juga perlu diperhitungkan. Sebab pelaksanaan PTK dengan mudah dapat terganggu oleh kekurangan dukungan fasilitas penyelenggaraan. Oleh karena itu, demi keberhasilan PTK, maka guru dituntut untuk dapat mengusahakan/memilih fasilitas dan sarana yang diperlukan; Selain kemampuan siswa sebagai perseorangan, keberhasilan PTK juga sangat tergantung pada iklim belajar di kelas atau di sekolah. Namun pertimbangan ini tidak dapat diartikan sebagai kecendrungan untuk mempertahankan status kuo. Dengan kata lain, perbaikan iklim di kelas dan di sekolah justru dapat dijadikan sebagai salah satu sasaran PTK dan Karena sekolah juga sebuah organisasi, maka selain iklim belajar sebagaimana dikemukan di atas, iklim kerja sekolah juga menentukan keberhasilan penyelenggaraan PTK. Dengan kata lain, dukungan dari kepala sekolah serta rekan-rekan sejawat guru, dapat memperbesar peluang keberhasilan PTK e. Persiapan Pelaksanaan Tindakan Sebelum dilaksanakan penelitian, peneliti perlu melakukan berbagai persiapan sehingga komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut : 1) Menentukan Jadwal dan Materi pembelajaran.; 2) Membuat perangkat dan skenario pembelajaran (Silabus, RPP, LKS, dll) yang berisikan langkahlangkah yang dilakukan guru, disamping bentukbentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam

rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah direncanakan.; 3) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga, dll.; 4) Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihanpelatihan; 5) Melakukan simulasi pelaksanaan, sehingga dapat menumbuhkan serta mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. dan Sebagai pelaku PTK, guru harus terbebas dari rasa gagal dan takut berbuat kesalahan. 2. Action (Pelaksanaan Tindakan) Jika semua perencanaan tindakan telah disiapkan, maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanakan tindakan dilaksanakan sesuai jadwal yang ditetapkan dan pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan tindakan ini juga diikuti dengan kegiatan observasi. 3. Observation (Pengamatan) Pengamatan ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul. Secara umum observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan

perbaikan berlangsung (dalam hal ini pada saat pembelajaran berlangsung). Observasi dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup. Pada observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menyiapkan kertas kosong untuk merekam kegiatan pembelajaran yang diamati. Pada observasi tertutup, pengamat telah menyiapkan dan menggunakan lembar observasi untuk merekam aktivitas pembelajaran yang diamati. Pelaksanaan Observasi perlu memperhatikan prinsip: perencanaan bersama, fokus observasi, kriteria, keterampilan observasi, dan balikan. Mekanisme perekaman hasil observasi perlu dirancang agar tidak mencampur adukkan antara fakta dan interprestasi, namun juga tidak terseret oleh kaidah umum yang tanpa kecuali menafsirkan interprestasi dalam pelaksanaan observasi. Apabila yang terakhir ini dilakukan sehingga yang direkam hanyalah fakta tanpa interprestasi, maka akan dapat menimbulkan resiko, bahwa makna dari perangkat fakta karena proses erosi yang terjadi dalam ingatan, lebih-lebih apabila pengamat hasil observasi yang telah secara utuh karena proses erosi yang terjadi dalam ingatan, lebih-lebih apabila pengamat adalah juga pelaksana tindakan. Observasi kelas akan memberikan manfaat apabila pelaksanaannya diikuti dengan diskusi balikan. Hasil diskusi diinterprestasikan secara bersama-sama oleh pelaksana tindakan dan pengamat. Diskusi mengacu kepada penerapan sasaran serta pengembangan strategi perbaikan untuk menentukan perencanaan berikutrnya 4. Reflection (Refleksi) Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sistesis, penafsiran (penginterprestasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada

