You are on page 1of 22

Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

BAHSTUL MASA’IL WAQI’IYAH


KEMISKINAN DAN ANGGARAN

PONDOK PESANTREN ARIS KALIWUNGU,


7 & 8 SEPTEMBER 2007

PP LAKPESDAM NU - PWNU JATENG

I. PENYUSUNAN APBD.

1. Deskripsi Masalah.

Anggaran pemerintah merupakah instrumen kebijakan paling penting yang menjadi


alat yang digunakan pemerintah untuk mencapai tujuan-tujuan ekonomi dan
pembangunan. Adanya anggaran berarti adanya pembangunan yang bertujuan untuk
mensejahterakan rakyat dan mengentaskan kemiskinan.

APBD sebagai rencana keuangan daerah dalam kurun waktu satu tahun tentang
pengeluaran dan sumber pendapatan merupakan kesepakatan tertulis antara eksekutif
dan legislatif dalam bidang keuangan untuk keperluan pembangunan daerah dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, listik,
air bersih, transportasi, pemukiman, dan pengelolaan sumber daya alam.

Mengingat pentingnya APBD bagi masyarakat luas, alangkah baiknya kalo proses
APBD didorong untuk melibatkan masyarakat dan diawasi agar implementasinya bisa
dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Karena anggaran bisa
menjadi alat akuntabilitas yang berisi pertanggung jawaban pemerintah atas
penggunaan uang rakyat. Kegiatan memantau dan mengawal proses anggaran sama
pentingnya dengan menjaga agar pelaksanaan pembangunan daerah dapat bermanfaat
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

2. Pertanyaan dan Jawaban

1. Pertanyaan : Bagaimana hukum para pejabat eksekutif dan legislatif dalam


menyusun dan menetapkan APBD yang tidak memihak kepentingan rakyat
miskin?
Jawaban : Hukumnya haram, karena penyusunan APBD yang tidak memihak
pada rakyat adalah termasuk perilaku dzolim.
2. Pertanyaan : Apakah hukum keikutsertaan masyarakat dalam menentukan dan
mengawasi APBD?
Jawaban : Hukumnya fardlu kifayah, karena peran serta masyarakat dalam
pengawasan APBD adalah bagian dari amar ma’ruf nahi munkar.
3. Pertanyaan : Bagaimana hukum pengalokasian dana APBD yang lebih dititik
beratkan pada belanja pegawai daripada keperluan pembangunan daerah dalam
rangka memenuhi kebutuhan dasar masyarakat?

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 1


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

Jawaban : Hukumnya haram, karena penyusunan APBD yang tidak memihak


pada rakyat adalah termasuk perilaku dzolim.

3. Uraian Jawaban
Uang negara pada hakekatnya adalah uang Allah SWT yang di amanatkan kepada
pemerintah. Sedangkan anggaran yang di buat pemerintah merupakan instrumen
dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan yang mensejahterakan rakyat dan
sekaligus menjadi alat akuntabilitas yang berisi pertanggungjawaban pemerintah atas
penggunaan uang rakyat. Maka oleh karena itu proses dalam penyusunan dan
penetapannya harus benar-benar menghayati aspirasi kemaslahatan rakyat yaitu
terjaminnya kebutuhan dhoruriyah (kebutuhan primer), dan terpenuhinya kebutuhan
hajjiyah dan tahsiniyah (kebutuhan skunder).

Menurut perspektif fiqh acuan dasar dalam mewujudkan cita kemaslahatan itu
minimal dengan tercukupinya lima hak dan jaminan dasar manusia (al-ushul al-
khoms). Kelima prinsip dasar tersebut adalah :

a. Perlindungan hak menyakini dan menjalankan agamanya (hifzh al-din)


b. Perlindungan hidup untuk tumbuh dan berkembang secara layak serta
keselamatan jiwa dari kesewenang-wenangan (hifz al-nafs).
c. Perlindungan keselamatan pengembangan dan pendayagunan akal dalam
berekspresi, mengeluarkan opini dan aktivitas ilmiah lainnya (hifz al-aql)
d. Perlindungan hak atas harta benda, properti dan lain-lain dari monopoli, korupsi,
pencuri, oligopoli dan lain-lain (hifz al-mal)
e. Perlindungan hak keturunan yaitu jaminan akan masa depan generasi penerus
yang lebih baik dan berkualitas (hifz al-nasl).

