Professional Documents
Culture Documents
BEBERAPA DEFINISI
Apa definisi remaja?
Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa.Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.Menurut
WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12 sampai 24
tahun.Sedangkan dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh
Departemen Kesehatan adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun dan belum
kawin.Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak
Reproduksi) batasan usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun.
Pengetahuan dasar kesehatan reproduksi apa yang perlu diberikan kepada remaja
agar mereka mempunyai kesehatan reproduksi yang baik?
Tumbuh kembang remaja: perubahan fisik/psikis pada remaja, masa subur, anemi
dan kesehatan reproduksi
Kehamilan dan melahirkan: usia ideal untuk hamil, bahaya hamil pada usia
muda, berbagai aspek kehamilan tak diinginkan (KTD) dan abortus
Pendidikan seks bagi remaja: pengertian seks, perilaku seksual, akibat pendidikan
seks dan keragaman seks
Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS
Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
Kemampuan berkomunikasi: memperkuat kepercayaan diri dan bagaimana
bersifat asertif
Hak-hak reproduksi dan jender
atas^
atas^
atas^
atas^
atas^
Apa yang terjadi jika remaja menikah/hamil pada usia sangat muda (di bawah 20
tahun)?
Remaja dimungkinkan untuk menikah pada usia dibawah 20 tahun sesuai dengan
Undang-undang Perkawinan No. I tahun 1979 bahwa usia minimal menikah bagi
perempuan adalah 16 tahun dan bagi laki-laki 18 tahun. Tetapi perlu diingat beberapa hal
sebagai berikut:
Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk
kontrol kehamilan. Ini berdampak pada meningkatnya berbagai resiko kehamilan.
Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah
yang dpat berdampak pada keracunan kehamilan serta kekejangan yang berkibat
pada kematian yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu
Penelitian juga memperlihatkan bahwa kehamilan usia muda (dibawah 20 tahun)
sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim. Ini erat kaitanya dengan
belum sempurnanya perkembangan dinding rahim.
atas^
Apa yang perlu diketahu remaja tentang kehamilan yang tidak diinginkan?
Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang karena suatu sebab
maka keberadaanya tidak diinginkan oleh salah satu atau kedua calon orang tua bayi
tersebut. KTD disebabkan oleh faktor:
Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses
terjadinya kehamilan dan metode-metode pencegahan kehamilan
Akibat terjadinya tindak perkosaan
Kegagalan alat kontrasepsi
atas^
atas^
atas^
atas^
atas^
atas^
atas^
atas^
atas^
Pada perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering kali tidak disadari. Jika ada
gejala, biasanya berupa antara lain:
rasa sakit atau nyeri pada saat kencing atau berhubungan seksual,
rasa nyeri pada perut bagian bawah,
pengeluaran lendir pada vagina/alat kelamin,
>keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan
pada alat kelamin atau sekitarnya,
keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk, dan gatal,
timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seksual,
bintil-bintil berisi cairan,
lecet atau borok pada alat kelamin.
atas^
atas^
Apa saja jenis PMS?
Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang
banyak ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin,
klamidia, trikomoniasis, kandidiasis vagina, kutil kelamin.
atas^
atas^
atas^
atas^
atas^
atas^
atas^
atas^
Apakah perkosaan hanya dilakukan oleh orang yang dikenal sebagai penjahat?
Tidak. Dalam banyak kasus perkosaan dilakukan oleh orang yang sudah dikenal korban.
Misalnya: teman dekat, kekasih, saudara, ayah (tiri maupun kandung), guru, pemuka
agama, atasan dan sebagainya. Dalam banyak kasus lainya, perkosaan dilakukan oleh
orang-orang yang baru dikenal dan semula nampak sebagai orang baik-baik yang
menawarkan bantuan misalnya, mengantarkan korban ke suatu tempat.
atas^
atas^
Apa yang harus dilakukan jika melihat ada pelecehan terjadi pada orang lain?
Kita harus turut menunjukan penolakan, ketidaksukaan atau bahkan ancaman terhadap
pelaku pelecehan, serta mengajak pihak lain bersama mengecam pelecehan. Pelaku
pelecehan umumnya akan berhenti melecehkan bila merasa bahwa banyak orang
mengetahui tindakannya dan mengecamnya.
atas^
atas^
Apa yang perlu dilakukan jika mengetahui ada orang yang kecanduan
disekitarnya?
Ingatlah bahwa masalah narkoba dan miras adalah masalah kita bersama. Semua orang
dapat mengalaminya. Karena itu janganlah mengucilkan atau menjauhi mereka yang
terkena nakoba dan miras. Sebaliknya rangkulah mereka dan bantulah mereka keluar dari
permasalahan tersebut. Dukunglah dan bantulah keluarga korban untuk bersama-sama
menolong korban. Jika mengalami banyak hambatan dalam membantu keluarga korban,
rujuklah penanganan korban melalui keluarganya kepada pihak yang memiliki
kemampuan untuk itu.
atas^
atas^
atas^
atas^
Beberapa tips yang dapat membantu remaja melewati masa remajanya dengan baik
Sampaikan kepada remaja untuk berbagi rasa dengan orang tua atau
orang yang dituakan di rumah, mencari seorang sahabat, meningkatkan
kepercayaan diri dan berani mengatakan tidak untuk hal-hal yang buruk.
Sarankan remaja untuk bergaul dalam kelompok atau membentuk
kelompok dengan aktivitas positif dan menjauhi kelompok dengan tujuan
negatif. Remaja juga perlu disarankan untuk menjaga kesehatan fisik
sedini mungkin dan secara terus-menerus.
Mendorong orang tua membantu remaja mengenali perubahan yang ada pada
dirinya?
Pengalaman mengenai masa remaja khususnya kenangan orang tua terhadap sesuatu yang
sangat spesifik, seperti kencan pertama, sangat penting ditularkan kepada anak remaja.
Hal yang harus diperhatikan oleh para orang tua adalah apa yang mereka alami beberapa
puluh tahun yang lalu, sekarang ini juga dialami oleh anak remaja mereka. Oleh karena
itu penting bagi orang tua untuk melihat remaja dengan pandangan yang luas serta penuh
perhatian, sehingga menimbulkan suatu pendekatan yang berbeda bagi para remaja.
atas^
Perubahan penting apa yang perlu diperhatikan oleh orang tua terhadap anak
remaja mereka?
Masa remaja adalah periode transisi dengan perubahan fisik yang menandai seorang anak
mempunyai kemampuan bereproduksi. Anak perempuan mulai mengalami
menstruasinya, anak laki-laki mulai ejakulasi. Serta tingkah laku mereka pada saat itu
akan berubah cepat dan kadang-kadang menimbulkan suatu pertentangan.Ada dua hal
yang paling menonjol dalam kehidupan remaja yaitu:
Keinginan untuk mencari identitas diri
Keinginan untuk tidak tergantung dari orang lain khususnya orang tua.
Pada masa itu mereka akan mulai mencari dan mencoba mencari identitas diri (Siapa
saya? Apa yang orang lain pikirkan tentang saya? Apa yang saya sukai? Siapa orang-
orang penting dalam hidup saya?) dan mencoba untuk menentukan kemampuannya dan
mencoba mengukur kapasitasnya (Seberapa jauh saya dapat pergi? Apa yang dapat saya
kerjakan? Berapa yang dapat saya ambil? Seberapa tidak tergantungnya saya? Dan lain
sebagainya)
atas^
Perubahan-perubahan fisik yang perlu disadari oleh anak remaja pada saat mereka
memasuki dunia remaja?
Masa pubertas atau masa transisi dari dunia anak-anak ke dunia dewasa secara fisik
ditandai dengan berbagai perubahan. Berbagai perubahan tersebut alamiah sifatnya,
namun hal ini tidak diketahui oleh remaja yang bersangkutan jika mereka tidak dijelaskan
sesuai dengan nalar dan alam pkiran mereka. Ketidaktahuan tersebut berdampak pada
kebingungan, kecemasan, ketakutan, atau bahkan pemberotakan diri.
Berbagai perubahan dan tingkat kematangan berbeda antar seorang dengan lainnya.
