Professional Documents
Culture Documents
φ
φ
φ
(b)
(a)
F R
(b)
(a)
(3-1)
Arah H di dalam mti dapat ditentukan dan aturan tangan kanan (right-hand rtfle) yang
dapat dinyatakan dalam dua cara yang ekivalen: (1) Bayangkanlah suatu konduktor
yang berarus dipegang dengan tangan kanan dengan ibujani menunjuk kearah aliran
anus, maka jari-jari (lain) menunjuk keanah medan magnet yang ditimbulkan anus (lihat
gambar 3-2) . (2) Ekivalen dengan itu, jika kumpanan dalam Gamban 3-3 digenggam
dalam tangan kanan (secara gambaran/figuratively speaking) dengan jan-jan menunjuk
keanah arus, maka ibujarii akan menunjuk arah medan-magnetik.
Hubungan antana intensitas medan magnetik H dan rapat fluks magnetik B
merupakan sifat dan daerah yang di dalamnya terdapat medan tersebut ; jadi
(3-2)
µ adalah permeabilitas. Dalam satuan SI, B dinyatakan dalam weber tiap meter
kuadrat, yang dikenal sebagai tesla (T), dan µ dinyatakan dalani weber tiap amper-
lilitan-meter, atau ekivalen dengan henry tiap meter. Dalam satuan SI, permeabilitas
ruang hampa (free space) adalah = 4π x 10-7. Permeabilitas bahan ferromagnetik dapat
dinyatakan dalam µr, yaitu nilai relatifnya terhadap ruang hampa, atau: µ = µr µo. Nilai
µr yang khas berkisar antara 2000 hingga 80.000 untuk bahan yang digunakan dalam
transformator dan mesin rotasi. Untuk sementara kita akan menganggap µr sebagai
suatu tetapan yang diketahui, meskipun sebenamya cukup banyak berubah terhadap
berubahnya rapat fluks magnetik.
Karena tingginya permeabiitas inti magnetik, fluks magnetik hampir seluruhnya
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 83
terkurung dalam inti, garis medan magnit (field lines) mengikuti jalan yang ditentukan
oleh inti, dan rapat fluks dalam penampang pada dasarnya serbasama karena luas
penampangnya serbasama.
Fluks magnetik (φ) yang menembus suatu permukaan adalah integral permukaan
dari komponen normal B, jadi
(3-3)
Dalam satuan SI (φ) adalah dalam weber. Dalam istilah teori medan, kontinuitas
persamaan fluks
(3-4)
menyatakan bahwa fluks magnetik total yang menembus seluruh permukaan dan
permukaan tertutup yang berdimensi-tiga (sama dengan integral permukaan dan B pada
permukaan tertutup tersebut) adalah nol. Ini adelah sama dengan mengatakan bahwa
seluruh fluks yang masuk ke permukaan yang melingkupi (enclosing) suatu volume,
harus meninggalkan volume itu pada bagian lain darii permukaan, karena ganis-fluks-
magnetik itu membentuk lingkar tertutup. Bila fluks di luar inti diabaikan, Pers. 1.3
menjadi persaniaan skalar yang sederhana
(3-5)
(b)
(a)
Bila panjang celah udara g sangat kecil dibandingkan dengan ukuran muka inti
yang berdekatan, fluks magnetik φ pada hakekatnya dipaksa untuk berada dalam inti
dan celah udara, serta malar di seluruh rangkaian magnetik.
