You are on page 1of 12

PERANAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEORANG MANAJER oleh : Ria Arifianti (Dosen Administrasi Niaga

FISIP UNPAD)

ABSTRAK Suatu organisasi semakin lama semakin kompleks dan semakin sulit untuk dikelola. Hal ini mengakibatkan organisasi memerlukan salah satunya adalah Sistem Informasi Manajemen merupakan suatu sistem yang terintegritas yang mendukung operasi dalam perusahaan. Kegiatan SIM dalam organisasi atau perusahaan berguna untuk pengambilan keputusan seorang manajer. Manajer dalam organisasi memerlukan informasi yang berbeda tergantung pada tingkatan manajemennya. Oleh karena itu diperlukan keamanan informasi seperti kerahasiaan, integritas dan ketersediaan data. Data dan informasi harus selalu segar, dapat dipertanggungjawabkan, harus sesuai dengan fakta. I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu organisasi merupakan suatu lembaga yang semakin kompleks dan semakin sulit untuk dikelola. Selain daripada itu untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap organisasi perlu ditingkatkan. Bahkan semakin besar organisasi dan makin banyaknya kegiatan cenderung semakin banyak pula permasalahan yang muncul Hal ini mengakibatkan persaingan antar organisasi atau perusahaan. Persaingan ini salah satunya berkaitan dengan kompleksitas teknologi yang semakin meningkat. Sebagian organisasi beranggapan bahwa teknologi yang kuat maka dapat memenangkan persaingan tersebu. Oleh karena itu diperlukan salah satunya adalah Sistem informasi manajemen (SIM). SIM merupakan kegiatan yang penting dalam suatu organisasi atau perusahaan. Kegiatan SIM berkaitan dengan kegiatan operasi dalam organisasi. SIM berkaitan dengan pengolahan data baik secara manual dan elektronik. Dengan berkembangnya waktu, SIM semakin berkembang dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi. Perkembangan teknologi dalam sistem informasi merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan-perubahan yang cepat dalam organisasi atau perusahaan. Perubahan-perubahan ini dapat berupa kesalahan-kesalahan yang perlu dibetulkan dan adanya pertentangan-pertentangan, dan pergeseran-pergeseran seperti dalam bidang sumber daya manusia dalam suatu organisasi. Suatu perkembangan yang sangat penting artinya adalah kemungkinan praktis untuk menerapkan suatu MIS yang menyeluruh dalam organisasi. Perlu kita sadari bahwa betapa pentingnya keterangan yang relevan dan tepat pada waktunya bagi para pimpinan sebagai sarana untuk membuat keputusan dan pengawasan yang efektif juga betapa sukarnya menyediakan keterangan pengawasan semacam ini, misalnya. 1. Keterangan yang dibutuhkan terlalu rumit dan banyak. 2. Biaya pembuatannya lebih besar jika dibandingkan dengan manfaatnya.

3. Ada beberapa data yang tidak dapat dipercaya, yang terutama disebabkan karena sukarnya mendapatkan sumber data yang tepat dari organisasi sendiri. 4. Data yang tidak lengkap, terutama yang berasal dari lingkungan di luar organisasi. Oleh karena itu diperlukan juga informasi. Informasi atau data adalah aset bagi perusahaan. Keamanan data secara tidak langsung dapat memastikan kontinuitas bisnis, mengurangi resiko, mengoptimalkan return on investment dan mencari kesempatan bisnis. Semakin banyak informasi perusahaan yang disimpan, dikelola dan di-sharing maka semakin besar pula resiko terjadinya kerusakan, kehilangan atau tereksposnya data ke pihak eksternal yang tidak diinginkan. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimanakah peranan Sistem Informasi Manajemen dalam pengambilan keputusan seorang manajer ?

