You are on page 1of 6

KASUS ENRON

A. Pendahuluan Kasus Enron terungkap pada bulan Oktober 2001, yang pada akhirnya mengakibatkan kebangkrutan perusahaan Enron, sebuah perusahaan energi yang berbasis di Houston, Texas dan pembubaran Arthur Anderson, yang dulu merupakan salah satu lima besar partnership audit dan akuntansi di dunia. Selain menjadi kasus kebangkrutan terbesar dalam sejarah Amerika saat itu, kasus Enron juga merupakan kasus kegagalan audit terbesar. Sebelum kebangkrutannya, Enron (listing di NYSE dengan simbol ENE) memperkerjakan sekitar 21.000 karyawan dan merupakan salah satu perusahaan terbesar di dunia yang bergerak di bidang listrik, gas alam, komunikasi, dan pulp & paper, dengan penghasilan yang diklaim mencapai hampir 101 milyar dollar pada tahun 2000. Enron didirikan pada tahun 1985 oleh Kenneth Lay setelah melakukan merger antara Houston Natural Gas dan InterNorth. Beberapa tahun kemudian, ketika Jeffrey Skiling direkrut, dia membentuk sebuah staf eksekutif, dimana dengan penggunaan celah aturan (loopholes) akuntansi, special purpose entities (SPEs), dan pelaporan keuangan yang buruk, telah dapat menyembunyikan milyaran dollar hutang akibat kontrak-kontrak dan proyek-proyek yang gagal. Chief Financial Officer Andrew (CFO) Fastow dan staf-staf eksekutif lainnnya tidak hanya menyesatkan board of director Enron dan audit committee pada praktik akuntansi berisiko tinggi, tetapi juga menekan Andersen untuk mengabaikan isu-isu tersebut. Para pemegang saham Enron mengajukan tuntutan senilai 40 milyar dollar setelah harga saham perusahaan, yang pernah mencapai harga tinggi $ 90.75 per lembar saham pada pertengahan tahun 2000, terjun bebas menjadi kurang dari $ 1 pada akhir November 2001. Securities and Exchange Commission (SEC) AS memulai investigasi, dan pesaing perusahaan Houston,yaitu Dynergi menawarkan untuk membeli perusahaan Enron pada harga yang sangat rendah. Perjanjian tersebut gagal, dan pada 2 Desember 2001, Enron mengajukan bangkrut sesuai Chapter 11 UU Kebangkrutan AS. Aset Enron senilai 63,4 milyar dollar menjadikan ini kebangkrutan terbesar dalam sejarah Amerika sampai bangkrutnya WorldCom tahun berikutnya. B. Permasalahan Pelaporan Keuangan pada Kasus Enron Sebagaimana disebutkan oleh Cunningham (2006), pada pokoknya ada tiga kasus yang terkait pelaporan keuangan (financial reporting) yang dilakukan Enron, yaitu: mark-to-market accounting, pelaporan keuangan atas Special Purpose Entities (SPEs), dan pelaporan saham yang diterbitkan.

