You are on page 1of 16

1

I.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia dimana luas laut Indonesia kurang lebih adalah empat kali lebih luas dari daratannya. Apabila melhat keadaan tersebut maka sudah sepantasnya Indonesia untuk meningkatkan potensi maritimnya, salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan menerapkan Asas Cabotage. Asas Cabotage, dalam pengertian yang sangat sederhana berarti pemberian hak eksklusif bagi perusahaan pelayaran nasional untuk melakukan kegiatan pelayaran dan/atau kegiatan pengangkutan melalui laut di wilayah perairan di Indonesia. Yang dimaksud dengan hak eksklusif dalam hal ini adalah bahwa kegiatan pelayaran ataupun pengangkutan laut tidak dapat dilakukan selain oleh perusahaan pelayaran nasional. Dengan demikian potensi maritime di Indonesia dapat dengan lebih maksimal dimanfaatkan oleh perusahaan pelayaran nasional. Ketentuan penerapan asas cabotage juga dikenakan terhadap kegiatan perkapalan dalam industry minyak dan gas, dan bahkan dalam kegiatan pengeboran lepas pantai (offshore drilling) yang menggunakan berbagai alat pengeboran maupun penunjang (drilling platforms) yang mengapung (floating platforms). Dalam industri minyak dan gas, peran kapal sebagai penunjang maupun sebagai alat utama untuk keperluan pengeboran pelaksanaan kegiatan industri sangat besar, dan mayoritas kapal yang digunakan dalam industry minyak dan gas, terutama untuk keperluan industri hulunya, masih dilaksanakan oleh kapal-kapal berbendera asing, Hal ini karena kapal-kapal tersebut berharga sangat mahal, sulit untuk diproduksi dan memiliki jangka sewa yang relatif lebih pendek jika dibandingkan dengan jangka sewa kapal lain pada umumnya. Disini pelaku asing tersebut umumnya memiliki kemampuan finansial dan kemampuan teknologi yang lebih baik dibandingkan dengan kontraktor local saat ini.

Universitas Indonesia

Dalam rangka mengoptimalkan potensi pembangunan di bidang perekonomian dari sektor jasa pengangkutan laut nasional, bidang angkutan di perairan memuat asas cabotage. Eksistensi asas cabotage terdapat dalam Pasal 8 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menyatakan bahwa kegiatan angkutan laut dalam negeri dilakukan oleh perusahaan angkutan laut nasional dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia serta diawaki oleh awak kapal berkewarganegaraan Indonesia. Kapal asing dilarang mengangkut penumpang dan/atau barang antarpulau atau antarpelabuhan di wilayah perairan Indonesia. Asas Cabotage ini diatur lebih lanjut dalam PP No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan yang kemudian diubah dengan PP No. 22 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di perairan. Cabotage berasal dari kata caboter yang berarti berlayar sepanjang pantai.1 Dalam Hukum Internasional asas cabotage dikenal baik dala konteks penerbangan (aviation) maupun pelayaran2. Jika dalam hukum udara cabotage dianggap suatu hak, maka dalam hukum laut, cabotage danggap dipandang sebagai pengecualian asas kebebasan laut (freedom of the sea).3 Menurut Mochtar Kusumaatmadja, Cabotage Principle diartikan sebagai asas atau prinsip yang menyatakan bahwa kegiatan pelayaran dalam wilayah perairan suatu negara hanya dapat dilakukan oleh kapal-kapal dari negara yang bersangkutan. Cabotage Principle merupakan asas yang diakui didalam hukum dan praktek pelayaran seluruh dunia serta merupakan penjelmaan kedaulatan suatu negara untuk mengurus dirinya sendiri, dalam hal ini pengangkutan dalam negeri (darat, laut dan udara), sehingga tidak dapat begitu saja dianggap sebagai proteksi, yaitu perlindungan atau

Irawan Alwi, Cabotage Implementation & Corrections Necessary, Seminar Maritim CAAIP, 25 Februari 2011 2 Anthony Aust, Handbook of International Law, (New York: Cambridge University Press, 2005), hlm. 347-350 3 Muhammad Umar Husseyn, Kabotase Wawasan Nusantara, Suara Pembaharuan, 26 Maret 1989

