You are on page 1of 34

SUPERVISI DAN KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Pendidikan

Di susun Oleh : Candra Arif Subekti Ela Destiyana Sharif Bagus P Rizal Bayu Efendi Niken Tria Pratiwi 12104244041 12104244052 12104244053 12104244054 12104244055

Psikologi Pendidikan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman peserta didik, namun lebih diarahkan pada pembentukan sikap, perilaku dan kepribadian peserta didik, mengingat perkembangan komunikasi, informasi dan kehadiran media cetak maupun elektronik tidak selalu membawa pengaruh positif bagi peserta didik. Tugas pendidik dalam konteks ini membantu mengkondisikan pesera didik pada sikap, perilaku atau kepribadian yang benar, agar mampu menjadi agents of modernization bagi dirinya sendiri, lingkungan, masyarakat dan siapa saja yang dijumpai tanpa harus membedakan suku, agama, ras dan golongan. Pendidikan diarahkan pada upaya memanusiakan manusia, atau membantu proses hominisasi dan humanisasi, maksudnya pelaksanaan dan proses pendidikan harus mampu membantu peserta didik agar menjadi manusia yang berbudaya tinggi dan bernilai tinggi (bermoral, berwatak, bertanggungjawab dan bersosialitas). Untuk mewujudkan capaian tersebut, implementasikan pendidikan harus didasarkan pada fondasi pendidikan yang memiliki prinsip learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Guna mencapai semua itu maka dalam pelaksanaan tugas pendidik perlu adanya supervise, maksud dari supervisi di sini adalah agar pendidik mengetahui dengan jelas tujuan dari pekerjaannya dalam mendidik, mengenai apa yang hendak dicapai dari pelaksanaan pendidikan tersebut. Serta mengetahui pula fungsi dari pekerjaan yang pendidik lakukan. Ini tidak lain membantu pendidik agar lebih fokus pada tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan dan menghindarkan dari pelaksanaan pendidikan yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi. Pengawasan bertanggung jawab terhadap keefektifan program itu. Oleh karena itu, supervisi haruslah meneliti ada atau tidaknya kondisi-kondisi yang akan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Setelah kita mengetahui realita yang terjadi seperti yang sudah tersebut di atas, maka diperlukan sebuah penjelasan secara rinci dan mendetail tentang supervisi pendidikan agar para pendidik dapat memahami betapa perlu dan pentingnya supervisi pendidikan itu.

B. Rumusan Masalah

1. Pengantar dan Pengertian Supervisi? 2. Sejarah Supervisi Pendidikan? 3. Perkembangan konsep supervisi? 4. Tujuan dan prinsip-prinsip supervisi? 5. Tekhnik-tekhnik supervisi? 6. Bidang garapan supervisi? 7. Kompetensi dasar supervisor dan pendekatan supervisi? 8. Langkah-langkah supervisi? 9. Instrument pengamatan pada proses belajar mengajar? 10. Supervisi dalam manajemen berbasis sekolah? 11. Peran supervisi dalam evaluasi program pendidikan? 12. Kepemimpinan Pendidikan?

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGANTAR DAN PENGERTIAN SUPERVISI Beberapa istilah yang sama pengertiannya akan tetapi berbeda tujuannya adalah inspeksi, penilikan, pengawasan pemeriksaaan dengan supervisi. Keempat istilah pertama yang sama penekanannya. Inspeksi mengandung arti memeriksa dengan melihat kekurangan dan kesalahan. Penilikan hampir sama dengan pemeriksaan yaitu melihat suatu kegiatan agar diketahui sebagaimana apakah telah mencapai tujuan. pengawasan mengandung arti melakukan pengamatan agar pekerjaan yang dilakukan dari apa yang telah ditentukan. Oarang-orang yang melakukannya disebut korektor, pengawas dan penilik. Supervisi merupakan istilah baru yang menunjuk pada suatu pengawasan tetapi lebih manusiawi. Dalam kegiatan ini pelaksanaannya bukan mencari kesalahan akan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinaan agar pekerjaan yang diawasi diketahui kekurangannya, bukan semata-mata kesalahannya, tetapi diberi tahu bagaimana cara meningkatkannya, dan membicarakan bersama bagaimana mengatasi kekuarangan tersebut. Ada banyak keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki guru menyebabkan kualitas layanan menjadi rendah. Latar belakang pendidikan, tidak dapat dipungkiri ada banyak kasus di sekolah guru yang mengampu suatu mata pelajran yang bukan vaknya, keterbatasan fisik, kondisi psikologis guru, pengalaman/pemahaman tentang lembaga, pengalaman bekerja, kekurangmampuan melakukan adaptasi dengan adanya perubahan (metode, kebijakan, teknologi) menyebabkan kualitas layanan menjadi rendah. Jangan sampai tercipta suatu kondisi dimana sekolah hanyalah merupakan lembaga formalitas, bukan sebagai agen pembaharu, transmitter dan mandiri. Melihat perkembangan lingkungan yang semakin cepat lingkungan harus senantiasa up to date dalam menyikapi perubahan-perubahan. Supervisi bertujuan meningkatkan kualitas dan kinerja. Dengan bimbingan dan bantuan, kualitas professional guru dan lembaga akan senantiasa bisa dijaga dan ditingkatkan. Jadi dalam hal ini, peran supervisi dalam proses pengelolaan pendidikan menduduki peran yang penting. Supervisi merupakan aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin / supervisor berkaitan dengan peran kepemimpinan yang diembannya dalam rangka menjaga kualitas produk yang dihasikan lembaga. Supervisi terjadi di semua level pendidikan, di tingkat pusat, regional, sampai dengan unit satuan terkecil. Kalau dikomparasikan dengan proses pendidikan itu sendiri, supervisi terjadi di segmen input, proses dan output.

Kata supervise di lapangan kurang begitu popular untuk didefinisikan makna dan pengertiannya, kita sudah sedemikian familiar dengan kata pengawas, mandor, atau inspektur. Dan akibatnya, implementasi supervisi di ranah pendidikanpun terjangkiti makna pengawas, mandor dan inspeksi tadi. Memang fenomena di atas tidak bisa diingkari, karena trend jargon supervisi itu sendiri memerlukan banyak waktu untuk bisa familiar di tengahtengah masarakat. Ada 7 jenis konsep supervisi yang bisa kita temukan sampai dengan abad 20 lalu, yaitu : 1. Supervisi yang berpajan (berfokus) pada administrasi. 2. Supervisi yang berpajan pada kurikulum. 3. Supervisi yang berpajan pada pengajaran. 4. Supervisi yang berpajan pada human relation. 5. Supervisi yang berpajan pada manajemen.. 6. Supervisi yang berpajan pada kepemimpinan.

Piet A. Sehertian mendefinisikan supervisi sebagai suatu usaha layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran (2000:19). Jelaslah bahwa dala penerapannya, supervisi merupakan suatu bentuk bimbingan professional dalam rangka perbaikan suasana belajar mengajar melalui guru. Supervisi berjalan ketika pertama kali guru direkrut sampai dengan ia dipensiunkan. Berawal dari proses orientasi pegawai bam, guru dikenalkan denngan segala bentuk informasi yang berkaitan dengan kelembagaan, pekerjaan dan pengembangan diri. Ketika ia sudah melewati masa orientasi, masuk ke tahapan bekerja yang sesungguhnya, proses supervise terus dilakukan. Kinerja dan semua sepak-terjang guru dipantau, dinilai dan ditindaklanjuti, dan dikembangkan sampai akhirnya ia sampai ke fase klimaks pekerjaa pensiun. Supervisi klinis yaitu suatu bentuk supervise yang difokuskan pada peningkatan mengajar melalui sarana siklus yang sistematik dalam perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif yang cermat tantang penampilan mengajar yang nyata serta bertujuan mengadakan penumbuhan dengan cara yang rasional. Menurut arti katanya, istilah klinis dikaitkan dengan klinik dalam kedokteran, yaitu tempat orang sakit yang datang ke dokter minta diobati. Dalam supervise klinis guru disamakan dengan orang sakit, karena mempunyai masalah yang harus dicari penyelesaiannya, sedangkan pengawas disamakan dengan dokter yang dapat memberikan obat. Dalam pelaksanaan supervise klinis ini person guru yang merasakan adanya masalah, aktif menyampaikan masalah kepada kepala sekolah atau pengawas. Ketika mendengarkan masalah tersebut, baik kepala sekolah

maupun pengawas bertindak sebagai orang tua atau yang dituakan, mendengar dengan baik keluhan guru tersebut. Perlu diinggat oleh kepala sekolah maupun pengawas bahwa penting untuk menjaga dengan baik terciptanya situasi tentram dan santai sehingga hubungan akrab antar mereka tetap baik. Perbedaan dokter dan pengawas adalah jika pengawas memberikan kesempatan kepa guru untuk meencoba mencari alternative penyelesaian masalahnya sendiri yang disimpulkan dan dikonsultasi dengan pengawas yang menjadi pembinanya, tidak seperti dokter yang langsung memberikan obat.Melalui diskusi itulah pengawas memberikan pembimbingan. Dengan demikian guru dipandang sebagai individu mandiri yang mampu memecahkan masalahnya sendiri setelah mendapatkan bantuan dari pengawas. Sehingga supervise klinis diaartikan sebagai berikut : Supervisi adalah suatu proses membantu guru memperkecil ketidaksesuaian (kesenjangan) antara tingkah laku pengajar yang nyata dengan tingkah laku mengajar yang ideal Selanjunya pendapat ini digabungkan dengan pengertian supervise menurut R. Walter diperoleh pengertian supervise klinis sebagai berikut : Supervisi klinis adalah proses pembimbingan dalam pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan professional seoraang guru (juga guru yang sudah dalam tugas mengajar), khususnya dalam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut.

