You are on page 1of 16

POKOK BAHASAN 1: SIFAT, KONSEP, DAN KLASIFIKASI BIAYA

SUBPOKOK BAHASAN:
1.1. Perbedaan akuntansi biaya dengan akuntansi keuangan.
1.2. Perbedaan akuntansi biaya dengan akuntansi manajemen.
1.3. Pengertian dan klasifikasi biaya.

MATERI KULIAH:
1.1. Perbedaan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan
Akuntansi biaya adalah bagian dari akuntansi keuangan yang membicarakan biaya dalam
arti luas. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan akuntansi keuangan adalah menyajikan
laporan keuangan yang terdiri atas neraca, laporan laba-rugi, laporan laba ditahan, dan
laporan arus kas. Akuntansi biaya sebagai bagian dari akuntansi keuangan hanya menyajikan
sebagian elemen dari laporan laba-rugi yaitu eleman biaya.
Akuntansi biaya dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu (1) akuntansi biaya yang
berhubungan dengan penentuan harga pokok produk dan pengendalian biaya yang biasanya
disebut akuntansi biaya; dan (2) akuntansi biaya yang berhubungan dengan pengambilan
keputusan yang biasanya disebut akuntansi manajemen.
Perbedaan akuntansi keuangan dengan akuntansi biaya/manajemen:
Akuntansi Keuangan Ak. Manajemen/Biaya
Pemakai utama Pihak luar Manajemen
Lingkup informasi Perusahaan secara keseluruhan Bagian dari perusahaan
Fokus informasi Historis Historis dan masa datang
Rentang waktu Kurang fleksibel Fleksibel
Kriteria penyusunan Dibatasi standar akuntansi yang Sesuai kebutuhan manajemen
informasi diterima umum
Manfaat Untuk pengambilan keputusan Untuk perencanaan, pengen-
oleh pihak luar dalian, dan pengambilan
keputusan oleh manajemen

1.2. Perbedaan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Manajemen


Akuntansi Biaya Akuntansi Manajemen
Pihak yang Manajemen dan pihak luar Manajemen
membutuhkan
Manfaat Untuk penentuan harga pokok Untuk pengambilan
produk dan pengendalian keputusan.

1.3. Pengertian dan Klasifikasi Biaya


Dalam Akuntansi Biaya dikenal dua istilah, yaitu cost (harga pokok/harga perolehan) dan
expense (biaya/beban). Harga pokok adalah pengorbanan yang diukur dalam satuan uang
berupa pengurangan aktiva atau terjadinya kewajiban untuk mendapatkan barang atau jasa
yang akan memberikan manfaat di masa yang akan datang. Biaya adalah harga pokok yang
telah memberikan manfaat dan telah habis dimanfaatkan. Dalam praktik, istilah biaya
digunakan untuk kedua pengertian tersebut di atas.

Akuntansi Biaya dhw – hal 1


Klasifikasi biaya:
1. Elemen produk (harga pokok produk):
a. Bahan baku (direct materials)
Bahan (materials) dibedakan menjadi bahan baku dan bahan penolong (indirect
materials). Bahan baku adalah semua bahan yang dapat diidentifikasikan dengan
produk jadi, yang dapat ditelusur ke produk jadi, dan yang merupakan bagian
terbesar dari biaya produksi. Bahan penolong adalah semua bahan yang bukan
termasuk bahan baku.
b. Tenaga kerja langsung (direct labor)
Tenaga kerja dapat dibedakan menjadi tenaga kerja langsung (direct labor) dan
tenaga kerja tidak langsung (indirect labor). Tenaga kerja langsung adalah semua
tenaga kerja yang melaksanakan proses produksi yang dapat ditelusur ke produk jadi
dan merupakan bagian terbesar dari biaya tenaga kerja. Tenaga kerja tidak langsung
adalah semua tenaga kerja yang tidak dapat dipertimbangkan sebagai biaya tenaga
kerja langsung.
c. Overhead pabrik (factory overhead)
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik terdiri atas biaya
bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya produksi tidak
langsung lainnya.

Contoh 1
Berikut ini adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pembuatan meja kayu:
Biaya bahan:
Oak lumber Rp1.500.000,00
Pine lumber 1.100.000,00
Glue 8.000,00
Screws 10.000,00
Biaya tenaga kerja:
Wood cutters Rp1.800.000,00
Table assemblers 1.900.000,00
Sanders 1.700.000,00
Supervisor 200.000,00
Janitor 100.000,00
Lain-lain:
Factory rent Rp 700.000,00
Factory utilities 200.000,00
Office rent 160.000,00
Office salaries 800.000,00
Depreciation of factory equipment 210.000,00
Depreciation of office equipment 80.000,00
Pertanyaan:
1. Hitunglah jumlah biaya bahan baku.
2. Hitunglah jumlah biaya tenaga kerja langsung.
3. Hitunglah jumlah biaya overhead pabrik.
4. Hitunglah jumlah harga pokok meja kayu.
5. Sebutkan biaya-biaya yang tidak termasuk biaya produksi.

Akuntansi Biaya dhw – hal 2


2. Hubungan dengan produksi:
a. Biaya utama (prime costs)
Biaya utama adalah biaya yang berhubungan langsung dengan produksi. Biaya
utama terdiri atas biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya konversi (conversion costs)
Biaya konversi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengubah bahan baku menjadi
produk jadi. Biaya konversi terdiri atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik.

