Professional Documents
Culture Documents
A. Fungsi Protein
B. Pengertian
C. Pengujian
Kualitatif
1. Biuret
3. Ninhidrin
Kuantitatif
1. Volumetri
- Kjeldahl
dalam sampel cocok untuk protein tak larut atau terkoagulasi akibat
sampel (mg)
- Titrasi Formol
2. Gasometri
3. Spektrometri
Metode ini tepat digunakan untuk sampel yang mengandung protein terlarut,
seperti pada produk-produk hasil ternak (telur dan daging) serta biji-bijian
jenis sinar yang digunakan dalam metode ini, yaitu menggunakan sinar UV
atau sinar tampak (visibel). Adanya gugus aromatik pada asam-asam amino
seperti fenilalanin, tirosin, dan triptofan dapat menangkap sinar UV. Adapun
jika menggunakan sinar tampak, maka terlebih dahulu diperlukan
- Metode Biuret
secara spektrofotometri pada λ 540 - 560 nm. Metode ini tepat untuk
dan asam fosfotungsat) oleh gugus fenol pada tirosin dan triptofan
- Metode Lowry
Biuret dan metode Folin yang dilakukan oleh Lowry kurang lebih 45
tahun yang lalu. Adanya inti aromatis pada asam amino tirosin,
dapat diukur absorbansinya pada λ 600 nm. Metode ini lebih senditif
4. Spektrofuorometri
Asam amino tirosin dan triptofan dapat berfluorosensi pada λ eksitasi 280 nm
dan λ emisi 348 nm. Keuntungan metode ini ialah lebih sensitif daripada
mampu membrikan respon yang lebih tajam, serta lebih selektif karena tidak
5. Tubidimetri
Metode ini didasarkan pada kekeruhan, dimana protein dalam suatu sampel
asam trikloroasetat, kalium feri sianida, dam asam sulfosalisilat. Kurva baku
dilakukan.
Adanya gugus polar dalam protein dapat mengikat zat warna yang
yang tak larut. Zat warna yang sering digunakan ialah zat warna asidik
seperti Amino Black 10B (λ maks 615 nm) dan Orange G (λ maks 485 nm)
7. Kromatografi
yang lebih peka dan sensitif serta memiliki tingkat akurasi yang lebih
seperti :
spektrofulorometri.
mampun deteksi.
- Kromatografi Gas