Universitas Indonesia

perlakuan istimewa yang kurang wajar bagi perusahaan domestik sehingga menimbulkan persaingan yang tidak sehat.4 Pemberlakuan Cabotage Principle diarahkan untuk mencapai tujuantujuan sebagai berikut: 1. Mencegah atau mengurangi ketergantungan kepada pelayaran kapal-kapal asing; 2. Memperlancar arus barang atau jasa dan manusia ke seluruh wilayah nusantara secara luas dengan pelayanan maksimal akan tetapi dengan harga yang wajar, termasuk ke daerah-daerah terpencil; 3. Salah satu upaya penyedia kesempatan kerja bagi warga Negara. 4. Sebagai andalan dan penunjang sistem Pertahanan dan Keamanan Nasional (Hankamnas). Selain berperan serta dalam memicu meningkatan jumlah armada angkutan laut nasional, penerapan asas cabotage tidak serta merta dipandang sebagai suatu berkah bagi seluruh pengusaha angkutan laut. Peningkatan jumlah armada angkutan laut nasional pada umumnya dimonopoli oleh perusahaan-perusahaan besar saja, karena mereka mempunyai dana untuk pengadaan kapal-kapal tersebut. Kondisi perusahaan menengah pada umumnya hanya sebagai agen saja bagi armada kapal asing yang melakukan kegiatan impor/ekspor barang, atau mencari armada kapal bagi pemilik barang yang ingin mengangkut barang mereka. Kondisi tersebut menyebabkan mayoritas perusahaan keagenan kapal yang masih tergolong menengah gulung tikar atau bankrut karena tidak mempunyai dana yang memadai dalam melakukan pengadaan kapal. Menyimak permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang tuntas ke dalam bentuk penulisan penelitian dengan judul Dampak Implementasi Asas Cabotage Terhadap Usaha Keagenan Kapal di Indonesia 1.2 Pokok Permasalahan
4

Mochtar Kusumaatmadja dalam makalah Pembinaan Pelayaran Nasional dalam Rangka Penegakan Wawasan Nusantara, disampaikan pada Seminar tentang Pelayaran Nasional, tanggal 19-20 Oktober 1994 di Kanindo Plaza, Jakarta, hal.7

Universitas Indonesia

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan asas cabotage pada perusahaan pelayaran nasional sesudah diundangkannya Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran? 2. Apakah penerapan asas cabotage menimbulkan dampak yang negatif pada perusahaan-perusahaan pelayaran di Indonesia? 3. Apakah penerapan asas cabotage sudah didukung oleh kredit bank yang memadai untuk perusahaan pelayaran Indonesia untuk mengembangkan potensinya?

II.

TUJUAN PENELITIAN Penulisan ini memiliki tujuan-tujuan untuk dicapai sehingga penelitian yang

dilakukan akan lebih terarah dan mengenai sasaran. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada peneliti dan pembaca agar dapat memahami pelaksanaan asas cabotage beserta dampak yang timbul khususnya kepada perusahaan keagenan kapal nasional. Selain itu, terdapat juga tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain: 1. Saya ingin mengidentifikiasi asas cabotage yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang pelayaran. 2. Saya ingin mencari tahu apakah ada dampak yang mungkin ditimbulkan dari implementasi asas cabotage terhadap

keberlangsungan perusahaan keagenan kapal di Indonesia. 3. Saya ingin menelusuri tentang ada atau tidaknya kredit bank terhadap perusahaan keagenan yang ingin mengembangkan usahanya dengan membeli kapal dengan berbendera Indonesia.

III. MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya dalam penerapan asas cabotage. Penelitian akan menguraikan akibat hukum yang terjadi baik terhadap badan usaha keagenan perkapalan atas penerapan asas cabotage. Dengan demikian, penelitian ini akan memberikan pengetahuan

Universitas Indonesia

mengenai bagaimana akibat hukum yang terjadi dan memberikan solusi dan rekomendasi terhadap akibat hukum tersebut, apa yang dapat dilakukan oleh para pihak-pihak agar tidak ada kerugian yang diderita.

