You are on page 1of 27

Petunjuk Pelaksanaan

Pendampingan SL-PTT
1

1. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang

Penyediaan beras dalam jumlah cukup dan harga


terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan
nasional. Selain merupakan makanan pokok untuk lebih
dari 95 % rakyat Indonesia, padi juga menyediakan
lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani
di pedesaan. Oleh karena itu peningkatan produktivitas
usahatani padi harus terus diupayakan.

Dalam upaya meningkatkan produktivitas usahatani


padi tersebut pendekatannya dilakukan melalui Sekolah
Lapang Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu
(SL-PTT) yang diinisiasi oleh Puslitbang Tanaman
Pangan, Badan Litbang Pertanian.

Berkenaan dengan SL-PTT Padi ini, BPTP berperan


sangat strategis tidak saja sebagai penyedia teknologi
akan tetapi juga dalam memberikan pendampingan di
lapangan dalam bentuk pelatihan/apresiasi materi
teknologi, demplot dan gelar teknologi, penggandaan
dan distribusi materi inovasi.

Untuk mendukung peran BPTP tersebut, Balai Besar


Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP) yang memiliki fungsi koordinasi BPTP
mengambil inisiatif untuk menyusun petunjuk
pelaksanaan (Juklak) pendampingan SL-PTT untuk
dijadikan acuan oleh BPTP.

Buku ini memuat Prinsip-prinsip penyelenggaraan SL-


PTT, Skenario Pelaksanaan Pendampingan. Terakhir
ditutup dengan Bab Pelaporan. Sebagai kelengkapan
pendukung, dilampirkan pula beberapa contoh isian
(formulir) yang perlu diisi dalam rangka pelaporan
kegiatan.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


2 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

1.2. Tujuan dan Sasaran Pendampingan


Penyusunan Juklak ini bertujuan untuk membantu
memperlancar tugas BPTP melakukan pendampingan
SL-PTT di wilayahnya. Setiap BPTP melakukan
pendampingan pada ≥ 60% total lokasi SL-PTT di
wilayahnya.

Sasaran pendampingan adalah mendorong peningkatan


produktivitas padi nasional.

2. Sasaran Produksi Padi Nasional


Dalam periode 1970-1990 laju pertumbuhan produksi
padi cukup tajam, rata-rata 4,3% per tahun. Akan tetapi
kemarau panjang yang terjadi beberapa tahun
kemudian menyebabkan terjadinya penurunan produksi.

Dalam periode 1997-2000 produksi padi kembali


meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,67%
per tahun, terutama karena bertambahnya areal panen.

Pada tahun 2007, produksi padi meningkat sebesar


4,96% dibandingkan dengan tahun 2006 sedangkan
pada tahun 2008, menurut angka ramalan BPS,
produksi padi nasional mencapai 60,28 juta ton gabah
kering giling, meningkat 5,46% dibanding tahun 2007.
Pencapaian ini telah mengantar Indonesia kembali
meraih swasembada beras (Puslitbangtan, 2009).

Pada periode 2000-2006, jumlah penduduk Indonesia


meningkat dengan laju pertumbuhan 1,36% per tahun
sementara konsumsi beras diperkirakan 137 kg per
kapita.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


Petunjuk Pelaksanaan
Pendampingan SL-PTT
3

Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk menurun


0,03% per tahun, maka konsumsi beras pada tahun
2010, 2015, dan 2020 diproyeksikan berturut-turut
sebesar 32,13 juta ton, 34,12 juta ton, dan 35,97 juta
ton. Jumlah penduduk pada ketiga periode itu
diperkirakan berturut-turut 235 juta, 249 juta, dan 263
juta jiwa.

Untuk mengimbangi permintaan beras dalam negeri,


Departemen Pertanian menyusun dua skenario, salah
satunya adalah skenario swasembada.

Skenario ini menggunakan trend pertumbuhan produksi


2000-2006, di mana areal panen sedikit menurun
(0,01% per tahun) tetapi produktivitas masih meningkat
rata-rata 0,82% per tahun.

Sasaran peningkatan produktivitas nasional untuk padi


inhibrida 0,5 – 1 ton/ha pada lokasi SL dan 1,0 – 1,5
ton/ha pada lokasi LL. Untuk padi hibrida sasarannya 2
ton/ha pada lokasi SL dan 2,5 ton/ha pada lokasi LL.