B. SEJARAH SUPERVISI PENDIDIKAN Pemaknaan istilah supervisI dan peran yang harus diperankan oleh supervisor pendidikan telah berkembang lama. Selama itu supervisi sekolah beorientasi pada guru (teacher oriented) dan fungsi administrative. Selama abad 18 dan 19-an, supervisi berbentuk inspeksi. Sekolah yang mempeloporinya adalah sekolah-sekolah di Amerika. Badan ini terdiri dan dari perwakilan masyarakat. Proses pengawasan oleh masyarakat itu diilhami oleh ditempatkannya suatu dewan perkembangan di gereja untuk mengawasi pengelolaan keagamaan dan berkembang menjadi control dan inspeksi masyarakat. Hubungan antara inspektur dengan guru terkesan kaku dan menghukum dengan adanya kegiatan yang bersifat telling, directing dan judging. Kadang bisa mengakibatkan guru dipecat. Pada perkembangan berikutnya peran dan fungsi supervisor sebagai wakil dan bekerja langsung di sekolah, dewan sekolah dan akhirnya hanya beorientasi pada hal yang umum seperti konstruksi bangunan dan pendapatan sekolah.

Di awal abaad ke-20an, inspeksi sekolah hanya dilakukan untuk mensupervisi guru dikelas. Supervisor masuk kelas, melihat proses belajar mengajar dan memeriksa perispanpersiapan mengajar. Supervisi sekolah pada tahun 1940 sampai dengan pertengahan decade berikutnya lebih berpajan pada proses daripada produk. Supervisor lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membantu para guru bukannya sebagai peneliti kinerja guru. Di awal tahun 1960-an supervisor menjadi ahli bidang mata pelajaran. Tugas supervisor adalah menginterpretasikan kurikulum dan mengorganisir material, mmelibatkan guru dalam menghasilkan program sekolah, serta berperan sebagai resource peson bagi guru-guru di kelas. Di akhir 1960-an tujuan sekolah-sekolah 1850-1910 1910-1920 1920-1930 1930-1955 1955-1965 1965-1970 1970-1980 1980Inspeksi dan Peningkatan Supervisi Saitifik Supervisi Birokratis Supervisi Kooperatif Supervisi sebagai pengembangan kurikulum Supervisi Klinis Supervisi sebagai manajemen Pengelolaan pengajaran

C. PERKEMBANGAN KONSEP SUPERVISI Istilah supervise berasal dari bahasa inggris super artinya diatas dan vision artinya melihat, secara keseluruhan artinya melihat dari atas. Maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pengawas sebagai pejabat yang berkedudukan di atas atau lebih tinggi dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru. Dalam pengertian lain, supervise merupakan peningkatan makna dari inspeksi yang berkonotasi mencari-cari kesalahan. Kesan seperti itu sangat kurang tepat dan tidak sesuai dengan jaman reformasi. Supervisi adalah kegiatan mengamati, mengidentifikasi mana hal-hal yang sudah benar, mana hal-hal yang belum benar dan mana yang tidak benar dengan maksud agar bisa mencapai tujuannya, yaitu memberikan pembinaan baik kepada guru maupun kepalaa sekolah. Inti supervise adalah melakukan pembinaan kepada sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya agar kualitas pembelajaran dapat meningkat. Dampak meningkatnya kualitas pembelajaran, tentu dapat meningkat pula kualitas belajar siswa dan itu berarti meningkatlah kualitas lulusan sekolah itu. Ditinjau dari objek yang diamati dapat dibedakan menjadi tiga macam supervisi, yaitu :

1.

Supervisi akademik yang menitikeratkan pada masalah akademik, langsung berkaitan dengan lingkup pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses belajar.

2.

Supervisi administrasi yang menitikberatkan pada aspek-aspek admisitrasi yang berfungsi sebagai pendukung terlaksananya pembelajaran. Karena yang menjadi titik berat pencatatan dan layanan itulah maka lebih tepat jika disebut supervise administrasi.

3.

Supervisi lembaga, yang menitikberatkan pengamaatan pada seluruh sekolah sebagai lebuh lembga pendidikan. Lingkupnya bukan tertuju langsung pada mutu layanan adinistrasi saja tetapi pada mutu lembaga, pada nama baik seluruh sekolah tersebut.

Dari no 1, 2, 3 diatas seluruhnya disebut supervise pendidikan. Dengan memahami pengertian tersebut maka pertanggungjawaban supervise akademik guru, penanggungjawab supervise administrasi adalah tenaga administrasi, sedangkan penanggungjawab supervise lembaga adalah kepala sekolah dan para wakilnya. Makna pertanggungjawaban di sini bukan berarti bahwa yang disupervisi untuk setiap jenis kegiatan supervise hanya pertanggungjawabannya, tetapi mempunyai makna bahwa pihak yang mempunyai tanggungjawab tersebut memikul beban terberat bagi terciptanya kualitas masing-masing lingkup. Untuk supervise akademik tanggungjawab terberat terletak pada guru, supervise administrasi pada kepala kantor tata usaha, supervise lembaga ada pada kepala sekolah. Ada kegiatan lain yang mengarahkan kepada seluruh aspek yaitu akreditasi. Objek keduanya sama yaitu semua aspek diseluruh lembaga. Yang membedakan antara supervise dan akreditasi adalah pelaku dan waktu pelaksanaannya. Supervisi dilakukan oleh orang yang ada di dalam madrasah dan dari luar yaitu pengawas secara terus-menerus. Sedangkan akreditasi dilakukan oleh tim dari luar dan dalam waktu tertentu. Tujuannya sama, yaitu meningkatkan kualitas lembaga baik parsial maupun keseluruhan. Dengan kata lain, yang menjadi objek supervisi akademik, supervisi administrasi, supervise lembaga dan akreditasi sama, tetapi lingkup dan harapan berbeda. Objek supervise dan akreditasi adalah sama, meliputi enam macam, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Siswa Ketenagaan Kurikulum Sarana dan prasarana Pengelolaan Lingkungan dan situasi umum.

Berikut adalah bagaimana perbedaan dalam penerapan dan contohnya : 1. Komponen siswa a. Supervisi akademik

1) Perhatian siswa dalam pembelajaran 2) Cara siswa menjawab pertanyaan guru b. Supervisi administrasi 1) Daftar hadir siswa 2) Denah pengurus kelas c. Supervisi lembaga dan akreditasi 1) Perbandingan banyaknya siswa yang mendaftar dengan yang diterima 2) Prestasi siswa dalam lomba olah raga antar kabupaten 2. Komponen ketenagaan a. Supervisi akademik 1) Gaya mengajar guru ketika melakukan demonstrasi IPA 2) Kemampuan guru dalam memberikan contoh b. Supervisi administrasi 1) Kualitas persiapan mengajar 2) Ketepatan waktu guru hadir di kelas d. Supervisi lembaga dan akreditasi 1) Kesesuaian antara latar belakang pendidikan guru dengan mataa pelaajaaran yang diajarkan 2) Banyaknya guru tetap bantuan pemerintah dan guru honorer yang ada di sekolah tersebut 3. Komponen kurikulum a. Supervisi akademik 1) Keteptan metode dan pokok bahasan 2) Urutan materi yang disajikan kepaada siswa b. Supervisi administrasi 1) Pengisian buku catatan pelaksanaan pembelajaran 2) Jadwal pelajaran untuk kelas tertentu c. Supervisi lembaga dan akreditasi 1) Keberadaan buku perangkat kurikulum 2) Jadwal pelajaran untuk seluruh kelas di sekolah 4. Kmponen sarana dan prasarana a. Supervisi akademik 1) Pemanfaatan alat peraga dalam proses pembelajaran 2) Banyak buku sumber penunjang pokok bahasan tertentu b. Supervisi administrasi 1) Kenyamanan ruang kelas 2) Banyak judul buku per bidang studi

c. Supervisi lembaaga dan akreditasi 1) Banyaknya ruang kelas dibandingkan degan rombongan belajar 2) Keberadaan gedung dan pengaturan barang simpanaan 5. Komponen pengelolaan a. Supervisi akademik 1) Pengaturan tempat duduk siswa di kelas 2) Pengelompokan siswa dalam mengerjakan tugas b. Supervisi administrasi 1) Penunjukan wali kelas 2) Jadwal pelajaran kelas tertentu c. Supervisi lembaga dan akreditasi 1) Keeratan hubunngan kepala sekolah dengan guru 2) Keteraturan siswa ketika melaksanakan praktikum 6. Komponen lingkungan dan situasi umum a. Supervisi akademik 1) Ketertiban siswa selamaa mengikuti pembelajaran 2) Keteraturan siswa selama melaksanakan praktikum b. Supervisi administrasi 1) Suasana di luar kelas ketika berlangsung ulangan umum 2) Kenyamanan ruang ujian c. Supervisi lembaga dan akkreditasi 1) Kehidupan halaman sekolah 2) Suasana keagamaaan sekolah

Catatan : 1. Dalam komponen kurikulum dan komponen pengelolaan terdapat contoh yang sama, yaitu : a. Jadwal pelajaran kelas tertentu b. Jadwal pelajaran kelas seluruh sekolah Kedua contoh tersebut menunjukan bahwa satu aspek mengandung dua hal. Pengaturan pelaksanaan elajaran yang berupa jadwal pelajaaran, ditinjau dari materi yang diatur adalaah pelaksanaan kurikulum, tetapi ditinjau dari kegiatannya, yaitu pengatura dalam aspek pengelolaaan.Kejadian seperti itu bukan hanya yang dicontohkan. Beberapa aspek lain mungkin terjaadi demikian, yaitu dapat ditinjau dari dua atau lebih komponen.

