You are on page 1of 28

LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

DISUSUN OLEH : HARFINTI A. YUNITA PARE ROMBE KHALIL MUBARAK RESKI DWIYANA PM FELICITAE EKALAYA APPA YAFYET RAHMAYANTI RIPKA SAPUTRI FITRIA ANURANI H 3 11 12 004 H 3 11 12 012 H 3 11 12 021 H 3 11 12 101 H 3 11 12 260 H 3 11 12 270 H 3 11 12 278 H 3 11 12 286 H 3 11 12 901

JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup merupakan kewajiban bersama berbagai pihak baik pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat luas. Hal ini menjadi lebih penting lagi mengingat Indonesia sebagai negara yang perkembangan industrinya cukup tinggi dan saat ini dapat dikategorikan sebagai negara semi industri (semi industrialized country). Sebagaimana lazimnya negara yang masih berstatus semi industri, target yang lebih diutamakan adalah peningkatan pertumbuhan output, sementara perhatian terhadap eksternalitas negatif dari pertumbuhan industri tersebut sangat kurang. Beberapa kasus pencemaran terhadap lingkungan telah menjadi topic hangat di berbagai media masa, misalnya pencemaran Teluk Buyat di Sulawesi Utara yang berdampak terhadap timbulnya bermacam penyakit yang menyerang penduduk yang tinggal di sekitar teluk tersebut. Para pelaku industri kadang mengesampingkan pengelolaan lingkungan yang menghasilkan berbagai jenis-jenis limbah dan sampah. Limbah bagi lingkungan hidup sangatlah tidak baik untuk kesehatan maupun kelangsungan kehidupan bagi masyarakat umum, limbah padat yang di hasilkan oleh industri-industri sangat merugikan bagi lingkungan umum jika limbah padat hasil dari industri tersebut tidak diolah dengan baik untuk menjadikannya bermanfaat khususnya limbah yang berupa bahan berbahaya dan beracun (B3)

BAB II PEMBAHASAN Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah secara benar maka bias menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis. Menurut PP No. 18 1999 tentang pengelolaan limbah B3, yang dimaksud dengan Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Bina Lingkungan Hidup DKI, ada sembilan kelompok besar penghasil limbah B3, delapan kelompok industry skala menengah dan besar, serta satu kelompok rumah sakit yang juga memiliki potensi menghasilkan limbah B3. Beberapa kelompok penghasil limbah B3 akan dijelaskan pada pembahasan berikut 1. INDUSTRI TEKSTIL Industri tekstil merupakan industri yang mengubah bahan baku berupa serat menjadi barang jadi tekstil. Industri tersebut dapat menggunakan serat tumbuhan, seperti kapas; serat hewan, seperti wol dan sutra; dan materi sintetis, seperti nilon, polyester, dan akrilik. Industri tekstil terdiri dari berbagai kelompok proses yang saling berkaitan dengan produk (serat /fiber, benang, kain tenun). Pada proses permulaan, industri tekstil menerima dan mempersiapkan serat kemudian mengubah serat menjadi benang atau jaring-jaring; setelah itu mengubah benang menjadi kain atau produk sejenis; lalu dilakukan pewarnaan material-material tersebut. Proses pembuatan tekstil dibedakan menjadi dua, proses kering dan proses basah. Proses-proses tersebut kemudian menghasilkan limbah cair yang mencemari lingkungan. Limbah dapat dibagi menjadi empat tipe: sulit untuk diolah ( hard-totreat), mudah menyebar (highly dispersible), berbahaya dan beracun

1.1

1.2

1.

2.

(hazardous and toxic), dan bervolume besar. Keempat tipe limbah ini dapat ditemui di industri tekstil dan memiliki karakteristik spesifik masing-masing. Pengolahan akan lebih mudah apabila masing-masing limbah dipisah sebelum dikombinasikan. Unsur Organik dalam Limbah Cair Industri Tekstil Limbah cair tekstil mengandung sejumlah senyawa organik baik yang mudah terdegradasi secara biologis maupun sulit terdegradasi (nonbiodegradable). Besarnya kandungan senyawa organik dapat direpresentasikan sebagai Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen Demand (COD). BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa organik, sedangkan COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimia sehingga dapat dikatakan parameter COD sebagai parameter untuk mengetahui konsentrasi senyawa organik yang dapat dioksidasi oleh oksidator kuat dalam suasana asam. Karena limbah cair tekstil mengandung zat pewarna, umumnya limbah tersebut sulit didegradasi oleh mikroorganisme atau pengolahan secara biologis. Kandungan organik dalam limbah akan semakin mudah didegradasi secara biologi apabila semakin tinggi rasio BOD/COD. Oleh karena itu, untuk dapat mereduksi BOD dan COD, digunakan pengolahan secara biologis dengan perlakuan khusus agar proses dapat terjaga dengan baik. Pada umumnya industri tekstil menggunakan kolam oksidasi apabila tersedia lahan atau menggunakan proses aerobik lainnya. Proses ini dapat menurunkan BOD hingga 95%. Sumber utama BOD adalah bahan kimia kanji dari proses sizing, minyak untuk menenun, dan surfaktan biodegradable. Unsur Anorganik dalam Limbah Cair Industri Tekstil Dalam industri tekstil, unsur anorganik dalam effluen industri tekstil ini adalah logam, pelarut terklorinasi, surfaktan non-biodegradable, dan materi lain yang non-degradable. Limbah tipe ini sulit didegradasi melalui pengolahan biologi konvensional dan dapat lolos dari pengolahan tersebut sehingga dapat menambah efek toksisitas badan air penerima. Logam dihasilkan dari beberapa sumber dalam proses tekstil, pada umumnya berasal dari: Benang Tekstil, logam terdapat dalam benang alami, misalnya kapas yang berasal dari absorpsi dari lingkungan selama masa pertumbuhannya. Penelitian Smith (1988) menunjukkan bahwa kandungan logam dalam benang kapas adalah sebesar 75 hingga 100 ppm. Logam dalam proses penyelesaian (Finishing Process), terdapat beberapa bahan kimia organo-metalik pada proses penyelesaian, seperti water repellent, pencegah api (flame retardant), anti-jamur, dan anti-bau. Bahan