pertemuan selanjutnya. Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan dengan tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Dengan kata lain, refleksi merupakan kajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara, dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya. Dengan demikian, penelitian tindakan tidak dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya. Sebagai planning untuk siklus selanjutnya.untuk memperjelas fasefase dalam penelitian tindakan siklus spiralnya dan bagaimana pelaksanaannya, seperti pada Gambar diatas D. Analisa Data PTK Berbeda dengan penelitian lainnya, maka analisis data dalam PTK bertujuan bukan untuk digeneralisasikan, melainkan untuk memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan, atau perubahan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini karena masalah yang diangkat dalam PTK bersifat kasuistik, artinya masalah yang spesifik terjadi dan dihadapi oleh guru yang melakukan PTK tersebut dan alternatif pemecahan masalah yang dilakukan belum tentu akan memberikan hasil yang sama untuk kasus serupa. Oleh karena itu ketika suatu PTK berhasil menunjukkan terjadinya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan sebagaimana yang diharapkan, maka berarti sekaligus peneliti (guru) telah berhasil menemukan model dan prosedur tindakan yang memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah tersebut. Bagaimana teknik analisis data dalam PTK sangat tergantung pada data yang terkumpul. Seperti halnya penelitian jenis lain, data dalam PTK dapat dikumpulkan dengan

menggunakan berbagai instrumen penelitian (alat monitoring), seperti: catatan harian, lapangan, berkala, lembar observasi; pedoman wawancara; lembar angket/kuesioner, soal prestasi; lembar masukan peserta didik (refleksi tindakan); tugas portofolio; dokumen; lembar penilaian unjuk kerja, instrumen perekam gambar/suara (video); dan lain-lain. Semua instrumen tersebut harus dipersiapkan secara baik dan matang sebelum kita mulai melakukan PTK. Analisis data difokuskan pada sasaran/variabel/objek yang akan diperbaiki/ditingkatkan, misalnya tentang kesiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran, frekuensi dan kualitas pertanyaan, cara menjawab dan penalarannya, kualitas kerjasama kelompok, aktivitas, partisipasi, motivasi, minat, konsep diri, berpikir kritis, kreativitas, kemandirian, dan lain-lain. Data dapat berupa angka maupun non-angka (kalimat atau kata-kata), yang dapat dianalisis deskriptif dan sajian visual yang menggambarkan bahwa tindakan yang dilakukan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan keadaan sebelumnya. Pada umumnya analisis kualitatif terhadap data PTK dapat dilakukan dengan tahap-tahap: menyeleksi, menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan, mengorga-nisasi (mengaitkan gejala secara sistematis dan logis), membuat abstraksi atas kesim-pulan makna hasil analisis. Model analisis kualitatif yang terkenal adalah model Miles & Hubberman (1992: 20) yang meliputi : reduksi data (memilah data penting, relevan, dan bermakna dari data yang tidak berguna), sajian deskriptif (narasi, visual gambar, tabel) dengan alur sajian yang sistematis dan logis, penyimpulan dari hasil yang disajikan (dampak PTK dan efektivitasnya).

Model analisis ini dapat digambarkan sebagai berikut:


Pengumpulan Data

Penyajian Data

Reduksi Data

Verifikasi/Penarikan Kesimpulan

Jika dari hasil analisis dan refleksi, hasil yang didapat menunjukkan keberhasilan dan menurut peneliti (sebaiknya setelah berdiskusi dengan sejawat) permasalahan sudah dapat diatasi, maka PTK diselesaikan pada siklus 1. Jika dari hasil analisis dan refleksi, indikator keberhasilan belum tercapai, maka dirancang kembali rencana perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus 2 dengan tahapan kegiatan yang sama dengan siklus 1. Penelitian dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya (siklus 3), jika hasil siklus 2 juga belum memuaskan, dilanjutkan lagi dengan siklus berikutnya. Mungkin anda bertanya-tanya berapa siklus PTK dilaksanakan? Pada dasarnya tidak ada ketentuan berapa siklus harus dilakukan. Banyaknya siklus tergantung pada ketercapaian indikator kinerja (keberhasilan) yang sudah direncanakan. Tetapi sebaiknya PTK dilaksanakan tidak kurang dari 2 siklus. E. Laporan Penelitian Tindakan Kelas PTK Penulisan laporan PTK dilakukan setelah proses penelitian selesai. Pembuatan laporan penelitian tindakan kelas bertujuan untuk : 1. Dimanfaatkan oleh guru untuk bahan kenaikkan pangkat; 2. Sebagai sumber bagi peneliti lain atau peneliti yang sama dalam memperoleh inspirasi untuk melakukan penelitian lanjutan;