Penting bagi orang tua untuk mengkomunikasikan atau memberikan pengertian mengenai
hal tersebut kepada para remaja. Para remaja membutuhkan keyakinan khusus bahwa
yang mereka alami adalah sesuatu yang alamiah dan perbedaan yang terjadi antara
dirinya dengan teman sebaya lainnya bukanlah suatu kekurangan atau kelainan.
atas^
Perubahan tingkah laku dan emosional yang dihadapi oleh para orang tua terhadap
anak-anak yang mulai meningkat remaja?
Masa remaja juga ditandai dengan kondisi emosional yang kuat, kuatnya emosi ini
kadang-kadang menimbulkan kembali pertengkaran-pertengkaran yang sudah berlalu dan
terkadang akan menimbulkan rasa kebencian lagi. Tingkat emosi anak-anak remaja dapat
dilihat dengan berbagai cara seperti, temperamental (mudah marah), sering menolak
untuk berkomunikasi.
atas^
Mengapa orang tua perlu memberikan perhatian serius tentang pendidikan seks
kepada para remaja mereka?
Keingintahuan remaja sangat besar. Dalam kondisi dimana teknologi informasi dan
komunikasi begitu bebas dewasa ini maka kesempatan remaja untuk memperoleh
informasi terhadap berbagai hal termasuk masalah seks sangatlah terbuka. Masalahnya
adalah tidak semua infomasi yang tersedia merupakan informasi yang benar dan tepat
bagi kehidupan remaja. Jika kemudian remaja mendapatkan informasi yang tidak benar
maka hal ersebut akan berpengaruh pada ‘nilai’ keidupan mereka.
Orang tua sangat berperan dalam menimbulkan nilai-nilai positif remaja perihal
kehidupan seksual mereka seperti bahaya PMS dan HIV/AIDS, hubungan seks bebas,
kehamilan usia muda dan lain sebagainya.
atas^
atas^
Kendala apa yang dihadapi oleh orang tua dalam memberikan pendidikan
seks kepada remaja mereka?
Kendala budaya, pengetahuan serta beban psikologis seringkali menjadi hambatan
bagi orang tua dalam berkomunikasi tentang masalah seksual yang sehat dan
bertanggung jawab dengan para remaja. Namun satu hal yang harus senantiasa
diingat oleh orang tua bahwa peran mereka dibutuhkan oleh para remaja. Jika
orang tua tidak mengambil peran tersebut maka dunia luar yang akan
mengambilnya. Oleh karenanya orang tua harus dengan berbagai cara berupaya
untuk membuka komunikasi tersebut. Orang tua tidak bisa menghindari anak-
anaknya dari pengetahuan akan seks. Mereka akan mencari sendiri atau
memperoleh informasi dari lingkungan dimana mereka bergaul. Informasi
tersebut dapat berupa film, majalah, buku cerita atau komik porno, ataupun cerita
dari teman-teman sebaya.
Oleh karena itu orang tua mutlak perlu meningkatkan pengetahuan mereka
seputar kehidupan seksual yang sedang banyak terjadi misalnya penyebaran
HIV/AIDS untuk kemudian didiskusikan dengan anak remaja mereka.
atas^
atas^
SALAH satu televisi swasta beberapa waktu lalu menayangkan kasus perkosaan
yang dilakukan sekelompok oknum pelajar SLTP dan SLTA secara beramai-ramai
di wilayah Jawa Timur.
Dari hasil pemeriksaan aparat, perilaku memalukan ini akibat pengaruh minuman keras
dan sering menonton VCD porno.
DALAM cerita rubrik Curhat, Kompas, pernah ada sebuah cerita tentang seorang remaja
yang menutup pintunya rapat-rapat hanya karena ingin membuka kartu remi full color
yang gambarnya aduhai dan syuur.
Merebaknya pornografi sungguh amat memprihatinkan, apalagi bacaan-bacaan dan
sejenisnya, yang saat ini amat mudah diakses oleh siapa pun (termasuk remaja).
Beberapa waktu lalu survei terhadap pornografi menggambarkan, banyak media massa
yang masuk kategori pornografi, di dalamnya memuat isi dan gambar secara vulgar dan
permisif. Banyak foto perempuan yang berpose seronok dan berpakaian mini, bahkan
hanya ditutupi daun pisang, dan masih banyak kasus serupa yang seringkali masih saja
menghiasi wajah media massa kita.
Situasi maraknya pornografi sebagai media yang menyesatkan hingga berimplikasi
terhadap dekadensi moral, kriminalitas, dan kekerasan seks yang dilakukan remaja,
sesunguhnya bukan sebuah kasus baru yang mengisi lembaran surat kabar ataupun media
elektronik.
Kasus-kasus kekerasan seksual, kehamilan tidak dikehendaki (KTD) pada remaja dan
sejenisnya, tampaknya masih belum banyak diangkat ke permukaan sehingga "seolah-
olah" masalah ini dianggap "kasuistik" yang tidak penting untuk dikaji lebih jauh.
Padahal, timbulnya kasus-kasus seputar KTD remaja, kekerasan seksual, penyakit
menular seksual (PMS) pada remaja bahkan sampai aborsi, tidak lepas dari (salah
satunya) minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.
Anak hamil di luar nikah? Mendengar hal tersebut seperti halnya disambar petir di siang
bolong. Terlebih lagi jika hal tersebut terjadi di keluarga sendiri. Rasanya sebagai orang
tua tidak kurang memberi pengertian akan bahaya dan dosa jika mereka melakukan
hubungan seks di luar nikah.
Apalagi jika sang orangtua tahu benar bahwa anaknya tidak pernah membantah, patuh
dan termasuk juga jarang bergaul. Pertanyaan mengapa dia bisa hamil tanpa nikah
terlebih dahulu? Apapula yang menyebabkan seusia mereka harus berhubungan layaknya
pasangan suami-isteri?
Yang pasti kejadian ini tak hanya membuat malu keluarga yang punya anak wanita. Bagi
yang punya anak laki-laki, juga tentu merasa tercoreng-moreng. Kemungkinan muncul
pertanyaan mengapa anaknya yang baru saja dapat mengendarai mobil, ataupun naik
motor kini bisa menghamili anak orang? Jika ini sudah terlanjur terjadi, apa yang harus
dilakukan oleh para orang tua? Apakah akhirnya menikahkan mereka juga? Ataukah
malahan menganjurkan hal yang dilarang dunia-akherat, yakni aborsi?
Sebenarnya apakah yang paling diinginkan oleh para remaja jika mereka mempunyai
sebuah masalah yang mereka pikir tidak dapat diselesaikan sendiri, baik itu masalah
pelajaran, pacar, teman ataupun keluarga? Pasti mereka akan curhat.
Sebab mereka pikir dengan curhat, maka masalah mereka dapat teratasi dan apa yang
menjadi kegelisahan jiwa mereka dapat dilepaskan. Dengan curhat selain mereka merasa
dilegakan perasaannya, mungkin juga dapat masukan untuk mengatasi masalah yang
sedang dihadapinya.
Tapi bukan solusi terbaik kiranya bila mereka curhat pada orang yang tidak tepat. Karena
kemungkinan malahan bukannya jawaban dan penyelesaian yang mereka dapat,
melainkan malahan timbul permasalahan baru. Apalagi jika menyangkut sesuatu yang
dirahasiakan. Kadang teman yang sudah dianggap dekat dan baik pun belum tentu dapat
diajak curhat dalam segala hal.
Alangkah baiknya sejak dini rangkul mereka, ajak mereka sebagai seorang teman dan
sahabat. Dengan demikian mereka bisa dengan mudah mengatakan apa yang mereka
rasakan, tak terkecuali tentang permasalahan cinta mereka. Terangkan pula apa itu seks
dan akibatnya sesuai dengan usia dan perkembangan mereka. Dengan demikian mereka
bisa berpikir sekian kali untuk melakukan seks diluar nikah.
Penanaman agama sedini mungkin juga menjadi jaminan kelangsungan hidup mereka
untuk lebih baik. mereka bisa memilih hubugan yang sehat itu seperti apa, pacaran itu
seperti apa dan norma hubungan antar pria dan wanita diluar pernikahan itu seperti apa.
Mulai dari sekarang juga dan detik ini juga rangkul mereka, dekati mereka sebagai
sahabat karib dan bukan menyalahkan semuanya ketika semuanya sudah telanjur terjadi
...
