You are on page 1of 18

PROSEDUR TETAP PENANGANAN SARS

TUJUAN : Sebagai acuan penanganan Severe Acute Respiratory Syndrome


( SARS ) di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta.

RUANG LINGKUP : Seluruh Petugas Medis dan Paramedis dan tenaga


pendukung lainnya dalam lingkungan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr.
Sulianti Saroso Jakarta.

URAIAN UMUM : Penanganan SARS adalah Pelayanan Tim SARS terhadap


seluruh kasus SARS yang masuk melalui Triage Instalasi Rawat Darurat yang
dilaksanakan secara berkesinambungan selama 24 jam terus menerus.

DEFINISI :

SUSPECT CASE :
adalah Seseorang setelah 1 November 2002 menderita sakit dengan gejala
demam tinggi (>38°C), dengan satu atau lebih gejala gangguan pernapasan
yaitu batuk, napas pendek, kesulitan bernapas,dengan satu atau lebih
keadaan berikut; dalam 10 hari terakhir sebelum sakit mempunyai riwayat
kontak erat dengan seseorang yang didiagnosis sebagai penderita SARS
atau dalam 10 hari terakhir sebelum sakit melakukan perjalanan ke " Affected
Areas" lihat http://www.infeksi.com/penyakit/penyakit_sars.html

KONTAK ERAT adalah orang yang merawat, tinggal serumah atau


berhubungan langsung dengan cairan saluran pernapasan atau jaringan
tubuh penderita SARS.

AFFECTED AREAS adalah Negara (daerah) yang mempunyai penderita


yang menjadi sumber penularan langsung virus SARS.

PROBABLE CASE adalah Suspect case dengan gambaran foto thoraks


menunjukkan tanda-tanda Pneumonia atau " Respiratory Distress Syndrome"
(RDS) atau seseorang yang meninggal karena penyakit saluran pernapasan
yang tidak jelas penyebabnya dan pada pemeriksaan autopsi ditemukan
tanda patologis berupa RDS yang tidak jelas penyebabnya.

PNEUMONIA adalah peradangan pada jaringan paru yang disebabkan oleh


bakteri tipik atau atipik (Mis. virus, mycoplasma, legionella, chlamydia).
Pneumonia dapat disebabkan juga oleh jamur, parasit dan tidak termasuk
yang mycobacterium tuberculosis.

SARS adalah infeksi saluran napas akut berat disebabkan oleh coronavirus.
Sars merupakan salah satu type pneumonia atipik. atau SARS adalah
Pneumonia yang didapat melalui penularan di masyarakat atau lazim disebut
Community Acquired Pneumonia ( CAP ).
FORMULIS SARS adalah formulir yang telah disiapkan dalam rangka
pencatatan dan pelaporan kasus SARS, terdiri dari Form Sars.01, Form Sars
02, Form Sars.03,Form Sars.04 dan Form Sars. 05. Form.W1 ...

PROSEDUR
1. RUJUKAN : Penderita yang dirujuk ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.
Dr. Sulianti Saroso adalah penderita yang oleh Petugas Kesehatan dari
Rumah Sakit yang merujuk sudah dapat mengidentifikasi bahwa penderita
tersebut adalah SUSPECT CASE SARS. Rumah Sakit yang melakukan
rujukan sebaiknya menghubungi petugas Triage RSPI - SS untuk
mempersiapkan segala sesuatunya dalam rangka penerimaan penderita
tersebut termasuk pengiriman kendaraan ambulans khusus untuk
penanganan kasus ini ke rumah sakit yang merujuk tersebut.

2. AMBULANCE : ( EMERGENCY MEDICAL TRANSPORT / EMT )

o Petugas EMT telah melakukan Standart Universal Precaution. sebelum


melaksanakan tugas (menjemput / mengantar penderita SARS)
o Jumlah petugas EMT seminimal mungkin (satu sopir, satu paramedis).
o Didalam perjalanan penderita tidak diperkenankan makan dan minum.
o Memperhatikan sistim ventilasi EMT.
o Kelengkapan medis standar EMT.
o Kendaraan EMT segera melakukan sterilisasi setelah mengantar
penderita sampai ke Triage Instalasi Rawat Darurat.
o Petugas EMT segera melakukan kontrol kesehatan kepada dokter
yang telah ditunjuk untuk pelaksanaan tugas tersebut.

3. DATANG SENDIRI :

Adalah masyarakat/penderita yang dengan kesadarannya sendiri datang


memeriksakan dirinya ke Triage Instalasi Rawat Darurat RSPI - SS
setelah mengetahui gejala-gejala SARS yang ada pada dirinya.
Penderita yang telah menjalani perawatan di Rumah Sakit dengan dugaan
SARS, tetapi setelah kembali kerumah ternyata gejala-gejala SARS
tersebut baru timbul/nampak, penderita tersebut harus segera melakukan
kontrol ulang demi mencegah penularan lebih lanjut.

4. TEMPAT PENDAFTARAN PASIEN ( TPP ) :

Adalah tempat yang disediakan oleh Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.
Dr. Sulianti Saroso untuk melakukan pendaftaran diri penderita dalam
rangka pemeriksaan kesehatan oleh tim Medis Rumah Sakit.
Pada TPP tersebut telah ditempatkan seorang petugas tambahan yang
telah dilatih untuk melakukan seleksi terhadap seluruh penderita yang
mengalami keluhan/gejala sesuai gejala SARS.
Petugas TPP tersebut akan mengarahkan penderita yang telah dicurigai
menderita gejala SARS tersebut untuk diperiksa di ruang Triage IRD.
5. GEJALA SARS :

o Demam tinggi lebih dari 38 derajat celcius


o Salah satu atau lebih gangguan pernapasan.
o Napas pendek
o Kesulitan bernapas
o Dapat diserta dengan sakit kepala, nyeri otot, nafsu makan menurun,
bingung, kulit kemerahan dan diare.
o Dan salah satu dari beberapa hal berikut :
o Dalam 10 hari terakhir telah kontak erat dengan seseorang yang telah
didiagnostik SARS ( yang merawat, serumah dengan yang merawat,
atau secara langsung telah terkontak dengan cairan pernapasan dan
cairan tubuh penderita SARS ).
o Dalam 10 hari terakhir melakukan perjalanan ketempat yang
dilaporkan sebagai fokus penularan ( Daerah Penularan ).

