You are on page 1of 27

Bab III

Rangkaian dan Kopling Magnetik

3.1. Sumber Magnetik dan Peranannya Dalam Konversi Energi


Tujuan bab ini adalah untuk memehami sifat-sifat magnetik yang berkaitan
dengan proses konversi energi. Dalam proses konversi energi terutama pada mesin-
mesin rotasi elektromagnetik dan transformator, medan magnet memiliki peranan
penting sebagai media konversi/transformasi. Melalui medan magnet, energi mekanik
dapat dikonversi menjadi energi listrik – alat konversinya disebut generator – atau,
sebaliknya, energi listrik dapat dikonversi menjadi energi mekanik – alat konversisinya
disebut motor listrik. Melauli medan magnet pula, energi listrik dari suatu suatu
sistem/rangkaian dapat dikonversi menjadi energi listrik pada sistem lain.
Medan magnet selain dapat diperoleh dari magnet permanen seperti
diperlihatkan pada gambar 3-1 (a), juga dapat dibangkitkan dari konduktor yang dialiri
arus listrik seperti diperlihatkan pada figure 3-1 (b).

φ
φ
φ

(b)
(a)

Gambar 3-1. Sumber medan magnet; (a) Magnet permaanen


(b)Megnet listrik

Terdapat beberapa sifat medan magnet yang perlu dipahami dalam


meganalisanya, antara lain:
1. Fluks medan magnet (φ) atau sering disebut garis-garis gaya magnet selalu
cenderung untuk melalui/melintasi lintasan yang paling rendah hambatan
magnetnya ( reluktansi R). Sifat ini memungkinkan untuk mengarahkan fluks

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 79


medan magnet dengan menggunakan bahan ferromagnetik (bahan/material yang
memiliki reluktansi rendah)
2. Kutub-kutub magnetik, yakni; kutub utara dan kutub selatan pada lintasan fluks
medan magnet, akan terbentuk pada titik dimana terdapat perubahan reluktansi
lintasan (misalnya terdapat dua atau lebih material lintasan dengan reluktansi
masing-masing berbeda) yang dilalui fluks medan magnet. Kutub utara akan
terbentuk pada titk lintasan dimana fluks medan magnet mengarah dari material
yang bereluktansi rendah ke material bereluktnasi tinggi. Sebaliknya, kutub
selatan akan terbentuk pada titik lintasan dimana fluks medan magnet mengarah
dari material bereluktansi tinggi ke material bereluktansi rendah.
3. Gaya tarik-menarik magnetik yang timbul antara dua kutub berbeda dalam celah
udara akan selalu memiliki arah sesuai dengan garis-garis fluks dalam celah
udara tersebut.
Magnet permanen terbuat dari material bereluktansi rendah. Bila diletakkan di
udara, dimana udara memiliki reluktansi yang jauh lebih besar dari material magnet
permanen, maka aliran fluks dari magnet permanent tersebut akan membentuk kutub
utara pada ujung dimana fluks medan magnet mengarah dari material magnet permanen
ke udara. Sebaliknya, kutub selatan akan terbentuk pada ujung dimana arah fluks medan
magnet dari udara ke material magnet permanennya. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa arah fluks medan magnet diudara selalu dari kutub utara ke kutub selatan.
Arah fluks medan magnet yang dibangkitkan oleh aliran arus pada sebuah
konduktor akan selalu searah dengan arah jari-jari tangan yang dikepalkan jika arah arus
listrik sesuai dengan arah ibu jari, seperti diperlihatkan dalam gambar 3-2.

Gambar 3-2. Arah fluks medan magnet di sekitar konduktor


berarus
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 80
3.2. Asumsi Dalam Analisa Rangkaian magnetik
Untuk menyederhanakan persoalan dalam perhitungan rangkaian magnetik
diperlakukan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1. Asumsi pertama adalah, bahwa untuk jenis mesin listrik dan transformator yang
frekuensi dan ukurannya adalah sedemikian hingga suku arus-pergeseran
(displacement current) dalam persamaan Maxwell dapat diabaikan. Suku ini
menerangkan medan magnetik yang dihasilkan oleh medan listrik dalam ruang
yang berubah-ubah terhadap waktu dan diasosiasikan dengan radiasi
elektromagnetik. Dengan mengabaikan suku ini akan dihasilkan bentuk magneto-
kuasi-statik (magneto-quasi-static) dari persamaan Maxwell. Dengan pengabaian
ini kita bermaksud bahwa besaran-besaran medan magnetik hanya ditentukan oleh
nilai sesaat arus-sumber, dan bahwa variasi waktu medan magnetik merupakan
akibat langsung dan variasi waktu sumber.
2. Asumsi penyederhanaain yang kedua menyangkut konsep rangkaian magnetik.
Pemecahan umum untuk intensitas medan magnetik (magnetic field intensity) H
dan rapat fluks magnetik (magnetic flux density) B dalam susunan geometri yang
kompleks adalah sangat sukar. Meskipun demikian, masalah medan tiga-dimensi
sering dapat disederhanakan menjadi masalah yang hakekatnya ekivalen dengan
rangkaian satu dimensi. Penyederhanaan ini menghasilkan pemecahan yang
ketelitiannya dapat diterima dalam keteknikan.
Suatu rangkaian magnetik terdiri dan kerangka yang sebagian besar tersusun dari
bahan magnetik berpermeabilitas tinggi. Adanya bahan berpermeabilitas tinggi ini
menyebabkan fluks magnetik terkurung pada jalan yang dibatasi oleh kerangka tersebut,
sebagaimana halnya dengan terkurungnya arus listrik dalam konduktor pada rangkaian
listrik. Penggunaan konsep rangkaian magnetik ini dibahas dalam fasal ini. Akan
nampak dalam buku ini, bahwa penggunaannya memberikan hasil yang cukup baik
pada banyak situasi.