22 August 2002
Jakarta, KBI Gemari
Di Indonesia, menurut DepKes RI, hingga 30 September 2006, tercatat 11.604 orang
penderita HIV/AIDS. Ini berarti
dalam waktu dua tahun, peningkatan insiden 178%. Karena fenomena gunung es jumlah yang
sesungguhnya jauh lebih
besar. Insiden terutama terjadi pada usia produktif dan juga pada bayi serta anak-anak. Jika dan
loss generation. Inilah
Pencegahan Semu
Upaya pencegahan HIV/AIDS pun gencar dilakukan. LSM-LSM telah banyak memberikan
edukasi kepada mereka yang
rentan terkena HIV/AIDS. Di antaranya dengan mengadakan penyuluhan kepada para pelaku
seks aktif, seperti Pekerja
Seks Komersial (PSK). Bukan itu saja, pengetahuan tentang HIV/AIDS pun telah dimasukkan ke
dalam kurikulum
pendidikan. Pemerintahan Kabupaten Merauke dan Biak, Provinsi Papua, bekerjasama dengan
Dinas Pendidikan
setempat mulai memasukkan pelajaran mengenai seluk-beluk HIV/AIDS dan penyakit menular
lain dalam kurikulum
Materi tentang HIV/AIDS, sebagai bahan mata pelajaran muatan lokal di sekolah, akan diajarkan
mulai sekolah dasar
hingga SMA/SMK, dengan tujuan agar siswa memperoleh berbagai pengetahuan tentang
penularan HIV/AIDS dan tata
cara pencegahannya. Materi tentang HIV/AIDS juga dikemas dalam kurikulum Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR)
Sayang, materi penyuluhan tentang HIV/AIDS untuk masyarakat umum maupun pelajar itu minus
muatan moral dan
agama. Bahkan faktor moral dan agama seganja dihilangkan dan sama sekali tabu dibicarakan,
karena menurut mereka,
HIV/AIDS sekadar fakta medis yang tidak bisa dikait-kaitkan dengan moral dan agama. Ini karena
menurut mereka, tidak
semua ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) adalah para pelaku tidak amoral seperti pelaku seks
bebas. Ada anak yang
tertular HIV/AIDS dari ibunya, atau istri baik-baik tertular dari suaminya.
B5/B2/D1Jadi dalam logika ini, memasukkan nilai-nilai moral atau agama hanya akan
memvonis ODHA sebagai pelaku tindak
amoral. Padahal, penyakit HIV/AIDS jelas-jelas terkait dengan perilaku sosial yang tentu erat
kaitannya dengan moral.
Sebab jika ditelususri, munculnya HIV/AIDS terjadi karena aktivitas sosial yang menyimpang dari
tuntunan agama. Ingat,
virus mengerikan ini pertama kali ditemukan tahun 1978 di San Francisco Amerika Serikat pada
kalangan homoseksual.
Di Indonesia kasus HIV/AIDS ini pertama kali ditemukan pada turis asing di Bali tahun 1981. Kita
tahu, bagaimana
perilaku seks turis asing, meski tak semuanya memang penganut seks bebas. Karena itu,
minusnya muatan agama
dalam kurikulum penyuluhan HIV/AIDS dipastikan tidak akan membuat upaya pencegahan
penyebaran HIV/AIDS efektif.
Belum lagi bila dilihat materi penyuluhan atau kurikulum pencegahan HIV/AIDS yang bersumber
dari UNAIDS (United
Nation Acquired Immune Deficiency Sy ndrome) dan WHO melalui PBB. Dalam kampanyenya
pencegahan HIV/AIDS,
Waspada Online
ada istilah ABCD, yakni A= Abstentia alias jangan berhubungan seks ; B= be faithfull alias
setialah pada pasangan, C=
Solusi yang ditawarkan tampaknya bagus. Namun, pada realitasnya program kondomisasi lebih
mendominasi. Padahal,
orang bodoh pun tahu bahwa menyodorkan kondom sama saja menyuburkan seks bebas.
Apalagi, faktanya kondom
justru dibagikan di lokasilokasi prostitusi, hotel dan tempat-tempat hiburan yang rentan terjadinya
transaksi seks.
Lagipula, efektivitas kondom dalam pencegahan HIV/AIDS masih diperdebatkan, mengingat tidak
ada produsen kondom
yang berani mengklaim 100 % produknya aman tak bisa ditembus virus HIV/AIDS. Selanjutnya,
untuk mencegah
substitusi kondom, legalisasi jarum suntik dan anti-diskriminasi terhadap ODHA. Jika dicermati,
dengan solusi yang
ditawarkan tersebut virus HIV/AIDS justru semakin menyebar. Kenapa demikian? Mari kita lihat
satu persatu.
Substitusi Metadon. Metadon adalah turunan narkoba (morfin, heroin dkk) yang mempunyai efek
adiktif (nyandu) dan
menyebabkan 'loss control' (tidak mampu mengendalikan diri). Dengan dalih agar tidak
menggunakan narkoba suntik
metadon pun ditempuh karena metadon melalui mulut. Akibat dari program ini, 'loss control'
penularan yang utama virus
HIV/AIDS. Harga metadon di Puskesmas Rp5000 dan dapat dibeli secara bebas dan terang-
terangan.
Akses metadon yang mudah dan murah akan memperluas pengguna metadon. Adiktif (nyandu)
akan melestarikan
pengguna narkoba. Legalisasi Jarum Suntik. Dengan dalih agar tidak terjadi penggunaan jarum
suntik secara bersamasama,
legalisasi jarum pun dilakukan. Padahal dengan langkah ini berarti ada upaya legalisasi
penggunaan narkoba
suntik (tetap dilestarikan). Selain itu jarum suntik akan tetap digunakan secara bersama-sama
karena pengguna karena
pengguna narkoba menjadi loss control sehingga mendekatkan pada kemungkinan seks bebas.
Di samping itu
Anti Deskriminasi terhadap ODHA. Dengan dalih hak asasi manusia (HAM) para ODHA maka
digulirkan isu anti
diskriminasi ODHA. Opini menyesatkan pun dibangun bahwa air liur, air keringat, tinja, air seni,
air mata ODHA tidak
mengandung virus HIV. Padahal sejatinya seluruh cairan tubuh ODHA mengandung virus HIV
dan mampu menularkan
kepada orang lain. Dengan demikian jelaslah bahwa solusi yang diberikan/ditawarkan oleh PBB
untuk memberantas
penyakit AIDS tidak memberantas faktor penyebab utama (akar masalah) atau menghilangkan
media penyebarannya
yaitu seks bebas, namun justru melestarikannya. Dengan melestarikan seks bebas, virus
HIV/AIDS ini akan semakin
merajalela. Tidak hanya dikalangan pelaku seks bebas, bahkan akan meluas kepada setiap
korban yang berinteraksi
dengan sang pelaku.
Ketika kondom dilegalisasi, maka akan berdampak pada membludaknya pelaku seks bebas,
kehamilan tidak diinginkan
di kalangan remaja khususnya serta aborsi yang merajalela. Legalisasi jarum suntik steril anti
diskriminasi pada ODHA
akan berdampak pada penyebaran dan pembludakan HIV/AIDS dan meningkatnya jumlah
penderita HIV/AIDS.
Ditambah lagi metadon yang difasilitasi secara resmi dan struktural oleh pemerintah akan
melestarikan pengguna
narkoba, bahkan justru akan bertambah karena murah dan mudah didapat. Rencana ini akan
berjalan secara struktural
dan sistematis memalui jaringan pemerintah (yang dipaksakan) sampai tingkat Puskesmas dan
masyarakat akar rumput.
Artinya, upaya ini bersifat struktural (serempak dan menyeluruh dari pusat sampai daerah bahkan
desa-desa).
Transmisi utama (media penularan yang utama) penyakit HIV/AIDS adalah seks bebas. Oleh
karena itu pencegahannya
harus dengan menghilangkan praktik seks bebas tersebut. Hal ini meliputi media-media yang
meransang (pornografipornoaksi),
tempat-tempat prostitusi, club-club malam, tempat maksiat atau pelaku maksiat. Penderita
HIV/AIDS yang
tidak karena melakukan maksiat maka tugas negara adalah mengkarantina mereka. Sebuah
hadist Rasulullah SAW
memungkin ditempuh cara seperti ini. Sekali-kali janganlah orang yang berpenyakit menularkan
kepada orang sehat.