IV. TINJAUAN PUSTAKA Peneliti menggunakan bahan-bahan bacaan dalam melaksanakan penelitian. Bahan-bahan bacaan terdiri dari buku-buku yang mengatur tentang masalah yang bersangkutan. Adapun bahan bacaan yang penulis gunakan sebagai berikut: 1. Judul : Peraturan Angkutan Laut Dalam Deregulasi

Pengarang : M. Husseyn Umar, S.H dan Chandra Motik Yusuf Jemat, S.H. Impresum : Jakarta, Dian Rakyat, 1992 Halaman : 243 halaman Dalam buku ini dijelaskan mengenai lintasan sejarah kebijaksanaan angkutan laut di Indonesia dimulai dari Undang-Undang Pelayaran dari 1936 sampai P.P. No, Inpres No. 4/1985. Kemudian dijelaskan juga Pokok-pokok dalam Kebijaksanaan Angkutan Laut November 1988 (PAKNO 21) yang mencakup izin usaha, persyaratan usaha, permohonan izin, pola trayek dan penerapan asas cabotage dalam pelayaran dalam negeri yang mana merupakan bahasan dalam penelitian ini.

2.

Judul Indonesia

: Hukum Maritim dan Masalah-Masalah Pelayaran di

Pengarang : M. Husseyn Umar, SH Impresum : Jakarta, Pustaka Sinar Harapan 2001 Halaman : 300 halaman Dalam buku ini pengarang membahas Inpres No.4/1985 dan kebijaksanaan pemerintah mengenai deregulasi bidang perhubungan laut (Oakno 21) dalam kaitannya dengan penerapan asas cabotage dan regime kepelabuhan nasional. Selain itu dibahas pula mengenai Trade-

Universitas Indonesia

off sebagai dispensasi yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan pelayaran dalam situasi dan kondisi tertentu.

3.

Judul

: Kebangsaan Kapal Indonesia

Pengarang : Wartini Soegeng, S.H., C.N. Impresum : Bandung, Rafika Aditama, 2003 Halaman : 163 halaman Dalam buku ini, pengarang membahas tentang kapal laut sebagai salah satu benda bergerak yang dapat menimbulkan sebuah konsekuensi hukum. Hal ini menyangkut seperti administrasi kelautan termasuk di dalamnya berbagai jenis surat ijin yang melegkapi dokumen-dokumen sebuah kapal laut. Selanjutnya menyangkut kedaulatan suatu Negara yang menjadi kebangsaan sebuah kapal yang beroperasi di laut bebas.

4.

Judul Pengarang Impresum Halaman

: Berbagai Masalah Hukum Udara dan Angkasa : Mieke Komar Kantaatmadja : Bandung, CV. Remaja Karya, 1980 : 190 halaman.

Penulis menggunakan buku ini sebagai salah satu sumber penulisan penelitian karena penulis ingin menjabarkan awal mula dari adanya asas cabotage dalam Hukum Udara dan Angkasa. Kelebihan buku ini terletak pada penjabarannya yang terperinci mengenai perbedaan penggunaan asas cabotage dalam hukum udara dan hukum pengangkutan laut.

5.

Judul Pengarang Impresium Halaman

: Cabotage In Air Transport Regulation : Pablo Mendes De Leon : Dordrecht, Martinus Nijhoff, 1992 : 271 halaman

Dalam buku ini pengarang membahas cabotage dari dua sisi hukum, yakni hukum udara dan maritim. Selain itu buku ini juga membahas mengenai kerangka hukum multilateral dari asas cabotage beserta

Universitas Indonesia

kaitannya dalam tanggung jawab perlindungan asas ini dalam aktivitas perdagangan suatu negara ditinjau dari sejumlah traktat dan konvensi internasional.

V.

KERANGKA KONSEPSIONAL Kerangka konsepsional dimaksudkan sebagai batasan atau terminologi yang digunakan untuk memberikan dasar pengertian dan mencegah terjadinya kerancaua interpretas dalam membaca penelitian ini. Kerangka

konsepsional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Pelayaran adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan lingkungan maritim.5 2. Perairan Indonesia adalah laut territorial Indonesia beserta perairan kepulauan dan perairan dalamnya.6 3. Angkutan di perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal.7 4. Agen Umum adalah perusahaan angkatan laut nasional atau perusahaan nasional yang khusus didirikan untuk

melakukan usaha keagenan kapal, yang ditunjuk oleh perusahaan angkatan laut asing untuk mengurus kepentingan kapalnya selama berada di Indonesia.8 5. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang

dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan
555

Indonesia, Undang-Undang tentang Pelayaran, UU No. 17 tahun 2008, LN No. 64 Tahun 2008, TLN No. 4849, Pasal 1 angka 1 6 Ibid, Pasal 1 angka 2 7 Ibid, Pasal 1 angka 3 8 Ibid, Pasal 1 angka 7