Jadi, bentuk gambar 3-4 dapat dianalisa sebagai suatu rangkaian magnetik
dengan dua komponen seri, yaitu suatu inti magnetik dengan permeabilitas µ serta
panjang rata-rata Ic , dan suatu celah udara dengan permeabiitas µo serta panjang g. Di
dalani inti rapat fluks adalah serbasama, luas penampang-melintangnya sama dengan Ac
; jadi, di dalam inti
(3-6)
(3-7)
Garis medan magnetik agak membengkak ke luar ketika melalui celah udara, seperti
terlihat dalam Gambar 3-5. Efek dan medan-pinggir (fringing fields) adalah
memperbesar luas efektif penampang celah udara A. Berbagai metoda empiris telah
dikembangkan untuk memperhitungkan efek ini.. Dalam buku ini pengaruh dan medan-
pinggir diabaikan sehingga Ag = Ac dan
(3-8)
Penerapan Pers. 3.1 dan 3-4 pada rangkaian magnetik ini menghasilkan:
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 85
(3-9)
(3-10)
Medan pinggir
Di sini Ni adalah amper-lilitan total yang digunakan pada rangkaian magnetik. Jadi kita
lihat bahwa suatu bagian agm (mmf) diperlukan untuk menimbulkan medan magnetik di
dalam inti sedangkan sisanya menimbulkan medan magnet dalam celah udara.
Untuk bahan magnetik yang biasa digunakan (seperti yang dibahas dalam pasal
3.4), Bc dan Hc tidak hanya dihubungkan dengan permeabilitas µ yang diketahui. Malah
sering Bc itu merupakan suatu fungsi yang tidak linear dan bernilai ganda dari Hc. Jadi,
meskipun Pers. 3.9 itu tetap berlaku, ia tidak langsung memberikan hubungan yang
sederhana antara ggm (mmf) dan rapat fluks seperti pada Pers. (3.10). Sebagai gantinya,
kekhususan hubungan nonlinear dan B dan H ini harus digunakan, entah secara grafis
atau secara analitis. Akan tetapi, dalam banyak hal, konsep permeabilitas inti
memberikan hasil yang dari segi teknik ketelitiannya dapat diterima dan sering
digunakan.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 86
Dari Pens. 3-8, Pers. 3-10 dapat dituliskan kembali dalam fluks total φ
lc g
F = φ + φ (3-11)
µAc µ o Ag
di mana efek tepi pada celah udara diabaikan dan fluks dianggap berjalan langsung
melintasi celah. Suku yang mengalikan fluks dalam persamaan ini dikenal sebagai
reluktansi R (reluctance), yaitu reluktansi inti dan celah udara,
(3-12)
(3-13)
Jadi (3-14)
Dari Pers. 3-12 sampai 3-14 kita lihat bahwa jika permeabilitas inti jauh lebih
besar dari permeabilitas udara, maka reluktans inti menjadi jauh lebih kecil dibanding
dengan reluktansi celah udara; yaitu untuk µ >> µ o , maka Rc << Rg
sehingga reluktansi inti Rc dapat diabaikan dan pers. 3-14 dapat dituliskan dalam
bentuk
(3-15)
g g
(3-16)
R3 R2
R1
Dilihat dari sumber ggm (F) rangkaian 3-6, maka reluktansi total rangkaian tersebut
adalah: (
Rtot = R1 + R2 //R3 ) (3-17)
Dan fluks magnetik yang mengalir pada cabang R2 dan R3 masing-masing adalah:
R3
φ1 = xφ tot (3-19)
R2 + R3
R2
φ2 = xφ tot (3-20)
R2 + R3
Seperti akan terlihat dalam pasal 3.4, bahan magnetik yang biasa dipakai
mempunyai permeabilitas yang tidak konstan tetapi berubah dengan tingkat fluks. Dari
Pers. 3-12 hingga 3-14 kita lihat bahwa selama permeabilitas ini tetap cukup besar,
perubahannya tidak akan begitu mempenganuhi penampilan rangkaian magnetik.
Sampai saat ini kita telah mengungkapkan pninsip-pninsip dasar untuk
menyederhanakan suatu medan magneto-kuasi-statik dengan geometri yang sederhana
menjadi suatu model rangkaian magnetik. Tujuan kita yang terbatas dalam fasal ini
adalah untuk memperkenalkan beberapa konsep dan istilah yang digunakan oleh teknisi
dalammenyelesaikan masalah perencanaan yang praktis. Hendaknya ditekankan, bahwa
cana berfikir ini sangat bergantung sekali pada pertimbangan dan intuisi teknik.