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Sistem Informasi Setiap organisasi memerlukan informasi dalam menunjang kegiatan baik yang terorganisir maupun yang tidak terorganisir. Informasi ini dapat membantu manajemen dalam mengadakan transaksi maupun dalam pengambilan keputusan. Proses ini dinamakan Sistem Informasi Manajemen. Barry E. Cushing mengemukakan pengertian Sistem Informasi Manajemen sebagai berikut Sistem Informasi Manajemen adalah suatu kumpulan manusia dan sumber modal di dalam suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk pengumpulan dan pengolahan data untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi setiap tingkat manajemen dalam perencanaan dan pengendalian aktivitas-aktivitas organisasi (1986 : 10) Selain daripada itu George M. Scott mengemukakan definisi Sistem Informasi Manajemen sebagai berikut : Sistem Informasi Manajemen adalah serangkaian sub-sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasikan data sehingga menjadi informasi lewat serangkaian cara guna meningkatkan produktivitas yang sesuai dengan gaya dan sifat mnajer atas dasar kriteria mutu yang telah ditetapkan. (1995 : 100) Sedangkan menurut Davis dan Olson (1999) mengemukakan definisi Sistem Informasi Manajemen sebagai berikut ; ...an integrated, user-machine system for providing information to support operations, management and decision making functions in an organization. The system utilizes computer hardware and software; manual procedures; model for analysis, planning, control and decision making ; and a data base. Berdasarkan definisi di atas bahwa SIM menitikberatkan pada integritas, konsep user machine, mendukung operasi dan pengambilan keputusan seorang manajer serta dilakukan dalam sebuah organisasi. Selanjutnya berkaitan dengan alat yang digunakan seperti perangkat

keras dan lunak computer, model-model analiss, digunakan dalam bidang perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan serta dibutuhkan database (kumpulan data). Artinya SIM ini tidak identik hanya manuasi atau mesinnya saja tetapi adanya interaksi antara manusia sebagai pengolah informasi dan pengambil keputusan dan computer merupakan alat bantu dalam pelaksanaan Sistem Informasi Manajemen. Sistem Informasi Manajemen merupakan sistem informasi yang menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan manajemen. Agar pelaksanaan sistem informasi manajemen dapat mendukung kegiatan organisasi maka pelaksanaannya harus sesuai dengan aturan-aturan tertentu agar sistem informasi manajemen tersebut berjalan efektif. Salah satunya adalah dilaksanakan sesuai dengan fungsi dari sistem informasi manajemen. Berkaitan dengan hal tersebut, Barry E. Cushing (1986 : 13) Sistem Informasi untuk menyelenggarakan : 1. Pengumpulan dan pengolahan data dengan cara yang efisien. 2. Penyiapan informasi yang teliti dan dapat diandalkan. 3. Penyiapan informasi yang tepat pada waktunya agar supaya bermanfaat bagi manajemen. 4. Pengolahan data dan penyiapan informasi dengan biaya lebih murah (rendah) daripada manfaat yang timbul daripadanya dan 5. Koordinasi yang efektif antara manusia dan mesin selama siklus pengolahan data. Sistem Informasi Manajemen adalah kunci dari bidang yang menekankan finansial dan personal manajemen. Sistem Informasi adalah Proses yang menjalankan fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk kepentingan tertentu; kebanyakan SI dikomputerisasi. 2.1.1. Tujuan Sistem Informasi Manajemen Menurut Murdick, Ross dan Clagget : The Objective of an MIS is to provide information for decision making on planning, initiating, organizing and controlling the operations of the sub system of the firm and to provide a synergistic organization in the process. Dari tujuan tersebut terdapat 3 sistem yang berhubungan : 1. Social System yang disebut organisasi. 2. Sistem of management yang dipergunakan dalam prakteknya untuk meningkatkan operasi-operasi dan produktivitas dari suatu organisasi dan sub-sub sistemnya. 3. Management Information System yang menyelenggarakan informasi untuk pengambilan keputusan dengan memperhatikan integritas dari suatu organisasi melalui proses manajemen. Selanjutnya Bridgemen dan Green menyatakan bahwa SIM dapat disamakan dengan susunan syaraf yang akan membantu manajemen untuk merasakan ketidakseimbangan yang terjadi, mengawasi organisasi secara efektif tetapi manajemen masih tetap merupakan otaknya.

