You are on page 1of 11

Seni lukis Zaman Primitif

Mempunyai ciri-ciri: kolektivitas dan religiusitas, bersifat


populis, figur seniman sebagai individu nyaris tidak mendapat
tekanan. Seni primitif menvisualisasikan pola hubungan konkrit
dalam masyarakat. Seni merupakan ungkapan hierofani
serentak, juga visualisasi dari yang sakral. Seni dan ritual
religius menjadi identik, sifat seni primitif:

- Ritualistik menyebabkan banyaknya penggunaan pola-pola


dekoratif

- Spiritual religius menyebabkan seni tampil tidak dalam bentuk


realisme melainkan pola-pola stilistik yang menampilkan imaji
spiritual dari objek-objek, bahkan kekuatan-kekuatan gaib
mistik di balik objek-objek itu.

Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan


bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia
telah mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk
mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka.
Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan
m e n g g u n a k a n m a t e r i y a n g s e d e r h a n a s e p e r t i a r a n g , k a p u r, a t a u
bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah
yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan
tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan
daun-daunan atau batu mineral berwarna. Karena hasil-hasil
peninggalan seni lukis pada jaman primitif, dapat dilihat hingga
sekarang, seperti warna-warni cap dari jari tangan yang dibuat,
menyebabkan seni lukis lebih cepat berkembang disbanding
seni-seni lain.

Seni lukis Pasca Primitif

Pada seni lukis pasca primitif, dewa yang natural alamiah


berubah menjadi supernatural dan transenden. Dunia tidak lagi
dianggap sakral (proses desakralisasi), dunia menjadi profon
dan pengalaman sehari-hari tidak lagi dianggap hierofani
seperti sebelumnya, sehingga pengalaman religius menjadi
sesuatu yang khusus dan unik (mistik). Seni terbelah menjadi 2
yaitu seni religius dan seni profon. Keharusan menvisualisasi
sesuatu yang transenden supernatural, yang praktis berarti
keindahan dan keanggunan maksimal. Inspirasi dan motivasi
religius dipadu dengan kecanggihan teknis, maka itu muncul
karya-karya fantastis dan ajaib. Pada Pasca Primitif, terdapat
perkembangan dua jaman sebelum renaisans, yaitu seni di
jaman klasik dan jaman pertengahan, yaitu sebagaiberikut:
- Seni lukis zaman klasik
Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:
• Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)

• Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota


Pompeii),
Pada zaman ini pada umumnya lukisan meniru semirip
mungkin bentuk-bentuk yang ada di alam. Hal ini sebagai
akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya
kesadaran bahwa seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik
daripada kata-kata dalam banyak hal. Selain itu, kemampuan
manusia untuk menetap secara sempurna telah memberikan
kesadaran pentingnya keindahan di dalam perkembangan
peradaban.

Seni lukis zaman pertengahan


Sebagai akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman
pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang
bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan.
Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan dengan
realitas.

Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme,


bukan realisme. Sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan
yang bisa dikategorikan "bagus". Lukisan pada masa ini
digunakan untuk alat propaganda dan religi. Beberapa agama
yang melarang penggambaran hewan dan manusia mendorong
perkembangan abstrakisme (pemisahan unsur bentuk yang
"benar" dari benda). Namun sebagai akibat pemisahan ilmu
pengetahuan dari kebudayaan manusia, perkembangan seni
pada masa ini mengalami perlambatan hingga dimulainya masa
renaisans.

Seni lukis zaman Renaisans

Lahirlah pandangan ilmiah tentang alam semesta,


terdapat adanya radikalisasi atas sekularisasi sehingga
m e n d e s a k r e a l i s a s i t o t a l . Ta k a d a l a g i t e m p a t u n t u k k o n s e p
tuhan. Alam dan dunia ini dilihat sebagai mesin raksasa dan
satu-satunya. Religiusitas menurun secara drastis, memudar
dan menghilang. Seni menjadi sekedar kecanggihan teknis
(suatu petualangan ke dalam interioritas manusia) dan seni
menjadi sesuatu yang introvert, serta semakin elitis dipahami
oleh kalangan dunia seniman saja.

To k o h y a n g b a n y a k d i k e n a l d a r i m a s a i n i a d a l a h : To m a s s i ,
Donatello, Leonardo da Vinci, Michaelangelo: selaku pelukis,
pemahat dan arsitek, meninggalkan hasil karya yang
mempesona tiap orang yang melihatnya selama lebih dari
empat abad. Karyanya secara mendalam mempengaruhi
perkembangan seni lukis dan pahat Eropa sesudahnya. salah
sat u cont oh kar yan ya: "P iet a" di Vat ikan Ro ma.