TRIAGE INSTALASI RAWAT DARURAT :

o Rawat Darurat (Emergency) adalah suatu keadaan dimana penderita


memerlukan pemeriksaan dan tindakan medis segera dan apabila tidak
segera dilakukan akan berakibat fatal bagi penderita.
o Triage adalah ruangan yang yang mempunyai fungsi untuk melakukan
seleksi terhadap penderita SUSPECT CASE / PROBABLE CASE SARS,
dimana semua petugas telah melakukan Standart Universal Precaution.
o Seleksi pertama dilakukan oleh Perawat yang telah dilatih dengan
berpedoman pada daftar pertanyaan (Form SARS.01) yang telah
disediakan untuk itu, sekaligus melakukan pemeriksaan awal sebelum
Dokter yang bertugas melakukan pemeriksaan lanjutan.
o Tahapan kedua adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter Triage
dengan tetap berpedoman pada FormSars.02 dan FormSars.03 yang
dilanjutkan dengan pemeriksaan standar diagnostik medis.
o Jika terindikasi untuk dilakukan pemeriksaan penunjang diagnostik, maka
tim dokter segera melakukan (oleh petugas Khusus) pemeriksaan
laboratorium dan Foto Toraks pada penderita tersebut.
o Dari hasil pemeriksaan diagnostik fisik dan penunjang tersebut , dokter
dapat memulangkan atau segera merawat penderita tersebut sesuai
indikasi.
o Untuk penderita yang akan dirawat, maka dokter Triage segera
melaporkan hal rencana perawatan penderita tersebut pada dokter
Konsulen jaga pada hari itu.

RAWAT JALAN :

Adalah semua jenis pelayanan kesehatan perorangan yang dilakukan oleh


dokter Triage Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr.
Sulianti Sarosa, tanpa menginap.
Dokter yang memeriksa Penderita dengan "GEJALA SARS" yang masih
meragukan, dan secara medis masih dapat dilakukan rawat jalan.
LABORATORIUM : ( pemeriksaan yang dilakukan / sesuai indikasi ) (")

o Petugas laboratorium telah melakukan Standart Universal Precaution.


o Spesimen darah (EDTA, Beku / Serum) dapat diambil di Triage
Instalasi Rawat Darurat atau diruang perawatan, Spesimen oleh
petugas laboratorium dikirim keLitbangkes kemudian ke Namru untuk
seterusnya ke CDC Atlanta.(")
o RUTIN :
Darah Rutin : Limfosit,Trombosit,leukosit,Hb.
o Albumin/Globulin,SGOT/SGPT
o Creatine Kinase
o A G D.
o CPK. - LDH.
o Aspartat Aminotransferase, Alanine Aminotransferase
o Mikrobiologi :
o Kultur Sputum
o Sputum Acid Fast Bacilli.
o Nasopharyngeal Aspirate for Rapid Viral Antigen Detection.
o Serologic analysis : C.Penumoniae,C.Psittaci,M.Pneumoniae
o Urinary Antigen Detection: S.Pneumoniae,L.Pneumophilae.

RADIOLOGI :
o Petugas Instalasi radiologi telah mempersiapkan diri dengan Standart
Universal Precaution sebelum melaksanakan tugasnya.
o Pemeriksaan akan dilakukan selama 24 jam dengan menggunakan
dua pesawat radiologi, satu pada ruang Instalasi dan satu lagi pesawat
radiologi yang mudah bergerak dan berada didalam ruangan
perawatan
o Pemeriksaan Foto Toraks dengan gambaran Infiltrat pada Foto Toraks
adalah menunjukan bahwa kasus ini adalah kasus SARS.

RAWAT SUSPECT CASE :

o Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Penyakit


Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso, dimana pasien menginap sedikitnya 1
(satu) hari berdasarkan rujukan dari Triage Instalasi Rawat Darurat.
o Petugas perawatan telah melakukan Standart Universal Precaution.
o Semua penderita yang telah memenuhi gejala SARS dan telah
dilakukan seleksi pada Triage Instalasi Rawat Darurat.

RAWAT PROBABLE CASE :

o Adalah penderita yang dirawat dengan SUSPECT SARS dan hasil


Foto Toraks terdapat gambaran Infiltrat unilateral/bilateral.
o Oksigenasi, pertahankan O2 > 90 %
o Hidrasi
Yaitu dengan pemasangan infus (Dapat RL / Dextrose)
o Berikan antibiotik yang mencakup kuman atipik, dianjurkan:
Pneumonia ringan, dapat diberikan golongan betalaktam+,
antibetalaktamase IV, (+) New Makrolide atau golongan Respiratory
Flouroquinolon IV.
Pneumonia sedang/berat:: respiratory Flouroquinolon IV, bila disertai /
dipikirkan dengan infeksi pseudomonas maka selain respiratory
Flouroquinolon ditambahkan cefalosporin generasi ke III
antipseudomonas atau karbapenem, ditambah lagi dengan
aminoglikosida.
o Pada kasus berat, berikan steroit dosis tinggi, Metil Prednisolon 250 -
500 mg/hari yang dibagi dalam dua dosis ( pemberian Inravena)
selama tiga hari, kemudian dilakukan tappering off.
o Sebaiknya sejak awal masuk rawat isolasi sudah diberikan antivirus
dengan dosis awal ( ribavirin ) 2 gr, kemudian 1 gr setiap enam jam
selama empat hari atau diberikan 500 mg setiap delapan jam selama
4-6 hari.
o Pada kasus dengan RDS ataupun berkembang menjadi RDS, maka
dilakukan pengobatan sesuai prosedur RDS sebagimana lazimnya.

ICU ISOLASI : ( CAP Berat )

o Frekuensi napas lebih dari 30 kali/menit


o paO2 / FiO2 < 250
o X-Ray Thoraks : gambaran infiltrat bilateral.
o Tekanan Sistolik < 90 mmHg.
o Membutuhkan ventilasi mekanik
o Membutuhkan vasopressor > 4 jam
o Creatinin serum > = 4 mg/dl.

