You are on page 1of 85

1

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat akan mempengaruhi

tatanan sosial kemasyarakatan. Teknologi informasi saat ini dan yang akan datang

merupakan tantangan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama yang

berkaitan dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu kegiatan universal

dalam kehidupan manusia untuk mengupayakan manusia yang berkualitas. Oleh

karena itu usaha kongkrit dari berbagai pihak yang terlibat langsung dalam

kegiatan tersebut.

Salah satu masalah pendidikan yang kita alami sampai saat ini adalah

masalah mutu pendidikan yang merupakan masalah nasional yang sedang

dihadapi dan mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam sistem pendidikan

nasional di Indonesia.

Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui pendidikan yang baik

dan terencana dengan tepat. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan

dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia untuk mencapai itu,

pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman.

Sesuai dengan apa yang tercantum dalam Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal I dinyatakan bahwa:

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan


Undang-undang Dasar Negeri Republik Indonesia 1945 yang berakar pada
nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. (Sisdiknas, 2003: 27)

Berdasarkan acuan dari program pusat maka Pemerintah Daerah Sulawesi


2

Selatan mempunyai tekat dan misi yang besar dalam peningkatan mutu

pendidikan di Sulawsi selatan khususnya. Dengan melihat masih rendahnya

sumber daya manusia yang ada maka telah banyak upaya yang telah dilakukan

oleh Pemerintah Daerah setempat seperti program pendidikan gratis pembenahan

sarana dan prasarana pendidikan secara bertahap. Banyak perencanaan-

perencanaan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan

yang dimana tujuan khususnya peningkatan mutu pendidikan serta sumber daya

manusia yang bisa bersaing.

Sumberdaya manusia yang berkualitas yaitu sumberdaya manusia yang

menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK). Dalam menciptakan

sumber daya manusia yang berkualitas, inilah lembaga pendidikan mempunyai

peran yang sangat penting, usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah

dengan melakukan perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan

media pembelajaran, penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat akan

pentingnya arti pendidikan, perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bagi

anak-anak usia sekolah serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Usaha Peningkatkan mutu pendidikan senantiasa dicari, diteliti dan

diupayakan melalui kajian berbagai komponen pendidikan, seperti perbaikan dan

penyempurnaan kurikulum, bahan-bahan instruksional, penataran guru dan proses

belajar mengajar. Demikian pula sarana dan fasilitas belajar lainnya, tidak seluruh

usaha tersebut berhasil dengan benar. Oleh karena itu, dalam teori belajar

mengajar dikatakan bahwa yang diperuntukkan bagi siswa yang hendaknya

disesuaikan dengan perkembangan mereka .


3

Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan telah lebih ditekankan pada

penyediaan fasilitas belajar mengajar (media pembelajaran), fasilitas ini harus

dimiliki oleh setiap sekolah dalam jumlah yang cukup dan memenuhi syarat.

Tetapi pada kenyataannya banyak sekolah-sekolah yang belum menyediakan atau

dapat dapat memfungsikan fasilitas belajar mengajar (media) yang telah ada.

Sejalan dengan hal di atas maka usaha peningkatan mutu pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam

proses belajar mengajar hendaknya tidak didominasi kegiatan, tetapi membantu

menciptakan kondisi yang menyediakan kesempatan bagi siswa untuk

mengembangkan potensi dan aktivitasnya melalui kegiatan belajar.

Menurut Sudjana (1989), salah satu alternatif yang dapat ditempuh oleh

guru adalah kegiatan penggunaan media pendidikan dalam proses belajar

mengajar. penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi mempunyai

nilai praktis. Dengan demikian, penggunaan media yang tepat dalam proses

belajar mengajar merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

Media Pembelajaran Geografi terdiri dari beberapa jenis media yang

biasa digunakan dalam proses belajar mengajar, seperti: Peta, atlas, globe, gambar

foto, slide, video pendidikan, VTR, diagram atau grafik, dan media cetak.

Pemakaian media dalam proses pembelajaran akan dapat membangkitkan

keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan

kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.

Selain itu media juga dapat berguna untuk membangkitkan gairah belajar,
4

memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan minat dan

kemampuannya. Media dapat meningkatkan pengetahuan, serta memberikan

fleksibilitas dalam penyampaian pesan. Selain itu media juga berfungsi sebagai

alat komunikasi, sebagai sarana pemecahan masalah dan sebagai sarana

pengembangan diri.

Melalui penggunaan media pengajaran diharapkan dapat mempengaruhi

kualitas hasil belajar siswa memilih dan menggunakan media harus sesuai dengan

kriteria. Sehubungan dengan hal tersebut Sudjana (1989) berpendapat bahwa

memiliki media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-

kriteria sebagai berikut yaitu a) Ketetapannya dengan tujuan pengajaran, b)

Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, c) Kemudahan memperoleh media,

d) Keterampilan guru dalam menggunakannya, e) Sesuai dengan taraf berpikir

siswa

Dari hasil observasi awal peneliti diperoleh, bahwa masih minimnya

penggunaan media gambar dalam pembelajaran geografi. Kebanyak media

gambar yang ditampilakan pada saat pengajaran hanya langsung di gambarkan

pada papan tulis dengan menggunakan kapur tulis atau spidol permanent sehingga

terkadang gambar yag dihasilkan tidak terlalu mengantarkan daya serap siswa

untuk memahami suatu objek atau gambar yang ditampilkan. Kemudian banyak

para pengajar hanya memberikan contoh media gambar yang terdapat pada buku

paket tertentu, sehingga siswa sering merasa jenuh yang akibatnya motivasi

belajar siswapun menurun. Hal ini juga sangat berpengaruh pada pengembangan

kreatifitas siswa dalam mengamati suatu objek yang memiliki sudut pandang yang
5

berbeda. Misalnya, siswa kelas tersebut jarang yang bisa membadakan antara

gunung dengan pegunungan. Terlalu banyak hal-hal yang tidak bisa disebutkan

dampak dari kurang maksimalnya penggunaan media gambar pada proses belajar

mengajar khususnya mata pelajaran geografi. Hal ini sangtlah berpengaruh pada

tingkat motivasi para siswa yang kemudian berpengaruh pada peningkatan hasil

belajar siswa, hal ini dilihat dari hasil Free test yang dilakukan peneliti pada awal

pertemuan. Dari seluruh jumlah siswa kelas VIIIc yang mengikuti tes, hanya

terdapat 22 siswa atau 55% yang mencapai frekunsi ketuntasan hasil belajar dan

18 siswa atau 45% yang belum mencapai frekuensi ketuntasan hasil belajar

Geografi.

Dilandasi keyakinan akan pentingnya peran media dalam Upaya

peningkatan hasil belajar geografi, maka penulis terdorong untuk melakukan

penelitian mengenai “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Geografi siswa kelas VIII

di SMP Negeri 1 Anggerja Kabupaten Enrekang dengan Menggunakan Media

Gambar”.

B. Rumusan Masalah

Sebagaiman uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan

sebelumnya maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penggunaan media gambar dalam kegiatan pembelajaran

geografi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja.

2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja?

3. Bagaimana hasil belajar siswa yang menggunakan media Gambar pada


6

mata pelajaran geografi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Anggeraja?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang ingin

dicapai di dalam pelaksanaan penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gambar dalam proses

pembelajaran geografi.

2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan media

gambar pada mata pelajaran geografi terhadap siswa kelas VIII SMP

Negeri 1 Anggeraja?

3. Untuk mengetahui hasil belajar geografi dengan menggunakan media

Gambar pada mata pelajaran geografi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Anggeraja kabupaten Enrekang?

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk melatih penulis dalam mengungkapkan pemikiran secara

ilmiah dan sistematis, juga menambah pengetuhan bagi peneliti

khususnya setelah terjun ke lapangan dapat menggunakan

media yang tepat.

2. Untuk bahan bacaan kepustakaan dan referensi bagi peneliti

selanjutnya untuk jenis peneliti yang relevan.

3. Sebagai bahan informasi bagi guru Geografi untuk memikirkan

alternatif yang dapat meningkatkan hasil belajar Geografi siswa

, misalnya melalui penggunaan media pada pembelajaran


7

Geografi.

4. Untuk memberikan informasi kepada pembaca khususnya,

pada peneliti yang lain yang mengkaji tentang penggunaan

media pembelajaran Geografi terhadap peningkatan hasil

belajar Geografi.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Media Pendidikan

a. Pengertian Media Pendidikan

Menurut Arsyad (1997) kata media berasal dari bahasa latin medius

yang secara harfiah, media berarti perantara atau pengantar dari pengirim

ke penerima. Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa

ahli tentang media pendidikan diantaranya adalah:

1) Media adalah bentuk yang dipakai orang menyebarkan ide

sehingga ide itu atau gagasan itu sampai pada penerima .

2) Media adalah Chaenel atau saluran karena pada hakekatnya media

telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk

merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang

dan waktu tertentu . dengan bantuan media , batas-batas itu hampir

menjadi tidak ada.

3) Media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses

penyaluran informasi (Association of Education and

Communication Technology).

4) Media adalah segala benda yang manipulasi, dilihat, didengar dan

dibaca atau dibicarakan, beserta intrumen yang digunakan untuk

kegiatan tersebut.
9

5) Media segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan merangsang

yang sesuai untuk belajar seperti media cetak dan elektronik .

6) Pengertian media ada 2 bagian, yaitu dengan arti sempit dan arti

luas.

a) Arti sempit, bahwa media itu berwujud: Grafik, foto, alat

mekanik dan alat elektronika yang digunakan untuk

menangkap, memproses serta menyampaikan informasi.

b) Menurut arti luas yaitu kegiatan yang dapat diciptakan suatu

kondisi sehingga memungkinkan peserta didik untuk dapat

memperoleh pengetahuan dan sikap baru.

Selanjutnya Arsyad (1997), menambahkan beberapa pendapat para

ahli tentang media, yaitu:

1) Heldik, dkk mengemukakan istilah medium sebagai

perantara yang mengantar informasi informasi antar

sumber dan penerima.

2) Giagne dan Briggs, media adalah kompunen atau

sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung

materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat

merangsang siswa untuk belajar.

3) Hamidjojo dalam Latuheru, memberi batas media

sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh

manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide,

gagasan atau pendapat sehingga ide atau gagasan


10

pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada

penerima yang dituju.

4) Hamalik, media adalah alat Bantu yang digunakan

untuk memperlancar komunikasi secara maksimal.

5) Menurut Denim, media pendidikan adalah seperangkat

alat Bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru

atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan

siswa atau peserta didik.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa media pendidikan adalah alat atau perantara yang

dikemukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa

agar mudah dipahami dan ditangkap maknanya oleh siswa sehingga dapat

meningkatkan baik motivasi maupun hasil belajar siswa pada khususnya.

Satu konsep lain yang sangat berkaitan dengan media pembelajaran

adalah istilah konsep belajar. Sumber belajar memiliki cakupan yang luas

dari pada media belajar. Sumber belajar dapat berupa pesan, orang, bahan,

alat, teknik dan latar atau lingkungan. Sumber belajar adalah segala

sesuatu yang diluar peserta didik yang memungkinkan terjadinya sumber

belajar.

Edgan Dale berpendapat bahwa sumber belajar adalah

pengalaman-pengalaman yang dialami oleh setiap orang yang dapat

menimbulkan peristiwa belajar. Assosiation for Education Commucation

and Technology (AECT) membatasi sumber belajar dengan bentuk saluran


11

yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi sedangkan

National Education Association (NEA). Menyatakan bahwa sumber belajar

adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun visual serta segala

perantara (Sudjarwo,1998).

b. Jenis Media pendidikan

Dalam melaksanakan pembelajaran telah dikenal sebagai alat

peraga. Penggunaan berbagai jenis peraga ditentukan oleh tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai dan adanya perbedaan yang disebabkan

oleh tersedianya bahan untuk mengadakan alat peraga di beberapa sekolah

(Lawalata, 1980).

Menurut Raharjo (1994), karakteristik alat peraga yang sering

digunakan di Indonesia adalah:

1) Papan tulis, papan planel, dan papan bulletin.

Papan tulis, papan planet dan papan bulletin merupakan peralatan

tradisional yang sangat diperlukan adanya ditiap kelas. Cocok

untuk semua atau jenjang sekolah.

2) Media gambar

Media grafis teegolong media visual (media pandang),

menyalurkan pesan dari sumber kepada penerima mengandalkan

indera penglihatan. Pesan dituangkan dalam bentuk symbol-simbol

komunikasi visual, contohnya gambar, sketsa, diagram, bagan

(charta) grafik, kartun, poster, dan peta.


12

3) Media Audio

Media audio terkait dengan pendengaran. Pesan yang dituangkan

dalam bentuk audiotif. Media ini memiliki perangkat lunak antara

lain radio dan recorder.