ini dapat mengandung antimony, tin dan seng. Untuk mereduksi sumber logam ini terhadap aliran air limbah, sebaiknya menyimpan bahan-bahan sisa untuk kemudian digunakan kembali, atau dibuang secara terpisah dan tidak dicampur dengan limbah proses yang rutin. 3. Pewarna (Dyes), beberapa pewarna dapat mengandung tembaga atau logam lain sebagai bagian terintegrasi dari molekul pewarna. Pada umumnya, pada Color Index diindikasikan bahwa pewarna yang mengandung logam adalah biru atau hijau. Pewarna ini banyak jenisnya, hampir 74000 seri bahan kimia, termasuk pthalocyanine dyes dan pigmen. Masing-masing pewarna umunya mengandung tembaga sebagai bagian internal dari struktur molekul kromofornya sehingga sebagian besar logam tersebut akan memapari benang melalui pewarna, kecuali untuk pewarna langsung yang memiliki sisa 5-15% larutan pewarna yang tidak digunakan sehingga logam akan terbuang sebagai limbah. Selain itu, logam-logam lain juga terdapat pada beberapa pewarna tekstil secara umum diperlihatkan pada tabel berikut.

Sumber Leonas dan Michael, 1994 Untuk dapat mereduksi logam dari sumber ini, ada dua hal yang dapat dilakukan. Pertama, yaitu mensubstitusi pewarna non-logam dan menggunakan pewarna yang mengandung logam ini apabila memang sangat dibutuhkan. Khususnya pada kasus selulosa, pewarna vat bebas-logam dapat digunakan untuk substitusi pewarna hijau dan biru dengan tipe langsung (direct) atau fiber-reaktif yang umumnya mengandung logam. Kedua, memastikan bahwa proses pewarnaan berlangsung dengan optimal, misalnya waktu kontak yang cukup, optimasi temperatur, pH, dan konsentrasi garam, fixative, dan parameter pewarnaan lainnya. 1.3 Pengolahan Limbah Cair Industri Tekstil

Pengolahan limbah cair industri tekstil dapat dilakukan secara kimia, fisika, biologi ataupun gabungan dari ketiganya. Pengolahan secara kimia dilakukan dengan koagulasi, flokulasi dan netralisasi. Proses koagulasi dan flokulasi dilakukan dengan penambahan koagulan dan flokulan untuk menstabilkan partikel-partikel koloid dan padatan tersuspensi membentuk gumpalan yang dapat mengendap oleh gaya gravitasi. Proses gabungan secara kimia dan fisika seperti pengolahan limbah cair secara kimia (koagulasi) yang diikuti pengendapan lumpur atau dengan cara oksidasi menggunakan ozon. Pengolahan limbah cair secara fisika dapat dilakukan dengan cara adsorpsi, filtrasi dan sedimentasi. Adsorpsi dilakukan dengan penambahan adsorban, karbon aktif atau sejenisnya. Filtrasi merupakan proses pemisahan padatcair melalui suatu alat penyaring (filter). Sedimentasi merupakan proses pemisahan padat-cair dengan cara mengendapkan partikel tersuspensi dengan adanya gaya gravitasi. Pengolahan limbah cair secara biologi adalah pemanfaatan aktivitas mikroorganisme menguraikan bahan-bahan organik yang terkandung dalam air limbah. Dari ketiga cara pengolahan diatas masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Pengolahan limbah cair secara kimia akan menghasilkan lumpur dalam jumlah yang besar, sehingga menimbulkan masalah baru untuk penanganan lumpurnya. Oksidasi menggunakan ozon selain biaya tinggi juga tidak efektif untuk mereduksi sulfur yang ada di dalam limbah. Penggunaan karbon aktif dalam pengolahan limbah yang mengandung zat warna menghasilkan persen penurunan zat warna tinggi, tetapi harga karbon aktif relatif mahal dan juga akan menambah ongkos peralatan untuk regenerasi karbon aktif tersebut. Proses pengolahan limbah cair secara biologi adalah salah satu alternatif pengolahan yang sederhana dan ekonomis. Pada proses ini tidak diperlukan bahan kimia seperti pada proses koagulasi sehingga biaya operasinya relatif lebih rendah. Pengolahan limbah cair secara biologi ini dapat dikategorikan pada pengolahan limbah secara anaerobik dan aerobik atau kombinasi keduanya. Namun sampai sekarang ini pengolahan dengan sistem lumpur aktif tidak efisien untuk menghilangkan warna dari efluen industri tekstil. Fakta dapat dilihat dari hasil penelitian Meyer (1981), bahwa penghilangan warna dari antrakuinon dan azo pada sistem ini sangat kecil. Meskipun penelitian yang lain menunjukkan bahwa

mikroorganisme aerobik strain tertentu dapat beradaptasi untuk mendegradasikan zat warna azo sederhana. 2. INDUSTRI KERTAS DAN PERCETAKAN Pada proses pembuatan kertas terdapat zat yang berpotensi mencemari lingkungan. Menurut Rini (2002), limbah proses pembuatan kertas yang berpotensi mencemari lingkungan tersebut dibagi menjadi 4 kelompok yaitu : a. Limbah cair, yang terdiri dari : a. Padatan tersuspensi yang mengandung partikel kayu, serat dan pigmen b. Senyawa organik koloid terlarut seperti hemiselulosa, gula, alkohol, lignin, terpenting, zat pengurai serat, perekat pati dan zat sintetis yang menghasilkan BOD (Biological Oxygen Demand) tinggi, c. Limbah cair berwarna pekat yang berasal dari lignin dan pewarna kertas, d. Bahan anorganik seperti NaOH, Na2SO4 dan klorin, e. Limbah panas f. Mikroba seperti golongan bakteri koliform. b. Partikulat yang terdiri dari : a. Abu dari pembakaran kayu bakar dan sumber energi lain b. Partikulat zat kimia terutama yang mengandung natrium dan kalsium. c. Gas yang terdiri dari : d. Gas sulfur yang berbau busuk seperti merkaptan dan H2S yang dilepaskan dari berbagai tahap dalam proses kraft pulping dan proses pemulihan bahan kimia e. Oksida sulfur dari pembakaran bahan bakar fosil, kraft recovery furnace dan lime kiln (tanur kapur) f. Uap yang mengganggu jarak pandangan c. Limbah padat yang terdiri dari : a. Sludge dari pengolahan limbah primer dan sekunder b. Limbah dari potongan kayu. 2.1 Dampak Pencemaran Limbah Pabrik Kertas Adapun dampak dari limbah industri kertas yaitu pencemaran lingkungan dan kesehatan manusia, dan ini dampak bagi pencemaran lingkungan antara lain: a) Membunuh ikan, kerang, dan invertebrata akuatik lainnya b) Memasukkan zat kimia karsinogenik dan zat pengganggu aktivitas hormon ke dalam lingkungan c) Menghabiskan jutaan liter air tawar d) Menimbulkan resiko terpaparnya masyarakat oleh buangan zat kimia berbahaya dari limbah industri yang mencemari lingkungan