3.3. Rumus Dasar Rangkaian Magnetik

Rumus-rumus dasar yang digunakan dalam menganalisa rangkian magnetik


mirip dengan rumus-rumus dasar yang digunakan dalam analisa rangkaian listrik.
Tabel 1 berikut menunjukkan analogi antara radan ngkaian listrik dengan rangkaian
magnetik.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 81
Tabel 1 Analogi rangkaian listrikdan magnetik
Rangkian Listrik Simbol Analog Rangkaian magnetik Simbol
Gaya gerak listrik (ggl) E ⇔ Gaya gerak magnetik (gmm) F
Arus listrik I ⇔ Fluks magnetik φ
Resistansi R ⇔ Reluktansi R
Kerapatan arus I/A ⇔ Kerapatan fluks B
Intensitas medan listrik ε ⇔ Kuat medan H
Konduktivitas σ ⇔ Permeabilitas µ

Suatu contoh yang sederhana rangkaian magnetik ditunjukkan dalam Gamban


3-3. Intinya (core) diasumsikan terdini dan bahan magnetik yang permeabilitasnya jauh
lebih besan dari udana di sekitannya. Inti ini mempunyai penampang-melintang (cross
section) yang serbasama (uniform) dan dieksitasi (diteral) oleh kumparan N-lilitan yang
dialiri arus i ampere (A). Kumparan mi menimbulkan medan magnetik di dalam inti,
seperti tampak pada gambar. Medan magnetik dapat divisualisasikan dengan garis-garis
fluks yang membentuk lmgkar tertutup yang terangkum (interlinked) oleh kumparan.
Hubungan dasar antara arus i dan intensitas medan magnetik H menyatakan bahwa,
integral garis H mengelilingi jalan yang tertutup sama dengan arus total yang dikurung
oleh jalan tersebut.

F R

(b)

(a)

Gambar 3-3. Rangkaian magnetik sederhanan; (a) rangkaian ril


(b) rangkain ekivalen magnetik

Dalam penerapannya pada rangkaian magnetik Gambar 3-3, sumber medan


magnetik dalam inti adalah hasil-kali ampere-lilitan Ni. Dalam rangkaian-magnetik,
istilah untuk Ni mi adalah “arus gerak magnet” (agm) atau “magnetomotiue force”
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 82
(mmf), atau lebih sering juga kita sebut “gaya gerak magnet” ( ggm). Meskipun
Gambar 3-3 hanya memperlihatkan satu kumparan, transformator dan kebanyakan
mesin rotasi itu mempunyai sekurang-kurangnya dua kumparan dan Ni adalah jumlah
aljabar amper-lilitan semua kumparan. Dengan asumsi, bahwa rapat fluks magnetik
serbasama melintang penampang inti, integral garis H secara sederhana adalah hasil
perkalian skalar Hi dan besar (magnitude) H sepanjang jalan fluks rata-rata yang
panjangnya lc. Jadi hubungan antara agm (mmf) dan in tensitas medan magnetik dapat
dituliskan dalam istilah rangkaian magnetik sebagai:

(3-1)

Arah H di dalam mti dapat ditentukan dan aturan tangan kanan (right-hand rtfle) yang
dapat dinyatakan dalam dua cara yang ekivalen: (1) Bayangkanlah suatu konduktor
yang berarus dipegang dengan tangan kanan dengan ibujani menunjuk kearah aliran
anus, maka jari-jari (lain) menunjuk keanah medan magnet yang ditimbulkan anus (lihat
gambar 3-2) . (2) Ekivalen dengan itu, jika kumpanan dalam Gamban 3-3 digenggam
dalam tangan kanan (secara gambaran/figuratively speaking) dengan jan-jan menunjuk
keanah arus, maka ibujarii akan menunjuk arah medan-magnetik.
Hubungan antana intensitas medan magnetik H dan rapat fluks magnetik B
merupakan sifat dan daerah yang di dalamnya terdapat medan tersebut ; jadi

(3-2)
µ adalah permeabilitas. Dalam satuan SI, B dinyatakan dalam weber tiap meter
kuadrat, yang dikenal sebagai tesla (T), dan µ dinyatakan dalani weber tiap amper-
lilitan-meter, atau ekivalen dengan henry tiap meter. Dalam satuan SI, permeabilitas
ruang hampa (free space) adalah = 4π x 10-7. Permeabilitas bahan ferromagnetik dapat
dinyatakan dalam µr, yaitu nilai relatifnya terhadap ruang hampa, atau: µ = µr µo. Nilai
µr yang khas berkisar antara 2000 hingga 80.000 untuk bahan yang digunakan dalam
transformator dan mesin rotasi. Untuk sementara kita akan menganggap µr sebagai
suatu tetapan yang diketahui, meskipun sebenamya cukup banyak berubah terhadap
berubahnya rapat fluks magnetik.
Karena tingginya permeabiitas inti magnetik, fluks magnetik hampir seluruhnya
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 83
terkurung dalam inti, garis medan magnit (field lines) mengikuti jalan yang ditentukan
oleh inti, dan rapat fluks dalam penampang pada dasarnya serbasama karena luas
penampangnya serbasama.