532





 





 – 





PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 2


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

  

 

197



Mengingat akan pentingnya sebuah anggaran bagi masyarakat luas, seharusnya para
pejabat eksekutif dan legislatif di dalam menyusun dan menetapkan anggaran harus
benar-benar memihak kepada aspirasi kemaslahatan rakyat dan memprioritaskan
kebutuhan yang paling mendesak tanpa diskriminasi apapun (di sesuaikan dengan
kondisi dan situasi masyarakat yang terus berkembang). Karena menurut pandangan
syara’ kebijakan pemerintah yang boleh di laksanakan adalah kebijakan yang sesuai
dengan aspirasi kemaslahatan rakyat. Dengan kata lain kebijakan pemerintah yang
tidak menunjukkan komitmen tersebut dalam pandangan syara’ di anggap batal
(tidak legitimate).

1382



 

752 

  

                  

 

84

– –  

 

121

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 3


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran













  



Berdasarkan prinsip di atas, pemerintah membutuhkan forum musyawarah tahunan


yang di laksanakan secara partisipatif dengan di ikuti oleh pemangku kepentingan
(stakeholder’s) sesuai tingkatannya untuk mengatasi permasalahan masyarakat atau
pihak-pihak yang terkena dampak dari hasil musyawarah dalam rangka membuat
kesepakatan tentang rencana kegiatan tahunan anggaran berikutnya.

21020913













Dengan demikian, hukum para pejabat eksekutif dan legislatif yang menyusunan dan
menetapan anggaran yang tidak memihak kemaslahatan rakyat adalah haram. Karena
hal ini termasuk penyelewengan uang negara baik untuk kepentingan pribadi atau di
salahgunakan untuk hal-hal yang merugikan rakyat dan berlawanan dengan aspirasi
kemaslahatan rakyat. Oleh karena itu apabila sampai terjadi akan adanya
penyelewengan anggaran, maka status uang yang diselewengkan tersebut hukumnya
juga haram.
644

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 4


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

 

    

. 

89

                



271

 

 





     



Jadi kesimpulannya, ketaatan yang mutlak adalah ketaatan kepada Allah SWT dan
RasulNya. Adapun ketaatan kepada ulil amri (pemerintah) hanya merupakan ketaatan
yang bersifat tidak mutlak, yakni ketergantungan kewajiban ketaatan kepada mereka
yang apabila perintah dan kebijakannya sejalan dengan perintah Allah dan Rasulnya.
Dengan demikian, ketika kebijakan pemerintah tidak sejalan dengan perintah Allah
dan RasulNya, maka rakyat mempunyai kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar
(hak rakyat untuk melakukan kontrol dan memberikan koreksi terhadap ulil amri
dengan cara-cara yang baik).

23021412

 –      

  

224

  

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 5


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

 

 





12211110

   



 .5958 



– – 









II. PENGGUSURAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL)

1. Deskripsi masalah.

Pedagang kaki lima adalah sekelompok masyarakat kecil yang mengais rizqi di
pinggir jalan, bahkan ke badan jaln ditempat-tempat tertentu yang mudah diakses
oleh para calon pembeli. Setiap hari mereka juga ditarik retribusi oleh pihak
pemerintah. Namun pada suatu ketika pemerintah melakukan razia dengan dalih
mengganggu keindahan, keamanan wilayah, penataan wilayah dan lain-lain. Mereka
yang tertangkap disita dagangannya, peralatannya dirusak dan dihancurkan agar
mereka jera. Akibat penggusuran tersebut akhirnya mereka kehilangan tempat usaha,
peralatan, dan barang dagangan yang mengakibatkan mereka kehilangan mata
pencaharian.