"Pieta" oleh Michael Angelo

Komentar Pribadi: Pergeseran Seni lukis ini


memperlihatkan seni lukis, juga dipengaruhi
oleh perkembangan cara pikir manusia,
disertai kepercayaan, kebudayaan beserta hal-hal disekitarnya
(lingkungan). Karena seorang seniman selain mengandalkan
imajinasi, yang didapat dari pengalaman sehari hari, hingga
pengalaman abstrak yang ada di akal pikiran, yang dituangkan
dengan berbagai media. Oleh karena itu seni dapat bergerak
dari pola realisme hingga abstraksionisme, dari wilayah
kesadaran ke wilayah ketidaksadaran dan dari penafsiran
verbal rasional ke persepsi total atas imaji visual simultan.

Perkembangan suatu kesenian selalu bermula dari


tingkatan kesenian yang paling sederhana yang tidak mungkin
langsung mencapai puncak perkembangan. Kesenian
berkembang mengikuti perubahan zaman dan berdasarkan
kurun waktu. Di bidang seni rupa, ditinjau dari perkembangan
dan kurun waktunya sejak zaman prasejarah hingga sekarang,
maka karya seni yang dihasilkan dapat dikelompokkan dalam
jenis seni primitif, seni klasik, seni tradisional, seni modern,
d a n s e n i k o n t e m p o r e r.

S e n i Tr a d i s i o n a l

Tradisi artinya turun temurun atau kebiasaan. Seni


tradisional berarti suatu kesnian yang dihasilkan secara turun-
temurun atau kebiasaan berdasarkan norma-norma, patron-
patron atau
pakem tertentu
yang sudah
biasa berlaku.
Seni tradisi
bersifat statis,
tidak ada
unsur kreatif
sebagai ciptaan
baru. Sebagai
contoh dapat
kita lihat
pada lukisan gaya Kamasan Klungkung, kriya wayang kulit,
kriya batik, kriya tenun, dan sebagainya.

Seni Modern

Seni modern merupakan kesenian yang menghasilkan


karya-karya baru. Seniman yang kreatif akan menghasilkan
karya seni yang modern, karena di dalamnya ada unsur
pembaharuan, baik dari segi penggunaan media, teknik
berkarya maupun unsur gagasan/ide. Seni modern tidak terikat
oleh ruang dan waktu, baik itu karya yang dihasilkan di masa
lampau maupun pada masa kini aslkan ada unsur
kreativitasnya. Karya-karya seni rupa modern dapat dilihat
p a d a l u k i s a n k a r y a Va n G o g h , P a b l o P i c a s s o , A f f a n d i , B a s u k i
Abdullah, Gunarsa, patung karya G.Sidharta,Edi
Sunarso,Nuarta,dansebagainya.

Seni Kontemporer

Kontemporer
berarti sekarang
atau masa kini. Seni
kontemporer
memiliki masa
popularitas tertentu
sehingga seni ini
dapat dikatakan
bersifat t e m p o r e r.
Seni ini dapat
dinikmati pada masa
populernya dan
apabila sudah lewat
maka masyarakat
tidak lagi
menyukainya. Karya-
karya seni kontemporer pada mulanya muncul di Eropa dan
Amerika, seperti lukisan karya Andy Warhol dan patung karya
Hendri Moore. Belakangan ini, seni kontemporer telah
berkembang di berbagai negara yang memiliki gagasan yang
unik, seperti berupa patung dari es, lukisan pada tubuh
manusia (body painting), seni instalasi, g r a f i t y, dan
sebagainya.

Art Nouveau

Revolusi Industri di Inggris telah menyebabkan


mekanisasi di dalam banyak hal. Barang-barang dibuat dengan
sistem produksi massal dengan ketelitian tinggi. Sebagai
dampaknya, keahlian tangan seorang seniman tidak lagi begitu
dihargai karena telah digantikan kehalusan buatan mesin.

Sebagai jawabannya, seniman beralih ke bentuk-bentuk yang


tidak mungkin dicapai oleh produksi massal (atau jika bisa,
akan biaya pembuatannya menjadi sangat mahal). Lukisan,
karya-karya seni rupa, dan kriya diarahkan kepada kurva-kurva
halus yang kebanyakan terinspirasi dari keindahan garis-garis
tumbuhan di alam.

Seni lukis Indonesia

S e c a r a h i s t o r i s , s e n i l u k i s s a n g a t t e r k a i t d e n g a n g a m b a r.
Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa
sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah
mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk
mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka.