Menurut Green (2005), terdapat beberapa senyawa dalam industri pulp dan kertas yang berpeluang besar bersifat karsinogenik bagi kesehatan manusia, yaitu : Asbes dapat menyebabkan kanker paru paru, digunakan pada penyambungan pipa dan boiler. Aditif kertas lainnya termasuk benzidine-base dyes, formaldehid dan epichlorohydrin yang berpeluang menimbulkan kanker pada manusia. Kromium heksavalen dan senyawa nikel, Senyawa ini umumnya digunakan pada pengelasan stainless steel dan dikenal sebagai karsinogenik terhadap paru paru dan organ pernafasan lain. Debu kayu keras dikenal sebagai penyebab kanker pernafasan. Hidrazin, styren, minyak mineral, chlorinated phenols dan dioxin Senyawa senyawa tersebut berpeluang besar menyebabkan kanker. 2.2 Pengolahan Limbah Industri Kertas Limbah industri terdiri dari limbah gas, cair dan padat. Menurut Sunu (2001), berbagai cara untuk mencegah pencemaran udara antara lain : a. Pencemar berbentuk gas a) Adsorbsi Adsorbsi merupakan proses melekatnya molekul polutan atau ion pada permukaan zat padat, yaitu adsorben, seperti karbon aktif dan silikat. b) Absorbsi Absorbsi merupakan proses penyerapan yang memerlukan solven yang baik untuk memisahkan polutan gas dengan konsentrasinya. c) Kondensasi Kondensasi merupakan proses perubahan uap air atau benda gas menjadi cair pada suhu udara di bawah titik embun. d) Pembakaran Pembakaran merupakan proses untuk menghancurkan gas hidrokarbon yang terdapat di dalam polutan dengan menggunakan proses oksidasi panas yang disebut incineration menghasilkan gas karbon dioksida (CO2) dan air. b. Pencemaran berbentuk partikel a) Filter Filter udara bertujuan menangkap debu atau partikel yang ikut keluar cerobong atau stack pada permukaan filter agar tidak ikut terlepas ke lingkungan. b) Filter basah Cara kerja filter basah atau scrubbers/ wet collectors adalah membersihkan udara kotor dengan menyemprotkan air dari bagian atas alat sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat.

c) Elektrostatik Alat pengendap elektrostatik menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan 25 100 KV sehingga terjadi pemberian muatan pada polutan dan akhirnya mengendap. d) Kolektor mekanis Kolektor mekanis merupakan proses pengendapan polutan partikel berukuran besar secara gravitasi. Contohnya adalah cyclone separators (pengendap siklon) dengan memanfaatkan gaya sentrifugal. e) Program penghijauan Program penghijauan bertujuan untuk menyerap hasil pencemaran udara berupa gas karbon dioksida (CO2) dan melepas oksigen sehingga mengurangi jumlah polutan di udara. f) Pembersih udara secara elektronik Pembersih udara secara elektronik (electronic air cleaner) dapat berfungsi mengurangi polutan udara dalam ruangan. g) Ventilasi udara dan exhaust fan Ventilasi udara dan exhaust fan bertujuan agar kebutuhan oksigen ruangan tercukupi dan polutan segera keluar dari ruangan sehingga ruangan bebes polutan. c. Pengolahan limbah cair pada dasarnya dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu : a) Pengolahan primer Pengolahan primer bertujuan membuang bahan bahan padatan yang mengendap atau mengapung. Pada dasarnya pengolahan primer terdiri dari tahap tahap untuk memisahkan air dari limbah padatan dengan membiarkan padatan tersebut mengendap atau memisahkan bagian bagian padatan yang mengapung. Pengolahan primer ini dapat menghilangkan sebagian BOD dan padatan tersuspensi serta sebagian komponen organik. Proses pengolahan primer limbah cair ini biasanya belum memadai dan masih diperlukan proses pengolahan selanjutnya. b) Pengolahan sekunder Pengolahan sekunder limbah cair merupakan proses dekomposisi bahan bahan padatan secara biologis. Penerapan yang efektif akan dapat menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan BOD. Ada 2 proses pada pengolahan sekunder yaitu : Penyaring trikle Penyaring trikle menggunakan lapisan batu dan kerikil dimana limbah cair dialirkan melalui lapisan ini secara lambat. Dengan bantuan bakteri yang

berkembang pada batu dan kerikil akan mengkonsumsi sebagian besar bahan bahan organik. Lumpur aktif Kecepatan aktivitas bakteri dapat ditingkatkan dengan cara memasukkan udara dan lumpur yang mengandung bakteri ke dalam tangki sehingga lebih banyak mengalami kontak dengan limbah cair yang telah diolah pada proses pengolahan primer. Selama proses ini limbah organik dipecah menjadi senyawa senyawa yang lebih sederhana oleh bakteri yang terdapat di dalam lumpur aktif. c) Pengolahan tersier Proses pengolahan primer dan sekunder limbah cair dapat menurunkan BOD air dan meghilangkan bakteri yang berbahaya. Akan tetapi proses tersebut tidak dapat menghilangkan komponen organik dan anorganik terlarut. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan pengolahan tersier. Pengolahan limbah cair pada industri pulp dan kertas terdiri atas tahap netralisasi, pengolahan primer, pengolahan sekunder dan tahap pengembangan. Sebelum masuk ke tempat pengendapan primer, air limbah masuk dalam tempat penampungan dan netralisasi. Pada tahap ini digunakan saringan untuk menghilangkan benda benda besar yang masuk ke air limbah. Pengendapan primer biasanya bekerja atas dasar gaya berat. Oleh karenanya memerlukan waktu tinggal sampai 24 jam. Untuk meningkatkan proses pengendapan dapat digunakan bahan flokulasi dan koagulasi di samping mengurangi bahan yang membutuhkan oksigen. Pengolahan secara biologis dapat mengurangi kadar racun dan meningkatkan kualitas air buangan (bau, warna, dan potensi yang mengganggu badan air). Apabila terdapat lahan yang memadai dapat digunakan laguna fakultatif dan laguna aerasi. Laguna aerasi akan mengurangi 80 % BOD dengan waktu tinggal 10 hari. Apabila tidak terdapat lahan yang memadai maka proses lumpur aktif, parit oksidasi dan trickling filter dapat digunakan dengan hasil kualitas yang sama tetapi membutuhkan biaya operasional yang tinggi. Tahap pengembangan dilakukan dengan kapasitas yang lebih besar, melalui pengolahan fisik dan kimia untuk melindungi badan air penerima (Devi, 2004). Sedangkan endapan (sludge) yang biasanya diperoleh dari proses filter press dari IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah), menurut Sunu (2001) dapat dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) atau tidak. Pembuangan lumpur organik, termasuk pada industri pulp dan kertas, dapat dibedakan menjadi :