3. Penyelenggaraan Sekolah Lapang


PTT
3.1. Pengertian

Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman


pangan khususnya padi dilaksanakan melalui
pendekatan SL-PTT yang berfungsi sebagai pusat
belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok
tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan
pengalaman lapangan, pembinaan manajemen
kelompok serta sebagai percontohan bagai kawasan
lainnnya.

Melalui SL-PTT petani akan mampu mengambil


keputusan dalam setiap tahapan budidaya
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
4 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

usahataninya serta mampu mengaplikasikan teknologi


secara benar.

Sekolah lapang PTT tidak terikat ruang kelas, sehingga


belajar dapat dilakukan di tempat-tempat lain yang
berdekatan dengan lahan belajar.

SL-PTT merupakan suatu tempat pendidikan nonformal


bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam mengenali potensi, penyusunan
rencana usahatani, mengatasi permasalahan,
mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang
sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara
sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga
usahataninya menjadi lebih efisien, berproduktivitas
tinggi dan berkelanjutan.

Pelaksanaan SL-PTT menggunakan sarana kelompok


tani yang sudah terbentuk dan masih aktif. Kelompok
tani dimaksud adalah yang berbasis domisili atau
hamparan dimana lokasi lahan usahataninya masih
dalam satu hamparan.

Luas satu unit SL-PTT adalah 25 hektar, dan di dalam


SL-PTT seluas itu dibangun laboratorium lapang (LL)
seluas satu hektar. LL adalah kawasan atau area dalam
kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai percontohan,
tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi
yang disusun dan diaplikasikan bersama kelompok
tani/petani.

Kegiatan SLPTT didukung Pemandu Lapang (PL) yang


terdiri dari Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme
Pengganggu Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman
(PBT) yang telah mengikuti pelatihan.

Di dalam SL-PTT, juga terdapat POSKO I – V yaitu Pos


Simpul Koordinasi sebagai tempat melaksanakan
koordinasi dalam rangka mendukung kelancaran
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Petunjuk Pelaksanaan
Pendampingan SL-PTT
5

pelaksanaan SL-PTT. POSKO yang telah ada antara lain


POSKO P2BN.

3.2. Prinsip PTT

PTT Padi adalah suatu pendekatan ekoregional yang


ditempuh untukmeningkatkan produktivitas tanaman
padi dengan memperhatikan kaidah-kaidah efisiensi.
Dengan pendekatan ini diharapkan selain produktivitas
padi naik, biaya produksi optimal, produknya berdaya
saing dan lingkungan tetap terpelihara sehingga bisa
berkelanjutan.

Dalam pengembangan inovasi teknologi denga


pendekatan PTT, diterapkan prinsip sinergisme yaitu
bahwa pengaruh komponen teknologi secara bersama
terhadap produktivitas lebih tinggi dari pengaruh
penjumlahan dan komponen teknologi sendiri-sendiri.

Pada prakteknya, kombinasi komponen teknologi dapat


berbeda antara satu sentra produksi satu dengan
lainnya karena kondisi lahan pertanian mempunyai
tingkat kesesuaian yang berbeda-beda.

3.3. Tahapan Penerapan PTT

Langkah awal yang harus dilakukan dalam


menyelenggarakan SL-PTT adalah melakukan koordinasi
dengan Dinas Pertanian Tingkat Provinsi dan Kabupaten
untuk menentukan Calon Petani-Calon Lokasi (CP-CL)
untuk lokasi Demplot SL-PTT.

Langkah kedua adalah membantu mengidentifikasi


kebutuhan inovasi teknologi pertanian yang dibutuhkan
untuk menentukan rakitan teknologi dalam mendukung
implementasi SL-PTT.

Identifikasi kebutuhan inovasi dapat memanfaatkan


sumber data yang sudah tersedia berupa database
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
6 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

yang dilakukan pada program-program Deptan


sebelumnya, seperti hasil PRA Prima Tani, hasil Farming
System Analysis (FSA), PRA pada waktu penyusunan
Rencana Usaha Anggota (RUA), Rencana Usaha
Kelompok (RUK) dalam mendukung PUAP dan Peta
Penggunaan Lahan yang sudah ada.

