You are on page 1of 21

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melaluiu tercitpanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seuruh wilayah Republik Indonesia. Berdasarkan tujuan pembangunan kesehatan nasional tersebut maka pemerataan dan pelayanan kesehatan perlu terus-menerus diupayakan dalam rangka mempertahankan status kesehatan masyarakat melalui pemcegahan dan pengurangan morbilitas, mortalitas dan kecacatan daam masyarakat terutama bayi, anak balita dan wanita hamil, melahirkan dan masa nifas (Depkes RI, Indonesia sehat 2010). Setiap tahun lebih dari 200 juta wanita hamil. Sebagian besar kehamilan berakhir dengan kelahiran bayi hidup pada ibu yang sehat walaupun demikian, pada beberapa kasus kelahiran bukanlah peristiwa membahagiakan tetapi menjadi suatu masa yang penuh dengan rasa nyeri, rasa takut, penderitaan dan bahkan kematian (WHO, 2003). Rasa nyeri pada persalinan dalam halini adalah nyeri kontraksi uterus yang dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, peruabahan tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera diatas I maka akan meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan stress (Bobak, 2004).Nyeri

persalinan dapat mempengaruhi kontraksi uterus melalui sekresi kadar katekolamia dan kartisol yang menaikkan dan akibatnya mempengaruhi durasi persalinan. Nyeri juga dapat menyebabkan aktivitas uterus yang tidak terkoordinasi yang akan mengakibatkan persalinan lama. Adapun nyeri persalinan yang berat dan lama dapat mempengharuhi sverifikasi sirkulasi maupun metabolisme yang harus segera diatasi karma dapat menyebabkan kematian gania (Rosemary Mander, 2003). Intervensi untuk mengurangi ketidaknyamanan atau nyeri selama persalinan yaitu intervensi farmakologis nyeri non farmakologis perawat berperan besar dalam penanggulangan nyeri non farmakologis, yang salah satunya dengan menggunakan teknik relaksasi bernafas sesuai dengan teori Dick-Read dan Lamage bahwa nyeri persalinan yang disebabkan oleh rasa nyeri, takut dan tegang dapat dikurangi / diredakan dengan berbagai metode yaitu menaikkan pengetahuan ibu tentang hal-hal yang akan terjadi pada suatu persalinan, menaikkan kepercayaan diri dan relaksasi pernafasan (Bobak, 2004). Teknik relaksasi bernafas merupakan teknik pereda nyeri yang banyak memberikan masukkan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan yang berlebihan pasca persalinan. Adapaun relaksasi bernafas selama proses persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis (SSO) dalam keadaan homeostasis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurangi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat beradaptasi demgam nyeri selama proses persalinan (Rosemary M, 2003). Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh teknik relaksasi bernafas dan masase terhadap adaptasi nyeri persalinan pada ibu inpartu kala I fase aktif di RS? Didapatkan bahwa teknik relaksasi bernafas mampu menaikkan adaptasi terhadap nyeri persalinan

pada ibu inpartu kala I fase aktif yang berdasarkan pada hasil uji paired Ttist (Dwi Purnama, 2005). Menurut data dari RS? Menunjukkan jumlah persalinan sebanyak? Orang semakin meningkat jumlah persalinan maka tanggung jawab tenaga ksesehatan di tempattempat pelayanan kesehatan semakin berat, khususnya bagaimana melaksanakan metode yang dapat membantu merasakan nyeri yang berarti. Namun fakta yang terjadi saat ini tempat-tempat pelayanan kesehatan dalam hal ini Puskesmas dan Rumah Sakit belum secara efektif melaksanakan intervensi Keperawatanmaternitas teknik relaksasi bernafas dalam penanganan nyeri persalinan, sehingga tidak diketahui secara pasti apakah memang benar ada pengaruh teknik relaksasi terhadap nyeri pada pasien inpartu kala I sesuai dengan referensi / teori yang ada. Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengeruh teknik relaksasi bernafas terhadap respon adaptasi nyeri pada pasien inpartu kala I. B. Rumusan Makalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai beikut : Apakah ada pengaruh teknik relaksasi bernafas terhadap respon adaptasi nyeri pada pasien inpartu kala I ?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diperoleh gambaran tentang pengaruh teknik relaksasi bernafas terhadap respon adaptasi nyeri pada pasien inartu kala I.