Contoh 2
Atas dasar Contoh 1 di atas:
1. Hitunglah total biaya utama (prime costs).
2. Hitunglah total biaya konversi (conversion costs).

3. Hubungan dengan volume:


a. Biaya variabel (variable costs)
Biaya variabel adalah biaya yang secara total berubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan, sementara secara per unit jumlahnya tetap. Hubungan antara biaya
variabel dengan volume kegiatan dapat dilihat pada Figure 1-6 dan Figure 1-7
dalam Polimeni Ch. 1 hal 18 – 19. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya tetap (fixed costs)
Biaya tetap adalah biaya yang secara total tidak berubah walaupun terjadi perubahan
volume kegiatan, sementara per unitnya berubah jika volume kegiatan berubah.
Hubungan antara biaya tetap dengan volume kegiatan dapat dilihat pada Figure 1-8
dan Figure 1-9 dalam Polimeni Ch. 1 hal 20. Contoh biaya tetap adalah sewa
gudang dan biaya depresiasi.
c. Biaya campuran (mixed costs)
Biaya campuran dapat dibedakan menjadi biaya semivariabel (semivable costs) dan
biaya bertahap (step costs). Biaya semivariabel adalah biaya yang jumlah totalnya
berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Hubungan antara biaya
semivariabel dengan volume kegiatan dapat dilihat pada Figure 1-10 dalam
Polimeni Ch. 1 hal 23. Contoh biaya semivariabel adalah biaya telepon dan biaya
listrik.
Biaya bertahap adalah biaya yang jumlah totalnya berubah setelah tercapai jumlah
volume kegiatan tertentu. Hubungan antara biaya bertahap dengan volume kegiatan
dapat dilihat pada Figure 1-11 dalam Polimeni Ch. 1 hal 23. Contoh biaya bertahap
adalah gaji supervisi.
Contoh biaya variabel, biaya tetap, biaya semivariabel, dan biaya bertahap dapat
dilihat pada Polimeni Ch. 1 hal 24.

4. Kemudahan ditelusur:
a. Biaya langsung (direct costs)
Biaya langsung adalah biaya yang dapat ditelusur kepada item atau area tertentu.
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung adalah contoh biaya langsung
produksi.
b. Biaya tidak langsung (indirect costs)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat ditelusur kepada item atau area
tertentu. Contoh biaya tidak langsung produksi adalah biaya overhead pabrik.

Akuntansi Biaya dhw – hal 3


5. Departemen terjadi:
a. Departemen produksi (production departement)
Departemen produksi adalah departemen yang secara langsung menangani proses
produksi. Biaya yang terjadi di departemen produksi terdiri atas biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
b. Departemen jasa (service departement)
Departemen jasa adalah departemen yang secara tidak langsung berhubungan dengan
proses produksi. Contoh departemen jasa adalah Departemen Pemeliharaan. Biaya
yang terjadi di departemen jasa diakui sebagai biaya overhead pabrik.

6. Fungsi perusahaan:
a. Biaya produksi
Biaya produksi adalah biaya yang berhubungan langsung dengan produksi produk
tertentu. Biaya produksi terdiri atas biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik
b. Biaya administrasi
Biaya administrasi adalah biaya yang terjadi dalam rangka pengarahan,
pengendalian, dan pengoperasian perusahaan.
c. Biaya pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang terjadi dalam rangka promosi suatu produk.
d. Biaya keuangan
Biaya keuangan adalah biaya yang berhubungan dengan perolehan dana untuk
operasi perusahaan, misalnya biaya bunga.

7. Pembebanan sebagai biaya (period charged to income):


a. Biaya produksi (product costs)
Biaya produksi adalah biaya yang langsung maupun tidak langsung dapat
diidentifikasikan kepada produk tertentu. Biaya produksi terdiri atas biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya produksi
dilaporkan sebagai persediaan sampai dengan produk yang bersangkutan terjual. Jika
produk terjual, biaya produksi yang terkandung dalam persediaan akan dibebankan
sebagai biaya (expense) yang disebut harga pokok penjualan.
b. Biaya periode (period costs)
Biaya periode adalah semua biaya yang secara langsung maupun tidak langsung
tidak dapat dihubungkan dengan suatu produk. Biaya periode harus dibebankan
sebagai biaya pada periode terjadinya. Contoh biaya periode adalah semua biaya
administrasi, biaya pemasaran, dan biaya keuangan.

8. Hubungan dengan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan:


a. Biaya dianggarkan dan standar (standard and budgeted costs)
b. Biaya terkendali dan tak terkendali (controllable and noncontrollable costs)
c. Biaya committed dan kebijakan (committed and discretionary fixed costs)
d. Biaya relevan dan tak relevan (relevant and irrelevant costs)
e. Biaya diferensial (differential costs)
f. Biaya kesempatan (opportunity costs)
g. Biaya batas penutupan usaha (shutdown costs)
Penjelasan lebih lengkap dapat dilihat pada Polimeni-Ch.1-hal 28 s.d. 29.