Fluks magnetik (φ) yang menembus suatu permukaan adalah integral permukaan
dari komponen normal B, jadi

(3-3)

Dalam satuan SI (φ) adalah dalam weber. Dalam istilah teori medan, kontinuitas
persamaan fluks

(3-4)

menyatakan bahwa fluks magnetik total yang menembus seluruh permukaan dan
permukaan tertutup yang berdimensi-tiga (sama dengan integral permukaan dan B pada
permukaan tertutup tersebut) adalah nol. Ini adelah sama dengan mengatakan bahwa
seluruh fluks yang masuk ke permukaan yang melingkupi (enclosing) suatu volume,
harus meninggalkan volume itu pada bagian lain darii permukaan, karena ganis-fluks-
magnetik itu membentuk lingkar tertutup. Bila fluks di luar inti diabaikan, Pers. 1.3
menjadi persaniaan skalar yang sederhana
(3-5)

di mana: φc : fluks di dalam intl


Bc : rapat fluks di dalam inti
Ac : luas penampang melintang inti
Luas Ac dianggap konstan sepanjang jalan magnetik. Karena ganis-medan membentuk
lingkar tertutup, fluks tersebut adalah malar di sepanjang inti.
Transformator itu (kumparannya) digulung pada inti tertutup, seperti tampak pada
Gambar 3-3. Alat konversi energi yang bersatu dengan elemen yang bergerak harus
mempunyai celah udara (air gaps) dalam rangkaian magnetiknya. Suatu rangkaian
magnetik dengan celah udara diperlihatkan pada Gambar 3-4.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 84


F Rc Rg

(b)

(a)

Gambar 3-4. Rangkaian magnetik dengan celah udara; (a) rangkaian


ril (b) rangkain ekivalen magnetik

Bila panjang celah udara g sangat kecil dibandingkan dengan ukuran muka inti
yang berdekatan, fluks magnetik φ pada hakekatnya dipaksa untuk berada dalam inti
dan celah udara, serta malar di seluruh rangkaian magnetik.
Jadi, bentuk gambar 3-4 dapat dianalisa sebagai suatu rangkaian magnetik
dengan dua komponen seri, yaitu suatu inti magnetik dengan permeabilitas µ serta
panjang rata-rata Ic , dan suatu celah udara dengan permeabiitas µo serta panjang g. Di
dalani inti rapat fluks adalah serbasama, luas penampang-melintangnya sama dengan Ac
; jadi, di dalam inti

(3-6)

dan dalam celah udara

(3-7)

Garis medan magnetik agak membengkak ke luar ketika melalui celah udara, seperti
terlihat dalam Gambar 3-5. Efek dan medan-pinggir (fringing fields) adalah
memperbesar luas efektif penampang celah udara A. Berbagai metoda empiris telah
dikembangkan untuk memperhitungkan efek ini.. Dalam buku ini pengaruh dan medan-
pinggir diabaikan sehingga Ag = Ac dan

(3-8)
Penerapan Pers. 3.1 dan 3-4 pada rangkaian magnetik ini menghasilkan:
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 85
(3-9)

(3-10)

Medan pinggir

Gambar 3-5. Medan-pinggir celah udara

Di sini Ni adalah amper-lilitan total yang digunakan pada rangkaian magnetik. Jadi kita
lihat bahwa suatu bagian agm (mmf) diperlukan untuk menimbulkan medan magnetik di
dalam inti sedangkan sisanya menimbulkan medan magnet dalam celah udara.
Untuk bahan magnetik yang biasa digunakan (seperti yang dibahas dalam pasal
3.4), Bc dan Hc tidak hanya dihubungkan dengan permeabilitas µ yang diketahui. Malah
sering Bc itu merupakan suatu fungsi yang tidak linear dan bernilai ganda dari Hc. Jadi,
meskipun Pers. 3.9 itu tetap berlaku, ia tidak langsung memberikan hubungan yang
sederhana antara ggm (mmf) dan rapat fluks seperti pada Pers. (3.10). Sebagai gantinya,
kekhususan hubungan nonlinear dan B dan H ini harus digunakan, entah secara grafis
atau secara analitis. Akan tetapi, dalam banyak hal, konsep permeabilitas inti
memberikan hasil yang dari segi teknik ketelitiannya dapat diterima dan sering
digunakan.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 86
Dari Pens. 3-8, Pers. 3-10 dapat dituliskan kembali dalam fluks total φ
lc g
F = φ + φ (3-11)
µAc µ o Ag
di mana efek tepi pada celah udara diabaikan dan fluks dianggap berjalan langsung
melintasi celah. Suku yang mengalikan fluks dalam persamaan ini dikenal sebagai
reluktansi R (reluctance), yaitu reluktansi inti dan celah udara,

(3-12)

(3-13)

Jadi (3-14)