Jika tahap ini selesai, berikutnya melakukan identifikasi


ketersediaan teknologi pertanian yang dibutuhkan
untuk SL-PTT. Identifikasi dilakukan di masing-masing
Balit sesuai bidang masalahnya.

Untuk informasi perbenihan bisa ditelusuri


ketersediaannya di BB Padi. Jika perlu informasi kondisi
lahan serta pemupukan bisa melakukannya ke Balai
Besar Sumber Daya Lahan dan Air (BBSDL), dan untuk
alsintan termasuk Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO),
alat tanam dan alat panen identifikasinya dilakukan ke
Balai Besar Mekanisasi Pertanian (BB Mektan).

Setelah terkumpul informasi tentang kebutuhan dan


ketersediaan teknologi, langkah selanjutnya adalah
melakukan intervensi inovasi pertanian terhadap SL-PTT.

Pada saat yang sama dilakukan secara sinerji,


membantu mengarahkan Rencana Usaha Bersama
(RUB) untuk mendukung Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan (PUAP). Hal ini dilakukan
mengingat lokasi SLPTT di beberapa tempat berhimpit
dengan lokasi PUAP.

Tahap berikutnya, menentukan lokasi untuk


Laboratorium Lapangan (LL) bersama dengan petugas
lapang dan kelompok tani. Setelah diketahui lokasinya
lalu ditentukan jenis teknologi yang akan diintroduksi
pada LL. Luas LL ditentukan 1 (satu) hektar.

Pada LL ini diintroduksi padi varietas unggul baru yang


berproduksi tinggi yaitu Impari 1 – 6 dan Mekongga.
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Petunjuk Pelaksanaan
Pendampingan SL-PTT
7

Sebagai pembanding digunakan varietas padi yang


telah digunakan petani secara luas.

Pada areal LL ini BPTP mengintroduksi PTT secara penuh


pada areal 0,25 Ha. Bidang ini bisa dianggap sebagai
super imposed, sehingga perlakuan yang diterapkan
sepenuhnya memenuhi kaidah-kaidah pengkajian.
Hasilnya bisa diekspos sebagai contoh bagi
pengembangan SL-PTT di tempat lain.

Untuk menjamin keberhasilan LL, penyelenggaraannya


didukung berbagai kelengkapan dari Puslitbang
Tanaman Pangan dan beberapa Balai Besar. Puslitbang
Tanaman Pangan menyediakan Buku Pedoman Umum
pelaksanaan SL-PTT.

Dari BB Padi menyediakan benih BS dan FS dan


pelatihan ”Training of Master Trainer (ToMT). Balai Besar
SDLP memberikan decomposer, dan dari BB Mektan
menyediakan Alat Pembuat Pupuk Organik (APPO), alat
pengolah tanah, alat tanam dan alat panen (Gambar 1)

Gambar 1.
Keragaan SL-PTT dan Dukungan Instansi
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
8 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

Penelitian Terkait
Catatan:
Kebutuhan benih dan sarana produksi lainnya untuk LL
dipenuhi oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
Sementara itu bagi lahan yang luasnya 0,25 ha dipenuhi
BPTP.
Di lapangan kondisi ini menjadi masalah karena akan
ada yang menerima fasilitas ganda, sehingga tidak
dibenarkan secara administratif.
Solusi yang ditawarkan, sebaiknya lahan 0,25 ha (super
imposed) BPTP tidak berada di dalam areal LL yang 1
ha, tetapi diletakkan berdampingan (Pengalaman BPTP
Jawa Barat). Dengan demikian LL yang efektif
sebenarnya 1,25 Ha.

Setelah selesai menentukan teknologi untuk LL, giliran


berikutnya adalah menentukan rakitan teknologi
spesifik lokasi untuk areal Sekolah Lapang (SL) yang
luasnya setelah dikurangi LL tinggal 24 hektar. Di dalam
areal SL ini digunakan teknologi sesuai kesepakatan dan
kemampuan petani.

Untuk operasionalisasinya, perlu membantu menyusun


jadwal kegiatan SL-PTT. Jadwal kegiatan disusun
sedemikian rupa sehingga efektif sesuai dengan kondisi
setempat.