3. Sebagai bahan agar orang atau peneliti lain dapat memberikan saran dan kritik konstruktif untuk perbaikan penelitian tersebut; dan 4. Sebagai acuan atau perbandingan bagi peneliti untuk mengambil tindakan dalam menangani masalah yang serupa atau sama dengan modifikasi-modifikasi tertentu. Pada hakikatnya laporan PTK merupakan upaya menceritakan kembali seluruh kegiatan dari awal sampai akhir kegiatan, mulai dari perencanaan, tindakan (pelaksanaan), pengamatan (observasi) dan refleksi. Setiap aktivitas PTK dilaporkan oleh peneliti secara jelas dan terperinci dari masalah tersebut, cara mengobservasi, cara menganalisis dan merefleksi serta bagaimana hasilnya. Seperti penelitian formal, penelitian tindakan kelas dalam melaporkan hasil penelitian juga mengikuti aturan pelaporan kegiatan ilmiah. Laporan penelitian tindakan kelas memberikan banyak manfaat baik bagi guru sendiri maupun bagi orang lain. Khususnya bagi guru sebagai perencana, pelaksana dan penilai hasil belajar yang terjadi di kelasnya, laporan PTK bermanfaat sebagai bahan kajian dan umpan balik untuk melakukan introspeksi dengan melihat kekurangan , kelemahan dan permasalahan yang dirasakan dalam proses pembelajaran. Dari permasalahan tersebut melalui penelitian maka diperoleh tindakan apa yang perlu dilakukan agar terjadi perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran. Dengan demikian melalui laporan penelitian tindakan kelas guru akan memperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Mendapat pengalaman nyata Untuk memperbaiki pembelajaran 2. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk inovasi pembelajaran; 3. Dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengembangkan kurikulum tingkat kelas;

4. Dapat digunakan untuk meningkatkan kepekaan atau profesionalisme guru 5. Guru lebih percaya diri untuk berkembang secara profesional, maupun akademik 6. Guru berperan aktif menyumbangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri Di samping memberikan manfaat pada guru sebagai perencana dan pelaksanan kegiatan pembelajaran di kelasnya , laporan PTK juga memberikan manfaat bagi guru lain maupun bagi masyarakat luas yang memerlukan informasi dan pengalaman guna perbaikan pembelajaran, bahkan manfaat yang lebih besar adalah untuk penyebaran dan pengembangan kemajuan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian melalui laporan penelitian masyarakat luas akan memperoleh pengetahuan tentang hasil penelitian. Lebih jauh dari itu hasil penelitian yang dilaporkan akan mendapat tanggapan berupa tindak lanjut yang bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan ilmu penmgetahuan. F. Sistematika Laporan Penelitian Tindakan Kelas Laporan penelitian tidak hanya akan dibaca dan dimanfaatkan oleh peneliti itu sendiri atau si pembuat laporan, tetapi akan dibaca dan dimanfaatkan oleh orang lain yang memerlukannya. Orang lain tersebut dapat berupa pihak yang memberi tugas, penguji untuk karya ilmiah dalam bentuk skripsi. thesis, dan disertasi, maupun masyarakat luas yang ingin mengtahui hasil-hasil penelitian guna pengembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu laporan penelitian termasuk laporan penelitian tindakan kelas harus disusun secara sistematis, logis dan tertata sedemikian rupa, sehingga bagian demi bagiannya mudah ditemukan, mudah dibaca dan mudah dipahami oleh siapa pun yang memerlukannya. Sistematika laporan penelitian adalah pengaturan isi laporan penelitian berdasarkan komponen-komponen dan