2. Tujuan Khusus a. Teridentifikasi respon adaptasi nyeri fisiologis, psikologis dan sosial sebelum melakukan teknik relaksasi bernafas. b. Teridentifikasi respon adaptasi nyeri fisiologis, psikologis dan sosial setelah melakukan teknik relaksasi bernafas. c. Diketahui pengaruh teknik relaksasi bernafas terhadap respon adaptasi nyeri pasien inpartu kala I. D. Manfaat Penelitian 1. Memberikan masukan bagi tempat pelayanan (Rumah sakit dan Puskesmas) khusus bagi perawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien tertentu. 2. Dapat dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kualitas asuhan

Keperawatanmaternitas di Rumah sakit. 3. Memberikan masukan kepada profesi Keperawatantentang pentingya

Keperawatanmaternitas pada pasien inpartu untuk menanggulangi nyeri persalinan. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan informasi bagi penelitian selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Inpartu Inpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan (wiknjorastro, 2005). Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu : 1. Kala I : Waktu untuk pembukaan serviks sampai manjadi pembukaan lengkap 10 cm. 2. Kala II : Kala pengeluaran janin. Waktu uterus dengan kekuatan halus ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir. 3. Kala III : Waktu untuk melepaskan dan pengeluaran Uri. 4. Kala IV : Mulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini hanya membahas yang berhubungan dengan kala I persalinan. 1) Kala I Persalinan Kala I persalinan merupakan stadium di latasi serviks, kala I berlangsung muai dari onset persalinan hingga di latasi serviks yang lengkap (Hellen Farrer, 1999). Secara klinis ditandai dengan keluarnya lender bercampur darah (Bloody show), karma serviks mulai membuka (di latasi) dan mendatar (Affacement). Darah berasal dari pecahnya pembulu darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka. Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu : a. Fase Laten : Dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dam 7 sampai 8 jam.

b. Fase Aktif : Berlangsung 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase yaitu : Fase Akseksasi : Berlangsung 2 jam. Pembukaan menjadi 4 cm. Periode di latasi maksimal (steady) : Berlangsung 2 jam, pembukaan cepat menjadi 9 cm. Periode deselarasi : Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm atau lengkap. Kala pembukaan pada primapasa dan multipasa terdapat perbedaan fase. Pada primigravida serviks mendatar (effacement) dulu baru di latasi dan berlangsung 13-14 jam pada multigravida serviks mendatar dan membuka biasa bersamaan berlangsung 6 sampai 7 jam. Adapun perubahan-perubahan yang fisiologis yang terjadi pada kala pembukaan adalah : Adanya kontraksi dari uterus pada otot-otot uterus. Kontraksi uterus terjadi karena uterus terdiri dari otot-otot polos yang gerakannya dibawah pengawasan urat sraf terutama apabila ada rangsangan. Di waktu persalinan, rangsangan bukan hanya karena membesarnya atau meregangnya uterus saja tetapi juga karena pengaruh hormon piton yang dikeluarkan oleh hipofise posterior. Kontraksi otototot uterus yang berlangsung lama, akan banyak menekan pembuluh-pembuluh darah dalam dinding uterus yang akan mengganggu peredaran zat-zat asam yang sangat dibutuhkan untuk fetus. Tiap kontraksi dimulai dari bagian fundus uteri, kemudian dibawa menjadi lebih kuat dan terjadi lebih lama pada bagian fundus uteri sendiri. Kontraksi uterus bagian bawah lebih lembek karena bertujuan untuk membuka serviks agar terjadi pembukaan jalan keluar.

Adanya Pembentukan segmen atas dan segmen bawah rahim Pada akhir kehamilan uterus atau rahim menjadi 2 bagian yaitu segmen atas rahim