Akuntansi Biaya dhw – hal 4


POKOK BAHASAN 2: SISTEM PENGUMPULAN HARGA POKOK PRODUK

SUBPOKOK BAHASAN:
1.1. Sistem pengumpulan biaya.
1.2. Laporan keuangan eksternal dan internal.

MATERI KULIAH:
1.1. Sistem Pengumpulan Biaya
Sistem pengumpulan biaya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sistem pengumpulan
biaya periodik dan sistem pengumpulan biaya perpetual. Sistem pengumpulan biaya
periodik digunakan pada perusahaan-perusahaan kecil. Dalam sistem pengumpulan biaya
periodik informasi tentang persediaan bahan, persediaan barang dalam proses, dan
persediaan barang jadi diperoleh melalui perhitungan phisik persediaan. Sistem
pengumpulan biaya perpetual digunakan pada perusahaan-perusahaan menengah dan besar.
Dalam sistem pengumpulan biaya perpetual informasi tentang persediaan bahan, persediaan
barang dalam proses, dan persediaan barang jadi tersedia secara berkesinambungan tanpa
melalui perhitungan phisik persediaan.
Sistem pengumpulan biaya perpetual dapat dibedakan menjadi: (1) sistem harga pokok
pesanan dan (2) sistem harga pokok proses. Sistem harga pokok pesanan adalah sistem
pengumpulan biaya yang diterapkan pada perusahaan yang memproses produknya atas dasar
spesifikasi yang diminta pemesan sehingga produk yang dihasilkan bersifat heterogen,
misalnya perusahaan percetakan dan perusahaan perkapalan. Dalam sistem harga pokok
pesanan, biaya produksi dikumpulkan menurut pesanan (job) tertentu. Harga pokok produk
dihitung untuk setiap pesanan. Harga pokok pesanan dikumpulkan dalam kartu harga pokok
(job cost sheet) dan dihitung pada saat selesai diproses.
Sistem harga pokok proses adalah sistem pengumpulan biaya yang diterapkan pada
perusahaan yang memproses produknya secara masal atau berkesinambungan, misalnya
perusahaan pengilangan minyak atau pabrik baja sehingga produk yang dihasilkan bersifat
homogen. Dalam sistem harga pokok proses, biaya produksi dikumpulkan menurut
departemen produksi tertentu dengan menggunakan buku pembantu biaya. Buku pembantu
biaya dibuat untuk setiap jenis biaya pada setiap pusat biaya. Atas dasar rekapitulasi biaya
pada buku pembantu biaya, harga pokok produk dihitung untuk setiap unit produk yang
dihasilkan pada departemen produksi tertentu. Harga pokok produk dihitung pada setiap
akhir periode.
Harga pokok produk dapat ditentukan atas dasar (1) harga pokok yang sesungguhnya atau
(2) harga pokok standar. Dalam sistem harga pokok pesanan maupun sistem harga pokok
proses, harga pokok produk dapat ditentukan atas dasar harga pokok yang sesungguhnya
atau harga pokok standar.

1.2. Laporan Keuangan Eksternal dan Internal


Laporan keuangan yang disusun manajemen dapat dibedakan menjadi: laporan keuangan
eksternal dan laporan keuangan internal. Laporan eksternal meliputi laporan harga pokok
produk, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan neraca yang dapat dilihat pada Table 2-
4 dalam Polimeni - Ch. 2 - hal 66-67. Contoh laporan internal adalah laporan laba rugi
divisi yang dapat dilihat pada Table 2-7 dalam Polimeni-Ch.2-hal 70.

Akuntansi Biaya dhw – hal 5


Contoh
Berikut ini adalah data "PT King" pada tanggal 31 Desember 1999:
Persediaan barang dalam proses 1 Januari 1999 Rp 250.000,00
Persediaan barang dalam proses 31 Desember 1999 100.000,00
Biaya bahan baku 950.000,00
Biaya tenaga kerja langsung 1.100.000,00
Biaya overhead pabrik 700.000,00
Persediaan barang jadi 1 Januari 1999 150.000,00
Persediaan barang jadi 31 Desember 1999 450.000,00
Penjualan 3.500.000,00
Biaya administrasi dan pemasaran 750.000,00
Pertanyaan:
1. Hitunglah harga pokok barang jadi selama tahun 1999 (cots of goods manufactured) dengan
format sebagai berikut.
Persed barang dalam proses awal Rpxxx
Biaya produksi:
Biaya bahan baku(Pemakaian) Rpxxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik xxx xxx
Barang yang diproses selama tahun 1999 Rpxxx
Persed barang dalam proses akhir xxx
Harga pokok barang jadi/HP Produksi Rpxxx
2. Hitunglah harga pokok barang yang dijual selama tahun 1999.
3. Buatlah laporan rugi laba untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999.