urutannya sehingga laporan tersebut membentuk satu kesatuan yang utuh. Sampai saat ini telah banyak sekali format sistematika laporan yang dapat digunakan sebagai panduan dalam menulis laporan hasil penelitian. Senua format sistematika laporan pada dasarnya mempunyai cakupan yang hampir sama. Perbedaanya hanya terletak pada susunan atau uruutsn penyajian, penekanan materi yang dilaporkan, dan perlu tidaknya suatu bagian dipaparkan kepada para pembaca. Pada dasarnya sistematika laporan penelitian tindakan kelas, tidak berbeda dengan laporan penelitian pada umumnya, yang terdiri atas bagian awal, bagian inti dan bagian akhir, seperti terlihat pada sistematika sebagai berikut: A. Bagian awal Laporan memuat komponen-komponen : 1. Halaman Judul (Cover luar dan cover dalam) 2. Lembar Pengesahan 3. Abstrak 4. Kata Pengantar 5. Daftar Isi ( bila ada daftar table ,daftar gambar dan daftar lampiran) B. Bagian Inti/Isi Laporan mencakup komponenkomponen : 1. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah b. Rumusan Maslah c. Tujuan pnelitian d. Manfaat Penelitian 2. Kajian Pustaka a. Kajian teori b. Hasil penelitian terdahulu 3. Pelaksanaan Penelitian a. Subyek Penelitian ( Lokasi, Waktu, mata pelajaran, kelas, karakteristik siswa dsb.) b. Deskripsi per-siklus kegiatan (rencana, pelaksanaan, pengamatan, pengumpulan dan pengolahan data, refleksi) dst.

4. Hasil Penelitian dan pembahasan a. Deskripsi per-siklus (data tentang rencana, pengamatan pelaksanaan, refleksi), kenerhasilan, kegagalan lengkap dengan data. b. Pembahasan dari setiap siklus 5. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan b. Saran C. Bagian Akhir Laporan terdiri atas komponenkomponen 1. Daftar Pustaka 2. Lampiran G. Penjelasan Isi Komponen Laporan Penelitian Tindakan Kelas A. Bagian awal laporan Penelitian, memuat halaman judul, lembar pengesahan, abstrak, kata pengantar dan daftar isi. daftar tabel dan daftar gambar 1. Halaman Judul Halaman judul memuat judul penelitian, nama peneliti lokasi, subyek, waktu /tahun dilaksanakan penelitian, dan lembaga tempat peneliti bertugas serta peruntukan apa penelitian itu dilakukan. Halaman judul biasanya terdiri atas cover luar dan cover dalam. Judul dirumuskan dengan kalimat yang jelas, singkat, komunikatif dan menggambarkan upaya atau tindakan yang penting untuk perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran. 2. Lembar Pengesahan Lembar pengesahan meuat tanda tangan yang menunjukkan legalitas laporan penelitian yang terdiri atas a. Tanda tangan peneliti (ketua Peneliti), b. Tanda tangan pendamping penelitian apabila penelitian tersebut dilaksanakan secara kolaboratif,