4) Media Proyeksi

Media proyeksi merupakan proyektor sebagai perangkat lunak.

Yang termasuk dalam alat peraga proyeksi adalah slide,

transparansi, dan film.

5) Media tiga dimensi

Media tiga dimensi adalah benda yang menggambarkan benda

yang sesungguhnya dalam bentuk tertentu atau tiga dimensi. Yang

termasuk dalam media ini adalah model/forgo, sardimen,

faksidermi, market/miniature dan bahan lain dari alam.

Nurbaeti Syutin (2004), mengelompokkan media pendidikan

dalam tiga kelmpok yaitu:

1) Alat yang merupakan benda yang

sebenarnya yang memberikan

pengalaman langsung dan nyata.

2) Alat yang merupakan bahan pengganti

yang seringkali dalam bentuk tiruan dari

benda-benda yang sebenarnya. Ini


13

merupakan pengalaman buatan secara

tidak langsung.

3) Bahasa baik lisan maupun tulisan

memberikan pengalaman melalui bahasa.

c. Media Pengajaran Geografi

Menurut Sumaatmadja (2001) pengajaran Geografi hakikatnya

adalah pengajaran tentang gejala-gejala Geografi yang tersebar di

permukaan bumi. Untuk memberikan citra tentang penyebaran dan lokasi

gejala-gejala tadi kepada anak didik, tidak dapat hanya diceramahkan,

ditanyajawabkan didiskusikan melainkan harus ditunjuk dan diperagakan.

Mengingat daya jangkau dan pandangan terbatas, penunjukan serta

peragaan. Mengingat daya jangkau dan pandangan kita terbatas,

penunjukkan serta peragaan itu dilakukan dengan pengajaran Geogafi.

Adapun media pengajaran Geografi tersebut antara lain:

1) Peta, peta merupakan konsep dan hakekat dasar pada Geografi dan

pengajaran Geografi. Oleh karena itu, mengajarkan dan mempelajari

Geografi tanpa peta, tidak akan membentuk citra dan konsep yang baik

pada diri anak didik yang dapat meningkatkan kongnitif, afektif dan

psikomotor mereka haruslah memanfaatkan peta. Prosesnya mulai

pengenalan, pembacaan, pemilihan dan pembuatan, melalui proses ini

mereka dibimbing untuk mengerti, menerapkan, menganalisis dan

mengevaluasi penyebaran lokasi gejala dan relasi keruangannya satu


14

sama lain.

2) Atlas, atlas adalah kumpulan bermacam-macam peta yang membentuk

simbol-simbol, tulisan dan bahasa dengan penafsiran yang sama, pada

atlas ini disajikan berbagai peta berdasarkan kenegaraan, gejala alam,

penyebaran, sumberdaya, penyebaran aspek kebudayaan dan lain

sebagainya. Penggunaan dan pemanfaatan atlas pada pengajaran

Geografi oleh anak didik perlu mendapatkan bimbingan.

3) Globe, globe merupakan bentuk dan model yang sangat mini dari bola

bumi. Globe ini selain fungsinya sama dengan peta dan atlas lebih jauh

lagi dapat membina dan mengembangkan citra tentang konsep tentang

waktu, iklim, musim dan gejala-gejala alam lainnya baik yang

berkenaan dengan atmosfer, hidrosfer maupun litosfer. Dengan

demikian pengunaan dan pemanfaatan sebagai media pengajaean

Geografi dapat lebih meningkatkan kemapuan kongnitif, afektif, dan

psikmotor anak didik tentang relasi keruangan gejala-gejala Geografi

dipermukaan bumi.

4) Gambar dan potret, yang berkenaan dengan gejala-gejala Geografi

selain diadalkan oleh sekolah dan guru, dapat pula pengadaannya

ditugaskan kepada anak-anak. Dengan demikian adapun fungsi gambar

dan potret dalam pengajaran Geografi yaitu agar peningkatan citra dan

konsep kepada anak didik dapat terpenuhi.

5) Slide, film dan VTR merupakan media pengajaran modern yang dapat

membantu membina citra dan konsep Geografi lebih meningkat pada


15

diri anak didik. Sampai saat ini terutama bagi sekolah-sekolah daerah-

daerah terpencil media ini masih merupakan barang mewah.

6) Diagram dan grafik yang dapat dideskripsikan data kualitatif gejala-

gejala Geografi, dapat membantu meningkatkan citra dan konsep

Geografi yang bersifat matematis-kuantitatif kepada anak didik. Dari

citra dan konsep tadi mereka akan memahami tentang relasi, interelasi

dan interaksi keruangan gejala-gejala geografi yang dapat

menimbulkan ketimpangan dan masalah.

7) Media cetak yang berupa surat kabar, majalah dan terutama buku.

Media menjadi sumber informasi yang memperkaya citra dan konsep

Geografi kepada anak didik. Pemanfaatannya tentu saja menuntut

prasarat tentang kemampuan dan minat baca serta kemampuan

berbahasa. Oleh karena itu, secara bertahap prasyarat ini dipenuhi

melalui tugas membaca dari guru Geografi.

Hal demikian guru Geografi menyelenggarakan PBM secara

komperhensip integral dengan menerapkan berbagai medel dan

menggunakan berbagai media yang serasi dengan pokok bahasan dan

mencapai tujuan intuksional.

d. Media Gambar

Medium (jamak, media) adalah sebuah saluran komunikasi. Kata

media tersebut diambil dari kata bahasa latin yang berarti”antara”. Istilah

ini mengacu pada sesuatu yang membawa informasi antara sebuah sumber

penerima (Heinich, Molenda, Russel , 1996: 8). Secara khusus media


16

gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan

rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan

sehari-hari, misalnya yang menyangkut manusia, peritiwa, benda, benda,

tempat , dan sebagainya. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai

(2001:68) media gambar adalah media yang mengkombinasikan fakta dan

gagasan secara jelas dan kuat melalui kombinasi pengungkapan kata-kata

dan gambar-gambar. Secara khusus media gambar berfungsi untuk

memberikan variasi dan fakta yang kemungkinan akan dilupakan atau

diabaikan. Media gambar merupakan media sederhana, mudah dalam

pembuatannya, dan murah harganya. Media gambar atau media grafis

terdiri atas gambar, bagan, diagram, grafik, foster, kartu, dan komik.

Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:68) yang perlu

diperhatikan dalam penggunaan.media gambar dalam pembelajaran adalah

:Gambar yang bagus, menarik, jelas dan nudah dimengerti.

1) Apa yang digambar harus cukup penting dan cocok hal yang

dipelajari

2) Gambar harus benar dalam arti harus dapat menggambarkan situasi

yang serupa jika dilihat pada keadaan yang sebenarnya.

3) Gambar memiliki kesederhanaan dalam arti tidak rumit sehingga

sulit untuk dipahami.

4) Gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya,

5) Ukuran gambar harus sesuai dengan kebutuhan.

Jadi dalam pengajaran dengan menggunakan media gambar harus


17

memiliki prinsip penggunaan media gambar

1) Gambar harus relistis dan digunakan dengan hati-hati, karena

gambar yang amat rinci dengan realisme yang sulit diproses dan

dipelajari seringkali mengganggu perhatian..

2) Gambar harus berfungsi untuk melukiskan perbedaan konsep-

konsep

3) Warna harus digunakan untuk mengarahkan perhatian dan

membedakan komponen-komponen.

Media gambar sebagai salah media pembelajaran mempunyai

kelebiahan dan kelemahan sebagai berikut :

Kelebihan :

1) Sifatnya kongkrit. Artinya gambar lebih realistis menunjukkan

pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua

benda, objek atau peristiwa dapat dibawa dalam kelas.

3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita

4) Media gambar dapat menjelaskan suatu masalah, dalam bidang apa

saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah

dan membetulkan kesalah pahaman.

5) Media gambar murah harganya dan gampang didapat serta

digunakan, tanpa perlu peralatan khusus.

Kelemahan :

1) Gambar hanya menekankan persepsi indra mata.


18

2) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

mengajar belajar.

3) Ukurannya sangat terbatas, tidak memadai untuk kelompok besar.

e. Peranan Media Dalam Pengajaran Geografi

Dalam pembelajaran Geografi tanpa menggunakan media

pendidikan sering dilakukan di dalam proses belajar mengajar. Hal ini

dikenal juga sebagai pembentuk pembelajaran tradisional dan yang paling

umum adalah metode ceramah. Penggunaan metode ini dalam

pembelajaran Geografi akan bersifat verbal karena guru menyampaikan

informasi dalam bentuk lisan atau biasa disertai penulisan di papan tulis

(Hamalik, 1994)

Secara sederhana metode ceramah ini paling mudah dilaksanakan

dan paling sering digunakan oleh guru. Menurut Haryangnti (2001), proses

belajar mengajar dari sistem seperti ini adalah model pembelajaran dengan

komonikasi satu arah (Teaching Direchted), dimana yang aktif 90% adalah

model pengajaran seperti itu dianggap kurang mengesplorasi wawasan

pengetahuan siswa, sikap dan perilaku siswa karena selama ini proses

belajar mengajar apabila konsentarasi siswa kurang optimal, maka siswa

akan mendapatkan kesulitan untuk menerima materi yang diajarkan saat

itu., sehingga sulit juga bagi siswa untuk bagi siswa untuk menyimpan

materi tersebut dalam ingatan atau memori atau kesan siswa. Kekurangan

inilah yang besar pengaruhnya dan dapat menghambat kegiatan belajar


19

sisswa, khususnya apabia siswa tidak termotivasi dengan baik dan materi

yang diajarkan bersifat kompleks.

Untuk menjelaskan konsep-konsep tertentu dalam Geografi kadang

timbul kesan yang bersifat abstrak seperti halnya dalam konsep

perhubungan dan pengangkutan. Sehinga siswa masih sulit memahami

apabila hanya diajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Dalam

mempelajari sains, termasuk Geografi ada 4 cara untuk melihat kenyataan

yaitu: 1) berfikir, 2) Merasakan, 3) Mengindera, dan 4) percaya. Untuk

merasakan, mengindera dan percaya siswa membutuhkan lebih dari

sekadar metode ceramah melainkan dengan menggunakan metode-metode

pengajaran yang relevan dengan kondisi siswa, sekolah, dan lingkungan

sekitarnya.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar (Hasil Belajar)

Berbicara mengenai prestasi belajar, maka terlebih dahulu akan

dikemukakan arti prestasi dan arti belajar itu sendiri, sebelum membahas

pengertian prestasi belajar. Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kata

prestasi berarti hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya),

Poerwardarmanto (1976). Prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah hasil nyata yang dicapai seseorang (siswa) dari rangkaian usahanya

(belajar) dengan kemampuan, kecakapan, keterampilan, yang dapat diukur

nilainya (evaluasi) setelah melakukan pekerjaan tertentu. Untuk

mendapatkan pengertian yang objektif tentang belajar, maka dibawah ini


20

beberapa pendapat ahli psikologi, khususnya ahli psikologi pendidikan

tentang balajar sebagai berikut:

Tabrani Ruyan (2006) menyatakan bahwa: belajar adalah suatu

proses perubahan individu melalui interaksi dengan lingkungan, sedangkan

Oemar Hamalik dalam Darmawati (2006) memberikan defenisi belajar

sebagai berikut: “ Belajar adalah suatu perbuatan atau perubahan dalam

diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku berkat pengalaman

latihan” Kemudian Slameto (1995) menyatakan bahwa: “Belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”

Selanjutnya Rahadi (2003) mengemukakan hal yang senada bahwa “

Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi

dengan lingkungannya untuk merubah prilakunya.”

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah usaha yang dilakukan seseorang dalam proses perubahan tingkah

laku yang merupakan hasil pengalaman sendiri, latihan dan kemampuan

berinteraksi dengan lingkungan sendiri. Dari pernyataan yang telah

dikemukakan diatas baik itu pengertian mengenai prestasi maupun

pengertian mengenai belajar, maka prestasi dapat diartikan sebagai tingkat

keberhasilan yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar, hal ini sama

seperti yang diungkapkan oleh Mappa (1972), mengemukakan bahwa

Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi
21

tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur

keberhasilan belajar seseorang.Hal demikian penguasan pengetahuan dan

keterampilan merupakan wujud dari prestasi belajar. Tinggi rendahnya

prestasi belajar tergantung pada tingkat penguasaan materi pelajaran

kurang maka prestasi belajar yang dicapai kurang atau rendah, demikian

pula sebaliknya, bila tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran tinggi,

maka prestasi belajar pun tinggi.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

siswa

Usaha untuk prestasi belajar tidak lepas dari faktor-faktor yang

mempengaruhinya, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa

banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern

dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri siswa

yang sedang belajar sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar

diri siswa. Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya

merupakan hasil interaksi berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu,

pengenalan guru, orang tua, terhadap faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa penting sekali demikian halnya dengan

siswa itu sendiri.

