Professional Documents
Culture Documents
com
RISALAH
TARAWIH
Editor : http://subhan-nurdin.blogspot.com
1
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
MASALAH TARAWIH
2
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
- Yang saya maksud dengan tarawih itu ialah shalat yang disebut
dalam kitab-kitab hadits dan kitab-kitab fiqih. Misalnya, dalam kitab
Shahihul-Bukhari ada satu bab yang berjudul "Kitabut Tarawih". Dalam
hal ini Imam Nawawi menerangkan:
+ Jadi, yang dimaksud dengan "tarawih" itu ialah nama bagi shalat
yang pada zaman Rasulullah dikenal dengan nama qiyamu Ramadhan,
Itulah yang diberi nama tarawih. Shalat seperti itu pemah dicontohkan
oleh Rasulullah dengan cara berjama’ah. Pada waktu itu Rasulullah
bertindak sebagai imam. Beliau mengimami para sahabat di dalam
masjid dekat pintu rumah beliau setelah di tempat itu dipasang tikar
sebagaimana diterangkan dalam hadits.
+ Betul, nama itu belum ada. Akan tetapi, qiyamu Ramadhan yang
sekarang diberi nama "tarawih" itu sudah ada. Juga perlu disadari
bahwa hukum itu bukan jatuh pada nama, melainkan jatuh pada
perbuatan atau benda yang diberi nama itu, yakni pada musamma-
nya. Shalat tahiyyatu!-masjid juga tidak dikenal pada zaman
RasululIah, tetapi shalat dua rakaat bila masuk masjid pada zaman
Rasulullah sudah ada. Dan sekarang, sekalipun dinamakan tahiyyatul-
masjid yang berarti "menghormati masjid", tidak ada orang Islam yang
berniat shalat untuk menghormati masiid, Akan tetapi, mereka shalat
dengan niat dan maksud untuk taat pada sunnah Rasulullah saw.
3
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
4
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Kemudian, bila di laut ada ikan yang bemama, "babi laut", apakah
hukumnya haram? Contoh lain: menjadi sunahkah bila Muuludan,
Rajaban, talkinan atau tahlilan dan lain-lain diganti namanya menjadi
tablig?
- Tentu tidak.
- Saya berpendapat bahwa tarawih itu tetap bid'ah sebab saya lihat,
dari segi lain tidak sejalan dengan contoh Rasulullah.
- Silakan.
5
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
+ Mengenai yang pertama, mari kita baca hadits Abu Dzar yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Daud, An-Nasa-i, dan Ibnu Majah,
kemudian disahkan pula oleh At-Tirmidzi. Hadits itu menerangkan
bahwa Rasulullah shalat berjamaah dengan para sahabat, dan beliau
bertindak sebagai imam. Shalat yang dilakukan beliau itu ialah yang
dinamakan qiyamu Ramadhan atau yang kita beri nama tarawih.
Pada malam yang lainnya Rasulullah shalat berjamaah lagi., shalat kali
ini:
sudah jelas pula. Akan tetapi, baiklah kita baca riwayat Abu Daud dan
Al-Mundzir dengan sanad yang shahih, Diriwayatkan bahwa Rasulullah
bertanya kepada Abu Bakar dan Umar, kapan mereka berdua itu
melakukan shalat witir. Pada waktu itu Abu Bakar menjawab bahwa dia
shalat pada awwalul-lail, pada permulaan malam. Kemudian Umar
ketika itu menjawab bahwa dia shalat pada akhirul-lail, pada akhir
malam.
Artinya ialah bahwa Abu Bakar itu hati-hati, Kemudian kepada Umar
beliau bersabda:
"AKHADZA BIL-QUWWATI.”
6
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Mengenai masalah ketiga dapat kita baca riwayat Sahabat Thalq bin
Ali. Pada suatu peristiwa pada bulan Ramadan ia bertamu kepada Qais
bin Thalq. Sesudah berbuka puasa, ia shalat yang sekarang bernama
shalat tarawih. Sesudah itu .ia pulang ke karnpungnya. Ternyata orang-
orang menunggu dia untuk mengimami mereka shalat tarawih. Maka ia
pun melakukan shalat tarawih lagi (takrar). Akan tetapi, waktu akan
mengakhiri shalat itu dengan witir, ia berkata kepada salah seorang
makrnurn, "Imamilah olehmu witirnya sebab saya mendengar
Rasulullah berkata: “Tidak ada dua kali witir dalam satu malam."
- Dalam riwayat Abu Dzar yang Anda kemukakan tadi, bukankah dalam
sanadnya ada Salman Bin Abdirrahman, sedangkan ia adalah seorang
muttaham, yang diduga suka berdusta? Oleh karena itu hadits ini
dha'if!
+ Hadits itu tidak hanya diriwayatkan oleh satu sanad seperti saya
nyatakan tadi, tetapi juga oleh Al-Khamsah. At-Tirmidzi sendiri
menyatakan hadits itu shahih. Tidak ada alasan untuk menyatakan
bahwa hadits itu tidak dapat dijadikan hujjah sebab sanad-sanadnya
yang terdapat dalam kitab-kitab sunan terdiri dari rijaalush-shahih,
orang-orang kepercayaan. Ditegaskan pula oleh Asy-Syaukani dalam
kitab At-Taj bahwa hadits itu dalam kitab-kitab sunan diriwayatkan
dengan sanad shahih, kemudian sakata 'anhu Abu Daud, telah diam
terhadapnya Abu Daud, yang artinya dapat dijadikan hujjah. Tambahan
pula, rawi hadits itu banyak sekali. Jadi satu sama lain saling
rnenguatkan. Tegasnya, hadits itu mempunyai syawahid, kesaksian-
kesaksian lain yang menguatkan.
7
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Dalam hadits ini jelas dikatakan isya pada waktu jauh malam, yaitu
isya akhir! Jadi, sesungguhnya sesudah isya.
+ Benar.
Rasulullah bersabda:
8
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
9
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Dalam Is'af saya baca bahwa Abdullah bin Abu Bakar Shiddiq
meninggal pada awal masa pemerintahan ayahnya, yaitu Khalifah Abu
Bakar, pada tahun II H. la mendapat luka terpanah oleh Abu Mihjan
dalam Perang Tha'if. Kemudian luka itu membengkak dan akhirnya
membawa kepada ajalnya. Adapun Imam Maliki yang menerima
keterangan dari Abdullah bin Abu Bakar itu lahir pada tahun 95 H.
Dengan demikian, mustahil Imam Maliki dapat bertemu dengannya
dan berguru kepada Abdullah anak Abu Bakar Shiddiq itu. Dalam Is'af
juga diterangkan bahwa Abdullah bin Abu Bakar yang memberi
keterangan kepada Imam Maliki itu sesungguhnya Abdullah bin Abu
Bakar bin Muhammad bin Amru ibnu Hazm yang meninggal pada
tahun 135 H. Sungguh sangat keliru jika Anda katakan bahwa Abu
Bakar itu adalah Abu Bakar Shiddiq.
+ Tidak. Berjamaah dalam shalat tarawih bukan bid'ah. Tidak ada yang
dapat memungkiri bahwa Rasulullah pemah shalat qiyamu Ramadhan
dengan berjamaah, dan beliau sendiri menjadi imam. Kemudian pada
malam lainnya beliau keluar dengan sengaja dan dengan sengaja
menyediakan tempat di masjid. Pada saat itu beliau shalat berjamaah.
10
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
- Sekalipun demikian, jelas diakui oleh Sahabat Umar bahwa apa yang
dilakukannya itu suatu bid'ah!
Oleh karena itu, bagi ucapan Sahabat Umar itu tentulah mesti
digunakan arti yang lain, yang memang salah satu di antara makna
ucapannya itu ialah ni'mal-amru badii'u haadzaa, sebaik-baiknya
sesuatu yang baik ialah ini. Hal itu sejalan dengan ucapan sebelumnya,
yakni lakaana amtsala, sebab dia telah mengembalikan suatu perkara
ibadah kepada contoh utama dari Rasulullah.
+ Benar, tetapi Umar hidup pada saat iman segar dan semangat kuat.
Tidak mungkin sahabat lain diam membiarkan suatu perbuatan yang
salah sekalipun perbuatan itu dilakukan oleh seorang khalifah. Selain
itu, dalam hal ini jauh kemungkinannya Sahabat Umar berbuat bid'ah
dhalaalah, yaitu seperti yang Anda katakan bahwa dia mengaku
dirinya berbuat bid'ah dhalaalah.
11
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Demikian juga dalam hal tarawih. Contoh dari Rasulullah itu cukup
walaupun hanya satu kali. Kemudian beliau ingin memberi keringanan
dan menyatakan bahwa hal itu hukumnya sunat, bukan wajib.
+ Perintah Rasulullah itu ada 'illah-nya, yaitu khawatir tarawih itu di-
fardhu-kan sehingga kemudian menjadi berat bila hukumnya wajib. Hal
itu dikhawatirkan beliau sebab wahyu belum putus. Kemudian
dikatakan pula oleh beliau bahwa yang shalat di rumah itu afdhalu,
lebih utama, yang berarti tidak bid'ah bila dilakukan di masjid dan
pada awal malam karena semuanya ada contohnya.
12
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
+ Tarawih itu salah satu dari pelaksanaan shalat tahajjud. Namun, itu
bukan satu-satunya. Tahajjud berpengertian shalat sesudah tidur, atau
tidur lalu shalat lalu tidur lagi, atau shalat tanpa tidur lebih dulu, atau
shalat lalu tidur lalu shalat lagi. Arti tahajjud : bukan bangun sesudah
tidur, melainkan terjaga yakni kebalikan dari tidur. Tahajjud adalah
nafal-hujud, menafikan tidur (Tafsir Ahkam).