(HR. Bukhori).
Apabila kamu kamu mendengar ada wabah di suatu negeri maka janganlah kamu memasukinya
dan apabila wabah itu
terjangkit sedangkan kamu berada dalam negeri itu, janganlah kamu keluar melarikan diri. (HR.
Ahmad, Bukhori, Muslim
Waspada Online
dan Nasai dari Abdurrahman bin 'Auf). Mengarantina agar penyakit tersebut tidak menyebar luas,
perlu memperhatikan
hal-hal berikut: selama karantina seluruh kebutuhannya tidak diabaikan; diberi pengobatan gratis;
berinteraksi dibawah
pengawasan dan jauh dari media serta aktivitas yang mampu menularkan; merehabilitasi mental
(keyakinan, ketakwaan,
Telah diakui bahwa kesehatan mental mengantarkan pada 50 % kesembuhan. Di sisi lain, jika
selama ini penyakit
seperti HIV/AIDS belum ditemukan obatnya maka negara wajib mengerakkan dan memfasilitasi
para ilmuawan dan ahli
kesehatan agar secepatnya bisa menemukan obatnya. Dengan cara-cara tersebut diharapkan
dapat memutus mata
rantai penyebaran HIV/AIDS sehingga jutaan anak bangsa dapat diselamatkan. Jika tidak, kita
akan menemui bangsa ini
kehilangan generasi.
(wns)
Waspada Online
http://
Seks bebas tanpa nikah rupanya sudah menjadi keharusan dalam sebuah hubungan
pacaran. Setidaknya itu yang terjadi di kalangan teman-temanku sekampung. Waktu
kumpul-kumpul malam minggu kemarin, mereka cerita pengalaman seks mereka bersama
cewek mereka. Sebenarnya aku risih mendengarnya, tapi aku pikir bagus juga buat bahan
posting blog. Dasar blogger…
Kembali ke laptop masalah seks tadi. Mereka menganggap, pacaran tanpa seks itu nggak
seru. Seperti kopi tanpa gula. What? Segitu pentingkah? Aku cuma bisa geleng-geleng
kepala aja dengernya. Bahkan ada yang bilang klo lakuin itu seminggu terakhir ini dua
kali, bersama 2 cewek yang berbeda. Pengakuan terakhir ini yang bikin aku kaget
setengah mati.
Apa yang aku pikirkan?
Aku lantas berpikir, hal ini terjadi di kalanganku sendiri, yang cuma 7-8 orang. Apa di
luar sana keadaannya sama? Jangan-jangan budaya ‘timur’ kita yang menganggap
hubungan seks adalah hal yang sakral dan hanya boleh dilakukan dalam ikatan
pernikahan sudah berganti menjadi budaya ‘binatang’ (aku lebih suka menyebutnya
budaya binatang, daripada budaya barat) yang membolehkan hubungan seks asalkan
didasari suka sama suka? Oh my god, mo jadi apa bangsa ini? Tanpa budaya seks bebas
saja bangsa ini sudah banyak masalah. Pasti tambah banyak nih masalah sosial yang
timbul gara-gara budaya sialan ini.
Kenapa sih ngurusin orang lain? Lagi stress karena jomblo?
Hmmm…ini bukan karena aku lagi jomblo, trus kritik-kritik orang lain yang punya pacar.
Sekali lagi bukan. Ini semua karena aku prihatin dengan maraknya seks bebas di
sekitarku. Dan kebetulan aku termasuk korban. Inget, yang aku nggak suka tuh seks
bebasnya, bukan pacarannya. Pacaran sih oke-oke aja selama nggak melibatkan syahwat.
Agree?
Tips-tips sukses terhindar dengan seks dalam pacaran.
Tips ini datang dari diriku sendiri. So far, aku berhasil menghindari hal-hal yang
‘diinginkan’ tersebut. Tips ini untuk semua gender.
1. Hilangkan pikiran-pikiran negatif, terutama yang berkaitan dengan ‘hal
itu’. Ingat, semua tindakan itu berawal dari niat dan niat itu ada di hati dan
pikiran kita. So, clean it up at first.
2. Jauhkan diri dari materi berbau pornografi. Klo nggak bisa, ya kurangi,
jangan terlalu akrab. Aku nggak munafik, nggak menyangkal klo aku berkali-kali
lihat film or gambar porno (biasa kan cowok ). Tapi semua pas aku iseng,
browsing koleksi file temen. Aku nggak pernah secara eksklusif browsing untuk
cari materi itu. Ini ada hubungannya dengan tips nomer 1. Silahkan diartikan
sendiri maksud aku.
3. Hindari berduaan di tempat yang sepi dan untouchable oleh orang lain,
misal kamar tidur, hotel, dll. Klo mo ke tempat wisata, pilih tempat ngobrol
berduaan yang bisa dijangkau pandangan mata orang lain. Sehingga kontrol diri
bisa maksimal karena merasa diawasi. Selama ini, aku lebih sering pacaran di
tempat-tempat yang ramai, macam mall or kafe.
4. Minimalisir kontak anggota badan pada saat berduaan seperti meraba, ciuman,
dll. Ciuman adalah yang paling sulit dihindari. Biasanya bagian ini dominan
cowok yang memulai. Tapi jika tips 1, 2 dan 3 dah dijalankan, mudah kok
melakukan tips ke-4 ini.
5. Nggak usah pacaran. Ini nggak recommended loh. Dan sebenarnya nggak ada
hubungannya sama sekali dengan tips-tips ini. Cuman untuk melengkapi, biar pas
5 biji. Hehehhehe… Tapi kalo mau dipraktekkan, ya silahkan. Untuk sementara,
kamu menemani aku yang lagi jomblo. Inget, untuk sementara loh…
Silahkan dipraktekkan kalo memang ingin. Kalo nggak ingin dan nggak suka, jangan
protes ke aku ya…
Update 01/12/07: Sebuah study di US menghasilkan kesimpulan bahwa konten porno di
internet membuat remaja semakin agresif dan mempunyai kepercayaan seks yang salah.
Selengkapnya bisa dibaca disini.
Disclaimer: Tulisan ini ndak ada hubungannya dengan mbak -tikabanget-tm ituh, meskipun karakter
penjudulannya mirip. Penjudulan ini tidak bermaksud mencontek maupun numpang populer tetapi lebih
pada
opik: HIV/AIDS
Kliping: Pendidikan Agama Tak Cukup Cegah Seks Bebas
Dipublikasi pada Wednesday, 25 April 2007 oleh administrator
JAKARTA - Pendidikan agama dan keluarga tak cukup mencegah perilaku seks bebas
remaja sebelum menikah. Sebaik apa pun orang tua dan lembaga sekolah dalam
mendidik anak, tetap saja ada remaja berhubungan seks sebelum menikah.
"Jadi pendidikan agama dan keluarga belum cukup," kata Deputi Bidang Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Keluarga Berencana Nasional Siswanto
Agus Wilopo kemarin.
Siswanto menanggapi perilaku seks bebas di kalangan pelajar sebagaimana hasil survei
Koordinator Kesehatan Reproduksi Jaringan Epidemiologi Profesor Charles Suryadi.
Lembaga ini menyebutkan 15 persen dari 2.224 mahasiswa di sepuluh perguruan tinggi
negeri dan swasta melakukan seks bebas sebelum nikah.
Di beberapa negara, seperti Amerika, kata dia, orang tua meminta anaknya yang belum
menikah memakai alat kontrasepsi.
Tapi, menurut dia, pemerintah di sini justru melarang pemberian alat kontrasepsi untuk
mereka yang belum menikah.
Sejumlah mahasiswa yang dihubungi Tempo menganggap survei tentang perilaku seks
bebas oleh Jaringan Epidemiologi Nasional kurang mencerminkan realitas. "Mahasiswa
yang melakukan seks bebas angkanya jauh lebih besar," kata Eflin Gitarosalyn,
mahasiswi Universitas Indonesia.
Nova Arifianto, mahasiswa asal universitas yang sama, juga meragukan hasil survei
tersebut. Menurut dia, budaya gaul yang mewabah melahirkan pergaulan bebas dan
cenderung berkompromi terhadap seks bebas. "Jadi saya yakin angkanya lebih besar
dari itu," katanya.
