You are on page 1of 78

EFEKTIFITAS PEMANFAATAN MEDIA KOMPUTER

DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR


PADA PEMBELAJARAN TAJWID
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang
Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta)

Disusun oleh:
EKA LUSIANDANI KONCARA

SD NEGERI 2 CIBOGOGIRANG
UPTD PEMBINAAN TK-SD DAN PLS KECAMATAN PLERED
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN PURWAKARTA

2009
EFEKTIFITAS PEMANFAATAN MEDIA KOMPUTER
DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR
PADA PEMBELAJARAN TAJWID
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang
Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta)

Disusun oleh:
EKA LUSIANDANI KONCARA

Kepala SD Negeri 2 Cibogogirang Penulis

H A S A N U D I N EKA LUSIANDANI KONCARA


KATA PENGANTAR

   

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, kepada-Nya kita berbakti, dan

kepada-Nya pula kita memohon ampun atas segala dosa dan alpa kita. Shalawat

dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, kepada para

sahabat, para tabi‟in dan para penerus perjuangan mereka.

Atas karunia dan nikmat yang melimpah ruah dari Allah SWT, akhirnya

penulis dapat menyelesaikan laporan Penelitian Tindakan Kelas ini, yang berjudul

“Efektifitas Pemanfaatan Media Komputer dalam Peningkatan Hasil Belajar pada

Pembelajaran Tajwid.

Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered

Kabupaten Purwakarta. Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah

diupayakan disusun dengan seoptimal mungkin, meskipun tidak menutup

kemungkinan terdapat kekurangan di dalamnya.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapat bantuan dari

berbagai pihak, maka sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Hasanudin selaku Kepala SD Negeri 2 Cibogogirang yang telah

memfasilitasi dan memberi bimbingan dalam penelitian ini.

2. Bapak Husen selaku Guru Kelas IV A, yang telah membantu

sepenuhnya dalam pelaksanaan penelitian sebagai observer.

3. Rekan-rekan pengajar di SD Negeri 2 Cibogogirang yang telah

mendukung terlaksananya penelitian ini.

i
4. Istri tercinta, keluarga dan semua pihak yang telah memberikan

dorongan dan bantuan demi kelancaran penyusunan laporan ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Laporan PTK ini dapat memberikan

manfaat dan kontribusi yang berharga bagi pengembangan ilmu pendidikan

khususnya di lingkungan SD Negeri 2 Cibogogirang. Hanya kepada Allah jualah

kita berserah diri, semoga gerak langkah kita senantiasa atas bimbingan-Nya dan

mendapat ridho dari-Nya.

Purwakarta, 11 Agustus 2009

Penulis

Eka Lusiandani Koncara

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

ABSTRAK ....................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian........................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian......................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ..................................... 10

A. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 10

1. Pendidikan dan Pembelajaran ................................................. 10

2. Pendidikan Agama Islam ........................................................ 22

a. Kurikulum Pendidikan Agama Islam ................................ 22

b. Pembelajaran Tajwid dalam Pendidikan Agama Islam..... 24

B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 27

1. Media Komputer ..................................................................... 27

2. Hasil Belajar ............................................................................ 28

3. Pembelajaran Tajwid ............................................................... 29

C. Hipotesis Tindakan ........................................................................ 30

iii
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 31

A. Jenis Penelitian .............................................................................. 31

B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 35

C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 39

D. Analisis Data ................................................................................. 41

E. Prosedur Penelitian ........................................................................ 42

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ...................................... 44

A. Siklus I........................................................................................... 45

B. Siklus II ......................................................................................... 49

C. Pembahasan ................................................................................... 52

BAB V PENUTUP ..................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 57

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 60

iv
ABSTRAK

Judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah “Efektifitas


Pemanfaatan Media Komputer dalam Peningkatan Hasil Belajar pada
Pembelajaran Tajwid”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemanfaatan


media komputer dalam peningkatan hasil belajar pada pembelajaran tajwid di
kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta.

Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menggunakan metode Penelitian


Tindakan Kelas, yaitu penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan yang dilakukan
oleh guru dalam lingkup kelas sebagai upaya memperbaiki atau peningkatan
kualitas pembelajaran. Penelitian dilakukan di salah satu rombongan belajar kelas
IV SD Negeri 2 Cibogogirang, yang terdiri atas 27 siswa.

Data yang dibutuhkan diambil melalui tes hasil belajar dan observasi. Dari
tes hasil belajar di setiap siklus, kemudian di analisa tingkat peningkatan hasil
belajar siswa. Dari tes tersebut dapat diketahui seberapa besar peningkatan rata-
rata nilai hasil belajar siswa, sehingga dapat diketahui seberapa efektif
pemanfaatan media komputer pada pembelajaran tajwid.

Pada siklus I, dengan menggunakan media komputer, nilai rata-rata hasil


belajar siswa yang diperoleh adalah sebesar 62,22, dengan 8 siswa yang berhasil
mencapai KKM. Rata-rata peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah 17,41
atau 38,85%. Sedangkan nilai ketuntasan klasikal baru mencapai angka 29,63%.
Keadaan kelas pun kurang kondusif karena sebagian kelompok siswa yang tidak
sedang menggunakan komputer, tidak memiliki tugas lain. Pada siklus II, dengan
media yang sama, nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh meningkat
menjadi 84,81, dengan 20 siswa yang berhasil mencapai KKM. Rata-rata
peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah 22,59 atau 36,31%, dan nilai
ketuntasan klasikal mencapai angka 74,07%. Keadaan kelas pun lebih kondusif
karena menggunakan lembar kerja siswa untuk kemudian dikerjakan bersama
kelompoknya, sehingga siswa yang tidak sedang menggunakan komputer
memiliki tugas lain.

Kesimpulan yang didapat ialah bahwa hipotesis “Media komputer efektif


untuk dimanfaatkan pada pembelajaran tajwid serta dapat meningkatkan hasil
belajar siswa secara signifikan”, dapat diterima.

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian

khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu

pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama

pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.

Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional disebutkan, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada

nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan

perubahan zaman.

1
2

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab

penuh dalam menjalankan amanat undang-undang tersebut. Sekolah merupakan

suatu institusi yang dirancang untuk membawa siswa pada proses belajar, di

bawah pengawasan guru atau tenaga pendidik profesional. Sekolah terdiri atas

jenjang-jenjang pendidikan, yaitu tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan

kemampuan yang dikembangkan.

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau

potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Learning is

usually defined as any modification of behavior resulting from an individual’s

previous experience.

Sedangkan pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses

pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta

pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

dengan baik. Pembelajaran adalah suatu proses yang akan membuat seseorang

menjadi lebih baik atau lebih meningkat sesuatunya dari sebelumnya. (Bahaudin,

2007:116)
3

Sebagai suatu proses, pembelajaran membutuhkan beberapa unsur untuk

terlaksananya proses tersebut, serta demi memperoleh hasil yang optimal. Salah

satunya adalah media pembelajaran.

Rasulullah SAW pertama kali menerima wahyu dari Allah SWT, sebagai

berikut:

              

         
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha

pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar

kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-Alaq : 1-5)

Jelas sekali bahwa perintah yang pertama kali diturunkan Allah SWT

kepada umat manusia melalui Rasul-Nya adalah perintah untuk belajar. Dan

terlihat jelas bahwa proses belajar yang dicontohkan dan Allah SWT pun

menggunakan media (dengan kalam), sehingga manusia dapat mengetahui apa

yang tidak diketahuinya. Penggunaan media ini mutlak adanya dalam suatu proses

pembelajaran.

Schramm mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi

pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Sementara itu, Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik

untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran. Sedangkan, National Education

Associaton mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi


4

dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.

(http://akhmadsudrajat/ wordpress.com/, 2008)

Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran

adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran,

perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya

proses belajar pada diri peserta didik.

Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:

1. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik

2. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan

sejenisnya

3. Projected still media: slide, projector, dan sejenisnya

4. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),

komputer dan sejenisnya.

Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat

mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media

pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang

digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke–20 usaha

pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga lahirlah

alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat

bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti

adanya komputer dan internet.


5

Media komputer saat ini menjadi sangat populer dan menjadi salah satu

media belajar yang paling digandrungi oleh para siswa. Hal ini disebabkan karena

komputer sebagai media belajar, selain mampu menampilkan bahan ajar yang

bersifat audio-visual, tetapi juga dapat dimanfaatkan secara interaktif. Inilah salah

satu kelebihan media komputer yang tidak dimiliki oleh media apapun di dunia

saat ini.

Media komputer yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut juga

sebagai komputer pendidikan. Komputer pendidikan adalah penggunaan komputer

dalam dunia pendidikan sebagai alat bantu belajar.

Penggunaan komputer sebagai media belajar saat ini sudah tidak dapat

dipungkiri lagi. Bentuk komunikasi guru dalam budaya „talk and chalk‟ harus

mulai dihilangkan, karena nyaris tidak ada perubahan yang menonjol dalam hasil

belajar yang dicapai.

Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki seseorang sebagai

akibat proses belajar yang telah ditempuhnya. Hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan

kemampuan yang dicapai oleh pembelajar/peserta didik.

Hasil belajar bukan sekedar penguasaan suatu hasil latihan melainkan

adanya perubahan perilaku tahap-demi tahap, baik dalam ranah kognitif, afektif,

ataupun psikomotor, yang lambat laun terintegrasi menjadi suatu kepribadian.

Seseorang yang telah melakukan proses belajar akan terlihat perubahan dalam

salah satu atau beberapa ranah tingkah laku tersebut.


6

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang

bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan Agama dimaksudkan untuk

peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.

Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa

agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang

bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk

menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai,

disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Pendidikan Agama

Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan

iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan

kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat.

Guru sebagai pendidik diharapkan dapat mengembangkan proses

pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah

distandarisasi oleh Badan Nasional Standar Pendidikan Republik Indonesia

melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pengembangan proses dan metode

pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa dan merupakan tanggung jawab

guru sebagai pendidik untuk mencapai hasil belajar yang optimal secara efektif

dan menyenangkan.

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai

berikut: Al Qur‟an dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh dan Kebudayaan

Islam. Ilmu Tajwid merupakan salah satu materi pembelajaran yang termasuk
7

dalam aspek Al Qur‟an dan Hadits yang kemudian harus disampaikan kepada

siswa melalui proses pembelajaran yang menyenangkan.

Ilmu Tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara membaca

Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Tujuan ilmu tajwid adalah memelihara bacaan

Al-Quran dari kesalahan dan perubahan serta memelihara lisan (mulut) dari

kesalahan membaca.

Mempelajari ilmu tajwid wajib hukumnya, sebagaimana Allah SWT

berfirman:

   


“…dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (tartil).”