dan segmen bawah. Segmen atas uterus ialah uterus dengan otot-otot yang lebih tebal dan sifatnya kontakrif karena terdapat banyak otot-otot serong dan memanjang. Segmen atas ini mulai daerah fundus uteri dari vawah sampai istimust uteri, yaitu batas korpus dan serviks uteri dalam keadaan tidak hamil. Bagian bawah ialah dari istimust uteri sampai ke serviks, di sini otot-ototnya lebih tipis dan bersifat elastis. Pada waktu permulaan persalinan otot-otot memanjang di uterus segmen atas berkontraksi menarik otot-otot dari segmen bawah rahim, sehingga otot-otot berelastis, dalam keadaan demikian ditambah dengan adanya kekuatan desakan anak yang disebabkan kontraksi uterus segmen atas pula, maka uterus segmen bawah ini memungkinkan anak dapat melewatinya kemudian dikeluarkan melaluiu jalan lahir. Adanya Perkembangan Retaksi Ring Retaksi ring atau Bandls Ring adalah batas pinggiran antara uterus segmen bawah yang otot-ototnya tebal dan uterus segmen bawah yang otot-ototnya tipis. Pinggiran atau batas ini akan terjadi pada tiap-tiap persalinan, tetapi tidak akan tampak dari luar bila persalinan berlangsung biasa. Apabila ronjolan retraksi ring tampak dari luar itu disebabkan karena anak tidak dapat turun ke dasar panggul, karena uterus segmen bawah harus meregang agar dapat menyesuaikan diri dengan keadaan anak dari uterus segmen bawah terus-menerus meregang. Bahawa yang timbul akibat uterus segmen bawah yang meregang terus-menerus adalah terjadinya uterus rupture.

Adannya Penarikan Serviks Dimulainya persalinan maka jaringan-jaringan otot yang mengelilingi segmen atas,

karenanya serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari uterus segmen bawah. Apabila telah terjadi penarikan serviks ke atas oleh uterus segmen atas, berarti proses persalinan sedang berlangsung dan berusaha membuka jalan serta mengeluarkan anak dari dalam uterus. Adanya Pembukaan Ortium Uteri Internum dan Externum Pembukaan pada kala ini disebabkan oleh membesarnya ostium uteri externum karena otot-otot yang melingkar di sekitar ostium meregang yang memungkinkan saluran menjadi lebih besar dan cukup dilalui oleh kepala janin. Mekanisme pembukaan ostium diperkirakan karena tarikan ke atas otot-otot uterus segmen atas yang menarik tepi bagian yang lunak, yaitu ostium menjadi lebih besar dan juga disebabkan oleh tekanan isi uterus kepala ostium, terutama oleh kappa anak dan kantong ketuban. Adanya Show au Pengeluaran dari vulva Show adalah pengeluaran dari vulva yang menjadi tanda bahwa persalinan telah mulai. Pengeluaran dari vulva ini merupakan lender yang bercampur darah, biasanya dikeluarkan beberapa jam setelah persalinan dimulai. Lendir yang dikeuarkan itu berasal dari serviks, yaitu lender yang dibentuk dalam masa hamil untuik mengisi serviks karena adanya tarikan serviks ke atas maka lender tersebut dikeluarkan sedangkan darah berasal dari deciduas vera karena pelepasan selaput khorium, dan disebabkoan oleh pemecahan pembuluh-pembuluh darah dan adanya tarikan serviks ke atas karena pembukaan. Adanya Tonjolan Kantong Ketuban

Apabila uterus segmen bawah meregang maka selaput khorium yang menempel di daerah itu akan terlepas dan karena bertambahnya tekanan dalam uterus maka khorium yang terlepas dari ini akan membentuk kantong yang berisi cairan dan menonjol ke ostium uteri internum yang telah terbuka. Kantong ketuban tersebut akan masuk ke dalam ostium uteri yang telah terbuka walaupun pembukaan masih kecil. 2) Nyeri Persalinan a. Pengertian Nyeri Persalinan Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun potensial (Brunner & Suddart, 2001). Nyeri persalinan adalah nyeri kontraksi uterus yang disebabkan oleh dilatasi dan penipisan serviks serta iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen local mengalami deficit) akibat kontraksi arteri mometrium (Bobaus, 2004). b. Patofisiologi Nyeri Persalinan Dalam nyeri persalinan, sistem saraf otonom dan terutama komponen sismpatis yang berperan dalam sensori. Sistem saraf otonom mengontrol aktivitas otot polos dan visera misalnya uterus dan dapat dikenal sebagai sistem saraf involunter karena organ ini berfungsi tanpa kontrol kesadaran. Terdapat dua komponen yang berbeda, yaitu sistem simpatis dan parasimpatis. Sistem ini bekerja secara sinergis ketika mensyarati organ yang sama. Tetapi juga bekerja sendiri-sendiri, misalnya saraf simpatis menyuplai uterus dan membentuk bagian yang sangat penting dan neuroanatomi nyeri persalinan.