Dari Pers. 3-12 sampai 3-14 kita lihat bahwa jika permeabilitas inti jauh lebih
besar dari permeabilitas udara, maka reluktans inti menjadi jauh lebih kecil dibanding
dengan reluktansi celah udara; yaitu untuk µ >> µ o , maka Rc << Rg

sehingga reluktansi inti Rc dapat diabaikan dan pers. 3-14 dapat dituliskan dalam

bentuk

(3-15)
g g

Suku yang mengalikan Ni (ggm) dikenal sebagai permeansi P (permeance P ). Jadi

permeansi celah udana adalah

(3-16)

Gambar 3-6 memperlihatkan rangkaian ekivalen magnetik yang mempunyai


reluktansi paralel, dengan mengabaikan reluktansi intinya,

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 87


F

R3 R2
R1

Gambar 3-6. Rangkaian magnetik reluktansi


paralel

Reluktansi masing-masing celah udara pada gambar 3-6 adalah:


g1 g2 g3
R1 = ; R2 = ; R3 =
µ o A1 µ o A2 µ o A3

Dilihat dari sumber ggm (F) rangkaian 3-6, maka reluktansi total rangkaian tersebut

adalah: (
Rtot = R1 + R2 //R3 ) (3-17)

Fluks total yang diberikan oleh ggm adalah:


F
φ tot = (3-18)
Rtot

Dan fluks magnetik yang mengalir pada cabang R2 dan R3 masing-masing adalah:

R3
φ1 = xφ tot (3-19)
R2 + R3

R2
φ2 = xφ tot (3-20)
R2 + R3

Seperti akan terlihat dalam pasal 3.4, bahan magnetik yang biasa dipakai
mempunyai permeabilitas yang tidak konstan tetapi berubah dengan tingkat fluks. Dari
Pers. 3-12 hingga 3-14 kita lihat bahwa selama permeabilitas ini tetap cukup besar,
perubahannya tidak akan begitu mempenganuhi penampilan rangkaian magnetik.
Sampai saat ini kita telah mengungkapkan pninsip-pninsip dasar untuk
menyederhanakan suatu medan magneto-kuasi-statik dengan geometri yang sederhana
menjadi suatu model rangkaian magnetik. Tujuan kita yang terbatas dalam fasal ini
adalah untuk memperkenalkan beberapa konsep dan istilah yang digunakan oleh teknisi
dalammenyelesaikan masalah perencanaan yang praktis. Hendaknya ditekankan, bahwa
cana berfikir ini sangat bergantung sekali pada pertimbangan dan intuisi teknik.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 88
Misalnya, diamdiam kita telah menganggap bahwa permeabilitas bagian “besi” dari
rangkaian magnetik adalah suatu besaran konstan yang diketahui, meskipun pada
umumnya hal ini tidak benar (Lihat Pasal 3.3) dan bahwa medan magnetik terkurung
dalam inti dan celah udara. Seperti yang akan kita lihat nanti dalam buku ini, bila dua
atau lebih kumparan diletakkan dalam suatu rangkaian magnetik, seperti (halnya) dalam
transformator atau mesin rotasi, medan di luar inti, yang disebut medan bocor (leakage
fields) sangat penting sekali peranannya dalam menentukan kopeling (coupling) antara
kumparan tersebut.

CONTOH 1.2
Rangka magnetik suatu mesin serempak (synchronous machine) diperliliatkan secara
skematis dalani Gambar 1.4. Dengan anggapan bahwa besi rotor dan stator mempunyai
permeabiitas tak terhingga (µ → ∞) tentukanlah fluks celah udara φ dan rapat fluksnya
Bg,. Untuk contoh ini I = 10 A; N= 1.000liitan; g= 1 cm dan A, = 2.000 cm2.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 89


Penyelesaian:
Perhatikanlah bahwa ada dua celah udara dalam Ben; panjang totalnya 2& dan karena
simetri, rapat fluks dalam tiap-tiap celah sama.

Gambar 3-7. Mesin serempak sederhana

Karena permeabilitas besi di sini dianggap tak terhingga, maka reluktansinya dapat
diabaikan, dan Pers. 1.15 dapat digunakan untuk menentukan fluks

3.4. Induksi Elektromagnetik


Medan magnet yang berubah-rubah terhadap waktu yang dilingkupi oleh sebuah
sebuah konduktor yang membentuk N lingkaran, akan menyebabkan terbangkitnya
“gaya gerak listrik (ggl)” atau sering disebut “tegangan induksi” pada ujung-ujung
konduktor tersebut. Besar ggl yang terbangkit dirumuskan oleh Faraday:
dφ dλ
e = −N = − (3-21)
dt dt

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 90


Perubahan fluks pada persamaan 3-21 dapat terjadi karena;
1. Secara langsung medan magnetnya berubah terhadap waktu, fluks ini dapat
diperoleh dari fluks medan magnet yang dihasilkan arus bolak-balik.
2. Secara tidak langsung akibat ada gerak (perubahan posisi) yang menyebabkan
adanya perubahan fluks yang dilingkupi lingkaran konduktor, ini bisa terjadi
jika sumber medan magnet konstan digerakkan disekitar konduktor, atau
konduktor digerakkan dalam medan magnet konstan.
Tentu saja kombinasi kedua hal tersebut di atas juga dapat menimbulkan ggl. Jika
keduanya diperhitungkan, yakni perubahan fluks akibat sumber fluks berubah terhadap
waktu t dan perubahan fluks akibat perubahan posisi θ, maka persamaan … akan
menjadi:
d
e = − λ(θ , t ) (3-22)
dt
dλ dθ dλ
e = − -
dt dt dt (3-23)
e = erotasi + etransformasi

dλ dθ
Suku dikenal sebagai ggl rotasi, ini yang umumnya terjadi pada
dt dt

generator sinkron. Suku dikenal sebagai ggl transformasi ini yang terjadi pada
dt
transformator. Pada mesin induksi (motor induksi dan generator induksi) kedua suku
tersebut dapat terjadi.