c. Tanda tangan atasan ( Kepala sekolah, penilik atau kepala dinas), dekan fakultas, ketua lembaga penelitian dan ain berikut stempel lembaganya 3. Abstrak Abstrak menyajikan saripati komponen-komponen penelitian mulai dari judul, permasalahan, tujuan, prosedur pelaksanaan penelitian, hasil temuan dan rekomendasi. Melalui abstrak para pembaca dalam waktu yang cepat akan memperoleh gambaran umum dan menyeluruh tentang hasil penelitian yang dilaporkan. Abstrak yang baik tidak lebih dari satu halaman, diketik satu spasi. 4. Kata Pengantar Yang penting dalam kata pengantar adalah uraian yang mengantarkan para pembaca laporan kepada permaslahan yang diteliti, dan tindakan yang dilakukan untuk perbaikan pembelajaran. Dalam kata pengantar dapat pula disampaikan ucapan dan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu dan berkontribusi dalam penelitian 5. Daftar Isi Menyajikan sistematika isi laporan secara lebih rinci disertai halaman untuk setiap bagian, judul bab dan subsub bab, sehingga memudahkan para pembaca untuk mencaridan memahaminya. Apabila terdapat gambar dan tabel yang dimuat maka perlu dicantumkan pula daftar tabel dan daftar gambar. B. Bagian Inti /Isi Laporan Penelitian Tindakan Kelas Bagian inti memuat pendahuluan, kajian pustaka, prosedur pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan pembahasan, dan Kesimpulan serta saran. 1. Pendahuluan Pendahuluan merupakan komponen awal isi laporan penelitian yang memuat latar belakang

masalah, identifikasi dan analisis masalah, perumusah masalah, tujuan penelitian ( tujuan perbaikan), manfaat penelitian, garis besar metode penelitian dan teknik pengumpulan serta pengolahan data, lokasi dan sampel penelitian. a. Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah berisi uraian yang menjelaskan mengapa masalah itu timbul dan penting dipecahkan melalui penelitian. Dalam latar belakang penelitian tindakan kelas memuat alasan yang terkait dengan kegelisahan dan kepedulian peneliti terhadap peningkatan mutu proses pembelajaran yang sedang dilakukannya di kelas. Disamping itu berbagai kondisi empiris di lapangan yang mendorong dilakukannya identifikasi masalah dan perumusan masalah dan mendorong perlunya penelitian tindakan dan peningkatan mutu pembelajaran dilakukan. Ungkapkan pula kerugian apa yang akan timbul apabila masalah tersebut dibiarkan tidak diteliti dan dipecahkan, dan keuntungan apa yang akan diperokleh apabila masalah tersebut diteliti dan dipecahkan. b. Perumusan Masalah Hasil identifikasi dan analisis masalah yang dilakukan dengan baik akan membantu seorang peneliti mudah merumuskan masalah yang akan diteliti. Pengetahuan yang luas dan terpadu mengenai teori-teori dan hasil-hasil penelitian para pakar terdahulu akan sangat membantu memudahkan merumuskan masalah yang akan diteliti. Untuk mempermudah perumusan masalah dapat dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya, setelah didahului uraian tentang masslah

penelitian, variabel-variabel yang diteliti serta kaitan antar variabel. c. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian dalam PTK terkait dengan tujuan perbaikan pembelajaran yang nmenggambarkan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Oleh karena itu tujuan penelitian harus konsisten dengan rumusan masalah dan sekaligus mencerminkan proses penelitiannya. Rumusan tujuan penelitian biasanya terdiri atas tujuan umum yang menggambarkan secara singkat tentang apa yang ingin dicapai melalui penelitian, dan tujuan khusus yang secara spesifik dirumuskan dalam bentuk butir-butir yang mengacu pada pertanyaan-pertanyaan penelitian. d. Kegunaan Penelitian Pada bagian ini cantum nilai kegunaan hasil penelitian khusunya bagi peningkatan kualitas pembelajaran, bagi guru, bagi sekolah bahkan umumnya manfaat hasil penelitian bagi inovasi pendidikan pada umumnya dan bnagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. e. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang ditempuh untuk memecahkan permasalahan penelitian. Dalam metode penelitian dibahas: setting penelitian, subjek penelitian, sumber data, teknik dan alat pengumpulan data, validasi data, analisis data, indicator kerja, prosedur prnrlitian. Dalam setting penelitian diungkap mengenai waktu dan tempat penelitian (akan lebih baik apabila dibuat jadwal penelitian dalam bentuk bagan). Subyek penelitian diungkapkan kelas berapa penelitian dilakukan dan bagaimana karakteristik kelas tersebut, seperti jumlah siswa,