2.

Contoh supervise lembaga dan akreditasi disajikan menjadi satu. Cara seperti itu menunjukan bahwa memang objek supervise lembaga dan akreditasi sama tetapi perilaku kegiatannya berbeda a. Supervisi lembaaga dilakukan oleh pengawas, kepaa dan staf sekkolah yang lain. Pelaksanaannya dapat kapan saja, rutin atau berkala, sesuai dengan kebutuhan lembaga. b. Akreditasi dilakukan oleh tim dari luar lembaga. Pelaksanaannya sudah ditentukan waktunya, yaitu beberapa tahun seklai secara berkala.

D. TUJUAN DAN PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI Dalam pembelajaran ini akan difokuskan pada guru sehingga seperti difokuskan dalam buku pedoman administrasi dan supervise disebutkan bahwa : Tujuan supervisi adalah mengambangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui pembinaan dan peningkatan profesi belajar. Sesuai tujuan di atas maka dalam tataran praktis, supervise dilakukan untuk : 1. 2. 3. 4. 5. Menginternalisasikan tujuan pendidikan yang diselenggarakan Mengintroduksi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan siswa Peningkatan etos, produktivitas, dan efisiensi kerja Peningkatan profesionalisme Demokratisasi Menilik dari tujuannya adalah mengembangkan situasi belajar mengajar melalui pembinaan maka kegiatan ini dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut : 1. Ilmiah (scientific) yaitu : a. Sistematis, artinya dilakukan secara teratur, berencana dan kontinyu b. Objektif, artinya bukan didasarkan atas prasangka tetapi atas data yang objektif c. Menggunakan instrument yang baik untuk mengumpulkan data atau informasi yang diteliti atau dicermati 2. Demokratis, yaitu atas dasar musyawarah, mengandung jiwa kekeluargaan yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain 3. Kooperatif, yaitu dilakukan dalam situasi kerjasama, bertujuan mengembangkan usaha bersama untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik 4. Konstruktif dan kreatif, yaitu membina inisiatif guru serta mendorong untuk aktif dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang baik 5. Terbuka, yaitu bahwa kegiatan supervise dilakukan tanpa mengandung unsur sembunyi-sembunyi, tetaapi dilakukan dengan terbuka dan terus terang dengan pemberitahuan terlebih dahulu

6. Komprehensif, yaitu sarana yang lengkap mulai dari kepala sekolah, guru-guru, tatausaha, (ditinjau dari pelaksanannya) dan meliputi semua aspek yaitu kurikulum, sarana, ketatalaksanaan, keuangan, kesiswaan dan humas

Kegiatan dalam supervise dengan prinsip-prinsip yang telah disetujukan ini didalam praktek seringkali terdapat penyimpangan-penyimpangan antara lain ; Supervisi dilaksanakan seperti pekerjaan evaluasi semata-mata, sehingga sering tidak disukai oleh personil-personil yang disupervisi, bahkan cenderung ditolak (walapun tidak langsung) Titik tolak supervise tidak dimulai dari personil yang disupervisi tetapi mulai dari keinginan supervisor sehingga personil tersebut kurang merasakan manfaatnya Terdapat celah antara supervisor dengan personil yang disupervisi dalam arti bahwa supervisor masih kelihatan seperti atasan yang sedang melakukan penilaian terhadap kecakapan mengajar personil yang disupervisi tersebut Sasaran pengamatan masih terlalu umum atau jika diberikan tidak dilakukan dengan segera Bentuk umpan balik diberikan (jika ada) bukan merupakan saran-saran kebaikan tetapi merupakan celaan-celaan yang ditemukan oleh supervisor tanpa melibatkan personil yang disupervisi Aliran baru yang mengemukakan kegiatan supervise klinis, mengaju prinsipprinsip yang merupakan ciri-cirinya sebagai berikut : o o Dalam supervise klinis terdapat hubungan yang intim (kolegial) antara supervisor dan personil yang disupervisi Prakarsa kegiatan supervise dapat dating dari personil yang disupervisi apabila personiol o tersebut merasa butuh untuk meninggalkan kemampuan

profesionalnya Sebelum kegiatan supervise dimulai, klien mengajukan keinginannya mengenai aspek yang ingin ditingkatkan, misalnya cara mengajukan pertanyaan kepada siswa yang lambat di kelas. Cara menyampaikan jawaban siswa kepada siswa lain, cara memimpin diskusi kelas, cara menutup pelajaran dan sebagainya Pengamatan dilakukan oleh supervisor dengan teliti dengan secara langsung (bukan melalui rekaman video) dan menggunakan instrument pengamatan yang sudah disepakati bersama diatas klien Data hasil pengamatan didiskusikan dengan klien segera setelah klien tersebut setelah selesai menjalankan praktek sehingga kelemahan-kelemahan yang dilakukan dapat segera diketahui dan dianalisis sebab-sebab serta cara menanganinya

Umpan balik diberikan dalam bentuk nasehat atau saran yang dikemukakan dengancara kekeluargaan, bukan secara instruktif.

E. TEKNIK-TEKNIK SUPERVISI Walaupun supervisi klinis sudah diketemukan dan sangat baik (ideal) namun hal tersebut sukar dilakukan karena memerlukan keahlian tersendiri serta tenaga secara khusus yang tentu saja akan memakan banyak waktu. Oleh karena itu, adapun teknik-teknik yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Kunjungan kelas (classroom visitation) dibedakan atas : a. Kunjungan yang dilakukan dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada guru yang akan disupervisi. b. Kunjungan insidental yang dilakukan tanpa memberitahukan terlebih dahulu. c. Kunjungan yang dilakukan dengan memberikan undangan dari guru yang bersangkutan. 2. Observasi kelas (classroom observation) yaitu kegiatan yang dilakukan dengan cara menunggu guru (calon guru) yang sedang mengajar di kelas mulai dari awal hingga akhir pelajaran. Observasi kelas inilah kegiatan supervisi yang paling sistematis dan teliti karena semua gerak-gerik guru yang sedang mengajar tidak ada yang terlewat untuk diamati. 3. Percakapan pribadi (individual conference) yaitu diskusi yang dilakukan oleh sekelompok guru (pada umumnya guru yang memegang bidang studi yang sama), baik yang terencana maupun incidental. Manfaat dari diskusi ini antara lain : a. Saling tukar menukar pengalaman tentang cara-cara mengatasi kesulitan dalam mengajar. b. Saling tukar menukar informasi tentang cara-cara baru yang mereka peroleh agar pengajaran dapat berlangsung lebih efektif. c. Saling melengkapi sumber bahan mengajar, alat pelajaran atau sarana lain. d. Mengurangi keragu-raguan guru dalam menghadapi kelasnya. e. Mempercepat korps guru. f. Menyamakan pengertian mereka tentang kebijaksanaan yang dikeluarkan oleh pemerintah 4. Saling berkunjung-mengunjungi (intervisitation) a. Calon guru atau guru baru menunggu guru yang sedang memberikan pelajaran, contoh : les. b. Seorang guru yang menemui kawannya yang sedang mengajar untuk menambah pengalaman mengajarnya.

5. Musyawarah atau pertemuan Pertemuan yang diadakan oleh atasan atau atas prakarsa para guru sendiri. Sejak tahun 1979 Pusat Kurikulum dan Sarana Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan ( BALITBANGDIKBUD) mencoba supervisi yang disebut dengan proyek supervisi di Cianjur. Ada dua hal yang menonjol dalam proyek ini : a. Adanya keikutsertaan secara simultan antara guru, kepala sekolah dan penilik sekolah dalam penataan atau dalam penyampaian informasi tentag kebijakan pemerintah sehingga semua komponen tersebut memiliki pemahaman yang sama. b. Adanya pertemuan rutin antara guru, kepala sekolah dan penilik tersebut untuk membicarakan masalah-masalah yang sedang dihadapi dan cara

pemecahannya. Pertemuan ini dinamakan kelompok kerja guru (KKG) yang terdiri dari 7 atau 8 sekolah dan mengadakan pertemuan setiap minggu. Apabila dalam pertemuan tersebut ada masalah yang tidak dapat dipecahkan bersama, maka masalah tersebut dibawa ke pertemuan yang lebih luas cakupannya yaitu PKG (Pertemuan Kerja Guru) yang diadakan setiap 4 bulan dan dihadiri oleh 3 atau 4 KKG. 6. Supervisi yang dilakukan dengan media, dengan tujuan pengalaman mereka khususnya menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan pelajaran. Medianya dapat berupa brosur, pengumuman, bulletin, edaran, kaset, majalah dan sebagainya. 7. Pusat sumber belajar (learning resource center) adalah suatu lembaga yang menangani persediaan, pelayanan semua jenis pelajaran bukan hanya meminjamkan tetapi juga membuatkan, memberi bimbingan dalam mempelajari cara mengajar, membuat persiapan tertulis, perekaman dan sebagainya. 8. Validasi teman sejawat adalah salah satu jenis supervisi yang dilakukan oleh teman sejawat (sesama guru, lembaga, dan orang-orang yang telah berkecimpung didalam profesi ke pendidikan). Jenis kegiatan supervisi ini telah dicobakan di Indonesia sejak tahun 1979 dan saat ini telah dilaksanakan di sekolah pendidikan guru.