Metode pembakaran Metode pembakaran ini merupakan salah satu cara untuk mencegah dampak lingkungan yang lebih luas sebelum dilakukan pembuangan akhir. Beberapa metode yang dapat dilakukan antara lain adalah metode incinerator basah yang mengoksidasi lumpur organik pada suhu dan tekanan tinggi. 2. Metode fermentasi metan dan metode pembusukan Metode fermentasi metan dilakukan menggunakan tangki fermentasi sehingga dihasilkan gas metan, sedangkan metode pembusukan akan diperoleh hasil akhir berupa kompos. Lumpur yang dihasilkan dari pengolahan buangan pada masa lalu biasanya ditimbun. Akan tetapi sistem ini menimbulkan bau karena pembusukan dan menyebabkan pencemaran air tanah dan air permukaan. Sekarang lumpur dihilangkan airnya dan dibakar atau digunakan sebagai bahan bakar (Rini, 2002). 2.3 Usaha Penanggulangan Masyarakat terhadap Limbah Industri Kertas Masyarakat juga turut andil dalam pengelolaan limbah pabrik kertas. Limbah pabrik kertas dapat didaur ulang menjadi karton yang memiliki nilai jual tinggi. Karton hasil pengolahan limbah pabrik kertas ini disebut dengan kertas gembos. Proses pembuatannya relative sederhana. Sludge dan kertas pemulung diproses menjadi bubur kertas. Kemudian dicetak menjadi lembaran dengan ukuran 66 x 78 cm. Setelah itu, dijemur di bawah terik matahari selama empat jam. Kemudian dihaluskan dengan rol kalender. Kemudian di pak dengan berat 25 kg. Hal ini tentu saja terasa lebih bernilai ekonomis serta dapat mengurangi dampak terhadap lingkungan. 3. INDUSTRI PESTISIDA Jenis limbah yang dihasilkan oleh industri pupuk adalah limbah cair, gas dan padat. 3.1 Limbah Cair limbah cair mengandung ammonia dan urea berasal dari pabrik ammonia dan pabrik urea Limbah cair mengandung minyak berasal dari kompressor dan pompa Limbah cair mengandung asam/basa berasal dari unit Demineralisasi Limbah cair mengandung lumpur berasal dari pengolahan air Limbah sanitasi mengandung suspended solid, BOD dan Koliform Pengolahan limbah cair

1.

Agar tidak mencemari lingkungan maka seluruh limbah cair diolah terlebih dahuludengan proses fisika, kimia, biologi atau gabungan ketiga proses tersebut, sebelum dibuangke lingkungan ( sungai ). Unit pengolahan tersebut antara lain: a. Kolam Pengendap Lumpur Terdiri dari dua kolam yang beroperasi paralel, yang mempunyai tujuan utama untukmemisahkan bahan - bahan padat yang terkandung dalam air limbah yang berasal dari : backwash sand filter, blowdown clarifier dan blodown boiler. Kapasitas dari dua kolam inisekitar 9 juta gallon dan cukup mampu untuk menampung lumpur dalam selang waktu 6tahun. Overflow dari kolam ini akan mengalir ke Kolam Equalisasi / stabilisasi. b. Kolam Netralisasi Unit ini berfungsi untuk menetralkan air buangan yang bersifat asam atau basa, yangberasal dari : regenerasi unit penukar ion di unit demineralisasi. Untuk mencapai pH netral( = 7,0 ) kolam ini dilengkapi dengan mixer dan perlengkapan untuk menambahkan asamsulfat atau kaustik seperti yang diinginkan. Kapasitas kolam adalah 100.000 galon, cukup untuk waktu ritensi 3 4 jam. Keluaran dari kolam ini dialirkan ke kolamequalisasi/stabilisasi. c. Unit Sanitasi Unit ini dirancang untuk memproses air limbah sanitasi dengan sistem lumpur aktif, dilanjutkan dengan aerasi udara dan klorinasi. Unit ini mempunyai kapasitas retensi desainsekitar 50.000 galon. Keluaran kolam ini dialirkan ke kolam stabilisasi. d. Unit Pemisah Air Berminyak Unit ini dirancang untuk mengolah buangan minyak atau oli dari kompresor pabrik ammonia, dan buangan oli dari utilitas dan urea dengan metode perbedaan berat jenis. Unit ini mempunyai desain kapasitas pemrosesan 300 gpm, daya tampung cairan 3.600 gallon,konsentrasi minyak keluaran 1,5 mg/l e. Unit Pemisah Ammonia Unit ini dirancang untuk memisahkan ammonia yang terkandung dalam air buangan dengan metoda Steam Stripping. Metoda pemisahan yang dipakai adalah proses pelepasan ammonia dengan steam. Jika ammonia dalam air buangan dikontakkan dengan aliran steam berlawanan arah dalam suatu menara maka ammonia akan dibebaskan. Beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi proses pelepasan ammonia adalah : jenisunit stripping, pH, suhu laju pembebanan dan pengendapan kerak. f. Kolam Ekualisasi / Stabilisasi Kolam ini berfungsi untuk menstabilkan air limbah agar kualitasnya sama (equal) dengan kualitas air sekitarnya