Menurut Ari Nugroho, mahasiswa yang lain, jumlah yang masuk akal untuk mahasiswa
yang berperilaku seks bebas berkisar 25-30 persen. "Kalau cuma 15 persen terlalu
kecil," katanya.
Dia mengungkapkan sekitar 41 persen penularan AIDS di negeri ini disebabkan oleh
hubungan heteroseksual dan 4,3 persen disebabkan oleh homoseksual. Di Provinsi
Papua, 96 persen penyebab AIDS adalah hubungan seks.
Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta
mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas
semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi duapuluh
persen pada tahun 2000.
Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa
kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di
pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah
melakukan hubungan seks pranikah mencapai 29,9 persen.
"sementara penelitian yang saya lakukan pada tahun 1999 lalu terhadap pasien yang
datang ke Klinik Pasutri, tercatat sekitar 18 persen remaja pernah melakukan hubungan
seksual pranikah," kata pemilik Klinik Pasutri ini.
Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun,
dan umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau
mahasiswa. Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan
meningkatnya jumlah aborsi saat ini, serta kurangnnya pengetahuan remaja akan
reproduksi sehat. Jumlah aborsi saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen
diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang menjadikan tingginya angka kematian
ibu di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara yang angka kematian ibunya
tertinggi di seluruh Asia Tenggara.
Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan.
Diantaranya, terjadi kehamilan yang tidak di inginkan. Selain tentunya kecenderungan
untuk aborsi, juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak di
inginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak
tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki.
Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika
hubungan seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut
bisa mencapai empat hingga lima kali lipat.
Selain itu, seks pranikah akan meningkatkan kasus penyakit menular seksual, seperti
sipilis, GO (ghonorhoe), hingga HIV/AIDS. Androlog Anita Gunawan mengatakan, kasus
GO paling banyak terjadi. Penderita bisa saja tidak mengalami keluhan. Tapi, hal itu
justru semakin meningkatkan penyebaran penyakit tersebut.
Bagaimana dengan GO yang sudah parah? Dr Boyke Dian Nugraha menjelaskan, untuk
GO yang sudah parah dapat menyebabkan hilangnya kesuburan, baik pada pria maupun
wanita. Saluran sperma atau indung telur menjadi tersumbat oleh kuman GO.
Disisi lain, Boyke menambahkan, perilaku seks bebas ini bisa berlanjut hingga menginjak
perkawinan. Tercatat sekitar 90 dari 121 masalah seks yang masuk ke Klinik Pasutri
(pasangan suami istri)pada tahun 2000 lalu, dialami orang-orang yang pernah melakukan
hubungan pranikah (pre marital).
"Masalah seks dengan pasangannya justru dijadikan legistimasi untuk melakukan seks
bebas. Bahkan, saat ini, seks bebas sudah menjadi bagian dari budaya bisnis," cetusnya.
Factor yang melatarbelakangi hal ini, ujar Boyke, antara lain disebabkan berkurangnya
pemahaman nilai-nilai agama. Selain itu, juga disebabkan belum adanya pendidikan seks
secara formal di sekolah-sekolah. Selain itu, juga maraknya penyebaran gambar serta
VCD porno.
Lalu bagaimana dengan remaja di "Kota Pelajar" Yogyakarta? Berdasarkan survey Pusat
Studi Wanita Universitas Islam Indonesia (PSW-UII) Yogyakarta, jumlah remaja yang
mengalami masalah kehidupan seks terutama di Yogyakarta terus bertambah, akibat pola
hidup seks bebas. Mengapa demikian? "karena pada kenyataannya pengaruh gaya seks
bebas yang mereka terima jauh lebih kuat dari pada control yang mereka terima maupun
pembinaan secara keagamaan," kata Kepala PSW-UII Dra Trias Setiawati, Msi.
Saat ini, jumlah pelajar di Kota Yogyakarta sebanyak 121.000 orang, atau sekitar 25
persen dari penduduk kota yang terkenal sebagai Kota pelajar yang sebanyak 490.000.
Ini, tentunya mendorong makin suburnya bisnis rumah kos di kota ini. Sementara tingkat
pengawasan dari pemilik kos di kota ini. Sementara tingkat pengawasan dari pemilik kos
maupun pihak orang tua, kata Trias Setiawati, semakin longgar. Sehingga, makin banyak
remaja yang terjebak ke dalam pola seks bebas karena berbagai pengaruh yang mereka
terima baik dari teman, internet, dan pengaruh lingkungan secara umum.
"Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas, kalau
terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu
suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat
lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat,"
dalihnya.
Salah satu upaya untuk menanggulangi maraknya seks bebas di kalangan remaja,
khususnya penghuni kos, selain perlu dilakukan pengawasan yang ketat dan intensif dari
pemilik kos secara proporsional, juga meningkatkan kesadaran dari orang tua untuk
memilihkan tempat kos bagi anak-anaknya yang layak dan aman. "Selain itu, tentu
membekali putra-putrinya dengan benteng ajaran agama yang kokoh," ujar Trias saat
ditemui di Yogyakarta, belum lama ini.
Maraknya seks bebas di kalangan remaja membuat banyak pihak sangat prihatin. Salah
satunya adalah Ketua Yayasan Sayap Ibu Daerah Istimewa Yogyakarta Ny Hj
Ciptaningsih Utaryo. Pasalnya, kata dia, hal itu akan menimbulkan masalah baru bukan
hanya bagi wanita remaja itu sendiri, tapi juga pada anak-anak yang akan dilahirkan.
Terlebih anak yang lahir tersebut merupakan anak yang dikehendaki, sehingga ada
kecenderungan akan ditelantarkan orang tua.
Sebagai Yayasan yang perduli dengan anak-anak terlantar, Yayasan Sayap Ibu (YSI)
berupaya untuk mengatasi permasalahan anak-anak yang ditelantarkan orangtuannya,
yang hingga kini jumlahnya demikian besar. Di Yayasan Sayap Ibu Daerah Istimewa
Yogyakarta saja saat ini tercatat sekitar 500 orang anak lebih yang dirawat dan belum
mendapatkan orang tua angkat. Bila digabung dengan lain jumlahnya akan mencapai
ribuan orang.
Di antara mereka yang dirawat bukan hanya fisiknya yang normal, tapi ada juga
diantaranya yang mengalami kecacatan akibat aborsi yang gagal dilakukan orang
tuannya. "Karena biasanya orang tua yang hamil di luar nikah akan cenderung mencari
jalan pintas untuk menutupi aib yang dideritannya. Padahal , cara ini selain tidak
berprikemanusiaan, juga akan menyebabkan beban ganda pada anak-anak yang gagal di
aborsi," dalih Ciptaningsih.
Untuk menghindari tindakan aborsi illegal yang dilakukan ibu-ibu yang tidak
menginginkan kehamilan, Yayasan Sayap Ibu selain menampung anak-anak yang
ditelantarkan orang tuanya, juga mempunyai program merawat ibu-ibu muda yang hamil
akibat seks bebas atau kehamilan tidak dikehendaki sampai anak tersebut lahir dengan
selamat.
"Upaya yang dilakukan Yayasan Sayap Ibu ini bukannya justru memberikan peluang
kepada anak-anak remaja untuk melakukan seks bebas, tapi semata untuk menolong
nyawa ribuan generasi muda dari perbuatan tidak berkemanusiaan. Aborsi illegal bukan
hanya berbahaya bagi janin, tapi juga nyawa ibu muda itu sendiri. Karena setiap janin
berdasarkan kontroversi Hak Anak Internasional perlu dijaga kelangsungan hidupnya,"
tungkasnya.
Ciptaningsih menegaskan, saat ini untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas
-terutama di kalangan remaja- bukan hanya membentengi diri mereka dengan unsure
agama yang kuat, juga dibentengi dengan pendampingan orang tua Dan selektivitas
dalam memilih teman-teman. Karena ada kecenderungan remaja lebih terbuka kepada
teman dekatnya ketimbang dengan orang tua sendiri.
Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan
reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. "Pendidikan
Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang
organ reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual
dan sebagainya. Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan
melakukan seks bebas," imbau Ciptaningsih.
