You are on page 1of 51

KATA PENGANTAR

Sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19


Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP) telah menyelesaikan Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan yang kemudian dikukuhkan menjadi
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan Nomor 23 Tahun
2006, serta Nomor 24 Tahun 2006 yang disempurnakan dengan Nomor
6 tahun 2007 tentang ketentuan pelaksanaannya. BSNP juga telah
menerbitkan Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.

Pengalaman melakukan persiapan untuk penyusunan Model


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Sekolah Menengah
Kejuruan (KTSP-SMK), ternyata berbagai ketentuan tentang
penyusunan KTSP yang termuat pada peraturan-peraturan tersebut,
termasuk pedoman penyusunannya, masih memerlukan analisis dan
upaya pensistematisan yang tidak sederhana, terutama karena ada
beberapa ketentuan yang saling terkait tapi berada pada dokumen yang
berbeda-beda. Atas dasar itulah, maka sesuai dengan tugas dan
fungsinya Direktorat Pembinaan SMK berupaya merevisi Bahan
Bimbingan Teknis Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2006 menjadi Edisi 2008 yang
sepenuhnya diturunkan secara sistematis dari peraturan-peraturan
tersebut dan pedoman pelaksanaannya.

Bahan bimbingan teknis hasil revisi ini diharapkan dapat


membantu para pihak yang terlibat dalam pengembangan dan

1
implementasi KTSP-SMK serta satuan pendidikan SMK pada umumnya
dalam upaya menerapkan peraturan-peraturan dimaksud. Pada
gilirannya, seperti yang diharapkan, setiap SMK atau kelompok SMK
akan mampu menyiapkan sendiri KTSP yang akan
diimplementasikannya.

Bahan bimbingan teknis (Bimtek) ini meliputi seri :

1. Teknik Penyusunan KTSP dan Silabus SMK;


2. Teknik Penyusunan RPP;
3. Teknik Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal SMK;
4. Teknik Penyusunan Modul;
5. Teknik Pelaksanaan Pengembangan Diri pada SMK;
6. Model-model Pembelajaran SMK;
7. Penilaian dan Pelaporan Hasil Belajar Peserta Didik SMK;
8. Implementasi Sistem Kredit Semester pada SMK;

Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi sehingga


terwujudnya seri buku bahan bimbingan teknis ini, kami ucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Jakarta, Oktober 2008


Direktur Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan,

Dr. Joko Sutrisno


NIP. 131415680

2
DAFTAR ISI

HAL
KATA PENGANTAR

i
DAFTAR ISI

iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.......................................................... ..............
.......................................................... ..............
1
B. Pelaksanaan Proses Pemelajaran
.......................................................... ..............
.......................................................... ..............
2

BAB II MODEL– MODEL PEMELAJARAN


A. Model Pembelajaran Produktif dengan
pendekatan Project work
.......................................................... ..............
.......................................................... ..............
7
B. Model-model pembelajaran alternatif
(Normatif dan Adaptif)
.......................................................... ..............
.......................................................... ..............
14

3
a. Quantum Teaching and Learning (QTL)
...................................................................
...................................................................
14
b. Contextual Teaching and Learning (CTL)
...................................................................
...................................................................
19
C. Menerapkan Multi Kecerdasan Dalam
Strategi ”PAKEM ”
.......................................................... ..............
.......................................................... ..............
22
D. Metode Pemelajaran PAKEM
.......................................................... ..............
.......................................................... ..............
32
.......................................................... ..............

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SPN), pasal 19,
dinyatakan bahwa :
(1) Proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dalam proses pembelajaran pendidik memberikan
keteladanan.
(3) Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan
pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.

5
Dipertegas dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar
Proses bahwa standar proses untuk satuan pendidikan dasar
dan menengah mencakup perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses
pembelajaran. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta
didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran
harus fleksibel, bervariasi dan memenuhi standar.

B. Pelaksanaan Proses Pembelajaran


Pelaksanaan Proses pembelajaran terdiri dari 3 (tiga)
tahapan yaitu:
1. Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu
pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk
membangkitkan motivasi dan menfokuskan perhatian
peserta didik untuk bepartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan guru;
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk
mengikuti proses pembelajaran,

6
b. mengajukan pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari,
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi
dasar yang akan dicapai,
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian
kegiatan sesuai silabus,

2. Inti
Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai Kompetensi dasar yang dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dalam kegiatan inti pelaksanaan pembelajaran
menggunakan metode yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat
meliputi proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru;
1) melibatkan peserta mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema materi yang akan

7
dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka
sumber
2) menggunakan beragam pendekatan
pembelajaran, media pembelajaran dan sumber
belajar lainnya
3) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta
didik serta dengan guru, lingkungan, dan sumber
belajar lainnya
4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran
5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan
di laboratorium, studio atau lapangan
b. elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru;
1) membiasakan peserta didik dalam membaca dan
menulis yang bergam melalui tugas-tugas tertentu
yang bermakna;
2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian
tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan
gagasan baru baik secara lisan maupun tertuluis;
3) memberi kesempatan untuk berpikir,
menganalisis, menyelesaikan masalah, dan
bertindak tanpa rasa takut;

8
4) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif;
5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara
sehat untuk meningkatkan prestasi belajar;
6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan
eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun
tulisan, secara individu atau kelompok;
7) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran,
turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
8) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan
yang menumbuhkan kebangggan dan rasa
percaya diri
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru;
1) memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun
hadiah terhadap keberhasilan peserta didik;
2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi
dan elaborasi peserta didik melalui berbagai
sumber;
3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi
untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah
dilakukan;

9
4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh
pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar:
a). berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator
dalam menjawab pertanyaan peserta didik
yang menghadapi kesulitan, dengan
menggunakan bahasa yang baku dan benar;
b). membantu menyelesaikan masalah;
c). memberi acuan agar peserta didik dapat
melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
d). memberi informasi untuk bereksplorasi lebih
lanjut;
e). memberi motivasi kepada peserta untuk
bereksplorasi lebih lanjut.
3. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan
dalam bentuk ;
a. bersama-sama dengan peserta didik dan atau sendiri
mebuat rangkuman/kesimpulan pelajaran;
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap
kegiatan yang telah dilakukan
c. meberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran

10
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedial, program pengayaan, layanan
konseling, dan atau meberikan tugas indivikdu
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar
peserta didik,
e. meyampaikan pembelajaran pada tahap berikutnya.