3.5. Gandengan Fluks (Flux Linkage), Induktansi, Dan Energi.


Bila suatu medan magnetik berubah terhadap waktu, maka di dalam ruang akan
ditimbulkan medan listrik. Dalam kerangka magnetik (yang dilengkapi) dengan
kumparan, seperti Gambar 3-4, medan magnetik yang berubah-ubah di dalam inti
menimbulkan tegangan induksit e pada ujung kumparannya, yang nilainya ditentukan
berdasarkan hukum Faraday

(3-24)

Pada umumnya gandengan fluks (flux linkage) suatu kumparan sama dengan
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 91
integral permukaan dari komponen normal rapat fluks magnetik, diintegrasikan ke
sembarang permukaan yang direntang oleh kumparan itu. Perhatikan, bahwa arah
tegangan induksi (yang) didefinisikan dengan Pers. 3-24 adalah sedemikian rupa hingga
apabila ujung-ujung kumparan dihubung singkat atau diberi beban hingga mengalir
arus, maka arus akan mengalir ke arah yang menentang perubahan fluks yang
dirangkum.
Bagi suatu rangkaian magnetik yang mempunyai hubungan linear antara B dan
H, karena bahannya berpermeabilitas konstan atau karena celah udara yang dominan,
kita dapat mendefinisikan hubungan λ - i dengan induktansi L sebagai

(3-25)

di mana λ =Nϕ fluks yang dirangkum, dinyatakan dalam weber-liuitan. Simbol ϕ


digunakan untuk menyatakan nilai sesaat dari fluks yang herubah-ubah terhadap waktu.

(3-26)

Induktansi L diukur dalam henry atau weber-lilitan tiap amper. Persamaan 3-26
memperlihatkan bentuk dimensional pernyataan untuk induktansi. Jadi induktansi itu
berbanding lurus dengan kuadrat jumlah liitan, permeabiitas rangkaian magnetik dan
luas penampangnya serta berbanding terbalik dengan panjang lintasan fluksnya.
Kesukaran dalam penggunaan konsep induktansi pada perhitungan numeris
timbul dari ketergantungan permeabilitas µ yang tidak linear terhadap kondisi magnetik
dalam inti. Harus ditekankan bahwa kegunaan induktansi sebagai parameter bergantung
pada asumsi linear hubungan antara fluks dan ggm. Secara tak langsung ini menyatakan
bahwa efek ketidaklinearan karakteristik magnetik bahan inti dapat diaproksimasi
dengan sejenis hubungan Linear empiris atau bahwa efek inti, nomor dua pentingnya
dibandingkan dengan efek celah udara seperti diperlihatkan dalam contoh 3-3.

CONTOH 3-3
Tentukan induktansi kumparan pada rangkaian magnetik dari Gambar 3-4. Abaikan
efek pinggir pada celah udara.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 92


Penyelesaian
Fluks dapat ditentukan dan Pers. 3-12 sanipai 3-14.

jadi induktansi

ini dapat dituliskan sebagai

yang mempunyai bentuk karakteristik seperti Pers. 3-26. Perhatikan bila reluktansi
celah udara jauh lebih besar daripada reluktansi inti (g>>(µo/µ) lc ), maka induktansi
hanya ditentukan oleh ukuran celah udara saja

Gambar 3-8 memperlihatkan suatu rangkaian magnetik dengan suatu celah udara
dan dua kumparan, reluktansi inti jauh lebih kecil dibandingkan dengan reluktansi
celah udara sehingga reluktansi inti diabaikan . Perhatikan, bahwa arah patokan untuk
arus telah dipilih untuk menimbulkan fluks pada arah yang sama. Total ggm adalah
(3-27)
dan dari Pers. 3-15 dengan mengabaikan reluktansi inti, fluks φ adalah
(3-28)

Dalam Pers. 3-28, φ adalah resultan fluks inti yang ditimbulkan oleh tindakan yang
serentak (simultaneous action) darin kedua ggm. Resultan φ inilah yang menentukan
titik kerja (operating point) bahan inti.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 93


Gambur 3-8. Rangkaian magnetik dengan dua kumparan.

Jika Pers. 3-28 dipecah dalam suku yang diakibatkan oleh masing-masing arus,
resultan fluks yang dirangkum oleh kumparan 1 dapat dinyatakan sebagai

(3-29)

yang dapat ditulis


(3-30)

dimana (3-31)

adalah induktansi din (self-inductance) kumparan 1 dan L1 i1 adalah fluks yang


dirangkum oleh kumparan 1 yang disebabkan oleh arusnya sendiri i1. Induktansi saling
(mutual inductance) antara kumparan 1 dan 2 adalah

(3-32)

dan L12 i2 adalah fluks yang dirangkum oleh kumparan 1 yang disebabkan oleh arus i2
dalam kumparan yang lain. Begitu pula, fluks yang dirangkum oleh kumparan 2 adalah

(3-33)

atau (3-34)

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 94


di mana adalah induktansi timbal-balik dan

(3-35)

adalah induktansi diri kumparan 2.