Universitas Indonesia

penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi.9 6. Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negri dan internasional dalam jumlah besar dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyebrangan dengan jangkauan pelayaran antarprovinsi.10 7. Kapal adalah kendaraan air dengan bentuk jenis tertentu, yang digerakkan dengan tenaga angina, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan dibawah

permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah.11 8. Kapal asing adalah kapal yang berbendera selain bendera Indonesia dan tidak dicatat dalam daftar kapal Indonesia.12

VI. METODE PENELITIAN Suatu penelitian yang baik membutuhkan metodologi untuk mengarahkan penelitian kea rah yang benar secara simatis dan kronologis, sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Bentuk penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian yuridis normative, data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sekunder yang berupa bahan pustaka yang mencakup bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Bahan hukum primer merupakan dasar hukum bagi penulisan skripsi ini. Bahan hukum primer terdiri dari norma dasar, peraturan dasar, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Instruksi Presiden, Peraturan Daerah, Bahan
9

hukum

yang

dikodifikasikan,

Yurisprudensi,

Traktat,

Konvensi

Ibid, Pasal 1 angka 16 Ibid, Pasal 1 angka 17 11 Ibid, Pasal 1 angka 36 12 Ibid, Pasal 1 angka 39
10

Universitas Indonesia

Internasional, Peraturan dari zaman penjajahan hingga sekarang yang masih berlaku.13 Semua bahan hukum primer yang dipakai pada penelitian ini adalah bahan hukum primer yang terkait dengan topic dalam penelitian ini yaitu, Pengaruh Implementasi Asas Cabotage Terhadap Usaha Keagenan Kapal di Indonesia. Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang memberikan informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan isi bahan hukum primer serta

implementasinya. Beberapa diantaranya adalah buku-buku, artikel ilmiah, makalah, skripsi, tesis dan disertasi yang berhubungan dengan topic dalam penelitian ini.14 Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun sekunder. Sebagai contoh adalah abstrak, almanac, bibliografi, buku pegangan, buku petunjuk, buku tahunan, ensiklopedia, indeks, artikel, kamus, penerbitan pemerintah, sumber biografi, sumber geografi dan timbangan buku.15 Ditinjau dari tipologi penelitian, penelitian ini bersifat deskriptif-analtis. Berdasarkan tempat perolehannya, data dalam penelitian ini bersumber pada dua macam, yaitu data yang diperoleh dari masyarakat dan data yang diperoleh dari kepustakaan.16 Data yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan data yang diperoleh dari kepustakaan dinamakan data sekunder. Terdapat alat pengumpulan data yang ditetapkan dalam penulisan skripsi ini. Alat pengumpulan data yang dimaksudkan untuk memdukung perolehan data tersebut adalah: a. Penelitian Kepustakaan (library research) Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengkaji bahan-bahan kepustakaan, yang berdasarkan kekuatan mengikatnya meliputi bahan primer berupa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
13

Sri Mamudji, et. Al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal.30 14 Ibid, hal.31 15 Ibid 16 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet. 3, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI-Press, 1986), hlm. 51

Universitas Indonesia

10

penerapan asas cabotage khususnya yang terkait dengan pengaturan terhadap usaha jasa perhubungan laut, bahan sekunder berupa buku, makalah, artikel, internet, dan bahan tersier, yaitu bahan yang menunjang bahan primer dan bahan sekunder, seperti kamus hukum. b. Wawancara (interview) Disamping penelitian kepustakaan, untuk memperoleh data, penulis juga melakukan wawancara dengan narasumber yang mengerti serta menguasai permasalahan mengenai penerapan asas cabotage, khususnya yang terkait dengan usaha jasa perhubungan laut yang mencakup di dalamnya, perusahaan keagenan kapal. Beberapa diantaranya adalah pelaku usaha jasa perhubungan laut, pejabat yang berwenang di Departemen Perhubungan, dan BP Migas. Tipologi penelitian yang ada dalam penelitian ini ditinjau dari berbagai segi. Berdasarkan sifatnya, penelitian ini merupakan penelitian eksplanatoris, dimana dalam penelitian ini terdapat penjelasan hubungan antara satu gejala dengan gejala lain. Apabila pengetahuan tentang suatu masalah sudah cukup, maka sebaiknya dilakukan penelitian eksplanatoris yang terutama dimaksudkan untuk menguji hipotesa-hipotesa tertentu.17 Pada penelitian ini, hubungan yang dicari adalah berakhirnya Objek Hak Tanggungan dengan akibat yang terjadi serta perlindungan hukum yang dapat diberikan terhadap para pihak. Dipandang dari sudut bentuknya, penelitian ini merupakan penelitian preskriptif. Apabila suatu penelitian ditujukan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah tertentu, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian preskriptif.18 Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan akan ditemukan solusi dari perlindungan hukum seperti apa yang sebaiknya dilakukan dan bagaimana cara pencegahan akibat hukum yang terjadi akibat berkahirnya Objek yang dibebankan dengan Hak Tanggungan dalam penelitian ini Hak Guna Bangunan.