2.2 Limbah Gas Limbah gas buang / stack gas berasal dari emisi boiler-boiler dan reformer dari pabrik utilitas dan pabrik ammonia. Diatasi dengan pengoperasian boiler sesuai SOP dan pembakaran gas alam dengan oksigen berlebih Emisi gas NH3 dan debu urea berasal dari bagian atas menara pembutir. Diatasi dengan pengendalian urea dust separator system wet scrubber dan penggantian filter secara kontinyu Limbah gas buang ( purge gas ) yang berasal dari daur sintesa pabrik ammonia diatas dengan memasang Unit Hydrogen Recovery untuk memisahkan NH3 dan H2

2.3 Limbah Padat Limbah katalis bekas berasal dari pabrik ammonia yang mengandung oksidaoksida dari : Ni, Zn, Cu, Fe, Mo, Co. Diatasi dengan penyimpanan sementara ditempat yang aman kemudian dijual kembali Limbah debu urea berasal dari unit pengantongan. Diatasi dengan pemasangan peralatan dust collector, dehumidifier dan exhaust fan, urea dust dan waste dilarutkan kembali kemudian direcycle.

4. RUMAH SAKIT DAN FARMASI Limbah rumah sakit adalah semua limbah baik yang berbentuk padat maupun cair yang berasal dari kegiatan rumah sakit baik kegiatan medis maupun nonmedis yang kemungkinan besar mengandung mikroorganise, bahan kimia beracun, dan radioaktif. Semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat dan cair. 4.1 LIMBAH PADAT 1. Limbah Padat Medis Limbah padat medis adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah container bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah infeksius Limbah infeksius adalah limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi yang terinfeksi penyakit menular (perawatan intensif) serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular. Jenis limbah infeksius yaitu sampah mikrobiologis, produk sarah manusia, benda tajam, bangkai binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei, limbah raung isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan

peralatan terkontaminasi ( medical waste). Limbah ini dapat menjadi sumber penyebaran penyakit pada petugas, pasien, pengunjung, maupun masyarakat sekitar. Oleh karena itu orang-orang yang terlibat dalam kegiatan medis perlu memperhatikan cara penanganan limbah medis infeksius berbahaya yang dikenal dengan istilah pemberantasan infeksi silang. Limbah patologis Limbah patologi yaitu limbah yang berasal dari jaringan tubuh yang terbuang pada saat operasi bedah maupun otopsi. Jaringan atau cairan tubuh manusia contoh, bagian tubuh; darah dan cairan tubuh yang lainnya; janin. Limbah ini juga dianggap berisiko tinggi dan sebaiknya diotoklaf sebelum keluar dari unit patologi. Limbah tersebut harus diberi label biohazard. Contohnya : Jaringan yang diambil pada waktu biopsy, jaringan dan organ tubuh, potongan tungkai badan, plasenta dan cairan. Penangannya yaitu diberi label biohazard dan dibuang ke incinerator Limbah benda tajam Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif. Limbah farmasi Limbah farmasi adalah limbah yang berasal dari obat-obatan yang kadaluarsa, obat-obat yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat-obat yang dibuang pasien atau oleh masyarakat, obat-obatan yang tidak diperlukan lagi oleh institusi bersangkutan, dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan. Beberapa contoh sampah farmasi adalah obat obatan, vaksin, serum yang tidak digunakan lagi, botol obat yang beresidu, dll. Limbah farmasi dapat berupa senyawa kimia toksik maupun non toksik, baik dalam bentuk padat, cair, maupun uap. Jenis metode pengolahan limbah farmasi yaitu Pembuangan Landfill, Encapsulation, pemendaman yang aman di wilayah rumah sakit, Pembuangan ke saluran pembuangan atau selokan dan Insenerasi. Metode insenerasi merupakan metode terbaik untuk pengolahan limbah medis seperti produk farmasi. Insenerator dapat menghancurkan limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi.

Dalam hal ini banyak fakta yang dapat kita temukan bahwa penanganan limbah medis lebih dominan menggunakan system inceneration, karena dari segi biaya lebih murah selain itu dapat mengurangi massa dan volume sehingga untuk penanganan berikutnya menjadi lebih mudah. Limbah dapat ditangani dalam waktu yang relatif lebih singkat daripada pengolahan secara biologi maupun sistem landfill dan area yang dibutuhkan relatif lebih kecil. Pengelolaan limbah dengan menggunakan incinerator harus memenuhi beberapa persyaratan seperti yang tercantum dalam Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi. PRINSIP KERJA INCENERATOR Proses insenerasi akan berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu: 1. Tahapan pertama adalah limbah atau sampah dalam sampah menjadi uap air, hasilnya limbah menjadi kering dan siap terbakar. 2. Selanjutnya terjadi proses pirolisis, yaitu pembakaran tidak sempurna, dimana temperature belum terlalu tinggi. 3. Fase berikutnya adalah pembakaran sempurna. Ruang bakar pertama digunakan sebagai pembakar limbah, suhu dikendalikan antara 400 C ~ 600 C. Ruang bakar kedua digunakan sebagai pembakar asap dan bau dengan suhu antara antara 600 C ~ 1200 C. Suplay oksigen dari udara luar ditambahkan agar terjadi oksidasi sehingga materi-materi limbah akan teroksidasi dan menjadi mudah terbakar, dengan terjadi proses pembakaran yg sempurna, asap yg keluar dari cerobong menjadi transparan. Limbah sitotoksik Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000C. Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum. Pembuangan yang dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan penghasil atau distributornya, insenerasi pada suhu tinggi, dan degradasi kimia. Limbah kimia Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

Limbah radiaoktif Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida. Asal limbah ini dari tindakan kedokteran nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang dapat berupa padat, cair dan gas. Limbah padat non medis Limbah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis yang dihasilkan dari berbagai kegiatan yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman. Limbah ini meliputi kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkontak dengan cairan badan, tissue, kaleng, botol,kayu dan logam. Meskipun tidak menimbulkan risiko sakit, limbah tersebut cukup merepotkan karena memerlukan tempat yang besar untuk mengangkut dan membuangnya.

1. METODE PENGOLAHAN LIMBAH PADAT Pengelolaan limbah padat rumah sakit mengacu pada Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, mengenai persyaratan limbah medis padat yakni : a. Minimasi Limbah 1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber. 2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang berbahaya dan beracun. 3. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi. 4. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang. 5. Pemilahan 1. Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah 2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali. 3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya. 4. Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.