Pikiran Rakyat : Stop AIDS dengan Kasih Sayang dan
Keteladanan
HATI kita kembali terenyuh membaca berita, sebanyak 18 bayi di Rumah Sakit Hasan Sadikin
positif HIV-AIDS. Ironis karena kasus tersebut justru muncul saat masyarakat dunia, termasuk Jawa
Barat bersiap-siap memperingati Hari AIDS Sedunia 1 Desember 2007 bertemakan "Stop AIDS.
Tepati Janji-Kepemimpinan".
Makna tema peringatan adalah perlunya kepemimpinan yang kuat, tegas, punya visi ke depan, dan
mampu mengambil keputusan yang tepat, cepat, dan akurat di berbagai level. Mulai dari level
pusat, provinsi, hingga level desa/kelurahan. Mulai dari kepemimpinan civil society, keagamaan,
media, sampai pada kepemimpinan di tingkat keluarga. Kepemimpinan yang kuat merupakan faktor
kunci dalam menekan laju pertumbuhan HIV-AIDS yang begitu cepat di Indonesia.
Keteladanan
Sebuah penelitian menunjukkan, ikatan yang kuat antara anak dan orang tua punya andil besar
dalam mencegah anak terjerat narkoba. Keluarga juga seharusnya menjadi benteng kokoh yang
tidak mudah tembus oleh berbagai pengaruh negatif yang ada di sekitarnya. Dengan peran sentral
orang tua, sudah seharusnya efek negatif HIV-AIDS disosialisasikan dengan bahasa yang gampang
dicerna dan dimengerti.
Mengingat jumlah korban akibat penyakit HIV-AIDS cenderung meningkat setiap tahunnya,
komitmen kita sebagai orang tua harus semakin diperteguh. Dipandang perlu untuk membuat "mata
rantai" dengan lingkungan yang dipelopori para orang tua guna mencari langkah membentengi diri,
keluarga, kelompok, dan kawasan tempat tinggal dari wabah HIV-AIDS. Kesungguhan dan
keseriusan kita dinilai berpengaruh besar terhadap upaya pencegahan dan penyebaran HIV-AIDS.
Keseriusan dan kesungguhan semua pihak, termasuk para orang tua sesungguhnya sejalan dengan
tema Hari HIV-AIDS tahun 2007. Tema ini sengaja mengangkat perlunya inovasi, visi, dan
kesungguhan dalam tantangan menghadapi AIDS.
Keluarga, yang merupakan institusi terkecil dalam masyarakat, menjadi tempat paling awal anak-
anak dalam mendapatkan nilai-nilai yang akan dipegangnya dalam kehidupannya. Peran ibu untuk
memberi basis nilai-nilai positif jelas mendominasi. Kasih sayang itu melebihi segalanya. Jika anak
terjerumus kepada hal yang negatif, yang rugi mula-mula adalah keluarga. Kemudian masyarakat,
lalu negara. Kalangan orang tua juga perlu membentuk mata rantai yang kokoh dengan anak-
anaknya, sahabat, saudara bahkan masyarakat.
Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan tingkat stres tinggi, masa depannya juga
rentan. Stres dimaksudnya misalnya karena dia terbiasa melihat orang tuanya mengonsumsi alkohol
atau melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Anak yang dibesarkan di lingkungan seperti itu
dikhawatirkan akan mengulangi perilaku yang sama ketika dia beranjak dewasa. Tak sedikit contoh,
pencandu alkohol dan pelaku kekerasan dalam rumah tangga adalah mereka yang saat masa kanak-
kanak sering melihat perilaku tersebut.
Orang tua yang bekerja juga memiliki dampak pada anak-anak, terutama yang sering lembur dan
jarang berkomunikasi dengan anak. Pekerjaan juga dapat berdampak pada tingkat stres seseorang
yang akan berpengaruh pada komunikasi dalam keluarga.
Hasil riset "The Collaborative HIV Prevention Adolescent Mental Health Project" di Amerika
menunjukkan bahwa peran keluarga, khususnya orang tua, sangat menentukan pencegahan
penularan HIV-AIDS.
Jarum suntik
Secara kumulatif, sampai dengan 30 September 2007, jumlah kasus HIV-AIDS yang dilaporkan
adalah 10.384 kasus. Terbanyak dari DKI Jakarta, disusul Jawa Barat dan Papua. Data Departemen
Kesehatan menunjukkan, sebanyak 49,1% kasus HIV-AIDS ditularkan melalui penggunaan narkoba
dengan jarum suntik (injecting drug user/IDU). Sebanyak 42,1% lainnya melalui hubungan
heteroseksual dan 4,1% melalui hubungan homoseksual.
Dari data tersebut, jelas bahwa yang harus dilakukan terlebih dahulu oleh keluarga adalah
mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba. Pencegahan penyalahgunaan narkoba adalah upaya
yang dilakukan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh atau penyebab, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tujuannya mengubah keyakinan, sikap, dan perilaku orang sehingga tidak
memakai narkoba atau berhenti memakai narkoba.
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam membentuk dan memengaruhi keyakinan,
sikap, dan perilaku seseorang terhadap penggunaan narkoba. Untuk itu, orang tua harus berperan,
pertama, membangun keluarga harmonis. Dalam keluarga yang harmonis komunikasi antara orang
tua dan anak terjalin lancar. Orang tua mendengarkan secara aktif anaknya, menunjukkan rasa kasih
sayang dan perhatiannya. Orang tua juga memberikan tanggung jawab dan membangun
kepercayaan diri si anak, mengembangkan nilai positif pada anak, menciptakan suasana damai, dan
mengatasi masalah keluarga.
Kedua, mencegah penyalahgunaan narkoba di rumah. Cara ini dilakukan dengan mempelajari fakta
dan gejala dini penyalahgunaan narkoba. Orang tua sebagai teladan perlu mengembangkan
kemampuan anak menolak narkoba, mengatasi masalah keluarga, dan mendukung kegiatan anak
yang sehat dan kreatif serta buat kesepakatan tentang norma dan peraturan.
Selanjutnya adalah peran keluarga dalam mencegah terjadinya seks bebas. Perilaku seks bebas di
kalangan remaja terjadi, pertama, akibat atau pengaruh dari mengonsumsi berbagai tontonan.
Kemudian, kedua, faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pergaulan.
Ada dua alternatif solusi untuk menyelamatkannya. Pertama, membuat regulasi yang dapat
melindungi anak-anak dari tontotan yang tidak mendidik. Kedua, orang tua sebagai penanggung
jawab utama terhadap kemuliaan perilaku anak harus menciptakan lingkungan keluarga yang
harmonis dalam keluarganya.
Pandangan Islam
Tingginya pertumbuhan HIV-AIDS di Jawa Barat sangat dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah
IDU. Oleh karena itu, dalam konsep Islam, narkoba atau Nafza itu haram hukumnya untuk
dikonsumsi. Dasarnya adalah firman Allah pada Surat Albaqarah: 219. Bunyinya, “Mereka
bertanya kepadamu tentang khamar (segala minuman yang memabukkan) dan judi. Katakanlah,
‘pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya
lebih besar daripada manfaatnya.’ Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan.
Katakanlah, ‘yang lebih dari keperluan’." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu supaya kamu berpikir.
Sedangkan dalam Surat Almaidah: 90, "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji
termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapatkan
keberuntungan."
Berkenaan dengan itu, Nabi Muhammad saw juga bersabda, "Setiap zat, bahan, atau minuman yang
dapat memabukkan dan melemahkan (akal sehat) adalah khamar dan setiap khamar adalah haram"
(H.R. Abdullah bin Umar r.a.).
Dari kedua ayat dan hadis itu jelaslah bahwa Nafza hukumnya haram dikonsumsi, baik dari segi
agama maupun dari sisi undang-undang. Yang dimaksud dengan Nafza adalah narkoba (ganja,
heroin/putaw, kokain), alkohol (minuman keras), zat adiktif (ecstasi/shabu-shabu/inex), dan
merokok serta zat lainnya yang sejenis (bersifat adiktif/menimbulkan ketagihan).