13
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
(3) (yaitu) pada tengah malam, atau kurangkan sedikit, atau lebihkan
daripadanya (dari tengah malam), dan bacalah (Al-Qur’an) dengan
sungguh-sungguh (tartil).
QIYAMU RAMADHAN
14
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Rakaat dalam shalat wajib atau shalat sunat dimulai dengan takbir,
kemudian membaca surat Fatihah, rukuk, i'tidal, dua sujud, dan duduk
di antara dua sujud. Rakaat itu sesuai dengan yang diajarkan oleh
Rasulullah saw. kepada seorang sahabat yang bernama Khalad bin Rafi
ketika ia memohon kepada beliau agar mengajarkan shalat yang
benar.
15
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Setelah itu Khalad bin Rafi melakukan shalat dengan benar, sesuai
dengan yang diperintahkan oleh Rasulullah saw. Juga riwayat itu
menerangkan apa yang dinamakan rakaat dalam shalat.
Adapun dalam shalat malam atau shalat witir adalah sebagai berikut:
Dalam riwayat Siti Aisyah itu Rasulullah saw. tidak tduduk pada setiap
dua rakaat, bahkan beliau duduk pada rakaat yang keenam, kemudian
witir satu rakaat.
Dari Siti Aisyah r.a. ia berkata: "Rasulullah saw. apabila witir sembilan
rakaat, tidak duduk kecuali pada rakaat kedelapan, beliau memuji
Allah, berzikir kepada-Nya, dan berdoa. Kemudian beliau bangkit
berdiri, tidak mengucapkan salam, lalu shalat yang kesembilan rakaat
Setelah itu beliau duduk berzikir kepada Allah Yang Maha mulia dan
berdoa, lalu mengucapkan salam satu kali dan terdengar oleh kami.
Setelah itu beliau shalat dua rakaat sambil duduk demikian itu
16
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Maka dengan riwayat dari Siti Aisyah - yang paling mengetahui tentang
saIat witir atau shalat malam Rasulullah - ini diterangkan bahwa beliau
tidak duduk tahiyyat pada setiap dua rakaat.
Dari Abu Bakar bin Abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam dan Abu
Salamah bin Abdurrahman: "Sesungguhnya Abu Hurairah takbir pada
setiap shalat, pada shalat fardhu dan bukan fardhu. Pada bulan
Ramadan atau bukan bulan Ramadan ia takbir ketika berdiri, kemudian
17
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Sesungguhnya Abu Hurairah takbir pada tiap shalat fardhu atau shalat
lainnya, juga pada bulan Ramadan dan bulan lainnya. Jadi, riwayat itu
menerangkan takbir pada setiap kali shalat, termasuk shalat jenazah.
"Kata Siti Aisyah, Rasulullah shalat pada waktu malam tiga belas
rakaat, dan beliau witir dengan lima rakaat, tidak duduk kecuali pada
akhirnya. Dalam riwayat lain beliau salam pada setiap dua rakaat.
Dalam riwayat lain lagi beliau shalat empat rakaat, kemudian empat
18
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Menurut kaidah ushul fiqih: Yang menjadi pelajaran itu pada umurnnya
lafaz, bukan khususnya, sebab yang lekas dapat dimengerti itu
tandanya yang benar. Lafaznya adalah: arba'an arba'an tsumma
tsalaatsan, empat rakaat, empat rakaat, kemudian tiga rakaat witir.
Dalil yang tegas bahwa tarawih memakai tahiyyat awwal, tidak ada.
Dari Abu Hurairah r.a.: "Rasulullah saw. bersabda: 'Apabila kamu shalat
setelah Jumat, hendaklah shalat empat rakaat.' " (Riwayat Muslim:
348)
Apabila setelah Jumat shalat di rumah, itu dua rakaat; dan bila di
masjid, sebaiknya empat rakaat.
19
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Tarawih adalah bentuk jama’ dari tarwihah. Menurut bahasa berarti jalsah (duduk).
Kemudian duduk pada bulan Ramadhan setelah selesai dari empat raka’at disebut
tarwihah; karena dengan duduk itu, orang-orang bisa istirahat dari lamanya melaksanakan
qiyam Ramadhan.
20
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Bahkan para salaf bertumpu pada tongkat, karena terlalu lamanya berdiri. Dari situ,
kemudian setiap empat raka’at, disebut tarwihah, dan kesemuanya disebut tarawih secara
majaz.
Aisyah ditanya: “Bagaimana shalat Rasul pada bulan Ramadhan?” Dia menjawab,
“Beliau tidak pemah menambah -di Ramadhan atau di luarnya- lebih dari 11 raka’at.
Beliau shalat empat rakaat, maka jangan ditanya tentang bagusnya dan lamanya.
Kemudian beliau shalat 3 raka’at.” (HR Bukhari).
Kata � (kemudian), adalah kata penghubung yang memberikan makna berurutan, dan
adanya jedah waktu.
Rasulullah shalat empat raka’at dengan dua kali salam, kemudian beristirahat. Hal ini
berdasarkan keterangan Aisyah,
Adalah Rasulullah melakukan shalat pada waktu setelah selesainya shalat Isya’, hingga
waktu fajar, sebanyak 11 raka’at, mengucapkan salam pada setiap dua raka’at, dan
melakukan witir dengan satu raka’at. (HR Muslim).
Juga berdasarkan keterangan Ibn Umar, bahwa seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah,
bagaimana shalat malam itu?” Beliau menjawab,
Yaitu dua raka’at-dua raka’at, maka apabila kamu khawatir shubuh, berwitirlah dengan
satu raka’at. (HR Bukhari).
Shalat malam dan siang dua raka’at-dua raka’at. (HR Ibn Abi Syaibah). 1
Barang siapa melakukan qiyam (lail) pada bulan Ramadhan, karena iman dan mencari
pahala, maka diampuni untuknya apa yang telah lalu dari dosanya.
Maksud qiyam Ramadhan, secara khusus, menurut Imam Nawawi adalah shalat tarawih.
Hadits ini memberitahukan, bahwa shalat tarawih itu bisa mendatangkan maghfirah dan
bisa menggugurkan semua dosa; tetapi dengan syarat karena bermotifkan iman;
membenarkan pahala-pahala yang dijanjikan oleh Allah dan mencari pahala tersebut dad
Allah. Bukan karena riya’ atau sekedar adat kebiasaan. 2
Hadits ini dipahami oleh para salafush shaalih, termasuk oleh Abu Hurairah sebagal
anjuran yang kuat dari Rasulullah untuk melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih,
tahajud, dan lain-lain). 3
21
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Al Albani berkata, “Yang shahih hanya kalimat yang kedua saja, yang awal dha’if.” 5
Barang siapa qiyamul lail bersama imam sampai is selesai, maka ditulis untuknya
(pahala) qiyam satu malam (penuh). 6
Hadits ini sekaligus juga memberikan anjuran, agar melakukan shalat tarawih secara
berjamaah dan mengikuti imam hingga selesai.
Nabi telah melaksanakan dan memimpin shalat tarawih. Bahkan beliau menjelaskan
fadhilahnya, dan menyetujui jama’ah tarawih yang dipimpin oleh sahabat Ubay bin
Ka’ab. Berikut ini adalah dalil-dalil yang menjelaskan, bahwa shalat tarawih secara
berjama’ah disunnahkan oleh Nabi, dan dilakukan secara khusyu’ dengan bacaan yang
panjang.
ia berkata:
Kami melaksanakan qiyamul lail (tarawih) bersama Rasulullah pada malam 23 bulan
Ramadhan, sampai sepertiga malam. Kemudian kami shalat lagi bersama beliau pada
malam 25 Ramadhan (berakhir) sampai separoh malam. Kemudian beliau memimpin lagi
pada malam 27 Ramadhan sampai kami menyangka tidak akan sempat mendapati sahur. 7
ia berkata:
Kami puasa, tetapi Nabi tidak memimpin kami untuk melakukan shalat (tarawih), hingga
Ramadhan tinggal tujuh hari lagi, maka Rasulullah mengimami karni shalat, sampai
lewat sepertiga malam.
Kemudian beliau tidak keluar lagi pada malam ke enam. Dan pada malam ke lima, beliau
memimpin shalat lagi sampai lewat separoh malam. Lalu kami berkata kepada
Rasulullah, “Seandainya engkau menambah lagi untuk kami sisa malam kita ini?”, maka
beliau bersada,
22
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Barang siapa shalat (tarawih) bersama imam sampai selesai. maka ditulis untuknya shalat
satu malam (suntuk).
Kemudian beliau tidak memimpin shalat lagi, hingga Ramadhan tinggal tiga hari. Maka
beliau memimpin kami shalat pada malam ketiga. Beliau mengajak keluarga dan istrinya.
Beliau mengimami sampai kami khawatir tidak mendapat falah.
saya (perawi) bertanya, apa itu falah? Dia (Abu Dzar) berkata, “Sahur. ” 8
Pada suatu malam, di malam Ramadhan, Rasulullah keluar rumah, kemudian beliau
melihat sekumplpulan orang di sebuah pojok masjid sedang melaksanakan shalat. Beliau
lalu bertanya, Apa yang sedang mereka lakukan?”