(Q.S. al-Muzzammil : 4)

Di lingkungan SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten

Purwakarta, materi pembelajaran Tajwid merupakan salah satu materi Pendidikan

Agama Islam yang siswanya memiliki hasil belajar di bawah rata-rata. Hal ini

tentu membutuhkan perhatian dan upaya lebih, termasuk dengan mencoba

memanfaatkan media komputer untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

materi pembelajaran tajwid. SD Negeri 2 Cibogogirang yang telah memiliki

perangkat komputer lengkap dengan perangkat lunaknya, memiliki cukup sarana,

paling tidak untuk memulai upaya tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian

tindakan kelas yang mengambil judul “Efektifitas Pemanfaatan Media Komputer

dalam Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran Tajwid”.


8

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ialah pertanyaan yang dicarikan jawabannya melalui

penelitian, yang dirumuskan dalam suatu kalimat pertanyaan. (Suharsimi

Arikunto, 1999:56)

Mengacu pada apa yang telah diuraikan sebelumnya, penulis menyusun

suatu rumusan masalah penelitian yaitu, “Bagaimana efektifitas pemanfaatan

media komputer dalam peningkatan hasil belajar pada pembelajaran tajwid di

kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta?”

Dari rumusan masalah tersebut, maka muncul pertanyaan masalah sebagai

berikut:

1. Apakah komputer dapat dimanfaatkan secara efektif sebagai media

dalam materi pembelajaran tajwid di kelas IV SD Negeri 2

Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta?

2. Apakah media komputer memberi kontribusi dalam peningkatan hasil

belajar pada pembelajaran tajwid secara signifikan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan muara dari suatu penelitian yang dibuat

secara spesifik, terbatas, dan dapat diperiksa dengan hasil penelitian. Tujuan

penelitian memiliki hubungan yang erat dengan kegunaan penelitian atau

signifikansi penelitian. (Cik Hasan Bisri, 2001:32)

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, penulis menentukan

tujuan penelitian ini sebagai berikut:


9

1. Untuk mengetahui apakah komputer dapat dimanfaatkan secara efektif

sebagai media dalam materi pembelajaran tajwid di kelas IV SD

Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta.

2. Untuk mengetahui apakah media komputer memberi kontribusi dalam

peningkatan hasil belajar pada pembelajaran tajwid secara signifikan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat berguna antara lain:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana

pengembangan keilmuan di bidang pendidikan, khususnya Pendidikan

Agama Islam di jenjang pendidikan dasar, terutama dalam materi

pembelajaran tajwid.

2. Secara praktis, diharapkan dapat memberi gambaran tentang

bagaimana pemanfaatan media komputer dalam meningkatkan hasil

belajar siswa di jenjang pendidikan dasar, khususnya pada materi

pembelajaran tajwid, serta apa saja kelebihan serta kekurangannya.


BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pendidikan dan Pembelajaran

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi

pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi

lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan

kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar

kebudayaan melewati generasi.

Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional disebutkan, “Pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara.”

10
11

Dalam bahasa Inggris istilah pendidikan menggunakan kata

“education”, yang biasanya dihubungkan dengan pendidikan di sekolah. Kata

“education” berhubungan dengan kata dari bahasa Latin “educere” yang

berarti “mengeluarkan suatu kemampuan”. Karena itu, pendidikan berarti

membimbing untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan dalam

diri anak (Uyoh Sadulloh, 2007 : 2).

Pada hakekatnya, pendidikan mengandung tiga unsur, yaitu:

a. Mendidik, menurut Darji Darmodiharjo, menunjukkan usaha yang lebih

ditujukan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat,

kecintaan, kesusilaan, ketaqwaan, dan sebagainya. Mendidik anak

menyangkut seluruh kepribadian anak didik.

b. Mengajar, yaitu memberi pelajaran tentang ilmu yang kemudian dapat

bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikirnya. Mengajar disebut

juga pembentukan intelektualitas anak didik.

c. Melatih, yaitu usaha berulang-ulang untuk membentuk suatu keterampilan

sehingga terjadi mekanisasi atau pembiasaan. Melatih hanya dilakukan

pada hal yang menyangkut segi psikomotoris kepribadian.

Tujuan pendidikan merupakan hasil yang diharapkan dari suatu proses

pendidikan dalam jangka waktu tertentu.

Tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh

Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan

mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman,

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur, memiliki
12

pengetahuan dan keterampilan, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan.

Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggung

jawab penuh dalam menjalankan amanat undang-undang tersebut. Sekolah

merupakan suatu institusi yang dirancang untuk membawa siswa pada proses

belajar, di bawah pengawasan guru atau tenaga pendidik profesional. Sekolah

terdiri atas jenjang-jenjang pendidikan, yaitu tahapan pendidikan yang

ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan

dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Tata urutan tujuan pendidikan diawali dari Tujuan Pendidikan

Nasional, kemudian Tujuan Institusional, Tujuan Kurikuler sampai pada

Tujuan Instruksional.

Sistem persekolahan di negara kita adalah berjenjang yang melembaga

pada suatu tingkatan. Untuk itu maka pada tiap lembaga hendaknya juga

digariskan adanya suatu tujuan pendidikan yang kita sebut tujuan institusional.
13

Suatu lembaga pendidikan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan

akan memberikan sejumlah isi pengajaran yang disusun sedemikian rupa

sehingga merupakan sejumlah pengalaman belajar yang menunjang

tercapainya tujuan pendidikan, inilah yang disebut dengan tujuan kurikuler.

Sedangkan tujuan instruksional merupakan penjabaran yang terakhir

dari tujuan-tujuan yang terdahulu dan lebih atas. Tujuan ini diharapkan dapat

tercapai pada saat terjadinya proses belajar mengajar secara langsung yang

terjadi pada setiap hari. Dalam pelaksanaannya tujuan ini harus dirumuskan

pada saat penyusunan atuan pelajaran.

Dalam pelaksanaannya, pendidikan memerlukan suatu standar sebagai

acuan yang berfungsi untuk mengendalikan jalannya proses pendidikan dalam

pencapaian tujuan pendidikan. Proses pendidikan merupakan interaksi antar

berbagai unsur pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi

lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan,

dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan

berkala. Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan

kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan

pembiayaan. Pengembangan standar nasional pendidikan serta pemantauan

dan pelaporan pencapaiannya secara nasional dilaksanakan oleh suatu badan

standarisasi, penjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan.

Pendidikan tidak akan berkembang tanpa adanya suatu usaha yang

disebut inovasi pendidikan. Inovasi merupakan suatu gagasan baru yang


14

diterapkan untuk memprakarsai atau memperbaiki suatu produk atau proses,

dan jasa. Inovasi merupakan suatu perubahan yang baru dan secara kualitatif

berbeda dari hal yang ada sebelumnya dan sengaja diusahakan untuk

meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu.

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau

potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.

Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.

Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan

merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif.

Terdapat tiga atribut pokok belajar, yaitu: proses, perilaku, dan pengalaman

(Udin S. Winataputra, 2005 : 23).

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran

merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses untuk

memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta

pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain,

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

dengan baik. Pembelajaran adalah suatu proses yang akan membuat seseorang

menjadi lebih baik atau lebih meningkat sesuatunya dari sebelumnya

(Bahaudin, 2007:116).

Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri

dari komponen-komponen berikut: tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran,

strategi pembelajaran, alat pembelajaran, siswa, dan guru. Yang menjadi


15

komponen utama dalam pembelajaran adalah tujuan pembelajaran, karena

semua komponen lainnya mengacu kepada tujuan pembelajaran. Karena itu,

untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran, hal yang harus dirumuskan

pertama kali adalah tujuan pembelajaran.

Tujuan utama belajar adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di

kemudian hari, yakni membantu anak didik untuk dapat belajar terus dengan

cara yang lebih mudah. Apa yang dipelajari dalam situasi tertentu harus

memungkinkannya untuk memahami hal-hal lain. Belajar hanya akan terjadi

dengan kegiatan anak didik itu sendiri. Anak didik bukanlah bejana yang

harus diisi oleh guru dengan berbagai pengetahuan.

Proses belajar dapat dibedakan ke dalam tiga fase, yaitu:

a. Fase informasi, yaitu fase dimana anak didik memperoleh informasi yang

menambah, memperhalus dan memperdalam, atau bahkan menentang

pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

b. Fase transformasi, yaitu fase penganalisaan informasi yang telah didapat

untuk kemudian diubah ke dalam bentuk yang lebih konseptual agar dapat

digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.

c. Fase evaluasi, yaitu fase penilaian apakah informasi yang didapat dan telah

ditransformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Rasulullah SAW menerima wahyu pertamanya dari Allah SWT,

sebagai berikut:

               

        


16

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah
yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-Alaq : 1-5)

Jelas sekali bahwa perintah yang pertama kali diturunkan Allah SWT

kepada umat manusia melalui Rasul-Nya adalah perintah untuk belajar. Dan

terlihat jelas bahwa proses belajar yang dicontohkan dan Allah SWT pun

menggunakan media (dengan kalam), sehingga manusia dapat mengetahui apa

yang tidak diketahuinya. Penggunaan media ini mutlak adanya dalam suatu

proses pembelajaran.

Media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat

dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Media pembelajaran adalah

sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran.

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan

pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik

sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya:

a. Media Visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik

b. Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya

c. Projected still media: slide, projector, dan sejenisnya

d. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR),

komputer dan sejenisnya.

Terdapat beberapa faktor yang merupakan karakteristik dari media,

antara lain :

a. Kemampuan dalam menyajikan gambar (presentation)


17

b. Faktor ukuran (size); besar atau kecil

c. Faktor warna (color): hitam putih atau berwarna

d. Faktor gerak: diam atau bergerak

e. Faktor bahasa: tertulis atau lisan

f. Faktor keterkaitan antara gambar dan suara: gambar saja, suara saja, atau

gabungan antara gambar dan suara.

Klasifikasi jenis media adalah sebagai berikut :

a. Media cetak

b. Media yang dipamerkan (displayed media)

c. Overhead transparancy

d. Rekaman suara

e. Slide suara dan film strip

f. Presentasi multi gambar

g. Video dan film

h. Pembelajaran berbasis komputer (computer based learning)

Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran

dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media

pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar yang

digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke–20 usaha

pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio, sehingga

lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan,


18

saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas

dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

Media pembelajaran menurut fungsinya terbagi ke dalam empat

macam, yaitu:

a. Alat untuk menyampaikan pengalaman yang tidak dapat diperoleh dengan

pengalaman langsung selazimnya di sekolah.

b. Alat model yang dapat memberikan pengertian tentang struktur atau

prinsip suatu gejala.

c. Alat dramatisasi yang dapat mendramatisasikan sejarah atau kejadian

untuk memberi pengertian tentang suatu ide atau gejala.

d. Alat automatisasi seperti “teaching machine” atau pelajaran berprogram

yang menyajikan suatu masalah dalam urutan yang teratur dan memberi

timbal balik tentang respon murid.