Sistem saraf otonom menunjukkan bahwa baik komponen simpatis dan parasimpatis menyuplai sebagian besar organ abdomen dan pelris, termasuk uterus. Secara anatomi, oto polos uterus disuplai sebagian besar oleh serat-c yang tidak bermielin dan sebagian oleh serat A-delta kecil yang bermielin. Serat nosiseptis dalam uterus dan serviks melewati pleksus uterine dan servikalis dan kemudian (secara berurutan) melewati pleksus pelvikus, nervus hipogastriseus medius, nervus hipogastriseus superior dan kemudian menuju rantai simoatis lumbalis. Dari sini, serat nosiseptif melewati rantai torasikurt bagian bawah dan meninggalkannya dengan berjalan melalui rami komunikates albus yang berkaitan dengan nervus spenalis T10, T11, T12 dan L1. Akhirnya serat nonseptif berjalan melalui saraf-saraf spinalis dan berkaitan dengan neuron kornudorsalis. Serat nosiseptif dari pesinemum melalui nervus pudendus dan masuk ke dalam modulla spinalis melalui raidus posterior S2, S3, S4. Selain itu, segmen lumbalis bagian bawah dan sakralis bagian atas menyuplai saraf menuju struktur relvis yang terlibat dalam nyeri persalinan. Selama kala I persalinan, intensitas nyeri selama kala ini disebabkan oleh kekuatan kontraksi dan tekanan yang diakibatkan. Tekanan yang dimaksud adalah tekanan cairan amnion lebih dari 15 mmhg. Di atas tonus yang dibutuhkan untuk meregangkan segmen bawah uterus dan serviks sehingga timbul nyeri. Dengan demikian, makin tinggi tekanan cairan amnion, makin besar distensi sehingga menyebabkan nyeri yang lebih kuat (Caldeyro-Barcia dan Paseiro, 1960). Nyeri dirasakan sebagain nyeri tumpul yang lama pada awal kala I dan terbatas pada dermaton torasikuf ke 11 (T11) dan ke 12 (T12). Kemudian pada kala I persalinan

nyeri pada dermaton T11 dan T12 modi lebih berat, tajam dan kram serta menyebar ke dermaton T10 dan L1. Penurunan kepala janin memasuki relvis pada akhir kala I menyebabkan distensi pervis dan tekanan pada radius pleksus lumborakralis yang menyebabkan nyeri alih pada perjalanan segmen L2 ke bawah. Akibatnya nyeri dirasakan pada region L2, bagian bawah punggung dan juga pada paha dan tungkai. B. Tinjauan Tentang Intervensi Pengendalian Nyeri Non Farmakologis Terdapat beberapa intervensi non-farmakologis yang dapat digunakan sebagai pereda nyeri dalam persalinan antara lain : 1. Hidroterapi Get Hidroterapi Get (mandi Whire Pool) ialah metode non-farmakologis yang dipakai untuk memberikan rasa nyaman dan rasa rileks selama persalinan walaupun metode ini tidak diterima atau diterapkan secara universal. Beberapa manfaat dapat diperoleh dari teknik ini. Bebas dari rasa tidak nyaman dan relaksasi tubuh, secara umum membuat kecemasan ibu berkurang. Berkurangnya rasa cemas akan menurunkan produksi adrenalin sehingga kadar oksitosin(untuk merangsang persalinan) dan endorphin meningkat (untuk mengurangi persepsi nyeri). Selin itu, gelombang dan pukulan ringan air merangsang putting susu (karena hiperstimulasi kontraksi rahim belum terjadi (Aderhold, perry, 1911) ). 2. Distraksi Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami. Cara distraksi dapat mengurangi nyeri dapat dijelaskan dengan teori (Gate Control). Pada spina cord, sel-sel reseptor yang menerima stimuli nyeri peripheral