11
BAB II
MULTI KECERDASAN DALAM PEMBELAJARAN

Setiap peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda.


Kecerdasan peserta didik dalam belajar didasari beberapa jenis
kecerdasan yang ada, yang dikenal dengan multi kecerdasan.
Untuk lebih memberikan arti dalam proses belajar yang
dilakukan, seorang guru perlu memahami berbagai jenis
kecerdasan peserta didiknya, sehingga mampu dan dapat
menerapkan model, metode dan strategi pembelajaran yang
bervariasi agar dapat menjembatani proses belajar peserta
didiknya.
Beberapa jenis kecerdasan dan bagaimana strategi yang harus
dilakukan seorang guru dalam proses pembelajarannya akan
dibahas pada uraian di bawah ini.
A. Kecerdasan Linguistik (Lingustic Intellegence)
Merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata
dan penggunaan bahasa untuk mengekspresikan dan
memberi makna yang kompleks. Biasanya kecerdasan ini
dimiliki oleh para pengarang, penyair, jurnalis, pembicara,
dan penyiar berita. Beberapa karakteristik yang ada pada
orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan bahasa
antara lain adalah :

12
• Mendengarkan dan merespon setiap suara dan berbagai
ungkapan kata;
• Menirukan suara, bahasa, membaca dan menulis;

• Belajar melalui menyimak, membaca dan menulis serta


diskusi;
• Menyimak secara efektif, memahami, menguraikan,
menafsirkan dan mengingat apa yang diucapkan;
• Membaca secara efektif, memahami, meringkas,
menafsirkan atau menerangkan;
• Berbicara secara efektif kepada beragam pendengar,
beragam tujuan, dan mengetahui cara berbicara secara
sederhana, fasih, dan bergairah;
• Menulis secara efektif, memahami dan menerapkan
aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca dan kosakata
yang efektif;
• Memperlihatkan kemampuan untuk mempelajari bahasa
lainnya;
• Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis
dan membaca.
Kelas pada setiap pelajaran harus berupa lingkungan yang
kaya akan bahasa tempat peserta didik berbicara, berdiskusi
dan menjelaskan dan yang paling penting adalah mendorong
rasa ingin tahunya.

13
Pembentukan lingkungan pembelajaran Verbal-Linguistik :
• Kondisikan peserta didik untuk menceritakan suatu kisah
atau suatu masalah yang terkait dengan materi pelajaran;
• Beri kesempatan untuk memimpin suatu diskusi atau
debat;
• Tugaskan untuk membuat sebuah artikel;
• Beri kesempatan kepada peserta didik untuk
menghubungkan suatu artikel/cerita dengan realita atau
materi pelajaran;
• Tugaskan peserta didik untuk mempresentasikan
sesuatu pokok bahasan;
• Mengkondisikan kegiatan ”talk show” dalam suatu
program/materi;
• Menyusun suatu laporan/ resume/kajian pada suatu
topik/ materi yang relevan.

B. Kecerdasan Logika Matematika (Logical Mathematic


Intellegence)
Merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur dan
mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta
menyelesaikan operasi-operasi matematika. Kecerdasan
matamatika biasanya dimiliki oleh para ilmuwan, ahli
matematika, akuntan, insinyur, dan pemograman komputer.

14
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan matematika antara lain adalah :
• Merasakan berbagai tujuan dan fungsi mereka dalam
lingkungannya;
• Mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu
dan hubungan sebab akibat;
• Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan
realita;
• Menunjukkan keterampilan memecahkan masalah secara
logis;
• Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan;

• Mengajukan dan menguji hipotesis;

• Menggunakan bermacam-macam keterampilan


matematis, seperti memperkirakan, perhitungan logaritma,
menafsirkan statistik, dan informasi visual dalam bentuk
grafik;
• Berpikir secara sistematis dengan mengumpulkan bukti,
membuat hipotesis dan merumuskan berbagai model;
• Mengungkapkan ketertarikan dalam karir, seperti
akuntansi, TI, mesin dan ilmu kimia

15
Lingkungan belajar diupayakan beberapa menu-menu yang
terkait dengan logika matematis, antara lain:
• Menterjemahkan suatu pokok bahasan ke dalam rumus
matematika;
• Merencanakan dan memimpin suatu eksperimen;

• Menggunakan diagram venn untuk menjelaskan;

• Menggunakan analogi untuk menjelaskan;

• Mengkategorikan fakta-fakta;

• Merancang suatu simbol atau kode.