komposisi siswa menurut jenis kelamin, latar belakang sosial ekonomi, kategori kelas dan sejenisnya. Sumber data PTK dapat berasal dari guru, siswa, dan kepala sekolah. Teknik dan alat pengumpulan data bisa berwujud tes (butir soal), observasi (lembar observasi), dan wawancar. Pemilihan jenis alat pengumpul data tergantung variabel yang diteliti. Validasi data untuk mengetahui ketepatan alat pengumpul data yang dipilih oleh peneliti. Hasil belajar (nilai tes) yang divalidasi instrument dengan menggunakan validitas teoritik (kisi-kisi) maupun validitas empiric (validitas butir soal). Proses pembelajaran (observasi, wawancara) yang divalidasi datanya melalui triangulasi sumber, metode, dan alat. Analisis data dapat dilakukan dengan teknik kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif menggunakan analisis deskriptif komparatif, yaitu membandingkan rata-rata kondisi awal dan tiap siklus. Data kualitatif hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiaptiap siklus. Jadi dalam PTK tidak menggunakan analisis statistik seperti korelasi, regresi, dll. Indicator kinerja atau juga disebut indicator keberhasilan merupakan tolok ukur keberhasilan kinerja dari tindakan yang dilakukan. Berhentinya PTK tergantung dari ketercapaian indicator kerja, bila belum tercapai harus dilanjutkan ke siklus berikutnya. Metode penelitian yang diuraikan dalam pendahuuan ini hanya garis besarnya yang mencakup juga garis besar teknik pengumpulan

dan pengolahan data. Sedangkan secara rinci metode penelitian diuraikan pada prosedur penelitian. 2. Kajian Pustaka Memuat hasil kajian pustaka berupa teori-teori, pengalaman empiris hasil penelitian terdahulu, pendapat para pakar yang relevan dengan masalah yang menjadi fokus penelitian. Kajian Pustaka dimaksudkan untuk menampilkan mengapa dan bagaimana teori dan hasil penelitian terdahulu dipergunakan oleh peneliti. 3. Prosedur Pelaksanaan penelitian Pada bagian ini diuraikan tahapan dan siklus pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang mencakup subyek penelitian terdiri atas tempat ( di mana penelitian dilakukan, di elas, di sekolah); waktu penelitian ( termasuk jadwal dan siklus penelitian), dalam mata pelajaran apa, karakteristik siswa yang menjadi sampel penelitian meliputi (jumlah, usia, jenis kelamin, kemampuan, prestasi, latar belakang sosial ekonomi, psikologis dan lain-lain). Cantumkan pula prosedur setiap siklus kegiatan penelitian mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data, refleksi. Ada lima tahapan pelaksanaan penelitian tindakan, namun dalam kenyataannya tahapan ini merupakan siklus kegiatan (Raka Joni 1998). Adapun tahapantahapan tersebut meliputi: a. Pengembangan Fokus Masalah Penelitian, Proses analisis masalah perlu dilakukan dengan hati yang jernih, hati-hati dan cermat sebab keberhasilan pada masalah analisis ini akan menentukan keberhasilan keseluruhan proses pelaksanaan PTK. Untuk itu perlu pemecahan masalah,

b.

c.

d.

e.

f.