2.2. Konsep Pengambilan Keputusan Menurut Terry (dalam Ibnu Syamsi, 1995: 5) pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan

melalui pemilihan satu di antara alternatif-alternatif yang dimungkinkan Hakikatnya pembuatan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi, dan mengambil tindakan yang tepat. Sedangkan menurut Siagian (dalam Ibnu Syamsi, 1995: 5) pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan terhadap hakikat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternative yang dihadapi dan pengambil tindakan yang paling tepat. Sedangkan menurut Redford (1981 : 11) mengatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang mencakupi beberapa tahap yang saling terjalin, dan bukanlah merupakan suatu perbuatan yang terpisah. Intinya pengambilan keputusan berkaitan suatu proses yang merupakan langkah dari pengambil keputusan. Jadi pada hakekatnya, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihasilkan dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat. Dengan perkataan lain : Pengambilan Keputusan adalah suatu teknik untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan teknik-teknik ilmiah. 2.2.1. Dasar dan Faktor Pengambilan Keputusan Dalam prakteknya pengambilan keputusan sangat tergantung dari macam permasalahan yang dihadapinya, namun juga sangat tergantung pada individu yang membuat keputusan. Terry (dalam Ibnu Syamsi, 1995: 16-23) mengemukakan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi 2. Pengambilan keputusan rasional 3. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta 4. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman 5. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang Sedangkan faktor-faktor pengambilan keputusan Ibnu Syamsi (1995: 23) adalah : 1. Keadaan intern organisasi 2. Tersedianya informasi yang dibutuhkan 3. Keadaan ekstern organisasi 4. Kepribadian dan kecakapan pengambil keputusan 2.2.2. Model Pengambilan Keputusan Salah satu pengarang pertama yang melukiskan proses pengambilan keputusan Pengarang pertama adalah John Dewey (dalam Redford, 1981 : 11) Karyanya dikarang pada tahun 1910, ia mengemukakan bahwa proses pemecahan masalah dapat dipandang terdiri atas 3 (tiga) tahap, yaitu jawaban atas tiga pertanyaan : 1. Apa masalahnya ? 2. Bagaimana masing-masing alternatifnya ? 3. Alternatif yang manakah yang lebih unggul ?

Selanjutnya Model yang paling terkenal dan bermanfaat ialah model dari Herbert A Simon.(Redford. 1981 : 11) Model ini terdiri atas 3 (tiga) tahap yang dapat diperinci sebagai berikut : Intelligence (Penyelidikan) : Lingkungan intern dan ekstern dari pengambil keputusan diselidiki untuk menemukan kondisi yang memerlukan keputusan, lalu dikumpulkan informasi tentang aneka kondisi itu. Design (Disain/Perancangan) : Berbagai macam tindakan yang tersedia pada para pengambil keputusan itu ditetapkan lalu dianalisa setelah melacak problematik pemecahan potensial bagi masing-masing masalah keputusan. Choice (Pilihan) : Salah satu langkah tindakan itu dipilih untuk dilaksanakan atas dasar penilaian tentang keefektifannya guna mencapai sasaran. Jadi proses keputusan dapat dianggap sebagai sebuah arus dari intelijen sampai disain dan kemudian pilihan. Tetapi pada setiap tahap hasilnya mungkin dikembalikan ke tahap sebelumnya untuk dimulai lagi. Tahapan tersebut merupakan unsur-unsur sebuah proses yang berkesinambungan, misal : pilihan mungkin menolak semua alternatif dan kembali ke tahap perancangan untuk menerbitkan pemecahan tambahan. Jelasnya dapat terlihat dari bagan Arus / Proses Keputusan sebagai berikut : Intelligence

