Professional Documents
Culture Documents
PERSALINAN LAMA
PRINSIP DASAR
Masalah
• Fase laten lebih dari 8 jam.
• Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir.
• Dilatasi serviks di kanan garis waspada pada persalainan fase aktif.
Penanganan Umum
• Nilai secara cepat keadan umum wanita hamil tersebut termasik tanda vital
dan tingkat hidrasinya.
Apakah ada masalah medic lain atau hal-hal yang mengancam jiwanya?
Apakah ia kesakitan? Gelisah? Jika ya pertimbangkan pemberian analgetik.
• Tentukan apakah pasien berada dalam persalinan?
PENILAIAN KLINIK
Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh :
• his tidak efisien (adekuat).
• faktor janin (malpresentasi, malposisi, janin besar).
• faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina, tumor).
Faktor-faktor ini sering saling berhubungan.
Tabel 16.1: Diagnosis kelainan partus lama.
Tanda dan gejala klinis Diagnosis
Pembukaan serviks tidak membuka Belum in partu, fase labor.
(kurang dari 3 cm)
Tidak didapatkan kontraksi uterus
Pembukaan serviks tidak melewati 3 cm Prolonged latent phase.
sesudah 8 jam in partu.
Pembukaan serviks melewati garis
waspada partograf:
• frekuensi dan lamanya kontraksi • Inersia uteri
kurang dari 3 kontraksi per 10
menit dan kurang dari 40 detik.
• Secondary arrest of dilatalion • Disproporsi sefalopelvik
atau arrest of descent.
• Secondary arrest of dilatation • Obstruksi
dan bagian terendah dengan
kaput, terdapat moulase hebat,
edema serviks, tanda rupture
uteri imminens, fetal dan
maternal distress.
• Kelainan presentasi (selain
• Malpresentasi
vertes)
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin Kala II lama (prolonged second stage)
mengedan, tetapi tak ada kemajuan
penurunan.
PENANGANAN
False labor (persalinan palsu/belum in partu)
Bila his belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang periksa adanya
infeksi saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati
secara adekuat. Bila tidak pasien boleh rawat jalan.
Apabila ibu berada dalam fase laten lebih dari 8 jam dan tak ada kemajuan,
lakukan pemeriksaan dengan jalan melakukan pemeriksaan serviks;
• Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan serviks serta tak didapatkan
tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya. Kemungkinan ibu belum dalam
keadaan in partu.
• Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan serviks, lakukan drip
oksitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dekstrose (atau NaCI) mulai dengan 8 tetes
per menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40
tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin. Lakukan penilaian ulang setiap
4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin,
lakukan seksio sesarea.
• Pada daerah yang prevalensi HIV tinggi, dianjurkan membiarkan ketuban tetap
utuh selama pemberian oksitosin untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
penularan HIV.
• Bila didapatkan tanda adanya amnionitis, berikan induksi dengna oksitosin 5 U
dalam 500 cc dekstrose (atau NaCI) mulai dengan 8 tetes per menit, setiap 15
menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat (maksimum 40 tetes / menit) atau
diberikan preparat prostlagandin; serta obati infeksi dengna ampisilin 2 g IV
sebagai dosis awal dan 1 g IV setiap 6 jam dan gentamisin 2 x 80 mg.
• Lakukan induksi dengan oksitosin 5 unit dalam 500 cc dekstrosa (atau NaCI) atau
prostaglandin.
• Evaluasi ulang dengna pemeriksaan vaginal setap 4 jam :
- Bila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan seksio sesarea.
- Bila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.