PULANG KERUMAH : (indikasi pulang perawatan)

o Penderita tidak demam selama 48 jam.


o Tidak batuk.
o Leucocyt kembali normal.
o Trombocyt kembali normal.
o CPK kembali normal dan Uji fungsi hati kembali normal
o Perbaikan Foto Toraks.

ISOLASI RUMAH : (HOME ISOLATION)

o Mengukur suhu tubuh dua kali sehari, apabila suhu mencapai lebih dari
38° C dua kali berturut-turut maka penderita harus melapor ke RS.
o Hindari kontak dengan orang lain dirumah semaksimal mungkin.
o Pemeriksaan ulang/kontrol dilakukan satu minggu setelah pulang,
pemeriksaan kontrol dilakukan Foto Toraks dan uji lain yang abnormal.
o Gunakan masker ( N95 tipe 8210, atau surgical mask).
o Penderita baru boleh masuk kerja/sekolah setelah 14 hari pulang dari
Rumah Sakit.
KEMBALI KE TRIAGE RUMAH SAKIT.

o Penderita yang telah menjalani isolasi rumah, tetapi sebelum empat


belas hari telah menunjukkan gejala Sars (Mis. Demam >380C)
o Penderita pasca perawatan dapat melakukan kontrol pada Triage
Instalasi Rawat Darurat atau Poliklinik Paru.( sesuai Indikasi )

KAMAR MAYAT :

o Petugas (seminimal mungkin) pemulasaran jenasah telah memper


siapkan Standart Universal Precaution (pakaian tidak tembus air,
kacamata,masker,sarung tangan karet,apron,sepatu boot).
o Jika diperlukan untuk memandikan (air pencuci sudah dibubuhi
desinfektan) jenasah atau perlakuan khusus terhadap jenasah maka
hanya dapat dilakukan oleh petugas khusus dengan tetap
memperhatikan Standart Universal Precaution.
o Jenasah dibungkus dengan kain kafan atau lainnya (setelah dibungkus
jenasah tidak boleh dibuka lagi, jenasah tidak boleh dibalsem atau
disuntik untuk pengawetan).
o Kemudian jenasah penderita SARS ditutup dengan bahan yang terbuat
dari plastik (kantong plastik / tidak dapat ditembus oleh air). Dapat juga
jenasah ditutup dengan bahan kayu atau bahan lainnya yang tidak
mudah tercemar.
o Setelah proses yang telah dilakukan dikamar jenasah maka sebaiknya
jenasah tersebut langsung dikuburkan atau dikremasi.
o Jenasah hanya dapat dibawa kepemakaman ( tempat krematorium )
oleh kendaraan khusus.

TEMPAT PEMAKAMAN UMUM :

o Setelah pelaksanaan kemungkinan pencemaran virus SARS ini


dilaksanakan dengan baik, maka pihak keluarga dapat turut dalam
penguburan jenasah tersebut.
o Penguburan dapat dilakukan pada tempat pemakamam umum dengan
tetap memperhatikan faktor resiko transmisi.

DOKUMEN TERKAIT
o Jadwal dokter jaga triage, daftar jaga dokter konsulen jaga
o Daftar jaga perawat Instalasi Rawat Darurat / Instalasi Rawat Inap/
Instalasi Laboratorium dan Instalasi Radiologi
o FORMULIS SARS adalah formulir yang telah disiapkan dalam rangka
pencatatan dan pelaporan kasus SARS, terdiri dari Form Sars.01,
Form Sars 02, Form Sars.03,Form Sars.04 dan Form Sars. 05.Form
Sars.06
o Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.
Dr.Sulianti Saroso Jakarta tentang Tim Penanganan SARS di Rumah
Sakit Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Jakarta.
LEMBAR PERTANYAAN KASUS SARS
UNTUK RUANG TRIAGE

NAMA PENDERITA :
TANGGAL MASUK DIRAWAT :
NAMA PETUGAS IRD :

PETUGAS SEGERA MELAKUKAN Standar Universal Precautions ( Masker N95, topi, baju / apron,
sepatu dan sarung tangan )
PENDERITA MENGGUNAKAN MASKER ( SEBAIKNYA MASKER N95 )

No. Pertanyaan Ya Tidak


1. Demam lebih dari 38° C
Gejala gangguan napas ( napas pendek, kesulitan bernapas ), sakit kepala, nyeri
2.
otot, lesu, nafsu makan menurun, bingung, kulit kemerahan dan diare.
10 hari terakhir melakukan perjalanan ketempat yang dilaporkan sebagai fokus
3.
penularan seperti ( China, Kanada, Singapura , Inggris, Vietnam dan Amerika ).
Kontak erat dengan seseorang yang telah didiagnosa SARS ( kontak erat adalah
orang yang merawat, serumah dengan yang merawat SARS, atau secara
4.
langsung telah terkontak dengan cairan pernapasan dan cairan tubuh penderita
SARS )

Hasil :

1. Jika jawaban Ya pada pertanyaan 1,2, dan 3 maka dianjurkan untuk dilakukan perawatan pada
ruang perawatan observasi / ISOLASI
2. Jika jawaban ya pada seluruh pertanyaan maka penderita harus dirawat di ruang Isolasi SUSPECT
CASE.
3. Jika ada hasil Thoraks foto ( Pneumonia + ), maka penderita harus dirawat diruang Isolasi
PROBABLE CASE .