Sebagai ilustrasi, berikut disajikan jadwal kegiatan SL-


PTT Padi yang disusun BPTP Jawa Timur.

Jadwal Kegiatan SL-PTT Padi

Pertemu Umur Uraian Kegiatan


an Tanaman
1 + 21 hari Kajian kebutuhan dan peluang (KKP),
sebelum introduksi komponen teknologi dan
tanam penetapan rakitan teknologi. Target
10 t/ha GKP
2 + 15 hari Pembuatan pesemaian. Jumlah benih
sebelum 15 – 30 kg/ha. Ukuran 350 m2/ha; 10
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Petunjuk Pelaksanaan
Pendampingan SL-PTT
9

tanam kg/10 m2 pupuk organik; 600 g


Phonska/10 m2, perlakuan benih
3 + 7 hari Pengolahan tanah; penentuan dosis
sebelum pupuk anorganik (PHSL, PUTS);
tanam Konsep PHT; Pemupukan bahan
organik + 2 t/ha
4 0 hari setelah Sistem tanam jajar legowo; tegel;
tanam Umur bibit 15 – 18 hari; satu tanaman
per lubang
5 + 10 HST Pupuk dasar 100 kg Urea/ha;
Pengamatan hama penyalit dan
musuh alami
6 + 21 – 25 Fase anakan aktif, pemupukan
HST susulan N, berdasarkan BWD;
Pengamatan dan Pengendalian
gulma
7 + 35 HST Pengamatan dan Pengendalian
gulma; Mengenal hama dan penyakit
tanaman padi dan musuh alami

8 + 45 HST Pemupukan susunan N berdasarkan


BWD; engendalian gulma terpadu;
Pengamatan dan pengendalian hama
penyakit
9 + 60 HST Pengmaatan pembungaan dan
perkembangan malai; Pemupukan
susulan (bila perlu); Pengamatan dan
Pengendalian hama penyakit
10 + 75 HST Pengamatan dan perkembangan
masak susu; Pengamatan dan
Pengendalian Hama penyakit
11 Saat panen Penghitungan hasil panen

3.4. Komponen Teknologi Unggulan PTT Padi

Dalam PTT teknologi yang diterapkan dipilah menjadi


dua yaitu teknologi utama (compulsory) dan teknologi
supplement.

Teknologi utama yaitu teknologi yang paling bersinerji


dan menjadi penciri utama PTT. Teknologi ini terdiri dari:

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


10 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

a. Bibit muda (< 15 hari setelah semai, HSS) yang


ditanam dalam jumlah terbatas. Jika
memungkinkan cukup satu batang per rumpun.
b. Bahan organik/pupuk kandang
c. Irigasi berselang (intermitten)
d. Bagan warna daun untuk menentukan ketepatan
aplikasi pupuk N, dan
e. Pendekatan SSNM (site spesific nutrient
management), baik dengan analisis tanah maupun
omission plot.
Teknologi supplement atau komponen teknologi budi
daya lainnya yang juga sangat menentukan produktiitas
tanaman, namun tidak termasuk ke dalam teknologi
utama. Teknologi ini terdiri atas:

a. Pemilihan varietas populer


b. Seed treatment
c. Cara pengolahan tanah
d. Cara tanam (tanam jajar legowo)
e. Pengendalian hama terpadu,
f. Pengendalian gulma,
g. Teknologi Panen, dll

3.5. Pemilihan Calon Lokasi dan Calon Petani

Lokasi dan calon petni pelaksana memberikan andil


terhadap keberhasilan SLPTT. Karena itu pertimbangan
penentuan calon lokasi dan calon petani menjadi krusial
dalam SL-PTT.
Pemilihan penempatan lokasi SL-PTT dengan prioritas
luasan areal memenuhi syarat, produktivitasnya masih
rendah sehingga berpotensi untuk di tingkatkan. Di sisi
lain kondisi petaninya juga responsif terhadap
perkembangan teknologi.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


Petunjuk Pelaksanaan
Pendampingan SL-PTT
11

Pemilihan letak LL dan demplot BPTP dalam areal SL-


PTT terpilih dengan prioritas pertimbangan terletak di
lokasi yang aksesibilitasnya cukup baik sehingga
memudahkan untuk dilihat dan ditiru oleh petani di luar
SL-PTT.
Persyaratan calon lokasi:
a. SL-PTT dapat di tempatkan di lokasi persawahan
irigasi, tadah hujan dan lahan pasang surut.
b. Bukan daerah endemis hama dan penyakit serta
bebas dari cekaman kekeringan dan atau kebanjiran
c. Diusahakan berada dalam satu hamparan yang
strategis, mudah dijangkau petani.
d. Lokasi LL di tempatkan di lokasi yang sering dilalui
petani sehingga mudah dilihat petani sekitar.