1. Mark-to-Market Accounting Enron memperdagangkan future contracts yang diklasifikasikan sebagai derivatives karena nilainya diperoleh dari underlying asset. Untuk mengurangi volatilitas harga bagi penjual dan harga bagi pembeli, pasar futures menetapkan suatu harga pada tanggal tertentu di masa datang. Enron melaporkan derivatives-nya menggunakan mark-to-market accounting. Sesuai metode ini, derivatives tidak dilaporkan sesuai historical cost tetapi dilaporkan sesuai nilai pasar wajar atas underlying asset, yang mengasumsikan adanya pasar yang sudah terbangun baik. Dengan tidak adanya harga-harga kutipan dari pasar aktif, harga aset yang serupa atau tehnik nilai saat ini (present value) digunakan untuk menetapkan suatu penilaian. Cara kerja mark-to-market accounting pada Enron adalah sebagai berikut. Asumsikan Enron memiliki dua kontrak option yang ditandingkan pada periode waktu yang sama untuk sejumlah komoditas yang sama; satu kontrak adalah untuk membeli komoditas dan kontrak yang lain adalah untuk menjual komoditas. Enron akan memperhatikan masa datang, asumsikan kedua kontrak dieksekusi. Setelah dikurangi biaya pengiriman dan biaya-biaya tak terduga lainnya, net income (loss) disetimasikan selama umur kontrak yang ditandingkan. Kemudian, net income (loss) yang diestimasikan didiskontokan sesuai nilai waktu uang, ke nilai saat ini dan dicatat sebagai gain (loss). Metode ini mengharuskan bahwa setiap tahun earnings masa depan yang disetimasi di estimasi ulang dan dinaikkan atau diturunkan. Pada Enron, earnings yang dilaporkan sesuai metode mark-to-market accounting mudah dimanipulasi karena pasar aktif tidak ada untuk kontrak-kontrak yang seringkali memiliki masa 20 tahun. Dengan demikian, perlu untuk mengestimasi earnings masa depan. Enron mengontrol pengestimasian earnings-nya, earnings yang diakui untuk seluruh masa kontrak dalam tahun pertama kontrak. Asumsinya adalah earnings dihasilkan dengan memberi jaminan kontrak bukan dengan menyerahkan kinerja atas kontrak. Satu keuntungan bagi manajemen Enron terkait pengakuan segera atas earnings adalah kompensasi untuk eksekutif, yang didasarkan pada earnings, menjadi tinggi. Enron memperburuk banyak masalah dengan menggunakan mark-to-market accounting. Dikarenakan earnings diakui secara segera untuk seluruh umur kontrak, fokus jangka pendek lebih ditekankan dan earnings menjadi mudah berubah-ubah (volatile). Kontrak-kontrak tambahan harus dijual dalam jangka pendek untuk melaporkan earnings. Oleh karena itu, Enron memperluas markto-market accounting pada perdagangan listrik, broadband, fuel additives, dan item lainnya. Untuk banyak komoditas ini tidak ada pasar aktif, bahkan dalam jangka pendek. Karena, dalam banyak kasus, diragukan keberadaan underlying asset-nya, ini menunjukkan Enron melaporkan earnings fiktif. Permasalahan utamanya adalah earnings yang diestimasi tidak menghasilkan likuiditas, arus

kas dari eksekusi nyata atas kontrak-kontrak tertinggal jauh dibandingkan dengan pengakuan earnings-nya. Risiko ini sangat besar. Jika pasar berbalik, mark-to-market accounting mengharuskan pengakuan kerugian (loss), kemungkinan rugi yang sangat besar. Perbedaan yang besar terbuka antara estimasi realistis atas earnings dan estimasi Enron yang berdasarkan asumsi agresif mengenai tingkat suku bunga, keberlangsungan pihak-pihak lain pada kontrak, pajak, regulasi, teknologi, permintaan, dll. Saat perubahan kondisi pasar mengharuskan penurunan nilai dan pengakuan rugi, Enron menyembunyikan, menunda atau mengabaikan kerugian tersebut. Andersen kelihatannya tidak mempertanyakan nilai yang diterapkan pada kontrak-kontrak ataupun keberatan terhadap taktik untuk menyembunyikan, menunda atau mengabaikan kerugian. Banyak special purpose entities (SPEs) yang paling abusif dibuat untuk menghindari pelaporan kerugian mark-to-market. 2. Pelaporan Keuangan Special Purpose Entities (SPEs) Enron SPE adalah sebuah entitas yang secara tipikal dibuat oleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan usaha tertentu, seperti pemilikan dan leasing real estate. Enron memiliki lebih dari 3.000 SPEs, melebihi berkali-kali perusahaan lainnya. Awalnya, banyak SPEs sah untuk manajemen risiko. Namun, mayoritas SPEs dalam tahun-tahun sebelum kebangkrutan digunakan untuk memanipulasi laporan keuangan. SPEs hampir selalu memiliki struktur yang rumit yang menyaambungkan kepemilikan dan dengan Enron seringkali memegang suatu kepemilikan ekuitas (equity interest). CFO Enron dan/atau pegawai-pegawai lainnya memegang equity interests. Para eksekutif senior atau pegawai lainnya memanage dan mengoperasikan kegiatan-kegiatan SPE, sementara itu digaji oleh Enron dan tidak menerima kompensasi dari SPE. Board of directors Enron membebaskan CFO-nya dari kebijakan Enron terkait konflik kepentingan. Akibatnya, dia dapat mengendalikan kedua sisi transaksi-transaksi tersebut dan memperkaya diri sendiri. Banyak isu pelaporan keuangan pada Enron terkait dengan konsep entitaspengabaian untuk mengonsolidasikan entitas, penggunaan selektif metode ekuitas atas akuntansi entitas, dan pengabaian untuk menghapuskan efek transaksi antarentitas. Sebagai akibat dari ketidakberesan ini, Enron telah memanipulasi laporan keuangannya dengan berbagai cara, meliputi sebagai berikut:

Enron tidak melaporkan utang dalam neraca (off-balance sheet). Melalui kolaborasi dengan bank-bank utama, SPEs meminjam uang, seringnya dengan garansi langsung atau tidak langsung dari Enron. Uang (cash) tersebut digunakan untuk menguntungkan Enron, tetapi tidak harus ditransfer ke Enron. Enron tidak melaporkan utang pada laporan keuangannya.