mencari beberapa alternatif pemecahan masalah yang kiranya mudah dan aplikatif. Perencanaan Tindakan, Maksudnya adalah memformulasikan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam PTK disebut hipotesis tindakan yaitu suatu perubahan yang diduga bakan terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Subyek yang Diteliti, Dalam hal menjelaskan subyek penelitian atau sumber informasi/data, perlu dikemukakan elemen-elemen mana, obyek mana atau siapa-siapa yang merupakan sumber data, tergantung pada isi teori atau konsep yang digunakan. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi, Jika semua telah dipersiapkan maka selanjutnya adalah melaksanakan pada siklus, yang diikuti dengan kegiatan observasi dan refleksi. Observasi adalah upaya mengamati dan mendokumentasikan hal-hal yang terjadi selama tindakan berlangsung. Dalam observasi hal-hal yang harus diperhatikan adalah perencanaan bersama, fokus, penentuan kriteria, keterampilan observasi dan umpan balik. Sedangkan dalam melakukan observasi ada tiga fase kegiatan, yaitu pertemuan perencanaan, observasi kelas dan pembahasan umpan balik. Observasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan video, tape recorder atau catatan siswa. Analisis dan Refleksi, tindakan ini adalah mengembangkan kemampuan berpikir, reflektif yaitu kemampuan untuk mencermati kembali secara rinci semua yang telah dilakukan. Perencanaan Tindakan Lanjutan, hasil analisis dan refleksi akan memutuskan apakah tindakan yang telah dilaksanakan telah dapat mengatasi masalah

atau belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau belum terselesaikan, maka dilakukan tindakan lanjutan. g. Teknik Pengolahan dan Analisis Data, teknik pengolahan dan analisis data akan dilakukan secara kualitatif, mengkategorikan dan mengklarifikasi berdasarkan analisis kaitan logisnya kemudian ditafsirkan dalam konteks keseluruhan permasalahan penelitian. h. Tahap Validasi, tahap validasi dilakukan melalui teknik: saturasi atau penjenuhan, member check, audit trail dan expert opinion. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bagian ini disajikan hasil penelitian sesuai dengan urutan tujuan penelitian dan perbaikan. Setiap sajian hasil dapat langsung disertai dengan pembahasan yang mmerupakan alasan mengapa hasilnya seperti itu. Pembahasan hasil harus dikaitkan dan mengacu pada teori, pengalaman praktis atau hasil penelitian terdahulu yang terdapat dalam kajian pustaka. Pada umumnya pembahasan ini merupakan hasil refleksi mengenai rencana dan tindakan yang dikaitkan dengan berbagai teori. Kualitas pembahasan hasil penelitian menggambarkan tingkat profesionalitas peneliti untuk memperbaiki mutu pembelajaran 5. Kesimpulan dan Saran Pada bab ini disajikan pemaknaan / pemaknaan penelitian berupa kesimpulan tentang hasil penelitian yang diperoleh. Saran mesti disusun merujuk pada kesimpulan, yang merujuk pada tujuan penelitian. Saran dapat ditujukan pada pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian bersangkutan dan kepada para peneliti

berikutnya yang selanjutnya.

berminat

melakukan

penelitian

C. Bagian Akhir Laporan Penelitian Bagian akhir suatu laporan penelitian memuat daftar pustaka dan lampiran. 1. Daftar pustaka Memuat semua sumber tertulis (buku, artikel, jurnal, dokumen resmi atau sumber lain dari internet) dapat pula dalam bentuk tercetak seperti CD, Video, film atau kaset yang pernah dikutif atau digunakan dalam penelitian dan penulisan laporannya sebagai bentuk karya ilmiah. Cara menulis daftar pustaka Pola UPI (2006) berurutan secara alfabetis, tanpa nomor urut. Sumber tertulis/tercetak yang memakan tempat lebih dari satu baris, ditulis dengan jarak antar baris satu spasi. Sedanghkan jarak antara sumbersumber tertulisyang saling berurutan adalah dua spasi. Cara penulisan daftar pustaka dapat dilihat pada contoh khusus cara penulisan. 2. Lampiran Lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan laporannya. Misalnya lembar instrumen, pedoman observasi, catatan lapangan, foto-foto kegiatan dan lain-lain. Setiap lampiran diberi nomor urut sesuai dengan urutan penggunaannya. Di samping itu setiap lampiran diberi judul lampiran.

You might also like