KUESIONER SKRINING
PASIEN SUSPECT CASE SARS

Untuk meningkatkan kewaspadaan kita terhadap wabah kasus SARS, dimana setiap pasien yang
datang ke RSPI - SS akan melakukan/dilakukan pemeriksaan terhadap suspek SARS/Probable SARS maka
akan dilakukan anamnesa dengan menggunakan kuesioner ini, kuesioner yang telah diisi sebaiknya
dilampirkan dalam status penderita Suspek/Probable SARS.
Nama Penderita :
Tanggal Pengisian :
Nomor Rekam Medis :
Nama yang mengisi :

1. Adakah gejala berikut ini


- Demam lebih 38° C
- Batuk.
- Sesak napas / Sulit bernapas.
- Nyeri otot.
- Sakit kepala
- Sakit tenggorokan.
2. Sejak kapan keluhan tersebut mulai dirasakan : .......... hari lalu.
3. Apakah yang dilakukan pasien untuk mengatasi keluhan tersebut
- Berobat ke dokter ( sebutkan nama dan alamat dokter tsb ) ...............................
- Minum obat flu sendiri.
- Tidak melakukan apa-apa.
4. Setelah melakukan hal nomor 3 tersebut diatas, apakah gejalanya / keluhannya membaik ? Ya :
............. Tidak:..........
5. Apakah pasien pernah melakukan perjalanan / transit keluar negeri dalam waktu 4 minggu
terakhir ?.
- Tidak ......., Ya ........, bila ya pilihlah negaranya: lihat
http://www.infeksi.com/penyakit/penyakit_sars.html
a. China ( Beijing, Guangdong, Hongkong, Shanxi, Taiwan )
b. Kanada (Toronto)
c. Singapura
d. Philipina ( Manila )
e. Vietnam ( Hanoi )
6. Apakah penderita pernah :
Mengunjungi penderita tersangka SARS
Merawat penderita tersangka SARS
Tinggal bersama penderita suspek SARS.
Bertemu / kontak dengan keluarga / relasi yang melakukan kunjungan keluar negeri dalam waktu
4 minggu terakhir : Ya......., Tidak ........., ? Bila ya.. negara ..............................
7. Adakah hasil pemeriksaan laboratorium penderita seperti berikut ini :
- Limfopenia : ........
- Trombositopenia : .......
- Leukopenia : ......
8. Gambaran hasil pemeriksaan X-ray Thoraks yang telah dilakukan :
- Dalam batas normal.
- Pneumonia Ringan.
- Pneumonia Berat / ARDS
9. Dari data-data tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penderita ini di diagnosa :
- Bukan SARS.
- Suspek SARS
- Probable SARS
10. Tindakan petugas terhadap pasien ini : ?
- Dirawat langsung di ruang isolasi suspek SARS.
- Dirawat langsung diruang isolasi Probable SARS
- Dirawat langsung diruang ICU Isolasi SARS
- Penderita disuruh pulang, dengan edukasi.
- Pasien disuruh pulang, tanpa edukasi.

Catatan :
Lembaran ini dilampirkan dalam status penderita
Dokter Triase

MEMAKAI ALAT PERLINDUNGAN PERORANGAN (APP)

Alat Perlindungan Perorangan meliputi: sarung tangan, masker/respirator, pelindung mata


(pelindung wajah, kacamata), tutup kepala, apron, dan lainnya. Pembatas yang efektif adalah yang dibuat
dari bahan yang tidak bisa ditembus oleh cairan.

1. Sarung tangan
Sarung tangan melindungi tangan dari bahan-bahan terinfeksi dan melindungi pasien dari
mikroorganisma yang berasal dari tangan petugas. Alat ini adalah satu-satunya pembatas fisik yang lebih
penting selain cuci tangan untuk mencegah penyebaran infeksi.
Tergantung pada situasi yang dihadapi, sarung tangan rumah tangga perlu dikenakan oleh semua petugas
bila :

• Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah / cairan tubuh, selaput lendir, kulit yang terbuka
• Melakukan prosedur medis invasif (memasang selang infus)
• Menangani bahan sampah terkontaminasi atau menyentuh permukaan terkontaminasi.
Langkah-langkah mengenakan sarung tangan:

Cuci tangan dengan air dan sabun 10-15 detik dan keringkan dengan handuk kertas/kain
LANGKAH 1:
sekali pakai atau pengering
Kenakan kedua sarung tangan. Sepasang sarung tangan bersih untuk prosedur yang
memerlukan sentuhan halus (seperti pengambilan sampel darah) atau sepasang sarung
LANGKAH 2:
tangan rumah tangga untuk membersihkan permukaan yang terkontaminasi dengan
desinfektan.
Dekontaminasi sarung tangan dengan merendam dalam larutan klorin 0.5% selama 10
LANGKAH 3: menit bila sarung tangan akan dipakai lagi. Bila tidak dipakai ulang, buang kedalam
tempat sampah terkontaminasi yang anti bocor.
Cuci tangan dengan air dan sabun 10-15 detik dan keringkan dengan handuk kertas/kain
LANGKAH 4:
sekali pakai atau pengering udara sebelum kontak dengan pasien berikut atau petugas.

2. Masker and respirator


Utamanya masker dikenakan untuk menahan percikan cairan ketika pengguna berbicara, batuk
atau bersin. Dipakai juga sebagai pembatas cipratan darah atau cairan tubuh terkontaminasi agar tidak
mengenai hidung atau mulut. Masker yang dibuat dari kain atau kertas memang nyaman dipakai tetapi
tidak menahan cairan, tidak efektif sebagai saringan. Sedangkan masker bedah dibuat dari bahan sintetis
memberikan perlindungan bagi partikel besar (> 5 m) dan tidak didesain untuk mencegah udara yang
bocor melalui tepi masker.
Respirator adalah suatu jenis masker yang khusus, disebut “particulate repirators”. Jenis inilah
yang disarankan untuk dikenakan pada keadaan dimana diperlukan penyaringan udara yang dihirup. Alat
ini terbuat dari beberapa lapis bahan penyaring dan menempel pada wajah dengan sempurna. Masker
respirator N95 efektif untuk menahan partikel sampai sekecil 3 m. Tetapi masker ini lebih sulit untuk
dipakai bernapas.
Petugas kesehatan yang secara rutin melakukan triage pasien tidak perlu memakai masker bedah
atau masker N95 secara rutin. Namun masker perlu segera dikenakan pada pasien yang memenuhi
kriteria suspek SARS..