5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi sesuai Tabel 10. Untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis. b. Metode Sterilisasi Untuk Limbah yang Dimanfaatkan Kembali 1. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable), limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali. 2. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan penggunaan wadah dan label seperti Tabel 11 3. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X. c. Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya 1. Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan Limbah Sitotoksis. 2. Pengumpulan, Pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Media Padat di Lingkungan Rumah Sakit 1. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup. 2. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam. 3. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke Luar Rumah Sakit 1. Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat. 2. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus. 3. Pengolahan dan pemusnahan 1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan. 2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran menggunakan insinerator. Teknis pengelolaan limbah padat rumah sakit, antara lain tentang standardisasi kantong dan container pembuangan limbah. Keseragaman standar kantong dan kontainer mempunyai keuntungan sebagai berikut : mengurangi biaya dan waktu pelatihan staf, meningkatkan keamanan secara umum, pengurangan biaya produksi kantong dan kontainer. Untuk limbah medis padat sebelum dimasukkan ke dalam insenerator diperlukan wadah berupa kantong plastik khusus. Kantong plastik yang digunakan memiliki warna dan penandaaan yang disesuaikan dengan kategori dan jenis dari masing-masing limbah. Pewadahan limbah padat non-medis

harus dipisahkan dari limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam. Penggunaan teknologi dalam pengelolaan dan pembuangan limbah medis padat antara lain dapat menggunakan alat needle crusher dan needle pit dipergunakan khusus untuk mengolah limbah jarum. Needle crusher berfungsi untuk menghancurkan limbah jarum dengan menggunakan tegangan listrik sedangkan needle pit berfungsi untuk menampung hasil pengolahan dari needle crusher. Limbah padat yang telah terbungkus dalam kantong plastic selanjutnya diolah dengan menggunakan suatu insenerator yang sederhana, alasan digunakannya alat insenerator ini karena tidak memerlukan lahan yang luas, dengan biaya tidak terlalu mahal dan sesuai dengan kondisi serta situasi Rumah Sakit. Teknik insenerator merupakan pengolahan limbah padat dengan cara pembakaran pada suhu 10000 C. 2. CARA PENGOLAHAN LIMBAH PADAT Limbah padat rumah sakit, puskesmas, ataupun poliklinik terdiri dari limbah tajam (jarum suntik), limbah infeksius, non-infeksius, non-tajam yang dalam bentuk basah/kering, dan PVC. Untuk limbah yang berupa jarum, penanganan limbahnya dengan menggunakan needle crusher, hasil dari proses ini dibuang ke needle pit. Penanganan lain untuk jarum suntik yaitu dengan cara jarum suntik dimasukkan ke dalam safety box kemudian diinsenerator kecil dengan menggunakan suhu yang sesuai atau dibawa ke insenerator lain yaitu insenerator sentral atau besar, hasil pengolahan limbah akhirnya dibuang ke pit setempat atau tempat lain yang sesuai. Pengolahan limbah untuk limbah infeksius, non-infeksius, non-tajam yang dalam bentuk basah/kering dimulai dengan memasukkan limbah-limbah ini ke dalam kantong plastik, selanjutnya dibakar di insenerator sentral atau besar, dan hasil pengolahan limbah akhir dibuang ke pit setempat atau tempat lain yang sesuai. Khusus untuk limbah infeksius penangananya perlu disemprotkan dengan desinfektan (Natrium hipoklorit, formaldehid, fenol dan Alkohol), proses penyemprotan ini dilakukan setelah limbah dimasukkan ke dalam kantong plastik biohazard. Sebelum dimasukkan ke dalam insenerator limbah infeksius yang telah dibungkus dimasukkan ke dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 1 jam, dan hasil pengolahan limbah akhir dimasukkan ke dalam insenerator kemudian dibuang ke pit setempat atau tempat lain yang sesuai. Penanganan limbah untuk limbah PVC langsung dibuang ke TPA. Ineserator bekerja dengan mekanisme sebagai berikut, limbah ditempatkan dalam ruangan yang kedap, lalu di injek dengan bahan bakar yang sudah dicampur oksigen dan terbakar dengan suhu yang tinggi, asap hasil

pembakaran di imbas dengan molekul air sehingga asap yang keluar menjadi hidrocarbon yang akan terbakar habis pada secondary chamber. Dengan demikian asap akan bersih dan ramah lingkungan. 3. PERALATAN YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS PADAT 1. Needle pit berfungsi sebagai penampung hasil hancuran limbah padat antara lain jarum suntik 2. Safety box berfungsi sebagai alat penampung sementara limbah medis berupa jarum dan syringe bekas 3. Needle Crusher berfungsi menghancurkan jarum suntik dengan menggunakan tenaga listrik 4. Kantong plastik berfungsi sebagai wadah limbah medis padat memiliki warna dan penandaan yang disesuaikan dengan kategori dan jenis dari masingmasing limbah sesuai yang tertera pada Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, mengenai persyaratan limbah medis padat. 5. Insenator berfungsi untuk memusnahkan sampah medis dan non medis padat baik basah maupun kering dengan menggunakan bahan bakar solar. 4. PENANGANAN Dalam hal ini banyak fakta yang dapat kita temukan bahwa penanganan limbah medis lebih dominan menggunakan system inceneration, karena dari segi biaya lebih murah selain itu dapat mengurangi massa dan volume sehingga untuk penanganan berikutnya menjadi lebih mudah. Limbah dapat ditangani dalam waktu yang relatif lebih singkat daripada pengolahan secara biologi maupun sistem landfill dan area yang dibutuhkan relatif lebih kecil. Pengelolaan limbah dengan menggunakan incinerator harus memenuhi beberapa persyaratan seperti yang tercantum dalam Keputusan Bapedal No 03 tahun 1995. Peraturan tersebut mengatur tentang kualitas incinerator dan emisi yang dikeluarkannya. Incinerator yang diperbolehkan untuk digunakan sebagai penghancur limbah B3 harus memiliki efisiensi pembakaran dan efisiensi penghancuran / penghilangan (Destruction Reduction Efisience) yang tinggi. Limbah umum yang dapat didaur ulang dapat langsung dibawa ke tempat pengumpul limbah daur ulang. Limbah radioaktif biasanya dapat disimpan terlebih dahulu sampai masa aktifnya terlampaui.