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 88
Misalnya, diamdiam kita telah menganggap bahwa permeabilitas bagian “besi” dari
rangkaian magnetik adalah suatu besaran konstan yang diketahui, meskipun pada
umumnya hal ini tidak benar (Lihat Pasal 3.3) dan bahwa medan magnetik terkurung
dalam inti dan celah udara. Seperti yang akan kita lihat nanti dalam buku ini, bila dua
atau lebih kumparan diletakkan dalam suatu rangkaian magnetik, seperti (halnya) dalam
transformator atau mesin rotasi, medan di luar inti, yang disebut medan bocor (leakage
fields) sangat penting sekali peranannya dalam menentukan kopeling (coupling) antara
kumparan tersebut.
CONTOH 1.2
Rangka magnetik suatu mesin serempak (synchronous machine) diperliliatkan secara
skematis dalani Gambar 1.4. Dengan anggapan bahwa besi rotor dan stator mempunyai
permeabiitas tak terhingga (µ → ∞) tentukanlah fluks celah udara φ dan rapat fluksnya
Bg,. Untuk contoh ini I = 10 A; N= 1.000liitan; g= 1 cm dan A, = 2.000 cm2.
Karena permeabilitas besi di sini dianggap tak terhingga, maka reluktansinya dapat
diabaikan, dan Pers. 1.15 dapat digunakan untuk menentukan fluks
dλ dθ
Suku dikenal sebagai ggl rotasi, ini yang umumnya terjadi pada
dt dt
dλ
generator sinkron. Suku dikenal sebagai ggl transformasi ini yang terjadi pada
dt
transformator. Pada mesin induksi (motor induksi dan generator induksi) kedua suku
tersebut dapat terjadi.
(3-24)
Pada umumnya gandengan fluks (flux linkage) suatu kumparan sama dengan
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 91
integral permukaan dari komponen normal rapat fluks magnetik, diintegrasikan ke
sembarang permukaan yang direntang oleh kumparan itu. Perhatikan, bahwa arah
tegangan induksi (yang) didefinisikan dengan Pers. 3-24 adalah sedemikian rupa hingga
apabila ujung-ujung kumparan dihubung singkat atau diberi beban hingga mengalir
arus, maka arus akan mengalir ke arah yang menentang perubahan fluks yang
dirangkum.
Bagi suatu rangkaian magnetik yang mempunyai hubungan linear antara B dan
H, karena bahannya berpermeabilitas konstan atau karena celah udara yang dominan,
kita dapat mendefinisikan hubungan λ - i dengan induktansi L sebagai
(3-25)
(3-26)
Induktansi L diukur dalam henry atau weber-lilitan tiap amper. Persamaan 3-26
memperlihatkan bentuk dimensional pernyataan untuk induktansi. Jadi induktansi itu
berbanding lurus dengan kuadrat jumlah liitan, permeabiitas rangkaian magnetik dan
luas penampangnya serta berbanding terbalik dengan panjang lintasan fluksnya.
Kesukaran dalam penggunaan konsep induktansi pada perhitungan numeris
timbul dari ketergantungan permeabilitas µ yang tidak linear terhadap kondisi magnetik
dalam inti. Harus ditekankan bahwa kegunaan induktansi sebagai parameter bergantung
pada asumsi linear hubungan antara fluks dan ggm. Secara tak langsung ini menyatakan
bahwa efek ketidaklinearan karakteristik magnetik bahan inti dapat diaproksimasi
dengan sejenis hubungan Linear empiris atau bahwa efek inti, nomor dua pentingnya
dibandingkan dengan efek celah udara seperti diperlihatkan dalam contoh 3-3.