18

Ibid.

Universitas Indonesia

11

Berdasarkan tujuan, penelitian ini termasuk penelitian untuk mengatasi masalah (problem-solution). Apabila dikaitkan dengan tujuan-tujuannya, maka suatu penelitian dapat merupakan penelitian yang bertujuan untuk menemukan fakta belaka. Penelitian semacam itu dilanjutkan dengan penelitian yang bertujuan untuk menemukan masalah, untuk kemudian menuju pada identifikasi masalah. Tidak jarang, hal itu dilanjutkan dengan penelitian untuk mengatasi masalah atau problem-solution.19 Berdasarkan penerapannya, penelitian ini termasuk penelitian berfokus masalah, dimana masalah yang difokuskan adalah dampak yang ditimbulkan dari penerapan asas cabotage terhadap keberlangsungan usaha Perusahaan Keagenan Kapal yang beroperasi di Indonesia. Inti dari penelitian berfokuskan masalah adalah kaitan antara bidang teori dengan bidang praktis, dimana masalah-masalah ditentukan atas dasar kerangka teoritis, yang sebenarnya menghubungkan antara penelitian murni dan penelitian terapan.20 Berdasarkan disiplin ilmu yang digunakan, penelitian ini merupakan penelitian mono disipliner. Penelitian mono disipliner didasarkan pada satu jenis ilmu pengetahuan, dengan menerapkan metodologi yang lazim dilaksanakan oleh ilmu yang bersangkutan.21 Disiplin ilmu yang digunakan dalam melakukan penelitian ini hanya ilmu hukum. Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah studi dokumen. Studi dokumen merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan melalui data tertulis dengan mempergunakan content analysis.22 Dalam penelitian ini, digunakan pula pendekatan kuantitatif dalam pengolahan data. Pendekatan kuantitatif pada dasarnya berarti, penyorotan terhadap masalah serta usaha serta usaha pemecahannya, yang dilakukan dengan upaya-upaya yang banyak didasarkan pada pengukuran yang memecahkan objek penelitian ke dalam unsur-unsur tertentu, untuk kemudian ditarik suatu generalisasi yang seluas mungkin ruang lingkupnya. Pada penelitian ini, terdapat
19 20 21 22

Ibid. Ibid., hlm. 11. Ibid. Ibid., hlm. 21.

Universitas Indonesia

12

penyorotan terhadap masalah diberlakukannya Asas Cabotage dan akibat yang ditimbulkan terhadap para pelaku usaha keagenan kapal yang terkait di dalamnya. Selain itu penelitian ini juga membahas mengenai solusi atas dampak tersebut terhadap kerugian-kerugian yang ditimbulkan dari diberlakukannya asas cabotage.

VII. KEGUNAAN TEORITIS 7.1 Kegunaan Teoritis Kegunaan teoritis dari penelitian ini antara lain: 1. Memberikan informasi mengenai Asas Cabotage dan

implementasinya dalam Angkutan Laut di Indonesia. 2. Memberikan solusi bagi para pihak khususnya perusahaan keagenan kapal untuk menghindari dampak yang ditimbulkan dari penerapan asas cabotage. 7.2 Kegunaan Praktis Kegunaan praktis dari penelitian ini antara lain: 1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat Indonesia yang dalam melakukan kegiatan hukum berkaitan dengan pembebanan Hak Tanggungan. 2. Untuk memberikan kesadaran kepada calon pemegang dan pemberi Hak Tanggungan mengenai Hak Atas Tanah yang akan dibebankan Hak Tanggungan.