Menurut Slameto (1995: 56) faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar adalah

1) Faktor intern yang terdiri dari:

a) Faktor jasmaniah seperti kesehatan, cacat tubuh


22

Proses belajar siswa akan terganggu jika kesehatan jasmani

siswa terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang

bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika badannya lemah,

kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat inderanya serta

tubuhnya. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah

mengusahakan kesehatan jasmaninya tetap terjamin dengan

cara selalu mengindahkan ketentuan tentang bekerja, tidur,

makan, olahraga, dan lain-lain.

b) Faktor Psikologi

Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa

antara lain:

(1) integensi

(2) Perhatian

(3) Minat

(4) Bakat

(5) Motivasi

(6) Kamatangan

(7) Kesiapan

c) Faktor kelalahan

Faktor keleahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

kelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani

terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbulnya

kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan


23

kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan

kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk sesuatu hilang.

2) Faktor ekstern yang terdiri dari:

a) Faktor keluarga meliputi:

(1) Cara orang tua mendidik

(2) Relasi antar anggota keluarga

(3) Suasana rumah

(4) Keadaan ekonomis keluarga

(5) Pengertian orang tua

(6) Latar belakang kebudayaan

b) Faktor sekolah meliputi:

(1) Guru sebagai pengajar

(2) Metode mengajar

(3) Alat pengajaran

(4) Disiplin sekolah

(5) Relasi guru dengan siswa

(6) Waktu sekolah

(7) Standar pelajaran di atas ukuran

Dari sekian banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar,

alat pengajaran merupakan salah satu bagian dari faktor yang juga sangat

mempengaruhi prestasi belajar, olehnya itu penggunaan alat pengajaran

yang sesuai dengan materi pelajaran, perlu untuk diperhatikan diantaranya

penggunaan media pengajaran media sangat bermanfaat dalam


24

memberikan motivasi dan penjelasan yang lebih kongkrit dalam proses

belajar mengajar bagi siswa sehingga sedikit banyaknya menunjang

peningkatan prestasi atau hasil balajar siswa.

3. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Yang dimaksud dengan ”motif” adalah segala daya yang

mendorong sesorang untuk melakukan sesuatu. Istilah motivasi acapkali

dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran. Pada umumnya orang

mengaitkan dengan psikologi pendidikan. Dalam psikologi pendidikan

dikenal beberapa teori, konsep, dan model yang berbeda – beda tersebut

didasarkan pada cara berpikir, sudut pandang, serta latar belakang. Dari

para ahli yang secara individu berbeda-beda. Ada beberapa pendapat

mengenai motivasi. David Mc.Cellend, Abraham Maslow, Wand dan

Brow, mengemukakan bahwa motifasi adalah suatu proses psokologi yang

mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan

yang terjadi pada diri sesorang. Selanjutnya Berelson dan Stainer

mengemukakan bahwa motifasi adalah suatu usaha sadar untuk

mempengaruhi prilaku sesorang, agar mengarah pada tercapainya suatu

tujuan. Berelson dan Stainer mengartikan bahwa motif pada hakikatnya

merupakan terminologi umum yang memberikan makna, daya dorong,

keinginan, kebutuhan serta kemauan.


25

Menurut asal katanya, motivasi berasal dari bahasa latin movere

yang berati menggerakkan. Wolodkowski (1985) menjelaskan motivasi

sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan prilaku

tertentu, dan memberikan arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut.

Sedangkan menurut Mc Donald, motifasi adalah perubahan energi dalam

diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului

dengan adanya tanggapan terhadap adanya tujuan. Martin Handoko

(2002:9) mengartikan motivasi itu sebagai suatu tenaga atau faktor yang

terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan, dan

mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi merupakan salah satu

komponen yang sangat penting dalam pembelajaran dan merupakan

sesuatu yang sangat sulit diukur. Menurut Slavin (1997:345), kemauan

untuk belajar merupakan hasil dari beberapa faktor, yaitu kepribadian,

kebiasaan, serta karateristik belajar siswa.

b. Fungsi Motivasi dalam Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran, motivasi itu sangat penting. Martin

Handoko (2002:9) merumuskan”montion is on essential condition of

learning”. Demikian pula, hasil belajar siswa banyak ditentukan oleh

motivasi yang dimilkinya. Semakin besar motivasi yang ada dalam diri

siswa, makin besar pula hasil belajar yang akan dicapai. Demikia pula,

semakin tepat motivasi yang diberikan guru, semakin baik pula hasil dari

proses pembelajaran. Motivasi menentikan itensitas usaha siswa untuk

melakukan sesuatu termasuk belajar. Faktor yang sangat berpengaruh pada


26

motivasi belajar siswa yaitu intelegensi, kebutuhan belajar, minat, dan sifat

pribadi. Keempat faktor tersebut saling mendukung dan perlu

ditumbuhkembangkan dalam diri siswa, sehingga diharapkan tercipta

semangat belajar yang tinggi, lalu pada tahap berikutnya siswa mampu

melakukan aktivitas demi tercapainya tujuan pemenuhuan kebutuhannya.

4. Penentuan Model Pembelajaran

Masalah penentuan model pembelajaran dalam kegiatan belajar

mengajar bertitik tolak dari :

a. Materi pelajaran

Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pembelajaran salah

satunya disebabkan oleh penentuan model pembelajaran yang kurang tepat

dengan bahan pembelajaran atau materi pelajaran.

b. Efektifitas model pembelajaran

Penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi

pembelajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan. Oleh karena itu efektifitas model pembelajaran

dapat terjadi bila ada kesesuaian antara model pembelajaran yang

digunakan dengan semua komponen pembelajaran yang telah

diprogramkan dalam rencana pelajaran sebagai persiapan tertulis.

c. Pentingnya penentuan model pembelajaran

Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar

mengajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu

sumber pembelajaran berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang


27

kreatif sebagai kegiatan siswa di kelas. Salah satu kegiatan yang harus

guru lakukan adalah menentukan model pembelajaran yang digunakan

sesuai dengan materi yang diajarkan agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai dengan baik.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan

model pembelajaran.

Guru lebih mudah menentukan model pembelajaran yang cocok

dengan situasi yang dihadapinya, jika memahami karakteristik dan sintaks

dari masing-masing model pembelajaran. Penentuan model pembelajaran

dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1) peserta didik, 2) tujuan, 3)

situasi, 4) fasilitas, 5) guru.

5. Metode Mengajar Geografi.

Metode mengajar dalam proses belajar memegang peranan yang

sangat penting. Hal ini dikarenakan metode mengajar akan mempengaruhi

situasi kelas secara khusus dan pelaksanaan proses belajar mengajar secara

umum. Situasi kelas yang diharapkan adalah situasi yang dapat

merangsang siswa untuk belajar, sehingga tujuan dari proses belajar-

mengajar akan dicapai secara optimal.

Menurut Danim (1995), mengajar dapat didefinisikan sebagai suatu

proses pengorganisasian atau menata sejumlah sumber potensi secara baik

dan benar sehingga terjadi proses belajar-mengajar. Implikasi definisi

adalah bahwa peranan guru bukanlah mentransmisikan atau

mendistribusikan pengetahuan kepada peserta didik semata-mata, akan


28

tetapi sebagai direktur belajar. Metode mengajar akan mempengaruhi

kegiatan belajar peserta didik. Selain itu, metode mengajar akan lebih

efektif digunakan bila memperhitungkan kemampuan dan kesiapan mental

siswa sehingga tujuan mengajarkan materi pelajaran itu akan tercapai

secara optimal. Kemampuan, keterampilan, dan sikap yang dipilih guru

harus relevan dengan tujuan belajar dan disesuaikan dengan sturktur

kognitif yang dimiliki peserta didik. Hal ini dimaksud agar terjadi interaksi

antara guru dan siswa. Pemilihan metode mengajar dipengaruhi oleh

tujuan pembelajaran, materi pelajaran, sarana yang tersedia dan dapat

digunakan, peserta dan media pembelajaran yang digunakan.

Ada beberapa metode pengajaran yang umum digunakan, yaitu :

a. Metode Ceramah

b. Metode Tanya jawab

c. Metode Diskusi

Masing-masing metode mengajar yang umum dipergunakan

tersebut memiliki kelebihan, kekurangan dan persyaratan serta media

termasuk alat Bantu yang berbeda. Terkait dengan tulisan/skripsi ini, kami

mencoba memilih beberapa metode mengajar karena relevan dengan mata

pelajaran geografi di SMP.

a. Metode Ceramah.

Pada proses belajar mengajar bidang pendidikan dan bidang

apapun, metode caramah menjadi metode dasar yang sukar untuk

ditinggalkan. Kita telah menyadari bahwa metode ceramah secara


29

langsung tidak melibatkan siswa secara aktif. Oleh karena itu kita

menggunakan metode ceramah bervariasi atau multimetode. Metode ini

disebut ceramah apabila materi yang diberikan tidak merupakan materi

pelajaran yang harus dikuasai oleh pendengarnya. Pada keadaan ini

pemaparan materi lebih bersifat pemasyarakatan atau penerapan kepada

kelompok yang lebih terbuka, artinya pendengar berasal dari berbagai

kalangan yang tidak harus sergam atau terbatas. Matode ini disebut kuliah

apabila materi yang disampaikan adalah pelajaran yang harus dikuasai

oleh peserta didik.

Pada penerapan metode ceramah, pengajar memberikan penjelasan

mengenai materi yang diajarkan, tanpa membaca atau dengan membaca

catatan atau buku. Siswa mendengarkan dan memperhatikan. Ciri utama

metode ini adalah :

1). Lebih bersifat satu arah, yaitu arus penjelasan dari pengajar kepada

peserta didik.

2). Hampir seluruh waktu pembelajaran dikuasai oleh widyaswara,

karena itu pengajar dapat mengatur dan menyelesaikan seluruh

rencana pemberian materi pelajaran.

3). Siswa, kurang memiliki kesempatan atau bertanya.

4). Materi pelajaran yang dapat diserap oleh siswa lebih tergantung

kepada kemampuan peserta dan perhatian yang dicurahkan kepada

ceramah pengajar.

5). Siswa kurang berperan serta dalam proses pembelajaran.


30

Ceramah digunakan untuk memberikan penjelasan yang sifatnya

sepintas atau untuk memperkenalkan pengetahuan yang belum banyak

diketahui oleh siswa. Ceramah sering digunakan untuk menyampaikan

materi yang demikian banyak dalam waktu yang terbatas kepada peserta

yang terbatas atau banyak. Ceramah dapat disertai Tanya jawab,

tergantung kepada waktu yang tersedia dan kesediaan pemberi ceramah.

Untuk dapat menyampaikan materi pelajaran secara lebih menarik,

ceramah dilakukan dengan memamfaatkan media pembelajara, antara lain

OHP dengan OHPnya, Gambar atau foto, serta film pendek ataupun papan

tulis dan flipchart. Penyampaian pelajaran dengan metode ini, hendaknya

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1). Widyaiswara/fasilitator mengucapkan setiap kata secara jelas dan

benar, sehingga mudah ditangkap peserta diklat.

2). Kalimat dalam bentuk sederhana, langsung dan lugas, tidak

berbelit-belit.

3). Tidak menggunakan kata atau kalimat yang memiliki arti atau

pengertian ganda.

4). Widyaiswara/fasilitator berbicara cukup keras, sehingga terdengar

jelas oleh setiap peserta diklat.

5). Nada suara tidak datar, akan tetapi naik-turun berirama dengan

adanya penekanan kata-kata yang dinggap penting dan sesuai

dengan tata bahasa yang benar.

6). Sebaiknya tidak hanya duduk atau berdiri pada suatu tempat, akan
31

tetapi berpindah dengan rileks, agar tidak menimbulkan kejemuan

pada pserta didik.

7). Kata-kata atau singkatan yang cukup asing bagi peserta didik, perlu

dijelaskan artinya.

b. Metode Tanya Jawab.

Widyaiswara memberikan pertanyaan-pertayaan kepada peserta

didik, mengenai materi pelajaran. Peserta didik menjawab sesuai dengan

pertanyaan dan kehendak. Jawaban dapat singkat atau merupakan

penjelasan. Dengan kata lain metode Tanya jawab adalah suatu cara

mengajar atau penyajian materi melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan

yang mengarahkan peserta didik memahami materi tersebut. Maetode

Tanya jawab cocok utnuk bahan kajian yang umumnya siswa sudah

mengetahui sehingga guru tinggal menggali pengetahuan dari siswa.

Menurut Djamarah & Zain (2002), kelebihan-kelebihan metode Tanya

jawab adalah :

1). Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik.