Komputer adalah alat yang dipakai untuk mengolah data menurut

prosedur yang telah dirumuskan. Kata computer semula dipergunakan untuk

menggambarkan orang yang perkerjaannya melakukan perhitungan aritmatika,

dengan atau tanpa alat bantu, tetapi arti kata ini kemudian dipindahkan kepada

mesin itu sendiri. Asal mulanya, pengolahan informasi hampir eksklusif

berhubungan dengan masalah aritmatika, tetapi komputer modern dipakai

untuk banyak tugas yang tidak berhubungan dengan matematika. Dalam

definisi seperti itu terdapat alat seperti slide rule, jenis kalkulator mekanik

mulai dari abakus dan seterusnya, sampai semua komputer elektronik yang
19

kontemporer. Istilah lebih baik yang cocok untuk arti luas seperti "komputer"

adalah "yang memproses informasi" atau "sistem pengolah informasi."

Pembelajaran dengan bantuan komputer atau Computer Assisted

Instruction (CAI) adalah pengajaran yang menggunakan komputer sebagai

alat bantu. Komputer ini membuka berbagai kemungkinan yang dapat

dimanfaatkan guna pendidikan. Bila dibandingkan dengan pengajaran

konvensional, dengan komputer anak didik dapat belajar lebih cepat. Akan

tetapi, hasil belajar murid tidak dinilai berdasarkan norma dalam kelas, karena

anak didik bekerja secara individual.

Media komputer saat ini menjadi sangat populer dan menjadi salah

satu media belajar yang paling digandrungi oleh para siswa. Hal ini

disebabkan karena komputer sebagai media belajar, selain mampu

menampilkan bahan ajar yang bersifat audio-visual, tetapi juga dapat

dimanfaatkan secara interaktif. Inilah salah satu kelebihan media komputer

yang tidak dimiliki oleh media apapun di dunia saat ini.

Media komputer yang digunakan dalam proses pembelajaran disebut

juga sebagai komputer pendidikan. Ir. Bambang Yuwono (2002) menyebutkan

bahwa komputer pendidikan adalah penggunaan komputer dalam dunia

pendidikan sebagai alat bantu belajar.

Penggunaan komputer sebagai media belajar saat ini sudah tidak dapat

dipungkiri lagi. Bentuk komunikasi guru dalam budaya „talk and chalk‟ harus

mulai dihilangkan, karena nyaris tidak ada perubahan yang menonjol dalam

hasil belajar yang dicapai.


20

Hasil belajar merupakan segala perilaku yang dimiliki seseorang

sebagai akibat proses belajar yang telah ditempuhnya. William Burton (2005)

menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,

pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan kemampuan yang

dicapai oleh pembelajar/peserta didik.

Hasil belajar bukan sekedar penguasaan suatu hasil latihan melainkan

adanya perubahan perilaku tahap-demi tahap, baik dalam ranah kognitif,

afektif, ataupun psikomotor, yang lambat laun terintegrasi menjadi suatu

kepribadian. Seseorang yang telah melakukan proses belajar akan terlihat

perubahan dalam salah satu atau beberapa ranah tingkah laku tersebut.

Hasil belajar anak didik dapat dilihat dengan melakukan kegiatan

evaluasi. Evaluasi berguna untuk mengetahui sampai mana pencapaian siswa

terhadap suatu tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan evaluasi

pendidik juga dapat memperoleh timbal balik yang kemudian digunakan untuk

memperbaiki serta mengembangkan proses pembelajaran berikutnya.

Evaluasi pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk

mendapatkan informasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami

siswa dan mengolah atau menafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif

atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk

membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.

Evaluasi antara lain mengunakan tes atau non tes untuk melakukan

pengukuran hasil belajar.


21

Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan dan/atau tugas

yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait, atribut

pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap butir pertanyaan atau

tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar.

Non tes adalah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik

dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, melainkan dengan cara:

a. Skala bertingkat, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur kemampuan

anak didik berdasarkan tingkat tinggi rendahnya penguasaan dan

penghayatan pembelajaran yang telah diberikan.

b. Daftar cocok, yaitu suatu tes yang berbentuk daftar pertanyaan yang akan

dijawab dengan membubuhkan tad cocok (x) pada kolom yang telah

disediakan.

c. Wawancara, yaitu semua proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau

lebih berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang

lain, mendengar dengan telinganya sendiri suaranya.

d. Daftar angket, yaitu bentuk tes yang berupa daftar pertanyaan yang

diajukan pada responden, baik berupa keadaan diri, pengalaman,

pengetahuan, sikap dan pendapatnya tentang sesuatu.

e. Pengamatan, yaitu teknik evaluasi yang dilakukan dengan cara meneliti

secara cermat dan sistematis dengan menggunakan alat indra terhadap

aspek-aspek tingkah laku siswa disekolah.

f. Riwayat hidup, yaitu salah satu tehnik non tes dengan menggunakan data

pribadi seseorang sebagai bahan informasi penelitian.


22

Secara klasik tujuan evaluasi hasil belajar adalah untuk membedakan

kegagalan dan keberhasilan seorang peserta didik. Namun dalam

perkembangannya evaluasi dimaksudkan untuk memberikan umpan balik

kepada peserta didik maupun kepada pembelajar sebagai pertimbangan untuk

melakukan perbaikan serta jaminan terhadap pengguna lulusan sebagai

tanggung jawab institusi yang telah meluluskan.

Ada dua jenis evaluasi pembelajaran yang dikenal, yaitu :

a. Evaluasi harian, dilaksanakan setiap selesai masa satu periode

pembelajaran. Untuk materi yang bersifat pemikiran atau pengetahuan

umum, evaluasi dilakukan secara lisan. Untuk materi yang membutuhkan

keahlian, evaluasi dilakukan dengan praktek secara langsung.

b. Evaluasi umum, yang diselenggarakan 2 kali dalam setahun. Ujian

diselenggarakan secara terpisah untuk setiap jurusan di setiap jenjang.

2. Pendidikan Agama Islam

a. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Istilah kurikulum semula berasal dari istilah yang dipergunakan dalam

dunia taktik “curere” yang berarti “berlari”. Istilah tersebut erat hubungannya

dengan kata “curier” atau kurir yang berarti penghubung atau seseorang yang

bertugas menyampaikan sesuatu kepada orang atau tempat lain. Seorang kurir

harus menempuh suatu perjalanan untuk mencapai tujuan, maka istilah

kurikulum kemudian diartikan sebagai orang sebagai suatu jarak yang harus

ditempuh (S. Nasution, 2000 : 5).


23

Kurikulum kemudian diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau

ilmu pengetalman yang ditempuht atau dikuasai untuk mencapai suatu tingkat

tertentu atau ijazah. Di samping itu, kurikulum juga diartikan sebagai suatu

rencana yang disengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan

pendidikan. Itulah sebabnya orang pada waktu lalu juga menyebut kurikulum

dengan istilah "Rencana Pembelajaran" yang merupakan terjemahan istilah

“Learning Plan”. Rencana pembelajaran merupakan salah satu komponen

dalam asas-asas didaktik yang harus dikuasai (atau paling tidak diketahui)

oleh seorang guru atau calon guru.

Kurikulum merupakan sesuatu yang dijadikan pedoman dalam segala

kegiatan pendidikan yang dilakukan, termasuk kegiatan belajar mengajar di

kelas. Dalam hal ini kita dapat memandang bahwa kurikulum merupakan

suatu program yang didesain, direncanakan, dikembangkan dan akan

dilaksanakan dalam situasi belajar mengajar yang sengaja diciptakan di

sekolah. Atas dasar hal tersebut, kurikulum kemudian dapat didefinisikan

sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk

mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu.

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat

manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu

kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Pendidikan Agama

dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan berakhlak mulia.


24

Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa

agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia

yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk

menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling

menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial.

Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu

berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan akhlak, serta aktif membangun

peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan

peradaban bangsa yang bermartabat (Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam SD/MI Tahun 2006).

b. Pembelajaran Tajwid dalam Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi aspek-aspek sebagai

berikut: Al Qur‟an dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, Tarikh dan

Kebudayaan Islam. Ilmu tajwid merupakan salah satu materi pembelajaran

yang termasuk dalam aspek Al Qur‟an dan Hadits yang kemudian harus

disampaikan kepada siswa melalui proses pembelajaran yang menyenangkan.

Ilmu tajwid adalah pengetahuan tentang kaidah serta cara-cara

membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya. Tujuan ilmu tajwid adalah

memelihara dan menjaga bacaan Al-Quran dari kesalahan dan perubahan serta

memelihara lisan (mulut) dari kesalahan membaca.

Hukum mempelajari ilmu tajwid adalah fardlu ‘kifayah, sedangkan

hukum membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar adalah fardlu ‘ain,

sebagaimana Allah SWT berfirman:


25

   


“…dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan (tartil).” (Q.S. al-
Muzzammil : 4)

Ruang lingkup bahasan ilmu tajwid adalah seputar huruf hijaiyah

(makharijul huruf) dan berbagai harakat (mad) serta berbagai hal lainnya yang

berkaitan dengan bacaan Al-Qur‟an, seperti: hukum bacaan nun mati dan

tanwin, hukum bacaan mim mati, hukum bacaan alif lam, hukum bacaan

qalqalah, dan hukum waqaf.

Hukum bacaan nun mati dan tanwin merupakan materi pembelajaran

yang penulis angkat dalam penelitian ini, yang merupakan satu materi

pembelajaran di kelas 4 semester 1 SD/MI. Sebagaimana tertera dalam

Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam SMP/MTs yang diterbitkan oleh Badan Nasional

Standar Pendidikan (BSNP), sebagai berikut:

Kelas/Semester : 4 (empat) / 1 (satu)

Standar Kompetensi : Membaca surat-surat Al Qur‟an.

Kompetensi Dasar :

a. Membaca QS Al-Fatihah dengan lancar.

b. Membaca QS Al-Ikhlas dengan lancar.

Materi Pokok : Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin.

Terdapat empat hukum bacaan nun mati dan tanwin, yaitu:

a. Idzhar khalqi, yaitu nun mati dan tanwin harus dibaca terang, pendek dan

jelas, tidak samar dan tidak mendengung, apabila bertemu dengan salah
26

satu huruf khalqi (tenggorokan). Yang termasuk huruf khalqi yaitu ha,

kha, ‘ain, ghin, Ha, dan Hamzah.

b. Idgham, yang terbagi atas:

1) Idgham bighunnah, yaitu memasukkan suara nun mati dan tanwin ke

dalam suara salah satu hurufnya dengan men-tasydid-kan dan

mendengungkannya, serta dibaca agak panjang. Huruf-huruf Idgham

bighunnah yaitu ya, nun, mim, dan wau.