F.

BIDANG GARAPAN SUPERVISI Implementasi di lapangan yang harus dilakukan oleh supervise dalam rangka

perbaikan situasi belajar untuk menciptakan kualitas belajar adalah : 1. Memfasilitasi Pengembangan Sumber Daya Manusia Manusia sebagai modal lembaga dalam mencapai tujuan perlu dipelihara dan diberdayakan dengan baik.Berharganya sumber daya manusia diukur dari kinerja yang dihasilkannya. Salah satu penentu level kinerja manusia adalah pengetahuan,

ketrampilan, dan nilai yang ia miliki. Dalam hal ini, supervisi sebagai suatu upaya layanan professional dalam bidang pendidikan, harus berupaya mampu menciptakan suatu kondisi yang kondusif bagi pengembangan sumber daya manusia. Ada banyak bentuk upaya pengembangan sumber daya manusia pendidikan yang bias digunakan untuk memberdayakan sumber daya manusia. Mulai dari yang sifatnya pendidikan dan latihan, sampai dengan pendidikan moral dan motivasi serta perlakuan humanis bias digunakan dalam upaya pengembangan manusia. Dalam hal ini, seorang supervisor harus mampu mempersiapkan dan memilih upaya yang efektif dalam mengembangkan sumber daya manusia dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. 2. Mendesain dan mengembangkan kurikulum Kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan layanan dan produksi pendidikan memiliki peranan yang penting dalam penciptaan produk pendidikan yang berkualitas, marketable, kompatibel, inovatif, kompetitif, dan produktif. Upaya supervisi diharapkan harus mampu memberikan jalan yang lurus untuk pencapaian hal tersebut dengan cara mendesain dan mengembangkan kurikulum secara baik dan benar. 3. Meningkatkan kualitas pembelajaran kelas Seorang supervisor ditantang untuk melakukan perubahan-perubahan

proporsional dan inovatif dalam rangka perbaikan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan guru.Ia harus bersedia memfasilitasi bahan dan sarana/prasarana pembelajaran sampai quality control layanan pendidikan. Semua aktivitas supervisi harus condong ke upaya peningkatan kualitas pembelajaran. 4. Menggairahkan interaksi humanis Interkasi yang humanis dituntut tercipta di lingkungan sekolah. Suasana yang harmonis dan humanis diantara staf akan mendukung produktivitas, efektivitas, dan evisiensi capaian. Dalam hal ini, seorang pengawas harus berupaya menciptakan kondisi yang ideal dan diharapkan ia tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan upaya tersebut. Seorang supervisor jangan menjadi sumber konflik diantara staf.Jika suasana tidak harmonis tercipta di antara staf sekolah, maka supervisor harus berupaya untuk menciptakan jembatan-jembatan kesenjangan komunikasi humanis di antara staf sekolah dan harus memiliki inisiatif untuk menciptakan jalinan komunikasi yang efektif dan humanis di antara warga sekolah. 5. Melaksanakan fungsi-fungsi administratif Pada intinya, peran supervise built in dengan kepemimpinan. Supervisi merupakan mesin yang menggerakkan semua aspek-aspek administratif pencapaian tujuan. Mulai dari merencanakan, mengorganisir, sampai dengan pengawasan harus

ia jalankan. Seorang pemimpin harus memiliki peran supervisi.Ia memiliki otoritas dan kewenangan untuk melakukan upaya-upaya supervisi. G. KOMPETENSI DASAR SUPERVISOR DAN PENDEKATAN SUPERVISI Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh supervisor dalam melaksanakan tugasnya, yakni : 1. Human Relation 2. Administrasi 3. Evaluasi Kunci sukses pembimbingan dan bantuan profesional kepada guru-guru terletak pada proses interaksi antar sesama. Komunikasi efektif merupakan media ketrampilan human relations.Pesan perlakuan profesional sehebat apapun tidak akan sampai jika pesan tersebut tidak sampai secara efektif ke guru-guru. Pesan akan sampai ke communican jika proses interaksi (baik langsung maupun tidak langsung) terjadi. Kemampuan administratif adalah alat penting dalam mengelola lembaga agar bisa berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan pendidikan.Seorang supervisor harus memiliki kemampuan bagaimana merencanakan, mengorganisir personel dan sumber daya lainnya, menggerakkannya serta mengawasi. Supervisor adalah seorang pemimpin, dia harus tahu apa yang harus dilakukan untuk membawa orang-orang dan lembaga dalam rangka pencapaian tujuan. Kepemimpinan dan administrasi bagaikan ruh dan jasadnya. Kemampuan evaluasi diperlukan berkaitan dengan peran supervisor sebagai pembimbing dan pembantu pertumbuhan profesionalitas guru-guru.Untuk itu diperlukan informasi dan bahan-bahan yang tepat mengenai akar permasalahan yang ditemui guruguru. Dalam pelaksanaannya, proses supervisi meliputi banyak pendekatan yaitu : 1. Supervisi artistik. Menurut pandangan ini, proses supervisi merupakan suatu hal yang tidak bisa dijelaskan secara rasional. Kreativitas supervisor memiliki peran yang dominan di dalam memperbaiki kualitas pelayanan pendidikan. 2. Supervisi saintifik. Proses supervisi yang dilaksanakan haruslah berdasarkan empirical evidence, sistematis dan ilmiah. Segala hal harus berdasarkan fakta dan data. Dalam implementasinya, segala aktivitas supervisi harus berdasarkan atas hasil penelitian. 3. Supervisi klinis. Pendekatan ini mengajarkan bagaimana guru dikenalkan dengan ilmu dan ketrampilan didaktik-metodik yang baik dan benar, mengadministrasi pengajaran. Supervisi klinis diterjemahkan sebagai suatu proses bimbingan dan

bantuan yang diberikan dalam rangka memperbaiki ketrampilan guru dalam mengajar di kelas. H. LANGKAH-LANGKAH SUPERVISI Supervisi dalam arti sempit yaitu supervisi yang dilakukan terhadap dan untuk meningkatkan ketrampilan mengajar, baik dilakukan kepada calon guru (biasanya di dalam program micro-teaching) atau guru-guru yang sudah bekerja. Untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal maka dilalui langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pertemuan pendahuluan Adapun yang dilakukan dalam pertemuan pendahuluan ini adalah : a. Menciptakan suasana kekeluargaan yang intim antara guru dengan supervisor (establish rapport) agar komunikasi selama kegiatan dapat berlangsung secara efektif. b. Membuat kesepakatan (contract) antara guru dengan supervisor tentang aspek proses belajar mengajar yang akan dikembangkan dan ditinggalkan, misalnya khusus ketrampilan bertanya, cara memotivasi siswa dan sebagainya. Jadi dalam pertemuan pendahuluan ini disepakati bersama mengenai : 1. Sasaran atau ketrampilan mengajar yang akan diamati secara cermat oleh supervisor. 2. Strategi observasi yang akan dilaksanakan. 3. Panduan atau instrument observasi yang akan digunakan.

4. Kriteria atau tolak ukur yang akan digunakan dalam pengisian observasi. 2. Perencanaan oleh guru dan supervisor Pada langkah kedua dibuat perencanaan pelaksanaan observasi dan dirundingkan beberapa hal yaitu : a. Persiapan mengajar tertulis yang sudah dibuat terlebih dahulu untuk dibicarakan kekurangan-kekurangan yang mungkin masih perlu dibenahi serta membicarakan bagian dari persiapan tertulis tersebut yang akan mendapat perhatian khusus. b. Persiapan media atau alat-alat pelajaran yang akan digunakan sekaligus strategi penggunaannya. c. Cara-cara mencatat atau perekaman data yang akan digunakan oleh supervisor serta arah pengambilan data. 3. Pelaksanaan latihan mengajar dan observasi Pada waktu ini guru mengajar dan supervisor melakukan pengamatan secara cermat dengan menggunakan instrument observasi. Ada beberapa cara dalam melakukan observasi yaitu :