2). Merangsang peserta didik untuk melatih dan mengembangkan daya

pikir, daya ingatan.

3). Mengembangkan keberanian dan dan keterampilan siswa dalam

menjawab dan mengemukakan pendapat.

4). Partisipasi siswa akan menjadi aktif.

Adapun kelemahan-kelemahan metode tanya jawab adalah :

1). Siswa merasa takut apabila pengajar kurang mendorong peserta


32

didik untuk berani dengan menciptakan situasi yang tidak tegang.

2). Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat

berpikir dan mudah dipahami peserta didik.

3). Waktu sering banyak terbuang, terutama bila peserta didik tidak

dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga kali.

4). Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu

untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.

c. Metode Diskusi

Metode pengajaran geografi yang membangkitkan motivasi dan

kreativitas berpikir serta keterlibatan dalam proses adalah metode diskusi.

Melalui metode diskusi, keterampilan berpikir dalam menanggapi sesuatu

persoalan tadi, dapat dibina dan dikembangkan. Sifat dan sikap

demokratis, menghargai pendapat orang lain, tenggang rasa, kemandirian,

dan sebagainya, dapat dibina dan dikembangkan melalui metode diskusi

ini. Sifat dan bobot diskusi harus disesuaikan dengan kemampuan,

perkembangan mental pada batas-batas yang serasi dengan tingkat umur

siswa. Keikutsertaan dan ketelibatan siswa dalam proses belajar mengajar

geografi pada diskusi ini lebih terjamin. Hanya dalam hal ini dituntut lebih

akurat ila dibpengelolaan dan pengorganisasian kelas menciptakan susana

yang serasi. Guru geografi harus lebih berhati-hati menerapkan metode

diskusi bila dibandingkan dengan metode yang lainnya.

6. Kompetensi Dasar Kondisi Fisik Wilayah Indonesia

a. Posisi Geografis Indonesia


33

Indoneisa merupakan sebuah negara kepulauan terluas di dunia.

Sebagai suatu Negara kepulaun, Indonesia terletak suau kawasan strategis.

Posisi Indonesia berdasarka batas negaranya terletak pada batas-batas

berikut :

1) Sebelah utara berbatasan dengan Negara Malaysia, Singapura,

Filipina, Selat Malaka, Selat singapura, Laut Cina Selatan, laut

Sulawesi, dan Samudra Pasifik.

2) Sebelah selatan berbaasan dengan nagara Australia, Timur

Lorosa’e, Samudra Hindia, Laut Timur, dan laut Arafuru.

3) Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia

4) Sebelah timur berbatasan dengan Negara Papua Nugunu dan

Samudra Pasifik.

Posisi geogafis Indonesia terbagi atas letak astronomi, letak,

geografis, letak geologis, letak maritime, letak ekonomis, dan letak kultur

histories. Selain itu, letak geografis Indonesia juga berpengaruh pada

perubahan musim di Indonesia.

1) Letak Geografis

Letak suatu Negara adalah letak suatu Negara dilihat dari

kenyataannya pada permukaan bumi. Berdasarkan letak

geografisnya, Kepulauan Indonesia berada di antara Benua

Australia dan Benua Asia, serta di antara Samudra Pasifik dan

Samudra Hindia.

Pengaruh dari letak geografis Indonesia baik langsung


34

maupun tidak langsung diantaranya sebagai berikut ini.

a) Indonesia berada pada posisi silang

lalu lintas perdagangan dan

pelayaran dunia.

b) Indonesia mengalami iklim muson

yang dipengaruhi daratan Benua Asia

dan Benua Australia.

c) Indonesia mendapat pengaruh

berbagai kebudayaan dan peradaban

dari negara luar.

2) Letak Astronomi

Letak astronomi suatu Negara adalah letak suatu Negara

berdasarkan garis lintang dan garis bujurnya. Garis lintang adalah

garis khayal pada peta atu globe yang menghubungkan titik bumi

barat dengan titik bumi timur dan sejajar dengan garis ekiator.

Garis bujur adalah garis khayal pada peta adatu globe yang

menghubungkan kedua kutub bumi.

Letak astronomis Negara Indonesia adalah antara

60 LU – 110 LS dan 950 BT – 1410 BT. Wilayah paling utara dan

paling barat terletak pada 60 LS dan 950 BT adalah di pulau Weh di

ujung utara pulau Sumatra. Wilayah paling selatan pada 110 LS

terletak pada pulau Rote di Nusa Tenggara Timur dan wilayah

paling timur pada 1410 BT terletak pada kota Merauke du pilau


35

Papua. Bardasarkan letak astronomis tersebut, Indonesia dilalui

oleh garis ekuator, yaitu garis khayal pada peta atau globe yang

membagi bumi menjadi dua bagian sama besar utara dan selatan.

Garis ekuator terletak pada garis lintang 0o dan disebut juga garis

khatulistiwa atau garis lini

3) Letak Geologis

Letak geologis adalah letak suatu Negara dilihat dari

keadaan batu-batuan yang terdapat dalam tubuh bumi.batuan yang

tedapat di Indonesia sangat erat hubungannya dengan system

pegunungan yang ada di Indonesia. Indonesia bagian barat dilalui

oleh deretan pegunungan Muda Mediterania yang sampai di

Indonesia merupakan bagian dari pegunungan Himalaya dengan

sifat batuannya basa. Daerah Indonesia bagian tengah dan timur

dilalui oleh deretan pegunungan Sirkum Pasifik dengan sifat

batuannya asam.

Pengaruh letak geologis terhadap letak geografis

diantaranya sebagai berikut :

a) Indonesia memiliki banyak

gunung berapi yang

menyuburkan tanah di sekitarnya.

b) Sering terjadi gempa bumi

terutama Tektonik mdan Gempa

bumi Vulkanik.
36

c) Terdapat tempat-tempat yang

kaya akan barang tambang,

seperti minyak bumi, batu bara,

timah, nikel, emas, dan lain-

lainya.

b. Kondisi Fisik Indoneisa

1) Angin Muson Indonesia

Perbedaan tekanan udara antara dua tempat yang berbeda

menyababkan adanya pergerakan udara dari daerah bertekanan

tinggi (dingin) kedaerah bertekanan rendah (panas). Pergerakan

udara karena perbedaan tekanan disebut angin. Angin muson atau

dikenal juga angin musimmerupakan angin yang berhembus setiap

setengah tahun dan berganti arah. Angin ini menyebabkan

terjadinya pergantian musim di Indonesia antara musim hujan dan

musim kemarau. Berikut ini pola pergerakan angin muson di

Indonesia.

a) Pada bulan Mei sampai Oktober,

benua Australia mengalami

tekanan udara tinggi sedangkan

di benua Asia mengalami tekanan

udara rendah sehingga angin


37

terhembus dari benua Australia

ke benua Asia. Pada saat tersebut,

Indonesia mengalami musim

kemarau. Peristiwa ini dikenal

sebagai angin musim timur.

b) Pada bulan November sampai

April, Benua Asia mengalami

tekanan udara tinggi sedangkan

benua Australia mengalami

tekanan rendah sehingga angin

berhembus dari benua Asia ke

benua Australia. Pada saat

tersebut, Indonesia mengalami

musim hujan karena angin dari

daratan Asia banyak membawa

uap air. Peristiwa pergerakan

angin seperti ini dikenal sebagai

angin muson barat.

c) Pada bulan Maret sampai April

dan September sampai Oktober

terjadi musim pancaroba, yaitu

musim peralihan dari musim

hujan ke musim kemarau pada


38

bulan Maret sampai April dan

dari musim kemarau kemusim

hujan pada bulan September

samapai Oktober. Fenomena ini

terjadi akibat adanya embusan

angin yang tidak menentu dan

arah angin yang senantiasa

berubah di Indonesia.

2) Perubahan musim di Indonesia

Iklim mencakup kajian tentang fenomena fisik atmosfer

sebagai hasil interksi antara proses fisik dan kimia yang terjadi di

atmosfer dengan permukaan bumi. Iklim selalu berubah menurut

ruang waktu dengan pola atau siklus tertentu, baik harian,

musiman, tahunan, maupun siklus beberapa tahun. Selain

perubahan secara alami, iklim dapat juga berubah karena pengaruh

manusia yang merubah komposisi atmosfer sehingga memperbesar

keragaman iklim. Keragaman iklim dibedakan atas beberapa hal

sebagai berikut:

a) Keragaman menurut tempat,

yang ditentukan oleh letak (jauh

dekatnya suatu tempat dari

peredaran matahari), ketinggian

tempat, sebaran daratan dan


39

lautan, serta arah angin utama.

b) Keragaman menurut waktu, yang

ditentukan oleh perputaran bumi

pada sumbunya (rotasi bumi).

3) Jenis Tanah di Indonesia

Tanah merupakan unsure permukaan bumi yang sangat

penting untuk kehidupan. Tanah adalah lapisan atas bumi yang

terbentuk dari berbagai campuran, yaitu dari pelapukan batuan

induk (anorganik) dan jasad tumbuhan serta binatang yang sudah

mati (organic). Oleh Karena pengaruh tempratur udara, angin,

hujan, dan batuan, jasad makhluk hidup tadi menjadi lapuk,

mineral-mineralnya terlepas, dan kemudian membentuk bahan

yang disebut tanah. Jenis tanah antara daerah yang satu dengan

daerah yang lain memiliki perbedaan. Perbedaan jenis tanah

disebabkan oleh pebedaan batuan induk, curah hujan, intensitas

penyinaran matahari, relief, dan tumbuhan penutup tanah.

c. Keanekaragaman Hayati Indonesia

Jutaan tahun lalu, pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan

merupakan bagian dari daratan Asia. Sementara itu, pulau Halmahera dan

Papua merupakan bagian dari daratan Australia. Pulau Sulawesi dan

beberapa pulau di sekitarnya seperti Kepulauan Maluku terpisah dari kedia

daratan tersebut. Mencairnya es di kutub bumu jutaan tahun lalu

mengakibatkan laut menjadi pasang sehingga memisahkan pulau Sumatra,


40

Jawa, dan Kalimantan dari daratan Benua Australia. Perubahan tersebut

berpengaruh terhadap keanekaragaman flora dan fauna yang ada di

Indonesia.

7. Kompetensi Dasar Dinamika Kependudukan Di Indonesia

Jumlah penduduk pada suatu wilayah atau negara selalu berubah-

ubah. Perubahan jumlah penduduk tersebut dinamakan dinamika

kependudukan. Jumlah penduduk suatu negara dari tahun ke tahun pada

umumnya selalu bertambah. Jarang kita jumpai ada negara yang memiliki

jumlah penduduk yang tetap, apalagi berkurang.

Dinamika kependudukan atau perubahan jumlah penduduk

ditentukan oleh 3 (tiga) faktor yaitu kelahiran (natalitas), kematian

(mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi). Kelahiran

bersifatmenambah, kematian bersifat mengurangi, sedangkan migrasi

dapat bersifat manambah karena migrasi masuk dan dapat pula bersifat

mengurangi karena migrasi keluar. Ketiga faktor ini termasuk dalam faktor

demografi. Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan,

jumlah, dan perkembangan penduduk. Pertumbuhan penduduk di

Indonesia terutama ditentukan oleh faktor angka kelahiran dan angka

kematian, karena angka migrasi masuk dan keluar yang ada di Indonesia

masih terlalu kecil.

Selain unsur dinamika penduduk yang bersifar demografi, ada pula

unsur dinamika penduduk nondemografi, yaitu tingkat kesalahan dan


41

tingkat pendidikan penduduk. Tingkat kesehatan penduduk mempengaruhi

tingkat kematian. Semakin tinggi tingkat kematian kesehatan penduduk

semakin rendah tingkat kematian penduduk. Sedangkan bila semakin

tinggi tingkat pendidikan penduduk, maka akan semakin tinggi tingkat

kesehatan penduduk.

a. Sumber Data Kependudukan

Jumlah penduduk di suatu tempat atau negara dapat diketahui

melalui sensus penduduk, regetrasi penduduk, dan survei penduduk. Sesus

Penduduk adalah keseluruhan proses pengumpulan , penghimpunan, dan

menyusun serta menerbitkan data-data demografi, ekonomi, dan sosial

yang menyangkut semua orang pada waktu tertentu di suatu negara atau

wilayah tertentu. Dari data sensus dapat diketahui berapa jumlah dan ciri-

ciri penduduk pada suatu negara atau suatu wilayah tertentu. Berdasarkan

pelaksanaanya sensue penduduk terbagi berbagai-bagi yaitu sensus De

Jure, dan sensus de Fakto.