Semua kebudayaan di dunia mengenal seni lukis. Ini


disebabkan karena lukisan atau gambar sangat mudah dibuat.
Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan
m e n g g u n a k a n m a t e r i y a n g s e d e r h a n a s e p e r t i a r a n g , k a p u r, a t a u
bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah
yang dilakukan orang-orang gua adalah dengan menempelkan
tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan
daun-daunan atau batu mineral berwarna.

Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di


dinding-dinding gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini.
Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya
lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni
rupa lain seperti seni patung dan seni keramik.

S e p e r t i g a m b a r, l u k i s a n k e b a n y a k a n d i b u a t d i a t a s b i d a n g
datar seperti dinding, lantai, kertas, atau kanvas. Dalam
pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut
juga dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar). Seiring
dengan perkembangan peradaban, nenek moyang manusia
semakin mahir membuat bentuk dan menyusunnya dalam
g a m b a r, maka secara otomatis karya-karya mereka mulai
membentuk semacam komposisi rupa dan narasi (kisah/cerita)
dalam karya-karyanya.

Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala


adalah manusia, binatang, dan obyek-obyek alam lain seperti
pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari obyek yang
digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra
dan itu sangat dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis
terhadap obyeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat
dengan proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan
dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh
pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian
paling mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra
mengenai satu macam obyek menjadi berbeda-beda tergantung
dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya. Pencitraan
ini menjadi sangat penting karena juga dipengaruhi oleh
imajinasi. Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi memegang
peranan penting hingga kini.
Pada mulanya, perkembangan seni lukis sangat terkait
dengan perkembangan peradaban manusia. Sistem bahasa,
cara bertahan hidup (memulung, berburu dan memasang
perangkap, bercocok-tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal
bakal agama) adalah hal-hal yang mempengaruhi
perkembangan seni lukis. Pengaruh ini terlihat dalam jenis
obyek, pencitraan dan narasi di dalamnya. Pada masa-masa
ini, seni lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai
media pencatat (dalam bentuk rupa) untuk diulangkisahkan.
Saat-saat senggang pada masa prasejarah salah satunya diisi
dengan menggambar dan melukis. Cara komunikasi dengan
menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan
sistem tulisan karena huruf sebenarnya berasal dari simbol-
simbol gambar yang kemudian disederhanakan dan dibakukan.

Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu


kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak
menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari
makanan. Mereka mulai mahir membuat gambar dan mulai
menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu, bila
diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk
dilihat daripada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam
cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan
hal itu sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah
seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat
itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong
menjadi kegiatan seni.

Idealisme Pada Seni Lukis Indonesia

Awal sebuah kata realisme muncul di dalam teori filsafat.


Realisme merupakan paham atau ajaran yang selalu bertolak
dari kenyataan. Dalam karya seni visual, istilah realisme mulai
muncul pertama kali di Prancis sekitar tahun 1850, yang
dipelopori oleh pelukis Gustav Courbet dan Francois Millet.
Te m a d a l a m k a r y a - k a r y a p e l u k i s r e a l i s m e p a d a m a s a i t u l e b i h
banyak mengambil objek kehidupan petani, buruh, maupun
tukang. Di sisi lain, seni lukis realisme di Prancis, mendapat
kecamatan keras dari para pemilik modal, k o l e k t o r, serta
galeri. Dalam konteks ini timbul sebuah pertanyaan, bagaimana
kemunculan seni lukis realisme di Indonesia?

DI Indonesia, realisme mulai muncul pada masa kolonial,


tepatnya pada masa Raden Saleh Syarif Bustaman pertama kali
m e m p o p u l e r k a n k a r y a s e n i l u k i s y a n g b e r g a y a r e a l i s m e . Ta k
menutup kemungkinan gaya realisme yang dibawakan Raden
Saleh itu merupakan hasil pengaruh dari realisme Barat. Hal
ini dikarenakan ia pernah mengenyam pendidikan dasar-dasar
seni lukis realisme di Barat, salah satu diantaranya di Belanda.

Sejak kedatangan Raden Saleh di Indonesia, realisme


muncul sebagai salah satu gaya dalam seni lukis, dan gaya
tersebut membawa perubahan baru seni lukis di Indonesia.
Hasil karya seni lukis Raden Saleh lebih banyak mengambil
tema kehidupan kaum bangsawan dan kehidupan binatang.