a. Pengamatan dilakukan secara terus menerus selama guru mengajar, tetapi hanya menekankan dan mencatat bagian yang menjadi sasaran saja, sedangkan kegiatan lain dicatat kesan umumnya saja. b. Pengamatan intensif dilakukan setiap selang beberapa menit dan dalam jangka waktu tertentu. Beberapa alternatif yang bisa dilakukan adalah : 1. Periode 5 menit, yaitu mengamati 5 menit, berhenti 5 menit, mengamati lagi 5 menit, berhenti lagi 5 menit dan seterusnya. 2. Periode 10-5, yaitu mengamati 10, berhenti 5 menit, mengamati 10 menit lagi, berhenti 5 menit dan seterusnya. 3. Periode 15-5, yaitu mengamati 15 menit, berhenti 5 menit, mengamati 15 menit, lalu berhenti 5 menit dan seterusnya. 4. Mengamati terus menerus tetapi pencatatan dilakukan setiap 2 menit atau 4 menit. *catatan : dalam menggunakan periodisasi ini apabila ada aspek yang ditekankan, harus dimuati secara terus menerus agar tidak kehilanganjejak. 4. Mengadakan analisis data Dalam hal ini, supervisor mengajak guru untuk mendiskusikan apa yang telah dilaksanakan oleh guru saat mengajar. Suasana kekeluargaan sangat diperlukan dalam diskusi ini agar tidak mudah timbul suasana mengadili terhadap guru. Hal-hal yang perlu didiskusikan adalah : a. Kesenjangan antara apa yang telah direncanakan dengan pelaksanaannya b. Hasil rekaman baik yang dituliskan dalam instrument observasi maupun dalam kaset (apabila rekaman dilakukan dengan foto atau film tentu saja belum dapat diikutkan untuk didiskusikan saat ini). c. Cara atau strategi yang digunakan dalam penyampaian umpan balik. Apabila disepakati bahwa umpan balik disampaikan secara tertulis agar

terdokumentasikan dengan baik maka setelah selesai diskusi analisis data rekaman, supervisor menuliskan kesimpulan akhir untuk umpan balik kepada guru dan jika secara lisan, perlu diatur waktu penyampaian serta siapa saja yang akan diundang. 5. Diskusi memberikan umpan balik Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan umpan balik yang dilakukan oleh supervisor kepada guru yang sedang berlatih meningkatkan ketrampilan mengajarnya.Tujuan kegiatan supervisi adalah memberikan bimbingan agar guru yang disupervisi mendapat peningkatan dalam hal ketrampilan mengajarnya. Sehubungan dengan pemberian umpan balik ada rambu-rambu sebagai berikut :

a. Sesudah latihan selesai, (calon) guru diminta untuk mengungkapkan persepsi (kesan) mengenai kegiatan mengajar yang dia lakukan. b. Supervisor bersama-sama dengan guru menganalisis kegiatan tersebut dan melengkapinya dengan data data hasil pengamatan supervisor. Yang terpenting adalah melatih guru agar dapat melakukan penelitian terhadap diri sendiri. c. Dalam mengidentifikasi hal-hal yang sudah baik dan kekurangan dalam latihan, supervisor tidak boleh menunjuk dengan tegas dank eras secara langsung tetapi melalui pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menggali dan mengorek kelemahan sendiri sehingga akhirnya guru menyadari kekurangannya. d. Hal yang tidak boleh dilupakan oleh supervisor bahwa sekali-kali memberikan ulasan positif, pujian, penguatan, penghargaan terhadap guru agar ada perasaan puas dan bangga kemudian akan tumbuh dengan sendirinya kemauan keras untuk memperbaiki dirinya. Pada akhir diskusi, supervisor bersama guru menarik kesimpulan dari latihan yang baru saja dilakukan yaitu mengenai hal-hal yang sudah berhasil dilakukan dan memperbaiki hal-hal lain yang kurang pada kesempatan berikutnya.

I.

INSTRUMEN PENGAMATAN PADA PROSES BELAJAR MENGAJAR Apabila pengamatan terhadap proses belajar mengajar dilakukan dengan lengkap,

maka kegiatan di lakukan dari tahap persiapan yaitu penyusunan persiapan mengajar (satuan pelajaran), dilanjutkan dengan kegiatan di kelas sejak awal sampai saat terakhir guru meninggalkan ruang kelas, bahkan sampai guru mengoreksi pekerjaan siswa, baik tugas biasa, maupun hasil tes. Kegiatan supervisi bukan hanya dilakukan terhadap keterampilan mengajar saja, tetapi juga kemampuan lainnya yakni sikap professional guru. Supervisi yang dilakukan secara terus menerus tentu akan menghasilkan kemajuan sekolah. Hal ini harus dituju adalah adanya kemampuan dan kesanggupan dari para guru untuk mengadakan penilaian terhadap diri sendiri secara terus menerus. J. SUPERVISI DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (SCHOOL-BASED

MANAGEMENT) Managemen Berbasis Sekolah (MBS) mulai dipopulerkan sejak tahun 1994-an, dan dicobakan di Indonesia sejak tahun 1998. Dalam pelaksanaanya, MBS banyak diterjemahkan seperti juga implementasi otonomi daerah, daerah bisa mengelola semua hal terlepas dari intervensi pusat. Sekolah bebas menentukan standar mutu, kurikulum dan kebijakannya lainnya.

Dalam konteks MBS, sekolah dituntut untuk kreatif mencari pola kerja yang efektif dan berusaha mencapai tujuan pendidikan secara bersama-sama dengan para stake holder. Dalam proses pengelolaan sekolah, semua potensi yang dimiliki sekolah diberdayakan secara optimal. Peran supervisor sebagai konduktor pengelolaan menduduki peran penting. Ia harus mampu meraih semua personal yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan prooses pendidikan ikut terlibat dalam proses pengelolaan pendidikan. Kaitannya dengan SBM, supervisor harus mengupayakan kondisi sekolah berkinerja tinggi dengan tingkat perlibatan semua unsur terkait secara optimal. Dalam hal ini, siupervisor adalah sebagai katalisator dan fasilitator pemberdayaan sekolah sebagai pusat pembuatan keputusan pendidikan. Supervisi yang dilakukan harus mampu menjaga kualitas program yang diusulkan sekolah relevan dengan tujuan pendidikan rassional, rasional dan mendidik. Selain mengawasi implementasi kebijakan-kebijakan yang diturunkan dari pusat, seorang supervisor haarus menjaga relevansi operasionalisasi kurikulum di lapangan, mengawasi pengelolaan sumber-sumber daya dan proses kerjasama sekolah. Dalam SBM, ada beberapa sumber penting yang bias digunakan oleh para pengelola yang seharusnya diperhatikan oleh supervisi-dalam menerapkan pendekatan SBM, yaitu : Kekuasaan, Informasi, Pengetahuan dan Keterampilan, Imbalan. (Diadopsi dari Albers 1994)

K. PERAN SUPERVISI DALAM EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN Efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan bias diketahui, diperbaiki, dan dikembangkan apabila sebelumya dilakukan evaluasi. Tercapai atau tidaknya program pendidikan yang diselenggarakan akan bisa diketahui jika dilakukan evaluasi. Hasilnya, akan menghasilkan keputusan perbaikan dan peningkatan kualitas hasil program pendidikan yang dilaksanakan. Sesuai dengan fungsinya, evaluasi, proses supervisi meliputi penelitian, penilaian, perbaikan dan peningkatan (Ametembum, 1981:25) atas upaya pendidikan yang dilaksanakan. Hasil evaluasi akan menunjukan efektif atau efisiennya suatu program pendidikan. Dalam melakukan tugas, seorang supervisor melakukan dua macam evaluasi, formatif dan sumatif. Bentuk evaluasi formatif ditandai dengan adanya kegiatan evaluasi yang duilakukan supervisor untuk melihat sustainabitas suatu rangkaian kegiatan dengan kegiatan sebelum dan sesudahnya dan tingkat ketercapaiannya, apakah sudah mengaju ketujuan utama? Dalam kegiatan sumatif, supervisor melakukan evaluasi global kegiatan, tidak sekuensial. Semua segmen kegiatan ia evaluasi di akhir kegiatan. Dalam aktivitas mengevaluasi, ada tiga kegiatan besar yang biasanya dilakukan supervisor yaitu : 1. Identifikasi tujuan evaluasi

2. Penyusunan desain dan metodologi evaluasi 3. Pengukuran Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh oleh supervisor dalam melaksanakan proses evaluasi yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Komprehensif, Kooperatif, Kontinyu dan relevan dengan kurikulum, Objektif, Humanis, Aman Aspek-aspek yang dievaluasi oleh seorang supervisor meliputi tiga hal yaitu : 1. Personel, mengacu kepada kemampuan professional, dimensi social, dan individual. 2. Material, berkaitan dengan substansi bahan ajar dan variable pendukungnya. 3. Operasional, berkaitan dengan implementasi proses belajar mengajar dikelas. L. KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