CONTOH 3-3
Tentukan induktansi kumparan pada rangkaian magnetik dari Gambar 3-4. Abaikan
efek pinggir pada celah udara.
jadi induktansi
yang mempunyai bentuk karakteristik seperti Pers. 3-26. Perhatikan bila reluktansi
celah udara jauh lebih besar daripada reluktansi inti (g>>(µo/µ) lc ), maka induktansi
hanya ditentukan oleh ukuran celah udara saja
Gambar 3-8 memperlihatkan suatu rangkaian magnetik dengan suatu celah udara
dan dua kumparan, reluktansi inti jauh lebih kecil dibandingkan dengan reluktansi
celah udara sehingga reluktansi inti diabaikan . Perhatikan, bahwa arah patokan untuk
arus telah dipilih untuk menimbulkan fluks pada arah yang sama. Total ggm adalah
(3-27)
dan dari Pers. 3-15 dengan mengabaikan reluktansi inti, fluks φ adalah
(3-28)
Dalam Pers. 3-28, φ adalah resultan fluks inti yang ditimbulkan oleh tindakan yang
serentak (simultaneous action) darin kedua ggm. Resultan φ inilah yang menentukan
titik kerja (operating point) bahan inti.
Jika Pers. 3-28 dipecah dalam suku yang diakibatkan oleh masing-masing arus,
resultan fluks yang dirangkum oleh kumparan 1 dapat dinyatakan sebagai
(3-29)
dimana (3-31)
(3-32)
dan L12 i2 adalah fluks yang dirangkum oleh kumparan 1 yang disebabkan oleh arus i2
dalam kumparan yang lain. Begitu pula, fluks yang dirangkum oleh kumparan 2 adalah
(3-33)
atau (3-34)
(3-35)
untuk rangkaian magnetik dengan kumparan tunggal. Untuk rangkaian magnetik statis,
induktansinya sudah tertentu (dengan menganggap bahwa ketidaklinearan bahan tidak
menyebabkan induktansinya berubah), dan persamaan ini menjadi sederhana dalam
bentuk rangkaian yang terkenal.
(3-37)
Akan tetapi, dalam peralatan konversi-energi elektromekanik induktansi sering berubah-
ubah terhadap waktu, karena itu Pers. 3-36 harus ditulis sebagai
(3-38)
Dalam keadaan berkumparan banyak, untuk menentukan tegangan ujung kumparan
(winding-terminal voltage), harus digunakan fluks total yang dirangkum oleh tiap
kumparan dalam Pers. 3-35.
Daya pada ujung suatu kumparan pada rangkaian magnetik adalah ukuran bagi laju
arus energi ke dalam rangkaian melalui kumparan tertentu itu. Daya ditentukan dan
perkalian tegangan dan arus
(3-39)
dan satuannya adalah watt, atau joule tiap detik. Jadi perubahan pada energi tersimpan
magnetik (magnetic stored energy) W dalam rangkaian magnetik tersebut dalain selang
Diktat E&DKEE - Andi Pawawoi, MT Halaman 95
waktu t1 hingga t2 adalah
(3-40)
Total energi magnetik yang tersimpan pada suatu nilai λ tertentu dapat ditentukan
dengan mengambil λ1 sama dengan nol
(3-42)
Contoh 3-4
Untuk rangkaian magnetik pada Contoh 3-1 dan Gambar 3-2, tentukan (a) tgl e untuk Bc
l sin 377t T; (b) reluktansi Rc dan Rg ; (c) induktansi L;dan (d)energipadaBc = 1T.