Penentuan Calon Petani/Kelompok tani:


a. Dipilih kelompok tani yang dinamis dan bertempat
tinggal dalam satu wilayah yang berdekatan
b. Petaninya aktif, baik yang memiliki lahan ataupun
penggarap/penyewa dan mau menerima inovasi
pertanian.
c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-
PTT
d. Kelompok tani memiliki struktur kepengurusan yang
lengkap, disyahkan oleh Kepala Desa dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan.

3.6. Pelatihan Petugas SL-PTT

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


12 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

Pelatihan petugas SL-PTT dilaksanakan secara


berjenjang dan harus berurutan, dimulai dari pelatihan
Pemandu Lapang (PL) I dilanjutkan pelatihan PL II dan
terakhir pelatihan Pemandu Lapang.

a. Pelatihan Pemandu Lapang I

Pelatihan PL I diselenggarakan di Pusat dan tempat


pelatihannya di Pusat. Peserta pelatihan adalah PL I,
yaitu Penyuluh Pertanian (PP), POPT, dan PBT tingkat
provinsi.

Materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-


PTT. Narasumber/pengajar adalah para ahli dari
lingkup Dep. Pertanian maupun di luar Dep.
Pertanian atau instansi terkait, dan Perguruan
Tinggi.

Peserta PL I, selanjutnya menjadi pelatih dalam


pelatihan PL II.

b. Pelatihan Pemandu Lapang II

Pelatihan PL II diselenggarakan di Provinsi dan


tempat pelatihannya di Provinsi atau di tempat lain
yang memungkinkan, misalnya di Balai Pelatihan,
UPT Departemen atau UPT Daerah.

Peserta pelatihan adalah PL II, yaitu Penyuluh


Pertanian (PP), POPT, dan PBT tingkat
kabupaten/kota.

Materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-


PTT. Narasumber/pengajar adalah PL I, para ahli dari

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


Petunjuk Pelaksanaan
Pendampingan SL-PTT
13

lingkup Dinas Pertanian Provinsi, BPTP, dan pakar


dari Perguruan Tinggi.

Peserta PL II, selanjutnya menjadi pelatih dalam


pelatihan Pemandu Lapang (PL).

c. Pelatihan Pemandu Lapang

Pelatihan Pemandu Lapang diselenggarakan oleh


kabupaten dan tempatnya di kabupaten pelaksana
SL-PTT atau tempat lain seperti Balai Pelatihan.

Peserta pelatihan adalah Pemandu Lapang, yaitu


Penyuluh Pertanian (PP), POPT, dan PBT tingkat
kecamatan.Materi pelatihan meliputi tatacara
pelaksanaan SL-PTT.

Narasumber/pengajar adalah PL II, para akhli dari


lingkup Dinas Pertanian, BPTP, serta stakeholders

4. Skenario Pelaksanaan Pendampingan


Sekolah Lapang PTT
Peran BPTP sangat strategis dalam mendukung
keberhasilan SL-PTT. Untuk itu perlu disusun skenario
yang efektif dalam menyelenggarakan demplot dan
pendampingan (Gambar 2).

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


14 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

Gambar 2.
Mekanisme Pendampingan SL-PTT

Uraian berikut menampilkan skenario untuk mendukung


kinerja BPTP, yaitu:

4.1. Membentuk tim inti pelaksana di BPTP dengan


keanggotaan yang kompeten.