dihambat oleh stimuli dari serabut-serabut saraf yang lain. Karena pesan-pesan nyeri menjadi lebih lambat daripada pesan-pesan diversional maka pintu spinal cord yang mengontrol jumlah input ke otak menutup dan pasien merasa nyerinya berkurang (Cummings, 1981). Beberapa teknik distraksi antara lain bernafas secara pelan-pelan, masage sambil bernafas pelan-pelan, atau membayangkan hal-hal yang indah sambil memejamkan mata. 3. Masase Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri, merahasiakan relaksasi, dan atau memperbaiki sirkulasi. Masase adalah terapi nyeri paling primitive (lele, dkk,199o:1777) dan menggunakan refleks lembut untuk menahan, dan menggosok atau meremas bagian tubuh yang nyeri. Simkin (1989) mengamati bahwa efek yang menguntungkan hanya berlangsung selama masase diteruskan ketika dihentikan nyeri bertambah. Kerugian ini diakibatkan oleh proses adaptasi, yaitu sistem saraf menjadi terbiasa dengan rangsangan dan organ perasa berhenti berespon. Dengan demikian, Simkin menganjurkan masase selama persalinan harus dilakukan secara intermitten, seperti penghusukkan punggung yang khususnya hanya dilakukan selama kontraksi, atau bervariasi dalam jenis sentuhan dan lokasi. 4. Stimulasi Saraf Elektronik Per Trankutan Stimulasi saraf elektronik per transkutansi (Tranicutaneous electrical nerve stimulation (TENS)) efektif akibat adanya efek plasebu. Implementasi TENS dapat

menstimulasi izekposan apiate endogen (enkephalin) pada tubuh wanita sehingga rasa tidak nyaman yang dirasakan wanita tersebut mereda (Scott, dkk, 1990). Penggunaan TENS tidak beresiko, baik bagi ibu maupun bagi janin. TENS digunakan untuk menurunkan atau menghilangkan penggunaan analgesin dan menaikkan perseposi wanita tentang kemampuan mengontrol rasa nyeri. C. Tinjauan Relaksasi Bernafas 1. Teknik Relaksasi Bernafas Teknik relaksasi bernafas merupakan tindakan pengendalian nyeri non

farmakologis yang dapat membantu ibu mengendurkan seluruh tubuhnya kektika rahim berkontraksi. Beberapa jenis pernafasan bias membantu ibu dalam menghadapu persalinan tahap 1 (Sebelum diperbolehkan mengedan) : a. Menarik nafas dalam (untuk membantu ibu rileks) dilakukan pada awal akhir kontraksi. b. Menarik nafas dangkal dan cepat di dada bagian atas, dilakukan pada saat kontraksi mencapai puncaknya. c. Menarik nafas pendek dan cepat diikuti dengan menghembuskan nafas melalui mulut dan dilakukan untuk menahan keinginan untuk mengedan (sebelum terjadi pembukaan lengkap). Pada tahap ini, teknik pernafasan dapat memperbaiki relaksasi otot-otot abdomen dan dengan demikian meningkatkan ukuran rongga abdomen. Keadaaan ini mengurangi friksi (gesekan) dan rasa tidak nyaman antara rahiim dan dinding abdomen karena otototot di daerah genitalia juga menjadi lebih rileks, otot-otot tersebut tidak mengganggu penurunan janin. Pada tahap II, ibu mulai boleh mengedan dan diselingi dengan manrik

nafas cepat dan pendek. Pada tahap ini, pernafasan dipakai untuk menaikkan tekanan abdomen dan dengan demikian membantu mengeluarkan janin. Keadaan ini juga dipakai untuk merelaksasikan otot-otot fundamental untuk mencegah pengeluaran dini kepala janin. Ada beberapa metode yang mendasari relaksasi bernafas yaitu : 1. Metode Dick-Read Bersamaan dengan pendidikan dan latihan pernafasan, relaksasi telah menjadi landasan persalinan yang disiapkan sejak Dick-Read pertama kali mempertahankannya (1933) (Rosemary Mander, 2003). Grantiny Dick-Read dalam dua bukunya, Natural Childbirth (1933) dan Childbirth Without Fear (1944), menuliskan bahwa rasa nyeri melahirkan merupakan akibat pengaruh sosial dan sindrom takut tegang-nyeri, untuk mengganti rasa takut maupun nyeri program Dick-Read meliputi pemberian informasi tentang persalinan dan melahirkan disamping nutrisi, hygienis dan latihan fisik yang diantaranya latihan relaksasi secara sadar dan latihan pola nafas. Relaksasi secara sadar meliputi relaksasi progresif kelompok otot seluruh tubuh. Dengan berlatih banyak, wanita mampu berelaksasi sesuai perintah, baik selama kontraksi maupun diantara kontraksi. Pola nafas meliputi nafas dalam pada abdomen hamper sepanjang masa bersalin, nafas pendek menjelang akhir tahap pertama, dan sampai pada waktu terakhir ini, menahan nafas pada tahap persalinan (Bobak, 2004). 2. Metode Lamaze Metode Lamaze berasal dari karya Povlov tentang Classical Conditioning. Metode menurut Lamaze, rasa nyeri merupakan respon bersyarat. Wanita juga dapat dikondisikan