2) Idgham bilaghunnah, yaitu memasukkan suara nun mati dan tanwin ke

dalam suara salah satu hurufnya dengan men-tasydid-kan tetapi tidak

mendengungkannya dan dibaca pendek. Huruf-huruf Idgham

bighunnah yaitu lam dan ra’.

c. Iqlab, yaitu menukar suara nun mati dan tanwin dengan suara mim apabila

bertemu dengan huruf ba, serta dibaca mendengung dan agak panjang.

d. Ikhfa haqiqi, yaitu nun mati dan tanwin harus dibaca samar

(menyembunyikan bentuk aslinya) sehingga terdengar mendengung dan

agak panjang apabila bertemu dengan salah satu hurufnya, yaitu: ta, tsa,

jim, dal, dza, zay, sin, syin, shod, dlod, tho, dzo, fa, qaf, dan kaf.
27

Berikut diagram hukum bacaan nun mati dan tanwin:

B. Kerangka Pemikiran
1. Media Komputer

Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan

pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik

sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Komputer adalah sebuah mesin elektronik yang dapat menerima dan

mengolah data menjadi informasi secara cepat dan tepat. Pendapat lain

mengatakan bahwa komputer hanya sebuah komponen fisik dari sebuah sistem

yang memerlukan program untuk menjalankannya. Komputer adalah sebuah

alat dimana kemampuannya sangat tergantung pada manusia yang

mengoperasikan (user) dan perangkat lunak (software) yang digunakan.


28

Dengan demikian, media komputer adalah alat bantu pembelajaran

elektronik interaktif berupa komputer atau sejenisnya (personal computer,

notebook, dsb) yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran,

perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya

proses belajar yang menarik pada diri peserta didik.

Dalam hal ini, media pembelajaran yang akan penulis gunakan adalah:

a. Komputer Desktop (Personal Computer), yang didukung fasilitas

multimedia dan perangkat lunak Macromedia Flash Player.

b. Perangkat Lunak “Al-Qur’an Digital V.3.1”, karya: Sony Sugema

tahun 2004.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas

manusia selama periode waktu tertentu yang disebabkan oleh proses

perubahan, dan perubahan itu dapat diamati dalam bentuk perubahan tingkah

laku yang dapat bertahan selama beberapa periode waktu. Hasil belajar

merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti

program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan.

Dalam penelitian ini, penulis mendefinisikan hasil belajar sebagai nilai

perubahan perilaku yang dapat diamati, yang dicapai siswa setelah melalui

suatu proses pembelajaran.


29

3. Pembelajaran Tajwid

Tajwid ialah memperbaiki bacaan al-Qur‟an dalam bentuk

mengeluarkan huruf-huruf dari tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang

dimilikinya, baik yang asli maupun yang datang kemudian. Sedangkan ilmu

tajwid ialah pelajaran untuk memperbaiki bacaan al-Qur‟an.

Ilmu tajwid adalah ilmu yang mempelajari bagaimana cara membaca

dengan baik. Ilmu ini ditujukan dalam pembacaan al-Quran. Ilmu tajwid

bertujuan untuk memberikan tuntunan bagaimana cara pengucapan ayat yang

tepat, sehingga lafal dan maknanya terpelihara. Sebagian ulama ada yang

berpendapat bahwa pengucapan hadis-hadis Rasulullah SAW pun harus

dilakukan dengan aturan-aturan tajwid, karena merupakan penjelasan dan

sumber hukum kedua setelah al-Qur‟an.

Penulis menyimpulkan bahwa ilmu tajwid ialah pengetahuan tentang

kaidah serta cara-cara membaca Al-Quran dengan sebaik-baiknya yang

merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim untuk mempelajari dan

menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan pembelajaran

tajwid ialah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar dalam mempelajari ilmu tajwid. Materi

pembelajaran tajwid yang akan penulis gunakan pada penelitian ini adalah

“Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin”.

Dari penelitian ini diharapkan bahwa hasil belajar siswa dapat meningkat

secara signifikan dengan memanfaatkan media komputer pada pembelajaran

tajwid.
30

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat

praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis menjadi teruji

apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut.

(Vardiansyah, 2005:10)

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

Media komputer efektif untuk dimanfaatkan pada pembelajaran tajwid

serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Kamus Bahasa Indonesia lengkap (Daryanto,1997) Metode

adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan khususnya dalam hal

ilmu pengetahuan.

Adapun metode penelitian menurut Furchan (1982) adalah strategi umum

yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna

menjawab persoalan yang dihadapi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metodologi penelitian

merupakan prosedur atau cara yang digunakan peneliti untuk membuat rencana

pengumpulan, analisis hingga pengolahan data dalam pemecahan suatu

permasalahan yang tersusun secara sistemaits dan terarah guna mencapai tujuan

penelitian.

Yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan

efektivitas pembelajaran dengan menggunakan media komputer pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam. Ini berarti bahwa penelitian ini dilaksanakan

untuk memecahkan permasalahan di kelas. Berdasarkan hal tersebut maka

penelitian ini bersifat penelitian tindakan kelas (Action Research Classroom),

yakni suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-

tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek

pembelajaran di kelas secara lebih profesional, dan digunakan pendekatan

31
32

kualitatif, yaitu penelitian yang berdasarkan kepada fakta dan analisis

perbandingan, dengan model Kemmis dan Mc Taggart, yang menggunakan

sistem spiral refleksi diri yang dimulai dengan rencana, tindakan pengamatan,

refleksi, perencanaan kembali untuk siklus berikutnya (Wiriatmaja, 2006:65)

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di

dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki

kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

(Wardhani, 2008:1.4)

Dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian

dalam bidang ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh guru dalam lingkup kelas

sebagai upaya memperbaiki atau peningkatan kualitas pembelajaran. Sehingga

proses pembelajaran tidak hanya sebagai rutinitas kegiatan yang berlangsung pada

saat itu saja tanpa adanya tindak lanjut sebagai perbaikan tetapi guru sebagai

tenaga profesional memikirkan berbagai upaya perbaikan sebagai refleksi demi

pencapaian tujuan pembelajaran.

Malalui penelitian tindakan kelas, guru dapat melakukan pengamatan pada

setiap proses pembelajaran yang dilanjutkan pada tahap perenungan untuk

menelaah dan mengkaji berbagai kelemahan dan kekurangan pada pembelajaran

sehingga pelaksanaan pembelajaran pada tahap berikutnya terjadi perubahan

kearah perbaikan yang terus meningkat.

Dalam melaksanakan PTK seorang guru harus memperhatikan kondisi-

kondisi diantaranya :
33

1. Sekolah harus memberikan kebebasan yang memadai bagi guru untuk

melakukan PTK, berkolaborasi dengan teman guru lainnya untuk menjadi

pengamat dan berdiskusi guna kemajuan kelasnya.

2. Birokrasi dan hierarki organisasi di sekolah hendaknya diminimalkan.

3. Sekolah semestinya selalu mempertanyakan apa yang diinginkan bagi

sekolahnya.

4. PTK mempersyaratkan keterbukaan dari staf sekolah untuk membahas masalah

tanpa rasa khawatir akan dicemoohkan.

5. Sikap Kepala sekolah dan staf administrasi harus menunjang terjadinya

pembaruan.

6. Guru dan siswa harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bahwa mereka

sedang melakukan pembaruan yang didukung oleh kepala sekolah dan orang

tua.

7. Guru harus siap menghadapi berbagai konflik karena yang baru biasanya

mendapat perhatian lebih. Hal ini perlu untuk menghindari munculnya

kecemburuan sosial.

Penelitian tindakan kelas pada hakikatnya bertujuan untuk memperbaiki

dan meningktkan profesional guru dalam pembelajaran di kelas. Hal ini dilakukan

karena adanya tuntutan masyarakat terhadap masalah pendidikan dewasa ini

begitu tinggi, sebagai akibat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta terjadinya perubahan masyarakat begitu kompleks dan cepat.

Seluruh persoalan tersebut berdampak langsung terhadap guru itu sendiri agar
34

dapat bekerja keras dan lebih profesional dalam menghadapi semua persoalan

tersebut.

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur,

yang, terdiri dari 4 tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati

dan melakukan terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk

merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali

untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil

memperbaiki praktik atau belum memecahkan masalah yang menjadi kerisauan

guru.
PRA PENELITIAN :
 Menentukan permasalahan
 Mengumpulkan data awal tentang hasil belajar kognitif
dan psikomotorik siswa sebagai studi awal
Rencana Tindakan
Refleksi Siklus I

Pelaksanaan
Tindakan
Observasi

Refleksi Rencana Tindakan


Siklus II

Pelaksanaan
Tindakan
Observasi

Refleksi
Rencana Tindakan
Siklus III
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi

Indikator Tercapai

Selesai

Siklus PTK (Kasbollah, 1998/1999 : 70)


35

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Populasi adalah semua anggota kelompok orang, kejadian atau objek yang

telah dirumuskan secara jelas. (Arief Furchan, 1982:189)

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian kepada populasi. (Suharsimi Arikunto,

1999:117)

Adapun populasi penelitian dalam pelaksanaan PTK meliputi peserta didik

yang duduk di kelas IV dengan jumlah siswa 53 orang, serta proses pembelajaran

PAI di kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang sebagai objek penelitian. Karena siswa

kelas IV dibagi menjadi 2 rombongan belajar, kelas IV A dan IV B, maka penulis

hanya mengambil 27 siswa kelas IV A untuk dijadikan sampel.

Penelitian ini dilaksanakan pada minggu ke-3 dan ke-4 Bulan Juli 2009 di

SDN 2 Cibogogirang, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, dengan NSS.

101022002029 yang beralamat di Kp. Cibogogirangpeuntas Ds. Cibogogirang

Kec. Plered Kab. Purwakarta. Sekolah ini berdiri sejak tahun 1980.

SD Negeri 2 Cibogogirang memiliki sarana dan prasarana penunjang

kegiatan belajar yang memadai, diantaranya: luas tanah 4800 m2, yang terdiri dari

Lapangan Upacara, Bangunan 2 Unit dengan Ruang Kelas 6 Unit, Ruang Kantor

1 Unit, Ruang Perpusakaan/UKS 1 Unit, Mushola 1 Unit, WC/Kamar Mandi 2

Unit. Selain itu terdapat pula arena olahraga. Berbagai sarana penunjang belajar

pun tersedia, seperti perlengkapan olahraga, perlengkapan kesenian, komputer,

dan sarana penunjang kegiatan ekstrakurikuler.


36

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari denah lokasi sekolah sebagai

berikut :

DENAH SD NEGERI 2 CIBOGOGIRANG


U
2
3 4 5 6

1
7

Keterangan:
1. Ruang Kantor 6. R. Komputer
Ruang Guru Ruang UKS
Ruang Kepala Sekolah Ruang Perpustakaan
2. Toilet dan Sekretariat Pramuka & Olahraga
Dapur Sekolah 7. Ruang Kelas 4
3. Ruang Kelas 1 8. Ruang Kelas 5
4. Ruang Kelas 2 9. Ruang Kelas 6
5. Ruang Kelas 3
37

Fasilitas belajar yang ada di SDN 2 Cibogogirang berupa bangunan sekolah

yang terdiri dari dua unit bangunan permanen yang cukup baik, berada di tengah

pemukiman warga dan lingkungan yang cukup kondusif dengan udara yang cukup

bersih karena tidak terlalu dekat dengan jalan raya namun terjangkau oleh

kendaraan bermotor roda dua.