Seseorang menjawab, “Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang
tidak membaca Al Qur’an, sedang Ubay bin Ka’ali ahli membaca Al Qur’an, maka
mereka shalat (ma’mum) dengan shalatnya Ubay. ” Beliau lalu bersabda, “Mereka telah
berbuat baik dan telah berbuat benar.” Beliau tidak membencinya. 9
Orang yang bisa membaca Al Qur’an ada yang mengimami 5 orang, ada yang 6
orang, ada yang lebih sedikit dari itu, dan ada yang lebih banyak. Az Zuhri
berkata,
“Saya keluar ke masjid bersama Umar pada bulan Ramadhan. Ketika itu
orang-orang berpencaran; ada yang shalat sendirian, dan ada yang shalat
dengan jama’ah yang kecil (kurang dari sepuluh orang). Umar berkata,
23
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Dan shalat akhir malam nanti lebih utama dari shalat yang mereka
kerjakan sekarang.”
1. Umar mengundang para qari’ pada bulan Ramadhan, lalu memberi perintah
kepada mereka agar yang paling cepat bacaanya membaca 30 ayat (3 halaman),
dan yang sedang agar membaca 25 ayat, adapun yang pelan membaca 20 ayat (+
2 halaman).
2. Al A’raj 10 berkata,
la berkata,
“Umar memerintah Ubay bin Ka’ab dan Tamim Ad Dari agar memimpin
shalat tarawih pada bulan Ramadhan dengan 11 raka’at. Maka sang qari’
membaca dengan ratusan ayat, hingga kita bersandar pada tongkat karena
sangat lamanya berdiri. Maka kami tidak pulang dart tarawih, melainkan
sudah di ujung fajar.”) 11
Mengenai masalah ini, diantara para ulama salaf terdapat perselisihan yang cukup banyak
(variasinya) hingga mencapai belasan pendapat, sebagaimana di bawah ini.
24
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
5. Duapuluh tiga raka’at (20 + 3), riwayat Malik, Ibn Nashr dan Al Baihaqi.
Demikian ini adalah madzhab Abu Hanifah, Syafi’i, Ats Tsauri, Ahmad, Abu
Daud dan Ibnul Mubarak.
6. Duapuluh sembilan raka’at (28 + 1).
7. Tigapuluh sembilan raka’at (36 + 3), Madzhab Maliki, atau (38 + 1).
8. Empatpuluh satu raka’at (38 + 3), riwayat Ibn Nashr dart persaksian Shalih
Mawla Al Tau’amah tentang shalatnya penduduk Madinah, atau (36 + 5) seperti
dalam Al Mughni 2/167.
9. Empatpuluh sembilan raka’at (40 + 9); 40 tanpa witir adalah riwayat dari Al
Aswad Ibn Yazid.
10. Tigapuluh empat raka’at tanpa witir (di Basrah, Iraq).
11. Duapuluh empat raka’at tanpa witir (dart Said Ibn Jubair).
12. Enambelas raka’at tanpa witir.
Rasulullah telah melakukan dan memimpin shalat tarawih, terdiri dart sebelas raka’at (8
3). Dalilnya sebagai berikut.
1. Hadits Aisyah: ia ditanya oleh Abu Salamah Abdur Rahman tentang glyamui
lailnya Rasul pada bulan Ramadhan, ia menjawab:
Rasulullah shalat dengan kami pada bulan Ramadhan 8 raka’at dan witir.
Ketika malam berikutnya, kami berkumpul di masjid dengan harapan
beliau shalat dengan kami.
Maka kami terus berada di masjid hingga pagi, kemudian kami masuk
bertanya, “Ya Rasulullah, tadi malam kami berkumpul di masjid, berharap
anda shalat bersama kami,” maka beliau bersabda, “Sesungguhnya aku
khawatir diwajibkan atas kalian. ” 12
25
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Maka hal itu menjadi sunnah yang diridhai. Beliau tidak mengatakan apa-
apa.” 13
Ada beberapa riwayat shahih tentang bilangan raka’at shalat tarawih para sahabat pada
zaman Umar 43 . Yaitu: 11 raka’at, 13 raka’at, 21 raka’at, dan 23 raka’at. Kemudian 39
raka’at juga shahih, pada masa Khulafaur Rasyidin setelah Umar; tetapi hal ini khusus di
Madinah. Berikut keterangan pada masa Umar
1. Sebelas raka’at.
Umar memerintahkan kepada Ubay dan Tamim Al Dari untuk shalat 11 raka’at.
Mereka membaca ratusan ayat, sampai makmum bersandar pada tongkat karena
kelamaan dan selesai hampir Subuh. Demikian ini riwayat Imam Malik dari
Muhammad bin Yusuf dari Saib Ibn Yazid
Imam Suyuthi dan Imam Subkhi menilai, bahwa hadits ini sangat shahih ( �
�� ���). Syaikh Al Albani juga menilai, bahwa hadits ini shahih sekali (
�� ��).
1. Tigabelas raka’at
Hal ini bisa dipahami, bahwa termasuk dalam bilangan itu ialah 2 raka’at shalat
Fajar, atau 2 raka’at pemula yang ringan, atau 8 raka’at ditambah 5 raka’at Witir.
Abdur Razzaq meriwayatkan dart Muhammad Ibn Yusuf dengan lafadz “21
raka’at” (sanad shahih).
Al Baihaqi dalam As Sunan dan Al Firyabi dalam Ash Shiyam meriwayatkan dart
jalur Yazid Ibn Khushaifah dart Saib Ibn Yazid, bahwa – mereka- pada zaman
Umar di bulan Ramadhan shalat tarawih 20 raka’at. Mereka membaca ratusan
26
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
ayat, dan bertumpu ‘pada tongkat pada zaman Utsman, karena terlalu lama
berdiri.
Riwayat ini dishahihkan oleh Imam Al Nawawi, Al Zaila’i, Al Aini, Ibn Al Iraqi,
Al Subkhi, As Suyuthi, Syaikh Abdul Aziz bin Bazz, dan lain-lain.
Sementara itu Syaikh Al Albani menganggap, bahwa dua riwayat ini bertentangan
dengan riwayat sebelumnya, tidak bisa dijama’ (digabungkan). Maka beliau
memakai metode tarjih (memilih riwayat yang shahih dan meninggalkan yang
lain).
Beliau menyatakan, bahwa Muhammad Ibn Yusuf perawi yang tsiqah tsabt
(sangat terpercaya), telah meriwayatkan dart Saib Ibn Yazid 11 raka’at.
Sedangkan Ibn Khushaifah yang hanya pada peringkat tsiqah (terpercaya)
meriwayatkan 21 raka’at. Sehingga hadits Ibn Khushaifah ini -menurut beliau-
adalah syadz (asing, menyalahi hadits yang lebih shahih). 15
Perlu diketahui, selain Ibn Khushaifah tadi, ada perawi lain, yaitu Al Harits Ibn
Abdurrahman Ibn Abi Dzubab yang meriwayatkan dart Saib Ibn Yazid, bahwa
shalat tarawih pada masa Umar 23 raka’at. (HR Abdurrazzaq). 16
Selanjutnya 23 raka’at diriwayatkan juga dari Yazid Ibn Ruman secara mursal,
karena ia tidak menjumpai zaman Umar.
Yazid Ibn Ruman adalah mawla (mantan budak) sahabat Zubair Ibn Al Awam (36
H), ia salah seorang qurra’ Madinah yang tsiqat tsabt (meninggal pada tahun 120
atau 130 H). Ia memberi pernyataan, bahwa masyarakat (Madinah) pada zaman
Umar telah melakukar qiyam Ramadhan dengan bilangan 23 raka’at, 17
Jumhur ulama mendekati riwayat-riwayat di atas dengan metode al jam’u, bukan metode
at tarjih, sebagaimana yang dipilih oleh Syaikh Al Albani. Dasar pertimbangan jumhur
adalah:
1. Imam Atho’ Ibn Abi Rabah mawla Quraisy, 18 lahir pada masa Khilafah Utsman
(antara tahun 24 H sampai 35 H), yang mengambil ilmu dari Ibn Abbas, (wafat 67
27
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
/ 68 H), Aisyah dan yang menjadi mufti Mekkah setelah Ibn Abbas hingga tahun
wafatnya 114 H, memberikan kesaksian:
1. Imam Malik Ibn Anas (wafat 179 H) yang menjadi murid Nafi’ berkomentar,
“Apa yang diceritakan oleh Nafi’, itulah yang tetap dilakukan oleh
penduduk Madinah. Yaitu apa yang dulu ada pada zaman Utsman Ibn
Affan. 23
28
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
1. Al Subkhi berkata,
“Yang paling utama itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan orang yang
shalat. Jika mereka kuat 10 raka’at ditambah witir 3 raka’at sebagaimana
yang diperbuat oleh Rasul di Ramadhan dan di luar Ramadhan- maka ini
yang lebih utama. Kalau mereka kuat 20 raka’at, maka itu afdhal dan
inilah yang dikerjakan oleh kebanyakan kaum muslimin, karena ia adalah
pertengahan antara 10 dan 40.
Dan jika ia shalat dengan 40 raka’at, maka boleh, atau yang lainnya juga
boleh. Tidak dimaksudkan sedikitpun dari hal itu, maka barangsiapa
menyangka, bahwa qiyam Ramadhan itu terdiri dari bilangan tertentu,
tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang, maka ia telah salah.” 30
Para sahabat kami (Malikiyah) menjawab dengan jawaban yang benar, yang bisa
menyatukan semua riwayat. Mereka berkata,
29
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Tatkala masyarakat tidak lagi kuat menanggung hal itu, maka Umar
memerintahkan 23 raka’at demi meringankan lamanya bacaan. Dia
menutupi kurangnya keutamaan dengan tambahan raka’at. Maka mereka
membaca surat Al Baqarah dalam 8 raka’at atau 12 raka’at sesuai dengan
hadits al a’raj tadi.”