supaya tidak mengalami rasa nyeri pada saat melahirkan. Metode Lamaze membuat wanita berespon terhadap kontraksi rahim buatan dengan mengendalikan relaksasi otot dan pernafasan sebagai ganti berteriak dan kehilangan kendali (Lamaze, 1972). Wanita ini diajar untuk merelaksasikan otot-otot yang tidak terlihat saat ia mengkontraksikan otot tertentu. Ia akan menerapkan latihan ini pada saat melahirkan, yakni dengan merelaksasikan semua otot bahwa pernafasan dada mengangkat diafragman dari rahim yang berkontraksi. Pola pernafasan dada bervariasi, sesuai intensitas kontraksi dan kemajuan persalinan (Bovak, 2004). 2. Keuntungan Teknik Relaksasi Bernafas a. Keuntungan Emosional Memberikan pengalaman positif tentang melahirkan pada ibu Mengurangi ketegangan dan ketakukan ibu pada saat persalinan Berpartisipasi nyata dalam melahirkan anaknya Membantuk Tumbuhnya hubungan antara orang tua dan anak Membantu tumbuhnya hubungan antara ibu dan bapak

b. Keuntungan Fisiologis Dapat mengurangi rasa sakit tanpa menggunakan obat-obatan dan dapat mengurangi resiko terhadap bayi Mencegah terjadinya komplikasi seperti nyeri sampai dengan menurunnya oksigen. Ibu dapat bekerja sama pada saat pemeriksaan Ibu tidak merasa lelah pada saat dan sesudah melahirkan

D. Tinjauan Tentang Respon Adaptasi Nyeri Persalinan 1. Pengertian adaptasi Adaptasi adalah suatu proses yang konstan dan berkelanjutan yang membutuhkan perubahan dalam hal struktur, fungsi dan perilaku sehingga seseorang lebih sesuai dengan suatu lingkungan tertentu. Adaptasi merupakan suatu proses individual imana masingmasing individu mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalah atau berespon dengan tingkat yang berbeda-beda (Brunner Sutdar, 2001). Model adaptasi Roy menjelaskan bahwa individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan utuh, individu selalu berada pada rentang sehat-sakit yang berhubungan dengan keefektifan koping yang dilakukan untuk memelihara kemampuan beradaptasi. 2. Komponen-komponen Dari Adaptasi Komponen adaptasi terdiri dari : a. Adaptasi Fisiologis Adaptasi secara fisiologis adalah menyesuaikan diri secara fisik untuk merespon stimulus dari lingkungan. Respon fisiologis terhadap nyeri persalinan ditujukan dengan peningkatan tekanan darah, pernafasan, nadi, suhu / mual, muntah, ketegangan otot, diaphoresis yang berlebihan, warna kulit (Rotter Pery, 1999). Peningkatan tekanan darah di atas normal dapat menyebabkan resiko terjadinya komplikasi seperti cerebral hemoragi sepelan respirasi rate dapat menyebabkan alkalis respiratoria. Dalam hal ini perawat teladan harus dapat mengamati tanda-tanda bahaya yang timbul. Proses adaptasi nyeri secara fisiologis selama persalinan ditunjukkan dengan penyesuaian di dalam

mempertahankan tanda-tanda vital tersebut tetap dalam keadaan normal sehingga dapat mencegah komplikasi akibat nyeri persalinan (Bobak, 2004). b. Adaptasi Psikologis Adaptasi psikologis adalah penyesuaian diri yang ditujunkan dengan tingkah laku dalam berespon terhadap stimulus dari lingkungan. Respon perilaku yang diamati terhadap nyeri persalinan misalnya vokalisasi yang mengacu pada suara yang dihasilkan mencakup erangan, rintihan, jeritan atau tangisan. Di sisi lain ekspresi wajah dapat memperlihatkan bahwa wanita sedang mengalami nyeri persalinan, antara lain gigi yang dikatupkan, otot rahang mengeras, serta mata yang terpejam erat. Gerakan tubuh seperti sangat gellisah juga perilaku yang berhubungan atau respon terhadap nyeri persalinan (Rosemary Mander, 2003). Beberapa wanita memilih diam dan berbaring di atas tempat tidur serta bersikap tenang dalam menghadapi nyeri selama kontraksi. Proses adaptasi ini berlangsung dengan majunya persalinan serta pengalaman wanita terhadap nyeri sebelumnya. c. Adaptasi Sosial Adaptasi sosial adalah penyesuaian diri yang ditunjukkan dengan kemampuan interaksi sosial antara seseorang dengan orang lain. Selama proses persalinan terutama dalam fase transisi wanita menunjukkan penurunan kemampuan untuk mendengar atau berkontraksi pada semua hal selain melahirkan (vagler, 1999). Komunikasi yang tidak jelas serta perhatian lebih ke arah diri sendiri, merasa terganggu dengan keadaan sekeliling, sulit diajak kerjasama, interaksi dengan orang lain berkurang (Bobak, 2004). Adaptasi ditunjukan dengan kemampuan individu dalam berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya.