Perlu dicatat bahwa pemisahan resultan gandengan fluks kedalam komponen
yang ditimbulkan oleh i1 dan i2 didasarkan pada superposisi efek masing-masing, dan
karena itu secara tak langsung menyatakan karaktenistik fluks ggm yang linear
(permeabiitas konstan).
Dengan memasukkan Pers. 3-25 ke dalam 3-35, diperoleh
(3-36)

untuk rangkaian magnetik dengan kumparan tunggal. Untuk rangkaian magnetik statis,
induktansinya sudah tertentu (dengan menganggap bahwa ketidaklinearan bahan tidak
menyebabkan induktansinya berubah), dan persamaan ini menjadi sederhana dalam
bentuk rangkaian yang terkenal.
(3-37)
Akan tetapi, dalam peralatan konversi-energi elektromekanik induktansi sering berubah-
ubah terhadap waktu, karena itu Pers. 3-36 harus ditulis sebagai
(3-38)
Dalam keadaan berkumparan banyak, untuk menentukan tegangan ujung kumparan
(winding-terminal voltage), harus digunakan fluks total yang dirangkum oleh tiap
kumparan dalam Pers. 3-35.

3.6. Energi Dalam Medan Magnet.

Daya pada ujung suatu kumparan pada rangkaian magnetik adalah ukuran bagi laju
arus energi ke dalam rangkaian melalui kumparan tertentu itu. Daya ditentukan dan
perkalian tegangan dan arus
(3-39)

dan satuannya adalah watt, atau joule tiap detik. Jadi perubahan pada energi tersimpan
magnetik (magnetic stored energy) W dalam rangkaian magnetik tersebut dalain selang
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 95
waktu t1 hingga t2 adalah
(3-40)

Dalam satuan SI, W dinyatakan dalam joule.


Untuk sistem kumparan tunggal yang induktansinya konstan, perubahan energi
magnetik yang tersimpan ini dapat dituliskan sebagai
(3-41)

Total energi magnetik yang tersimpan pada suatu nilai λ tertentu dapat ditentukan
dengan mengambil λ1 sama dengan nol
(3-42)

Contoh 3-4
Untuk rangkaian magnetik pada Contoh 3-1 dan Gambar 3-2, tentukan (a) tgl e untuk Bc
l sin 377t T; (b) reluktansi Rc dan Rg ; (c) induktansi L;dan (d)energipadaBc = 1T.
Penyelesaian,

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 96


Rangkaian kopling magnetik tanpa celah udara seperti terlihat pada gambar 3-9
mempnyai dua belitan yang masing-masing terdiri N1 lilit dan N2 lilit. Tiap-tiap
lilitan dari belitan N1 melingkupi fluks.

Gambar 3-9 Kopling magnetik

φ1 = φ l1 + φ m1 + φ m 2 (3-43)

dan tiap-tiap lilitan dari belitan N2 melingkupi fluks.


φ 2 = φ l 2 + φ m 2 + φ m1 (3-44)

Fluks lingkage λ masing-masing belitan adalah:


N 12 N 12 N1 N 2
λ1 = i1 + i1 + i2 (3-45)
Rl1 Rm Rm

N 22 N 22 N1 N 2
λ2 = i2 + i2 + i1 (3-46)
Rl 2 Rm Rm

Dalam sistem magnetik fluks lingkage λ umumnya dinyatakan dalam bentuk induktansi
L dan arus i. Dengan menyatakan induktansi L secara umum dengan persamaan:
N2
L = (3-47)
R
Pers 3-45 dan 3-46 dapat dituliskan dalam parameter induktansi L seperti beikut:
N1 N 2
λ 1 = Ll1i1 + Lm1i1 + i2
Rm

λ1 = (Ll1
)
+ Lm1 i1 +
N2
N1
Lm1i2 (3-48)

λ 1 = L11i1 + L12 i2 (3-49)

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 97


L11 = Ll1 + Lm1
N2
L12 = Lm1
N1

N1 N 2
λ2 = i1 + Ll 2 i2 + Lm 2 i2
R

λ2 = (Ll2
)
+ Lm 2 i 2 +
N1
N2
Lm 2 i1 (3-50)

λ 2 = L21i1 + L22 i2 (3-51)

N1
L 21 = Lm 2
N2
L 22 = Ll 2 + Lm 2

Selanjutnya persamaan fluks lingkage dapat dituliskan dalam bentuk matriks


induktansi L seperti berikut:

 λ1   L11 L12   i1 
λ  = L L 22  i2 
(3-52)
 2   21  
Rangkaian kopling magnetik dengan mengabaikan fluks bocor
Dengan mengabaikan induktansi bocor (fluks bocor) Ll1 dan Ll2 pers. 3-48 dan
3-50 Menjadi:
N2
λ 1 = Lm1i1 + Lm1i2 (3-53)
N1