Regestrasi Penduduk adalah kumpulan keterangan mengenai

terjadinya perestiwa kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk yang

terjadi di tempat penduduk tersebut. Survei Penduduk memiliki pengertian

yang hampir sama dengan sensus, perbedaannya terletak pada jumlah

penduduk yang dicacah. Pada sensus, semua penduduk dilakukan

pencacahan sedangkan pada survei, penduduk yang dicacah tidak

seluruhnya namun dicacah beberapa saja untuk dijadikan sampel. Adapun

berdasarkan sifatnya, sensus bersifat umum sedangkan survei bersifat


42

khusus.

b. Kelahiran

Angka kelahiran dapat terus bertambah karena dipengaruhi

beberapa faktor sebagai berikut,

1) Kawin masih muda, yaitu masih adanya pandangan bahwa wanita

harus menikah pada usia muda sebab bila terlambat menikah,

keluarga akan mendapat malu.

2) Adanya anggapan bahwa anak merupakan tumpuan orang tua di

hari tua.

3) Diberlakukannya Undang-undang perkawinan, yaitu UU No. 1

tahun 1974 yang menetapkan usia kawin bagi peria 19 tahun dan

wanita 16 tahun.

c. Kematian (Mortalitas)

Tinggi rendahnya kematian suatu negara dipengaruhi oleh faktor

penunjang kematian sebagai berikut.

1) Masih rendahnya kesadaran penduduk akan

pentingnya kesehatan.

2) Fasilitas kesehatan belum memadai, seperti

terbatasnya jumlah rumah sakit, peralatan

kesehatan, dan jumlah tenaga medis.

3) Tingkat gizi penduduk yang masih rendah.


43

4) Terjadinya bencana alam, seperti tanah longsor,

banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan

lainnya

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, kematian

dapat dicegah dan angka kematian dapat dikurangi. Beberapa faktor

penghambat kematian di antaranyaberikut ini.

1) Meningkatnya kesadaran penduduk akan

pentingnya kesehatan

2) Fasilitas kesehatan yang memadai dan didukung

oleh peralatan canggih.

3) Meningkatnya tingkat gizi penduduk

4) Meningkatnya keimanan, bahwa membunuh

atau bunuh diri dilarang dalam agama

8. Kompetensi Dasar Lingkungan Hidup dan Pelestariannya

Lingkungan hidup merupakan tempat bagi semua makhluk hidup.

Di sana makhluk hidup beraktivitas sehari-hari. Manusia, hewan, dan

tumbuhan merupakan makhluk hidup yang saling membutuhkan memnjadi

satu kesatuan. Tanpa tumbuhan yang mmenghasilkan oksigen dan sum,ber

makanan, manusia dan hewan tidak dapat hidup. Tumbuhan pun

membutuhkan tanah dan udara untuk media dan berkembangnya.

Tumbuhan pun membutuhkan tanah dan udara untuk media tumbuh dan

berkembangnya. Kesemua hal-hal tersebut merupakan unsure-unsur

lingkungan hidup.
44

a. Lingkungan hidup dan Permasalahannya

Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur tentang

lingkungan hidup, yaitu Undang-Undang RI Nomor 28 tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan hidup. Undang – undang ini terdiri dari sebelas

bab dan 52 pasal. Berikut beberapa pasal yang penting dan berhubungan

dengan lingkungan hidup dan pengertiannya.

Manusia dalam bumi tidak sendirian melainkan bersama makhluk

hidup lain, yaitu hewan dan tumbuhan terdapat hubungan saling

membutuhkan satu sama lain yang sangat erat. Makhluk hidup selain

manusia (hewan dan tumbuhan) bukanlah sekedar kawan hidup netral dan

pasif terdapat manusia, melainkan hidup manusia terkait erat pada mereka.
45

B.

Kerangka

Pikir

Gambar
1. Skema
Kerangka
Pikir
46

C. Hipotesis

Terdapat peningkatan hasil belajar geografi siswa kelas VIII SMP

Negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang dengan menggunakan media

gambar.
47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Variabel dan Desain Penelitian

1) Jenis Penelitian

Dalam penelitian terdapat beberapa jenis penelitian antara lain :

a) Penelitian survai

b) Classroom Action Research

c) Grounded research

d) Kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif

e) Analisa data sekunder

Dari berbagai jenis penelitian yang disebutkan di atas maka salah

satu jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian

ilmiah yang secara langsung dapat memberikan sumbangan bagi

peningkatan kualitas praktik kependidikan adalah penelitan tindakan.

Perpaduan antara istilah penelitian dan tindakan menggambarkan ciri

esensial dari pendekatan ini, yaitu mencoba menerapkan ide-ide atau

pemikiran kedalam praktik sebagai sarana pengembangan dan peningkatan

pengetahuan tentang sesuatu. Misal penelitian tindakan kelas merupakan

perbaikan praktik.

Manfaat Penelitian tindakan kelas yaitu untuk mengembangkan

pemikiran dan peningkatan pengetahuan serta praktik kependidikan dan


48

pembelajaran. hasilnya digunakan untuk mengembangkan sekolah dan

kelas, serta artikulasi secara tepat dan justifikasi terhadap rasionalisasi

pendidikan yang dilakukan. Stenhouse secara cermat menekankan bahwa

penelitian tindakan seharusnya tidak hanya melakukan praktik namun juga

sebuah teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat diakses ke guru-

guru lain. Sehingga penelitian tindakan merupakan suatu cara untuk

menggabungkan teori dan praktik menjadi satu kesatuan.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berfungsi sebagai alat untuk

meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas,

PTK dapat berfungsi sebagai :

a) Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis

dalam situasi pembelajaran di kelas.

b) Alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan

keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya

kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat.

c) Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara

alami) pendekatan tambahan atau inovatif

d) Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk

antara guru dan peneliti

e) Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang

subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.

Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil

penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh
49

orang lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam

situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-

hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga,

peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus

pengembangan.

Secara singkat penelitian kelas dapat didefenisikan sebagai suatu

bentuk kajian yang bersifat relektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan

untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka

dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-

tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana

praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan

tujuan-tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas (classroom action

research) dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri dari

4 tahap yaitu :Merencanakan, Melakukan Tindakan, Mengamati, Refleksi.

Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali

untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum

maksimal untuk memacahkan masalah yang merisaukan. Setelah siklus ini

berlangsung beberapa kali, barangkali perbaikan yang diinginkan sudah

berakhir, namun biasanya muncul akan muncul kembali masalah baru atau

kerisauan baru. Masalah ini akan kembali dipecahkan dengan mengikuti

dayr PTK. Jika


50

model penelitian ini dilaksanakan berarti guru atau peneliti sedang

mengembangkan kemampuan profesionalnya secara sistematis.

Singgarimbun, Masri (1989). Penelitian ini tergolong penelitian tindakan

kelas (classroom action research) yang bersifat deskriptif dan bertujuan

untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Anggeraja Kabupaten Enrekang dengan menggunakan media

pembelajaran geografi.

2) Variabel Penelitian

Alfandi (2001:44) mengemukakan bahwa :”variabel adalah suatu

sifat atau jumlah yang mempunyai nilai kategoriat atau mempunyai nilai

yang dapat dinyatakan dengan bilangan.” Oleh karena itu, untuk

mengarahkan kajian dalam penelitian ini, maka variabel penelitian ini

perlu diketahui. Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu motivasi

belajar siswa dan hasil belajar geografi siswa kelas VIII SMP Negeri 1

Anggeraja Kabupaten Enrekang.

B. Defenisi Operasional Variabel

Untuk menghindari beda penafsiran tentang variabel dalam penelitian,

maka dirumuskan defenisi operasional

1) Motivasi belajar siswa, artinya di dalam proses pembelajaran peneliti ingin

mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan media

pembelajaran gambar yang relevan dengan materi pokok bahasan.

2) Hasil belajar geografi siswa adalah nilai yang diperoleh melalui tes akhir
51

di setiap siklus. Tingkat penguasaan materi oleh siswa tercermin dari skor

yang dicapai setiap siswa dari jawaban tes hasil belajar geografi

C. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Anggeraja yang terletak

di jalan poros Tana Toraja – Makassar, Kelurahan Tanete Kecamatan

Anggeraja Kabupaten Enrekang. Pelaksanaan penelitian ini mulai dari bulan

Mei dan berahir pada bulan juli 2008.

D. Bentuk dan Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kelas dengan bentuk penelitian

tindakan. pada pembelajaran pertama, sama dengan yang diterapkan pada

pembelajaran kedua dan ketiga, hanya refleksi terhadap setiap pembelajaran

berbeda tergantung dari fakta dan interpretasi data yang ada atau situasi dan

kondisi yang dijumpai. Hal ini dilakukan agar diperoleh hasil yang maksimal

mengenai cara penggunaan media pembelajaran media gambar.


52

Selanjutnya desain penelitian secara umum digambarkan seperti bagan di

bawah ini :

E. Prosedur Kerja

Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa prosedur yaitu :

1) Perencanaan (2) pelaksanaan tindakan (3) observasi (4) evaluasi.

1. Gambaran Siklus I

Siklus pertama berlangsung selama 3 kali pertemuan (3 jam

pelajaran), dengan rincian : pertemuan pertama dan kedua dilakukan

penyajian materi, dan pada pertemuan ketiga dilakukan tes akhir siklus I.
53

a) Tahap perencanaan

1) Menelaah materi mata pelajaran geografi Kelas VIII SMP semester

genap berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP)

agar dapat diketahui materi apa yang akan diajarkan.

2) Menentukan materi yang akan diajarkan dalam tahap I

3) Melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran geografi pada sekolah

lokasi penelitian dengan tujuan mengalokasikan waktu yang akan

digunakan.

4) Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni Rencana pelaksanaan

Pembelajaran (RPP). Yang akan digunakan selama proses belajar-

mengajar berlangsung dalam penelitian ini.

5) Sebelum memulai proses pembelajaran peneliti melakukan pertemuan

untuk mengetahui keadaan siswa ketika proses pembelajaran geografi

berlangsung.

6) Membuat format observasi untuk merekam bagaimana kondisi belajar

mengajar dikelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.

7) Merancang dan membuat soal, baik soal latihan kelas, soal tugas

pekerjaan rumah, LKS (lembar kegiatan siswa) dan kuis yang akan

diberikan.

8) Mempersiapkan alat, bahan dan media pembelajaran.

b) Tahap pelaksanaan tindakan

Pada saat pelaksanaan tindakan untuk siklus ini, yang pertama

dilakukan peneliti adalah menjelaskan kepada siswa tujuan yang ingin


54

dicapai untuk materi pada pelajaran hari itu. Kemudian guru membagi

siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, dan setiap kelompok tersebut

mencatat, memahami dan menyelesaikan soal-soal yang berkenaan dengan

materi tersebut. Selanjtnya setiap kelompok mempersentasekan hasil

diskusi kelompoknya dan ditanggapi oleh kelompok lain. Selama proses

tersebut berlangsung, guru mencatat semua kejadian yang dianggap

penting baik mengenai kegiatan siswa selama diskusi maupun tanggapan

yang diberikan oleh siswa yang lain.

c) Tahap observasi

Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Proses observasi pada saat siswa mengikuti proses pembelajaran

dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.

2) Mengevaluasi siswa dengan materi-materi yang telah diajarkan

3) Menganalisis data hasil observasi dan tes evaluasi siswa untuk

mengetahui skor akhir yang diperoleh.

d) Tahap refleksi

Hasil yang dicapai pada tahap observasi dikumpulkan dan

dianalisis. refleksi yang dimaksud adalah pengkajian terhadap

keberhasilan atau kegagalan siswa, dan kemudian menjadi bahan

pertimbangan untuk merumuskan rencana perbaikan pada tahap

selanjutnya.
55

2. Gambaran Siklus II

Pada prinsipnya kegiatan dalam siklus II ini adalah pengulangan

langkah kerja siklus sebelumnya yang telah mengalami perbaikan dan

pengembangan yang disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus I. Siklus

kedua berlangsung selama 3 kali pertemuan (3 jam pelajaran), dengan rincian

: pertemuan pertama dan kedua penyajian materi, dan pada pertemuan ketiga

dilakukan tes akhir siklus II.

3. Gambaran Siklus III

Seperti pada siklus sebelumnya kegiatan dalam siklus III ini adalah

pengulangan langkah kerja siklus pertama dan kedua yang telah mengalami

perbaikan dan pengembangan yang disesuaikan dengan hasil refleksi dari

siklus II. Siklus ketiga berlangsung selama 3 kali pertemuan (3 jam

pelajaran), dengan rincian : pertemuan pertama dan kedua penyajian materi,

dan pada pertemuan ketiga dilakukan tes akhir siklus III.

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1) Untuk data mengenai motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar akan

diambil dengan menggunakan pedoman observasi .

2) Data tentang hasil belajar geografi yang diperoleh dengan menggunakan

tes hasil belajar pada setiap akhir tahap.