Kondisi fisik bangunan cukup baik dan layak dipergunakan oleh warga

sekolah terutama siswa untuk belajar. Unit pertama terdiri dari tiga lokal

digunakan oleh siswa/siswi kelas I, II dan III. Luas kelas masing-masing adalah 4

x 6 m². Unit kedua terdiri dari tiga lokal digunakan oleh siswa/siswi kelas IV,V

dan VI dengan luas kelas yang sama yaitu 4 x 6 m². Selain itu terdapat juga ruang

guru yang cukup luas dengan ukuran 5 x 10 m², dengan berbagai fasilitas seperti

meja dan kursi kerja, satu set meja tamu, rak penyimpanan piala, rak buku, satu

unit komputer, dan perangkat lain yang mendukung.

Dalam proses belajar mengajar, siswa/siswi SD Negeri 2 Cibogogirang

dibagi menjadi 101 rombongan belajar, yaitu kelas I A, Kelas I B, Kelas II A,

Kelas II B, Kelas III A, Kelas III B, Kelas IV A, Kelas IV B, Kelas V, dan Kelas

VI.

SD Negeri 2 Cibogogirang memiliki 14 orang guru dan 1 orang penjaga

sekolah, yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 6 orang perempuan.


38

Berikut data guru SD Negeri 2 Cibogogirang:

Data Personil SD Negeri 2 Cibogogirang Tahun Pelajaran 2009/2010

Ijazah/ Mengajar Gol/


No Nama/ Tempat Tgl Lahir Agama Jabatan
Tahun Kelas Ruang

1 HASANUDIN Islam D II Kep.Sek I-VI IV/A


BANDUNG, 27-07-1958 PGSD
1999
2 HUSEN Islam D II Guru IV A IV/A
PURWAKARTA, 11-12 1964 PGSD
2000
3 WAHYUDIN Islam D II Guru VI IV/A
PURWAKARTA, 01-06-1966 PGSD
2000
4 DEDEN PITRIANTINI Islam SI Guru II B III/A
PURWAKARTA, 07-11-1972 PAI
2002
5 ELIS IMAS HAYATI Islam D II Guru IA II/B
PURWAKARTA, 17-10-1980 PGSD
2002
6 NENENG Islam D II Guru III A II/A
MULYANINGSIH PGSD
PURWAKARTA, 21-06-1972 2008
7 LINDA MARLIANI Islam SI Guru V II/B
PURWAKARTA, 16-12-1982 PGSD
2009
8 MAMAN SAEPUROHMAN Islam D II Guru I-VI II/B
PURWAKARTA, 14 - 4 - PAI
1980 2002
9 FUADUL MUNIR Islam D II Guru I-VI II/B
PURWAKARTA, 10-12-1971 PAI
2002
10 NENENG ROBIATUL A. Islam MA Guru II A -
PURWAKARTA, 29-12-1986 IPS
2005
11 IWAN HASANUDIN Islam D II Guru III B -
PURWAKARTA, 14-01-1982 PAI
2007
12 EKA L. KONCARA Islam D II Guru I-VI -
PURWAKARTA, 16-06-1983 PAI
2006
13 HAMDANI Islam SMK Guru IB -
PURWAKARTA, 10-03-1986 TM
2005
14 PATMAWATI Islam SI Guru IV B
B Ind
2008
15 DADANG Islam SMP Penjaga - -
GARUT, 03-04-1966 1987 Sekolah
39

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam kegiatan pembelajaran, instrumen merupakan alat ukur yang

digunakan untuk menilai hasil belajar siswa, baik berupa tes tulis, tes lisan, atau

pun unjuk kerja.

Instrumen digunakan untuk memperoleh data tentang status sesuatu

dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan. (Suharsimi

Arikunto, 1999:138)

Dalam penelitian ini, instrumen digunakan untuk mengukur hasil belajar di

setiap akhir siklus proses pembelajaran, dalam bentuk tes hasil belajar. Instrumen

yang penulis gunakan berupa tes prestasi (achievement test) dalam bentuk tes tulis

berupa soal isian singkat (short answer items).

Berikut instrumen yang penulis gunakan untuk mengukur hasil belajar

siswa dalam penelitian ini:

Instrumen Siklus I

Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!

1. Dalam ilmu tajwid, hukum bacaan nun mati/tanwin berjumlah ………

2. Hukum nun mati/tanwin yang dibaca “jelas” disebut hukum ………

3. Huruf Idzhar berjumlah ……… huruf.

4. Ikhfa, adalah hukum bacaan nun mati/tanwin yang dibaca ………

5. Salah satu huruf Ikhfa adalah ………

6. Hukum nun mati/tawin yang dibaca Idgham, terbagi atas ………

macam.

7. Huruf lam dan ra adalah huruf Idgham ………


40

8. Nun mati/tanwin dibaca Iqlab ketika bertemu dengan huruf………

9. Pada kata  terdapat hukum bacaan ………

10. Pada kata  terdapat hukum bacaan ………

Instrumen Siklus II

Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!

1. Dalam ilmu tajwid, hukum bacaan nun mati/tanwin berjumlah ………

2. Dalam hukum bacaan idzhar, nun mati dibaca ………

3. Huruf Alif/Hamzah termasuk salah satu huruf ………

4. Ikhfa, adalah hukum bacaan nun mati/tanwin yang dibaca ………

5. Huruf Kaf termasuk salah satu huruf ………

6. Hukum nun mati/tawin yang dibaca Idgham, terbagi atas ………

macam.

7. Huruf Ya dan Mim adalah huruf Idgham ………

8. Nun mati/tanwin yang bertemu dengan huruf Ba termasuk hukum

bacaan ………

9. Pada kata  terdapat hukum bacaan ………

10. Pada kata  terdapat hukum bacaan ………

Penulis juga menggunakan teknik observasi untuk melengkapi data

penelitian. Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat

menentukan dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas. Observasi berarti

pengamatan dengan tujuan tertentu.


41

Lembar observasi digunakan untuk mengobservasi aktivitas siswa dan

guru selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati

dengan menggunakan lembar observasi minat dan psikomotorik, sedangkan

aktivitas guru berupa lembar observasi kelas untuk kegiatan guru

Observasi dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran di kelas guna

mengumpulkan data secara kualitatif mengenai aktivitas guru dan siswa.

Tujuannya untuk mencatat masalah yang terjadi pada saat tindakan yang

kemudian akan menjadi refleksi sebagai tindak lanjut.

D. Analisis Data

Instrumen berupa tes hasil belajar digunakan pada setiap akhir siklus

pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa di setiap siklus. Setelah masing-

masing data terkumpul, maka dilakukan pembandingan nilai rata-rata hasil belajar

siswa dari setiap siklus untuk menemukan seberapa besar peningkatan hasil

belajar siswa. Lalu dihitung pula sampai dimana nilai ketuntasan hasil belajar

siswa.

Menghitung nilai rata-rata (M) tiap siklus:

M = Rata-rata

X = Nilai hasil tes

n = Jumlah data (Sudjana, 2001:92)


42

Menghitung nilai rata-rata peningkatan hasil belajar:

T = M2 – M1 (Apabila hanya dua siklus)

T = Nilai rata-rata peningkatan hasil belajar

M1 = Nilai rata-rata siklus 1

M2 = Nilai rata-rata siklus 2

Menghitung persentase peningkatan hasil belajar:


2 1
P = (M - 1M )x 100%
M
P = Persentase peningkatan hasil belajar

M1 = Nilai rata-rata siklus 1

M2 = Nilai rata-rata siklus 2

Menghitung nilai ketuntasan hasil belajar:

Ketuntasan klasikal = Jumlah siswa mendapat nilai > 75


x 100 %
Jumlah siswa yang mengikuti

(Mulyasa, 2003 : 102)

E. Prosedur Penelitian

1. Menyusun rencana tindakan penelitian dan menentukan observer, dalam

hal ini guru kelas IV A.

2. Menyusun instrumen penelitian serta menyiapkan sumber dan media yang

diguanakan dalam penelitian.

3. Mempersiapkan kelas (sampel) yang akan diteliti.

4. Melaksanakan proses pembelajaran/tindakan penelitian.


43

Proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua siklus, masing-masing 2

jam pelajaran (2 x 35 menit), dengan materi pembelajaran “Hukum Bacaan

Nun Mati/Tanwin”.

5. Memberikan tes hasil belajar di setiap akhir siklus pembelajaran, untuk

mengukur seberapa besar nilai hasil belajar siswa dan seberapa signifikan

peningkatannya.

6. Menghitung dan menganalisis data, serta melakukan refleksi.

7. Menyusun dan membahas hasil penelitian, untuk menentukan rencana

tindak lanjut berikutnya.


BAB IV

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Sebelum memulai penelitian, penulis melakukan pengumpulan beberapa

data pra-penelitian yang dibutuhkan. Data yang terkumpul kemudian digunakan

sebagai acuan dalam menyusun rencana penelitian dan menyiapkan berbagai

sumber, media, dan metode belajar yang akan digunakan. Data awal diambil dari

proses belajar yang telah dilakukan sebelumnya/semester sebelumnya.

Kelas IV A memiliki 27 siswa yang terdiri atas 16 siswa laki-laki dan 11

siswa perempuan. Berikut keadaan hasil belajar siswa kelas IV A pada mata

pelajaran PAI yang diperoleh dari nilai latihan harian pada pertemuan sebelum

dilaksanakan penelitian dengan materi Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin:

No Nama Siswa JK Nilai No Nama Siswa JK Nilai


1 Acep Abdul Manan L 50 15 Maya Kuspitasari P 50
2 Agum Maulana L 40 16 Meri Oktapiani P 60
3 Ahmad Ambari L 50 17 Meti Nurul P P 50
4 Ahmad Suja'i L 60 18 Misbahul Pajri L 50
5 Ai Melasari P 70 19 Mona Rohmawati P 40
6 Amirulloh L 40 20 Muhammad Ilham R L 30
7 Asep Samsudin L 30 21 Muhammad Pakih L 30
8 Cucu Pahriah P 20 22 Muid Abdul Rian L 40
9 Dadang Hermawan L 20 23 Neng Ema P 50
10 Dede Abdul Ajis L 30 24 Neng Septi M P 60
11 Dede Alwi L 40 25 Nurhalimah P 60
12 Dede Hasan Sadeli L 40 26 Nurul Komariah P 50
13 Dede Rohimat L 30 27 Nyai Elis Siti N P 70
14 Dede Samsul M L 50 Jumlah 1210
Rata-Rata 44,81

44
45

Grafik Hasil Belajar Pra-Peneltian


10
8
6
4 Jumlah Siswa
2
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Dari tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa nilai hasil belajar siswa hanya

mencapai rata-rata 44,81. Tak satupun siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM

(75). Bahkan hanya dua siswa yang mendapat nilai mendekati KKM (70). Karena

itu perlu dilakukan upaya peningkatan hasil belajar, salah satunya dengan

menggunakan media interaktif yang menarik, yaitu komputer.

A. Siklus I

Penulis mulai menyusun rencana penelitian dalam bentuk Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP ini selanjutnya dikonsultasikan dengan

guru lain yang menjadi observer (Guru Kelas IV A) dan Kepala Sekolah. Setelah

disepakati, maka penulis mulai mempersiapkan berbagai sumber dan media

belajar yang akan digunakan dalam penelitian. Kelas yang akan dijadikan objek

penelitian pun di atur sedemikian rupa untuk kepentingan penelitian ini.