Dasar Dasar Kepemimpinan Pendidikan 1. Pemimpin dan Kepemimpinan Masalah kepemimpinan akan selalu hidup dan digali pada setiap zaman, dari generasi ke generasi guna mencari formulasi sistem kepemimpinan yang actual dan tepat untuk diterapkan pada zamannya. Hal ini mengindikasikan bahwa paradigma kepemimpinan adalah sesuatu yang sangat dinamis dan memiliki kompleksitas yang tinggi. Ada tiga aliran yang sesuai dengan teori lahirnya kepemimpinan.Pertama, teori Genetis yang berpendapat bahwa pemimpin adalah dilahirkan dengan membawa sifat-sifat kepemimpinan sejak lahir yang diperoleh secara genetik dari orangtuanya.Kedua, teori sosial yang berpendapat pemimpin tidak dilahirkan, tidak ada bakat pemimpin.Pemimpin dibentuk melalui pendidikan dan pengalaman.Ketiga, teori ekologis yang berusaha menggabungkan kedua teori ekstrim di atas (teori genetis dan sosial, sehingga aliran ini berpendapat untuk menjadi pemimpin yang berhasil jika memiliki bakat yang dibawa sejak lahir dan pengetahuan serta ketrampilan yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang intensif. Term kepemimpinan lahir sebagai suatu konsekuensi logis dari perilaku dan budaya manusia yang terlahir sebagai individu yang memiliki ketergantungan sosial (zoon politicon) yang sangat tinggi dalam memenuhi berbagai kebutuhannya (homo sapiens). Istilah

pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin pada mulanya berasal dari kata pimpin.Namun demikian ketiganya digunakan dalam konteks yang berbeda. Pemimpin adalah suatu peran dalam system tertentu, karenanya seseorang dalam peran formal belum tentu memiliki ketrampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin.Adapun istilah

kepemimpinan pada dasarnya berhubungan dengan ketrampilan, kecakapan, dan tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang.Oleh sebab itu, kepemimpinan bisa dimiliki oleh orang yang bukan pemimpin. Sedangkan istilah memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara. Berikut beberapa definisi kepemimpinan yang dipandang dapat mewakili substansi konsep kepemimpinan : a. Kemampuan dan kesiapan seseorang untuk mempengaruhi, membimbing dan mengarahkan orang lain agar mereka mau berbuat sesuatu demi tercapainya tujuan bersama. b. Kesiapan dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam proses

mempengaruhi, mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan orang lain (anggota kelompok) agar mereka dengan suka rela menyumbangkan kemampuannya secara maksimal demi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. c. Kemampuan dan ketrampilan seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif ia memberikan sumbangan nyata dalam pencapaian tujuan bersama yang telah ditetapkan. Dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang atau kelompok orang untuk berpikir dan bertindak melalui perilaku yang positif dalam rangka mencapai tujuan bersama secara efektif dan efisien.

2. Tinjauan Singkat Perkembangan Teori Kepemimpinan Teori yang paling tua dalam kajian yang multi dimensi adalah The Trait Theory atau disebut teori pembawaan. Teori ini berkembang pada tahun 1940-an, bertitik tolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh karakteristik.Karakteristik tersebut dengan memusatkan pada karakteristik pribadi seorang pemimpin meliputi bakatbakt bawaan, cirri-ciri pemimpin, factor fisik, kepribadian, kecerdasan, dan ketrampilan berkomunikasi.Menurut teori sifat, untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan oleh kemampuan pribadi dan harus mempunyai sifat yang seharusnya ada pada seorang pemimpin. Sifat-sifat yang seharusnya dimiliki seorang pemimpin antara lain : betaqwa, berwibawa, jujur, cerdas, tegas, tanggap, simpatik, ramah, sopan, berprakarsa, bijaksana, berani, sederhana, berjiwa besar, bertanggung jawab, terpercaya, adil, dan ikhlas.

Pada kenyataannya, tidaklah mungkin seorang pemimpin memiliki secara lengkap semua sifat-sifat yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin.Oleh karenanya, sifat-sifat tersebut lebih tepat sebagai tipe ideal seorang pemimpin.Pada akhirnya teori ini ditinggalkan, karena tidak banyak ciri konklusif yang dapat membedakan antara pemimpin dan bukan pemimpin serta tidaklah mungkin sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang efektif berlaku untuk segala organisasi dalam segala situasi. Teori perilaku atau biasa disebut dengan behaviorist theories. Teori ini lebih terfokus pada tindakan-tindakan yang dilakukan pemimpin daripada memperhatikan atribur yang melekat pada diri seorang pemimpin karena itu akan mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan pemimpin. Gaya bersikap dan bertindak akan nampak dari cara mempengaruhi orang lain. Dengan demikian pendekatan ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa kepemimpinan sangat erat dengan fungsi utama kepemimpinan, yaitu menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan. Ada dua kecenderungan perilaku kepemimpinan yaitu perilaku yang cenderung bersifat konsiderasi dan perilaku yang cenderung bersifat inisiasi.Perilaku kepemimpinan konsiderasi adalah perilaku pemimpin yang berorientasi pada anak buah. Sifat perilaku konsiderasi : ramah tamah, membela bawahan, memikirkan kesejahteraan anak buah, dan lain-lain. Perilaku kepemimpinan inisiasi adalah perilaku pemimpin yang sangat berorientasi dan mementingkan tercapainya tujuan organisasi. Sifat-sifat perilaku kepemimpinan struktur tugas : selalu mengkritik bawahan, selalu memerintah, selalu memberi tahu, standar pekerjaan keras, dan selalu mengawasi anak buah. Perilaku kepemimpinan tenggang rasa dan inisiasi tidak saling bergantung, artinya pelaksanaan perilaku yang satu tidak mempengaruhi pelaksanaan perilaku yang lain. Dari teori ini lahirlah konsep tentang Managerial Grid oleh Robert Blake dan Hani Mouton. Di dalam Managerial Grid terdapat empat gaya kepemimpinan yaitu : (1) Impoverished Management, (2) Country-Club Management, (3) Autocratic Task Managers, dan (4) Team Managers. Impoverished Management atau gaya miskin/tandus yaitu manajemen yang paling rendah (minim) terhadap pekerjaan yang harus dikerjakan dan semangat kerja para bawahan yang bekerja. Country-Club Management atau gaya perkumpulan yaitu manajemen yang penuh perhatian terhadap kebutuhan orang-orang sehingga suasana organisasi menjadi bersahabat dan menyenangkan namun yang terkait dengan pelaksanaan tugas rendah (rileks). Autocratic Task Managers atau gaya tugas adalah manajemen yang sangat menekankan pada pelaksanaan tugas sehingga efektivitas dan efisiensi dapat dicapai namun sedikit perhatian pada unsure manusianya. Team Managers atau gaya tim adalah manajemen yang sekaligus memperhatikan dua unsur yaitu produksi dan manusia, pencapaian tujuan diwujudkan dengan memberikan kepercayaan dan kemerdekaan terhadap orang-orang lewat regulasi tertentu (standar yang ditetapkan).

Pada masa berikutnya teori perilaku dianggap tidak lagi relevan dengan situasi dan kondisi zaman.Timbullah pendekatan Situsional Theory dengan tokoh utamanya Fiedler. Teori ini berpandangan bahwa ada dua hal esensial yang perlu diperhatikan dalam kepemimpinan, yaitu : (1) situasi yang berbeda harus dihadapi dengan perilaku kepemimpinan yang berbeda, dan (2) menentukan gaya kepemimpinan yang paling tepat untuk situasi tertentu. Dengan demikian pemimpin yang baik menurut teori ini adalah pemimpin yang dapat mengubah gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi yang ada dan memperlakukan bewahan sesuai kondisi bawahan yang memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda-beda. Salah satu gaya kepemimpinan yang sangat terkenal dihasilkan dari studi kepemimpinan kontingensi ini yang dikemukakan oleh Hersey dan Balanchart berikut ini: a. Tingkat kematangan rendah yaitu bawahan yang tidak mempunyai kemampuan bekerja dan tidak ada kemauan atau kurang yakin terhadap apa yang akan dikerjakan. b. Tingkat kematangan rendah ke sedang, yaitu bawahan yang tidak mempunyai kemampuan bekerja, tetapi memiliki kemauan untuk melaksanakan tugas (bekerja) memiliki keyakinan terhadap apa yang akan dikerjakan. c. Tingkat kematangan sedang ke tinggi, yaitu bawahan yang mempunyai kemampuan bekerja, akan tetapi tidak memiliki kemauan atau merasa kurang yakin terhadap apa yang akan dikerjakan. d. Tingkat kematangan tinggi, yaitu bawahan yang di samping mempunyai kemampuan juga memiliki kemauan atau merasa untuk bekerja.

Perkembangan teori-teori di atas sesungguhnya adalah sebuah pencarian formulasi sistem kepemimpinan yang aktual dan tepat untuk diterapkan pada zamannya.Dalam perkembangan terakhir muncul pendekatan kepemimpinan transformasional yang menjadi lawan kepemimpinan transaksional.