Telah dikatakan, bahwa pada waktu itu imam membaca antara 20 ayat hingga 30
ayat. Hal ini berlangsung terus hingga yaumul Harrah, 31 maka terasa berat bagi
mereka lamanya bacaan. Akhirnya mereka mengurangi bacaan dan menambah
bilangannya menjadi 36 raka’at ditambah 3 witir. Dan inilah yang berlaku
kemudian.
Lebih dari itu, Imam Malik menyatakan, shalat 39 raka’at itu telah ada semenjak
zaman Khalifah Utsman. Kemudian Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz (wafat 101 H)
memerintahkan agar imam membaca 10 ayat pada tiap raka’at.
Inilah yang dilakukan oleh para imam, dan disepakati oleh jama’ah kaum
muslimin, maka ini yang paling utama dari segi takhfif (meringankan). 32
1. Ada juga yang mengatakan, bahwa Umar memerintahkan kepada dua sahabat,
yaitu “Ubay bin Ka’ab 45 dan Tamim Ad Dad, agar shalat memimpin tarawih
sebanyak 11 raka’at, tetapi kedua sahabat tersebut akhirnya memilih untuk shalat
21 atau 23 raka’at. 33
2. Al Hafidz Ibn Hajar berkata,
“Hal tersebut dipahami sebagai variasi sesuai dengan situasi, kondisi dan
kebutuhan manusia. Kadang-kadang 11 raka’at, atau 21, atau 23 raka’at,
tergantung kesiapan dan kesanggupan mereka. Kalau 11 raka’at, mereka
memanjangkan bacaan hingga bertumpu pada tongkat. Jika 23 raka’at,
mereka meringankan bacaan supaya tidak memberatkan jama’ah. 34
“Diantara perkara yang terkad nng samar bagi sebagian orang adalah
shalat tarawih Sebagian mereka mengira, bahwa tarawih tidak boleh
kurang dari 20 raka’at. Sebagian lain mengira, bahwa tarawih tidak boleh
30
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
lebih dari 11 raka’at atau 13 raka’at. Ini semua adalah persangkaan yang
tidak pada tempatnya, bahkan salah; bertentangan dengan dalil.
Bahkan telah shahih dari Nabi, bahwa beliau shalat malam 11 raka’at,
terkadang 13 raka’at, terkadang lebih sedikit dari itu di Ramadhan maupun
di luar Ramadhan. Ketika ditanya tentang sifat shalat malam, beliau
menjelaskan:
dua rakaat-dua raka’at, apabila salah seorang kamu khawatir subuh, maka
shalatlah satu raka’at witir, menutup shalat yang ia kerjakan. ” (HR
Bukhari Muslim).
Karena hal itu yang sesuai dengan perbuatan Nabi dalam kebiasaannya.
Juga karena lebih ringan bagi jama’ah. Lebih dekat kepada khusyu’ dan
tuma’ninah. Namun, barangsiapa menambah (raka’at), maka tidak
mengapa dan tidak makruh, seperti yang telah talu.” 35
10 Kesimpulan
Maka berdasarkan paparan di atas, saya bisa mengambil kesimpulan, antara lain:
1. Shalat tarawih merupakan bagian dari qiyam Ramadhan, yang dilakukan setelah
shalat Isya’ hingga sebelum fajar, dengan dua raka’at salam dua raka’at salam.
31
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Shalat tarawih memiliki keutamaan yang sangat besar. Oleh karena itu, Nabi
menganjurkannya -dan para sahabat pun menjadikannya- sebagai syiar
Ramadhan.
1. Shalat tarawih yang lebih utama sesuai dengan Sunnah Nabi, yaitu bilangannya
11 raka’at. Inilah yang lebih baik. Seperti ucapan Imam Malik,
“Yang saya pilih untuk diri saya dalam qiyam Ramadhan, ialah shalat yang
diperintahkan oleh Umar, yaitu 11 raka’at, yaitu (cara) shalat Nabi.
Adapun 11 adalah dekat dengan 13.” 36
1. Perbedaan tersebut bersifat variasi, lebih dari 11 raka’at adalah boleh, dan 23
raka’at lebih banyak diikuti oleh jumhur ulama, karena ada asalnya dari para
sahabat pada zaman Khulafaur Rasyidin, dan lebih ringan berdirinya dibanding
dengan 11 raka’at.
2. Yang lebih penting lagi adalah prakteknya harus khusyu’, tuma’ninah. Kalau bisa
lamanya sama dengan tarawihnya ulama salaf, sebagai pengamalan hadits
“Sebaik-baik shalat adalah yang panjang bacaanya”.
Semoga tulisan ini bermanfaat. Jika benar, maka itu dari Allah. Dan jika salah, maka itu
murni dari al faqir. Ya Allah bimbinglah kami kepada kecintaan dan ridhaMu. Dan
antarkanlah kami kepada Ramadhan dengan penuh aman dan iman, keselamatan dan
Islam.
Maraji’
1. Shahih Bukhari.
2. Shahih Muslim, Maktabah Dahlan, Bandung.
3. Sunan Abu Daud, Baitul Afkar Ad Dauliyah, Amman, Yordan.
4. Sunan Tirmidzi, Baitul Afkar Ad Dauliyah, Amman, Yordan.
5. Sunan Ibn Majah, Baitul Afkar Ad Dauliyah, Amman, Yordan.
6. Sunan Nasa’i, Baitul Afkar Ad Dauliyah, Amman, Yordan.
7. Al Majmu’, An Nawawi, Darul Fikr.
8. Fath Al Aziz, Ar Rafi’i, Darul Fikr (dicetak bersama Al Majmu’).
9. At Tamhid, lbn Abdil Barr, tahgiq Muhammad Abdul Qadir Atha, Maktabah Abbas Ahmad Al
Bazz, Mekkah.
10. Fathul Bari, Ibn Hajar, targim Muhammad Fuad Abdul Baqi.
11. Asy Syarhul Kabir, Ibn Qudamah, tahgiq Dr. Abdullah At Turkiy, Hajar, Jizah.
12. Al Hawadits Wal Bida’, Abu Bakar Ath Tharthusi, tahgiq Abdul Majid Turki, Darul Gharb Al
Islami.
13. Tanbihul Ghafilin, As Samarqandi, tahgiq Abdul Aziz Al Wakil, Darusy Syuruq, Jeddah
14. Al Hawi Li AI Fatawa, As Suyuthi, Darul Fikr, Beirut.
15. Shalat At Tarawih, Al Alban!, Al Maktab Al Islami, Beirut.
16. Fatwa Lajnah Daimah, tartib Ahmad Ad Duwaisi, tartib Adil Al Furaidan.
17. AI Muntaqa Min Fatawa Al Fawzan.
18. Al Ijabat Al Bahiyyah, Al Jibrin, i’dad dan tahrij oleh Saad As Sa’dan, Darul Ashimah, Riyadh.
19. Majalis Ramndhan, Ibn Utsaimin.
20. Faidh Al Rahim, Ath Thayyar, Maktabah At Taubah, Riyadh.
21. Ash Shalah, Ath Thayyar, Darul Wathan, Riyadh.
22. Durus Ramadhan, Salman Al Audah, Darul Wathan, Riyadh.
23. Majmu’ Fatawa, Ibn Taimiyah.
32
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Catatan Kaki
…1
Ash Shalah, 309; At Tamhid, 5/251; Al Hawadits, 140-143; Fathul Bari, 4/250; Al Ijabat Al
Bahiyyah, 18; Al Muntaqa, 4/49-51.
…2
Fathul Bari 4/251; Tanbihul Ghafilin 357-458; Majalis Ramadhan, 58; At Tamhid, 3/320; AI
Ijabat Al Bahiyyah, 6.
…3
…4
HR Ahmad, Ibnu Majah. Al Bazzar, Abu Ya’la dan Abdur Razzaq meriwayatkannya dari Abu
Hurairah.
…5
…6
HR Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibn Majah, Nasa’i, dan lain-lain, Hadits shahih. Lihat Al
ljabat Al Bahiyyah, 7.
.7
…8
HR Nasai, Tirmidzi, Ibn Majah, Abu Daud, Ahmad. (hadits ini) shahih.
…9
HR Abu Daud dan Al Baihaqi, ia berkata: Mursal hasan. Syaikh Al Albani berkata,
“Telah diriwayatkan secara mursal dari jalan lain dari Abu Hurairah, dengan sanad yang
tidak bermasalah (bisa diterima).” (Shalat At Tarawih, 9).
33
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
…10
…11
Fathul Bari, 4/250-254; Shalat At Tarawih, 11; Al ljabat Al Bahiyyah, 15-18; Al Majmu’,
4/34.
.12
HR Thabrani, Ibnu Hibban dan Ibnu Huzaimah, dihasankan oleh Al Albani. Shalat At
Tarawih, 18; Fath Al Aziz 4/265.
…13
HR Abu Ya’la, Thabrani dan Ibn Nashr, dihasankan oleh Al Haitsami dan Al Albani. Lihat
Shalat At-Tarawih, 68.
…14
Fathul Bari, 4/254; Al Hawi. 1/413; Al Fatawa Al Haditsiyah, 1.195: Shalat At Tarawih, 19-
21.
.15
…16
…17
HR Malik, Al Firyabi, Ibn Nashr dan Al Baihaqi. Lihat Shalat At Tarawih, 53; Al Ijabat Al
Bahiyyah, 16; At Tamhid, 9/332, 519; Al Hawadits, 141.
.18
mawla Quraisy
…19
…20
mawla (mantan budak) Ibn Umar (wafat 73 H), mufti Madinah yang mengambil ilmu dari Ibn
Umar, Abu Said, Rail’ Ibn Khadij, Aisyah, Abu Hurairah dan Ummu Salamah, yang dikirim oleh
34
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Khalifah Umar bin Abdul Aziz ke Mesir sebagai da’i dan meninggal di Madinah pada tahun 117
H.