C. Kecerdasan Spasial (Spatial Intellegence)


Kemampuan membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam
tiga dimensi seperti yang dilakukan pelaut, pilot, pemahat,
pelukis, dan arsitek. Kecerdasan ini memungkinkan
seseorang merasakan bayangan eksternal dan internal,
melukiskan kembali, mengubah dan memodifikasi bayangan
dan obyek melalui ruang untuk menghasilkan suatu
gambar/grafik ataupun suatu benda .
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan spasial antara lain adalah :

16
• Belajar dengan melihat dan mengamati;
• Mengarahkan dirinya pada benda-benda secara efektif
dalam ruangan;
• Merasakan dan menghasilkan sebuah bayangan mental,
berpikir dalam gambar dan memvisualisasikan detail;
• Membaca grafik, bagan, peta, dan diagram visual;
• Menikmati gambar-gambar tak beraturan, lukisan, ukiran
atau obyek repro lain dalam bentuk yang dapat dilihat;
• Menikmati bentukan hasil tiga dimensi, seperti obyek
origami, jembatan tiruan dan maket;
 Cakap mendesain secara abstrak;
 Menciptakan bentuk baru dari media visual spasial.

Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait


dengan kecerdasan spasial, antara lain:
• Menciptakan sebuah pertunjukkan;
• Merancang sebuah poster, buletin, dan sejenisnya;
• Menggunakan suatu sistem memori untuk mempelajari;
• Menciptakan suatu karya;
• Membuat variasi bentuk dan ukuran dari suatu objek;
• Membuat suatu illustrasi, sketsa, denah dari suatu obyek;

17
• Menggunakan proyeksi untuk mengajar.

D. Kecerdasan Kinestetik Tubuh (Bodily Kinesthetic


Intellegence)
Kemampuan seseorang untuk menggerakkan suatu obyek
dan keterampilan-keterampilan fisik yang halus. Kemampuan
atau kecerdasan ini dimiliki oleh para atlit, penari, ahli bedah,
dan seniman.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan kinestetik antara lain adalah :
• Menjelajahi lingkungan dan sasaran melalui sentuhan dan
gerakan;
• Mengembangkan kerjasama dan rasa terhadap waktu;
• Belajar dengan lebih baik, jika terlibat langsung dan
berpartisipasi;
• Menikmati secara konkrit dalam mempelajari
pengalaman-pengalamannya, seperti perjalanan ke alam
bebas, berpartisipasi dalam bermain peran dan
permainan ketangkasan;
• Menunjukkan keterampilannya atau men-
demonstrasikan keahlian dalam bidangnya.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait
dengan kinestetik, antara lain:

18
• Bermain peran atau menirukan;

• Menciptakan suatu gerakan atau rangkaian gerakan untuk


menjelaskan;
• Menciptakan suatu model;
• Merancang suatu produk;
• Merencanakan dan menghadiri suatu perjalanan lapangan;
• Membuat suatu permainan atau sejenisnya.

E. Kecerdasan Musik (Musical Intellegence)


Merupakan kecerdasan yang memiliki sensitivitas pada pola
titian nada, melodi, ritme, dan nada seperti yang dimiliki oleh
komposer, musisi, kritikus, dan pembuat alat musik, bisa juga
seorang pendengar yang sensitif.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan musikal antara lain adalah :
 Mendengar dan merespon dengan ketertarikan terhadap
berbagai bunyi;
 Menikmati dan mencari kesempatan untuk
mendengarkan musik atau suara-suara alam pada
suasana belajar;
 Merespon terhadap musik secara kinestetik;
 Mengenali dan mendiskusikan berbagai gaya musik, aliran
dan variasi budaya;

19
 Mengoleksi musik dan informasi mengenai musik dalam
berbagai bentuk;
 Mengembangkan kemampuan menyanyi atau memainkan
instrumen secara sendiri;
 Mengembangkan referensi kerangka berpikir pribadi untuk
mendengarkan musik;
 Mengembangkan improvisasi dan bermain dengan
suara/bunyi.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu yang terkait dengan
kecerdasan musikal, antara lain:
 Meyajikan suatu pertunjukkan dengan iringan musik yang
tepat;
 Menyanyikan sebuah kritikan atau lagu;
 Menyajikan kelas musik dalam waktu singkat pada suatu
materi/pokok bahasan;
 Menggunakan musik untuk mempertinggi semangat belajar;
 Menuliskan suatu lirik lagu untuk suatu pokok
bahasan/materi.
F. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intellegence)
Merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi
dengan orang lain secera efektif, seperti yang dimiliki oleh
guru, pekerja sosial, artis atau politisi yang sukses.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan interpersonal antara lain adalah :

20
 Terikat dengan dan berinteraksi dengan orang lain;
 Membentuk dan menjaga hubungan sosial;
 Mengetahui dan menggunakan cara-cara yang
beragam dalam berhubungan dengan orang lain;
 Merasakan perasaan, pikiran, motivasi, tingkah laku
dan gaya hidup orang lain;
 Berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif dan menerima
bermacam peran yang perlu dilaksanakan;
 Mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain;
 Memahami dan berkomunikasi secara efektif, baik
secara verbal maupun non verbal;
 Menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan group yang
berbeda;
 Mempelajari keterampilan yang berhubungan dengan
penengah sengketa;
 Tertarik pada karir yang berorientasi interpersonal,
seperti mengajar, pekerjaan sosial dan konseling.

Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang


terkait dengan kecerdasan interpersonal, antara lain:
 Memimpin suatu rapat;
 Bersama seorang rekan menggunakan penyelesaian
masalah berat;

21
 Bermain peranan dengan berbagai perspektif;
 Mengatur dan ikut serta dalam sebuah kelompok;
 Mengajarkan orang lain tentang suatu hal;
 Berlatih memberi dan menerima umpan balik;
 Menciptakan suatu sistem /prosedur dari suatu kegiatan.

G. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intellegence)


Merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang
akurat tentang diri sendiri dan menggunakan
pengetahuannya untuk merencanakan dan mengarahkan
kehidupan seseorang, seperti yang dimiliki oleh ahli agama,
ahli psikologi dan ahli filsafat.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan
kecerdasan intrapersonal antara lain adalah :
 Sadar akan wilayah emosinya;
 Menemukan cara-cara dan jalan keluar untuk
mengekpresikan perasaan dan pemikirannya;
 Mengembangkan model diri yang akurat;
 Termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan
tujuannya;
 Membangun dan hidup dalam suatu sistem nilai etika
(agama);
 Bekerja mandiri;

22
 Mengatur secara kontinyu pembelajaran dan
perkembangan tujuan personalnya;
 Berusaha mencari dan memahami pengalaman batinnya
sendiri;
 Berusaha untuk mengaktualisasikan diri;

 Memberdayakan orang lain (memiliki tanggung


jawab kemanusiaan).
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait
dengan kecerdasan intrapersonal, antara lain:
 Menggambarkan bahwa kemampuan yang dimilikinya dapat
membantu menuju kesuksesan;
 Merangkai dan mengejar suatu tujuan;
 Menggambarkan perasaannya tentang sesuatu;
 Menggunakan acuan belajar;
 Membuat suatu jurnal;
 Menerima umpan balik dari orang lain;
 Mengomentari atau menilai hasil pekerjaannya.

H. Kecerdasan Natural (Naturalistic Intellegence)


Merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang
terkait dengan lingkungan alam dan merupakan kecerdasan
kedelapan dari kecerdasan yang tidak termasuk teori asli dari
Multiple Intelegences Gardner. Kecerdasan ini terkait

23
dengan sensitifitas terhadap alam dan faktor lingkungan,
misalnya mudah berinteraksi dengan hewan, mampu
memprediksi terjadinya perubahan alam, mudah mengenali
berbagai spesies hewan maupun tumbuhan. Kecerdasan ini
akan lebih mudah diwujudkan melalui pengumpulan dan
penganalisaan suatu subjek yang berhubungan dengan
alams.

BAB III
MODEL – MODEL PEMBELAJARAN

Model pembelajaran adalah rencana mengajar yang


memperlihatkan pola pembelajaran tertentu, dalam pola tersebut
dapat terlihat kegiatan guru-siswa di dalam mewujudkan kondisi
belajar atau sistem lingkungan yang menyebabkan terjadinya
belajar pada siswa. Di dalam pola pembelajaran yang dimaksud
terdapat karakteristik berupa rentetan atau tahapan
perbuatan/kegiatan guru-siswa. Pola pembelajaran dikenal
dengan istilah sintak ( Bruce Joyce, 1985)
Berdasarkan penjelasan pelaksanaan pembelajaran yang
tertuang pada Lampiran Permendiknas Nomor 41 tahun 2007,
tentang Standar Proses, II poin C, dinyatakan tentang beberapa
model pembelajaran alternatif yang dapat dikembangkan dan
digunakan secara inovatif sesuai dengan kebutuhan dan situasi
yang dihadapi di kelas serta untuk mendukung iklim belajar
PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan).

24
Iklim belajar PAKEM diharapkan dapat menumbuhkembangkan
secara optimal multi kecerdasan yang dimiliki setiap peserta
didik.
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan terkait dengan
iklim belajar PAKEM antara lain:

A. Model Project work


project work adalah model pembelajaran yang mengarahkan
peserta didik pada prosedur kerja yang sistematis dan
standar untuk membuat atau menyelesaikan suatu produk
(barang atau jasa), melalui proses produksi/pekerjaan yang
sesungguhnya.
Model pembelajaran projeck work sering digunakan untuk
program produktif.
Langkah-langkah pembelajaran project work
1. Perencanaan Project Work
a. Inventarisasi jenis pekerjaan (Job), standar
kompetensi dan produk yang dapat dihasilkan.
1) Inventarisasi Standar Kompetensi Lulusan
Inventarisasi standar kompetensi lulusan
dimaksudkan untuk mengidentifikasi standar
kompetensi yang terdapat dalam
kurikulum/silabus program keahlian yang
digunakan.
Standar Kompetensi yang ada pada Kurikulum/
Silabus
SK1 ………………………………………………..
SK2 ……………………...………….……………..
SK3 ……………………………...….……………..
Dst …......………………………………...……….

25
2) Inventarisasi Pekerjaan (Job)
Pendataan jenis pekerjaan (job) dapat mengacu:
jenis pekerjaan yang ada di kurikulum, Standar
Kompetensi Kerja (SKK) yang berlaku pada
program keahlian, dan atau standar pekerjaan
yang ada di DU/DI. Setiap program keahlian pada
umumnya memiliki lebih dari satu bidang/jenis
pekerjaan, yang memungkinkan di isi oleh
lulusan.
Jenis Pekerjaan (job) yang ada di masyarakat
P.1 ……………………………………………………
……..
P.2 ……………………………………………………
……..
P.3 ……………………………………………………
……..
Dst. ……………………………………………………
…….
3) Inventarisasi Produk (Barang/Jasa) Setiap
Pekejaan
Inventarisasi produk setiap pekerjaan
dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk yang
dapat dihasilkan dari setiap bidang/jenis
pekerjaan. Hal ini dimaksudkan agar pada setiap
pembelajaran peserta didik sudah memilki
orientasi terhadap produk.

Tabel 1. Daftar Nama Produk Setiap Bidang


Pekerjaan

26
Bidang/Jenis Nama Produk
No
Pekerjaan (barang/Jasa)
1 P1 Pr1
Pr2
2 P2 Pr3
Pr3
n Pn Pr4
Pr5

b. Analisis Standar Kompetensi Terhadap Produk


(Barang/Jasa)
Hasil inventarisasi standar kompetensi lulusan dan
bidang pekerjaan serta produk di atas, dimanfaatkan
untuk menganalisis standar kompetensi yang
dibutuhkan pada setiap produk dan bidang pekerjaan
dengan menggunakan tabel 2.