TIP MENGENAKAN MASKER N95

• Selalu cuci tangan dengan air dan sabun sebelum mengenakan masker
• Selalu cuci tangan dengan air dan sabun serta mengeringkannya setelah menyentuh atau
melepaskan masker
• Jangan sering-sering menyentuh dan menyetel masker
• Ganti masker tiap 4 jam bila basah karena sekresi/air ludah
• Selalu siapkan sepasang masker
• Pastikan bahwa masker menutup sempurna ke wajah
• Buang masker yang sudah dipakai ketempat sampah yang disediakan untuk bahan terkontaminasi

CUCI TANGAN

Mencuci tangan dengan air dan sabun akan banyak mengurangi jumlah mikroorganisma dari kulit dan
tangan.
Mencuci Tangan sebaiknya dilakukan, sebelum:

• Memeriksa pasien
• Memakai sarung tangan

atau sesudah:

• Terjadi kontaminasi pada tangan seperti


o Memegang instrumen dan item lain yang kotor
o Menyentuh selaput lendir, darah atau cairan tubuh lain (sekresi dan ekskresi)
o Terjadi kontak lama dan intensif dengan pasien
• Setelah melepas sarung tangan

Pada daerah triase / penapisan di fasilitas pelayanan, perlu disediakan paling tidak:

• Sabun (batang atau cair, yang antiseptik atau bukan)


• Wadah sabun yang berlubang supaya air bisa terbuang keluar
• Air mengalir (pipa, atau ember dengan keran) dan wastafel
• Handuk/lap sekali pakai (kertas, atau kain yang dicuci setelah sekali pakai)

Langkah-langkah cuci tangan rutin adalah:

LANGKAH 1 : Basahi tangan seluruhnya


LANGKAH 2 : Pakai sabun (sabun biasapun cukup memadai)
Gosok benar-benar semua bagian tangan dan jari selama 10-15 detik, terutama untuk
LANGKAH 3 :
membersihkan bagian-bagian bawah kuku, antara jari, dan punggung tangan.
LANGKAH 4 : Bilas tangan dengan air bersih mengalir.
Keringkan tangan dengan handuk (lap) kertas dan gunakan handuk untuk menutup
LANGKAH 5 :
keran. Bila handuk tidak tersedia, keringkan dengan udara/dianginkan.

Panduan tambahan untuk cuci tangan:

• Bila kulit lecet atau perlu sering-sering cuci tangan karena banyak kasus, bisa dipakai sabun lunak
(tanpa antiseptik) untuk mengangkat kotoran. Krim dan lotion pelembab bisa dipakai untuk
menghindari iritasi kulit.
• Bila diperlukan antimikroba (a.l. kontak dengan pasien suspek SARS), dan bila tangan tampak
tidak kotor, maka sebagai altrernatif bisa dipakai antiseptik gel setelah kontak.

MEMBUAT LARUTAN GEL ALKOHOL UNTUK ANTISEPTIK TANGAN

Untuk 100 ml gel tangan

• 100 ml Alkohol Isopropil atau etil 60-90%


• 2 ml Gliserin, propylene glycol atau sorbitol

Memakai antiseptik tangan:

• Tuangkan gel secukupnya untuk membasahi seluruh permukaan tangan dan


jari.
• Gosok benar-benar pada tangan, diantara jari, dan bawah kuku sampai
kering.

PEMROSESAN ALAT, SARUNG TANGAN DAN PERLENGKAPAN

Risiko terbesar untuk terinfeksi adalah bagi petugas yang:

• Melakukan atau membantu prosedur


• Memproses alat dan perlengkapan
• Menangani urusan kebersihan dan pembuangan sampah

Dekontaminasi dan mencuci merupakan dua langah pencegahan infeksi yang sangat efektif untuk
mengurangi risiko terkena infeksi bagi petugas kesehatan, termasuk petugas kebersihan dan rumah
tangga bila mereka menangani alat medis, sarung tangan dan lain-lain. Sterilisasi atau DTT (desinfeksi
tingkat tinggi) dilakukan setelah deontaminasi dan pencucian selesai dilakukan.
Dekontaminasi merupakan langkah pertama yang harus dilakukan untuk memproses alat dan
sarung tangan yang kotor, dimana alat-alat yang telah kontak dengan darah atau cairan tubuh direndam
dulu dalam larutan klorin 0.5 % selama 10menit. Tindakan ini akan mematikan berbagai virus sehingga
aman untuk ditangani oleh petugas yang mencuci.

CARA MEMBUAT LARUTAN KLORIN 0.5 %

• Cek konsentrasi produk klorin yang akan dipakai


• Tentukan jumlah air yang dibutuhkan menurut tabel dibawah :

larutan pekat
Jumlah bagian air dibutuhkan = ---------------------------- - 1
% larutan dekontaminasi

Campurkan 1 bagian larutan pekat dengan jumlah bagian air sesuai formula
Contoh: Membuat larutan dekontaminasi 0.5% dari larutan pekat 5%

LANGKAH 1 Jumlah bagian air dibutuhkan = ------ - 1 = 10 – 1 = 9 bagian


LANGKAH 2 Campur 1 bagian larutan pekat dengan 9 bagian air

Note: cairan pemutih yang beredar (Bayclean, Sunclean dll) pada umumnya
mempunyai kadar klorin 5.25%. Untuk kepastian harap di cek kembali.

PEMBUANGAN LIMBAH/SAMPAH DAN MENJAGA LINGKUNGAN TETAP AMAN

Pembuangan Limbah/Sampah
Tujuan dari pengelolaan limbah adalah untuk:

• Melindungi petugas yang menangani limbah dari luka tak sengaja


• Mencegah penyebaran infeksi kepada petugas kesehatan yang menangani limbah/sampah
• Mencegah penyebaran infeksi kepada masyarakat sekitar
• Melenyapkan bahan-bahan berbahaya

Penanganan limbah terkontaminasi yang benar mencakup:

• Menggunakan plastik atau wadah besi dengan tutup yang dapat dipasang dengan rapat
• Pisahkan sampah terkontaminasi dan tak terkontaminasi. Beri tanda pada wadah untuk sampah
terkontaminasi.
• Taruh tempat sampah di tempat yang memerlukan dan nyaman bagi pemakai
• Perlengkapan yang digunakan untuk menampung dan membawa sampah tidak boleh digunakan
untuk keperluan lain
• Cuci semua wadah/tempat sampah dengan larutan disinfektan (klorin 0.5%) dan bilas dengan air
secara teratur. Petugas pembersih harus memakai Barier Protektif (pelindung wajah, apron,
sarung tangan rumah tangga dan sepatu boot).
• Petugas kebersihan harus memakai Barier Protektif ketika membuang sampah, kemudian setelah
selesai dan melepaskan sarung tangan, cuci tangan atau gunakan antiseptik tangan berbahan
dasar alcohol .