Penyelesaian,
φ1 = φ l1 + φ m1 + φ m 2 (3-43)
N 22 N 22 N1 N 2
λ2 = i2 + i2 + i1 (3-46)
Rl 2 Rm Rm
Dalam sistem magnetik fluks lingkage λ umumnya dinyatakan dalam bentuk induktansi
L dan arus i. Dengan menyatakan induktansi L secara umum dengan persamaan:
N2
L = (3-47)
R
Pers 3-45 dan 3-46 dapat dituliskan dalam parameter induktansi L seperti beikut:
N1 N 2
λ 1 = Ll1i1 + Lm1i1 + i2
Rm
λ1 = (Ll1
)
+ Lm1 i1 +
N2
N1
Lm1i2 (3-48)
N1 N 2
λ2 = i1 + Ll 2 i2 + Lm 2 i2
R
λ2 = (Ll2
)
+ Lm 2 i 2 +
N1
N2
Lm 2 i1 (3-50)
N1
L 21 = Lm 2
N2
L 22 = Ll 2 + Lm 2
λ1 L11 L12 i1
λ = L L 22 i2
(3-52)
2 21
Rangkaian kopling magnetik dengan mengabaikan fluks bocor
Dengan mengabaikan induktansi bocor (fluks bocor) Ll1 dan Ll2 pers. 3-48 dan
3-50 Menjadi:
N2
λ 1 = Lm1i1 + Lm1i2 (3-53)
N1
N1
λ2 = Lm 2 i1 + Lm 2 i2 (3-54)
N2
Gambar 3-9. Lingkar B-H untuk baja elektrik yang grain-oriented M-5 tebalnya
0.012 in. Hanya setengah puncak Lingkar yang ditunjukkan disini (Armco Inc.)
Dalam sistem daya arus bolak-balik (AC Power System) bentuk gelombang
tegangan dan fluks sangat mendekati fungsi sinus dari waktu. Artikel ini
mengungkapkan karakteristik peneralan (eksitasi) dan dalam penggunaan arus bolak-
balik keadaan mantap yang stasioner dari bahan magnetik. Sebagai model akan kita
gunakan rangkaian magnetik dengan inti tertutup, yaitu tanpa celah udara, seperti yang
diperlihatkan dalam Gambar 3-3 atau transformator pada Gambar 3-12. Panjang lintasan
magnetik adalah lc dan luas penampang-melintang sepanjang teras adalah Ac.
Kita asumsikan suatu variasi fluks inti ϕ(t) yang berbentuk sinus, yaitu
ϕ(t) = φmaks sin ωt = Ac Bmaks sin ωt (3-55)
di mana;
φmaks = amplitudo fluks teras ϕ
Bmaks = amplitudo kerapatan fluks Bc
ω = frekwensi sudut = 2π f
f = frekwensi, Hz
Dari hukum Faraday, Pers. 3-21, tegangan yang diinduksikan dalam kumparan dengan
N-lilitan adalah
e(t) = ω Nφmaks cos ωt = E maks cosωt (3-56)
dimana
E maks = ω Nφmaks (3-57)
Dalam penggunaan arus bolak-balik stasioner, kita biasanya lebih tertarik pada nilai
akar rata-rata kuadrat (root mean square = rms) untuk tegangan dan arus, dari pada
nilai-nilai atau maksimum. Nilai akar rata-rata kuadrat suatu gelombang sinus itu
1
2 kali nilai maksimumnya.
Jadi nilai akar rats-rats kwadrat tegangan yang terimbas adalah
2π
E rms = fNAc Bmaks = 4,44 fNAc Bmaks (3-58)
2
Karena pentingnya peranan Pers. (3-58) dalam teori mesin arus bolak-balik, kita akan
sering kembali kepada persamaan ini.
Gambar 3-11 Gejala peneralan: (a) tegangan, fluks dan arus peneralan;
lingkar histerisis yang bersesuaian
CON TOH
Inti agnetik dalam Gambar 1-12 terbuat dan laminasi M-5 grain-oriented electrical steel.
Kumparan diteral dengan tegangan untuk menghasilkan rapat fluks B = 1,5 sin 277 tT di
dalam baja. Baja mengarnbil 0,94 volume kasar inti. Rapat massa baja 7,65 g/cm3.
Tentukan (a) tegangan yang digunakan, (b) arus puncak, (c) arus peneralan rms.
(b) Intensitas magnetik yang sesuai dengan Bmax = 1,5 T diberikan dalam Gambar 1-7
sebagai H = 36 A.lilitan/m. Perhatikan bahwa permeabilitas relatif µr B/(µ0H) =
33.000 pada tingkat fluks 1,5T cukup rendah dari nilai µr = 66.000 yang sesuai
dengan tingkat fluks 1,0 T.
(c) Arus rms diperoleh dan nilia ~a pada Gambar 1-9 untuk B maks = 1,5 T