…21
…22
…23
Al Hawadits, 141.
…24
murid Imam Malik yang hidup antara tahun 150 hingga 204 H.
…25
…26
…27
…28
Ibid, 1/175.
…29
Al Hawi, 1/417.
…30
Majmu’ Al Fatawa, 23/113; Al Ijabat Al Bahiyyah, 22; Faidh Al Rahim Al Kalman, 132;
Durus Ramadhan, 48.
…31
yaumul Harrah
…32
35
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
…33
…34
…35
…36
Al Hawadits, 141.
Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam dan di akhir malam mereka memohon ampun
(kepada Allah)". (Adzariyat: 17-18).
Sanjungan dan pujian dari Allah bagi yang senantiasa mendirikan shalat di malam hari.
Shalat tarawih hukumnya sunnah, lebih utama berjama'ah, demikian pendapat masyhur
yang dilaksanakan oleh para sahabat, ada pendapat yang mengatakan bahwa shalat ini
tidak ada batasan bilangannya, yaitu boleh dikerjakan dengan 20 (dua puluh) raka'at, 11
(sebelas), atau 13 (tiga belas) raka'at. Akan tetapi lebih baik apabila shalat tarawih
dilakukan dengan 11 (sebe-las) raka'at, dikarenakan beberapa hal:
• Para sahabat Nabi shalat dengan 11 raka'at, padahal mereka adalah generasi
terbaik yang lebih mengetahui tentang Al Qur'an dan As Sunnah. Dari Imam
Malik dari Muhammad bin Yusuf dari Sa'id bin Yazid, ia berkata: "Umar bin
Khaththab memerintahkan Ubay bin Ka'ab dan Tamim Ad-Dariy supaya keduanya
shalat mengimami manusia dengan 11 raka'at" (HR Malik dalam Muwaththa:
1/115).
36
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
• Adanya hadits shahih 'Aisyah berkata: "Tidaklah Rasulullah shalat (sunnah) pada
bulan Ramadhan dan tidak pula (sunnah) lainnya lebih dari sebelas raka'at" (HR
Bukhari dan Muslim).
• Derajat hadits shalat tarawih 23 raka'at, adalah dho'if (lemah) sehingga tidak
dapat dijadikan dasar hukum dalam beramal.
Mereka berdasar pada hadits: "Dari Ibnu Abbas sesungguhnya Nabi shalat di
bulan Ramadhan dua puluh raka'at (tidak termasuk witir)" (HR Ibnu Abi Syai-
bah, Thabrani, Baihaqi, dan lain-lain).
Dalam riwayat lain ada tambahan: "Dan (Nabi) witir (setelah shalat dua puluh
raka'at)"
Riwayat ini semuanya dari jalan Abu Syaibah yang namanya Ibrahim bin Utsman
dari Al-Hakam dari Miqsam dari Ibnu Abbas.
Imam Baihaqi berkata: "Abu Syai-bah menyendiri dengannya dan dia itu lemah"
Al Hafidz Ibnu Hajar berkata: "Isnadnya dhoif" (Kitab Al Fath - Syarah Bukhari).
Al Hafidz Zaila'i telah melemahkan isnadnya (Kitab Nashbur Rayah 2/153)
Imam Shan'ani berkata: "Tidak ada yang sah dari Nabi shalat di bulan Ramadhan
dengan dua puluh raka'at" (Kitab Subulus Salam).
37
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
• Imam Abu Hatim: Hadits lemah, ulama diam tentangnya dan ahli hadits
meninggalkan haditsnya.
Kesimpulan :
Riwayat yang menerangkan bahwa di zaman Umar bin Khaththab, bahwa para sahabat
shalat tarawih 23 raka'at tidak ada satupun yang shahih. Bahkan dari riwayat yang shahih
kita ketahui bahwa Umar bin Khaththab mengerjakan shalat tarawih dengan 11 raka'at
sesuai dengan contoh Rasulullah shalallahu 'alahi wa salam.
Adapun hadits yang diriwayatkan dari Yazid bin Ruman: "Adalah manusia pada zaman
Umar bin Khaththab mereka shalat (Tarawih) di bulan Ramadhan 23 raka'at" (HR Malik).
Keterangan:
Hadits ini tidak sah sebab terputus sanadnya, karena Yazid bin Ruman yang
meriwayatkan hadits ini tidak bertemu (tidak sezaman) dengan Umar bin Khaththab,
sanadnya terputus, dalam ilmu musthalah hadits termasuk hadits dho'if (lemah).Hadits di
atas bertentangan dengan riwayat yang shahih.
Setelah kita mengetahui keshahihan dasar hukum dari hadits-hadits yang shahih maka
tidak ada jalan lain bagi kita untuk mengikuti yang haq dari Al Qur'an dan As sunnah.
Riwayat semua dari jalan: Abu Syaibah yang namanya Ibrahim bin
Utsman
dari al-Hakam dari Miqsam dari Ibnu Abbas.
38
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Hadits kedua:
Dari Yazid bin Ruman, ia berkata: "Adalah manusia pada zaman Umar
bin
Khatab, mereka shalat (tarawih) dibulan Ramadhan 23 rakaat."
Penulis (Abdul Hakim bin Amir Abdat) berkata: Hadits ini tidak
sah; tidak
sah karena ada 2 penyakit.
Dari Imam Malik dari Muhammad bin Yusuf dari Said bin Yazid, ia
berkata:
"Umar bin Khatab telah memerintahkan Ubay bin Ka'ab dan Tamim ad-Daariy
supaya
keduanya shalat mengimami manusia dengan SEBELAS REKAAT.
Keterangan:
Sanad hadits diatas shohih, karena: Imam Malik seorang Imam Besar
terpercaya. Dan Muhammad bin Yusuf seorang periwayat yang dipakai oleh
Imam
Bukhari dan Muslim. Juga Yazid bin Yazid seZAMAN dengan Umar bin Khatab.
Kesimpulan:
39
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Ramadhan 20 rakat atau 21 rakaat, atau 23 rakaat tidak ada satupun yang
sah.
Sumber:
SHALAT TARAWIH
.: :.
Tarawih dalam bahasa Arab adalah bentuk jama’ dari
Dan
ٌتَرْ ِويْحَة
pada bulan Ramadhan dinamakan demikian karena para jamaah beristirahat setelah
melaksanakan shalat tiap-tiap 4 rakaat. (Lisanul ‘Arab, 2/462)
Hukum shalat tarawih adalah mustahab (sunnah), sebagaimana yang dikatakan oleh Al-
Imam An-Nawawi rahimahullah ketika menjelaskan tentang sabda Nabi shallallahu alaihi
wasallam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
ِن ذَ ْنبِه
ْ ِحتِسَابًا غُ ِفرَ لَ ُه مَا تَ َقدّ َم م
ْ مَنْ قَامَ َرمَصَانَ ِإ ْيمَانًا وَا
40
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
“Yang dimaksud dengan qiyamu Ramadhan adalah shalat tarawih dan ulama telah
bersepakat bahwa shalat tarawih hukumnya mustahab (sunnah).” (Syarh Shahih Muslim,
6/282). Dan beliau menyatakan pula tentang kesepakatan para ulama tentang sunnahnya
hukum shalat tarawih ini dalam Syarh Shahih Muslim (5/140) dan Al-Majmu’ (3/526).
Mana yang lebih utama dilaksanakan secara berjamaah di masjid atau sendiri-sendiri di
rumah?
Ini adalah pendapat Al-Imam Asy-Syafi’i dan sebagian besar sahabatnya, juga pendapat
Abu Hanifah dan Al-Imam Ahmad (Masaailul Imami Ahmad, hal. 90) dan disebutkan
pula oleh Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni (2/605) dan Al-Mirdawi dalam Al-Inshaf
(2/181) serta sebagian pengikut Al-Imam Malik dan lainnya, sebagaimana yang telah
disebutkan Al-Imam An-Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim (6/282).
Pendapat ini merupakan pendapat jumhur ulama (Al-Fath, 4/297) dan pendapat ini pula
yang dipegang Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah, beliau berkata:
“Disyariatkan shalat berjamaah pada qiyam bulan Ramadhan, bahkan dia (shalat tarawih
dengan berjamaah) lebih utama daripada (dilaksanakan) sendirian…” (Qiyamu
Ramadhan, hal.19-20).
Pendapat kedua ini adalah pendapat Al-Imam Malik dan Abu Yusuf serta sebagian
pengikut Al-Imam Asy-Syafi’i. Hal ini sebutkan pula oleh Al-Imam An-Nawawi (Syarh
Shahih Muslim, 6/282).