Sanitasi Lingkungan
Urusan kebersihan di rumah sakit dan klinik, meliputi lantai, dinding, beberapa perlengkapan
tertentu, meja dan permukaan lain. Tujuan dari kegiatan kebersihan adalah untuk::

• Mengurangi jumlah mikroorganisme yang mungkin tertinggal di pasien, penjenguk, petugas, dan
masyarakat
• Menciptakan suasana yang bersih dan menyenangkan bagi pasien dan petugas

Jadwal dan Prosedur untuk Area Penerimaan Pasien

• Saat pagi hari semua permukaan yang rata harus dibersihkan dengan kain bersih yang telah
dibasahi untuk menghapus debu
• Pembersihan total / bongkar (mengepel lantai dan menggosok semua permukaan dari atas sampai
bawah) dilakukan pada:
o Akhir hari atau pergantian shift (area penerimaan pasien)
o o Setelah transfer kasus Suspek SARS (ruang isolir)

Pembersihan

• Petugas yang ditunjuk harus memakai sarana pelindung (sarung tangan rumah tangga/utility dan
sepatu boot)
• Ambil wadah/ember dekontaminasi yang tertutup kemudian ganti dengan wadah/ember berisi
larutan klorin 0.5% baru
• Ambil tempat untuk sampah terkontaminasi dan ganti dengan tempat sampah bersih
• Rendam kain lap ke dalam larutan disinfektan dan gunakan untuk membersihkan semua
permukaan termasuk tempat penerimaan, meja, wastafek, lampu, dll. Bersihkan dari atas ke
bawah, sehingga debu yang jatuh ke lantai dibersihkan paling akhir.
• Permukaan ventilasi AC harus dibersihkan dengan kain basah, sabun dan air. Penyaring udara
harus diperiksa dan dibersihkan setiap bulan.
• Lantai harus dibersihkan dengan kain / alat pel menggunakan larutan pembersih 0.5%
• Untuk setiap noda tetesan atau ekskresi cairan tubuh, bersihkan dengan larutan klorin 0.5%

PEDOMAN PENGAMBILAN DAN


PENGIRIMAN SPESIMEN

LANGKAH - LANGKAH

Pengambilan Spesimen

Pengambilan spesimen dilakukan oleh petugas laboratorium atau petugas lain yang terampil dan
berpengalaman. Sesuai dengan kondisi dan situasi setempat, spesimen dapat diambil oleh petugas
RS/laboratorium setempat, atau oleh petugas laboratorium Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Pengambilan harus dilakukan dengan memperhatikan universal precaution atau kewaspadaan dini untuk
mencegah terjadinya infeksi. Jenis spesimen yang diambil dapat berupa : usap nasopharynx, usap
oropharynx, bilasan broncheoalveolar, aspirat tracheal atau pleural, darah (serum atau darah), urin, tinja,
dan jaringan. Dianjurkan untuk mengambil / mengirimkan lebih dari satu macam spesimen.

Pengiriman Spesimen

Untuk sementara ini, pemeriksaan laboratorium masih akan dilakukan di CDC Atlanta, Amerika Serikat.
Pengiriman spesimen dilaksanakan secara kolektif oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
bekerja sama dengan US NAMRU-2, Jakarta. Untuk bulan pertama, pengiriman akan dilakukan seminggu
sekali atau seminggu dua kali. Frekuensi pengiriman selanjutnya akan ditentukan kemudian, sesuai
dengan perkembangan epidemiologi SARS di Indonesia, perkembangan teknologi laboratorium global, dan
kebijakan Departemen Kesehatan RI.
Spesimen dari daerah dibawa ke atau dikirimkan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
setiap kali ada kasus Suspect atau probable SARS dengan alamat sebagai berikut:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemberantasan Penyakit
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Jl. Percetakan Negara no.29
Jakarta 10560
Up. Drh. Gendro Wahyuhono,MTH.
Tilpon: 021-426-1088 ext. 126 / 021-425-9860
Fax: 021-424-5386
e-mail: gendro@litbang.depkes.go.id

Prosedur Cara Pengambilan Spesimen Yang Berhubungan Dengan Kasus SARS

Persiapan Petugas Pengambil Spesimen

Petugas pengambil spesimen diharuskan memakai :


- Laboratorium jas (lengan panjang)
- Sarung tangan (karet)
- Kaca mata plastik (goggle)
- Masker (N 95 untuk petugas dan penderita atau masker bedah sebanyak 3 lapis)
- Tutup kepala (plastik)
- Pakai sepatu boot (disediakan oleh RS di ruang isolasi).

Macam/ Jenis Spesimen

1. Cairan Tubuh Spesimen Dari Saluran Pernafasan


2. Spesimen Saluran Pernafasan Atas

Spesimen harus diambil segera pada waktu pasien masih dalam keadaan sakit. Virus akan hilang dalam
waktu 72 jam setelah gejala penyakit timbul, sedangkan kuman patogen lain akan dapat diisolasi setelah
lewat 72 jam.
Tiga jenis spesimen dapat diambil untuk isolasi bakteri atau virus dan pemeriksaan dengan PCR.
Spesimen tersebut meliputi :

• Usap nasopharynx
• Bilasan nasopharynx
• Usap uropharynx

Bilasan nasopharynx merupakan spesimen untuk mendeteksi virus saluran nafas, terutama pada anak-
anak berumur 2 tahun atau kurang.

Usap Nasopharynx atau Oropharynx

Gunakan swab yang terbuat dari dacron/rayon steril dengan tangkai plastik. Jangan menggunakan kapas
yang mengandung kalsium alginat atau kapas dengan tangkai kayu, karena mungkin mengandung
substansi yang dapat menghambat pertumbuhan virus tertentu dan dapat menghambat pemeriksaan PCR.
Untuk usap nasopharynx: masukkan swab ke dalam lubang hidung sejajar dengan rahang atas. Biarkan
beberapa detik agar cairan hidung terhisap. Lakukan usapan pada kedua lubang hidung. Untuk usap
oropharynx: lakukan usapan pada bagian belakang pharynx dan daerah tonsil, hindarkan menyentuh
bagian lidah. Kemudian masukkan swab sesegera mungkin ke dalam cryotube (tabung tahan pendinginan)
yang berisi 2 ml media transport virus (Hanks BSS + antibiotik). Putuskan gagang plastik di daerah mulut
botol/tabung agar botol/tabung dapat ditutup dengan rapat. Bungkus tabung ini dengan tissue bersih atau
kertas koran yang telah diremas-remas agar menghindarkan terjadinya beturan-benturan pada tabung
saat pengiriman. Masukkan tabung ini kedalam kotak pengiriman primer (bahan boleh dari pipa paralon
atau sejenis tupper ware).