Latihan
Berikut ini adalah data yang tersedia pada PT Silverman pada tanggal 31 Desember 1999:
1. Bahan baku (tidak ada bahan penolong):
Persediaan 1 Januari 1999 Rp 90.000,00
Persediaan 31 Desember 1999 120.000,00
2. Tenaga kerja:
Biaya tenaga kerja langsung 190.000,00
Biaya tenaga kerja tak langsung 170.000,00
3. Barang dalam proses:
Persediaan 1 Januari 1999 50.000,00
Persediaan 31 Desember 1999 70.000,00
4. Barang jadi:
Persediaan 1 Januari 1999 250.000,00
Persediaan 31 Desember 1999 160.000,00
5. Informasi tambahan:
Biaya listrik pabrik 250.000,00
Pembelian bahan baku tahun 1999 400.000,00
Penjualan 1.250.000,00
Biaya administrasi dan umum 50.000,00
Biaya pemasaran 60.000,00

Akuntansi Biaya dhw – hal 6


Pertanyaan:
1. Buatlah laporan laba/rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 1999 dengan format:
PENJUALAN Rp XXXXX
Biaya bahan baku:
Persediaan awal Rpxxx
Pembelian xxx
Bahan baku tersedia dipakai Rpxxx
Persediaan akhir xxx
Biaya bahan baku (dipakai) Rpxxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik:
Biaya tenaga kerja tak langsung Rpxxx
Biaya listrik pabrik xxx xxx
Total biaya produksi Rpxxx
Persediaan barang dalam proses awal xxx
Barang yang diproses pada tahun 1999 Rpxxx
Persediaan barang dalam proses akhir xxx
Harga pokok produk jadi/produksi Rpxxx
Persediaan Awal Barang Jadi xxx
Barang Jadi Tersedia Dijual Rpxxx
Persediaan Akhir Barang Jadi xxx
Harga Pokok Penjualan XXX
LABA KOTOR XXX
Biaya Adm & Um Rp XXX
Biaya Pemasaran XXX
XXX
LABA BERSIH OPERASI XXX
====

(DITULIS 5 KALI) DIKUMPULKAN.

Akuntansi Biaya dhw – hal 7


POKOK BAHASAN 3: PENENTUAN DAN PENGENDALIAN BIAYA BAHAN
BAKU DAN BIAYA TENAGA KERJA

SUBPOKOK BAHASAN:
1.1. Biaya bahan baku.
1.2. Akuntansi bahan baku.
1.3. Prosedur pengendalian bahan baku.
1.4. Biaya tenaga kerja.
1.5. Akuntansi biaya tenaga kerja.
1.6. Masalah khusus yang berhubungan dengan biaya tenaga kerja.

MATERI KULIAH:

1.1. Biaya Bahan Baku


Biaya bahan dapat dibedakan menjadi biaya bahan baku dan biaya bahan penolong.
Biaya bahan baku adalah bahan yang identitasnya dapat dilacak pada produk jadi dan yang
diproses menjadi produk jadi dengan menggunakan tenaga kerja dan overhead pabrik. Biaya
bahan baku merupakan salah satu elemen biaya utama. Bahan penolong adalah bahan yang
indentitasnya tidak dapat dilacak pada produk jadi dan nilai relatif tidak material. Biaya
bahan penolong merupakan elemen biaya overhead pabrik.

1.2. Akuntansi Bahan Baku


Akuntansi terhadap bahan baku dibedakan menjadi akuntansi pembelian bahan baku dan
akuntansi pemakaian bahan baku. Prosedur pembelian bahan terdiri atas (1) permintaan
pembelian, (2) pesanan pembelian, dan (3) penerimaan bahan. Oleh karena itu, terdapat 3
dokumen pembelian bahan, yaitu (1) Surat Permintaan Pembelian (lihat Figure 3-1 pada
Polimeni-Ch.3-hal 92), (2) Surat Pesanan Pembelian (lihat Figure 3-2 pada Polimeni-Ch.3-
hal 92), dan (3) Laporan Penerimaan Barang (lihat Figure 3-3 pada Polimeni-Ch.3-hal 93).
Atas dasar 3 dokumen inilah pembelian bahan dicatat. Pencatatan persediaan bahan dapat
menggunakan metode phisik maupun metode perpetual. Metode perpetual lebih baik untuk
tujuan pengendalian dan lebih informatif dari pada metode phisik. Oleh karena itu,
perusahaan menengah dan besar umumnya menggunakan metode perpetual.

Contoh
PT Sejahtera membeli secara kredit 100 unit bahan baku seharga Rp5.000,00 per unit dan 20
unit bahan penolong seharga Rp1.000,00 per unit. Dari bahan yang dibeli tersebut, bahan
baku yang dipakai adalah 30 unit dan bahan penolong yang dipakai adalah 10 unit. Metode
pencatatan persediaan yang digunakan adalah metode perpetual.
Pertanyaan:
1. Buatlah jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku dan bahan penolong tersebut.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku dan bahan penolong.

1.3. Prosedur Pengendalian Bahan Baku


Pengendalian bahan baku dimaksudkan agar proses produksi dapat berjalan lancar, dalam
arti bahan baku tersedia saat dibutuhkan, dan pengadaan bahan baku dilakukan secara
efisien. Prosedur pengendalian bahan baku dapat menggunakan lima metode, yaitu (1) order
cycling, (2) the min-max method, (3) the two-bin method, (4) the automatic order system, (5)
the ABC plan.