Tabel 2. Analisis Standar Kompetensi Terhadap Jenis


Produk
Standar
Kompe- Kode Standar Kompetensi
ten
SK SK SK SK SK SK
si SK4 SK5
1 2 3 6 7 n
Produk
Pr1 √ √ √

Pr2 √ √ √ √

27
Pr3

Prn

Baris pada kolom 1 diisi kode produk (nama


barang/jasa) sedangkan kolom pada tabel diisi
berikutnya dengan kode standar Kompetensi hasil
inventarisasi (Kurikulum/ silabus).
Menentukan standar kompetensi yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan produk (barang/jasa), dengan
memberi tanda cek list (√) pada kolom standar
kompetensi terkait.
Hasil analisis relevansi pada tabel 2 (contoh):
• Produk (Pr1) dapat dikerjakan dalam pembelajaran
SK1, SK2, SK4
• Produk (Pr2 ) dapat dikerjakan dalam pembelajaran
SK1, SK2, SK3 dan SK 5, demikian selanjutnya
untuk Produk yang lain.
• Produk (Pr1) dan (Pr2 ) dapat digunakan sebagai
pilihan oleh peserta didik sebagi media
pembelajaran untuk SK1 dan SK2
• Setelah seluruh standar kompetensi teridentifikasi
terhadap produk yang ada, maka guru
menetapkan alternatif produk yang akan
dikembangkan untuk setiap standar kompetensi
yang dipelajari, sebagai alternatif produk yang
dapat dipilih peserta didik.

c. Penetapan Bukti Belajar/Evidence of Learning

28
Berdasarkan hasil analisis standar kompetensi
terhadap produk, guru diminta untuk menetapkan
bukti-bukti belajar (Evidence Of Learning) yang
akan digunakan sebagi acuan dalam penilaian
hasil belajar peserta didik. Tabel 3

d. Penyusunan Bahan Ajar/ Modul


Bahan ajar/modul sebagai salah satu sumber
belajar yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
digariskan dalam kurikulum. Untuk itu guru perlu
menyiapkan bahan ajar/modul dengan
mempertimbangkan standar kompetensi, produk
hasil belajar dan bukti belajar yang direncanakan.
Penyusunan bahan ajar/modul dapat mengacu
pada rambu-rambu yang telah ditetapkan.

2. Pelaksanaan Model Pembelajaran Pendekatan Project Work


Pembelajaran dengan pendekatan Project Work
dilaksanakan dengan langkah sebagai berikut:

a. Guru
• menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai
• menyampaikan strategi pembelajaran dengan
pendekatan project work
• menyampaikan alternatif judul/nama produk/jasa
yang dapat dipilih peserta.

29
• menyampaikan ruang lingkup standar kompetensi
yang akan dipelajari oleh peserta didik dalam
setiap judul/nama produk/jasa
• menyusun dan menetapkan pedoman penilaian
kompetensi sesuai dengan judul project work
• memfasilitasi bimbingan kepada peserta didik
dengan memanfaatkan lembar bimbingan.

b. Peserta didik
• memilih salah satu judul/nama produk/jasa yang
dilanjutkan, menyusun proposal/rencana dengan
lay out sebagi berikut:

− LATAR BELAKANG
− KEUNGGULAN DAN FUNGSI
PRODUK/JASA.
− SKETSA/GAMBAR KERJA (jika diperlukan)
− BAHAN
− FASILITAS/PERALATAN.
− PROSES PRODUKSI (SISTEMATIKA KERJA)
− RENCANA ANGGARAN BIAYA
− SASARAN PASAR/PENGGUNA
− JADWAL PELAKSANAAN

• melakukan proses belajar sesuai dengan proses


produksi (sistematika kerja) yang telah
direncanakan.

30
Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan rambu-
rambu yang telah ditetapkan dalam proposal,
dengan bimbingan dan pengawasan. Proses ini
menekankan pada pencapaian standar
kompetensi yang dibuktikan dengan bukti belajar
(learning evidence) dan diorganisir dalam
portofolio sebagai bahan verifikasi.
• mengorganisasikan bukti belajar (evidence)
sebagai portofolio,
• melaksanakan kegiatan kulminasi,
• menyusun laporan sesuai dengan pengalaman
belajar yang diperoleh.

3. Penilaian Hasil Belajar


Penilaian hasil belajar dengan pendekatan project work pada
dasarnya adalah penilaian standar kompetensi yang meliputi
penilaian aspek pengetahuan, keterampilan, sikap,
kesesuaian produk/jasa, dan kesesuaian waktu pelaksanaan
yang terintegrasi pada komponen: penyusunan proposal,
pelaksanaan proses produksi, laporan, kegiatan, dan
kulminasi (presentasi/ pengujian/penyajian/display).
Peserta didik dinyatakan kompeten apabila memenuhi
standar minimal yang dipersyaratkan pada indikator dari
setiap kompetensi dasar. Penetapan pencapaian nilai
peserta uji mengacu pada Pedoman Penilaian dan
Pelaporan Hasil Belajar Peserta Didik SMK.