3. Beberapa pedoman dalam melakukan teknik adaptasi terhadap nyeri : a. Segera mulai melakukan pada saat awal timbulnya his. b. Sesuaikan dengan tingkat dan kemampuan pasien c. Catat kemampuan ibu dalam beradaptasi terhadap nyeri d. Mengenal kekuatan yang dibutuhkan tergantung dengan kekuatan mengatasi rasa sakit sebelumnya. e. Jka ibu telah berhasil mengatasi nyeri dengan cara tersebut di atas, maka akan mendorong ibu untuk melakukan lagi. Jika perlu laukan variasi teknis.

BAB III KERANGKA KERJA PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kontraksi uterus pada persalinan terasa sakit dan nyeri. Nyeri kontraksi ini dapat mengakibatkan peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis. Perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dan wakna kulit. Selain itu, nyeri persalinan dalam hal ini akibat kontraksi juga berhubungan dengan respon perilaku yang dapat diawali, misalnya vokalisasi, ekspresi wajah, gerakan tubuh dengan verbalisasi. Dalam nyeri persalinan tidak lepas juga sebagai akibat dari sindrom takut-tegang dari ibu dengan teknik relaksasi bernafas dapat membantu ibu merasa rileks, meringankan ketegangan dan mengatasi rasa takut, sehingga dapat menurunkan nyeri yang dirasakan oleh ibu saat persalinan. Adapun tindakan untuk mengurangi rasa nyeri yang timbul yaitu dengan melakukan teknik relaksasi yang dilakukan dengan mengajarkan pada ibu. Skema yang menunjukkan pengaruh teknik relaksasi bernafas terhadap adaptasi nyeri pasien inpartu yaitu :
Hidroterapi Get Distraksi Nyeri Inpartu Kala I Masase Relaksasi bernafas Transcutaneus Nerve Stimulus Respon Adaptasi Nyeri: Fisiologis Psikologis Sosial

Keterangan : : Variabel Independen yang diteliti : Variabel Independen yang tidak diteliti : Variabel antara : Variabel Dependen

B. Hipotesis Ho : Tidak ada pengaruh tekan relaksasi bernafas terhadaop respon adaptasi nyeri pasien inpartu kala I. Ha : Ada pengaruh teknik relaksasi adaptasi nyeri pasien inpartu kala I.

C. Definisi Operaional
Variabel Teknik Relaksasi bernafas Definisi Operasional Suatu Tindakan Skala Variabel Untuk Nominal

mengurangi nyeri pada ibu inpartu kala I dengan cara menarik nafas dalam melalui hidung dan hembuskan

melalui mulut dengan tarikkeluar/tarik keluar/istirahat

tarik-keluar atau tarik keluar atau istirahat tarik tiup

diulangi sepanjang kontraksi.

Variabel
Adaptasi Nyeri

Definisi Operasional
Kemampuan ibu dalam menyesuaikan diri

Kriteria Objektif
Ya : Bila ibu mampu beradaptasi secara

Alat Ukur
Observasi

Skala Variabel
Nominal

secara fisik, psikologis dan sosial terhadap

fisik : TD naik < 1520 % dari TD, tidak gigi tidak tidak

nyeri persalinan.

Psikologis: menjerit,

dikatupkan,

gelisah, dan lain-lain dan sosial : dapat diajak komunikasi,

perhatian tidak ke arah diri sendiri, Tidak : Bila ibu tidak mampu beradaptasi secara

fisik : TDnaik > 15-20 % dari TD awal,

Psikologis : menjerit, gigi dikatupkan,

gelisah dan lain-lain, dan sosial : Tidak dapat diajak

komunikasi, perhatian ke arah diri sendiri.

You might also like