Enron tidak mengungkapkan kewajiban kontinjensi atas utang sebagaimana diharuskan oleh GAAP.

Enron memiliki investasi dalam perusahaan-perusahaan (bukan SPEs) yang dikonsolidasikan atau dilaporkan pada metode ekuitas. Ketika investasi mulai menunjukkan kerugian, mereka mentransfer ke SPEs sehingga Enron tidak menunjukkan kerugian tersebut. Enron tidak mengonsolidasikan atau melaporkan SPEs pada metode ekuitas, sehingga menghindari pelaporan kerugian. Seringnya penjualan investasi kepada SPE-nya menghasilkan keuntungan (gain) yang dilaporkan, dan pembayaran uang dari SPE (cash) kepada Enron untuk membayar investasi dapat digunakan untuk mentransfer uang pinjaman. Proses ini membolehkan Enron untuk memanipulasi arus kas yang dilaporkan dengan menyamarkan cash dari pinjaman sebagai arus kas dari penjualan investasi.

Enron menjual jasa-jasa (services) kepada SPEs untuk jumlah yang besar untuk menaikkan penghasilan penjualan (sales revenue) dan income. Dikarenakan Enron tidak menggunakan metode ekuitas, biaya (cost) kepada SPEs tidak tercermin oleh Enron. Pembayaran uang dari SPE kepada Enron untuk jasa-jasa bisa merupakan uang pinjaman. Jadi, Enron akan melaporkan arus kas dari operasi bukan dari pinjaman.

Sebuah unit Enron akan menjual energi kepada sebuah SPE yang kemudian akan menjual kembali energi tersebut kepada unit Enron lainnya. SPE ini akan meminjam uang untuk membayar energi tersebut; bank-bank sering bekerja sama dengan membantu untuk menyeting SPEs di luar negeri untuk menyamarkan transaksi tersebut. Uang tersebut ditransfer kepada unit penjualan Enron yang melaporkan suatu kenaikan penghasilan, meskipun tidak mengharuskan keuntungan (profit). Tambahan lagi, dengan melakukan ini, Enron memanipulasi arus kas untuk melaporkan arus kas positif dari operasi.

Enron dan Anderson mencari posisi/pendapat dari staf SEC mengenai kondisi-kondisi dimana Enron dapat menghindari untuk mengonsolidasikan SPEs-nya. Respon posisi staf SEC, konsisten dengan pernyataan The Emerging Issues Task Force (EITF), menyatakan konsolidasi dapat dihindari hanya jika ada suatu kepemilikan ekuitas substansial dari pihak luar (substantial outside equity ownership) dalam SPE dan jika SPE tersebut secara independen dimanage dan tidak dikendalikan oleh Enron. Respon tersebut menyatakan ini tidak menetapkan apa yang mendasari substantial outside equity ownership, ini menekankan bahwa jumlah 3% dalam EITF adalah suatu pedoman dan harus dilihat sebagai minimum absolut. Dalam semua kasus, Enron me-manage aktivitas-aktivitas SPE-nya secara langsung atau secara tidak langsung. Banyak transaksi antara Enron dan SPEs tidak akan dilaksanakan dengan entitas luar yang independen.