G. Analisa Data
Data hasil prestasi belajar geografi dianalisis dengan menggunakan

teknik analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Kriteria


56

yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar siswa adalah

berdasarkan teknik kategorisasi skala lima. Menurut Depdikbud (1993 :7)

bahwa : skor standar umum yang digunakan adalah skala lima yaitu

pembagian tingkat penguasaan yang terbagi atas lima kategori, yaitu :

90 – 100 dikategorikan sangat tinggi

80 – 89 dikategorikan tinggi

65 – 79 dikategorikan sedang

55 – 64 dikategorikan rendah

55 – 64 dikategorikan rendah

0 – 54 dikategorikan sangat rendah

Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan penerapan

media pengajaran geografi dan skor hasil belajar siswa. Analisis data tersebut

ditampilkan dalam bentuk nilai maksimum, minimum, nilai rata-rata standar

deviasi serta frekuensi dan persentase hasil belajar.

H. Indikator Keberhasilan

Indikator dari penilaian ini adalah apabila terjadi peningkatan skor

rata-rata hasil belajar geografi dari tahap pertama ke tahap kedua. Perlakuan

dianggap berhasil apabila mencapai nilai ketuntasan individu mencapai 65 dan

ketuntasan secara klasikal harus mencapai 85% dari jumlah siswa.


57

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMP Negeri 1 Anggeraja terletak dikelurahan Lakawan yang

merupakan ibukota kecamatan Anggeraja. Kecamatan Anggeraja

merupakan salah satu kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten

Enrekang. Wilayah Kecamatan Anggeraja memiliki luas 11.260 hektar

yang terdiri dari sebelas desa/kelurahan. Adapun batas wilayah Kecamatan

Anggeraja sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan

Alla, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Enrekang, Sebelah

Barat berbatasan dengan Kecamatan Enrekang, Sebelah Timur berbatasan

dengan Kecamatan Anggeraja Timur

Letak SMP Negeri 1 Anggeraja dianggap cukup strategis, dimana

letaknya berada di ibukota kecamatan dengan luas tanah adalah 7328 m 2

dengan luas bangunan sekolah adalah 2044 m2. Keadaan gedung SMP

Negeri 1 Anggeraja merupakan bangunan yang permanen dengan keadaan

lingkungan yang baik, selain itu bangunan yang mengelilingi sekolah ini

atau batas-batas lingkungan sekitar sekolah adalah :

a) Sebelah timur berbatasan dengan SMP Negeri 4 Anggeraja.

b) Sebelah utara berbatasan dengan Kantor Kecamatan Anggeraja.

c) Sebelah selatan berbatasan dengan areal pemukiman dan

persawahan.
58

d) Sebelah barat berbatasan dengan areal perkebunan dan

persawahan.

2. Fasilitas

Dalam hal kepemilikan fasilitas, SMP Negeri 1 Anggeraja

memiliki fasilitas yang dapat dikategorikan cukup memadai untuk

berlangsung proses belajar mengajar di sekolah, berikut ini fasilitas

gedung dan bangunan sekolah yang terdapat dalam lingkungan SMP

Negeri 1 Anggeraja. Sarana dan prasarana pendidikan dalam suatu

sekolah memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan dalam

proses belajar mengajar sekalipun siswa dan guru berlimpah ruah tetapi

sarana dan prasarana tidak ada, tujuan pendidikan tidak akan tercapai

dengan sempurna.

Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 1 Anggeraja

ajaran 2007/2008 adalah :


59

Tabel 1. Keadaan Fasilitas SMP Negeri 1 Anggeraja Tahun Ajaran 2007/2008


No Fasilitas Ruangan Jumlah Fasilitas Belajar Jumlah

1 Ruang Kelas untuk belajar 11 Unit Alat peraga IPA 15 Buah


2 Ruang Kepala Sekolah 1 Unit Alat praktek kesenian 15 Buah
Alat praktek
3 Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 Unit 10 Buah
penjaskes
4 Ruang Tata Usaha 1 Unit Audio player/ radio 2 Buah

5 Ruang BK 1 Unit Video player/ televisi 2 Buah

6 Ruang Guru 1 Unit Komputer 15 Buah


7 Ruang Perpustakaan 1 Unit Display/ mading 1 Buah

8 Ruang Laboratorium IPA 1 Unit Perpustakaan 1 Buah


9 Ruang Laboratorium Komputer 1 Unit LCD 2 Buah
10 Mushallah 1 Unit OHP
11 Unit Kegiatan Siswa 1 Unit
12 Lapangan olah raga 1 Unit
13 Kantin 3 Unit
14 Dapur 1 Unit
15 Ruang Pertemuan/ Serba Guna 1 Unit
16 Gudang / WC 2 Unit
Sumber Data : Kantor Tata Usaha SMP Negeri 1 Anggeraja Tahun
Ajaran 2007/2008

3. Siswa

Siswa SMP Negeri 1 Anggeraja sebagian besar adalah mereka

yang telah diterima berdasarkan seleksi Nem tertinggi. Jumlah dari seluruh

siswa Siswa SMP Negeri 1 Anggeraja tahun ajaran 2007/2008 adalah 426

orang dapat kita lihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Anggeraja


Jumlah
Kelas Jumlah Siswa Total Ruangan

Laki-Laki Perempuan
I 76 84 160 4
II 73 83 156 4
III 51 63 114 3
Jumlah 200 230 430 11
60

Sumber : Buku Registrasi SMP Negeri 1 Anggeraja

Dari tabel 4 di atas menjelaskan bahwa, jumlah siswa kelas 1 setiap

ruangan terdiri dari 39 – 37 siswa. Kelas 2 jumlah siswa terdiri dari 37 –

40 siswa setiap ruangan, dan kelas 3 jumlah siswa terdiri dari 36 - 39

siswa setiap ruangan.

4. Personil

Staf SMP Negeri 1 Anggeraja terdiri dari kepala sekolah, wakil

kepala sekolah, guru-guru, dan staf tata usaha, pegawai tetap dan satpam,

jumlah keselurahan adalah 43 orang dengan perincian sebagai berikut

(untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibwah ini

Tabel 3. Jumlah Tenaga Pembina SMP Negeri 1 Anggeraja


Jabatan Jumlah Tenaga Pembina
Kepala Sekolah 1
Wakil Kepala Sekolah 1
Guru Tetap 26
Guru Tidak Tetap 4
Staf Tata Usaha 4
Pegawai Tidak Tetap 3
Satpam 2
Jumlah 43
Sumber : Buku Registrasi SMP Negeri 1 Anggeraja

B. PENYAJIAN HASIL
1. Pelaksanaan tindakan dalam proses belajar geografi dengan
menggunakan media gambar
a) Siklus I
Pada pertemuan pertama diawali dengan penjelasan atau

sosialisasi kepada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja yang


61

menjadi subjek penelitian tentang pemanfaatan media gambar pada

pelajaran geografi. Pada pertemuan pertama ini guru menggunakan

metode mengajar Ceramah bervariasi dan kelompok diskusi. Sebelum

memulai materi siswa disuruh untuk mengamati dan memperhatikan

media yang akan disajikan. Dengan menggunakan media gambar peta,

contoh-contoh gambar permukaan bumi dan globe Siswa diberikan materi

tentang struktur Posisi Geografis Indonesia. Setelah diberikan materi,

siswa kemudian diintruksikan untuk membentuk kelompok diskusi untuk

membahas kembali materi yang telah dipaparkan tadi. Setelah selesai,

siswa kemudian diberikan tugas dan mereka diberikan kesempatan untuk

menyebutkan letak geografis Indonesia dan menyebutkan letak

astronomis Indonesia dan kemudian kelompok lain menanggapi. Pada

pertemuan pertama ini diskusi berjalan lancar dan tidak terlalu banyak

tanggapan karena sebagian besar siswa bisa menyelesaikan tugasnya

dengan benar. Setelah pelajaran hampir usai kemudia guru memberikan

tugas rumah kepada siswa untuk menyebutkan letak geografis Sulawesi

Selatan dan letak astronomis Sulawesi Selatan menurut pendapatnya

masing-masing.

Pada pertemuan kedua metode pengajaran yang digunakan metode

ceramah dan tanya jawab dengan diawali dengan menyuruh siswa untuk

memperhatikan media peta pembagian iklim di dunia dan globe. Setelah

siswa memperhatikan media yang ditampilkan di depan kelas kemudian

guru menjelaskan materi tentang pembagian iklim di dunia dan


62

pembagian musim di Indonesia serta pengaruhnya terhadap kondisi fisik

di Indonesia. Setelah menjelaskan materi tersebut guru mengadakan

metode tanya jawab terhadap siswa. Guru membuat beberapa pertanyaan

tentang materi yang telah dibawakan tadi dengan hubungannya media

gambar yang telah ditampilkan kemudian siswa dipersilahkan untuk

menjawab tanpa harus ditunjuk. Setelah itu, siswa kemudian dipersilahkan

lagi untuk membuat pertanyaan yang kemudian siswa lainnya yang

dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan dari temannya. Karena masih

banyaknya jawaban dari siswa yang kurang tepat dari pertanyaan yang

telah diberikan, guru membahas kembali dari pertanyaan-pertanyaan yang

kurang dimengerti oleh para siswa. Setelah penjelasan selesai, guru

memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum materi yang telah

dibawakan tadi, kemudian dipersilahkan membacakan hasil

rangkumannya di depan kelas. Setelah pelajaran hampir selesai, guru

memberikan intruksi kepada siswa bahwa akan diadakan ujian tes pada

pertemuan berikutnya menyangkut materi yang telah dibawakan

sebelumnya.

pada pertemuan ketiga ini dilakukan tes hasil belajar siklus I yang

diikuti oleh semua siswa kelas VIIIc yang berjumlah 40 orang. Tapi

sebelumnya, siswa diberi kesempatan untuk mempelajari kembali

materinya kurang lebih 10 menit dan bertanya jika ada materi yang belum

dimengerti selama ini. Karena banyaknya siswa yang kurang

memperhatikan pada saat penjelasan dan lebih banyak melakukan


63

kegiatan lainnya pada saat penjelasan materi sehingga maka banyak siswa

yang memperoleh hasil tes masih sangat rendah. Hal ini juga dikarenakan

kurang cukupnya waktu pengajaran untuk menjelaskan secara terperinci

mengenai materi yang dibawakan sehingga siswa lebih cenderung

bingung memahami materi palajaran dan keterkaitannya dengan media

gambar yang ditampilkan.

b) Siklus II
Setelah melihat hasil evaluasi siswa yang masih sangat rendah

pada siklus I maka, guru melakukan perbaikan pada siklus kedua. Pada

pembelajaran siklus II hampir sama dengan pada pembelajaran pada

Siklus I perbedaannya hanya pada metode pembelajaran yang digunakan.

Pada siklus II metode pembelajaran yang digunakan hampir sama dengan

pada siklus I yaitu metode ceramah bervariasi, metode diskusi, tanya

jawab, kemudian di tambah metode exlamper non exlamper.

Pada pertemuan pertama metode yang digunakan guru metode

ceramah bervariasi dan tanya jawab. Sebelum memulai pembelajaran guru

menampilkan media gambar grafik pertumbuhan penduduk Indonesia

kemudian mejelaskannya hubungannya dengan pertumbuhan penduduk di

Indonesi. Setelah mejelaskan materi masalah kependudukan guru

memepersilahkan kepada siswa untuk bertanya kembali mengenai materi

yang kurang dimengerti oleh siswa dibentuk ke dalam kelompok diskusi

yang berbeda. Setelah pelajaran hampir usai kemudia guru memberikan

tugas rumah kepada siswa untuk mengamati lingkuangan rumahnya dan

menjelaskan secara tulisan mengenai kehidupan penduduk yang dalam


64

lingkungannya dirumah sendiri menurut pendapatnya masing-masing.

Pada pertemuan kedua metode pengajaran yang digunakan Pada

pertemuan kedua yaitu diskusi picture and picture. Sebelum memulai

pelajaran guru membagi kelompok diskusi yang baru sehingga mereka

akan merasakan suasana baru. Setelah membagi kelompok diskusi, guru

kemudian memberikan pengantar atau penjelasan sedikit mengenai

dinamika kependudukan serta faktor-faktor yang mendukung dan

penghambatnya. Setelah itu, guru memasang gambar yang urutan yang

secara tidak teratur, kemudian setiap kelompok dipersilahkan untuk

tampil kedepan kelas untuk mengurutkan gambar yang telah dipasang

sesuai dengan urutannya setelah itu menjelaskan mengapa mengurutkan

gambar tersebut sehingga sesuai dengan urutannya. Kegiatan tersebut

terus berlangsung sampai waktu pelajaran mau habis. Setelah pelajaran

hampir selesai, guru memberikan intruksi kepada siswa bahwa akan

diadakan ujian tes pada pertemuan berikutnya menyangkut materi yang

telah dibawakan sebelumnya.