Tim Inti Pelaksana BPTP tersebut bertugas untuk:

(a) Merancang, merencanakan mengarahkan dan


mengendalikan pelaksanaan SL-PTT
(b) Menyusun panduan teknis pelaksanaan SL-PTT
spesifik lokasi dengan inovasi baru yang spesifik
lokasi
(c) Melakukan koordinasi pelaksanaan SL-PTT di
tingkat provinsi dan pusat

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


Petunjuk Pelaksanaan
Pendampingan SL-PTT
15

(d) Membantu mekanisme kelancaran distribusi


benih dari BB Padi/Balit Lingkup Puslitbangtan
ke lokasi demoplot.
4.2. Membentuk Liason Officer (LO) atau Koordinator
Wilayah (Korwil) di setiap kabupaten.

Penunjukkan LO atau Korwil oleh BPTP bisa dilakukan


dua cara. Pertama, memanfaatkan Ex Manajer Prima
Tani, atau LO FEATI atau Korwil PUAP. Kedua, jika di
lokasi tidak ada Prima Tani, FEATI dan PUAP maka
penunjukkan LO dilakukan berdasarkan kompetensi
oleh Kepala BPTP.

Tugas LO/Korwil:

(a) Membangun koordinasi dengan Pemda (CP/CL;


KKP; waktu tanam, perancangan pengembangan
agribisnis perdesaan)
(b) Intervensi inovasi teknologi (inotek) ke
GAPOKTAN dalam penyusunan RUB berdasarkan
analisis potensi wilayah
(c) Berkoordinasi secara berkelanjutan dengan
pendamping, komite pengarah dan GAPOKTAN
dalam pelaksanaan demoplot inotek di LL
(d) Menyebarluaskan materi diseminasi untuk
pendampingan dan implementasi inotek pada
desa-desa PUAP/Program Strategis Deptan
lainnya
(e) Sebagai Narasumber dalam pertemuan reguler
yang dilakukan GAPOKTAN, PMT, PP dan Komite
pengarah desa untuk mengevaluasi dan
melakukan perbaikan dalam implementansi
inovasi teknologi.
(f) Sebagai narasumber dalam pertemuan reguler
yang dibutuhkan GAPOKTAN, dalam pelaksanaan
RUB bersama PP dan atau KPD
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
16 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

(g) Mencatat dan lemaporkan segala aktivitas


demplot di LL dan atau lokasi SL
(h) Dalam pelaksanaan pengambilan data dan
penyebaran informasi dilanjutkan menggunakan
fasilitas Teknologi Informasi (TI) misalnya SMS
Center
(i) Dalam melaksanakan tugas, Korwil dibantu oleh
PP, POPT dan pendamping di lokasi SL-PTT.

4.3. Membangun Sinergi Dengan Program Strategis


Deptan lain

Di wilayah kerja BPTP dijumpai beberapa Program


Strategis Dep. Pertanian yang berkaitan dengan
pengembangan inovasi teknologi pertanian yang
meliputi: P2BN-SLPTT, P2SDS, Pengembangan Kawasan
Hortikultura, PUAP dan FEATI.

Berkenaan dengan adanya beberapa program strategis


itu, skenario pendampingan SL-PTT dilakukan dengan
mekanisme kerja sebagai berikut:

(a) Membangun sinergi dengan Dinas Lingkup


Pertanian di Provinsi, Kabupaten/Kota, dan
KCD/BPP di tingkat kecamatan untuk
menggerakan PPL/THL/POPT.
(b) Memanfaatkan LO atau Korwil untuk
berkoordinasi dengan Tim Pembina
PUAP/POSKO II P2BN dan Posko SL-PTT di
Kantor Dinas Pertanian atau Badan Koordinator
Penyuluhan Provinsi.
(c) Di level Kabupaten/Kota, koordinasi dilakukan
dengan Tim Teknis PUAP/POSKO III P2BN ,
POSKO SL-PTT, Dinas Pertanian Kabupaten dan
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


Petunjuk Pelaksanaan
Pendampingan SL-PTT
17

(d) Mengintegrasikan pelaksanaan kegiatan PUAP


dan FEATI dengan SL-PTT
(e) Melakukan Outsourcing tenaga melalui
kerjasama dengan perguruan tinggi atau
relawan sarjana.

4.4. Tugas BPTP

Dalam mendukung peningkatan produktivitas padi


secara nasional, penyelenggaraan SL-PTT diharapkan
dapat menaikkan produksi 15 %.