41
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
ّ ثُم،ُ ثُمّ صَلّى مِنَ ا ْلقَابِلَ ِة َف َكثُرَ النّاس،ٌلتِ ِه نَاس َ َجدِ َفصَلّى بِص ِ ْأَنّ رَسُوْلَ الِ صَلّى الُ عََليْهِ وَسَلّ َم ذَاتَ َليْلَ ٍة فِي ا ْل َمس
َقدْ رََأيْتُ اّلذِي:َصبَحَ قَال ْ فََلمّا َأ.َخرُجْ إَِل ْيهِمْ رَسُوْلُ الِ صَلّى الُ عََليْهِ وَسَلّم ْ َج َت َمعُوا مِنَ الّليْلَةِ الثّاِلثَةِ أَوِ الرّا ِبعَ ِة فَلَ ْم ي
ْا
َ َوذَِلكَ ِفيْ َرمَضَان.ْن تُ ْفرَضَ عََل ْيكُم ْ َشيْتُ أِ َ وََل ْم َيمْ َن ْعنِي مِنَ الْخُرُ ْوجِ إَِل ْيكُمْ ِإلّ َأنّي خ،ْص َنعْتُم َ
“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pada suatu malam shalat di masjid
lalu para shahabat mengikuti shalat beliau n, kemudian pada malam berikutnya (malam
kedua) beliau shalat maka manusia semakin banyak (yang mengikuti shalat Nabi n),
kemudian mereka berkumpul pada malam ketiga atau malam keempat. Maka Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam tidak keluar pada mereka, lalu ketika pagi harinya beliau
shallallahu alaihi wasallam bersabda: ‘Sungguh aku telah melihat apa yang telah kalian
lakukan, dan tidaklah ada yang mencegahku keluar kepada kalian kecuali sesungguhnya
aku khawatir akan diwajibkan pada kalian,’ dan (peristiwa) itu terjadi di bulan
Ramadhan.” (Muttafaqun ‘alaih)
• Tidak adanya pengingkaran Nabi shallallahu alaihi wasallam terhadap para shahabat
yang shalat bersamanya (secara berjamaah) pada beberapa malam bulan Ramadhan. (Al-
Fath, 4/297 dan Al-Iqtidha’, 1/592)
2. Hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
“Sesungguhnya seseorang apabila shalat bersama imam sampai selesai maka terhitung
baginya (makmum) qiyam satu malam penuh.” (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai
dan Ibnu Majah)
Hadits ini dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Abi
Dawud (1/380). Berkenaan dengan hadits di atas, Al-Imam Ibnu Qudamah mengatakan:
“Dan hadits ini adalah khusus pada qiyamu Ramadhan (tarawih).” (Al-Mughni, 2/606)
3. Perbuatan ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu dan para shahabat lainnya
radiyallahu 'anhum 'ajma'in (Syarh Shahih Muslim, 6/282), ketika ‘Umar bin Al-
42
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Khaththab radhiyallahu ‘anhu melihat manusia shalat di masjid pada malam bulan
Ramadhan, maka sebagian mereka ada yang shalat sendirian dan ada pula yang shalat
secara berjamaah kemudian beliau mengumpulkan manusia dalam satu jamaah dan
dipilihlah Ubai bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu sebagai imam (lihat Shahih Al-Bukhari pada
kitab Shalat Tarawih).
4. Karena shalat tarawih termasuk dari syi’ar Islam yang tampak maka serupa dengan
shalat ‘Ied. (Syarh Shahih Muslim, 6/282)
5. Karena shalat berjamaah yang dipimpin seorang imam lebih bersemangat bagi
keumuman orang-orang yang shalat. (Fathul Bari, 4/297)
Hadits dari shahabat Zaid bin Tsabit z, sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam
bersabda: “Wahai manusia, shalatlah di rumah kalian! Sesungguhnya shalat yang paling
utama adalah shalatnya seseorang yang dikerjakan di rumahnya kecuali shalat yang
diwajibkan.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dengan hadits inilah mereka mengambil dasar akan keutamaan shalat tarawih yang
dilaksanakan di rumah dengan sendiri-sendiri dan tidak dikerjakan secara berjamaah.
(Nashbur Rayah, 2/156 dan Syarh Shahih Muslim, 6/282)
Pendapat yang rajih (kuat) dalam masalah ini adalah pendapat pertama karena hujjah-
hujjah yang telah tersebut di atas. Adapun jawaban pemegang pendapat pertama terhadap
dasar yang digunakan oleh pemegang pendapat kedua adalah:
Dengan demikian maka pemegang pendapat pertama telah menjawab terhadap dalil yang
digunakan pemegang pendapat kedua. Wallahu a’lam.
Waktu shalat tarawih adalah antara shalat ‘Isya hingga terbit fajar sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam:
43
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
ِجر
ْ َلةِ ا ْلعِشَاءِ إِلَى صَلَةِ الْف
َ َإِنّ الَ زَادَكُمْ صَلَةً وَهِيَ الْ ِوتْ ُر فَصَلّوْهَا ِف ْيمَا َبيْنَ ص
“Sesungguhnya Allah telah menambah shalat pada kalian dan dia adalah shalat witir.
Maka lakukanlah shalat witir itu antara shalat ‘Isya hingga shalat fajar.” (HR. Ahmad,
Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani rahimahullah berkata: “(Hadits) ini sanadnya shahih”,
sebagaimana dalam Ash-Shahihah, 1/221 no.108)
Kemudian untuk jumlah rakaat dalam shalat tarawih adalah 11 rakaat berdasarkan:
1. Hadits yang diriwayatkan dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, beliau bertanya pada
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha tentang sifat shalat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
pada bulan Ramadhan, beliau menjawab:
ًعشْرَةَ َر ْكعَة
َ حدَى
ْ ِغيْرِهِ عَلَى إ
َ ْل فِي
َ ن يَ ِزيْ ُد فِيْ َر َمضَانَ َو
َ مَا كَا...
“Tidaklah (Rasulullah n) melebihkan (jumlah rakaat) pada bulan Ramadhan dan tidak
pula pada selain bulan Ramadhan dari 11 rakaat.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari)
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dalam hadits di atas mengisahkan tentang jumlah rakaat
shalat malam Rasulullah shallallahu alaihi wasallam yang telah beliau saksikan sendiri
yaitu 11 rakaat, baik di bulan Ramadhan atau bulan lainnya. “Beliaulah yang paling
mengetahui tentang keadaan Nabi shallallahu alaihi wasallam di malam hari dari
lainnya.” (Fathul Bari, 4/299)
ًشرَةَ َر ْكعَة
ْ َحدَى ع
ْ ِس بِإ
ِ ن يَقُ ْومَا لِلنّا
ْ َن َكعْبٍ َو َتمِ ْيمًا الدّارِيّ أ
َ ْي ب
ّ َعمَ ُر بْنُ ا ْلخَطّابِ ُأب
ُ ََأمَر
“’Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu memerintahkan pada Ubai bin Ka’b dan
Tamim Ad-Dari untuk memimpin shalat berjamaah sebanyak 11 rakaat.” (HR. Al-Imam
Malik, lihat Al-Muwaththa Ma’a Syarh Az-Zarqani, 1/361 no. 249)
44
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Adapun pendapat yang menyatakan bahwa shalat tarawih itu jumlahnya 23 rakaat adalah
pendapat yang lemah karena dasar yang digunakan oleh pemegang pendapat ini hadits-
hadits yang lemah. Di antara hadits-hadits tersebut:
“Manusia menegakkan (shalat tarawih) di bulan Ramadhan pada masa ‘Umar bin Al-
Khaththab radhiyallahu ‘anhu 23 rakaat.” (HR. Al-Imam Malik, lihat Al-Muwaththa
Ma’a Syarh Az-Zarqaani, 1/362 no. 250)
Al-Imam Al-Baihaqi rahimahullah berkata: “Yazid bin Ruman tidak menemui masa
‘Umar radiyallahu 'anhu”. (Nukilan dari kitab Nashbur Rayah, 2/154) (maka sanadnya
munqothi/terputus, red).
2. Dari Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman dari Hakam dari Miqsam dari Ibnu ‘Abbas
radiyallahu 'anhu :
“Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wasallam shalat di bulan Ramadhan 20 rakaat dan
witir.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Awsath, 5/324 no. 5440 dan 1/243 no.
798, dan dalam Al-Mu’jamul Kabir, 11/311 no. 12102)
Al-Imam Ath-Thabrani rahimahullah berkata: “Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini
dari Hakam kecuali Abu Syaibah dan tidaklah diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas kecuali
dengan sanad ini saja.” (Al-Mu’jamul Ausath, 1/244)
Dalam kitab Nashbur Rayah (2/153) dijelaskan: “Abu Syaibah Ibrahim bin ‘Utsman
adalah perawi yang lemah menurut kesepakatan, dan dia telah menyelisihi hadits yang
shahih riwayat Abu Salamah, sesungguhnya beliau bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha : “Bagaimana shalat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di bulan Ramadhan?
(yaitu dalil pertama dari pendapat yang pertama).” Asy-Syaikh Nashiruddin Al-Albani
rahimahullah menyatakan bahwa hadits ini maudhu’ (palsu). (Adh-Dha’ifah, 2/35 no. 560
dan Al-Irwa, 2/191 no. 445)
Sebagai penutup kami mengingatkan tentang kesalahan yang terjadi pada pelaksanaan
shalat tarawih yaitu dengan membaca dzikir-dzikir atau doa-doa tertentu yang dibaca
secara berjamaah pada tiap-tiap dua rakaat setelah salam. Amalan ini adalah amalan yang
bid’ah (tidak diajarkan oleh nabi shallallahu 'alaihi wassallam).
45
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Wallahu a’lam
Assalamualaikum. Wr. Wb
Bulan Ramadhan hampir tiba, yang menjadi pertanyaan saya adalah mengenai sholat
tarawih, mana yang lebih abdol 11 rakaat atau 23 rakaat karena masalahnya
menjadi polemit di tempat tinggal saya ada yang melakukan 11 rakaat dan juga ada
yang melakukan 23 rakaat.
Yang saya dengar apakah benar Rasulloh mengerjakan sholat tarawih 11 rakaat,
kalau memang Rasulloh mengerjakan sholat tarawih 11 rakaat mengapa ada oarang
-oarang yang melakukan sholat tarawih 23 rakaat? Bukankah itu bid''ah menambah-
nambah yang tidak pernah Rasulloh lakukan?