3. Kepemimpinan khas Indonesia Beberapa konsep kepemimpinan khas Indonesia adalah sebagai berikut : a. Hasta Brata Ajaran kepemimpinan Hasta Brata berasal dari India yang kemudian dikembangkan oleh orang Indonesia. Ajaran ini berisi delapan wejangan atau nasehat Prabu Ramawijaya dari Kerajaan Ayodya kepada Raden Wibisono yang akan memimpin Kerajaan Alengka. Secara singkat, ajaran Hasta Brata adalah pengejawantahan (manifestasi) dari Tuhan Yang Maha Esa di alam semesta ini yaitu sifat-sifat tanah, api, angin, air, angkasa, bulan, matahari, dan bintang. Uraian dari ke delapan unsure alam semesta ini sebagai berikut :

1. Tanah Sifat tanah adalah murah dan senantiasa memberi, dalam arti apa saja yang ditanam tumbuh berbuah berlipat ganda bagi yang menanam. Bahkan, kekayaan yang terkandung di dalam tanah jika diolah akan menambah kesejahteraan pengolahnya. Tanah juga memiliki sifat teguh dan kuat, sabar dan menerima segalanya, tidak pernah mengeluh dibebani apapun dan tidak membeda-bedakan, serta menerima apa saja yang jatuh di atasnya, apakah sesuatu yang baik, buruk, berbau, suci, sedap dan lain-lain. Watak dan perilaku pemimpinnya seyogiyanya mencontoh tanah ini, yakni teguh dan sabar serta tidak cengeng. 2. Api Api mempunyai sifat panas tetapi suci. Sifat pemimpin yang mencontoh api ini seharusnya berani membakar kekurangan-kekurangan dan memperbaiki kembali serta menggodok yang baru dan lebih baik sesuai keperluan. Tampil berwibawa dan berani menegakkan hokum dan kebenaran secara tegas dan tuntas tanpa pandang bulu. 3. Angin Angin selalu berada di segala tempat, tanpa membedakan dataran tinggi atau rendah, daerah kota ataupun pedesaan, orang kaya atau miskin. Mencontoh angin, seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat atau anak buah tanpa membedakan derajat dan martabatnya, sehingga secara langsung dapat mengetahui keadaan dan keinginan rakyat atau anak buahnya. 4. Air Sifat air adalah warata maratani.Artinya, air itu dapat rata dan bersimbah kemana-mana secara seimbang.Demikian pula seorang pemimpin wajib mengusahakan meratanya kemakmuran, keselamatan dan kesejahteraan anak buahnya. Menempatkan semua anak buahnya pada derajat dan martabat yang sama di hatinya. 5. Angkasa Keberadaan angkasa mempunyai kekuasaan yang tak terbatas sehingga mampu menampung apa saja yang dating padanya. Seorang pemimpin hendaknya mempunyai keluasan batin dan kemampuan mengendalikan diri yang kuat sehingga dengan sabar mampu menampung pendapat anak buahnya yang bermacam ragam sesuai keperluan, prestasi, dan posisi masing-masing.Bahkan pemimpin harus mampu menampung berita apapun mengenai dirinya, baik yang positif maupun negative tanpa kehilangan pengamatan diri, sabar, dan tawakal. 6. Bulan Sifat bulan adalah memberikan sinar terang pada waktu malam.Seorang pemimpin wajib memberikan sinar yang menimbulkan semangat serta rasa percaya dan terlindung dari anak buahnya dalam situasi pada suatu saat mengalami krisis, kesusahan lahir-batin. 7. Matahari

Matahari merupakan sumber energi yang menopang kehidupan di bumi yang membuat semua makhluk hidup tumbuh dan berkembang.Seorang pemimpin hendaknya mampu mendorong dan menumbuhkan daya hidup rakyat atau anak buahnya untuk membangun lembaganya dengan memberikan bekal lahir dan batin untuk mampu berkarya. 8. Bintang Sebagai benda langit, dalam kurun waktu yang lama, bintang senantiasa mempunyai tempat yang tetap di langit sehingga dapat menjadi pedoman arah. Seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan rakyat atau anak buahnya, tidak ragu menjalankan keputusan yang telah disepakati, serta tidak mudah terpengaruh oleh pihak yang diduga akan menyesatkan. Apabila seorang pemimpin mampu mendalami dan melaksanakan ajaran di atas, maka akan tercipta kepemimpimpinan yang kuat dan dapat menjadi pemimpin yang efektif dalam mengembangkan dan menggerakkan organisasi yang dipimpinnya menuju kemajuan dan keberhasilan mencapai tujuannya. b. Kepemimpinan Pancasila Kepemimpinan pancasila secara substansi mengambil ajaran yang dicetuhkan oleh tokoh pendidikan nasional KI Hajar Dewantara, yang terdiri dari tiga kalimat, yaitu : (1) ing ngarso sung tuladha, (2) ing madyo mangun karso, (3) tut wuri handayani. Penjelasannya sebagai berikut : 1. Ing Ngarso Sung Tuladha Didepan memberikan teladan.Seorang pemimpin harus mampu lewat tutur kata, sikap dan perbuatan menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan (modeling) orang-orang yang dimpimpinnya. 2. Ing Madya mangun Karsa Ditengah membangun karsa atau inisiatif. Seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakaarsa atau berinisiatif dan berkreasi pada oraangorang yang dipimpinnya. 3. Tut Wuri Handayani Mengikuti dari belakang dengan memberikan bimbingan. Seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang dipimpinnya agar berani berjalan di depan dan bertaanggungjawab.

Norma-norma kepemimpinan lainnya yang relefan dan sangat mendukung ketiga prinsip kepemimpinan tadi dan yang juga sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila adalah : 1. 2. Berwibawa (karena integrasi pribadinya yang dijiwai oleh nilai-nilai pancasila) Jujur

3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Terpercaya Bijaksana Mengayomi Berani mawas diri Mampu melihat jauh ke depan Berani dan mampu mengaataasi kesulitan Bersikap wajar Tegas dan bertanggungjawab atas keputusan yang diambil Sederhana Penuh pengabdian kepada tugas Berjiwa besar Mempunyai sifat ingin tahu (suatu pendorog untuk kemajuan)

Satu lagi kepemimpina khas Indonesia, Angkatan Bersenjata republic Indonesia (ABRI) sekarang tentara Nasional Indonesia (TNI) telah berhasil menemukan rumusan gaya kepemimpinan yang lengkap dan sistematis. TNI telah menetapkan Sebelas Asas Kepemimpinan, yang juga mencakup Trilogi kepemimpina Ki Hajar Dewantara. Sebelas Asas Kepemimpina sebagai berikut : 1. Taqwa Berarti iman dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa disertai taatenjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. 2. Ing Ngarso Sung Tulodho Di depan untuk memberikan teladang yang positif kepada anak buahnya. 3. Ing Madya mangun Karsa Ikut bergiat dan menggugah semangat untuk berkreasi di tengah-tengah anak buahnya 4. Tut Wuri Handayani Memberikan dorongan dari belkng agar anak buah maju terus dengan kesanggupan bertanggungjawab 5. Waspada Purbawasesa Waspada purbawasesa maknanya adalah waspada disertai kemampuan

mengendalikan akan buah secara bijaksana sesuai dengan kewenangannya. 6. Ambeg Paramarta Berarti mampu memilih secara tepat mana yang lebih dulu harus diutamakan atau mampu menyusun skala prioritas 7. Prasaja Berperilaku sederhana atau bersahaja, tidak berlebih-lebihan

8. Satya Loyal kepada atasan, teman sejawat, dan bawahan 9. Gemi Nastiti Mampu membatasi pengeluaran hanya pada yang bermanfaat atau mendesak, tidak hidup boros 10. Blaka Terbuka dan berani bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan 11. Legawa Tunduk pada saatnya menyerahkan jabatan atau tanggungjawab kepada generasi yang lebih muda.

Meskipun Sebelas Asas Kepemimpinan tersebut khusus untuk kalangan, namun karena lengkap dan berlandaskan nilai-nilai dari Pancasila, maka sangat patut dijadikan pedoman bagi para pemimpin non-TNI (pemimpin sipil).Kesebelas asas tersebut dijadikan tolak ukur untuk menilai seorang pemimpin.Pemimpin yang baik adalah yang didalam tutur kata, sikap dan perbuatan merefleksikan sebelas asas tersebut. Semakin banyak asas yang dilaksanakan , semakin tinggi nilai kepemimpinannya. 4. Kepemimpina Pendidikan yang Efektiff Untuk memahami kepemimpinan efektif, William D. Hitt (1993) sebagaimana dikutip oleh Nursyabani Purnama (200: 115-129), menyajikan berbagai ide atau gagassan dari sejumlah tokoh mengenai kepemimpinan yang efektif, sebagai berikut : Plato Para pemimpin yang efektif adalah philosopher aja Para pemimpin yang efektif adalah power-wielders, individu yang Machavelli mengguakan manipulasi eksploitasi, dan tipu daya untuk mencapai tujuan mereka sendiri Para pemimpin yang efektif memiliki karisma bahwa kualitas spiritual Weber kekuatan khusus pribadi yang memberikan pengaruh individu terhadap banyak orang Taylor DePree Drucker Para pemimpin yang efektif melihat manajemen sebagai ilmu Para pemimpin yang efektif melihat manajemen sebagai seni Para pemimpin yang efektif mampu melaksanakan fungsi manajemen : pelaksanaan, pengorganisasian, mengarahkan dan pengukuran. Para pemimpin yang efektif telah menguasai seni menyelesaikan sesuatu yang lain trought Para pemimpin yang efektif memahami sisi manusia dari perusahaan

Appley McGregor

Likert Blake and Mouton Lacocca Bradford and Coken Block Kanter Bennis and Nanus Burns

Para pemimpin yang efektif mampu membangun system manajemen yang efektif Para pemimpin yang efektif memilih gaya kepemimpinan yang mencerminkan kepedulian terhadap produksi dan orang Para pemimpin yang efektif berfokus pada tiga P, produk orang dan laba dalam urutan itu Para pemimpin yang efektif adalah mengembangkan orang-orang Para pemimpin yang efektif adalah memberdayakan orang lain Para pemimpin yang efektif adalah master perubahan

Para

pemimpin

yang

efektif

mempunyai

misi

dan

mampu

menerjemahkan visi ke dalam tindakan Para pemimpin yang efektif mampu mengangkat pengikut kedalam diri

Deming

mereka lebih baik. Para pemimpin yang efektif membantu orang lain melakukan pekerjaan yang berkualitas Sumber: Hitt, William D. (1993), The Model of Leader: A Fully Functioning Person, Leadership & Organization Deevelopment Journal, Vol. 14 No. 7.