Masyarakat mungkin frustrasi menghadapi HIV-AIDS yang tetap mewabah. Akan tetapi, kita selaku
Muslim, justru harus optimistis kalau Islam pasti punya jalan keluarnya. Pada masa Rasulullah saw
pernah ada satu daerah yang terjangkiti wabah penyakit tha'un (sejenis kolera). Penyakit ini dengan
mudah dan cepat menular kepada yang lainnya. Mendengar berita ini Rasulullah saw bersabda,
"Jika kamu mendengar waba (tha'un) sedang berjangkit di suatu tempat, jangan kamu masuk ke
tempat itu. Dan jika berjangkit dalam negeri yang kamu sedang berada di dalamnya, maka jangan
kamu keluar daripadanya." (H.R. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan pada kita upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit
menular ke orang lain. Sepertinya, upaya ini juga bisa dipakai untuk kasus HIV-AIDS.
Bagi yang belum terinfeksi, tentu negara harus tetap menyosialisasikan informasi seputar HIV-
AIDS tentang bahaya dan cara menghindarinya. Selain itu, negara juga harus turun tangan untuk
membenahi kondisi yang bisa memancing orang melakukan seks bebas dan mengonsumsi narkoba.
Semua langkah-langkah di atas akan terlaksana sesuai dengan harapan kalau kita menerapkannya
seperti yang diperintahkan Allah SWT dan dicontohkan Rasulullah saw.
Ketika hukum Islam tidak dipedulikan oleh negara, tidak sedikit rakyatnya yang ikut-ikutan tak
acuh. Akibatnya, kesengsaraan hidup seperti penyebaran HIV-AIDS bakal diperoleh. Padahal, Allah
SWT sudah mengingatkan dalam firman-Nya, "Siapa saja yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak
akan sesat dan tidak akan celaka. Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit." (Q.S. Thaahaa: 123-124).
Sekali lagi, perayaan Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap 1 Desember harus menjadi gerakan
moral dan keyakinan. Tegasnya, kampanye stop HIV/AIDS boleh digelar setiap tahun, tetapi
praktiknya sebaiknya harus dilakukan setiap hari. Karena penularan HIV juga terjadi dalam
bilangan hari bahkan hitungan... jam.***
Penulis, pengurus Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Bandung
H
I
L
A
N
G
N
Y
A
K
O
M
I
T
M
E
N
D
A
L
A
M
K
E
L
U
A
R
G
A
A
W
A
L
P
E
N
U
L
A
R
A
N
H
I
V
A
I
D
S
(
0
4
D
e
s
e
m
b
e
r
2
0
0
7
)
J
a
k
a
r
t
a
,
4
/
1
2
/
2
0
0
7
(
K
o
m
i
n
f
o
-
N
e
w
s
r
o
o
m
)
T
i
n
g
g
i
n
y
a
p
e
n
u
l
a
r
a
n
p
e
n
y
a
k
i
t
H
I
V
A
I
D
s
d
i
m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
y
a
n
g
a
n
t
a
r
a
l
a
i
n
d
i
s
e
b
a
b
k
a
n
d
i
s
h
a
r
m
o
n
i
r
u
m
a
h
t
a
n
g
g
a
,
d
i
n
i
l
a
i
s
u
d
a
h
p
a
r
a
h
s
e
h
i
n
g
g
a
b
u
t
u
h
p
e
n
a
n
g
a
n
a
n
y
a
n
g
s
a
n
g
a
t
s
e
r
i
u
s
.
D
r
a
.
H
j
.
T
a
t
i
H
a
r
t
i
m
a
h
,
M
A
k
e
t
u
a
P
u
s
a
t
S
t
u
d
i
W
a
n
i
t
a
d
a
r
i
U
I
N
S
y
a
r
i
f
H
i
d
a
y
a
t
u
l
l
a
h
m
e
n
g
a
t
a
k
a
n
d
i
J
a
k
a
r
t
a
,
S
e
l
a
s
a
(
4
/
1
2
)
,
s
e
l
a
m
a
i
n
i
s
o
s
i
a
l
i
s
a
s
i
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
t
e
r
h
a
d
a
p
p
e
n
u
l
a
r
a
n
p
e
n
y
a
k
i
t
H
I
V
A
I
D
s
s
u
d
a
h
b
e
r
j
a
l
a
n
b
a
i
k
d
a
n
a
k
a
n
l
e
b
i
h
b
a
i
k
j
i
k
a
d
i
l
a
k
u
k
a
n
l
e
w
a
t
p
e
n
d
e
k
a
t
a
n
k
e
a
g
a
m
a
a
n
d
e
n
g
a
n
m
e
l
i
b
a
t
k
a
n
p
a
r
a
m
u
b
a
l
i
g
d
a
n
m
u
b
a
l
i
g
o
h
.
"
B
a
g
i
s
a
y
a
p
e
n
d
e
k
a
t
a
n
k
e
a
g
a
m
a
a
n
d
e
n
g
a
n
m
e
l
i
b
a
t
k
a
n
p
e
r
a
n
p
a
r
a
m
u
b
a
l
i
g
u
n
t
u
k
m
e
l
a
k
u
k
a
n
s
o
s
i
a
l
i
s
a
s
i
b
a
h
a
y
a
p
e
n
y
a
k
i
t
H
I
V
A
I
D
s
a
d
a
l
a
h
c
a
r
a
y
a
n
g
e
f
e
k
t
i
f
s
e
b
a
g
a
i
m
a
n
a
y
a
n
g
s
u
d
a
h
k
a
m
i
l
a
k
u
k
a
n
d
e
n
g
a
n
m
e
l
i
b
a
t
k
a
n
p
e
r
a
n
m
u
b
a
l
i
g
o
h
k
e
p
a
d
a
k
o
m
u
n
i
t
a
s
p
e
r
e
m
p
u
a
n
,
"
k
a
t
a
n
y
a
.
D
a
l
a
m
I
s
l
a
m
,
p
a
r
a
k
o
r
b
a
n
p
e
n
y
a
k
i
t
H
I
V
A
I
D
s
t
i
d
a
k
b
o
l
e
h
d
i
k
u
c
i
l
k
a
n
d
a
n
d
i
a
s
i
n
g
k
a
n
d
e
n
g
a
n
a
l
a
s
a
n
a
p
a
p
u
n
,
t
e
t
a
p
i
t
e
t
a
p
d
i
a
j
a
k
k
o
m
u
n
i
k
a
s
i
.
H
a
l
y
a
n
g
t
e
r
p
e
n
t
i
n
g
b
a
g
i
m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
a
d
a
l
a
h
m
e
m
a
h
a
m
i
u
n
t
u
k
t
i
d
a
k
t
e
r
t
u
l
a
r
p
e
n
y
a
k
i
t
i
t
u
.
M
e
n
g
e
n
a
i
s
o
s
i
a
l
i
s
a
s
i
p
e
n
g
g
u
n
a
a
n
k
o
n
d
o
m
s
e
b
a
g
a
i
p
e
n
c
e
g
a
h
a
n
p
e
n
u
l
a
r
a
n
p
e
n
y
a
k
i
t
H
I
V
A
I
D
s
y
a
n
g
j
u
g
a
d
i
t
o
l
a
k
m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
,
i
a
m
e
n
i
l
a
i
c
a
r
a
t
e
r
s
e
b
u
t
d
i
a
k
u
i
n
y
a
a
k
a
n
t
e
r
a
s
a
s
u
l
i
t
k
a
l
a
u
t
i
d
a
k
m
e
m
p
u
n
y
a
i
c
a
r
a
p
a
n
d
a
n
g
y
a
n
g
s
a
m
a
.
K
a
r
e
n
a
d
i
s
a
t
u
s
i
s
i
d
i
n
i
l
a
i
m
e
l
e
g
a
l
k
a
n
p
r
i
l
a
k
u
s
e
k
s
b
e
b
a
s
d
a
n
d
i
s
i
s
i
l
a
i
n
m
e
r
u
p
a
k
a
n
c
a
r
a
e
f
e
k
t
i
f
m
e
n
c
e
g
a
h
d
a
m
p
a
k
p
e
n
u
l
a
r
a
n
p
e
n
y
a
k
i
t
H
I
V
A
I
D
s
d
a
l
a
m
h
u
b
u
n
g
a
n
s
e
k
s
b
e
b
a
s
.
