You are on page 1of 3

Budaya Sunda

SOSIALISASI BIDANG PENATAAN RUANG MELALUI ASPEK AGAMA DAN BUDAYA


admin • 15 Okt 2003 • Kategori: Bewara

Propinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 3.709.528,44 Ha, memiliki potensi dan permasalahan yang
spesifik. Karakter sosial budaya, keanekaragaman sumberdaya dan posisi geografis yang berbatasan
dengan ibukota negara merupakan faktor-faktor penyebab meningkatnya pertumbuhan penduduk.
Kondisi tersebut berimplikasi pada terjadinya penyimpangan pemanfaatan ruang dan inefisiensi
pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Mengingat luasnya lingkup permasalahan pemanfaatan ruang, perlu adanya pemahaman dan
kesepakatan bersama dari semua stakeholders dalam meningkatkan peran sertanya melalui kegiatan
pembangunan, sehingga tercipta pembangunan yang sesuai dengan perencanaan dan berwawasan
lingkungan. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan sumberdaya manusia melalui forum koordinasi.

Dengan diberlakukannya UU No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 25 tahun
2000 tentang Otonomi Daerah, Pemerintah dituntut untuk dapat menjabarkan kebijakan-kebijakan yang
dapat dijadikan dasar pembinaan terhadap stakeholders.

Dalam rangka pemberdayaan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal pemanfaatan dan pemahaman
persepsi pelaksanaan penataan ruang, diperlukan adanya suatu informasi melalui sosialisasi bidang
penataan ruang. Untuk itu Dinas Tata Ruang dan Permukiman Propinsi Jawa Barat melaksanakan
kegiatan sosialisasi bidang penataan ruang dengan pagelaran tembang Sunda Nurhidayahan.

Maksud dari penyelenggaraan sosialisasi bidang penataan ruang melalui aspek agama dan budaya ini
adalah untuk membuka wawasan, bertukar pengalaman, mengubah sikap dan perilaku serta
menyadarkan masyarakat akan adanya pergeseran paradigma. Disamping itu meningkatkan kesadaran
masyarakat dan stakeholders dalam penataan ruang kawasan berdasarkan nilai-nilai agama dan budaya
melalui kegiatan Nurhidayahan dan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam upaya penyelamatan
hutan, lahan kritis, air, tanah dan pengendalian pencemaran lingkungan.

Tujuan dilaksanakannya sosialisasi bidang penataan ruang melalui aspek agama dan budaya adalah:
tersosialisasikannya pemanfaatan ruang kawasan dan permukiman di 8 Kabupaten/Kota Propinsi Jawa
Barat secara holistic, mengaktualisasi nilai-nilai religi (Islam) dalam kehidupan sehari-hari untuk
mewujudkan kondisi ruang yang berwawasan lingkungan, mengaktualisasi nilai-nilai budaya Sunda
antara lain “Silih Asah, Silih Asih, Silih Asuh, Cageur, Bageur, Pinter tur Singer”, meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat melalui pelaksanaan kegiatan nyata dalam pengendalian tingkat kerusakan hutan
dengan pendekatan kearifan lokal. Disamping itu kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan
pemberdayaan dan pemahaman seluruh stakeholders dalam bidang penataan ruang,,memahami adanya
saling ketergantungan semua pihak, baik eksekutif, legislatif, dunia usaha maupun masyarakat dalam
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ruang kawasan dan menyadari dibutuhkannya perubahan
perilaku, sikap dan pola pikir dalam pemanfaatan dan pengendalian ruang kawasan.

Kegiatan sosialisasi ini dilaksanakan di 8 (delapan) Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Sumedang,


Subang, Majalengka, Ciamis, Kuningan, Cianjur serta Kota Cimahi dan Sukabumi. Adapun
pelaksanaannya dimulai bulan Juli 2003 sampai dengan Nopember 2003.

Tanggapan :
Sosialisasi mengenai penataan ruang melalui aspek agama dan budaya menurut saya sangat diperlukan
untuk semua daerah di Indonesia khususnya Jawa Barat, hal ini dikarenakan oleh maju pesatnya
pembangunan yang terjadi di Negara kita. Tata ruang ini juga mengatur dari pembangunan di Jawa Barat
agar cagar-cagar budaya yang mempunyai nilai edukasi yang tinggi dan juga mengandung nilai sejarah,
tidak hilang tergerus oleh pembangunan, hal ini juga memperingatkan kita agar kita tidak lupa dengan
budaya kita sendiri, dan juga kita menghargai sejarah dari orang-orang terdahulu kita. Tata ruang juga
menjaga kita dari kerusakan alam akibat dari pesatnya pembangunan, oleh karena itu seyogyanya kita
dapat memelihara alam dari pembangunan yang berlebihan, sehingga tercipta pembangunan yang
sesuai dengan perencanaan dan berwawasan lingkungan

Ada banyak cagar budaya yang terdapat di Jawa Barat, misalnya di kota Bandung ini, banyak gedung-
gedung yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi yang berakar pada nilai-nilai kebudayaan masyarakat
Sunda yang beralih fungsi, dan tidak terpelihara, bahkan ada yang sudah hilang serata dengan tanah dan
digantikan oleh gedung bertingkat. Oleh karenanya masyarakat disini dituntut untuk menjaga warisan
cagar-cagar budaya agar tidak hilang tergerus oleh pembnagunan yang semakin pesat.

Dikarenakan daerah kita berbatasan langsung dengan ibukota Negara, maka Jawa Barat dengan
sendirinya mengikuti modernisasi yang ditampilkan oleh daerah ibukota itu sendiri. Sehingga alangkah
baiknya jika kita jaga agar modernisasi itu tidak menghilangkan nilai-nilai kebudayaan kita, karena
budaya adalah ciri khas dari sebuah bangsa, maka kita dituntut untuk melestarikan budaya dan ikut
menjaga alam dari pemanfataan yang berlebihan agar kelak anak cucu kita dapat menikmatinya.

Penataan ruang ini juga memang diperlukan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat juga
wawasan masyarakat agar pembangunan yang terjadi di lingkungan kita tidak menimbulkan kerusakan
yang serius terhadap alam, penataan ruang berdasarkan nilai-nilai budaya dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam upaya penyelamatan hutan, lahan kritis, air, tanah dan pengendalian
pencemaran lingkungan.

Oleh karena itu sosialisasi ini juga dapat menyadarkan kita untuk menjaga alam dan budaya demi
kepentingan bersama dan untuk masa depan, dan kesemuanya itu merupakan tanggung jawab kita
bersama dari berbagai pihak ataupun dari berbagai lapisan masyarakat untuk menjaga kelestariannya.

You might also like