Untuk itu, tugas BPTP dalam mendukung SL-PTT


adalah:

(a) Mendistribusikan benih ke lokasi SL-PTT untuk


demplot di lokasi LL

(b) Menyampaikan informasi waktu tanam ke


BBSDL dan atau BB Biogen agar distribusi MDec
dan atau Nodulin dari BPTP ke lokasi tepat
waktu

(c) Melakukan pengawalan (pendampingan) dan


pengamatan pada kegiatan uji varietas pada LL
serta melaporkan perkembangannya ke BBP2TP

(d) Menyiapkan, mencetak, mendistribusikan


materi pelatihan berupa bahan cetakan kepada
seluruh BPP, Penyuluh Pendamping dan
Gapoktan di Lokasi PUAP.

(e) Melakukan pelatihan internal tenaga


pendamping (peneliti, penyuluh, teknisi dan
tenaga lain yang direkrut BPTP)

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


18 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

(f) Menjadi narasumber dalam setiap pertemuan


kelompok SL, termasuk di dalamnya melakukan
pelatihan PTT.

4.5. Kegiatan Pendampingan SLPTT 2009

Dalam rangka mempercepat target pendampingan


BPTP terhadap 60 % Lokasi SLPTT pada tahun 2009,
kegiatan yang perlu dilakukan BPTP adalah sebagai
berikut:

Kegiatan Waktu
1. Koordinasi Pendampingan SLPTT Berkala setiap
di tingkat Provinsi minggu
2. Inisiasi LO/Korwil di Kabupaten Agustus, minggu
ke 3
3. Penentuan Unit LL Percontohan di Agustus, minggu
Kabupaten ke 4
4. Penentuan lokasi LL yang akan Agustus, minggu
didampaingi (60 %) ke 3
5. Persiapan benih untuk LL Agustus, minggu
Percontohan dari BB Padi ke 4
6. Pengolahan lahan di LL Agust Minggu ke 4
– Sept Minggu ke
1
7. Penanaman LL Sept, Minggu ke 2
8. Pencatatan Data Setiap minggu
9. Pertemuan teknis dengan Setiap dua
penyuluh minggu sekali
10. Lokakarya pendampingan di Oktober, minggu
Kabupaten ke 1
11. Koordinasi pendampingan SL-PTT Setiap minggu
di kabupaten
12. Kunjungan lapang PPL ke LL Oktober, minggu
percontohan Binaan BPTP ke 2
13. Penyediaan benih di BPTP Agus., mgg ke 4
dan Okt, mgg ke 2
14. Pendistribusian benih ke penyuluh Oktober, minggu
di lokasi lain (disediakan BPTP) ke 2
15. Panen di LL Binaan BPTP Januari 2010,
minggu ke 1 -2
16. Lokakarya Pendampingan SL-PTT Desember,
minggu ke 2

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


Petunjuk Pelaksanaan
Pendampingan SL-PTT
19

17. Pelaporan:
a. Laporan kemajuan Setiap akhir bulan
b. Laporan akhir Desember,
minggu ke 4

5. Monitoring dan Evaluasi

Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dilakukan oleh


Pemandu Lapang, ditujukan untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan SL-PTT. Aspek yang di monev,
meliputi:

a. Tingkat partisipasi peserta pada setiap kegiatan SL-PTT


b. Ketepatan penerapan teknologi
c. Tingkat keterampilan peserta
d. Pencatatan data
Kegiatan monev dilakukan secara partisipatif dan waktunya
dilakukan secara berkala.

6. Administrasi Pelaporan

Kegiatan pelaporan dalam SL-PTT ditujukan untuk


memberikan informasi kegiatan dan hasilnya selama
penyelenggaraan SL-PTT berlangsung. Jenis laporan yang
dibuat ada tiga jenis, yaitu laporan awal, laporan kemajuan
dan laporan akhir.

6.1. Laporan Awal

Laporan awal menginformasikan kondisi lokasi,


pendamping dan petani yang berpartisipasi dalam
kegiatan dan keragaan SLPTT (Lampiran 1,2,3)

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


20 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

6.2. Laporan Kemajuan.

Laporan kemajuan melaporkan perkembangan


keragaan fase vegetatif dan fase produksi untuk
pertumbuhan tanaman di lokasi LL, areal SL dan di luar
SL.