D
i
k
a
t
a
k
a
n
n
y
a
,
s
o
s
i
a
l
i
s
a
s
i
k
o
n
d
o
m
j
u
g
a
t
i
d
a
k
b
i
s
a
d
i
t
o
l
a
k
1
0
0
p
e
r
s
e
n
s
e
b
a
g
a
i
s
e
b
u
a
h
s
o
l
u
s
i
d
a
n
t
i
d
a
k
b
i
s
a
p
u
l
a
m
e
l
a
r
a
n
g
m
e
r
e
k
a
b
e
k
e
r
j
a
d
i
t
e
m
p
a
t
h
i
b
u
r
a
n
m
a
l
a
m
.
S
E
b
a
i
k
n
y
a
s
o
s
i
a
l
i
a
s
i
k
o
n
d
o
m
d
i
s
a
m
p
a
i
k
a
n
p
a
d
a
m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
d
e
n
g
a
n
k
o
n
d
i
s
i
t
e
r
t
e
n
t
u
,
s
e
p
e
r
t
i
w
a
n
i
t
a
p
e
k
e
r
j
a
s
e
k
s
k
o
m
e
r
s
i
a
l
d
a
n
p
e
k
e
r
j
a
t
e
m
p
a
t
h
i
b
u
r
a
n
m
a
l
a
m
.
I
a
j
u
g
a
m
e
n
a
m
b
a
h
k
a
n
,
t
i
n
g
g
i
n
y
a
a
n
g
k
a
p
e
n
u
l
a
r
a
n
H
I
V
A
I
D
s
y
a
n
g
u
m
u
m
n
y
a
m
e
l
a
l
u
i
p
e
n
g
g
u
n
a
a
n
n
a
r
k
o
b
a
d
a
n
h
u
b
u
n
g
a
n
s
e
k
s
b
e
b
a
s
,
d
i
s
e
b
a
b
k
a
n
h
i
l
a
n
g
n
y
a
k
o
m
i
t
m
e
n
b
e
r
s
a
m
a
d
a
l
a
m
s
e
b
u
a
h
r
u
m
a
h
t
e
r
h
a
d
a
p
a
n
g
g
o
t
a
k
e
l
u
a
r
g
a
n
y
a
.
"
K
a
l
a
u
s
e
b
u
a
h
r
u
m
a
h
t
a
n
g
g
a
s
u
d
a
h
t
i
d
a
k
h
a
r
m
o
n
i
s
d
a
n
t
a
k
a
d
a
l
a
g
i
k
o
m
i
t
m
e
n
b
e
r
s
a
m
a
,
m
a
k
a
p
e
l
a
r
i
a
n
b
a
g
i
s
e
b
a
g
i
a
n
a
n
g
g
o
t
a
n
y
a
a
d
a
l
a
h
m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n
n
a
r
k
o
b
a
d
a
n
h
u
b
u
n
g
a
n
s
e
k
s
b
e
b
a
s
y
a
n
g
k
e
m
u
d
i
a
n
b
e
r
d
a
m
p
a
k
p
a
d
a
p
e
n
u
l
a
r
a
n
p
e
n
y
a
k
i
t
b
e
r
b
a
h
a
y
a
t
e
r
s
e
b
u
t
,
"
u
j
a
r
n
y
a
.
F
e
n
o
m
e
n
a
t
i
n
g
g
i
n
y
a
a
n
g
k
a
p
e
n
u
l
a
r
a
n
H
I
V
A
I
D
s
y
a
n
g
m
e
n
g
a
k
i
b
a
t
k
a
n
p
a
d
a
k
e
m
a
t
i
a
n
d
a
n
l
e
b
i
h
b
a
n
y
a
k
d
i
a
l
a
m
i
l
a
k
i
l
a
k
i
d
a
r
i
p
a
d
a
p
e
r
e
m
p
u
a
n
,
s
e
h
a
r
u
s
n
y
a
b
i
s
a
m
e
n
j
a
d
i
e
f
e
k
j
e
r
a
b
a
g
i
p
a
r
a
p
e
l
a
k
u
p
e
n
g
g
u
n
a
n
a
r
k
o
b
a
d
a
n
p
e
l
a
k
u
h
u
b
u
n
g
a
n
s
e
k
s
b
e
b
a
s
d
i
m
a
s
y
a
r
a
k
a
.
S
e
m
e
n
t
a
r
a
S
e
k
r
e
t
a
r
i
s
K
o
m
i
s
i
P
e
n
a
n
g
g
u
l
a
n
g
a
n
A
I
D
s
N
a
s
i
o
n
a
l
(
K
P
A
N
)
,
N
a
f
s
i
a
h
M
b
o
i
m
e
n
g
a
t
a
k
a
n
,
p
e
n
o
l
a
k
a
n
m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
t
e
r
h
a
d
a
p
p
e
n
g
u
n
a
a
n
k
o
n
d
o
m
s
e
b
a
g
a
i
a
l
a
t
p
e
n
c
e
g
a
h
p
e
n
u
l
a
r
a
n
H
I
V
A
I
D
s
d
i
k
a
r
e
n
a
k
a
n
t
i
a
d
n
y
a
p
e
m
a
h
a
m
a
n
y
a
n
g
s
a
m
a
.
"
K
i
t
a
t
i
d
a
k
m
e
w
a
j
i
b
k
a
n
k
o
n
d
o
m
p
a
d
a
p
r
i
l
a
k
u
s
e
k
s
y
a
n
g
t
i
d
a
k
b
e
r
i
s
i
k
o
,
a
k
a
n
t
e
t
a
p
i
h
a
n
y
a
p
r
i
l
a
k
u
s
e
k
s
y
a
n
g
b
e
r
e
s
i
k
o
.
I
b
a
r
a
t
k
i
t
a
n
a
i
k
s
e
p
e
d
a
m
o
t
o
r
h
a
r
u
s
p
a
k
a
i
h
e
l
m
a
g
a
r
t
i
d
a
k
b
e
r
e
s
i
k
o
d
a
n
k
a
l
a
u
d
i
n
i
l
a
i
t
i
d
a
k
b
e
r
e
s
i
k
o
,
t
e
r
s
e
r
a
h
k
a
l
a
u
t
i
d
a
k
s
u
k
a
y
a
t
i
d
a
k
u
s
a
h
d
i
p
a
k
a
i
,
"
k
a
t
a
n
y
a
.
P
e
n
u
l
a
r
a
n
H
I
V
A
I
D
s
s
e
n
d
i
r
i
s
a
a
t
i
n
i
s
u
d
a
h
s
a
n
g
a
t
m
e
m
p
r
i
h
a
t
i
n
k
a
n
d
a
n
p
e
n
u
l
a
r
a
n
n
y
a
s
u
d
a
h
t
e
r
j
a
d
i
a
n
t
a
r
a
s
u
a
m
i
d
a
n
i
s
t
r
i
,
k
a
r
e
n
a
i
t
u
k
a
l
a
u
v
i
r
u
s
s
u
d
a
h
m
a
s
u
k
k
e
d
a
l
a
m
k
e
l
u
a
r
g
a
,
t
i
d
a
k
m
u
n
g
k
i
n
d
i
b
i
a
r
k
a
n
,
t
u
t
u
r
n
y
a
.
D
i
m
a
s
a
d
a
t
a
n
g
,
r
e
n
c
a
n
a
n
y
a
K
P
A
N
a
k
a
n
t
e
r
u
s
m
e
l
a
k
u
k
a
n
k
o
m
u
n
i
k
a
s
i
t
e
r
h
a
d
a
p
m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
y
a
n
g
m
e
n
o
l
a
k
p
e
n
g
g
u
n
a
a
n
k
o
n
d
o
m
s
e
b
a
g
a
i
a
l
a
t
p
e
n
c
e
g
a
h
p
e
n
u
l
a
r
a
n
H
I
V
A
I
D
s
d
a
n
m
e
n
g
a
j
a
k
t
o
k
o
h
l
i
n
t
a
s
a
g
a
m
a
u
n
t
u
k
b
e
r
p
e
r
a
n
a
k
t
i
f
m
e
n
g
k
a
m
p
a
n
y
e
k
a
n
p
e
n
u
l
a
r
a
n
p
e
n
y
a
k
i
t
H
I
V
A
I
D
s
d
a
n
m
e
n
c
a
r
i
s
o
l
u
s
i
b
e
r
s
a
m
a
p
e
n
a
n
g
a
n
a
n
H
I
V
A
I
D
s
.
(
B
a
n
/
i
d
/
c
)