Universitas Indonesia

13

VIII. PEMBIAYAAN No. 1. 2. 3. 4. Jenis Honorarium Peneliti Transportasi Konsumsi Bahan-bahan: 1. Buku 2. Fotokopi 5. Pengolahan Data 1. Alat Tulis Kantor: Terdiri Printer 300.000,0) 2. Pengadaan Jaringan Internet: Pulsa modem: 3 x Rp. 50.000,00 = Rp. Rp. 450.000,00 150.000,00 Rp. 7.000.000,00 dari: : Tinta Rp. Rp. 1.500.000,00 Rp. 500.000,00 15 x Rp. 70.000,00 Rincian Jumlah Rp. 2.500.000,00 Rp. 1.000.000,00 Rp. 1.050.000,00

JUMLAH

Universitas Indonesia

14

DAFTAR PUSTAKA

BUKU: Aust, Anthony. Handbook of International Law. New York: Cambridge University Press, 2005. Kontaatmadja, Mieke Komar, Berbagai Masalah Hukum Udara dan Angkasa, Bandung: CV. Remaja Karya, 1980. Mamudji, Sri, et all. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005. Siahaan, N.H.T dan H. Suhendi. Hukum Laut Nasional. Jakarta: Penerbit Djambatan, 1989. Soegeng, Wartini. Kebangsaan Kapal Indonesia. Bandung: Rafika Aditama, 2003. Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas

Indonesia,1986. Umar, M. Husseyn dan Chandra Motik Yusuf Jemat, Peraturan Angkutan Laut Dalam Deregulasi, cet 1. Jakarta: Dian Rakyat, 1992 Umar, M. Husseyn, Hukum Maritim dan Masalah-Masalah Pelayaran di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2001.

MAKALAH: Motik, Chandra. Pengangkutan Barang Lewat Laut, (Bahan ajar disampaikan pada perkuliahan Hukum Maritim Fakultas Hukum Universitas Indonesia)

INTERNET: Cukai, Warta Bea. Mengapa Industri Pelayaran harus Impor Sementara, http;//www.beacukai.go.id/library/data/wbc377.pdf, diunduh 30 Oktober 2013.

Universitas Indonesia

15

Igbokwe, M.I. The New Cabotage Act-Its Intended Effect On The Local Shipping Industry, http://www.mikeigbokwe.com/new1/Cabotage

%20Act.Intended%20Effect.pdf, diunduh 30 Oktober 2013. Leonard, Anton. Analisa Kebijakan Industri Dan Jasa Kelautan Nasional. http://www.dekin.dkp.go.id/yopi/files/Lap.IndustriJasaKelautanPdf.pdf. Diunduh pada tanggal 29 Oktober 2013. Samsudin, M. Urgensi Dan Kendala Penerapan Asas Cabotage Dalam Pelayaran Domestik Indonesia Di Era Perdagangan Bebas. http://i-

lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=9520. Diunduh pada tanggal 30 Oktober 2013.

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN:

Indonesia. Undang-Undang Dasar 1945.

Kitab

Undang-Undang

Hukum

Dagang

[Wetboek

van

Koophandel].

Diterjemahkan oleh R. Subekti dan R Tjitrosudibio. Jakarta: Pradnya Paramita, 2006.

Indonesia, Undang-Undang Pelayaran. UU Nomor 21 Tahun 1992. LN No 98 Tahun 1992. TLN No. 3493

_____.Undang-Undang Pelayaran. UU No 17 Tahun 2008. LN No. 64 Tahun 2008. TLN No 4849

_____. Peraturan Pemerintah tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut. PP No 17 Tahun 1988.

_____. Peraturan Pemerintah tentang Angkutan Laut di Perairan. PP No. 82 Tahun 1999. LN No. 187 Tahun 1999. TLN No. 3907.

Universitas Indonesia

16

_____. Peraturan Pemerintah Tentang Perkapalan. PP No. 51 Tahun 2002. LN No. 95 Tahun 2002. TLN No. 4227.

_____. Instruksi Presiden tentang Pemberdayaan Industri Pelayaran Nasional. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2005.

Departemen

Perhubungan.

Keputusan

Mentri

Perhubungan

Tentang

Penyelenggaraan dan Pengusahaan Angkutan Laut. Kepmenhub No. KM 33 Tahun 2001.

Universitas Indonesia

You might also like