Laporan dikirimkan secara berkala pada minggu ke


empat setiap bulan (Tabel 4 dan Tabel 5)

6.3. Laporan Akhir

Pada akhir kegiatan, BPTP menyampaikan laporan


tertulis secara naratif dan disusun secara sistematis,
dengan outline sbb:

1. Pendahuluan
2. Keragaan SL-PTT
2.1. Lokasi
2.2. Kelompok tani dan Pendamping
2.3. Penerapan dan Perkembangan Teknologi
3. Kinerja Hasil
3.1. Perkembangan Pertumbuhan Tanaman
3.2. Produktivitas
3.3. Analisis Pembiayaan dan Pendapatan
Usahatani
4. Kesimpulan dan Saran

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


Petunjuk Pelaksanaan
Pendampingan SL-PTT
21

7. Penutup
Peningkatan produktivitas usahatani padi melalui
pendekatan SL-PTT menjadi salah satu strategi yang
diharapkan mampu memberikan sumbangan nyata dan
lebih besar terhadap produksi padi nasional

Pendekatan ini akan berhasil meningkatkan produksi


dan pendapatan petani manakala didukung oleh semua
pihak, termasuk pemangku kepentingan baik di hulu,
maupun di hilir.

Koordinasi antara BPTP dengan unsur lain yang relevan


dan terkait, akan menjadi faktor kunci keberhasilan.
Oleh karena itu jalinan kerjasama BPTP dengan pihak
lain perlu terus dibina dan ditingkatkan intensitasnya.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


22 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

Lampiran 1

Identifikasi Lokasi dan Kelompok Tani SLPTT Padi


Tahun _____

1. Lokasi

Provinsi : _________________________________

Kabupaten : _________________________________

Kecamatan : _________________________________

Desa : _________________________________

2. Nama Kel. tani _________________________________


Nama Ketua
: _________________________________
Kelompok
Jumlah Anggota : _________________________________

Luas areal (ha) : _________________________________

Lampiran 2.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


Petunjuk Pelaksanaan
Pendampingan SL-PTT
23

Daftar Pendamping Sekolah Lapang PTT


No Uraian Nama HP/Telp.
Penyuluh
1
Pertanian
2 POPT

3 PBT

4 Peneliti

5 Relawan Sarjana

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


24 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

Lampiran 3
Identifikasi Unit Sekolah Lapang PTT

Keterangan
No Uraian

1 Luasan Unit SL-PTT (ha)


2 Luasan Unit LL (ha)
3 Rencana Tanam (Tgl)
4 Komoditi
5 Varietas
6 Kebutuhan benih (kg)
7 Kebutuhan Pupuk (Kg/L)
a. Urea
b. SP-36
c. KCL
d. ZA
e. NPK
f. Organik
g. Bio Hayati
8 Kapur tanaman
9 Pengolahan tanah (Tgl)
10 Pengairan (Tgl)
11 Pengendalian Gulma (Tgl)
12 Pengendalian OPT (Tgl)
13 Rencana Panen (Tgl)

Lampiran 4

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


Petunjuk Pelaksanaan
Pendampingan SL-PTT
25

Sinergi Lokasi PUAP dengan SLPTT


BPTP: ______________________

Jumlah
Jumlah Unit SL-
Desa Nama Petugas
Nama PTT
PUAP
No Kabupat
en Korwil TPG PMT
2 2 Padi Padi
dan No dan dan No
008 009 Hibrid Inbrid
HP No HP HP
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
dst

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


26 Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT

Lampiran 5.

SL-PTT Menurut Kecamatan dan Desa


Di Provinsi: ______________________
Kabupaten: ______________________
Ketu Laboratoriu
∑ SL- Sekolah Lapang
a m Lapang
No PTT
Kecamatan Desa Kelo Tgl
(Unit Tgl Varie Varie
mpo tana
) tanam tas tas
k SL m
1

dt

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian


Petunjuk Pelaksanaan
Pendampingan SL-PTT
27

Lampiran 6

Keragaan Produktivitas Penanaman Padi di Lokasi LL, Areal SL dan


Non SL
Di Provinsi: _______________________________
Kabupaten: _______________________________
MT: ____________
Produktivitas
∑ SL-
Kecamata Ketua (ku/ha)
No Desa PTT Ketr
n Kel.SL Non
(Unit) LL SL
SL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
dst

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

You might also like