Proses pembelajaran siklus I dilakukan pada tanggal 21 Juli 2009, dengan

mengacu pada RPP yang telah dibuat. Proses pembelajaran dilakukan dengan

alokasi waktu 2 x 35 menit. Observer (Guru Kelas IV A), mengikuti seluruh


46

proses pembelajaran guna turut mengumpulkan data tentang bagaimana proses

pembelajaran tersebut berlangsung.

Di awal pembelajaran, siswa dikenalkan dengan materi ajar yang akan

disampaikan, yaitu Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin. Tujuan dari pembelajaran

ini juga disampaikan, yaitu agar siswa dapat membaca Al-Qur‟an Surat Al-

Fathihah dan Al-Ikhlas dengan tajwid yang benar, terutama pada kalimat-kalimat

yang mengandung hukum bacaan nun mati/tanwin.

Setelah sedikit apersepsi, siswa lalu dibagi menjadi beberapa kelompok

kecil. Dari 27 siswa kelas IV A, kemudian dibagi menjadi 4 kelompok. Sebagai

pembuka, siswa diajak untuk bersama-sama membaca nyaring Surat Al-Fathihah

dan Al-Ikhlas. Setelah itu, siswa diajak mengikuti pembelajaran yang disampaikan

guru tentang materi terkait, dengan menggunakan media komputer. Siswa pun

dikenalkan tentang bagaimana cara menggunakan perangkat komputer yang

digunakan dalam mempelajari tajwid.

Kemudian secara bergantian masing-masing kelompok dipersilakan untuk

mempelajari hukum nun mati/tanwin dengan mengoperasikan sendiri perangkat

komputer yang digunakan sebagai media, di bawah bimbingan guru. Setelah

semua selesai, siswa kemudian diberi Lembar Tes Hasil Belajar untuk mengukur

hasil belajar yang dicapai pada pertemuan tersebut. Tes yang diberikan berbentuk

tes isian singkat yang berjumlah 10 soal.


47

Hasil tes kemudian diperiksa dan dihitung, yang hasilnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

No Nama Siswa JK Nilai No Nama Siswa JK Nilai


1 Acep Abdul Manan L 70 15 Maya Kuspitasari P 80
2 Agum Maulana L 60 16 Meri Oktapiani P 80
3 Ahmad Ambari L 60 17 Meti Nurul P P 70
4 Ahmad Suja'i L 80 18 Misbahul Pajri L 80
5 Ai Melasari P 80 19 Mona Rohmawati P 60
6 Amirulloh L 50 20 Muhammad Ilham R L 50
7 Asep Samsudin L 40 21 Muhammad Pakih L 50
8 Cucu Pahriah P 50 22 Muid Abdul Rian L 60
9 Dadang Hermawan L 40 23 Neng Ema P 80
10 Dede Abdul Ajis L 30 24 Neng Septi M P 70
11 Dede Alwi L 50 25 Nurhalimah P 80
12 Dede Hasan Sadeli L 60 26 Nurul Komariah P 60
13 Dede Rohimat L 40 27 Nyai Elis Siti N P 80
14 Dede Samsul M L 70 Jumlah 1680
Rata-Rata 62,22

Grafik Hasil Belajar Siklus I


10
8
6
4 Jumlah Siswa
2
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Dari tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai hasil

belajar siswa dengan rata-rata 62,22. Terdapat 8 siswa yang mendapatkan nilai di

atas KKM (75), dan sisanya 19 siswa masih berada dibawah KKM.
48

Berikut analisis data siklus I:

Rata-rata nilai siklus I:

= 1680
27
= 62,22

Rata-rata peningkatan hasil belajar antara pra-penelitian dengan siklus I:

T = M 2 – M1

= 62,22 – 44,81

= 17,41

Persentase peningkatan hasil belajar antara pra-penelitian dengan siklus I:


2 1
P = (M - 1M )x 100%
M
= (62,22 – 44,81)x 100%
44,81
= 38,85%

Nilai ketuntasan hasil belajar siklus I:

Ketuntasan klasikal = Jumlah siswa mendapat nilai > 75 x 100%


Jumlah siswa yang mengikuti
= _8_ x 100%
27
= 29,63%

Dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan dari nilai pra-penelitian yang

hanya memiliki rata-rata 44,81 menjadi 62,22 pada siklus I. Peningkatan yang

terjadi adalah sebesar 17,41 atau 38,85%. Akan tetapi, secara klasikal

pembelajaran belum dapat dikatakan tuntas karena baru 29,63% siswa yang

mencapai KKM.
49

Hasil pengamatan observer juga menunjukkan bahwa pada saat proses

pembelajaran berlangsung, keadaan siswa terlihat kurang kondusif akibat dari

penggunaan media yang terbatas secara bergantian. Sehingga, kelompok siswa

yang tidak sedang melakukan tugasnya, menjadi tidak karuan bercanda kesana

kemari.

Dengan demikian, perlu diadakan refleksi dan beberapa perbaikan pada

siklus berikutnya. Untuk itu, penulis bersama observer dan dengan

dikonsultasikan bersama kepala sekolah menyusun kembali rencana tindak lanjut

untuk kemudian dilaksanakan pada siklus II.

B. Siklus II

Proses pembelajaran siklus II dilakukan pada tanggal 28 Juli 2009, dengan

mengacu pada RPP hasil refleksi siklus I. Proses pembelajaran dilakukan dengan

alokasi waktu 2 x 35 menit. Observer (Guru Kelas IV A), mengikuti seluruh

proses pembelajaran guna turut mengumpulkan data tentang bagaimana proses

pembelajaran tersebut berlangsung.

Di awal pembelajaran, dilakukan apersepsi materi ajar yang akan

disampaikan dengan dihubungkan dengan apa yang telah disampaikan pada

pertemuan sebelumnya. Tujuan dari pembelajaran ini juga disampaikan kembali.

Kemudian, siswa yang telah dibagi menjadi beberapa kelompok kecil,

diberi lembar kerja untuk didiskusikan bersama kelompoknya selama proses

pembelajaran berlangsung. Setelah itu, siswa diajak mengikuti pembelajaran yang

disampaikan guru tentang materi terkait, dengan menggunakan media komputer.


50

Siswa pun dikenalkan kembali tentang bagaimana cara menggunakan perangkat

komputer yang digunakan dalam mempelajari tajwid.

Kemudian secara bergantian masing-masing kelompok dipersilakan untuk

mempelajari hukum nun mati/tanwin dengan mengoperasikan sendiri perangkat

komputer yang digunakan sebagai media, di bawah bimbingan guru. Siswa yang

tidak sedang menggunakan media komputer, mengerjakan tugasnya pada lembar

kerja yang telah dibagikan, sehingga tidak ada siswa yang tidak belajar. Setelah

semua selesai, lembar kerja siswa kemudian dikumpulkan dan diganti dengan

Lembar Tes Hasil Belajar untuk mengukur hasil belajar yang dicapai pada

pertemuan tersebut. Tes yang diberikan berbentuk tes isian singkat yang

berjumlah 10 soal.

Hasil tes siklus II kemudian diperiksa dan dihitung, yang hasilnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

No Nama Siswa JK Nilai No Nama Siswa JK Nilai


1 Acep Abdul Manan L 100 15 Maya Kuspitasari P 100
2 Agum Maulana L 80 16 Meri Oktapiani P 100
3 Ahmad Ambari L 80 17 Meti Nurul P P 90
4 Ahmad Suja'i L 100 18 Misbahul Pajri L 100
5 Ai Melasari P 100 19 Mona Rohmawati P 80
6 Amirulloh L 80 20 Muhammad Ilham R L 80
7 Asep Samsudin L 60 21 Muhammad Pakih L 70
8 Cucu Pahriah P 70 22 Muid Abdul Rian L 70
9 Dadang Hermawan L 70 23 Neng Ema P 100
10 Dede Abdul Ajis L 50 24 Neng Septi M P 100
11 Dede Alwi L 80 25 Nurhalimah P 100
12 Dede Hasan Sadeli L 90 26 Nurul Komariah P 90
13 Dede Rohimat L 70 27 Nyai Elis Siti N P 90
14 Dede Samsul M L 90 Jumlah 2290
Rata-Rata 84,81
51

Grafik Hasil Belajar Siklus II


10
8
6
4 Jumlah Siswa
2
0
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Dari tabel dan grafik di atas, terlihat bahwa terjadi peningkatan nilai hasil

belajar siswa dengan rata-rata 84,81. Terdapat 20 siswa yang mendapatkan nilai di

atas KKM (75), dan sisanya 7 siswa masih berada dibawah KKM.

Berikut analisis data siklus II:

Rata-rata nilai siklus II:

= 2290
27
= 84,81

Rata-rata peningkatan hasil belajar antara siklus I dengan siklus II:

T = M 2 – M1

= 84,81 - 62,22

= 22,59

Persentase peningkatan hasil belajar antara pra-penelitian dengan siklus II:


2 1
P = (M - 1M )x 100%
M
= (84,81 – 62,22)x 100%
62,22
= 36,31%
52

Nilai ketuntasan hasil belajar siklus II:

Ketuntasan klasikal = Jumlah siswa mendapat nilai > 75 x 100%


Jumlah siswa yang mengikuti
= 20 x 100%
27
= 74,07%

Dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan dari nilai siklus I yang hanya

memiliki rata-rata 62,22 menjadi 84,81 pada siklus II. Peningkatan yang terjadi

adalah sebesar 22,59 atau 36,31%. Secara klasikal pun pembelajaran sudah dapat

dikatakan tuntas karena terdapat 74,07% siswa yang berhasil mencapai KKM.

Hasil pengamatan observer juga menunjukkan bahwa pada saat proses

pembelajaran berlangsung, keadaan siswa terlihat lebih kondusif berkat

penggunaan lembar kerja siswa. Sehingga, kelompok siswa yang tidak sedang

menggunakan perangkat komputer, memiliki tugas untuk mendiskusikan lembar

kerjanya.

C. Pembahasan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengupayakan peningkatan hasil belajar

siswa pada pembelajaran PAI dengan pemanfaatan media komputer. Karena itu,

yang akan penulis bahas adalah seberapa efektif pemanfaatan media komputer

dalam upaya peningkatan hasil belajar ini.

Sebelum penelitian, dengan media dan metode konvensional, diperoleh

data bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa hanya sebesar 44,81, dan tak seorang

pun yang mencapai KKM.


53

Pada siklus I, dengan menggunakan media komputer, nilai rata-rata hasil

belajar siswa yang diperoleh adalah sebesar 62,22, dengan 8 siswa yang berhasil

mencapai KKM. Rata-rata peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah 17,41

atau 38,85%. Akan tetapi, pembelajaran belum dapat dikatakan tuntas, karena

nilai ketuntasan klasikal baru mencapai angka 29,63%. Keadaan kelas pun kurang

kondusif karena sebagian kelompok siswa yang tidak sedang menggunakan

komputer, tidak memiliki tugas lain.