2. Pertanyaan dan Jawaban.

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 6


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

1) Pertanyaan: Apakah dari kaca mata hukum islam penarikan dana retribusi
sudah merupakan legalitas pemerintah terhadap para PKL yang menggelar
dagangannya ke badan jalan?
Jawaban: Bukan termasuk legalitas pemerintah, karena dalam penggunaan badan
jalan tidak diharuskan mendapat ijin dari pemerintah (selama tidak mengganggu
pengguna jalan yang lain).
2) Pertanyaan: Apakah dibenarkan bagi pemerintah menarik dana retribusi kepada
para PKL yang tidak dilegalkan oleh pemerintah guna pendapatan APBD?
Jawaban: Tidak dibenarkan.
3) Pertanyaan: Apakah tindakan razia pemerintah dengan merusak dan menyita
barang dagangan tanpa mengembalikan ke pemeliknya terhadap para PKL yang
telah membayar dana retrebusi dapat dibenarkan dari kaca mata fiqih?
Jawaban: Haram. Karena pengrusakan dan penyitaan barang tanpa
mengembalikan pada pemiliknya termasuk prilaku dzolim.

3. Uraian Jawaban.

Bentuk penguasaan dan pengelolaan atas sebuah lahan menurut perspektif fiqh dibagi
menjadi dua bagian

a. Hak milik (), yaitu bentuk penguasaan dan pengelolaan secara hak milik.

b. Hak guna ( ), yaitu bentuk penguasaan dan pengelolaan secara
pemanfaatan saja, tanpa mempunyai hak untuk dapat memilikinya.

1571

, 

    



Kemudian hak guna () terbagi menjadi tiga bagian :


1. Bentuk pemanfaatan atas lahan yang berada di gurun atau padang pasir, seperti
pemanfaatan suatu lahan yang berada di gurun atau padang pasir untuk di
gunakan sebagai tempat peristirahan ketika dalam perjalanan, dll.
2. Bentuk pemanfaatan atas lahan yang berada disekitar tempat milik perseorangan,
seperti bentuk pemanfaatan atas halaman rumah seseorang untuk berteduh, dll.
3. Bentuk pemanfaatan atas lahan yang berada disekitar tempat-tempat milik umum,
seperti bentuk pemanfaatan jalan raya, areal pasar dll.

187

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 7


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran



‫ و‬, ,

Jalan raya yang merupakan bagian dari hak guna ( ) merupakan hak milik
umum yang semua lapisan masyarakat, di mana tidak memandang pejabat,
konglomerat, atau rakyat miskin bebas menggunakan dan memanfaatkannya.

Fungsi asal jalan raya memang pada mulanya untuk lewat/berjalan, meskipun
demikian bagi setiap orang juga di perkenankan mengfungsikan jalan raya untuk
kepentingan yang lain selama tidak mengganggu atau menimbulkan dampak negatif
bagi pengguna jalan yang lain. semisal untuk duduk, menunggu seseorang,
beristirahat, ataupun mengais rizqi dll.

Berdasarkan dalam kenyataan bahwa jalan raya adalah milik umum, maka :

a. Semua pengguna jalan raya baik yang memanfaatkan jalan raya untuk berjalan
atau mengfungsikan untuk kepentingan lain semisal untuk mengais rizqi, tidak di
syaratkan mendapatkan ijin dari pemerintah. Karena dari sejak dahulu tidak ada
seorangpun yang mempermasalahkan ataupun mengingkari akan hal tersebut.

9542

  

 

Oleh karena itu tidak ada pembenaran akan adanya proses peminggiran
(marjinalisasi) pada masyarakat miskin perkotaan yang bekerja disektor informal
yakni tukang becak, PKL, asongan dengan di razia dan di kejar-kejar tanpa ada
sebab dan alasan yang jelas.
89

 



b. Pemerintah tidak boleh meminta dana retribusi (pungutan uang oleh pemerintah
sebagai balas jasa) kepada para pengguna jalan raya (baik yang menggunakan
untuk berjalan atau mengais rizqi), meskipun dalih yang di gunakan pemerintah
adalah guna pendapatan APBD.