Akuntansi Biaya dhw – hal 8


Metode order cycling adalah metode pengendalian bahan baku yang me-review bahan
baku secara periodik, misal setiap 30 hari. Jangka waktu me-review dipengaruhi oleh jenis
bahan bakunya. Bahan baku yang esensial membutuhkan jangka waktu review yang lebih
pendek dibanding bahan baku yang kurang penting. Pada saat dilakukan review, pemesanan
bahan baku dibuat sehingga pada saat dibutuhkan bahan baku akan tersedia.
Metode the min-max adalah metode pengendalian bahan baku yang didasarkan atas
asumsi bahwa persediaan bahan baku berada pada dua tingkat, yaitu tingkat maksimum dan
tingkat minimum. Jika tingkat maksimum dan tingkat minimum sudah ditetapkan, maka
pada saat persediaan menuju ke tingkat minimum pemesanan bahan baku harus dilakukan
untuk menempatkan persediaan pada tingkat maksimum.
Metode the two-bin method adalah metode pengendalian bahan baku yang dipakai
jika bahan bakunya relatif tidak mahal. Dalam metode ini, bahan baku dipisahkan menjadi
dua bagian yang disimpan dalam ruangan yang terpisah. Bagian pertama adalah bahan baku
yang akan digunakan selama periode saat bahan baku diterima dan saat pemesanan
dilakukan. Bagian kedua adalah bahan baku yang akan digunakan dalam periode saat
pemesanan dan saat pengiriman. Pemesanan bahan dilakukan pada saat bahan bagian
pertama sudah digunakan.
Metode pemesanan otomatis (the automatic order system) adalah metode
pengendalian bahan baku yang secara otomatis akan melakukan pemesanan bahan baku jika
persediaan mencapai jumlah tingkat pemesanan kembali. Metode ini akan optimal jika
digunakan komputer untuk mengadministrasikan persediaan bahan baku.
Metode ABC (the ABC plan) digunakan jika perusahaan mempunyai persediaan
bahan baku dalam jumlah besar dengan nilai yang berbeda-beda. Pengendalian bahan baku
yang nilainya tinggi berbeda dengan persediaan yang nilainya rendah. Dalam metode ABC,
persediaan bahan baku digolongkan menjadi tiga kelompok atas dasar nilainya, yaitu (1)
kelompok A yang nilainya tertinggi, (2) kelompok B yang nilainya sedang, dan (3)
kelompok C yang nilainya terendah. Kelompok A mempunyai karakteristik pengendalian
sebagai berikut: (1) jumlah persediaan minimal kecil, (2) tingkat review tinggi, (3) tingkat
pemesanan tinggi, (4) membutuhkan pencatatan rinci, dan (5) tingkat pengawasan tinggi.
Kelompok C mempunyai karakteristik pengendalian sebagai berikut: (1) jumlah persediaan
minimal besar, (2) tingkat review rendah, (3) tingkat pemesanan rendah, (4) tidak
membutuhkan pencatatan perpetual, dan (5) tingkat pengawasan rendah.

Contoh
Berikut ini adalah informasi tentang pemakaian bahan baku selama tahun 1999 dan harga
pokok bahan baku per unit.
Jenis Bahan Baku Pemakaian Bahan per Tahun Harga Pokok per Unit
1 800 unit Rp20.000,00
2 1.600 unit 7.500,00
3 2.600 unit 10.000,00
4 4.500 unit 1.000,00
5 4.500 unit 2.000,00
6 5.000 unit 50,00
7 5.000 unit 1.050,00
8 12.000 unit 50,00
9 14.000 unit 100,00
Pertanyaan:
Buatlah pengelompokkan bahan baku menurut metode ABC.

Akuntansi Biaya dhw – hal 9


1.4. Biaya Tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja merupakan biaya yang digunakan untuk memproses bahan menjadi
barang jadi. Biaya tenaga kerja dibedakan menjadi biaya tenaga kerja langsung dan biaya
tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang
langsung menangani proses pengubahan bahan menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja
langsung merupakan salah satu elemen biaya utama. Biaya tenaga kerja tidak langsung
menjadi elemen biaya overhead pabrik.

1.5. Akuntansi Biaya Tenaga Kerja


Akuntansi biaya tenaga kerja dibedakan ke dalam tiga kegiatan, yaitu (1) penghitungan
biaya tenaga kerja per karyawan, (3) perhitungan total biaya tenaga kerja, dan (3) alokasi
biaya tenaga kerja. Untuk melakukan kegiatan tersebut diperlukan dokumen kartu jam hadir
(time card/clock card) dan kartu jam kerja (labor job ticket). Kartu jam hadir mencatat jam
kerja karyawan setiap harinya, sedang kartu jam kerja mencatat jam kerja yang
dilakukannya untuk mengerjakan produk tertentu.