Pada siklus II, dengan media yang sama, nilai rata-rata hasil belajar siswa

yang diperoleh meningkat menjadi 84,81, dengan 20 siswa yang berhasil

mencapai KKM. Rata-rata peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah 22,59

atau 36,31%. Pembelajaran pun sudah dapat dikatakan tuntas, karena nilai

ketuntasan klasikal mencapai angka 74,07%. Keadaan kelas pun lebih kondusif

karena menggunakan lembar kerja siswa untuk kemudian dikerjakan bersama

kelompoknya, sehingga siswa yang tidak sedang menggunakan komputer

memiliki tugas lain.

Untuk lebih jelasnya, berikut tabel perkembangan hasil belajar siswa:

Pra-Penelitian Peningkatan Siklus I Peningkatan Siklus II


17,41 22,59
44,81 62,22 84,81
38,85% 36,31%

100
80
60
40
20 Nilai Rata-Rata
0 Ketuntasan Klasikal

Grafik Perkembangan Hasil Belajar


BAB IV

PENUTUP

Sebagai penutup, penulis akan menyimpulkan hasil penelitian tindakan

kelas ini sebagai berikut:

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian dalam bidang ilmu

pengetahuan yang dilakukan oleh guru dalam lingkup kelas sebagai upaya

memperbaiki atau peningkatan kualitas pembelajaran.

Penelitian yang mengambil judul “Efektifitas Pemanfaatan Media

Komputer dalam Peningkatan Hasil Belajar pada Pembelajaran Tajwid” ini

bertujuan untuk mengetahui apakah komputer dapat dimanfaatkan secara efektif

sebagai media dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan dalam

materi pembelajaran tajwid di kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang Kecamatan

Plered Kabupaten Purwakarta.

Sebelum penelitian, dengan media dan metode konvensional, diperoleh

data bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa hanya sebesar 44,81, dan tak seorang

pun yang mencapai KKM.

Pada siklus I, dengan menggunakan media komputer, nilai rata-rata hasil

belajar siswa yang diperoleh adalah sebesar 62,22, dengan 8 siswa yang berhasil

mencapai KKM. Rata-rata peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah 17,41

atau 38,85%. Sedangkan nilai ketuntasan klasikal baru mencapai angka 29,63%.

Keadaan kelas pun kurang kondusif karena sebagian kelompok siswa yang tidak

sedang menggunakan komputer, tidak memiliki tugas lain.

54
55

Pada siklus II, dengan media yang sama, nilai rata-rata hasil belajar siswa

yang diperoleh meningkat menjadi 84,81, dengan 20 siswa yang berhasil

mencapai KKM. Rata-rata peningkatan hasil belajar yang terjadi adalah 22,59

atau 36,31%, dan nilai ketuntasan klasikal mencapai angka 74,07%. Keadaan

kelas pun lebih kondusif karena menggunakan lembar kerja siswa untuk kemudian

dikerjakan bersama kelompoknya, sehingga siswa yang tidak sedang

menggunakan komputer memiliki tugas lain.

Menjawab pertanyaan masalah:

“Bagaimana efektifitas pemanfaatan media komputer dalam peningkatan

hasil belajar pada pembelajaran tajwid di kelas IV SD Negeri 2 Cibogogirang

Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta?”

Dan hasil penelitian yang telah didapat, maka dapat dinyatakan bahwa:

“Media komputer efektif untuk dimanfaatkan pada pembelajaran tajwid

serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.”

Dengan demikian, maka hipotesis penelitian dapat diterima.

Akan tetapi, penulis juga merasa perlu untuk menyampaikan beberapa

saran untuk tindak lanjutnya sebagai berikut:

1. Guru harus mampu menyusun rencana pembelajaran yang kreatif, efektif, dan

efisien sehingga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang mampu

meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Guru harus menguasai teknologi informasi dan komunikasi, khususnya

komputer, agar mampu menciptakan media belajar yang menarik dan lebih

interaktif.
56

3. Guru harus dapat menguasai kelas agar keterbatasan sarana tidak membuat

siswa gaduh dan tidak kondusif, salah satunya adalah dengan membuat lemvar

kerja siswa.

4. Sekolah diharapkan lebih memfasilitasi kreatifitas guru yang ingin

meningkatkan kualitas pengajarannya, sehingga dapat diperolah produk

pendidikan yang berkualitas.

5. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memacu guru yang lain untuk

lebih meningkatkan kualitas dan kreatifitasnya dalam proses pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Abror, Ma‟sum. Belajar Praktis Ilmu Tajwid. Jakarta: Pustaka Ainun.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.

______. 1999. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineka Cipta.

Badan Nasional Standar Pendidikan. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan Tngkat SMP, MTs, dan SMP-LB. Jakarta: BNSP.

Bahaudin, Taufik. 2007. Brainware Leadership Mastery. Jakarta: Elex Media


Komputindo

Bisri, Cik Hasan. 2001. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan


Penulisan Skripsi Bidang Ilmu Agama Islam. Jakarta: Rajawali Press.

Boobi DePorter, Mark Reardon, Sarah S. Nourie. 2003. Quantum Teaching:


Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung: Penerbit
Kaifa.

Daryanto. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya: PT. Apollo


Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hardywinoto dan Setiabudhi. 2002. Anak Unggul Berotak Prima. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.

Hatch, Evelyn and Hossein Farhady. 1982. Research Design and Statistic
Bowley. ROWLEY, LONDON, TOKYO: Newbury House Publisher, Inc.

Hidayat, Kosadi, dkk. 1996. Evalusi Pendidikan dan Penerapannya dalam


Pengajaran Bahasa Indonesia. Alfabeta

Hidayat, Rahmat. 2006. Pendidikan Agama Islam untuk SD dan MI Kelas 4.


Bandung: Sarana Panca Karya.

Ihat Hatimah, Rudi Susilana, Nuraedi. 2007. Penelitian Pendidikan. Bnadung:


UPI Press.

57
58

Kasbolah, K. 1998. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depertemen


Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan
Menengah, Bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D III.

Munadir. 1996. Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran. Jakarta: Universitas


Terbuka.

Nasution. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.


Jakarta: Bumi Aksara.

Qardhawi, Yusuf. 1998. Al-Qur’an Berbicara tentang Akal dan Ilmu


Pengetahuan. Jakarta: Gema Insani

Republik Indonesia. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional. http://www.ri.go.id/

Republika Newsroom. 2008. Ilmu Tajwid. http://www.republika.co.id/.

Sakni, Ridwan. Pengembangan Sistem Evaluasi. P3RF. IAIN Raden Fatah


Palembang

Soedijarto. 1997. Menuju Pendidikan yang Relevan dan Bermutu. Jakarta:


Balai Pustaka.

Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudrajat, Akhmad. 2008. Media Pembelajaran. http://akhmadsudrajat/


wordpress.com/.

Supartini. 2008. Hubungan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa di SMK
Al-Hidayah 1 Jakarta Selatan. Skripsi Sarjana Pendidikan STKIP
Purnama Jakarta: Tidak diterbitkan.

Surin, Bachtiar. 1978. Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an 30 Juz. Jakarta: Fa.
Sumatra.

Syarifuddin, Ahmad. 2004. Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai


Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani.

Tim PEKERTI-AA. 2007. Panduan Evaluasi Pembelajaran. PPSP LPP


Universitas Sebelas Maret

Uyoh Sadulloh, Bambang Robandi, Agus Muharam. 2007. Pedagogik. Cipta


Utama

Wardhani. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.


59

Wahyudin, Dinn, dkk. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas


Terbuka

Winataputra, Udin S. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas


Terbuka

Wiriatmaja, R. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.
LAMPIRAN 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Siklus I)

Sekolah : SD NEGERI 2 CIBOGOGIRANG


Mata Pelajaran : PEND. AGAMA ISLAM
Kelas / Semester : IV A / 1
Pertemuan ke- :1
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

1. Standar Kompetensi
Membaca surat-surat Al-Qur‟an.

2. Kompetensi Dasar
Membaca Q.S. Al-Fathihah dengan lancar.
Membaca Q.S. Al-Ikhlas dengan lancar.

3. Indikator
Siswa dapat:
 Menyebutkan macam hukum bacaan nun mati/tanwin.
 Menyebutkan huruf-huruf yang terkena hukum bacaan nun mati/tanwin.
 Melafalkan kalimat yang mengandung hukum bacaan nun mati/tanwin
dengan benar.

4. Tujuan pembelajaran
Pada akhir pembelajaran siswa dapat :
 Memahami macam hukum bacaan nun mati/tanwin beserta huruf-huruf
yang terkena hukumnya.
 Membaca Q.S. Al-Fathihah dan Al-Ikhlas dengan hukum bacaan nun
mati/tanwin yang benar.
 Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dalam bacaan sehari-hari.

5. Materi Pembelajaran
Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin

6. Metode Pembelajaran
Pengamatan dan Diskusi Kelompok

7. Langkah-langkah Kegiatan
 Kegiatan Awal (10 menit)
 Percakapan pembuka dan memeriksa kehadiran siswa.
 Apersepsi, prolog (pengenalan singkat) dan membahas tujuan
pembelajaran.
 Kegiatan Inti (50 menit)
 Siswa membagi diri menjadi kelompok-kelompok kecil.
 Siswa dikenalkan dengan aplikasi media komputer yang digunakan.

60
Secara bergantian, tiap kelompok siswa mempelajari tajwid dengan
menggunakan aplikasi media komputer.
 Siswa melakukan evaluasi hasil belajar dari apa yang telah mereka
pelajari melalui media komputer.
 Kegiatan Akhir (10 menit)
 Menyimpulkan hasil pembelajaran.
 Penutup.

8. Sumber Belajar
 Buku Pend. Agama Islam SD/MI Kelas IV PT. Sarana Panca Karya tahun
2006.
 Seperangkat komputer dengan Aplikasi Al-Qur‟an Digital Ver. 3.1 karya
Sony Sugema 2004.

9. Penilaian
 Teknik : Tes Tulis
 Bentuk : Isian Singkat
 Instrument :
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Dalam ilmu tajwid, hukum bacaan nun mati/tanwin berjumlah ………
2. Hukum nun mati/tanwin yang dibaca “jelas” disebut hukum ………
3. Huruf Idzhar berjumlah ……… huruf.
4. Ikhfa, adalah hukum bacaan nun mati/tanwin yang dibaca ………
5. Salah satu huruf Ikhfa adalah ………
6. Hukum nun mati/tawin yang dibaca Idgham, terbagi atas ………
macam.
7. Huruf lam dan ra adalah huruf Idgham ………
8. Nun mati/tanwin dibaca Iqlab ketika bertemu dengan huruf………
9. Pada kata  terdapat hukum bacaan ………

10. Pada kata  terdapat hukum bacaan ………

Mengetahui, Purwakarta, 17 Juli 2009


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

HASANUDIN EKA LUSIANDANI KONCARA


NIP: 1958 07 27 1978 03 1 003

61
62

LAMPIRAN 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(Siklus II)

Sekolah : SD NEGERI 2 CIBOGOGIRANG


Mata Pelajaran : PEND. AGAMA ISLAM
Kelas / Semester : IV A / 1
Pertemuan ke- :2
Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

1. Standar Kompetensi
Membaca surat-surat Al-Qur‟an.

2. Kompetensi Dasar
Membaca Q.S. Al-Fathihah dengan lancar.
Membaca Q.S. Al-Ikhlas dengan lancar.

3. Indikator
Siswa dapat:
 Menyebutkan macam hukum bacaan nun mati/tanwin.
 Menyebutkan huruf-huruf yang terkena hukum bacaan nun mati/tanwin.
 Melafalkan kalimat yang mengandung hukum bacaan nun mati/tanwin
dengan benar.