9552

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 8


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran



Bahkan dahulu Imam Ibnu Rif’ah menanggapi kebijakan yang di buat wakil-
wakil baitul mal yang memberlakukan dana retribusi kepada para pengguna jalan
raya guna pendapatan baitul mal dengan berkata : “Aku tidak dapat
membayangkan dengan wajah yang bagaimana kelak ketika mereka di hadapkan
disisi Allah SWT”. Imam Adzro’i menganggap perbuatan yang demikian tersebut
(baik yang menetapkan, memutuskan ataupun yang mengakui keabsahannya)
termasuk perbuatan yang hina dan keji.

168 

 









Jadi berdasarkan prinsip diatas, status dana retribusi dari pedagang kaki lima
yang di pungut pemerintah menurut perspektif fiqh merupakan sebuah pungutan
liar (pungli) yang di bungkus dengan peraturan atau biasa di sebut dengan istilah
maksu. Oleh karena itu, semua pihak yang terlibat mulai dari pemungutnya, juru
tulisnya, dan semua jajaran instasi yang berhubungan termasuk golongan orang-
orang yang dzolim.
572







1592







PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 9


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

13061

                 

 



 

   



Solusi pemerintah untuk menghindari akan adanya praktek pungutan liar yang di
bungkus dengan kedok peraturan (maksu) adalah pihak pemerintah membuat
ketetapan ongkos balas jasa untuk kemaslahatan umum    yang
menjadi kewajiban pihak yang memanfaatkan fasilitas milik umum tersebut.
Sedangkan pihak yang memanfaatkan fasilitas milik umum tersebut dengan
secara suka rela menyerahkan dan mempercayakan pengelolaan dana tersebut
kepada pemerintah. Karena meskipun dari pihak pemerintah tidak di perkenankan
memungut biaya retribusi, akan tetapi mereka yang memanfaatkan fasilitas milik
umum tersebut tetap berwajiban membayar ongkos balas jasa pada kemaslahatan
umum ..

158 : 



 



3355



    

 

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 10


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran



  

   

     

   

2236

 

 

  



Bahwa pemerintah yang tugasnya sebagai pengayom masyarakat mempunyai


kewajiban memantau dan mengatur keseimbangan dalam pemanfaatan dan
penggunaan fasilitas-fasilitas milik umum supaya tidak terjadi keseweng-wenangan
dan menimbulkan dampak yang negatif bagi pengguna jalan yang lain. Bentuk
wewenang pemerintah dalam hal ini ada dua macam, yaitu :
a. Tindakan penertiban, yakni tindakan melarang dan mencegah para pengguna
jalan umum dari bentuk kesewang-wenangan dan hal-hal yang menimbulkan
dampak negatif serta memberikan solusi pada mereka apabila terjadi perselisihan
atau perseteruan.
b. Tindakan ijtihadi, yakni membuat kebijakan masalah pemanfaatan dan
penggunaan jalan raya yang selalu berpihak dan kembali pada kemaslahatan
rakyat, yaitu kebijakan yang mendatangkan kebaikan, keberuntungan, dan hasil
yang memuaskan rakyat.

188







PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 11


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran





Sehubungan pemerintah yang di beri kewenangan dalam penertiban serta


memberikan solusi pada mereka apabila terjadi perselisihan atau perseteruan, dan
sekaligus di percaya membuat kebijakan yang selalu memperhatikan dan
berpihak pada kemaslahatan rakyat, maka :
1. Pemerintah tidak boleh melakuakan penertiban dengan cara merusak,
merampas, ataupun menyita barang tanpa mengembalikan pada pemiliknya.
karena demikian ini termasuk merupakan tindakan perampasan materi yang
secara tegas di larang dalam surat Al Quran Surat Al Baqoroh Ayat 188.
yaitu larangan memakan harta orang lain secara bathil. Dan dalam ayat ini
pengertian memakan dengan cara yang bathil itu mencakup semua yang di
ambil tanpa hak, baik secara dzolim maupun dengan tipu daya.

3861



. 