B. Quantum Teaching and Learning (QTL)

31
Merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan
untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi
peserta didik. Filosofi pendekatan pembelajaran Quantum
dikenal dengan istilah TANDUR yang merupakan
kepanjangan dari :

T = Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan


menunjukkan manfaat dari kompetensi yang
dipelajari bagi kehidupan peserta didik

A = Alami, ciptakan dan berikan pengalaman


langsung yang dapat dimengerti semua
peserta didik

N = Namai, berikan kata-kata kunci, konsep, model,


rumus, strategi, untuk mudah diingat dan
dipahami

D = Demonstrasikan, sediakan waktu dan


kesempatan bagi peserta didik untuk
menunjukkan kemampuan yang diperoleh
selama proses pembelajaran

U = Ulangi, tunjukkan pada peserta didik cara


mengulangi materi dan tegaskan bahwa “Aku
tahu bahwa aku memang tahu”

R = Rayakan, akui hasil belajar peserta didik, baik

32
dalam bentuk penyelesaian, partisipasi,
perolehan keterampilan ataupun ilmu
pengetahuan dan beri penghargaan

1. Pendekatan Pembelajaran Quantum

Kelas merupakan komunitas belajar yang menjadi tempat


untuk meningkatkan kesadaran, daya dengar, partisipasi,
umpan balik dan pertumbuhan bagi peserta didik, dimana
peserta didik mencari dan terbuka terhadap umpan balik,
serta tempat peserta didik mengalami perubahan,
kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar
mengakui dan mendukung orang lain, serta belajar dan
tumbuh sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Untuk membentuk lngkungan kelas yang diharapkan diperlukan


langkah-langkah berikut:

1. bangun ikatan emosional .

Kunci untuk membangun ikatan emosional tersebut, adalah


dengan menciptakan kesenangan dalam belajar, menjalin
hubungan, dan menyingkirkan segala ancaman dari
suasana belajar.

2. Jalin rasa simpati & saling pengertian

33
Untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik pada proses
pembelajaran, guru harus membangun hubungan, yaitu
dengan menjalin rasa simpati dan saling pengertian.

3. Ciptakan keriangan & ketakjuban

tumbuhkan lebih banyak kegembiraan dalam pengajaran,


melalui pemberian afirmasi (penguatan atau penegasan),
pengakuan, dan perayaan,

4. Pengambilan Resiko

Sebagian peserta didik menjadi pelajar yang baik dengan


mengambil resiko yang berani, karena telah berani
menghabiskan sebagian waktunya setiap hari untuk datang
ke sekolah, mengenal orang-orang yang belum diketahui
sebelumnya, dan sebagainya yang merupakan resiko
peserta didik dalam memasuki proses belajarnya.

5. Ciptakan rasa saling memiliki

Umumnya semua peserta didik ingin merasa saling memiliki,


karena dengan rasa saling memiliki akan membuat nilai
tambah, serta merasa berdaya dan diterima di dalam
kelompoknya. Dengan rasa saling memiliki akan

34
menciptakan rasa kebersamaan, kesatuan, kesepakatan
dan dukungan dalam belajar.

6. Beri keteladanan

Keteladanan guru menjadi hal yang ampuh untuk


membangun hubungan dan memahami perasaan orang lain,
sehingga akan menambah penguatan dalam proses
pembelajaran yang dilakukan.

Langkah-langkah pembelajaran quantum:

1. Tentukan tujuan pembelajaran

Komunitas dalam belajar memiliki tujuan yang sama


dimanapun berada, baik di kelas, di sekolah maupun di
lembaga diklat lainnya, yaitu mengembangkan kecakapan
peserta didik dalam mata pelajaran yang diajarkan.

2. Yakinkan kemampuan peserta didik dalam belajar, dan


kemampuan Anda dalam mengajar

3. Jaga agar komunitas kelas tepat berjalan agar peserta didik


tetap memiliki minat yang tinggi

Lingkungan yang mendukung model pembelajaran quantum


antara lain :

35
- Poster ikon, poster afirmasi, penggunaan warna, alat bantu
dapat digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran, kemampuan guru dan fasilitas yang dimiliki
lembaga diklat.

- Pengaturan tempat duduk peserta didik berperan penting


dalam proses pembelajaran, karena dapat memberi
kebebasan kepada peserta didik untuk mengatur posisi
tempat duduk guna mempermudah terjadinya interaksi yang
diharapkan

- Tumbuhan, aroma dan unsur organik lainnya, dapat


memperkaya kesegaran ruangan kelas

- Musik dapat digunakan untuk menata suasana hati,


mengubah keadaan mental peserta didik, serta mendukung
lingkungan belajar,

C. Contextual Teaching and Learning (CTL)


Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning)
merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan
bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi
pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi
tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari
(konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa
memiliki pengetahuan/keterampilan yang secara fleksibel

36
dapat diterapkan (ditransfer) dari satu
permasalahan/konteks ke permasalahan/-konteks lainnya.
Karakteristik Pembelajaran Berbasis Ctl
• Kerjasama
• Saling menunjang
• Menyenangkan
• Tidak membosankan
• Belajar dengan bergairah
• Pembelajaran terintegrasi
• Menggunakan berbagai sumber
• Siswa aktif

Guna mewujudkan model pembelajaran CTL yang memiliki


karakteristik seperti di atas, seorang guru perlu mengkondisikan
dan mempersiapkan materi pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran serta mengkaitkannya dengan realitas dan
kebenaran (kontruktivisme). Untuk itu guru perlu memahami hal-
hal yang terkait dengan peserta didik berikut:
 Belajar adalah kegiatan aktif, dimana peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya, mencari sendiri arti dari
apa yang mereka pelajari dan bertanggung jawab terhadap
hasil belajarnya.
 Belajar bukanlah suatu proses mengumpulkan sesuatu,
tetapi merupakan suatu proses menemukan sesuatu melalui

37
perkembangan pemikiran yang berkembang dengan
membuat kerangka pengertian yang baru.
 Peserta didik mempunyai cara untuk mengerti sendiri,
sehingga setiap peserta didik perlu mengerti kekhasan,
keunggulan dan kelemahannya dalam mengahdapi sesuatu.