4. Tujuan pembelajaran
Pada akhir pembelajaran siswa dapat :
 Memahami macam hukum bacaan nun mati/tanwin beserta huruf-huruf
yang terkena hukumnya.
 Membaca Q.S. Al-Fathihah dan Al-Ikhlas dengan hukum bacaan nun
mati/tanwin yang benar.
 Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dalam bacaan sehari-hari.

5. Materi Pembelajaran
Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin

6. Metode Pembelajaran
Pengamatan dan Diskusi Kelompok

7. Langkah-langkah Kegiatan
 Kegiatan Awal (10 menit)
 Percakapan pembuka dan memeriksa kehadiran siswa.
 Apersepsi, prolog (pengenalan singkat) dan membahas tujuan
pembelajaran.
 Kegiatan Inti (50 menit)
 Siswa membagi diri menjadi kelompok-kelompok kecil.
 Siswa dikenalkan dengan aplikasi media komputer yang digunakan.
63

Siswa diberi lembar kerja untuk didiskusikan bersama kelompoknya.


Secara bergantian, tiap kelompok siswa mempelajari tajwid dengan
menggunakan aplikasi media komputer.
 Siswa melakukan evaluasi hasil belajar dari apa yang telah mereka
pelajari melalui media komputer.
 Kegiatan Akhir (10 menit)
 Menyimpulkan hasil pembelajaran.
 Penutup.

8. Sumber Belajar
 Buku Pend. Agama Islam SD/MI Kelas IV PT. Sarana Panca Karya tahun
2006.
 Seperangkat komputer dengan Aplikasi Al-Qur‟an Digital Ver. 3.1 karya
Sony Sugema 2004.

9. Penilaian
 Teknik : Tes Tulis
 Bentuk : Isian Singkat
 Instrument :
Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. Dalam ilmu tajwid, hukum bacaan nun mati/tanwin berjumlah ………
2. Dalam hukum bacaan idzhar, nun mati dibaca ………
3. Huruf Alif/Hamzah termasuk salah satu huruf ………
4. Ikhfa, adalah hukum bacaan nun mati/tanwin yang dibaca ………
5. Huruf Kaf termasuk salah satu huruf ………
6. Hukum nun mati/tawin yang dibaca Idgham, terbagi atas ………
macam.
7. Huruf Ya dan Mim adalah huruf Idgham ………
8. Nun mati/tanwin yang bertemu dengan huruf Ba termasuk hukum
bacaan ………
9. Pada kata  terdapat hukum bacaan ………

10. Pada kata  terdapat hukum bacaan ………

Mengetahui, Purwakarta, 24 Juli 2009


Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

HASANUDIN EKA LUSIANDANI KONCARA


NIP: 1958 07 27 1978 03 1 003
64

LAMPIRAN 3
Lembar Observasi
(Siklus I)

Nama Sekolah : SD Negeri 2 Cibogogirang


Kelas/Semester : IV A / 1
Hari, tanggal : Selasa, 21 Juli 2009
Waktu : 07.30 – 08.40

Pengajar : Eka Lusiandani Koncara


Jumlah Siswa : 27

Mata pelajaran : Pendidikan Agama Islam


Materi Pokok : Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin
Metode : Pengamatan dan Diskusi Kelompok
Sumber/Media : Buku Pend. Agama Islam SD/MI Kelas IV PT. Sarana
Panca Karya tahun 2006.
Seperangkat komputer dengan Aplikasi Al-Qur‟an
Digital Ver. 3.1 karya Sony Sugema 2004.

Kegiatan Pembelajaran : Siswa dibagi menjadi 4 kelompok.


Siswa dikenalkan dengan aplikasi komputer yang
digunakan.
Tiap kelompok siswa mempelajari tajwid dengan
menggunakan komputer secara bergantian.
Siswa diberi tes hasil belajar dari apa yang telah
mereka pelajari melalui media komputer.

Catatan Khusus : Selama proses pembelajaran, terutama pada saat tiap


kelompok menggunakan komputer secara bergantian,
keadaan siswa agak kurang kondusif, karena siswa
yang tidak sedang menggunakan komputer, tidak
memiliki tugas lain.

Mengetahui, Purwakarta, 21 Juli 2009


Kepala Sekolah Observer

HASANUDIN H U S E N
NIP: 1958 07 27 1978 03 1 003 NIP. 1964 12 11 1986 10 1 001
65

LAMPIRAN 4
Lembar Observasi
(Siklus II)

Nama Sekolah : SD Negeri 2 Cibogogirang


Kelas/Semester : IV A / 1
Hari, tanggal : Selasa, 28 Juli 2009
Waktu : 07.30 – 08.40

Pengajar : Eka Lusiandani Koncara


Jumlah Siswa : 27

Mata pelajaran : Pendidikan Agama Islam


Materi Pokok : Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin
Metode : Pengamatan dan Diskusi Kelompok
Sumber/Media : Buku Pend. Agama Islam SD/MI Kelas IV PT. Sarana
Panca Karya tahun 2006.
Seperangkat komputer dengan Aplikasi Al-Qur‟an
Digital Ver. 3.1 karya Sony Sugema 2004.

Kegiatan Pembelajaran : Siswa dibagi menjadi 4 kelompok.


Siswa dikenalkan kembali dengan aplikasi komputer
yang digunakan.
Setiap kelompok diberi lembar kerja siswa untuk
didiskusikan ketika tidak menggunakan komputer.
Tiap kelompok siswa mempelajari tajwid dengan
menggunakan komputer secara bergantian.
Siswa diberi tes hasil belajar dari apa yang telah
mereka pelajari melalui media komputer.

Catatan Khusus : Proses pembelajaran kali ini lebih kondusif, karena


siswa yang tidak sedang menggunakan komputer
memiliki tugas lain, yaitu mendiskusikan lembar kerja
siswa. Dengan demikian, seluruh siswa memiliki tugas
masing-masing.

Mengetahui, Purwakarta, 28 Juli 2009


Kepala Sekolah Observer

HASANUDIN H U S E N
NIP: 1958 07 27 1978 03 1 003 NIP. 1964 12 11 1986 10 1 001
66

LAMPIRAN 5
Lembar Kerja Siswa
(Siklus II)

Lengkapi tabel berikut! Kerjakan bersama kelompokmu!


Gunakan buku paket yang ada jika diperlukan!

Hukum
Cara Baca Huruf Contoh Kalimat
Bacaan

……, ……, ……, ……,


Idzhar ……………
……, ……

Memasukkan
……………
dengan ……, ……, ……, ……
……………
dengung

Memasukkan
……………
……………
……………
dengung
Menukar suara
nun mati/
…………… ……
tanwin
menjadi „mim‟
……,……,……,……,
……,……,……,……,
Ikhfa Samar
……,……,……,……,
……,……,……,

Kelompok : …………………………..
Anggota : …………………………..
…………………………..
…………………………..
…………………………..
…………………………..
…………………………..
…………………………..
67

LAMPIRAN 6
Grafik Analisis Hasil Belajar Siswa

120

100

80

60

Pra-PTK
40 Siklus 1
Siklus 2
20

0
68

LAMPIRAN 7
Rangkuman Materi

T erdapat empat hukum bacaan nun mati dan tanwin, yaitu:

1. Idzhar khalqi, yaitu nun mati dan tanwin harus dibaca terang, pendek dan

jelas, tidak samar dan tidak mendengung, apabila bertemu dengan salah satu

huruf khalqi (tenggorokan). Yang termasuk huruf khalqi yaitu ha, kha, ‘ain,

ghin, Ha, dan Hamzah.

2. Idgham, yang terbagi atas:

a. Idgham bighunnah, yaitu memasukkan suara nun mati dan tanwin ke

dalam suara salah satu hurufnya dengan men-tasydid-kan dan

mendengungkannya, serta dibaca agak panjang. Huruf-huruf Idgham

bighunnah yaitu ya, nun, mim, dan wau.

b. Idgham bilaghunnah, yaitu memasukkan suara nun mati dan tanwin ke

dalam suara salah satu hurufnya dengan men-tasydid-kan tetapi tidak

mendengungkannya dan dibaca pendek. Huruf-huruf Idgham bighunnah

yaitu lam dan ra’.

3. Iqlab, yaitu menukar suara nun mati dan tanwin dengan suara mim apabila

bertemu dengan huruf ba, serta dibaca mendengung dan agak panjang.

4. Ikhfa haqiqi, yaitu nun mati dan tanwin harus dibaca samar (menyembunyikan

bentuk aslinya) sehingga terdengar mendengung dan agak panjang apabila

bertemu dengan salah satu hurufnya, yaitu: ta, tsa, jim, dal, dza, zay, sin, syin,

shod, dlod, tho, dzo, fa, qaf, dan kaf.


69

Screenshot Aplikasi Tajwid pada Al-Qur’an Digital Ver. 3.1


70
RIWAYAT PENULIS

Penulis bernama EKA LUSIANDANI KONCARA,

lahir di Purwakarta, pada tanggal 16 Juni 1983, anak

pertama dari pasangan Bapak Yunus Loo dan Ibu Hj.

Atis Hartini.

Penulis merupakan lulusan SD Negeri Gandasoli 2 –

Plered pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan ke MTs

Assalam – Plered dan lulus pada tahun 1998. Setelah itu

pendidikan dilanjutkan di SMK Negeri 1 Purwakarta Jurusan Teknik Elektronika

Komunikasi dan lulus tahun 2001. Tahun 2004, penulis melanjutkan pendidikan

di Program Diploma 2 Pendidikan Agama Islam Universitas Wiralodra –

Indramayu hingga tahun 2006. Dan sejak tahun 2007 hingga saat ini, penulis

masih mengenyam pendidikan di Program Strata 1 Pendidikan Agama Islam

STAI Dr. KHEZ. Muttaqien – Purwakarta.

Saat ini penulis merupakan salah satu pengajar di SD Negeri 2 Cibogogirang –

Plered. Penulis mengabdikan diri di sekolah tersebut sejak Maret 2008.

Sebelumnya, penulis juga pernah menjadi karyawan di PT. Pacific Prestress

Indonesia – Karawang pada tahun 2002 hingga 2003. Penulis juga pernah

mengabdi sebagai pengajar di SD Negeri 1 Gandasoli sejak September 2004

hingga Maret 2008.

You might also like