Professional Documents
Culture Documents
Waktu terus berputar. Hari, minggu, bulan dan tahun datang dan
pergi silih berganti. Semuanya tetap berjalan seiring sunnatullah
yang telah ditetapkan-Nya, tanpa ada seorangpun yang dapat
menghentikan walau sesaat. Dan jika sudah tiba waktunya, bulan
Ramadhan pun pasti berlalu.
Cinderamata Ramadhan
Dan bukan hanya potensi umat saja yang bersatu dalam bulan ini.
Pada realitasnya dapat disaksikan bagaimana umat Islam berkumpul
diberbagai tempat untuk melaksanakan aktivitas keislamannya
secara serentak dan kolektif. Mulai dari berbuka puasa bersama,
usaha pelaksanaaan salat wajib dan salat tarawih berjamaah dan
puncaknya adalah saat umat Islam berbondong-bondong
menghadiri salat Idul Fitri baik di lapangan ataupun di masjid.
Semuanya dilakukan dengan semangat persatuan dan
kebersamaan.
Namun semua itu bukanlah tujuan akhir dari semua aktivitas ibadah
dan amal kebajikan di bulan Ramadhan. Akhir atau puncak
pencapaian seorang hamba dari segala gemblengan dan
pembekalan dalam bulan Ramadhan tadi tidak lain adalah takwa.
Muara akhir dari pengendalian diri dan hawa nafsu, olah spiritual,
penyucian diri serta peduli dan empati adalah ketakwaan kepada
Sang Rabbul ‘Izzati.
Inilah hakikat takwa yang dapat diraih dari proses interaksi seorang
hamba dengan dirinya, dengan sesama dan khususnya dengan
Rabbnya selama bulan suci ini. Adakah cinderamata yang lebih baik
dari takwa yang dapat ditinggalkan Ramadhan kepada seorang
hamba?
Kata ‘lurus’ dalam ayat di atas berarti istiqomah. Lurus dalam ayat
tersebut menggambarkan konsistensi, tanpa pernah melenceng
atau berbelok. Lurus pada ayat di atas berarti komitmen dan fokus
dalam menggapai tujuan dan maksud.
Memerangi syaitan
Satu hal yang manusia bisa pelajari dari syaitan adalah betapa
telitinya ia merencanakan setiap strategi untuk membuat manusia
berbuat dosa dan lalai akan Tuhannya. Betapa konsisten dan
istiqomahnya syaitan dalam mencapai tujuannya, yaitu
menjerumuskan sebanyak mungkin manusia ke dalam neraka.
Sungguh sebuah aib jika manusia, apalagi yang baru saja berpisah
dengan Ramadhan, tidak mengetahui akan hal ini. Sudah
seharusnya syaitan diperangi dan bukan malah dijadikan kawan
sejati. Sudah seharusnya manusia belajar untuk merencanakan
strategi yang matang untuk mengenyahkan syaitan dan bisikan-
bisikannya dari hati mereka masing-masing.
Hal ketiga adalah dzikir dan mengingat Allah. Yaitu dengan tetap
membaca do’a dan dzikir-dzikir di pagi dan petang hari, mulai dari
do’a bangun tidur, sebelum makan, bercermin, keluar dari rumah
hingga kembali dan berdo’a lagi sebelum tidur.
Bahkan Allah SWT murka kepada setiap hamba yang tidak pernah
memanjatkan do’a kepada-Nya, seakan ia sudah tidak memerlukan
Rahmat dari-Nya lagi. Setiap manusia pasti membutuhkan
pertolongan Tuhannya. Maka sudah selayaknya seorang manusia
mengalokasikan sedikit dari waktunya dalam sehari untuk berdo’a
kepada-Nya, walau sekedar dua atau tiga menit. Berdo’a untuk
ditetapkan atau ditambahkan kadar ketaatan dan ketakwaannya.
Demikian beberapa langkah dan kiat yang bisa dilaksanakan setelah
Ramadhan. Setelah sebulan berpuasa dengan segala aktivitas
ibadah yang penuh dengan spiritualitas dan penyucian diri, seorang
hamba akan lahir menjadi manusia baru, yakni manusia yang lebih
mengedepankan perilaku religi sekaligus merawat moralitas.
Manusia baru ini tidak membedakan antara sebelas bulan pasca
Ramadhan dan Ramadhan itu sendiri. Spirit Ramadhan terus
membimbingnya pada sebelas bulan lainnya. Baginya Ramadhan
tetap ada di sepanjang tahun.
Rabat, 21082009
[Mursalin]