Wass. Km
jawaban
Tidak ada satu pun hadits yang shahih dan sharih (eksplisit) yang menyebutkan
jumlah rakaat shalat tarawih yang dilakukan oleh Rasululullah SAW.
Kalau pun ada yang mengatakan 11 rakaat, 13 rakaat, 20 atau 23 rakaat, semua
tidak didasarkan pada hadits yang tegas. Semua angka-angka itu hanyalah tafsir
semata. Tidak ada hadits yang secara tegas menyebutkan angka rakaatnya secara
pasti.
Al-Ustadz Ali Mustafa Ya''qub, MA, muhaddits besar Indonesia di bidang ilmu hadits,
menerangkan bahwa tidak ada satu pun hadits yang derajatnya mencapai shahih
tentang jumlah rakaat shalat tarawih yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Kalau pun ada yang shahih derajatnya, namun dari segi istidlalnya tidak
menyebutkan jumlah rakaat shalat tarawih. Di antarahadits palsu tentang jumlah
rakaat tarawih Rasulullah SAW adalah hadits berikut ini:
Dari Ibn Abbas, ia berkata, “Nabi SAW melakukan shalat pada bulan Ramadhan dua
puluh rakaat dan witir”. (Hadits Palsu)
46
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Hadis ini diriwayatkan Imam al-Thabrani dalam kitabnya al-Mu‘jam al-Kabir. Dalam
sanadnya terdapat rawi yang bernama Abu Syaibah Ibrahim bin Utsman yang
menurut Imam al-Tirmidzi, hadits-haditsnya adalah munkar. Imam al-Nasa‘i
mengatakan hadis-hadis Abu Syaibah adalah matruk. Imam Syu‘bah mengatakan
Ibrahim bin Utsman adalah pendusta. Oleh karenanya hadis shalat tarawih dua puluh
rakaat ini nilainya maudhu'' (palsu) atau minimal matruk (semi palsu).
Demikian juga hadits yang menyebutkan bahwa jumlah rakaat tarawih Rasulullah
SAW adalah 8 rakaat. Hadits itu juga palsu dan dusta.
“Rasulullah SAW melakukan shalat pada bulan Ramadhan sebanyak delapan rakaat
dan witir”. (Hadits Matruk)
Hadis ini diriwayatkan Ja‘far bin Humaid sebagaimana dikutip kembali lengkap
dengan sanadnya oleh al-Dzahabi dalam kitabnya Mizan al-I‘tidal dan Imam Ibn
Hibban dalam kitabnya Shahih Ibn Hibban dari Jabir bin Abdullah. Dalam sanadnya
terdapat rawi yang bernama ‘Isa bin Jariyah yang menurut Imam Ibnu Ma‘in, adalah
munkar al-Hadis (Hadis-hadisnya munkar).
Sedangkan menurut Imam al-Nasa‘i, ‘Isa bin Jariyah adalah matruk (pendusta).
Karenanya, hadis shalat tarawih delapan rakaat adalah hadis matruk (semi palsu)
lantaran rawinya pendusta.
Jadi bila disandarkan pada kedua hadits di atas, keduanya bukan dalil yang bisa
dijadikan pegangan bahwa nabi SAW shalat tarawi 8 rakaat atau 20 rakaat dalam
shalat tarawih.
Dari Ai''syah ra, "Sesungguhnya Nabi SAW tidak menambah di dalam bulan
Ramadhan dan tidak pula mengurangkannya dari 11 rakaat. Beliau melakukan sholat
4 rakaat dan janganlah engkau tanya mengenai betapa baik dan panjangnya,
kemudian beliau akan kembali sholat 4 rakaat dan jangan engkau tanyakan kembali
mengenai betapa baik dan panjangnya, kemudian setelah itu beliau melakukan
sholat 3 rakaat. Dan beliau berkata kepadanya (Ai''syah), "Dia melakukan sholat 4
rakaat, " tidak bertentangan dengan yang melakukan salam setiap 2 rakaat. Dan
Nabi SAW bersabda, "Sholat di malam hari 2 rakaat 2 rakaat." Dan dia (Ai''syah),
"Dia melakukan sholat 3 rakaat" atau ini mempunyai makna melakukan witir dengan
1 rakaat dan 2 rakaat. (HR Bukhari).
Tetapi di dalam hadits shahih ini, Aisyah ra sama sekali tidak secara tegas
mengatakan bahwa 11 rakaat itu adalah jumlah rakaat shalat tarawih. Yang
berkesimpulan demikian adalah para ulama yang membuat tafsiran subjektif dan
tentunya mendukung pendapat yang mengatakan shalat tarawih itu 11 rakaat.
Mereka beranggapan bahwa shalat yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah shalat
tarawih.
47
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
Pendukung 20 Rakaat
Sedangkan menurut ulama lain yang mendukung jumlah 20 rakaat, jumlah 11 rakaat
yang dilakukan oleh Rasulullah SAW tidak bisa dijadikan dasar tentang jumlah rakaat
shalat tarawih. Karena shalat tarawih tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW
kecuali hanya 2 atau 3 kali saja. Dan itu pun dilakukan di masjid, bukan di rumah.
Bagaimana mungkin Aisyah ra meriwayatkan hadits tentang shalat tarawih beliau
SAW?
Lagi pula, istilah shalat tarawih juga belum dikenal di masa beliau SAW. Pada masa
Umar bin Khattab, karena orang berbeda-beda, sebagian ada yang shalat dan ada
yang tidak shalat, maka Umar ingin agar umat Islam nampak seragam, lalu
disuruhlah agar umat Islam berjamaah di masjid dengan shalat berjamah dengan
imam Ubay bin Ka''b. Itulah yang kemudian populer dengan sebutan shalat tarawih,
artinya istirahat, karena mereka melakukan istirahat setiap selesai melakukan shalat
4 rakaat dengan dua salam.
Bagi para ulama itu, apa yang disebutkan oleh Aisyah bukanlah jumlah rakaat shalat
tarawih, melainkan shalat malam (qiyamullail) yang dilakukan di dalam rumah beliau
sendiri.
Apalagi dalam riwayat yang lain, hadits itu secara tegas menyebutkan bahwa itu
adalah jumlah rakaat shalat malam beliau, baik di dalam bulan Ramadhan dan juga
di luar bulan Ramadhan.
Maka dengan demikian, keadaan menjadi jelas mengapa di dalam tubuh umat Islam
masih ada perbedaan pendapat tentang jumlah rakaat tarawih yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad SAW. Dan menarik, para ulama besar dunia sangat bersikap toleran
dalam masalah ini.
Dengan tidak adanya satu pun hadits shahih yang secara tegas menetapkan jumlah
rakaat tarawih Rasulullah SAW, maka para ulama berbeda pendapat tentang
jumlahnya. Ada yang 8 rakaat, 11 rakaat, 13 rakaat, 20 rakaat, 23 rakaat, bahkan
36 rakaat. Dan semua punya dalil sendiri-sendiri yang sulit untuk dipatahkan begitu
saja.
Yang menarik, para ulama di masa lalu tidak pernah saling mencaci atau
menjelekkan meski berbeda pendapat tentang jumah rakaat shalat tarawih.
Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menyebutkan perbedaan riwayat mengenai jumlah
rakaat yang dilakukan pada saat itu: ada yang mengatakan 13 rakaat, ada yang
mengatakan 21 rakaat, ada yang mengatakan 23 rakaat.
48
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
tergantung pada berapa panjang atau pendek qiamnya."(Silahkan periksa kitab Al-
Ikhtiyaaraat halaman 64).
Demikian juga dengan Mufti Saudi Arabia di masa lalu, Al-''allaamah Sheikh Abdulah
bin Baaz ketika ditanya tentang jumlah rakaat tarawih, termasuk yang mendukung
shalat tarawih 11 atau 13 rakaat, namun beliau tidak menyalahkan mereka yang
meyakini bahwa yang dalilnya kuat adalah yang 20 rakaat.
Dan di kedua masjid besar dunia, Masjid Al-Haram Makkah dan masjid An-Nabawi
Madinah, sejak dahulu para ulama dan umat Islam di sana shalat tarawih 20 rakaat
dan 3 rakaat witir. Dan itu berlangsung sampai hari ini, meski mufti negara punya
pendapat yang berbeda. Namun mereka tetap harmonis tanpa ada saling caci.
Ahmad Sarwat, Lc
TANGGAPAN
“Tetapi di dalam hadits shahih ini, Aisyah ra sama sekali tidak secara tegas mengatakan
bahwa 11 rakaat itu adalah jumlah rakaat shalat tarawih. Yang berkesimpulan demikian
adalah para ulama yang membuat tafsiran subjektif ”
Pendapat saya : Padahal dalam hadist tersebut sangat jelas sekali bahwa secara
keumuman bahwa sholatnya Rasulullah 11 rakaat di waktu malam baik bulan Ramadhan
maupun yang lain..
Ulama yang menafsirkan hadist tersebut bukanlah secara subyektif, tetapi ada penguat
dari hadist lain yaitu Hadist jabir bin Abdillah Ra..Ia berkata : Rasulullah SAW Sholat
dengan kami pada bulan Ramadhan 8 Rakaat dan Witir. Ketika malam berikutnya, kami
berkumpul di masjid dengan harapan beliau sholat dengan kami. Maka Kami terus berada
di Masjid hingga pagi, kemudian kami masuk dan bertanya.”ya Rasulullah , tadi malam
kami berkumpul di Masjid, berharap anda sholat bersama,” Maka beliau bersabda,”
Sesungguhnya aku khawatir diwajibkan atas kalian,” (HR Thabrani, Ibnu Hibban dan
Ibnu Huzaimah di hasankan Syaikh Albani (Sholat At Tarawih,18;Fath Al Aziz. 4/265)..