Design

Choice

Dalam suatu karya kemudian Simon menambahkan tahap yang keempat yang disebutnya tahap Review atau tahap Peninjauan. Tahap peninjauan ini mencakupi suatu proses penilaian terhadap pilihan-pilihan terdahulu, untuk mempertimbangkan kemungkinan penyesuaian terhadap pendekatan yang telah diterapkan sebagai persiapan untuk kegiatan pengambilan keputusan selanjutnya. Tahap keempat ini merupakan suatu penyesuaian terhadap teknik-teknik pengambilan keputusan umumnya, dan bukan merupakan bagian dari proses yang diterapkan terhadap situasi keputusan khas tertentu. Cara lain untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan dalam arti suatu kegiatan berkesinambungan yang digerakkan oleh sebuah sasaran mengubah sistem (usaha, bagian, dan sebagainya) dari keadaan sekarang menjadi suatu keadaan baru. Keadaan yang diharapkan atau

tujuan mengakibatkan suatu pencarian cara mencapainya. Proses ini sering disebut means-end analysis atau analisis cara tujuan. Beberapa model pengambilan keputusan lebih banyak menekankan pada feedback hasil keputusan. Misal : Rubenstein dan Haberstroh mengusulkan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Pengenalan persoalan atau kebutuhan untuk pengambilan keputusan. 2. Analisis dan penetapan alternatif-alternatif. 3. Pemilihan diantara alternatif yang ada. 4. Komunikasi dan pelaksanaan keputusan. 5. Langkah lanjut dan umpan balik hasil keputusan. Suatu uraian lebih terperinci mengenai proses pengambilan keputusan adalah yang dikemukakan oleh Eilon. Ia melukiskannya dalam 8 (delapan) tahap : 1. Masukan (input) informasi. 2. Analisis dari informasi yang tersedia. 3. Spesifikasi tolok ukur dari prestasi dan biaya. 4. Pembuatan model tentang situasi keputusan. 5. Perumusan beraneka alternatif (atau strategi) yang tersedia bagi pengambil keputusan. 6. Peramalan mengenai hasil masing-masing alternatif. 7. Perincian kriteria pilihan diantara berbagai alternatif. 8. Penjelasan pemecahan situasi keputusan. Model Simon maupun Eilon keduanya menyajikan suatu kerangka awal untuk mempertimbangkan proses keputusan dan memberi gambaran tentang urutan tindakan yang perlu dilakukan sebelum situasi keputusannya dapat diselesaikan. IV. PEMBAHASAN Peranan Sistem Informasi Manajemen dalam Pengambilan Keputusan seorang Manajer Setiap organisasi membutuhkan sistem informasi manajemen untuk membantu manajer dalam mengambil berbagai macam keputusan yang dibutuhkan. Sistem informasi berperan dalam proses pengambilan keputusan operasional harian (perencanan jangka pendek) sampai perencanaan jangka panjang. Pengambilan keputusan merupakan suatu proses yang mencakup beberapa tahap yang saling terjalin, dan bukanlah merupakan suatu perbuatan yang terpisah. Salah satu model pengambilan keputusan adalah Model Herbert A Simon. Model Simon adalah relevan bagi perancangan Sistem Informasi Manajemen. Relevansi ini diuraikan untuk ketiga tahap model Simon sebagai berikut : Tahap Proses Pengambilan Keputusan Relevansi dengan SIM

1.Intelligence : a. Persepsi dan perumusan situasi Proses pencarian melibatkan suatu pengujian b. Menyusun model situasi data baik dalam cara yang telah ditentukan c. Menentukan tolok ukur dahulu, maupun dalam cara khusus.

kuantitatif atas keuntungan dan SIM harus menyediakan kedua fasilitas biaya yang tepat mengenai tersebut. situasi yang sedang dibahas SI-nya sendiri harus memeriksa semua data dan menimbulkan suatu permintaan uji pada manusia atas situasi yang jelas menuntut perhatian. Baik SIM maupun organisasi harus menyediakan saluran komunikasi untuk persoalan yang diterima agar dialirkan ke atas dalam organisasi sampai diambil suatu tindakan terhadapnya.

2. Design : Spesifikasi aneka alternatif yang SIM harus memiliki model-model keputusan tersedia untuk mengolah data dan menimbulkan pilihan pemecahan. Model tersebut harus membantu menganalisis alternatif.

3. Choice : a. Evaluasi keuntungan biaya dari beberapa kemungkinan langkah tindakan yang tersedia b. Menentukan kriteria guna memilih antara berbagai cara penanganan c. Pemecahan dari situasi keputusan Sumber ; RM Sanoesi, 2000

Sebuah SIM adalah paling efektif bila hasil rancangan disajikan dalam suatu bentuk yang mendorong keputusan. Jika pilihan telah diambil, peranan SIM berubah menjadi pengumpulan data untuk feedback dan penaksiran kelak.