Dalam semua kasus, Enron mempunyai mayoritas kepemilikan (interest) baik secara langsung atau tidak langsung melalui Fastow, Gilsan, Kopper, dan pegawai-pegawai Enron lainnya. Bahkan jika non-konsolidasi dapat dibenarkan, GAAP AS normalnya mengharuskan metode ekuitas digunakan dan dampak transaksi antar Enron dan SPEs-nya dieliminasi. Enron melakukan secara selektif penggunaan metode ekuitas, tetapi tidak mengeliminasi dampak transaksi antar dirinya dan SPEs-nya. Pengungkapan tentang SPEs GAAP AS ditetapkan oleh FASB dan SEC mewajibkan pengungkapan detil mengenai transksi pihak yang berkaitan (related-party), seperti transaksi-transkasi antara Enron dan SPEsnya, termasuk sifat hubungannya, gambaran transkasinya, jumlah uang transaksi, jumlah yang masih harus dibayar kepada atau dari pihak yang berkaitan pada akhir tahun. Enron pada faktanya mengungkapkan informasi tertentu mengenai transkasi-transkasinya dengan SPEs-nya. Tetapi Enron tidak mengungkapkan detil tertentu yang diwajibkan oleh pernyataan FASB. Lebih lanjut, pengungkapannya tidak jelas. Meskipun demikian, pengungkapan tersebut cukup untuk menarik perhatian terhadap isu-isu tersebut, dan seharusnya menimbulkan pertanyaan bagi para analis keuangan dan pihak lainnya yang memonitor laporan keuangan Enron. Para bankir dan analis kelihatannya bekerjasama dengan Enron untuk menghindari pernyataan publik yang akan membahayakan saham Enron dan kemampuan bank dan perusahaan investasi untuk mendapat keuntungan dari bisnis Enron. 3. Pelaporan yang Tidak Benar atas Saham yang Diterbitkan Enron menerbitkan lembar saham kepada beberapa SPEs, eksekutif, dan pihak lainnya. Banyak saham tersebut dipertukarkan dengan notes receivable. GAAP AS tidak memperbolehkan pencatatan suatu piutang yang dipertukarkan penerbitan lembar saham. Dari pelaporan yang tidak benar, Enron melaporkan terlalu tinggi aset dan ekuitas melebihi 1,2 milyar dollar, jumlah yang material, bahkan untuk perusahaan sebesar Enron. Tetapi, Anderson mengabaikan transaksi tersebut. C. Dampak Kasus Enron Terkait Pelaporan Keuangan Dampak dari terkuaknya kasus Enron yang berkaitan dengan pelaporan keuangan konsolidasai dan SPEs adalah lahirnya persyaratan baru dari FASB yang mewajibkan SPEs dicantumkan dalam neraca (balance sheet).

Section 401(a) Sarbanes-Oaxley Act mewajibkan laporan keuangan tahunan dan triwulanan mengungkapkan semua transaksi off-balance sheet, pengaturan, dan kewajiban yang material.

D. Analisis Kasus Menurut pendapat kami, ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari kasus/skandal Enron ditinjau dari sisi akuntansi dan pelaporan, antara lain: Peraturan yang memperbolehkan SPE dibuat oleh perusahaan dan diperlakukan sebagai offbalance sheet sepanjang paling sedikit 3% dari total modal SPE dimiliki oleh pihak yang independen di luar perusahaan, terlalu longgar. Seharusnya pada saat itu ada aturan yang tegas berkenaan kewajiban pengungkapan dalam laporan keuangan atas transaksi off-balance sheet antarpihak yang mempunyai hubungan istimewa (related party), apalagi yang mempunyai dampak keuangan yang material. Tujuan jangka pendek antara lain: laporan kinerja earnings yang tinggi, harga saham yang tinggi, kompensasi bagi para eksekutif yang didasarkan atas kinerja earnings, telah mendorong para eksekutif yang hanya mementingkan keuntungan pribadi jangka pendek untuk melakukan praktik akuntansi kreatif yang tidak beretika yang merugikan investor dan stakeholders. Rendahnya pengawasan board of directors ditambah turut andilnya accounting and audit firm (KAP) dan pihak-pihak terkait lain (konsultan hukum, analis keuangan, banker, dll) telah menyebabkan praktik kecurangan pelaporan akuntansi menjadi lebih lama terkuak. Praktik akuntansi curang yang hanya mengejar kinerja earnings atau pertumbuhan earnings tetapi tidak didukung dengan cash flow dari aktivitas usaha yang sebenarnya, pada akhirnya akan menghancurkan perusahaan itu sendiri.

Sumber: Cunningham, Gary M. and Harris, Jean E. 2006. Enron and Arthur Andersen: The Case Of The Crooked E And The Fallen A, Global Perspectives on Accounting Education Volume 3, 2006, 2748. -----------------------, Enron Scandal, http://en.wikipedia.org/wiki/Enron_scandal,accessed on October 20, 2013. Obringeer, Lee. Off-balance Sheet Accounting and Manipulation Methods,

http://money.howstuffworks.com/ cooking-books4.htm, accessed on October 20, 2013.

You might also like