Kepiawaian teknik, bentuk, k a r a k t e r, terang gelap dan


seterusnya, yang diterapkan dalam karya seni lukis tersebut,
menjadi perhatian bagi pelukis-pelukis lain di Indonesia,
diantaranya adalah pelukis R. Abdullah Suryosubroto, Wakidi
dan M. Pirngadi. Tiga pelukis yang pernah bergabung dalam
sanggar Hindia Molek atau Mooi Indie (1925-1938) ini,
m e n c o b a m e n e r u s k a n r e a l i s m e d i I n d o n e s i a . Te m a y a n g d i l u k i s
m a s a i t u h a n y a m e n a m p i l k a n k e i n d a h a n a l a m I n d o n e s i a . Te m a
ini kurang mendapat perhatian dari pelukis-pelukis lain, karena
menyempitkan gerakan tema seni lukis di Indonesia. Para
pelukis lain yang masih meneruskan gaya realisme adalah
Basuki Abdullah, Soedarso, Sudjojono, Affandi, hingga
Rustamdji. Para pelukis ini juga merupakan bagian salah satu
dari gabungan dalam sanggar-sanggar seni lukis Indonesia,
s e p e r t i a d a y a n g t e r g a b u n g d a l a m s a n g g a r, P e r s a g i ( P e r s a t u a n
Ahli Gambar Indonesia 1938-1942), Poetera (Poesat Te n a g a
Rakyat), Sim (Seniman Masyarakat), dan sebagainya.

Dengan muncul dan berkembangnya beberapa sanggar


seni lukis di Indonesia, maka tema-temanya pun mengalami
perkembangan -- tidak lagi terbatas pada keindahan alam,
binatang, potret, tetapi pada pengembangan dari kehidupan
dan penderitaan rakyat sehari-hari seperti kehidupan orang
cacat, orang miskin, pengamen, kaum buruh, hingga petani. Di
sisi lain, pengembangan pada teknik melukis sangat
diperhatikan pada masa itu, sehingga seni lukis realisme
Indonesia memiliki identitas pribadi.

Mengenang Kembali

Kini, salah satu kurator Indonesia yakni M e r w a n Yu s u f


telah kembali memamerkan karya beraliran realisme di Galeri
C i p t a I I Ta m a n I s m a i l M a r z u k i J a k a r t a P u s a t . P a m e r a n i t u t e l a h
digelar 24 September dan berakhir 8 Oktober 2003. Tujuan
pameran ini, tentu untuk mengenang kembali pertumbuhan dan
perkembangan seni lukis realisme Indonesia. Karya-karya seni
lukis yang ditampilkan pada pameran kali ini antara lain karya
H e n d r a G u n a wa n , H e n k N g a n t u n g , Yu s w a n t o r o A d i , I d a H a d j a r
YW, Kustiya, Soedarso, hingga Gatot Prakosa. Setiap karya
realisme yang dipamerkan memiliki ciri khas dan karakter
pribadi. Hal ini nampak pada kemahiran pada teknik melukis,
terang gelap suatu objek, ketepatan bentuk, kekontrasan
warna-warna, komposisi, pengambilan objek, dll.

Salah satu contoh karya seni lukis disamping menekankan


pada bentuk, perspektif dan terang gelap terdapat pada karya
Yu s wa n t o r o A d i d a n D e d e E r i S u p r i a . S e m e n t a r a k a r y a - k a r y a
Gatot Prakosa lebih mengandalkan pada komposisi bentuk,
warna dan ruang. Kemudian karya Hendra Gunawan
menekankan pada permainan warna-warna kontras yang
terdapat pada setiap objek, dan penampilan warna-warna juga
nampak terpisah-pisah. Pemisahan warna-warna ini, disamping
mengesankan terang-gelapnya cahaya, dekat-jatuhnya objek
dan memberi kesan ngeri, jijik dan takut. Kemudian bentuk
wajah khususnya pada bagian wajah dari masing-masing objek
hampir dibuat sama sehingga karakter objeknya juga berkesan
sama.

Pijakan-pijakan dasar kesenilukisan realisme yang


diterapkan masing-masing pelukis ini memberi dampak positif
bagi kalangan pelukis muda lainnya, sehingga seni lukis
realisme tetap menjadi eksis di masyarakat. Di samping itu,
realisme merupakan dasar untuk melangkah menuju pada gaya-
gaya berikutnya seperti surealis, abstrak, ekspresionis,
kubisme, pop art, dan seterusnya. Bagi kalangan masyarakat
luas -- negara Timur dan Barat, seni lukis realisme sangat
mudah dipahami karena disamping bentuknya jelas, tekniknya
halus dan dari segi temanya lebih banyak menggambarkan
realitas sosial. Bahwa realitas sosial yang terjadi di kalangan
masyarakat umumnya menjadi perhatian bagi para pelukis
dunia, sehingga pahit dan bahagianya kehidupan masyarakat
setempat tetap memberi inspirasi bagi kalangan seniman.

You might also like