Berdasarkan hal tersebut, maka SIM yang berkaitan dengan pengambilan keputusan seorang manajer dapat dibagi kedalam 4 (empat) tingkatan dan dilukiskan seperti piramida yang bertingkat empat sebagai berikut :

I MIS for strategic and policy planning and decision making II Management Information for tactical planning and decision making III Management Information for operational planning, decision making and control IV Transaction processing inquiry response.

Sumber : Davis dan Olson, 1999 Berdasarkan gambaran di atas maka dapat dikatakan bahwa Top manajemen memiliki tipe informasi yang lebih terfilter dibanding yang lain, karena seorang top manajemen hanya memerlukan ringkasan dari informasi yang digunakan sebagai pengambilan keputusan yang sangat berkualitas dan sangat strategis (jauh kedepan) dan mempengaruhi keseluruhan struktur organisasi. Sedangkan Middle manajemen memiliki tipe informasi yang terfilter dikarenakan seorang middle manajemen harus dapat mengakomodir beberapa informasi yang diterima dari lower manajemen dan bertindak secara taktis atau bisa dibilang mampu mengimplementasikan suatu keputusan melalui program kerja untuk mencapai tujuan dari keputusan Top Manajemen. Lower manajemen memiliki tipe informasi lebih terinci karena Lower manajemen adalah pusat informasi dan bekerja secara teknis untuk membuat dan mengolah informasi yang ada untuk mendukung pengambilan keputusan dan bersifat kuantitatif. Dengan memperhatikan tingkatan system informasi, maka management memerlukan kerangka standarisasi, klasifikasi, generalisasi dan penyaringan informasi, yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan tingkat informasi tersebut. Kegiatan Sistem informasi di atas dapat dijabarkan sebagai berikut : Kegiatan perencanaan dan pengendalian manajemen dibagi atas tiga macam yaitu: kontrol operasional, kontrol manajemen, dan perencanaan stategi. Pengendalian operasional adalah proses penempatan agar kegiatan operasional dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengendalian operasional menggunakan prosedur dan aturan keputusan yang telah ditentukan lebih dahulu dalam jangka waktu yang relatif pendek. Dukungan pengolahan untuk pengendalian operasional terdiri atas: pengolahan transaksi, pengolahan laporan, dan pengolahan pertanyaan. Ketiga jenis pengolahan berisikan berbagai macam pembuatan keputusan yang melaksanakan aturan keputusan yang telah disetujui atau menyajikan suatu keluhan yang mengeluarkan yang akan diambil (Gordon,1999)