Sedangkan jika ditinjau dari sudut guru sebagai pengajar adalah:


 Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru ke
peserta didik, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan
peserta didik membangun sendiri pengetahuannya.
 Mengajar berarti berpartisipasi dengan peserta didik dalam
membentuk pengetahuan, membuat makna,
mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, mengadakan
justifikasi.
 Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang
membantu agar proses belajar peserta didik berjalan dengan
baik, sehingga proses belajar lebih ditekankan pada peserta
didik yang belajar.

1. Komponen CTL
1) INQUIRY (merumuskan masalah)
Bagaimanakah cara melukiskan suasana kerja di suatu unit
kerja? Dapat dilakukan antara lain dengan melakukan:
 Mengamati atau melakukan observasi

38
 Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan atau
gambar.
 Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada
pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain.
2) QUESTIONING ( bertanya)
Questioning dapat diterapkan antara peserta didik dengan
peserta didik, antara guru dengan peserta didik, antara
peserta didik dengan guru atau antara peserta didik dengan
orang lain yang didatangkan ke kelas. Bisa juga dilakukan
saat berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika mengamati
atau ketika menemui kesulitan.
3) KONSTRUKTIVISME
Merancang pembelajaran dalam bentuk peserta didik
bekerja praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik,
menulis karangan, mendemonstrasikan atau menciptakan
ide.
4) LEARNING COMMUNITY (masyarakat belajar)
Dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam
pembelajaran dan materi yang akan diberikan, antara lain
pembentukan kelompok kecil, kelompok besar,
mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas
sederajat atau bekerja dengan kelas di atasnya, serta
bekerja dengan masyarakat di lingkungan sekolah.
5) AUTHENTIC ASSESSMENT (penilaian yang sebenarnya)

39
 Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya hasil.
 Menilai pengetahuan dan keterampilan (performansi)
yang diperoleh peserta didik.
 Penilai tidak hanya oleh guru, tetapi juga bisa teman
atau orang lain.
 Karakteristik Penilaian dilaksanakan selama dan
sesudah proses pembelajaran berlangsung, bisa
digunakan untuk formatif maupun sumatif.
 Yang diukur pengetahuan dan keterampilan, bukan
mengingat fakta, tetapi berkesinambungan, terintegrasi
dan dapat digunakan sebagai feed back.
6) MODELING (permodelan)
Guru bukan satu-satunya model, tetapi bisa juga model dari
peserta didik yang memiliki suatu kelebihan untuk
mendemonstrasikan kemampuannya atau dari pihak luar
yang bertindak sebagai native speaker.
7) REFLECTION (refleksi)
Bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah
diketahui, dan hal-hal yang belum diketahui agar dapat
dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Realisasinya
dapat berupa:
 Pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya hari
itu.
 Catatan atau jurnal peserta didik.

40
 Kesan dan saran peserta didik mengenai pembelajaran
hari itu.
 Diskusi.
 Hasil karya.
Pelaksanaan model pembelajaran CTL, dilaksanakan dengan
langkah sebagai berikut
• Mengkaji konsep atau teori (materi ajar) yang akan dipelajari
oleh siswa.
• Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa
melalui proses pengkajian secara seksama.
• Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa,
selanjutnya memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau
teori yang akan dibahas.
• Merancang pengajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori
yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman siswa
dan lingkungan kehidupannya.
• Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa
untuk mengkaitkan apa yang sedang dipelajari dengan
pengetahuan/pengalaman sebelumnya dan fenomena
kehidupan sehari-hari, serta mendorong siswa untuk
membangun kesimpulan yang merupakan pemahaman siswa
terhadap konsep atau teori yang sedang dipelajarinya.

41
• Melakukan penilaian autentik (authentic assessment) yang
memungkinkan siswa untuk menunjukkan penguasaan tujuan
dan pemahaman yang mendalam terhadap pembelajarannya,
sekaligus pada saat yang bersamaan dapat meningkatkan
dan menemukan cara untuk peningkatan pengetahuannya.
D. Problem-Based Learning (PBL)
1. Definisi PBL
PBL adalah pembelajaran yang didasari oleh dorongan
penyelesaian masalah. Pengertian tersebut sejalan dengan
yang diutarakan oleh Barrows & Tamblyn:
“…the learning which result from the process of working
towards the understanding of, or resolution of, a problem.”
(Barrows & Tamblyn, 1980)
Sebagai model pembelajaran, PBL menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru.

2. Prinsip Dasar
 Pembelajaran berangkat dari adanya masalah (soal,
pertanyaan, dsb) yang perlu diselesaikan.

 Masalah yang dihadapi akan merangsang siswa untuk


mencari solusinya; siswa mencari/membentuk
pengetahuan baru untuk menyelesaikan masalah.

42
3. Tujuan PBL
 Mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses
belajar

 Menilai sejauh mana pemahaman siswa tentang materi


yang dipelajari

4. Beberapa Kelebihan PBL


 PBL merangsang keterbukaan pikiran serta mendorong
siswa untuk melakukan pembelajaran yang reflektif,
kritis dan aktif.

 PBL merangsang siswa untuk bertanya dan menggali


pengetahuan secara mendalam

 PBL mencerminkan sifat alamiah pengetahuan yaitu:


pengetahuan kompleks dan berubah-ubah sesuai
kebutuhan sebagai respons terhadap masalah yang
dihadapi

5. Kompetensi yang dikembangkan


 Beradaptasi dan berpartisipasi dalam perubahan

43
 Mengenali dan memahami masalah dan mampu membuat
keputusan yang beralasan dalam situasi baru

 Menalar secara kritis dan kreatif

 Mengadopsi pendekatan yang lebih universal atau


menyeluruh.

 Mempraktekkan empati dan menghargai sudut pandang


orang lain

 Berkolaborasi secara produktif dalam kelompok

 Menemukenali kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta


menemukan cara untuk mengatasi kelemahan diri; self-
directed learning.