Spesimen Dari Saluran Pernafasan Bagian Bawah

Spesimen yang diambil dapat berupa bilasan bronkhoalveolar, aspirasi trakheal, atau cairan pleural.
Setelah itu, separuh cairan disentrifugasi dan endapan selnya difiksasi dalam formalin. Sisa cairan yang
belum disentrifugasi ditampung dalam botol dengan tutup luar yang bagian dalamnya mengandung ring
untuk penahan. Semua spesimen ini masukkan dalam kotak pengiriman spesimen primer seperti diatas.
Komponen Darah

Darah fase akut harus diambil dan dikirim sesegera mungkin. Jika mungkin spesimen fase konvalesen (3-
4 minggu setelah pengambilan darah primer).

Cara pengambilan sampel:


Diambil 5–10 ml darah vena dalam tabung steril (5 ml dari anak-anak dan 10 ml dari orang dewasa)
secara lege artis (memperhatikan kewaspadaan universal secara ketat).

Pengambilan darah pakai jarum suntik biasa.

• Masukkan separuh dari darah yang diperoleh kedalam tabung darah bertutup karet warna merah
(tabung steril vacum tanpa bahan pencegahan pembekuan darah) dan separuh lagi masukkan
kedalam tabung darah bertutup karet ungu (tabung steril vacuum berisi EDTA-bahan pencegahan
pembekuan darah).
• Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah dalam tabung merah membeku
dengan baik.
• Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung merah dan darah dari plasma pada tabung ungu
harus dilakukan di Badan Litbangkes/Namru-2, Jakarta.
• Semua tabung (tabung merah dan tabung ungu) setelah dibungkus dengan kertas tissu atau
kertas koran diremas di masukkan ke dalam kotak pengiriman primer.

Pengambilan darah pakai jarum vacutainer*

• Darah ditampung lebih dahulu pada tabung darah bertutup karet ungu sebanyak 2,5 ml dari anak-
anak dan 5 ml dari orang dewasa, lalu gantikan tabung ini dengan tabung darah bertutup karet
merah dan biarkan darah masuk sebesar 2,5 ml dari penderita anak-anak dan 5 ml dari penderita
orang dewasa.
• Diamkan darah dalam waktu 1 jam pada suhu kamar, agar darah dalam tabung merah membeku
dengan baik.
• Pemisahan darah bekuan dari serum pada tabung merah dan darah dari plasma pada tabung ungu
harus dilakukan di Badan Litbangkes/Namru-2, Jakarta.
• Semua tabung (tabung merah dan tabung ungu) setelah dibungkus dengan kertas tissu atau
kertas koran diremas dimasukkan ke dalam kotak pengiriman primer.

Urine

Urine hanya diambil pada fase akut. Untuk mendapatkan virus yang optimal, 50 ml urin disentrifugasi
dengan kecepatan 2500 rpm selama 30 menit. Sentrifugasi hanya dilakukan di Badan Litbangkes/NAMRU-
2, Jakarta. Spesimen disimpan dalam tabung poli propilen 50 ml. Tutup rapat-rapat dan lapis dengan para
film. Masukkan dalam kotak pengiriman primer setelah dilindungi dengan kertas tissu atau kertas koran
yang diremas.

Tinja

Tinja sebanyak 10-50 gram ditempatkan dalam konteiner tinja transparan. Ditutup rapat-rapat dan
dilapisi dengan parafilm. Kemudian dimasukkan ke dalam kotak pengriman primer. Spesimen harus
dikirim dalam keadaan dingin (4o C).

Spesimen Jaringan

Jaringan dapat diambil dari semua organ tubuh (paru, trakhea, jantung, limpa, hati, otak, ginjal, kelenjar
adrenal). Jarinagn difiksasi dalam formalin/paraffin. Jaringan yang telah difiksasi tidak dinyatakan sebagai
biohazard. Jaringan disimpan dan dikirim dalam suhu kamar. Diberi tulisan: *Do not freeze fixed tissues*.
Jaringan segar beku dari paru dan saluran nafas atas harus diambil secara aseptic secepat mungkin. Cara
dan waktu pengambilan akan berpengaruh terhadap kontaminasi.
Gunakan instrumen steril secara terpisah untuk setiap pengambilan di daerah tubuh tertentu. Letakkan
setiap spesimen dalam wadah yang terpisah yang berisi media transport virus (Hanks BSS/PBS). Simpan
dan kirim dalam keadaan beku.

Cara Pemberian Label

Setiap spesimen yang disimpan dalam wadah khusus diberi label yang berisi informasi : nama pasien/
umur/ jenis kelamin/ tanggal pengambilan/ asal rumah sakit/ jenis spesimen
(S=serum; NT=usap oro dan nasopharynx; U=urin; D=darah;T=tinja).

Label ditulis dengan pensil 2B atau tinta yang tidak luntur.

Pengepakan dan Pengiriman Spesimen

Cara pengepakan dan pengiriman spesimen untuk keperluan diagnostik harus menuruti ketentuan WHO.
Bungkus kotak pengiriman primer dengan tissu atau kertas koran yang diremas, untuk mencegah
benturan-benturan pada spesimen waktu pengiriman. Masukkan dalam kotak pengiriman sekunder. Kotak
pengiriman sekunder dapat menampung lebih dari satu kotak pengiriman primer, asal persyaratan suhu
pengiriman sama. Bila pengiriman dalam suhu 4o C, masukkan beberapa ice pack yang sudah dibekukan
lebih dahulu. Sekali-kali jangan mengirimnya dengan memasukkan dry ice (es kering) untuk
mendinginkannya.