1997141855967





 



 

  

 ,

    ,

   

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 12


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

   



Dengan demikian, seandainya tindakan razia yang di lakukan pemerintah


yang memakai cara merusak, merampas, ataupun menyita barang tanpa
mengembalikan pada pemiliknya dengan dalih tujuan menta’zir supaya jera.
Maka penta’ziran dengan cara tersebut dalam pandangan syara’ tetap tidak
diperbolehkan. Karena ta’zir menurut ayara’adalah hukuman yang bersifat
mendidik seperti memenjarakan, atau memukul yang tidak sampai melukai,
bukan dengan perampasan materi (pengrusakan ataupun penyitaan).

 34810

   



 22218

 



Adapun dalam keputusan Ahkamul Fuqoha’ dalam muktamar NU ke 2 di


Surabaya pada tanggal 12 Robiuts Tsani 1346 H / 9 Oktober 1927 M yang
menganjurkan bagi yang ingin melaksanakan ta’zir dengan cara memakai
denda uang agar mengikuti pendapat imam Malik (yang memperbolehkan)
:  Itu perlu di tinjau dan di kaji
kembali, dengan alasan :
a) Dengan memperbolehkan penta’ziran dengan cara perampasan materi
berarti telah menghalalkan pengambilkan harta orang lain dengan cara
yang dzolim. Dan Imam Nawawi dalam syarah Muslimnya telah
menegaskan bahwa sesungguhnya bentuk penta’ziran yang memakai
cara perampasan materi semua telah di dihapus (dimansukh dengan
adanya dalil-dalil perlindungan hak atas harta benda, kecuali jalan
pengambilannya memakai cara-cara yang baik).

 19831403 21812

 ,



PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 13


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

,,,

  ,

 

b) Dalam kitab mudawwanah fiqh Maliki diterangkan bahwa yang


diperbolehkan melakuakan penta’ziran dengan cara perampasan
materi adalah :
 merusak barang-barang yang sifatnya termasuk kategori barang
munkarot menurut syara’, seperti patung, arca, alat malahi dll.
 Merubah barang–barang yang sifatnya termasuk kategori barang
mungkarot menjadi barang-barang yang di perbolehkan dalam
pemanfaatannya menurut syara’.
 Mengambil harta atas hukuman tindak pidana, seperti hukuman
denda bagi pencuri yang tidak sampai pada hukuman potong
tangan.

Dari berbagai pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
alasan ataupun dalih yang dapat mendukung ataupun memperbolehkan
tindakan razia pemerintah yang memakai cara merusak, merampas,
ataupun menyita barang tanpa mengembalikan pada pemiliknya. Karena
dalam pandangan syara’ hak atas perlindungan harta benda seseorang itu
sama dengan hak atas perlindungan jiwa raganya.

7047034 

  

 



   



                  1





PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 14


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

 2

    





  3

  

 ,





2. Pemerintah harus memberikan solusi (pengalokasian) yang berpihak pada
rakyat. Karena diantara kewajiban pemerintah adalah memberikan solusi
pada mereka yang terjadi perselisihan atau perseteruan, dan sekaligus
membuatkan kebijakan yang selalu berorientasi kepada kepentingan dan
kemaslahatan rakyat.

124





15

   



Dengan demikian, setiap orang yang memanfaatkan fasilitas milik umum
seperti jalan raya tidak boleh menggunakan dengan sesuka hatinya dan
semena-mena hingga sampai mengabaikan fungsi asalnya, seperti halnya
merubah fungsi jalan raya yang asalnya untuk berjalan menjadi sebuah
bangunan. Oleh karena itu pemerintah wajib merobohkan bangunan-
bangunan liar yang berdiri diatas tanah milik umum tersebut. Karena
dengan mereka mendirikan sebuah bangunan telah menunjukkan bahwa
mereka mempunyai niat untuk memiliki dan menguasai tempat tersebut

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 15


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

yang statusnya hanya bisa dimanfaatkan tanpa bisa di kuasai dan di miliki
secara pribadi () .