Perencanaan Strategik adalah perencanaan yang berhubungan dengan proses penetapan tujuan, pengalokasian sumber-sumber untuk mencapai tujuan itu dan kebijakan yang dipakai sebagai pedoman untuk memperoleh, menggunakan, atau menghilangkan hal-hal tersebut. Perencanaan strategik cenderung untuk dipusatkan pada masalah-masalah yang tidak terstruktur yang melibatkan variabel-variabel yang jumlahnya banyak dan parameternya tidak pasti. Kadangkadang perencanaan ini disebut perencanaan tingkat normatif karena keputusan yang dibuat tidak didasarkan pada data statistik, tetapi pada pertimbangan (judgment) dari para perencana. Rencana Strategis yang sudah rampung akan meliputi sasaran-sasaran yang jelas, yang berhubungan dengan : Bidang usaha yang dipilih Pasar produk dan jasa yang dipilih dan luas daerah yang dibutuhkan bagi setiap pasar. Hasil investasi bagi setiap bidang usaha, pasar dan produk, dan sasaran yang terinci bagi setiap lapangan yang merupakan penghasil pokok. Keputusan mengenai penarikan modal (investasi) dari aktivitas yang tidak menguntungkan atau aktivitas yang tidak lagi sesuai dengan bentuk perusahaan yang direncanakan. Keputusan mengenai diversifikasi melalui : a) Riset dan pengembangan atau b) Merger atau akuisisi atau kedua-duanya. Alokasi sumber-sumber kepada setiap unsur strategi dan suatu jadwal hasil. Rencana strategis merencanakan di muka mengenai bagaimana caranya menggerakkan atau memanfaatkan sumber-sumber agar kesempatan-kesempatan dalam pasar dan produk dapat dieksploitasikan seoptimal mungkin. Perencanaan Manajerial adalah perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai secara efektif dan efisien. Perencanaan ini menggunakan data statistik dan sebagian pertimbangan akal sehat (common sense) serta mempunyai cakupan semua aspek operasi sistem yang harus mematuhi kebijakankebijakan yang telah ditetapkan pada tingkat perencanaan strategik. Perencanaan Operasional adalah perencanaan yang memusatkan perhatian pada apa yang akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari suatu rencana manajerial. Perencanaan ini bersifat spesifik dan berfungsi untuk memberikan petunjuk konkrit tentang bagaimana suatu program atau proyek harus dilaksanakan menurut aturan, prosedur, dan ketentuan lain yang telah ditetapkan secara jelas sebelumnya. Perencanaan ini tidak banyak meminta pertimbangan individual (individual judgment) karena berdasarkan pada data kuantitatif yang dapat diukur. Sebagai contoh pada suatu perusahaan Informasi pengendalian manajemen diperlukan oleh berbagai manajer bagian, pusat laba dan sebagainya untuk mengukur prestasi, memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan aturan keputusan baru untuk ditetapkan personalian operasional dan mengalokasikan sumber daya. Proses pengendalian manajemen memerlukan jenis informasi yang berkaitan dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi menyangkut: pelaksanaan yang direncanakan, alasan adanya perbedaaan, dan analisa atas keputusan atau arah tindakan yang mungkin.

Perencanaan strategi mengembangkan strategi sebagai sarana suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Kegiatan perencanaan strategi tidak mempunyai keteraturan meskipun sebenarnya bisa dijadwalkan dalam periode waktu yang relatif panjang. Informasi yang dibutuhkan haruslah memberikan gambaran yang lengkap dan menyeluruh, walaupun tidak mempunyai ketelitian yang tinggi. Keputusan mengenai penarikan modal (investasi) dari aktivitas yang tidak menguntungkan atau aktivitas yang tidak lagi sesuai dengan bentuk perusahaan yang direncanakan. Keputusan mengenai diversifikasi melalui : c) Riset dan pengembangan atau d) Merger atau akuisisi atau kedua-duanya. Alokasi sumber-sumber kepada setiap unsur strategi dan suatu jadwal hasil. Rencana strategis merencanakan di muka mengenai bagaimana caranya menggerakkan atau memanfaatkan sumber-sumber agar kesempatan-kesempatan dalam pasar dan produk dapat dieksploitasikan seoptimal mungkin. Perencanaan Manajerial adalah perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan jalannya pelaksanaan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan itu dapat dicapai secara efektif dan efisien. Perencanaan ini menggunakan data statistik dan sebagian pertimbangan akal sehat (common sense) serta mempunyai cakupan semua aspek operasi sistem yang harus mematuhi kebijakankebijakan yang telah ditetapkan pada tingkat perencanaan strategik. Perencanaan Operasional adalah perencanaan yang memusatkan perhatian pada apa yang akan dikerjakan pada tingkat pelaksanaan di lapangan dari suatu rencana manajerial. Perencanaan ini bersifat spesifik dan berfungsi untuk memberikan petunjuk konkrit tentang bagaimana suatu program atau proyek harus dilaksanakan menurut aturan, prosedur, dan ketentuan lain yang telah ditetapkan secara jelas sebelumnya. Perencanaan ini tidak banyak meminta pertimbangan individual (individual judgment) karena berdasarkan pada data kuantitatif yang dapat diukur. Informasi pengendalian manajemen diperlukan oleh berbagai manajer bagian, pusat laba dan sebagainya untuk mengukur prestasi, memutuskan tindakan pengendalian, merumuskan aturan keputusan baru untuk ditetapkan personalian operasional dan mengalokasikan sumber daya. Proses pengendalian manajemen memerlukan jenis informasi yang berkaitan dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi menyangkut: pelaksanaan yang direncanakan, alasan adanya perbedaaan, dan analisa atas keputusan atau arah tindakan yang mungkin. Perencanaan strategi mengembangkan strategi sebagai sarana suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Kegiatan perencanaan strategi tidak mempunyai keteraturan meskipun sebenarnya bisa dijadwalkan dalam periode waktu yang relatif panjang. Informasi yang dibutuhkan haruslah memberikan gambaran yang lengkap dan menyeluruh, walaupun tidak mempunyai ketelitian yang tinggi. Selanjutnya tipe sistem informasi manajemen dapat dijabarkan sebagai berikut :