Jadi Kalaupun Ustadz Mustafa Yakub yang menyebutkan bahwa Hadits yang
diriwayatkan Ja‘far bin Humaid Ra“Rasulullah SAW melakukan shalat pada bulan
Ramadhan sebanyak delapan rakaat dan witir”. itu palsu dan dusta…bukan berarti tidak
49
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
ada dalil hadist yang lain , silahkan lihat hadist hasan yang diriwayatkan Jabir bin
Abdullah Ra yang saya tuliskan di atas….
Sholat Tarawih 11 Rakaat ini juga diperkuat oleh Riwayat Shahih Umar Ra
memerintahkan Ubay Ra dan Tamim Al Dari Ra untuk Sholat 11 rakaat…. (Diriwayatkan
Imam Malik di sangat diShahihkan Imam Suyuthi dan Imam Subkhi juga Imam Albani
menilai Shohih sekali)
Sehingga sangatlah keliru bila Ustadz Mustafa Ya’qub menyatakan bahwa sholat tarawih
8 rakaat tidak ada dalil yang menjadi pegangan ….
Iftitah
Ramadhan kini datang lagi. Sebagai bulan penuh berkah sepatutnya kita
sambut dengan penuh kesungguhan dan ibadah yang benar. Kesucian bulan
Ramadhan jangan sampai dikotori oleh ibadah dan keyakinan yang sesat dan
menyesatkan. Kaum muslimin seharusnya beribadah dengan benar sesuai dengan
tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Sehubungan dengan kewajiban beribadah yang benar
di bulan suci ini, ada baiknya kita mengkaji ulang dalil-dalil khususnya dalil hadis-
hadis yang dijadikan sandaran hukum beramal. Karena Rasulullah SAW
mengingatkan kita agar jangan tertipu oleh para perusak sunnah yang berdusta atas
nama Beliau dengan membuat hadis palsu.
Penjelasan :
“Hadits” ini terdapat dalam kitab ‘Al-Dhu’afa, Ibnu ‘Adiy; Ad-Dailamy; Tarikh
Baghdad, Al-Khatib, Ibnu Asakir dan Shahih Ibnu Khuzaimah.
Kecacatan hadits :
50
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
1. Ada rawi Ali Bin Zeid bin Jud’an, menurut Yahya Bin Ma’in LAISA BI HUJJAH
(tidak dapat dijadikan hujjah) dan menurut Abu Zur’ah LAISA BI QOWY (tidak
)kuat
)2. Sallam Bin Sawwar menurut Ibnu ‘Ady MUNKARUL HADITS (haditsnya ditolak
)3. Maslamah Bin al-Shalt menurut Al-Albany ia MATRUK (tertuduh dusta
)(Hadis-hadis Palsu Seputar Ramadhan, Prof.KH. Ali Mustafa Yaqub, MA (AMY
51
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
52
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
653حدثنمي أبمو نعيمم قال حدثنمي أبمو شيبمة عمن الحكمم عمن مقسمم عمن بمن عباس قال ثمم كان رسمول ال صملى ال عليمه وسملم يصملي فمي
رمضان عشرين ركعة ويوتر بثلث
المعجم الكبير ج 11 :ص393 :
12102حدثنا محممد بن جعفر الرازي ثنما علي بمن الجعمد ثنما أبمو شيبمة إبراهيم بمن عثمان عن الحكم عن مقسمم عن بن عباس قال ثم كان
النبي صلى ال عليه وسلم يصلي في رمضان عشرين ركعة والوتر
Penjelasan
- Seluruh Ulama sepakat bahwa hadits tentang tarawih 20 atau 23 raka’at dla’if.
- Hadits yang shahih menjelaskan witir malam Nabi SAW tidak lebih dari 11
raka’at, baik pada bulan Ramadhan atau malam lainnya.
- Memahami hadits Aisyah tentang shalat witir 11 raka’at tidak termasuk
(bukan) shalat tarawih, menyalahi teks hadits tersebut yang menyatakan
dengan jelas “bulan Ramadhan”.
- Hadits shahih “MAN QOMA ROMADLONA...” yang dipahami oleh AMY dengan
)“tidak ada batasan jumlah raka’at tarawih” karena bersifat mutlaq (umum
dan konteksnya shalat tarawih, sebenarnya dengan adanya hadits Aisyah
yang juga shahih menjadi qayyid (pembatas) dalam jumlah raka’at shalat
malam Ramadhan. Kaidah ushul menyatakan YUHMALUL MUTHLAQ ‘ALAL
MUQOYYAD IDZATTAFAQO FIS SABABI WAL HUKMI. (Yang mutlaq ditarik kepada
yang muqoyyad jika sama sabab & hukumnya). AMY juga seharusnya melihat
teks hadits “MAN QOMA...” yang tidak menyebutkan SHALAT WITIR apalagi
TARAWIH yang tidak akan ditemukan dalam teks hadits manapun.
53
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
1. Qiyamullail, berasal dari kata “Qiyam” dan “Al-Lail”, Qiyam artinya berdiri (dari
Qaama, Yaquumu artinya mendirikan). Dalam al-Qur’an kata “Qiyam” identik
dengan shalat, karena shalat dikerjakan dengan berdiri atau mesti
ditegakkan/dilaksanakan (QS. Al-Furqan:63-64). Al-Lail ialah malam yaitu dari sejak
terbenam matahari sampai terbit fajar. Qiyamullail adalah ibadah muaqqatah atau
ibadah yang ditentukan waktu pelaksanaannya yaitu antara shalat isya dan shalat fajar
(shubuh). Berdasarkan al-Qur’an, qiyamullail dilaksanakan “MINALLAIL” yaitu
sebagian malam, karena malam itu terbagi kepada dua bagian, yaitu ‘Isyaul awwal
yaitu waktu maghrib, dan isya-ul akhir yang biasa disebut isya’ saja, yaitu ketika
mulai gelap sampai terbit fajar. Untuk Isyaul Akhir ini dibagi menjadi tiga, yaitu
awwalullail (malam bagian pertama) atau disebut juga “Al-‘Atammah yaitu sepertiga
awal dari malam sekitar pukul 22.00 sampai 23.00, nisfullail (tengah malam) sekitar
pukul 23.00-00.00 dan akhir malam sekitar pukul 02.00-04.00. Rasulullah SAW
pernah melaksanakan qiyamullail pada awal malam, tengah malam dan akhir malam.
(HR. Ath-Thabrany dari Ibnu Mas’ud ra. Lihat juga QS. Al-Muzammil: 1-4)
2. Shalatullail, berdasarkan keterangan di atas qiyamullail sama dengan shalatullail.
3. ShalatutTahajjud, At-Tahajjud berasal dari Tahajjada yatahajjadu artinya bangun
tidur. Maka qiyamullail yang dilakukan setelah tidur disbut shalat tahajjud.
4. Shalat Witir, Al-Witru artinya pengganjil, shalat yang jumlah raka’atnya ganjil
disebut shalat witir. Qiyamullail dilakukan dengan jumlah raka’at yang ganjil, maka
disebut juga dengan shalat witir dan Rasulullah SAW selalu mengganjilkan shalat
lailnya, baik sebelum tidur maupun sesudah tidur, maka shalat tahajjud sama dengan
shalat witir.
5. Qiyam Fi Ramadhan, atau qiyamur ramadhan ialah shalatullail pada bulan
Ramadhan. Jika qiyamur ramadhan dilakukan setelah tidur maka disebut shalat
tahajjud dan jumlah shalatullail pada bulan Ramadhan adalah witir, maka disebut juga
shalat witir.
6. Shalat Tarawih, At-Tarawih berasal dari tarawwaha-yatarawwahu, artinya
rileks/beristirahat. Istilah Shalat Tarawih digunakan oleh Imam Al-Bukhari ketika
membuat bab Shalatut Tarawih dan menjelaskan hadits tentang teknis pelaksanaan
shalatullail Rasulullah SAW yang diselingi dengan istirahat antara lain tidur atau
bersenang-senang dan beristirahat.
Maka shalat Tarawih sama dengan qiyamullail, tahajjud dan witir, atau
qiyamurramadhan jika dilakukan pada bulan Ramadhan.
54
RISALAH TARAWIH – http://subhan-nurdin.blogspot.com
2. Hadits menyebutkan “Jadikanlah akhir shalat malam kalian dengan witir.” Hal ini
menunjukkan bahwa selama kita belum witir maka boleh menambah jumlah
shalat malam berapapun jumlahnya.
3. Terdapat riwayat yang menyatakan Rasulullah SAW pernah shalat malam 13
raka’at bahkan 20 raka’at dan 23 raka’at. Maka, ucapan Aisyah itu tidak
menunjukkan ketentuan jumlah, tetapi menjadi mukhayyar (boleh memilih).
4. Ada hadits yang menyebutkan : “Shalat lail itu dua raka’at, dua raka’at. Apabila
engkau tahu bahwa waktu shubuh akan tiba, hendaklah engkau kerjakan shalat
witir satu raka’at.” (HR. Muslim dari Ibnu Umar ra)
5. Janganlah kita membatasi sesuatu yang mutlaq sehingga menghalangi orang
untuk melakukan kebaikan. Buktinya, Rasulullah SAW sendiri memberi
kebebasan kepada Abu Bakar dan Umar untuk melakukan qiyamullail baik
sebelum tidur maupun sesudahnya yang penting berjumlah ganjil pada satu
malam. Apakah kita berani menyebutkan Abu Bakar tidak bangun malam untuk
shalat tahajjud karena telah witir sebelum tidur ?!
55