Limbah kimia yang tidak berbahaya dapat dibuang ke dalam saluran pembuangan air, contoh : limbah asam amino, gula, ion-ion anorganik (Ca,K, Mg, I, Cl, F dll) Limbah kimia berbahaya dapat didaur ulang dengan distilasi, ekstraksi, elektrolisis Limbah yang tidak dapat didaur ulang akan dibakar (insinerasi) Wadah bertekanan dapat dibuang ke dalam landfill, maupun didaur ulang. 5. DAMPAK LIMBAH RUMAH SAKIT TERHADAP LINGKUNGAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT Pengaruh limbah rumah sakit dapat menimbulkan berbagai masalah terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan, antara lain: a. Gangguan kenyamanan dan estetika Gangguan ini berupa warna yang berasal dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan kimia organik. b. Kerusakan bangunan Kerusakan ini disebabkan oleh garam-garam yang terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit. c. Gangguan terhadap keberadaan tanaman dan binatang Gangguan ini dapat disebabkan oleh virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu dan fosfor. d. Gangguan terhadap kesehatan manusia Berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi dapat menjadi penyebab timbulnya penyakit pada manusia. e. Gangguan genetik dan reproduksi Beberapa senyawa seperti pestisida dan bahan radioaktif dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem reproduksi manusia. A. LIMBAH CAIR Limbah cair medis adalah Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi. Limbah rumah sakit bisa mengandung bermacam-macam mikroorganisme, tergantung pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik dll). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen. Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor

pada umumnya seperti BOD, COD, TTS, pH, mikrobiologik, dan lain-lain. Contoh air bilas ruang bedah dan otopsi. Limbah cair non medis adalah Limbah ini mencakup sisa-sisa makanan, air kotor dan kotoran manusia. Berbagai serangga seperti kecoa, kutu dan hewan pengerat seperti tikus merupakan gangguan bagi staf maupun pasien di rumah sakit. Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP58/MENLH/12/1995, Tanggal 21 Desember 1995, menyatakan bahwa limbah cair adalah semua bahan buangan berbentuk cair yang berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen, bahan kimia beracun dan radioaktivitas. Secara umum limbah cair merupakan limbah yang berupa cairan dan biasanya jenis limbah cair ini sangat riskan mencemari lingkungan sehingga dikenal sebagai pencemar air dan tanah. Untuk skala industri limbah cair umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik sisa dari hasil produksi sedang limbah yang biasa dihasilkan oleh rumah tangga/domestik dapat berupa air kotor dari pemakaian mandi, cuci dan toilet. Di manapun ia dibuang akan mencemari tempat pembuangannya, baik di tanah maupun di air. Oleh karena itu, harus dilakukan pengolahan air limbah baik dari perumahan maupun industri. Di kawasan industri air limbah diolah dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Di perumahan, tempat pembuangan air kakus adalah septictank, ini adalah bentuk pengolahan limbah tinja secara individual, sedangkan air limbah lainnya masuk ke selokan. Pengolahan limbah cair mempunyai tujuan untuk menghilangkan unsurunsur pencemar dari air limbah dan untuk mendapatkan effluent dari pengolahan yang mempunyai kualitas yang dapat diterima oleh badan air penerima, tanpa ada gangguan-gangguan fisik, kimiawi maupun biologi. Pengolahan air limbah dengan proses lumpur aktif secara umum terdiri dari bak pengendap awal, bak aerasi dan bak pengendap akhir, serta bak khlorinasi untuk membunuh bakteri patogen. Secara umum proses pengolahannya adalah sebagai berikut. Air limbah yang berasal dari rumah sakit ditampung ke dalam bak penampung air limbah. Bak penampung ini berfungsi sebagai bak pengatur debit air limbah serta dilengkapi dengan saringan kasar untuk memisahkan kotoran yang besar. Kemudian, air limbah dalam bak penampung di pompa ke bak pengendap awal. Bak pengendap awal berfungsi untuk menurunkan padatan tersuspensi (Suspended Solids) sekitar 30 40 %, serta BOD sekitar 25 % . Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak aerasi secara gravitasi. Di dalam bak aerasi ini air limbah dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan

menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah. Energi yang didapatkan dari hasil penguraian zat organik tersebut digunakan oleh mikrorganisme untuk proses pertumbuhannya. Dengan demikian didalam bak aerasi tersebut akan tumbuh dan berkembang biomasa dalam jumlah yang besar. Biomasa atau mikroorganisme inilah yang akan menguaraikan senyawa polutan yang ada di dalam air limbah. Setelah melalui pengolahan air limbah rumah sakit dengan proses lumpur aktif tersebut, air limbah rumah sakit dapat dibuang ke lingkungan dengan aman. Artinya, air limbah rumah sakit tidak lagi mencemari lingkungan dan tidak mengganggu ekosistem lingkungan, sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga. CONTOH KASUS LIMBAH B3 RUMAH SAKIT FAISAL

sisa sampah medik yang ditemukan dilokasi bertumpuk tanpa kantongan Hasil survei dari LSM RABSI dalam hal ini koordinator mengatakan Rumah sakit Islam Faisal terindikasi melakukan pencemaran lingkungan. Hal ini terbukti dari pengolahan limbah B3 nya yang terindikasi mencemari aliran got warga dan air tanah permukaan. Dari data dinas lingkungan hidup, dalam hal ini Danny yang mengatakan bahwa Rumah sakit Islam Faisal melakukan pencemaran lingkungan manakala tempat sampah khusus limbah B3nya kurang sesuai dan ada sampah rumah tangga tercampur dengan bahan selang infus kit di bak sampah. Temuan jelas dilapangan sampah medik alias limbah B3 khusus spoid dan jarum suntik tampak tertumpuk berserakan disalah satu tempat sampah dan jika hujan atau panas terkena langsung, tanpa tutup dan air yang bersentuhan dengan jarum suntik dengan spoid ini mengalir langsung