Pengepakan Primer (Kotak Pengiriman Primer)

• Wadah spesimen yang pertama harus kedap air, jika tutupnya berulir harus dilapisi dengan
parafilm atau sejenisnya.
• Jika terdiri dari beberapa wadah harus dibungkus secara terpisah untuk mencegah pecah akibat
berhimpitan.
• Gunakan material pendukung di sela-sela wadah yang mempunyai daya hisap untuk menghisap
seluruh isi yang terdapat dalam wadah pertama, apabila terjadi kebocoran atau pecah.
• Pada saat menentukan besarnya volume spesimen yang dikirim sertakan besarnya volume media
transport yang digunakan.
• Dalam wadah yang pertama tidak boleh berisi lebih dari 500 ml atau 500 gram bahan.
• Seluruh isi dari wadah yang pertama disebut sebagai spesimen diagnostik.

Pengepakan Sekunder (Kotak Pengiriman Sekunder)

1. Pengepakan sekunder harus menuruti aturan pengepakan bahan infeksius.


2. Pengepakan sekunder harus kedap air.
3. Wadah bagian luar dilabel dengan :
- PEMERIKSAAN LABORATORIUM KESEHATAN
- JANGAN DIBALIK
- KEPADA:
Puslitbang Pemberantasan Penyakit,
Badan Litbang Kesehatan. Jl.Percetakan Negara 29.
Jakarta Pusat. 10560
Up. Drh Gendro Wahyuhono, MTH.

Pengamanan Petugas Kesehatan dan Laboratorium yang Berhubungan dengan SARS

Untuk mencegah penularan mikroorganisme penyebab SARS kepada petugas kesehatan dan petugas
laboratorium yang menangani spesimen dari penderita SARS maka dilakukan langkah-langkah sebabgi
berikut :

Spesimen darah untuk pemeriksaan serologi rutin, kimia dan hematologi

Spesimen untuk keperluan ini hendaknya ditangani dengan cara penanganan standard yang memenuhi
aturan kewaspadaan umum. Petugas laboratorium harus mengenakan perlengkapan pelindung diri,
termasuk sarung tangan karet sekali pakai (disposable), jas laboraorium, kaca mata, masker untuk
operasi dan/atau pelindung wajah untuk melindungi selaput mukosa permukaan dari paparan spesimen.
Sentrifugasi harus dilakukan dengan memakai tabung sentrifus yang memiliki tutup atau memakai rotor
yang memiliki penutup. Pekerjaan memasang tabung dan membuka tabung sentrifus dilakukan di dalam
biosafety cabinet.

Spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologi

• Pekerjaan berikut dapat dilakukan di ruangan dengan fasilitas Biosafety Level (BSL)-2 yang
disertifikasi dan menggunakan tatakerja BSL-2 (sesuai manual CDC/NIH Biosafety untuk
Laboratorium Mikrobiologi dan Biomedik):
o Pemeriksaan patologi dan pengolahan jaringan/organ yang difiksasi formalin ataupun
jaringan yang telah diinaktifasi
o Ekstraksi asam nukleat untuk keperluan analisis molekuler
o Pengolahan spesimen untuk pemeriksaan mikroskop elektron
o Pemeriksaan rutin untuk perbenihan bakteri dan jamur
o Pewarnaan rutin untuk pemeriksaan mikroskopis ataupun sediaan apus yang telah
difiksasi
o Pengepakan akhir spesimen untuk dikirim ke laboratorium lain guna pemeriksaan
laboratorium yang lainnya. Spesimen harus sudah disimpan dalam kontaimer primer yang
telah di-sealed dan telah disterilkan lebih dulu.
• Pekerjaaan yang meliputi pengolahan spesimen dapat dilakukan di ruangan dengan fasilitas BSL-
2, tapi dengan tata kerja lebih ketat seperti pada BSL-3. Semua pengolahan spesimen harus
dilakukan di dalam biosafety cabinet. Petugas laboratorium mengenakan perlengkapan pelindung
diri, termasuk sarung tangan karet sekali pakai, baju laboratorium lengan panjang, pelindung
mata, dan pelindung pernapasan. Alat pelindung pernapasan yang dianjurkan adalah NIOSH yang
dilengkapi dengan filter N-95 atau yang dengan pori lebih halus lagi, pelindung pernapasan yang
dilengkapi dengan udara bersih yang disaring dengan HEPA filter. Petugas yang tidak dapat
mengenakan respirator karena gangguan rambut di wajah ataupun gangguan lainnya, diharuskan
memakai helm respirator. Sentrifugasi harus menggunakan tabung sentrifus tertutup atau
memakai rotor yang dipasang ataupun dibuka di dalam biosafety cabinet.

Pekerjaan-pekerjaan itu mencakup:


(a) Membagi atau mengencerkan spesimen.
(b) Inokulasi bakteri atau jamur pada media kultur.
(c) Melakukan diagnosis selain membiakkan virus baik secara in vitro ataupun in vivi.
(d) Ekstraksi asam nukleat dari spesimen yang belum diolah.
(e) Pembuatan sediaan apus pemeriksaan mikroskopis, baik dengan fiksasi kimia ataupun
pemanas.

• Pekerjaan berikut memerlukan ruangan dengan fasilitas BSL-3 dan tata kerja BSL-3 :
(a) Pembiakan virus pada sel/biakan sel.
(b) Identifikasi awal isolat yang berasal dari kultur spesimen SARS
• Pekerjaan berikut memerlukan fasilitas BSL-3 hewan dan tata kerja BSL-3 hewan:
(a) Inokulasi hewan percobaan untuk membiakkan mikroorganisme yang berasal dari spesimen
SARS.
(b) Tatakerja yang mencakup inokulasi hewan percobaan untuk karakterisasi mikroorganisme
SARS.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kepmenkes Nomor 424/MENKES/SK/IV/2003, tentang Penetapan Severe Acute Respiratory


Syndrome (SARS) sebagai penyakit yang dapat menimbulkan wabah dan pedoman
penanggulangannya, 2003.
2. WHO Western Pacific Regional Office, Interim guidelines for national SARS preparedness, 2003
3. Website : WHO int, “SARS”, 2003
4. Website : CDC ‘s int, “SARS”, 2003
5. Website : RSPI – SS ( http//www.infeksi.com )

You might also like