Dalam mendukung kegiatan pengambilan keputusan dalam organisasi diperlukan keamanan informasi. Keamanan informasi terdiri dari perlindungan terhadap aspek-aspek berikut: 1. Confidentiality (kerahasiaan) aspek yang menjamin kerahasiaan data atau informasi, memastikan bahwa informasi hanya dapat diakses oleh orang yang berwenang dan menjamin kerahasiaan data yang dikirim, diterima dan disimpan. 2. Integrity (integritas) aspek yang menjamin bahwa data tidak dirubah tanpa ada ijin fihak yang berwenang (authorized), menjaga keakuratan dan keutuhan informasi serta metode prosesnya untuk menjamin aspek integrity ini. 3. Availability (ketersediaan) aspek yang menjamin bahwa data akan tersedia saat dibutuhkan, memastikan user yang berhak dapat menggunakan informasi dan perangkat terkait (aset yang berhubungan bilamana diperlukan).

IV. KESIMPULAN Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sistem yang dibutuhkan dalam kegiatan organisasi. Hal ini dilakukan karena organisasi atau perusahaan semakin lama semakin komplek. Serta terjadinya perubahan radikal yang terjadi dalam suatu organisasi. SIM diperlukan suatu organisasi selain berkaitan dengan kegiatan operasi juga dapat mendukung pengambilan keputusan seorang manajer. Proses pengambilan keputusan berkaitan dengan penyelidikan, rancangan dan pilihan serta dilakukan suatu evaluasi atau review.

Untuk itu pengambilan keputusan ini memerlukan suatu data yang up to date (segar), dapat dipertanggungjawabkan dan dapat menjangkau semua level dalam organisasi. Masingmasing level manajer memerlukan informasi dibedakan berdasarkan tingkatan yang ada. Hal yang membedakan lainnya hanyalah dilihat dari tinbgkat standarisasik, klasifikasi, generalisasi dan penyaringan informasi. Oleh karena itu perlu adanya keamanan informasi. Hal ini berkaitan dengan kerahasiaan informasi yang diperoleh oleh seorang manajer, integritas dan adanya ketersediaan informasi.

DAFTAR PUSTAKA Cushing, Barry E. 1986. Accounting Information System and Business Organization, 3rd Edition. Diterjemahkan oleh Drs. Ruchyat Kosasih. Jakarta : Erlangga. Davis B, Gordon. 1984. Management Information Systems Conceptual Foundation , Structure, and Development, 2nd Edition. Mc. Graw Hill Kogakusha Ltd., Tokyo. Ibnu Syamsi. 1995. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Bumi Aksara. Jakarta Jogianto, 1992. Pengendalian Komputer. Yogyakarta : Andi Offset. Melwin Syafrizal. 2009. ISO 17799: Standar Sistem Manajemen Keamanan Informasi.-----------Moekijat, 1988. Pengantar Sistem Informasi Manajemen. Bandung : CV Remadja Karya. Murdick, Robert G dkk. 1986. Information Systems For Modern Management. Diterjemahkan oleh J. Djamil. Jakarta : Erlangga. Radford K.J. 1981. Modern managerial Decision Making. Reston Publishing Company, Inc. York University. RM Sanoesi, 2000. Diktat Sistem Informasi Manajemen Bisnis. -----------------, Bandung Scott, George M. 1995. Principles Of Management Information System. Diterjemahkan oleh Achmad Nashir Budiman Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

You might also like