ketanah sekitar tempat sampah tersebut serta meresap ketanah dan ke aliran got warga samping tembok rumah sakit. Untuk bak sampah umum sampah rumah tangga juga tim investigasi LSM Rabsi mendapati selang imfus kit bercampur dengan sampah. Hal ini menyebabkan terjadinya pencemaran limbah khususnya pencemaran limbah air tanah permukaan karena limbah B3 sisa infus kit bisa tercampur dengan limbah rumah tangga. 5. RUMAH TANGGA Aktivitas sehari-hari yang kita lakukan seperti mandi, mencuci dan berbagai aktifitas lain yang kita anggap sepele namun menghasilkan sisa buangan ternyata dapat membahayakan bagi manusia dan lingkungan. Dari sekian banyak aktifitas manusia ternyata yang paling berbahaya adalah limbah rumah tangga. Limbah rumah tangga yang dirasa sangat berbahaya bagi lingkungan antara lain limbah bahan kimia baik dari MCK, emisi gas CO2 maupun aktifitas lain dan sampah plastik. Limbah plastik merupakan salah satu musuh besar yang banyak diperangi oleh berbagai pihak yang peduli terhadap lingkungan. Pengertian dari limbah rumah tangga sesungguhnya adalah sampah atau limbah yang dihasilkan dari buangan rumah tangga baik dari perumahan ataupun rumah-rumah tunggal di permukiman umum. Jenis limbah rumah tangga pada umumnya sangat bervariasi. Variannya tidak terbatas hanya pada sampah bekas makanan saja. Namun kadang-kadang limbah rumah tangga ada juga yang terdiri atas limbah Barang Bekas Berbahaya (limbah B3), yang sudah tentu memerlukan penanganan khusus. Secara umum, limbah rumah tangga dapat dibagi atas 3 kelompok umum untuk memudahkan penanganannya, yakni : (1) Limbah sampah basah,(2) Limbah sampah kering, (3)Sampah Daur Ulang/recycle, dan (4) Limbah Barang Bekas Berbahaya (B3). Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3). Limbah B 3 yang berada dalam rumah tangga adalah merupakan hasil aktif kegiatan keseharian dari manusia sehingga dapat memberikan dampak negatif yang sangat berbahaya dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk manusia, hewan, tanaman dan lingkungan. Asal Limbah :

a. Dapur : Pembersih saluran air, soda kostik, semir, gas elpiji, minyak tanah, asam cuka,kaporit/desinfektan, spiritus/alcohol dan cairan pencuci piring. b.Kamar Mandi / Tempat cuci baju : cairan setelah mencukur rambut, obat kumur, shampoo, sbaun mandi, pembersih kamar mandi/toilet, desinfektan, sabun cuci baju (deterjen) c. Kamar tidur : Parfum, kosmetyik, kamper, obat-obatan, hairspray, airfreshener, pembasmi nyamuk. d. Ruang Keluarga : Korek api, alcohol, baterai, cairan pembersih lantai e. Garasi/ Taman : Pestisida dan insektisida, pupuk, cat dan solven/pengencer, perekat, minyak pelumas mesin/mobil, aki bekas. Faktor-faktor yang menyebabkan limbah B3 dianggap berbahaya dan beracun yaitu : Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan. Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama. Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi. Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut. Limbah penyebab infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi. Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa. Pengelolaan Limbah B3 Pengelolaan Limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan limbah B3. Pengelolaan Limbah B3 ini bertujuan untuk mencegah, menanggulangi pencemaran dan kerusakan

lingkungan, memulihkan kualitas lingkungan tercemar, dan meningkatan kemampuan dan fungsi kualitas lingkungan Untuk menanggulangi pencemaran tanah akibat penumpukan sampah itu dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti melalui program 3 R yaitu Reduce, Reuse, Recycle. Reduce artinya mengurangi atau mereduksi sampah yang akan terbentuk. Hal ini dapat dilakukan bila ibu-ibu rumah tangga kembali ke pola lama yaitu membawa keranjang belanja ke pasar. Dengan demikian jumlah kantong plastik yang dibawa ke rumah akan berkurang (tereduksi). Selain itu bila setiap orang menggunakan kembali saputangan daripada tissue, di samping akan mengurangi sampahnya, dengan tidak menggunakan tissue dapat terjadi penghematan terhadap bahan baku untuk tissue, yang tidak lain adalah kayu dari hutan. Kalau setiap orang melakukan hal tersebut beberapa ton sampah yang akan tereduksi per bulan dan beberapa hasil hutan yang dapat diselamatkan. Reuse adalah program pemakaian kembali sampah yang sudah terbentuk seperti penggunaan bahan-bahan plastik/kertas bekas untuk benda-benda souvenir, bekas ban untuk tempat pot atau kursi taman, botol-botol minuman yang telah kosong diisi kembali dan sebagainya. Proses Recycle agak berbeda dengan kedua program sebelumnya. Dalam hal ini sampah sebelum digunakan perlu diolah ulang terlebih dahulu. Bahan-bahan yang dapat direcycle atau didaur-ulang seperti kertas atau sampah bekas, pecahan-pecahan gelas atau kaca, besi atau logam bekas dan sampah organik yang berasal dari dapur atau pasar dapat didaur-ulang menjadi kompos (pupuk). Proses daur-ulang ini juga dapat mengubah sampah menjadi energi panas yang dikenal dengan proses insenerasi. Insenerasi sederhana sudah ada yang melakukan oleh beberapa industri misal di Jakarta, yaitu menggunakan limbah padat dalam bentuk lumpur hasil akhir pengolahan air limbahnya tidak dibuang ke tanah tetapi digunakan sebagai bahan bakar setelah mengalami pengeringan.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Menurut PP No. 18 1999 tentang pengelolaan limbah B3, yang dimaksud dengan Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung berbahaya dan/atau beracun yang karena sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Bina Lingkungan Hidup DKI, ada sembilan kelompok besar penghasil limbah B3, delapan kelompok industry skala menengah dan besar, serta satu kelompok rumah sakit yang juga memiliki potensi menghasilkan limbah B3 1. Industry Tekstil 2. Industry Kertas 3. Industry pupuk 4. Rumah Sakit 5. Rumah tangga

DAFTAR PUSTAKA

Deva, 2009, http://mklh8pencemaranlingkungan.blogspot.com/ file:///G:/New%20Folder/sumber-limbah-padat-dan-cair-di-indonesia.html www. Pengelolaan Limbah _ Pusat Teknologi Limbah Radioaktif.htm www. Limbah Padat _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia _.htm www. Sanitasi_Limbah_part_I_untuk_muridku.htm

You might also like