N1
λ2 = Lm 2 i1 + Lm 2 i2 (3-54)
N2

Atau dalam bentuk matriks seperti persamaan


Dimana:
N2 N1
L11 = Lm1 L 21 = Lm 2
N1 N2
L12 = Lm1 L 22 = Lm 2

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 98


3.7. Sifat-Sifat Bahan Magnetik

Dalam konteks peralatan konversi-energi elektromekanik, pentingnya bahan


magnetik adalah duakali lipat. Melalui penggunaannya dimungkmkan untuk
memperoleh rapat fluks yang besar dengan gaya magnetisasi yang relatif rendah
tingkatannya. Karena gaya magnetisasi dan rapat energi bertambah
dengan pertambahan rapat fluks, efek ini memainkan peranan yang besar dalam
penampilan peralatan konversi energi.
Selain itu, bahan magnetik dapat digunakan untuk mengurung dan mengarahkan
medan magnetik dalam jalur yang telah ditentukan dengan tegas. Dalam suatu
transformator ia digunakan untuk memaksimalkan kopeling antara kumparan-kumparan
dan juga untuk menurunkan arus eksitasi yang diperlukan untuk pengoperasian
transformator. Dalam mesin listrik ia digunakan untuk membentuk medan yang
memaksimalkan karakteristik penghasil momen yang diinginkan. Jadi seorang
perencana yang berpengetal-iuan banyak dapat menggunakan bahan magnetik untuk
memperoleh karakteristik tertentu yang diinginkan dan suatu peralatan.
Bahan ferromagnetik, yang terdini dan besi dan senyawa besi dengan kobalt,
tungsten, nikel, aluminium dan logam lain, sebegitu jauh menupakan bahan magnetik
yang paling umum. Meskipun bahan-bahan ini mempunyai aneka ragam sifat, akan
tetapi gejala dasar yang inenyebabkan sifat-sifat ini sama untuk kesemuanya.
Bahan ferromagnetik terdiri dan sejumlah besar wilayah, yaitu daerah di mana
momen magnetik semua atomnya sejajar, yang menimbulkan momen magnetik total
wilayah tersebut. Dalam sampel bahan yang tidak termagnetisasi (unmagnetized) arah
momen magnetik domain acak dan fluks total dalam bahan nol.
Bila suatu gaya magnetisasi luar bekerja pada bahan in momen magnetik domain
condong untuk menyerahkan din searah dengan medan magnetik yang digunakan.
Akibatnya, momen magnetik dipol menambah medan yang digunakan, menghasilkan
rapat fluks yang nilainya jauh lebih besar dan pada yang dihasilkan oleh gaya
magnetisasi sendiri. Jadi permeabilitas efektif p yang sama dengan perbandingan rapat
fluks magnetik total dengan gaya magnetisasi yang digunakan, besar dibandingkan
dengan permeabilitas ruang hampa (free space) p~. Gejala ini berlangsung terus sampai
semua momen magnetik sejajar dengan medan yang digunakan; dalam keadaan ini ia
tak dapat lagi mengambil bagian dalam menambah rapat fluks magnetik, dan dikatakan
bahwa bahan tersebut telah jenuh sepenuhnya (fully saturated).
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 99
Tanpa penggunaan gaya magnetisasi luar, momen magnetik domain secana
a]amiah mengarah din ke arah tertentu yang berasosiasi dengan struktur knistal wilayah,
yang dikenal sebagai surnbu mctgnetisasi rnudah (exes of easy magnetization). Jadi bila
sekarang gaya magnetisasi yang digunakan dikurangi, momen magnetik wilayah akan
kembali ke arah magnetisasi mudah yang terdekat dengan medan yang digunakan.
Akibatnya, bila medan yang digunakan dikurangi sampai nd, momen dipol magnetiknya
tidak lagi sanmsekali acak anahnya; ia akan mempunyai komponen magnetisasi
sepanjang arah medan yang digunakan. Efek inilah yang menyebabkan gejala yang
dikenal sebagai his teresis magnetik (magnetic hysteresis).
Hubungan antara B dan H untuk bahan ferromagnetik adalah bukan linean dan juga
bernilai ganda (multivalued). Pada umumnya, karakteristik bahan tak dapat
diungkapkan secara analitik. Biasanya disajikan dalam bentuk grafik sebagai suatu
hunpunan lengkungan yang ditentukan secara empirik berdasarkan sampel uji dan
bahan menggunakan cara yang diungkapkan oleh American Society for Testing and
Materials (A S T M )t

Gambar 3-9. Lingkar B-H untuk baja elektrik yang grain-oriented M-5 tebalnya
0.012 in. Hanya setengah puncak Lingkar yang ditunjukkan disini (Armco Inc.)

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 100


Kurva yang paling biasa digunakan untuk mengungkapkan bahan magnetik
adalah kurva B — H atau lingkar histeresis (hysteresisloop).t Suatu himpunan lingkar
histeresis diperlihatkan dalam gambar 3-9 untuk M-5 baja, suatu baja listrik khusus
yang “grain oriented” yang digunakan dalam peralatan Iistrik. Lingkar-lingkar ini
memperlihatkan hubungan antara rapat fluks magnetik B dan gaya magnetisasi H. Tiap
kurva diperoleh dengan mengubah gaya magnetisasi yang digunakan secara siklus
antara nilai positif dan negatif yang sama untuk besar tertentu. Histeresis menyebabkan
kurvakurva ini bernilai ganda. Sesudah beberapa siklus kurva B — H membentuk
lingkar tertutup seperti yang diperlihatkan. Panah menunjukkan jalan yang diikuti B,
dengan H yang bertambah dan berkurang. Perhatikan bahwa, dengan bertaxnbahnya
besar H lengkungan mulai mendatar sementara bahan berangsur jenuh. Dapat dilihat
bahwa pada rapat fluks maksimum sekalar 1,7 T, bahan tersebut menjadi sangat jenuh.
Untuk banyak aplikasi teknik cukuplah mengungkapkan bahan dengan kurva
yang digan-ibarkan melalui nilai maksimum B dan H di ujung lingkar histeresis; ini
dikenal sebagai kurva magnetisasi dc atau kurva magnetisasi normal. Kurva
magnetisasi arus searah dc untuk baja listrik yang grain oriented M-5 diperlihatkan
dalam Gambar 3-10. Kurva magnetisasi arus searah mengabaikan hakekat histeresis
bahan, akan tetapi memper1ihatkan dengan jelas karakteristik tak linearnya.