Kegiatan pembelajaran siklus II berjalan dengan baik dan lancar

walaupun nampak dari sebagian besar siswa merasa jenuh karena

banyaknya materi perhitungan pada materi kependudukan. Walaupun

perhatian siswa sedikit lebih meningkat mereka masih sangat susah untuk

mengerti atau memhami materi tentang kependudukan khususnya pada

materi perhitungannya serta masih kurangnya mental siswa untuk berani

tampil ke depan kelas untuk mengungkapkan pendapatnya dikarenakan


65

belum bisa mengaktualisasikan dari hasil pengamatannya ke media

gambar yang akan diurutkan serta kebanyakan siswa belum berani untuk

tampil salah, sehingga pada saat melakukan evaluasi hasil belajar, nilai

siswa pun kurang memuaskan.

c) Siklus III
Melihat dari hasil evaluasi siswa pada siklus II yang kurang

memuaskan, maka perlu melakukan perbaikan pada siklus III. Pada

pembelajaran siklus III juga sama dengan pembelajaran siklus I dan II.

Perbedaannya hanya pada metode pembelajaran yang digunakan. Pada

siklus III juga menggunakan metode pembelajaran cceramah bervariasi,

kelompok diskusi dan ditambah metode Exlamper Non exlamper, pada

siklus III ini siswa dibentuk ke dalam kelompok yang berbeda. Agar

mereka merasakan suasana baru.

Pada pertemuan pertama guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk memperhatikan media gambar yang telah dipasang di depan

kelas kemudian guru menjelaskan secara singkat mengenai materi unsur-

unsur lingkungan serta keterkaitanya dengan ekosistem yang ada di

sekitarnya. Setelah menjelasakan materi pembelajaran, guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyan kepada siswa

untuk bertanya mengenai materi yang masing kurang dipahami. Setelah

pembelajaran hampir usai, guru memberikan tugas rumah kepada siswa

untuk memperhatikan lingkungan disekitar tempat tinggalnya dan

menjelaskan sesuai dengan kenampakan yang diamati.

Kemudian pada pertemuan kedua, guru menampilkan media


66

gambar yang telah digunakan pada pertemuan sebelumnya. Sebelum

pembelajaran dimulai, guru mempersilahkan kepada setiap siswa untuk

masing-masing menunjukan contoh gambaran lingkungan disekitar

tempat tinggalnya dengan menggunakan media gambar yang telah

ditampilkan di depan kelas dan menjelaskan alasannya sehingga memilih

gambar tersebut. Setelah semua telah selesai mendapatkan giliran, guru

kemudian menjelaskan kembali maksud dari kegiatan tersebut dan

meluruskan apabila ada pendapat siswa yang kurang tepat. Kegiatan

pembelajaran siklus III berjalan dengan sangat baik dan perhatian siswa

lebih meningkat sehingga pada saat menganalisis hasil evaluasi pada

siklus ketiga terjadi peningkatan yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan

karena siswa merasa sangat mudah untuk memahami materi pembelajaran

yang diberikan karena mereka diberikan media gambar yang sangat

mudah dimengerti dan sering mereka jumpai pada lingkungan disekitar

tempat tinggal mereka.

2. Hasil Analisis Kualitatif


Pada bagian ini membahas tentang perubahan-perubahan yang

terjadi pada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja selama

diterapkannya media gambar sebagai media pembelajaran. Pembahasan

yang dimaksud merupakan data kualitatif yang diperoleh dari lembar

observasi siswa yang dicatat oleh peneliti pada setiap pertemuan selama

proses pembelajaran berlangsung dari tiap-tiap siklus. Adapun perubahan-

perubahan tersebut adalah :

a) Tingkat kehadiran siswa tidak mengalami perubahan yang berarti


67

pada setiap siklus. Adapun siswa yang tidak hadir dikarenakan

sakit atau izin.

b) Perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga

mengalami peningkatan dari siklus I, siklus II dan siklus III. Hal ini

terlihat pada beberapa hal berikut :

1) Jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan dan tanggapan

kepada guru dari siklus I ke siklus II dan siklus III mengalami

peningkatan.

2) Jumlah siswa yang mengerjakan tugas rumah juga meningkat.

Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi pada setiap

siklus. Pada siklus I terdapat hanya 32 siswa yang dapat

menyelesaikan tugas dirumah dan 8 orang yang tidak dapat

menyelesaikan tugasnya di rumah. Pada siklus II jumlah siswa

yang dapat mengerjakan tugasnya di rumah ada 39 siswa dan

yang tidak mengerjakan tugasnya dirumah hanya 1 orang,

itupun dikarenakan tidak hadirnya siswa pada saat pemberian

soal-soal yang akan dikerjakan di rumah.

3) Jumlah siswa yang memperhatikan pembahasan materi juga

mengalami peningkatan. Ini dapat dilihat dari sikap siswa pada

saat menerima materi pelajaran. Siswa sangat gembira dan

senang apabila mereka di perlihatkan contoh-contoh media

gambar yang bersangkutan dengan materi yang dibawakan. Ini

terjadi pada setiap siklus.


68

4) Siswa yang aktif memberikan contoh masalah dalam

kehidupan sehari-hari terkait dengan materi yang dipelajari

juga mengalami peningkatan.

5) Jumlah Siswa yang memperhatikan media yang digunakan

6) Siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan

tulis juga mengalami peningkatan.

7) Meningkatnya daya kreatifitas siswa dalam menyajikan media

media yang lain yang berhubungan dengan materi pelajaran.

c) Kerjasama dan komunikasi siswa dalam kelompok semakin terjalin

yang ditandai dengan adanya beberapa siswa yang bertanya dan

meminta penjelasan kepada teman kelompoknya berkaitan dengan

materi yang diberikan.

d) Perubahan sikap siswa


69

Tabel 4. Perubahan Sikap Siswa Siklus I, II & III


No Komponen yang diamati SIKLUS KE
(dari 40 orang siswa)
I II III
(% rata-rata) (% rata-rata) (% rata-rata)
1 Siswa yang hadir pada saat
95,8% 98,3% 98,3%
pembelajaran
2 Siswa yang memperhatikan
37,5% 52,5% 87,5%
pembahasan materi
3 Siswa yang melakukan
kegiatan lain pada saat 62,5% 47,5% 12,5%
pembahasan materi
4 Siswa yang menjawab pada
saat diajukan pertanyaan 12,5% 17,5% 30%
tentang materi pelajaran
5 Siswa yang meminta untuk
dijelaskan kembali suatu 6,25% 6,25% 3,75%
konsep yang telah dibahas
6 Siswa yang mengajukan
pertanyaan pada saat 6,25% 7,5% 15%
pembelajaran.
7 Siswa yang bekerjasama dan
berpartisipasi dalam 28,75% 42,5% 87,5%
kelompoknya

Dari tabel di atas terlihat adanya perubahan sikap siswa dari

setiap siklus kecuali pada tingkat kehadiran siswa. Tingkat

kehadiran tidak terjadi perubahan yang berarti dikarenakan adanya

siswa yang tidak hadir karena mereka sakit dan ada siswa yang

minta izin. Pada siklus I Siswa yang hadir pada saat pembelajaran

95,8%, Siswa yang memperhatikan pembahasan materi 37,5%,

Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi

62,5%, Siswa yang menjawab pada saat diajukan pertanyaan

tentang materi pelajaran 12,5%, Siswa yang meminta untuk

dijelaskan kembali suatu konsep yang telah dibahas 6,25%, Siswa

yang mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran 6,25%, Siswa


70

yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompoknya 28,75%.

Pada siklus II Siswa yang hadir pada saat pembelajaran

98,3%, Siswa yang memperhatikan pembahasan materi 52,5%,

Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi

47,5%, Siswa yang menjawab pada saat diajukan pertanyaan

tentang materi pelajaran 17,5%, Siswa yang meminta untuk

dijelaskan kembali suatu konsep yang telah dibahas 6,25%, Siswa

yang mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran 7,5%, Siswa

yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompoknya 42,5%.

Sedangkan pada siklus III Siswa yang hadir pada saat

pembelajaran 98,3%, Siswa yang memperhatikan pembahasan

materi 87,5%, Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat

pembahasan materi 12,5%, Siswa yang menjawab pada saat

diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran 30%, Siswa yang

meminta untuk dijelaskan kembali suatu konsep yang telah dibahas

3,75%, Siswa yang mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran

15%, Siswa yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam

kelompoknya 87,5%.

e) Secara umum pelajaran geografi dengan menggunakan media

pembelajaran media gambar pada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1

Anggeraja, sudah bisa meningkatkan perubahan sikap siswa dalam

mengikuti pelajaran di dalam kelas.

3. Hasil Analisis Kuantitatif


a) Analisis Statistik Deskriptif
71

1) hasil tes akhir siklus I (pertama)


Pada tes akhir siklus ini, diperoleh gambaran tentang

kemampuan pemahaman siswa kelas VIIIc yang menjadi subjek

penelitian. Tes akhir siklus ini diikuti oleh semua siswa kelas VIIIc

SMP Negeri 1 Anggeraja yang berjumlah 40 orang. Adapun data skor

hasil tes siswa pada tes siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5. Statistik Hasil Tes Siswa Pada Siklus I


Statistik Nilai statistik
Subjek 40
Nilai ideal 100
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 30
Rentang nilai 55
Nilai rata-rata 52
Median 50
Standar deviasi 11,11
.

Dari tabel di atas kita dapat memperoleh gambaran mengenai

tingkat kemampuan dan pemahaman dari siswa setelah diterapkan

pembelajaran Geografi dengan menggunakan media gambar. Pada

siklus I ini nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 52 dari nilai

ideal (nilai maksimum) yang mungkin dicapai oleh siswa adalah 85,

skor terendah adalah 30, dengan standar deviasi 11,11Setelah nilai

responden dikelompokkan ke dalam lima kategori yang ditetapkan

oleh direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah, maka

diperoleh distribusi frekuensi dan persentase nilai pada tabel di bawah


72

ini.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Tes Siklus I.


No Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase
1 85 - 100 Sangat baik 1 2,5 %
2 65 – 84 Baik 7 17,5 %
3 55 – 64 Cukup 10 25 %
4 35 – 54 rendah 21 52,5 %
5 0 – 34 Sangat rendah 1 2,5 %
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40

siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 2,5 % yang

penguasaan materinya masuk dalam kategori sangat rendah, 52,5 %

masuk dalam kategori rendah, 25 %masuk dalam kategori cukup, 17,5

% masuk dalam kategori baik dan 2,5 % masuk dalam kategori sangat

baik. Selanjutnya untuk melihat jumlah siswa yang mencapai standar

ketuntasan belajar individual pada akhir siklus I dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 7. Frekuensi dan persentase Ketuntasan Belajar Individual siswa


pada siklus I
No Kriteria Frekuensi Persentase
1 Tuntas 8 20%
2 Tidak tuntas 32 80%
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40

orang siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 8 atau

20% siswa yang mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual

yang ditetapkan oleh dinas pendidikan nasional yaitu 65,0. Sedangkan


73

siswa yang belum mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual

sebanyak 32 orang atau sekitar 80%.

2) hasil tes akhir siklus II.


Siklus II ini merupakan lanjutan dari siklus I, sehingga dari

hasil tes pada siklus II kita bisa melihat begaimana perkembangan

kemampuan pemahaman siswa kelas VIIIc terhadap mata pelajaran

Geografi setelah tindakan kelas yaitu penerapan pembelajaran dengan

menggunakan media pada materi Dinamika Penduduk . Tes akhir

siklus ini diikuti oleh semua siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1

Anggeraja yang berjumlah 40 orang. Adapun data skor hasil tes siswa

pada tes siklus II ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Statistik Hasil Tes Siswa Pada Siklus II


Statistik Nilai statistik
Subjek 40
Nilai ideal 100
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 35
Rentang nilai 50
Nilai rata-rata 59,25
Median 57,5
Standar deviasi 10,81
Dari tabel di atas kita dapat memperoleh gambaran mengenai

tingkat kemampuan dan pemahaman siswa setelah penerapan

pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Pada siklus II ini,

terjadi perubahan perolehan hasil tes siswa. Dimana nilai rata-rata

yang diperoleh siswa adalah dari nilai ideal (nilai maksimum) yang
74

mungkin dicapai oleh siswa adalah 85, skor terendah adalah 35,

dengan standar deviasi 10,81.

Setelah nilai responden dikelompokkan ke dalam lima kategori

yang ditetapkan oleh direktorat jendral pendidikan dasar dan

menengah, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase nilai

pada tabel di bawah ini.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Tes Siklus II.


No Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase
1 85 -100 Sangat baik 1 2,5%
2 65 – 84 Baik 14 35%
3 55 – 64 Cukup 12 30%
4 35 – 54 Kurang 13 32,5%
5 0 - 34 Sangat kurang - -
Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40

siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 32,5%

yang penguasaan materinya masuk dalam kategori kurang, 30% masuk

dalam kategori cukup, 35% kategori baik dan 2,5% masuk dalam

kategori sangat baik

Selanjutnya untuk melihat jumlah siswa yang mencapai standar

ketuntasan belajar individual pada akhir siklus II dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 10. Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Belajar Individual


Siswa pada siklus II.
No Kriteria Frekuensi Persentase
1 Tuntas 15 37,5%
2 Tidak tuntas 25 62,5%
75

Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40

orang siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat 15 atau

37,5% siswa yang mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual

yang ditetapkan oleh dinas pendidikan nasional yaitu 65,0. sedangkan

siswa yang belum mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual

sebanyak 25 orang atau sekitar 62,5%

3) Hasil tes akhir siklus III.


Siklus III ini merupakan lanjutan dari siklus II, sehingga dari

hasil tes pada siklus III kita bisa melihat bagaimana perkembangan

kemampuan pemahaman siswa kelas VIIIc terhadap mata pelajaran

Geografi setelah tindakan kelas yaitu penerapan pembelajaran dengan

menggunakan media gambar pada materi Latak Geografis dan

Astronomis Indonesia. Tes akhir siklus ini diikuti oleh semua siswa

kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja yang berjumlah 40 orang.

Adapun data skor hasil tes siswa pada tes siklus III ini dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 11. Statistik Hasil Tes Siswa Pada Siklus III


Statistik Nilai statistic
Subjek 40
Nilai ideal 100
Nilai tertinggi 90
Nilai terendah 30
Rentang nilai 60
Nilai rata-rata 68,62
76

Median 75
Standar deviasi 10,78

Dari tabel di atas kita dapat memperoleh gambaran mengenai

tingkat kemampuan dan pemahaman setelah diterapkan pembelajaran

dengan menggunakan media gambar. Pada siklus III ini, terjadi

perubahan perolehan hasil tes siswa. Dimana nilai rata-rata yang

diperoleh siswa adalah 68,625 dari nilai ideal (nilai maksimum) yang

dicapai oleh siswa adalah 90, skor terendah adalah 30, dengan standar

deviasi 10,78.

Setelah nilai responden dikelompokkan ke dalam lima kategori

yang ditetapkan oleh direktorat jendral pendidikan dasar dan

menengah, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase nilai

pada tabel di bawah ini.

Tabel 12. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Tes Siklus III.
No Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase
1 85 -100 Sangat baik 3 7,5%
2 65 – 84 Baik 31 77,5%
3 55 – 64 Cukup 3 7,5%
4 35 – 54 Kurang 2 5%
5 0 – 34 Sangat kurang 1 2,5%
Jumlah 40 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40

siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 2,5% yang

penguasaan materinya masuk dalam kategori sangat kurang, 5% masuk


77

dalam kategori kurang, 7,5% masuk dalam kategori cukup, 77,5%

kategori baik dan 7,5% masuk dalam kategori sangat baik.

Selanjutnya untuk melihat jumlah siswa yang mencapai standar

ketuntasan belajar individual pada akhir siklus III dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 13. Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Belajar Individual


Siswa pada siklus III.

No Kriteria Frekuensi Persentase


1 Tuntas 34 85%
2 Tidak tuntas 6 15%
Jumlah 40 40

Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40

orang siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 34

atau 85% siswa yang mencapai nilai standar ketuntasan belajar

individual yang ditetapkan oleh dinas pendidikan nasional yaitu 65,0

sedangkan siswa yang belum mencapai nilai standar ketuntasan belajar

individual sebanyak 6 orang atau sekitar 15%

Untuk melihat perubahan yang terjadi dari hasil belajar

geografi siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja pada setiap siklus

dapat dilihat pada table berikut ini :


78

Tabel 14. Hasil Belajar Geografi Siswa Pada Setiap Siklus


Siklus Nilai perolehan siswa kategori Siswa yang
mencapai
standar
ketuntasan
belajar
individual
Maksimum Minimum Rata-rata
I 85 30 57,5 Sedang 8
II 85 35 60 Sedang 15
III 90 30 60 Sedang 34

Dari table di atas terlihat adanya perubahan hasil ujian geografi

siswa dari setiap siklus. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada akhir

siklus I nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 57,5 berada pada

kategori sedang, pada akhir tes siklus II nilai rata-rata yang diperoleh

siswa adalah 60 berada pada kategori sedang, sedangkan pada akhir tes

siklus III nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 60 berada pada

kategori sedang. Dari tabel di atas juga terlihat bahwa siswa yang nilai

ujiannya mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual juga

bertambah jumlahnya, yaitu dari 8 orang pada siklus I menjadi 15

orang pada siklus II kemudian bertambah menjadi 34 orang pada siklus

III.

Hasil ini sekaligus memberikan gambaran bahwa penelitian ini

telah mencapai hasil yang maksimal. Dimana jumlah siswa yang

mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual yang ditentukan

oleh Dinas Pendidikan Nasional sebanyak 34 telah mencapai standar

ketuntasan belajar klasikal yaitu 85% dari keseluruhan siswa.


79

Terdapat siswa yang masih rendah nilainya disebabkan oleh

faktor kurangnya semangat belajar siswa untuk mengulangi atau

mempelajari kembali materi yang telah diberikan di kelas.

Kecenderungan siswa untuk bermain-main lebih dominan dibanding

belajar di rumah pada saat pulang sekolah, sehingga materi yang

awalnya dianggap mudah dipahami saat proses belajar mengajar

berlangsung menjadi sukar pada saat berhadapan dengan soal ujian.

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa keberhasilan siswa

bukan hanya ditentukan oleh pihak guru di sekolah akan tetapi juga

ditentukan oleh sikap dan perhatian orang tua siswa di rumah dalam

memberikan semangat belajar bagi anak-anaknya. Secara umum

pelajaran geografi dengan menggunakan Media pembelajaran media

gambar pada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja sudah bisa

mengantar siswa untuk lebih mudah memahami materi pelajaran yang

diberikan.

b) Analisis Statistik Inferensial


hasil analisis statistic inferensial tentang peningkatan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran geografi dengan menggunakan Media

pembelajaran geografi media gambar di SMP Negeri 1 Anggeraja

digunakan statistic parametric yaitu uji Anava (analisis Varians).

Tabel 15. Tabel Analisis Varians


Sumber varians df jk kt f
Rata-rata 1 426616,88 426616,88 23,133
80

Antar kelompok 2 5641,25 2820,625


Dalam kelompok 117 14266,87 121,93
Total 120 49.420.900
F hit = 23,133
F tab = 3,076

Karena F hit > F tab maka Ho ditolak dan H1 diterima.


Jadi, ada peningkatan hasil belajar geografi siswa kelas VIIIc SMP

Negeri 1 Anggeraja dengan menggunakan media pembelajaran media

gambar.
81

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil observasi dan hasil analisis data dalam bab-bab

terdahulu maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam pelaksanaan tindakan penelitian dari setiap siklus mengalami

berbagai macam kendala dan yang akhirnya dapat diminimalisir dengan

melakukan perbaikan dari setiap siklus. Pada siklus I kendala yang paling

besar adalah kurangnya waktu pengajaran untuk membahas secara jelas

materi yang dibawakan sehingga madia gambar yang ditampilkan masih

susah untuk dipahami oleh banyak siswa . Kemudian pada siklus II

dilakukan perbaikan dengan menggunakan metode pengajaran picture and

picture. Disini terjadi Pada siklus II ini, pengajaran dengan menggunakan

media gambar belum juga optimal dikarenakan banyak siswa merasa

jenuh dengan materi perhitungan pada pokok bahasan dinamika penduduk

serta masih banyak siswa yang takut untuk tampil salah di depan kelas.

Kemudia dilakukan lagi perbaikan pada siklus III dengan menambahkan

metode Eksmple non eksample. Pada siklus ketiga terjadi peningkatan

hasil belajar yang memuaskan karena siswa dengan mudah memahami

materi pelajaran. Siswa sangat mudah memahami media gambar yang di

tampilkan di depan kelas karena siswa diberikan kesempatan untuk

mengamati lingkungan disekitarnya sebelum mengamati media gambar


82

yang disediakan.

2. Terjadi peningkatan motivasi belajar dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari

banyknya siswa yang yang aktif mengikuti proses belajar mengajar.

Misalnya, kurangnya siswa yang melakukan kegiatan lainnya pada saat

proses belajar sedang berlangsung, banyak siswa yang berani mengajukan

pertanyaan, siswa telah berani memberikan tanggapan dari pertanyaan,

banyaknya siswa yang berani untuk tampil di depan kelas, banyaknya

siswa yang mengerjakan tugas di rumah, meningkatnya kreatifitas siswa

dalam memberikan contoh-contoh objek kehidupan sehari-hari yang

terdapat dalam materi.

3. Terjadi peningkatan Hasil belajar siswa pada kelas VIIIc SMP Negeri 1

Anggeraja dengan menggunakan media pembelajaran media gambar. Hal

ini dapat dilihat hasil evaluasi belajar siswa dari tiap siklus. Pada siklus I,

jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar individual adalah

20% dengan kriteria tuntas dan 80% dengan kriteria tidak tuntas, pada

siklus II, jumlah hasil evaluasi yang mencapai standar ketuntasan belajar

individual adalah 37,5% dengan kriteria tuntas dan 62,5% dengan kriteria

tidak tuntas. Pada siklus III, jumlah siswa yang mencapai standar

ketuntasan belajar individual adalah 85% dengan kriteria tuntas dan 15%

dengan kriteria tidak tuntas.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang

telah diuraikan, maka dibawah ini akan dikemukakan beberapa saran yaitu
83

sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada guru agar sekiranya sadar dan mengerti akan arti

pentingnya media pembelajaran salah satunya media gambar dalam

menstranformasikan materi pembelajaran kepada siswa.

2. Diharapkan kepada guru mata pelajaran geografi lebih profesional dan

kreatif dalam menyajikan materi agar prestasi belajar geografi siswa

dimasa-masa yang akan datang lebih baik

3. Diharapkan kepada pendidik khususnya guru dapat menyesuaikan

media pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan dengan

kondisi kelas agar dapat memotivasi dan menarik perhatian siswa

dalam belajar.

4. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat pada penelitian tindakan kelas

agar bisa lebih mengembangkan hasil penelitian ini pada pokok

bahasan dan lokasi yang berbeda agar memperoleh wawasan yang

lebih luas dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada

mata pelajaran geografi.


84

DAFTAR PUSTAKA

Alfandi, Widodo. 2001. Epistimologi Geografi. Universitas Gadjah Mada Press:


Yogyakarta

Arsyad Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Grafindo Persada

Depdikbud. 1993. Evaluasi Dan Penilaian. Protek peningkatan mutu guru dirjen
DIKNASMEN : Jakarta.

Djamarah & Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Edgan Dale. 1990. Assosiation for Education Commucation and Technology
(AECT). UNS : Surabaya.

Hamalik. 1994. Prosedur Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.

Haryangnti . 2001. Proses Belajar mengajar efektif. Lomba Karya Tulis Ilmiah.

DEPDIKNAS.

Heinich, Molenda, Russel , 1996. Media Pengajaran Pendidikan. Lembaga

Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta.

Lawalata, P.M. 1980. Pengaruh Persepsi dan Kebiasaan Pimpinan Terhadap


Performans Administrasi Kepala Sekolah Dasar di Sulawesi Selatan.
Disertasi IKIP Bandung.

Nurbaeti Syutin. 2004. Prinsip Pengembangan Media Pembelajaran. Pustekkom


Depdiknas.
Poerwardarmanto. 1976. Kamus Bahasa Indonesia. PT Remaja Rosdakarya :
Bandung

Raharjo, dkk. 1994. Media Pengajaran (Pembuatan dan Penggunaan). Sinar


Baru: Bandung.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Cet. III Jakarta: LP3ES

Sisdiknas, 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional RI . Jakarta

Sudjana, Nana. 2001. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar mengajar.
Sinar Baru: Bandung.

Sudjana. 1992. Statistik Terapan, Sinar Baru Algesindo: Bandung.


85

Sudjarwo,1998. Media Pengajaran. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Sumaatmajda, Nursid. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Bumi Aksara:


Jakarta.

Tabrani Ruyan. 2006. Hakekat Belajar. Makalah. Malang

Tika, Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara; Jakarta.

R .Angkowo & A. Kosasih.. Optimalisasi Media Pembelajaran. PT Grasindo.


Jakarta. 2007

You might also like