Contoh kartu jam hadir:

Nama karyawan: Bagus Santoso


No. Induk: 101115
Minggu yang berakhir: 8 Juli 2000
Minggu Senin Selasa Rabu Kamis Jum'at Sabtu
2/7/2000 3/7/2000 4/7/2000 5/7/2000 6/7/2000 7/7/2000 8/7/2000
- 08.00 08.00 08.00 08.00 08.00 -
- 12.00 12.00 12.00 12.00 12.00 -
- 16.00 16.00 16.00 16.00 16.00 -
Jumlah jam kerja normal: 35 jam Istirahat: jam 12.00 - 13.00
Lembur: 0 jam
Total jam kerja 35 jam

Contoh kartu jam kerja:

KARTU JAM KERJA

Produk No.: 100 Departemen: Pemotongan


Tanggal: 8/7/2000 Karyawan: Bagus Santoso
Mulai: 08.00 Tarif upah: Rp2.000,00
Istirahat: 1 jam
Berakhir: 16.00
Total: 7 jam Total upah: Rp14.000,00

Biaya tenaga kerja (upah) untuk setiap karyawan dihitung atas dasar "kartu jam hadir",
sedang biaya tenaga kerja secara total dihitung dengan menjumlah biaya tenaga kerja per
karyawan. Selanjutnya total biaya tenaga kerja ini harus dialokasikan/dibebankan kepada
pesanan tertentu, departemen tertentu atau produk tertentu yang menikmati biaya tersebut.
Pembebanan ini didasarkan atas jumlah jam kerja yang terdapat dalam "kartu jam kerja".

Akuntansi Biaya dhw – hal 10


Contoh
PT Makmur membayar gaji dan upah karyawannya setiap tanggal 25 per bulannya. Gaji dan
upah yang dibayar tanggal 25 Juli 2000 adalah:
Biaya tenaga kerja langsung (produksi) Rp10.000.000,00
Biaya tenaga kerja tidak langsung (produksi) 2.000.000,00
Biaya tenaga kerja Bagian Administrasi 5.000.000,00
Biaya tenaga kerja Bagian Pemasaran 3.000.000,00
Total gaji dan upah Rp20.000.000,00
Potongan-potongan:
Pajak penghasilan karyawan (1.500.000,00)
Iuran pensiun (400.000,00)
Iuran koperasi (100.000,00)
Gaji dan upah yang dibayar Rp18.000.000,00

Iuran pensiun dan iuran koperasi diserahkan oleh perusahaan setiap akhir bulan, sedang PPh
karyawan disetor ke kas negara melalui bank persepsi setiap tanggal 10 bulan berikutnya.
Pertanyaan:
1. Buatlah jurnal untuk mencatat pembayaran gaji dan upah pada tanggal 25 Juli 2000.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat penyerahan iuran pensiun dan iuran koperasi pada tanggal
31 Juli 2000.
3. Buatlah jurnal untuk mencatat setoran PPh karyawan pada tanggal 10 Agustus 2000.

1.6. Masalah Khusus yang Berhubungan dengan Biaya Tenaga Kerja


Masalah-masalah yang berhubungan dengan biaya tenaga kerja, termasuk akuntansinya,
terdiri atas (1) pajak, (2) shift premium, (3) overtime premium, (4) idle time, (5) minimum
guaranteed wage and incentive plans.

Pajak Penghasilan Karyawan

Pajak penghasilan karyawan adalah pajak yang dikenakan terhadap karyawan atas
penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

Contoh
Berikut ini adalah upah yang diterima oleh dua karyawan UD Aneka pada bulan Juli 2000:
Nama Hari Kerja Tarif Upah/Hari Status
Riyanto 24 Rp25.000,00 Kawin, tanpa anak
Novianto 25 Rp20.000,00 Kawin, 2 anak

Upah tersebut dibayar setiap akhir bulan, sedang PPh karyawan disetor ke kas negara setiap
tanggal 10 bulan berikutnya.
Pertanyaan:
1. Hitunglah PPh kedua karyawan tersebut untuk bulan Juli 2000.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pembayaran gaji dan upah pada tanggal 31 Juli 2000.
3. Buatlah jurnal untuk mencatat setoran PPh karyawan pada tanggal 10 Agustus 2000.

Akuntansi Biaya dhw – hal 11


1. Perhitungan PPh Karyawan:
a. Riyanto:
Upah Juli 2000 = 24 x Rp25.0000,00 = Rp600.000,00
Upah setahun = 12 x Rp600.000,00 = Rp7.200.000,00
PTKP setahun:
Untuk wajib pajak = Rp2.880.000,00
Untuk wajib pajak kawin = 1.440.000,00
4.320.000,00
Penghasilan kena pajak Rp2.880.000,00
PPh setahun = 10% x Rp2.880.000,00 = Rp288.000,00
PPh sebulan (Juli 2000) = Rp288.000,00/12 = Rp24.000,00

b. Novianto:
Upah Juli 2000 = 25 x Rp20.0000,00 = Rp500.000,00
Upah setahun = 12 x Rp500.000,00 = Rp6.000.000,00
PTKP setahun:
Untuk wajib pajak = Rp2.880.000,00
Untuk wajib pajak kawin = 1.440.000,00
Tambahan 2 anak = 2.880.000,00
7.200.000,00
Penghasilan kena pajak Rp0,00
PPh setahun = nihil
PPh sebulan = nihil

Biaya Gaji dan Upah = 1.100.000 dan PPh Karyawan 24.000

PBDP 1.100.000
Utang PPh Karyawan Rp24.000
Kas 1.076.000

Utang PPh Karyawan Rp24.000


Kas Rp24.000

Jika disesuaikan perhitungan PPH 21 nya dengan aturan sekarang!!!!!!