258 

  



1511





Namun dalam proses pelaksanaan penertiban bangunan tersebut pemerintah


harus melalui prosedur amar ma’ruf nahi munkar, yaitu mendahulukan
cara-cara yang ringan tidak boleh langsung menempuh dengan cara yang
berlebihan, semisal langsung melakuakn penggusuran tanpa sebelumnya
memberikan pengarahan, pelarangan, nasehat, peringatan keras, hingga
ancaman penggusuran, .

 3242 

 



III. PEMARKIRAN DANA APBD


1. Deskripsi masalah.

Di tengah-tengah keperluan modal finansial yang besar untuk kepentingan


pembangunan infrastruktur, serta untuk kepentingan berbagai usaha sektor riil,
terdapat dana yang parkir atau menganggur dalam jumlah yang besar, ujar Presiden
Yudhoyono saat memberikan keterangan dihadapan sidang paripurna khusus Dewan
Perwakilan Daerah (DPD)hari Kamis 23/8/07. Menurut Presiden, pada awal triwulan
II tahun ini, posisi total simpanan seluruh pemerintah daerah (pemda) di Indonesia
yang ditempatkan di perbankan sekitar Rp 96 triliun. Presiden menginstruksikan agar
pemda memanfaatkan dana tersebut untuk pembangunan di daerah, kalau tidak, kita
dalam posisi yang merugi. Rakyat juga akan kecewa karena mereka tahu bahwa

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 16


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

pemdanya bisa berbuat lebih banyak lagi untuk meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan mereka (Kompas, Jum’at 24 Agustus 2007).

Ironinya apa yang dilakukan pemerintah daerah tersebut ditengah-tengah kebutuhan


rakyat akan kebutuhan-kebutuhan pelayanan dasar yang mendesak semisal
pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur yang lain.

2. Pertanyaan dan Jawaban.

1. Pertanyaan: Bagaimana hukumnya pemerintah daerah yang memarkir dana


publik di tengah – tengah kebutuhan masyarakat atas pelayanan dasar yang
menjadi kewajiban negara dipandang dari fiqih?
Jawaban: Hukumnya haram, karena pemarkiran dana termasuk perilaku dzolim.
2. Pertanyaan Bagaimana pemerintah daerah mengikuti instruksi presiden? Dan
apa sanksinya bila menolak?
Jawaban: Hukumnya wajib, dan sanksinya menurut kebijakan imam.

3. Uraian Jawaban.

Bahwa sebagai pengemban amanat rakyat yang menjunjung tinggi keadilan dan
kemaslahatan rakyat, pemerintah wajib menunjukkan komitmen pada keadilan,
perlindungan rakyat, dan penegakan kemaslahatan semua pihak tanpa membedakan
warna kulit, suku atau golongan manapun dengan memberikan hak-hak mereka.
karena sesungguhnya mereka kelak akan di mintai pertanggung jawaban oleh Alloh
swt atas kepemimpinannya perihal hak-hak rakyatnya. Dan bagi siapapun yang diberi
amanat untuk memimpin rakyat kemudian ia mati dalam keadaam mencurangi dan
menghianati rakyatnya, maka haram baginya masuk surga.

368 2 

172755





157 13







PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 17


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

  



Dalam rangka tegaknya amanat atas kemaslahatan rakyat, maka uang negara yang
sebagian besar adalah dari rakyat wajib ditasharufkan sebesar-besarnya bagi
kemaslahatan rakyat. Oleh karena itu, seandainya sampai ada pemarkiran dana
anggaran ditengah–tengah kebutuhan pelayanan dasar yang mendesak, kepentingan
berbagai usaha sektor riil, dan keperluan-keperluan modal finansial yang besar untuk
kepentingan pembangunan infrastruktur dll, maka perilaku yang demikian ini
termasuk sebuah kedzoliman dan hukumnya adalah haram.