Karakteristik kepemimpinan yang efektif, menurut Tannenbaum and Schmidt (1958) dalam sofiati (1995) meliputi : 1. 2. 3. Mengambangkan, melatih dan mengayomi bawahan Berkomunikasi secara efektif ddengan bawahan Memberi informasi kepaada bawahan mengenai apa yang diharapkan perusahaan dari mereka 4. 5. 6. 7. 8. Menetapkan standar hasil kerja yang tinggi Mengenali bawahan beserta kemampuannya Memberi peran kepada para bawahan dalam proses pengambilan keputusan Selalu memberi informasi kepada bawahan mengenai kondisi perusahaan Waspada terhadap konsisi moral perusahaan dan selalu berusaha untuk

meningkatkannya 9. Bersedia melakukan perubahan dalam melakukan sesuatu, dan

10. Menghargai prestasi bawahan

Untuk menjadi pemimpin yang efektif organisasi masa depan, menurut Quirke (1995) dalam Mulyadi (1998), 5 tahap berikut harus dilalui, yaitu awareness (kesadaran), understanding (pemahaman), support (dukungan), involvement (keterlibatan), dan

commitment (komitmen).

Operasionalisasi upaya peningkaatan keefektifan kepemimpinan, organisasi dapat mengadopsi strategi yang disebut Creative Strategies for Imploving Leadership Effectiveness sebagaimana disampaikan oleh Evi Sofiati (1995: 20-25), mencakup menciptakan sustitusi dan mengambangkan arahan dan daya dukung pemimpin.

a. Menciptakan substanis untuk arahandan daya dukung pemimpin, mencakup : 1) Mengambangkan system kolegial bimbingan a) Penilaia rekan untuk meningkatkan penerimaan umpan balik oleh bawaahan b) Lingkaran kualitas untuk meningkatkan control staf terhadap kualitas produksi c) Jaringan dukungan rekan: system mentor 2) Meningkatkan organisasi berorientasi kinerja a) Sistem panghargaan organisasi secara otomatis b) Program kelompok manajemen berdasarkan sasaran (MBO) c) Pernyataan misi perusahaan dank ode etik 3) Meningkatkan ketersediaan staf administrasi a) Peatihan personil yang terspesialisasi b) Pemecahan masalah untuk permasalahan hubungan manusia c) Penasehat teknis ntuk membantu operator produksi 4) Meningkatkan profesionalisme bawahan a) Pengaruh staf berdasarkan profesionalisme karyawan b) Pengembangan rencana untuk meningkatkan kemampuan dan

pengalama karyawan c) Mendorong partisipasi aktif dalam asosiasi professional 5) Mendesain ulang pekerjaan untuk meningkatkan a) Umpan balik kinerja dari tugas b) Memperhatikan ideology untuk pekerjaan 6) Memulai kegiatan tim-building untuk mengambangkan a) Memecahkan masalah berkaitan dengan pekerjaan sendiri b) Menyelesaikan konflik interpersonal diantara anggota c) Memberikan dukugan interpersonal kepaada anggota b. Menciptakan pengembangan arahan dan daya dukung pemimpin 1) Meningkatkan npersepsi bawahan terhadap pengaruh pemimpin/kealian a) Menyediakan hal terbaik yang terlihat pada pemimpin b) Berikan pentingnya tanggungjawab pemimpin dalam organisasi c) Membangun citra pemimpin melalui publikasi in-house dan sarana lainnya

2) Membangun iklim organisasi a) Hadiah terhadap kemenangan kecil untuk meningkatkan kepercayaan bawahan b) Tekankan upacara dan mitos untuk mendorong keterpaduan dan kinerja tinggi 3) Meningkatkanketergantugan bawahan pada pemimpin a) Membuat krisis yang membutuhkan tindakan segera b) Kenaikan centrality pemimpin dalam memberikan informasi c) Hilangkan pendekatan one-over-one 4) Meningkatkan daya posisi pemimpin a) Perubahan arah untuk meningkatkan status b) Meningkatkan daya hadiah c) Hilangkan sumber daya dasar 5) Buat kelompk kerja kohesif dengan norma kinerja tinggi a) Menyediakan pengaturan fisik konduktif untuk kinerja tim b) Mendorong partisipasi bawahan dalam pemecahan masalah kelompok c) Menngkatkan staatu kelompok d) Mebuat persaingan atar golongan. Dalam kaitannya denga persekolahan, Direktorat Jendral PMPTK (2007)

menyebutkan bahwa kepala sekolah efektif harus mampu mengetahui, yaitu : (a) mengapa pendidikan yang baik diperlukan di sekolah? (b) apa yang diperlukan untuk meningkatkan mutu sekolah? (c) bagaimana mengelola sekolah untuk mencapai prestasi terbaik?. Kemampuan untuk menguasai jawaban atas ketiga pertanyaan di atas dapat dijadikan standar kelayakan apakah seseorang dapat menjadi kepalaa sekolah atau tidak? Secara umum ciri dan perilaku kepala sekolah efektif dapat dilihat dari tiga hal pokok, yaitu : (a) kemampuannya berpegang pada citra atau visi dalam menjalankan tugas (2) menjadikan visi sekolah sebagai pedoman dalam mengelola dan memimpin sekolah, (c) menfokuskan aktifitasnya kepa pembelajaran dan kinerja guru di kelas (Greenfield, 1987; Manasse, 1985). Atas dasar hasil riset tersebut, dapat dijelaskan ciri-ciri sebagai berikut : a. Kepala Sekolah efektif memiliki visi yang kuat tentang masa depan sekolahnya dan ia mendorong semua staf untuk mewujudkan visi tersebut b. Kepala Sekolah efektif memiliki harapan tinggi terhadap prestasi siswa dan kinerja staf c. Kepala Sekolah efektif tekun mengamati para guru di kelas dan memberikan balik yang positif dan konstruktif dalam rangka memecahkan masalah dan memperbaiki pembelajaran

d.

Kepala Sekolah efektif mendorong pemanfaatan waktu secara efisien dan merancang langkah-langkah untuk meminimalisasi kekacauan

e.

Kepala Sekolah efektif mampu memamnfaatkan sumber-sumber material dan personil secara kreatif

f.

Kepala Sekolah efektif memantau prestasi siswa secara individual dan kolektif dan memanfaatkan informasi untuk mengarahkan perencanaan instruksional. Ciri-ciri kepemimpinan efektif Kepala Sekolah di abad 21, menurut (Reinhart &

Beach, 2004) adalah sebagaai berikut : a. Kepemimpinan yang jujur, membela kebenaran dan memiliki pengetahuan nilai-nilai utama b. Kepemimpinan yang mau dan mampu mendengarkan suara guru, tenaga kependidikan, siswa, orang tua, dll c. d. e. f. Kepemimpinan yang menciptakan surplus of vision sebagai milik kita semua Kepemimpinan yang hanya percayaan pada data yang benar Kepemimpinan yang memulai kepemimpinannya dengan introspeksi dan refleksi Kepemimpinan yang memberdayakan diri kita semua dan berbagi informasi, mengambil keputusan bersama g. Kepemimpinan yang melibatkan pengidentifikasian, berkenaan dengan hambatanhambatan personal untuk berubah baik secara personal maupun organissional

Kepala Sekolah yang tidak efektif biasanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (martin & Millower, 1981; Willower & Kmezt, 1982) a. b. c. d. e. Membatasi perannya sebagai maanajer sekolah dan anggaran Menjaga dokumen, sangat disiplin Berkomunikasi dengan setiap orang sehingga memboroskan waktu dan tenaga Membiarkan guru mengajar di kelas tanpa ada pengawasan dan pembinaan Memanfaatkan waktu hanya sedikit untuk urusan kurikulum dan pembelajaran

Indikator mutu kepemimpinan efektif untuk Kepala Sekolah adalah sebagi berikut : a. b. c. d. e. f. Pengambilan keputusan diambil secara partisipatif Pemngambilan keputusan bersifat objektif sesuai dengan kebutuhan di lapangan Pemngambilan keputusan relevan dengan kondisi siswa Terjadi keakraban antara Kepala sekoah, Guru, Staf dan siswa di sekolah Kepala sekolah terbuka menerima kritik dansaran Kepala sekolah terbuka terhaadap pembaharuan-pembaharuan dalam system pendidikan g. Ada kejelasan pendelegasian tugas antara Kepala sekolah, Guru dan Staf

h.

Kepala sekolah memberi kesepatan yang sama kesemua guru dan staf untuk mengembangkan diri

i.

Kepaala seklah mempunyai visi, misi dan tujuan kedepan yang jelas (kepala sekolah harus visioner)

DAFTAR PUSTAKA

Amirin, Tatang M, dkk. 2011. Manajemen Pendidikan. UNY Press : Yogyakarta Suharsami Arikunto, Lia Yuliana. 2012. Manajemen Pendidikan. Aditya Media : Yogyakarta

You might also like