2. Perhitungan PPh Karyawan:
a. Riyanto:
Upah Juli 2008 = 24 x Rp25.0000,00 = Rp600.000,00
Upah setahun = 12 x Rp600.000,00 = Rp7.200.000,00
PTKP setahun:
Untuk wajib pajak = Rp13.200.000,00
Untuk wajib pajak kawin = 1.200.000,00
14.400.000,00
Penghasilan kena pajak Rp00,00
PPh setahun = Rp00,00
PPh sebulan (Juli 2008) = Rp0

Akuntansi Biaya dhw – hal 12


b. Novianto:
Upah Juli 2008 = 25 x Rp20.0000,00 = Rp500.000,00
Upah setahun = 12 x Rp500.000,00 = Rp6.000.000,00
PTKP setahun:
Untuk wajib pajak = Rp13.200.000,00
Untuk wajib pajak kawin = 1.200.000,00
Tambahan 2 anak = 2.400.000,00
16.800.000,00
Penghasilan kena pajak Rp0,00
PPh setahun = nihil
PPh sebulan = nihil

Shift Premium

Shift premium adalah perbedaan tarif upah yang disebabkan karena perbedaan shift
kerja. Shift premium ini diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik.

Contoh
PT Sentosa berproduksi dalam tiga shift setiap harinya, yaitu shift pertama: jam 07.00
s.d. 15.00, shift kedua: jam 15.00 s.d. 23.00, dan shift ketiga: jam 23.00 s.d. 07.00. Tarif
upah untuk shift pertama adalah Rp1.500,00, shift kedua Rp2.000,00, dan shift ketiga
Rp2.500,00. Dalam bulan Juli 2000, total jam kerja untuk setiap shift adalah: shift
pertama 50 jam, shift kedua 40 jam, dan shift ketiga 40 jam.
Pertanyaan:
1. Hitunglah total biaya tenaga kerja normal.
2. Hitunglah shift premium.
3. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja tersebut pada akhir Juli
2000 (asumsinya gaji dan upah dibayar tanggal 1 bulan berikutnya).

Akuntansi Biaya dhw – hal 13


Overtime Premium
Overtime premium (lembur) adalah selisih jam kerja di atas jam kerja normal dikalikan
dengan selisih tarif upah. Tarif lembur ditetapkan lebih tinggi dari pada tarif upah normal,
biasanya tarif upah lembur 1,5 kali tarif upah normal. Perlakuan akuntansi terhadap
overtime premium dipengaruhi oleh penyebab terjadi lembur. Ada tiga perlakuan
akuntansi terhadap overtime premium: (1) overtime premium diakui sebagai biaya
tenaga kerja tidak langsung (biaya overhead pabrik), (2) overtime premium diakui
sebagai biaya tenaga kerja langsung (persediaan barang dalam proses), dan (3)
overtime premium diakui sebagai elemen rugi-laba (rugi kelebihan jam kerja).
Overtime premium (lembur) diakui sebagai biaya overhead pabrik jika terjadinya lembur
sudah direncanakan sebelumnya. Overtime premium diakui sebagai persediaan barang dalam
proses jika terjadinya lembur karena kebutuhan tambahan waktu untuk segera
menyelesaikan pesanan atau produk tertentu sesuai permintaan. Overtime premium diakui
sebagai rugi kelebihan jam kerja jika terjadinya karena kesalahan karyawan atau
kemampuan karyawan yang rendah.
Contoh
Dalam bulan Juli 2000, jam kerja karyawan adalah 180 jam. Dari 180 jam kerja tersebut,
144 jam adalah jam kerja normal. Tarif jam kerja normal adalah Rp6.000,00, sedang tarif
jam lembur adalah Rp9.000,00. Upah bulan Juli 2000 akan dibayar pada awal Agustus 2000.
Pertanyaan:
1. Hitunglah biaya tenaga kerja normal dan overtime premium selama bulan Juli 2000.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada akhir Juli 2000 jika
overtime premium diakui sebagai biaya tenaga kerja tidak langsung.
3. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada akhir Juli 2000 jika
overtime premium diakui sebagai biaya tenaga kerja langsung.
4. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada akhir Juli 2000 jika
overtime premium diakui sebagai elemen rugi-laba.
Idle Time
Idle time adalah biaya tenaga kerja yang tetap dibayar walaupun karyawan tidak
mengerjakan proses produksi. Penyebab idle time dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (1)
sifat proses produksi menyebabkan karyawan tertentu harus menunggu terlebih dahulu pada
saat tertentu (2) karyawan mengganggur akibat kesalahan yang dilakukannya. Idle time yang
diakibatkan sebab pertama diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik, sedang yang
diakibatkan sebab kedua diperlakukan sebagai rugi idle time.
Contoh
Dalam bulan Juli 2000, Hartono bekerja selama 160 jam. Dari 160 jam kerja tersebut, 16
jam adalah idle time. Tarif upah per jam Rp8.000,00. Upah bulan Juli 2000 akan dibayar
pada awal Agustus 2000.
Pertanyaan:
1. Hitunglah biaya tenaga kerja normal dan idle time untuk Hartono.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan upah Hartono pada akhir Juli 2000 jika idle
time diakui sebagai biaya overhead pabrik.
3. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan upah Hartono pada akhir Juli 2000 jika idle
time diakui sebagai rugi idle time.