206 15



       206       



  





4491





  

 


 
22710

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 18


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

 

   



Dengan demikian, ketika di pemerintah daerah terdapat dana yang parkir atau
menganggur dalam jumlah yang besar di tengah-tengah kebutuhan rakyat yang
mendesak sebagaimana ujar presiden. Kemudian presiden menginstruksikan agar
pemerintah daerah memanfaatkan dana tersebut untuk pembangunan daerah, maka
hukum pemerintah daerah mengikuti instruksi presiden adalah wajib dan jika
menolak harus dikenai sanksi menurut kebijakan pemerintah. karena tindakan pemda
tersebut termasuk tindakan penyelewengan penggunaan (penasharufan) uang negara,
baik untuk urusan pribadi atau disalah gunakan untuk hal-hal yang merugikan rakyat.

21821612



  

  





 



713

    

   



 



PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 19


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

 




IV. HUTANG LUAR NEGARA YANG MENJERAT

1. Deskripsi masalah.

Hutang merupakan salah satu sumber pendapatan untuk memenuhi anggaran negara
atau daerah, terkait dengan minimnya pendapatan untuk mencukupi anggaran negara,
pemerintah melakukan usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan
menghutang pada negara lain. Akan tetapi transaksi kerja sama hutang piutang antar
negara tidak akan terjadi tanpa adanya keuntungan dikedua belah pihak, artinya
negara pendonor akan memberikan syarat-syarat tertentu untuk menyepakati
kerjasama tersebut (hutang piutang) semisal : exsport beras kenegara penghutang,
exsport semua hasil produk negaranya, dll.

2. Pertanyaan dan Jawaban


1. Pertanyaan: Bagaimana pemerintah mengadakan transaksi kerja sama (hutang
piutang bersyarat) tersebut untuk memenuhi anggaran?
Jawaban: Hukumnya haram.
2. Pertanyaan Siapakah yang bertanggung jawab atas hutang-hutang tersebut?
Jawaban: Pihak yang berhutang.

3. Uraian Jawaban.
Sektor-sektor kebutuhan belanja negara menurut perspektif terdapat dua pemilahan:
1. Wajh al-badal (kebutuhan negara yang bersifat primer) yaitu kebutuhan pokok
yang harus segera terpenuhi, semisal gaji pegawai militer dan kebutuhan lain
yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan negara. Kebutuhan akan hal ini
tanpa melihat apakah uang negara mengalami kerugian dan khawatir akan
stabilitas negara tidak menentu, pemerintah boleh berhutang untuk memenuhi
kebutuhan akan hal ini, dan apabila dana pemerintahan saat itu tidak mampu
mengembalikannya, maka yang di buat untuk melunasi adalah dana keuangan
pemerintah selanjutnya ketika memungkinkan.
2. Wajh al-maslahah wa al-irfaq (kebutuhan negara yang bersifat skunder) yaitu
kebutuhan yang alokasinya tergantung pada perbendaharaan keuangan negara.
Ketika negara mempunyai kelebihan dana dari kebutuhan primer, maka
pemerintah harus mengalokasikannya pada kebutuhan ini. Ketika keuangan
negara merosot, dan khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada
masyarakat luas, maka kebutuhan akan sektor ini dibebankan kepada para orang
kaya (orang yang hartanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang
menjadi tanggungannya selama satu tahun)

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 20


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

Dari dua pemilahan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa transaksi kerja sama hutang
piutang yang dilakukan pemerintah dapat dibenarkan apabila untuk memenuhi kebutuhan
negara yang bersifat primer. Dan sebaliknya apabila ternyata hutang piutang tersebut
digunakan untuk kebutuhan yang bersifat skunder, maka hukum hutang piutangnya
haram dan yang wajib bertanggung jawab adalah penguasa yang melakukan kontrak
kerja sama utang piutang saat itu. Karena transaksi kerja sama hutang piutang tersebut
menurut syara’ tidak bisa diatas namakan pemerintah, melainkan atas nama pribadi.
Sehingga resiko pertanggungjawabannya harus di tanggung secara pribadi pula.

215

















 



253



 

  





PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 21


Bahtsul Masail Kemiskinan & Anggaran

PP Lakpesdam NU – PWNU Jawa Tengah 22

You might also like