6. Karakteristik Masalah PBL


 Masalah dapat berbentuk tugas melakukan sesuatu,
pertanyaan atau hasil identifikasi dari keadaan yang ada di
sekitar siswa.

 Masalah berupa tugas yang tidak memiliki struktur yang


jelas sehingga merangsang siswa untuk mencari informasi
untuk memperjelasnya.

44
 Masalah harus cukup kompleks dan ambigu (taksa)
sehingga siswa terdorong untuk menggunakan strategi-
strategi penyelesaian masalah, teknik dan ketrampilan
berpikir.

 Masalah harus bermakna dan ada hubungannya dengan


kehidupan sehari-hari sehingga siswa termotivasi
mengarahkan dirinya untuk menyelesaikan masalah dan
mengujinya secara praktis.

7. Sumber Pembelajaran
 Bahan bacaan (baik yang disediakan secara langsung
maupun yang ada di sekitar tempat belajar)

 Informasi dari narasumber (ada dijelaskan sekilas dan


ada yang berdasarkan pertanyaan siswa)

 Lingkungan dan hasil uji coba praktis

 Sumber-sumber lain yang dapat diakses siswa

8. Metode dalam PBL


 Diskusi kelompok

 Belajar mandiri (individual)

45
 Eksperimen kelompok

 Observasi gejala dan wawancara terhadap narasumber.

 Komparasi dengan hasil-hasil penyelesaian masalah yang


sudah ada.

9. Karakteristik Kelompok
 Dibagi secara acak

 Jumlah berkisar antara 5-8 orang

 Heterogen (latar belakang dan kemampuan cukup


beragam)

 Waktu kerja disesuaikan dengan jadwal belajar dan


kesediaan anggota kelompok

10. Peran Guru


 Guru berperan sebagai fasilitator.

 Menyusun ‘trigger problems’.

 Guru juga dapat berperan sebagai narasumber,


terutama utk informasi yang sulit diperoleh dari sumber
lain.

46
 Memastikan jalannya proses pembelajaran dan setiap
anggota kelompok terlibat

 Melakukan evaluasi

11. Langkah-langkah PBL:


 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan
logistik yang dibutuhkan. Memotivasi peserta didik terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
 Guru membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas,
jadwal, dll.)
 Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data,
hipotesis, pemecahan masalah.
 Guru membantu peserta didik dalam merencanakan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan
membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
 Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-
proses yang mereka gunakan

47
48
Contoh Pelaksanaan PBL
Proses Sasaran Hasil
Tutor memulai sesi dengan Siswa dirangsang untuk dapat Pembelajaran tentang
presentasi masalah mengidentifikasi masalah konteks masalah dan ruang
konkret lingkup materi
Siswa mencari dan menyusun Siswa aktif menggali berbagai Belajar secara kumulatif dan
kerangka berpikir untuk sumber untuk memperoleh mengaitkan berbagai
menyelesaikan masalah info yang dibutuhkan pengetahuan
Siswa menguji pendekatan Siswa melatih kemampuan Meningkatkan
dan solusi masalah mereka logika dan analisis perkembangan mental lebih
kompleks
Siswa mengevaluasi dan Membandingkan dengan Memperoleh tambahan
merevisi solusi mereka; kelompok lain dan menerima pengetahuan tentang
memanfaatkan feed-back umpan balik masalah
Siswa menyusun ‘teori’ baru Siswa belajar melakukan Mampu mengintegrasi
berdasarkan pengalaman abstraksi dan generalisasi pengetahuan yg diperoleh
penyelesaian masalah brdasarkan pengalaman dari pengalaman
Siswa menerapkan ‘teori’ utk Siswa menguji apakah Mampu membuat solusi yg
membahas masalah baru + pengetahuan yg diperolehnya realistik dan tepat-guna.
evaluasi kritis berguna/ tidak.
49
E. MODEL MENGAJAR INQUIRY TRAINING
1. Pengertian
Model mengajar Inquiry Training adalah model pembelajaran
yang diarahkan untuk membantu peserta didik
mengembangkan keterampilan intelektual yang terkait dengan
penalaran sehingga mampu merumuskan masalah,
membangun konsep dan hipotesis serta menguji untuk
mencari jawaban
2. Langkah-Langkah Kegiatan Belajar
 Phase satu : Mengidentifikasi masalah
 Phase dua : Mengumpulkan informasi yang dilihat dan
dialami terkait dengan masalah
 Phase tiga : Mengelompokkan data
- Memisahkan variabel-variabel yang relevan
- Membuat hipotesa tentang hubungan-hubungan
penyebab
 Phase empat : Mengorganisasikan data dan
memformulasikan suatu paparan
 Phase lima : Menganalisa strategi inquiri dan
mengembangkan model peneluan yang lebih efektif

50
F. Model Bermain Peran (Role Playing)
1. Pengertian
Model pembelajaran yang digunakan untuk mengembangkan
kemampuan analogi tentang situasi permasalahan kehidupan
yang sebenarnya
2. Langkah-Langkah Pembelajaran
 Phase pertama Memotivasi kelompok dengan :
Mengidentifikasi dan menjelaskan masalah,
menginterpretasikan; mengekplorasi isu-isu,menjelaskan
peran
 Phase kedua memilih peran
 Phase ketiga menyiapkan pengamat
 Phase keempat menyiapkan tahap-tahap peran
 Phase kelima pemeranan
 Phase keenam diskusi dan evaluasi
 Phase ketujuh pemeranan ulang
 Phase kedelapan diskusi dan evaluasi
 Phase kesembilan membagi pengalaman dan menarik
generalisasi

51

You might also like