Gambar 3-10. Kurva magnetisasi arus searah dc untuk baja listrik


yang grain oriented M-5 dengan tebal 0.012 in

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 101


3-8. Peneralan Dengan Arus Bolak-Balik

Dalam sistem daya arus bolak-balik (AC Power System) bentuk gelombang
tegangan dan fluks sangat mendekati fungsi sinus dari waktu. Artikel ini
mengungkapkan karakteristik peneralan (eksitasi) dan dalam penggunaan arus bolak-
balik keadaan mantap yang stasioner dari bahan magnetik. Sebagai model akan kita
gunakan rangkaian magnetik dengan inti tertutup, yaitu tanpa celah udara, seperti yang
diperlihatkan dalam Gambar 3-3 atau transformator pada Gambar 3-12. Panjang lintasan
magnetik adalah lc dan luas penampang-melintang sepanjang teras adalah Ac.
Kita asumsikan suatu variasi fluks inti ϕ(t) yang berbentuk sinus, yaitu
ϕ(t) = φmaks sin ωt = Ac Bmaks sin ωt (3-55)

di mana;
φmaks = amplitudo fluks teras ϕ
Bmaks = amplitudo kerapatan fluks Bc
ω = frekwensi sudut = 2π f
f = frekwensi, Hz

Dari hukum Faraday, Pers. 3-21, tegangan yang diinduksikan dalam kumparan dengan
N-lilitan adalah
e(t) = ω Nφmaks cos ωt = E maks cosωt (3-56)
dimana
E maks = ω Nφmaks (3-57)

Dalam penggunaan arus bolak-balik stasioner, kita biasanya lebih tertarik pada nilai
akar rata-rata kuadrat (root mean square = rms) untuk tegangan dan arus, dari pada
nilai-nilai atau maksimum. Nilai akar rata-rata kuadrat suatu gelombang sinus itu
1
2 kali nilai maksimumnya.
Jadi nilai akar rats-rats kwadrat tegangan yang terimbas adalah

E rms = fNAc Bmaks = 4,44 fNAc Bmaks (3-58)
2
Karena pentingnya peranan Pers. (3-58) dalam teori mesin arus bolak-balik, kita akan
sering kembali kepada persamaan ini.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 102


Untuk menghasilkan medan magnetik dalam inti, diperlukan adanya arus listrik
di kumparan peneralan. Arus ini dikenal sebagai arus eksitasi iϕ .Sifat magnetik teras
yang tidak linear menandakan bahwa bentuk gelombang arus eksitasi berbeda dari
bentuk gelombang fluks yang sinusoidal. Kurva arus peneralan sebagai fungsi dari
waktu dapat diperoleh secara grafis dari karakteristik magnetik seperti terlukis dalam
Gambar: 3-11 (a). Karena B dan H dihubungkan dengan ϕ dan iϕ oleh konstanta
(tetapan) geometrii yang diketahui, maka lingkan histeris arus bolak-balik pada
Gambar: 3-11 (b) digambarkan da1anm ϕ = Bc Ac dan iϕ = Hclc/N. Gelombang sinus dan
tegangan imbas e dan fluks ϕ yang sesuai dengan Pens. 3-55 dan 3-56 diperlihatkain
pada Gambar: 3-11 (a).

Gambar 3-11 Gejala peneralan: (a) tegangan, fluks dan arus peneralan;
lingkar histerisis yang bersesuaian

CON TOH
Inti agnetik dalam Gambar 1-12 terbuat dan laminasi M-5 grain-oriented electrical steel.
Kumparan diteral dengan tegangan untuk menghasilkan rapat fluks B = 1,5 sin 277 tT di
dalam baja. Baja mengarnbil 0,94 volume kasar inti. Rapat massa baja 7,65 g/cm3.
Tentukan (a) tegangan yang digunakan, (b) arus puncak, (c) arus peneralan rms.

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 103


PenyeIesaian
(a) Menurut Pers tegangan induksi:

(b) Intensitas magnetik yang sesuai dengan Bmax = 1,5 T diberikan dalam Gambar 1-7
sebagai H = 36 A.lilitan/m. Perhatikan bahwa permeabilitas relatif µr B/(µ0H) =
33.000 pada tingkat fluks 1,5T cukup rendah dari nilai µr = 66.000 yang sesuai
dengan tingkat fluks 1,0 T.

Gambar 3-12. Reaktor dengan inti baja yang dilaminasi

Arus puncak adalah

(c) Arus rms diperoleh dan nilia ~a pada Gambar 1-9 untuk B maks = 1,5 T

Volume dan berat inti adalah


Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 104
Voltampere dan arus rms total adalah

Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 105

You might also like