You are on page 1of 11

HALUSINASI 1.

Definisi Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004). Halusinasai adalah suatu sensori persepsi terhadap suatu setan dan suara manusia yang berbicara terhadap dirinya, sering terjadi pada pasien skizofenia (Stuart, dkk, 1995). Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli mengenai halusinasi diatas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca indra terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang nyata. Sedangkan halusinasi pendengaran adalah kondisi dimana pasien mendengar suara, terutamanya suara-suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu. Halusinasi pendengaran merupakan halusinasi yang paling umum. Klien bias mendengar suara seperti Tuhan, suara setan atau suara orang-orang terdekat yang diterima sebagai suatu yang berbeda dari pemikiran klien. 2. Tanda dan gejala Perilaku pasien yang teramati adalah sebagai berikut 1. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang berbicara. 2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang berbicara atau kepada benda mati seperti mebel, tembok dll. 3. Terlibat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak tampak.

4. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara. 3. Penyebab halusinasi Halusinasi pendengaran paling sering terdapat pada klien gangguan jiwa (skizofrenia). Halusinasi terjadi pada klien gangguan jiwa gangguan jiwa (skizofrenia) dan gangguan manik (Shives, 1998). Menurut Barbara (1997) klien mendengar suara-suara misalnya suara Tuhan, iblis atau yang lain. Halusinasi yang dialami berupa dua suara atau lebih yang mengomentari tingkah laku atau pikiran klien. Suara-suara yang diperintah untuk bunuh diri atau membunuh orang lain. Penyebab lainnya adalah a. Keturunan Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ). b. Endokrin Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan. c. Metabolisme Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik. d. Susunan saraf pusat

Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan. e. Teori Adolf Meyer : Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme). f. Teori Sigmund Freud Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin. g. Eugen Bleuler Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain) h. Teori lain Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui

i. Ringkasan Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 ).

4. Psikopatologi Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi. Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi membicarakan mengenai keadaan pasien sendiri atau yang dialamatkan pada pasien itu, akibatnya pasien bisa bertengkar atau bicara dengan suara halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap mendengar atau bicara-bicara sendiri atau bibirnya bergerak-gerak. Psikopatologi dari halusinasi yang pasti belum diketahui. Banyak teori yang diajukan yang menekankan pentingnya faktor-faktor psikologik, fisiologik dan lain-lain. Ada yang mengatakan bahwa dalam keadaan terjaga yang normal otak dibombardir oleh aliran stimulus yang yang datang dari dalam tubuh ataupun dari luar tubuh.Input ini akan menginhibisi persepsi yang lebih dari munculnya ke alam sadar. Bila input ini dilemahkan atau tidak ada sama sekali seperti yang kita jumpai pada keadaan normal atau patologis,maka materimateri yang ada dalam unconsicisus atau preconscius bisa dilepaskan dalam bentuk halusinasi. Pendapat lain mengatakan bahwa halusinasi dimulai dengan adanya keinginan yang direpresi ke unconsicious dan kemudian karena sudah retaknya kepribadian dan rusaknya daya menilai realitas maka keinginan tadi diproyeksikan keluar dalam bentuk stimulus eksterna.

Pohon Masalah Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap diri sendiri dan orang lain Akibat

Halusinasi pendengaran

Masalah utama

Isolasi sosial 5. Diagnosa Keperawatan

Penyebab

1. Resiko Perilaku Kekerasan 2. Halusinasi Pendengaran 3. Isolasi Sosial

NO 1

DX Halusinasi

PERENCANAAN Tujuan TUM : klien dapat Kriteria hasil

INTERVENSI

pendengaran mengontrol halusinasi yang di alaminya

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Klien mampu membina hubungan salin percayadengan perawat dengan kriterial hasil :

1.1 Bina hubungan saling percaya. 1. Salam terapeutik. 2.Perkenalkan diri

- Membalas sapaan perawat - Eksperi wajah bersahabat & senang. - Ada kontak mata, jabatangan - Mau menyebut nama dan klien mau duduk berdapingan dengan perawat - klien mau mengutarakan masalah yang di hadapi.

3.Jelaskan tujuan interaksi. 4.Buat kontrak yang jelas. 5.Menerima klien apa adanya. 6.Kontak mata positif. 7.Ciptakan lingkungan yang terapeutik. 1.2 Dorong klien dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya. 1.3 Dengarkan ungkapan klien dengan rasa empati.

2 : klien dapat mengenali halusinasinya

Klien mampu mengenal halusinasinya dengan kriterial hasil : klien dapat menyebutkan

2.1 Adakan kontak secara sering dan singkat. 2.2 Observasi tingkah laku verbal dan non verbal klien yang terkait dengan

Jenis, Isi, Waktu, Frekuensi, Perasaan, Situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi, Responnya saat mengalami halusinasi.

halusinasi (sikap seperti mendengarkan sesuatu, bicara atau tertawa sendiri, terdiam di tengah tengah pembicaraan). 2.3 Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak nyata bagi perawat. 2.4 Identifikasi bersama klien tentang waktu munculnya halusinasi, isi halusinasi dan frekuensi timbulnya halusinasi. 2.5 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul. 2.6 Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat terjadi halusinasi

3 : klien dapat mengendalikan halusinasinya

-Klien dapat mengidentifikasi tindakan yang di lakukan untuk mengendakikan halusinasi. - klien dapat menunjukan cara baru untuk mengontrol halusinasi.

3.1 Identifikasi tindakan klien yang positif. 3.2 Beri pujian atas tindakan klien yang positif. 3.3 Bersama klien rencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi. 3.4 Diskusikan ajarkan cara mengatasi halusinasi. 3.5 Dorong klien untuk memilih cara yang disukai untuk mengontrol halusinasi. 3.6 Beri pujian atas pilihan klien yang tepat. 3.7 Dorong klien untuk melakukan tindakan yang telah dipilih.

4 : klien mendapatkan

- Klien dapat memiliki cara

4.1 Bina hubungan saling percaya

dukungan keluarga mengatasi dalam mengendalikan halusinasi halusinasi. - Klien melaksanakan cara yang telah di pilih memutus halusinasinya. - Klien dapat mengikuti aktifitas kelompok.

dengan klien. 4.2 Kaji pengetahuan keluarga tentang halusinasi dan tindakan yang dilakukan keluarga dalam merawat klien. 4.3 Beri penguatan positif atas upaya yang baik dalam merawat klien. 4.4 Diskusikan dan ajarkan dengan keluarga tentang : halusinasi, tanda tanda dan cara merawat halusinasi. 4.5 Beri pujian atas upaya keluarga yang positif.

5 : klien dapat menggunakan obat untuk mengontrol halusinasi

- Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dgn perawat. - Keluarga dapat menyebutkan

5.1 Diskusikan dengan klien tentang obat untuk mengontrol halusinasinya. 5.2 Bantu klien untuk memutuskan bahwa

pengertian , tanda dan tindakan yang mengalihkan halusinasi.

klien minum obat sesuai program dokter. 5.3 Observasi tanda dan gejala terkait efek dan efek samping.

DAFTAR PUSTAKA 1. fourseasonnews.blogspot.com/2012/03/tanda-dan-gejala-halusinasidengar.html 2. abdurrahman-adhie.blogspot.com/2012/05/halusinasi-dengar.html 3. lensaprofesi.blogspot.com/2012./gangguan-persepsi-sensori-halusinasi.html 4. Lilik Marifatul azizah. 2011. Keperawatan jiwa (aplikasi praktek klinik). Edisi pertama- jogyakarta. Graham ilmu.

You might also like