Akuntansi Biaya dhw – hal 14


Minimum Guaranteed Wage And Incentive Plans

Upah langsung biasanya dibayar atas dasar unit yang diproduksi atau jam kerja yang
dilakukan dikalikan dengan tarif upahnya. Untuk meningkatkan produktifitas karyawan,
banyak perusahaan yang menetapkan upah dengan sistem insentif. Sistem upah ini akan
menguntungkan baik bagi karyawan lama maupun karyawan baru. Karyawan lama dengan
tingkat kemahiran (skill) yang sudah tinggi mempunyai produktifitas di atas normal
sehingga selain mendapat upah normal juga akan mendapat insentif. Karyawan baru karena
belum mempunyai keahlian produktifitasnya di bawah normal tetapi karyawan tersebut tetap
mendapat upah normal. Sistem insentif semacam ini disebut the Gant Task System yang
contoh perhitungannya dapat dilihat dalam Contoh 1. Kekurangan produktifitas karyawan
baru diakui sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Selain the Gant Task System tersebut di atas, sistem insentif dapat menggunakan
Bonus Plan and the Taylor Differential Piece-Rate System. Dalam sistem ini, karyawan yang
telah memenuhi atau melampaui standar tertentu akan mendapat bonus. Standar tersebut
bisa berupa masa kerja atau unit produk. Bonus yang diterima karyawan akan diakui sebagai
biaya overhead pabrik sesungguhnya. Bonus ini umumnya akan diterima karyawan pada
akhir tahun. Perhitungan bonus dengan sistem ini dapat dilihat contohnya dalam Contoh 2.
Selain sistem tersebut di atas, peningkatan produktifitas karyawan dapat dilakukan
dengan memberikan uang cuti. Uang cuti yang diterima karyawan didasarkan atas standar
yang ditetapkan, misal masa kerja. Uang cuti ini diambil pada saat karyawan mengambil cuti
tahunan. Uang cuti akan diakui sebagai biaya overhead pabrik sesungguhnya. Perhitungan
uang cuti ini dapat dilihat contohnya dalam Contoh 3.

Contoh 1
PT Tinomas pada tahun 2000 menetapkan upah dengan sistem insentif. Karyawan langsung
pabrik dibayar dengan tarif upah Rp3.000,00 per unit dengan upah minimum Rp800.000,00
per bulan. Berikut ini adalah data unit produk yang dihasilkan oleh setiap karyawan yang
semuanya bekerja penuh dalam bulan Juli 2000.
Nama Unit Produk
Andi Hermanto 240 unit
Bagyo Purwanto 275 unit
Edi Santoso 250 unit
Feri Setiawan 285 unit
Gani Handoko 270 unit
Handi Nugroho 265 unit
Pertanyaan:
1. Hitunglah upah setiap karyawan atas dasar produktifitasnya, upah yang diterima setiap
karyawan, dan selisih kurang upah karyawan.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja bulan Juli 2000 tersebut jika upah
dibayar setiap tanggal 1 bulan berikutnya.

Akuntansi Biaya dhw – hal 15


Contoh 2

PT Candi Indah setiap akhir tahun memberi penghargaan berupa bonus sebesar dua bulan
upah kepada karyawan yang telah bekerja lebih dari satu tahun. Berikut ini adalah data masa
kerja dan upah per bulan karyawan PT Candi Indah pada bulan Juli 2000.
Nama Masa Kerja Upah Bulanan
Agung Susetyo 3 tahun Rp420.000,00
Bagus Indrawan 10 tahun 570.000,00
Candra Darusman ½ tahun 396.000,00
Dedi Hartawan 4 tahun 360.000,00
Endro Gunawan 5 tahun 468.000,00
Hary Ramelan 6 tahun 510.000,00
Pertanyaan:
1. Hitunglah bonus yang terutang untuk setiap karyawan per bulan.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada tanggal 31 Juli 2000.

Contoh 3

PT Harapan mempunyai kebijakan untuk memberikan uang cuti tahunan jika telah bekerja
selama 1 tahun. Pemberian uang cuti diatur dengan ketentuan sebagai berikut.
Masa kerja 1 .s.d. 5,99 tahun mendapat uang cuti 1 minggu upah.
Masa kerja 6 .s.d. 10 tahun mendapat uang cuti 2 minggu upah.
Masa kerja lebih dari 10 tahun mendapat uang cuti 3 minggu upah.
Berikut ini adalah data tentang masa kerja dan upah bulanan pada Juli 2000.
Nama Masa Kerja Upah Mingguan
Abu Asmoko 6 tahun Rp210.000,00
Cecep Lesmana 1½ tahun 180.000,00
Lambang Ashari 7 tahun 300.000,00
Landu Ismanto 5¾ tahun 270.000,00
Nanang Hadi 12 tahun 392.000,00
Sardi Haryanto 8 tahun 288.000,00
Tatang Yunus ½ tahun 150.000,00
Bondan Himawan 1 tahun 150.000,00
Toro Hermawan 9 tahun 300.000,00
Tino Sunarto 15 tahun 440.000,00
Pertanyaan:
1. Hitunglah uang cuti yang terutang untuk setiap karyawan per minggu.
2. Buatlah jurnal untuk mencatat pengakuan biaya tenaga kerja pada setiap minggu.

Akuntansi Biaya dhw – hal 16

You might also like