You are on page 1of 65

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Harga Pokok Produksi

Dalam perusahaan manufaktur untuk menghasilkan produk yang

akan dipasarkan membutuhkan berbagai jenis biaya, dan biaya-biaya ini

akan rnenjadi dasar dalam penentuan Harga Pokok Produksi. Harga

Pokok Produksi dikeluarkan untuk tujuan mendapatkan barang

dagangan atau menghasilkan produk jadi karena harga pokok produksi

terjadi dalam usaha mendapatkan aktiva maka pengeluaran tersebut

membentuk harga perolehan. Harga Pokok Produk tidak dicatat dalam

rekening biaya, melainkan dibebankan pada produk yang dihasilkan dan

laporan dalam neraca sebagai persediaan. Harga pokok tersebut belum

akan tampak dalam laporan Laba-Rugi sebelum produk yang

bersangkutan terjual. Bila produk telah terjual, maka dalam laporan

Laba-Rugi akan dilaporkan sebagai harga pokok penjualan. Harga

Pokok Produk meliputi semua biaya produksi baik itu biaya bahan

langsung, tenaga kerja langsung, maupun biaya overhead pabrik.

Menurut Mulyadi (2001), elemen-elemen yang membentuk

Harga Pokok Produksi dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan

besar yakni Bahan Langsung, Tenaga Kerja Langsung, dan Overhead


Pabrik.

a. Bahan Langsung

Merupakan bahan yang digunakan dan menjadi bagian dari produk

jadi, biaya ini mudah ditelusuri ketiap unit barang yang dihasilkan

atau kesuatu tahapan produksi. Oleh karena itu, biaya bahan langsung

dibebankan secara langsung kesatuan hasil produk yang diproduksi

atau keproses produksi

b. Tenaga Kerja Langsung

Tenaga kerja langsung yang terlibat langsung dalam proses mengubah

bahan menjadi produk jadi disebut Tenaga Kerja Langsung. Biaya

tenaga kerja langsung bisa dengan mudah dihubungkan dengan atau

dibebankan pada satuan hasil atau proses tertentu yang dikerjakan oleh

tenaga kerja tersebut. Dalam akuntansi untuk perusahaan manufaktur,

tenaga kerja langsung harus dibedakan dari tenaga kerja tak langsung.

Tenaga kerja tidak langsung digunakan dalam proses produksi tetapi

tidak bisa dihubungkan atau diterapkan pada unit atau proses tertentu

dan biaya ini digolongkan sebagai biaya overhead pabrik.

Rekening yang digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung

dalam sistem akuntansi berlaku umum disebut Tenaga Kerja

Langsung.

c. Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya produksi selain bahan

langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya-biaya ini disebut juga


biaya produksi tak langsung. Dalam biaya overhead pabrik tidak

termasuk biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum, karena

biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum tidak timbul dalam

proses produksi. Biaya-biaya tersebut bisa disebut biaya overhead

penjualan dan umum, tapi bukan overhead. Karena biaya ini

diperlakukan sebagai biaya usaha dan dikurangkan secara langsung

dari laba bruto untuk menghasilkan laba bersih usaha.

Segala jenis biaya produksi tidak langsung dicatat dalam berbagai

rekening overhead pabrik yang jumlah maupun namanya bisa

berbeda-beda antara perusahaan yang satu dengan perusahan yang

lainya. Pemilihan nama rekening dan jumlah rekening yang disediakan

tergantung pada sifat perusahaan dan informasi yang diinginkan

perusahaan.
2. Pentingnya Harga Pokok Produksi

Laporan harga pokok produksi dalam perusahaan manufaktur

biasanya disajikan dalam bentuk:

PT XXX
Laporan Harga Pokok Produksi
Untuk Tahun Yang Berakhir Tgl 31 Des 20xx

Bahan Langsung
Persediaan Bahan Baku Awal xxx
Pembelian Bahan Baku xxx
Biaya Angkut Pembelian xxx
Potongan Pembelian (xxx)
Retur Pembelian (xxx)
Pembelian Bersih xxx
Bahan Baku Tersedia digunakan xxx
Persediaan Bahan Baku Akhir (xxx)
Biaya Pemakaian Bahan Baku xxx
Tenaga Kerja Langsung xxx
Biaya Overhead Pabrik
Bahan Penolong xxx
Tenaga Kerja Tak Langsung xxx
Pengawasan xxx
Listrik dan air xxx
Reparasi dan Pemeliharaan Mesin xxx
Dll xxx
Jumlah Biaya Overhead xxx
Jumlah Biaya Produksi xxx
Barang Dalam Proses Awal Produksi xxx
Barang Dalam Proses Selama Tahun Ini xxx
Barang Dalam Proses Akhir Produksi xxx
Harga Pokok Produksi xxx

Gambar I : Konsep Laporan Harga Pokok Produksi


Sumber: Mulyadi (2001)

Dengan melihat komponen biaya yang membentuk harga pokok

produksi, dapat diketahui betapa pentingnya penentuan harga pokok


produksi. Pentingnya harga pokok produksi menurut Mulyadi (2003)

adalah:

1. Mengetahui jumlah biaya yang diserap untuk memproduksi suatu


produk.
2. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas biaya dalam memproduksi
suatu produk.
3. Sebagai dasar manajemen dalam penentuan harga jual produk yang
dihasilkan
4. Membantu manajemen dalam membuat keputusan strategik dan
keputusan-keputusan opersional dalam proses produksi berikutnya.
5. Memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan tentang informasi kos
produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Sebagai salah satu faktor penentu kebijakan manajemen dalam

pengambilan keputusan baik yang strategik maupun operasional seperti

misalnya harga jual produk maka harga pokok produksi tidak boleh

ditentukan secara sembarangan (arbitrary). Harga pokok produksi harus

ditentukan secermat dan seteliti mungkin. Walaupun demikian kebanyakan

perusahaan manufaktur masih menggunakan akuntansi biaya tradisional.

3. Pengertian Akuntansi Biaya Tradisional

Akuntansi biaya tradisional didesain pada waktu tehnologi manual

digunakan untuk pencatatan transaksi keuangan. Pen and ink journal

dan general ledger dan subsidiary ledger dalam bentuk buku atau kartu

menjadi alat utama untuk menangkap dan mengklasifikasikan data biaya,

dan akuntansi biaya ini difokuskan untuk menyajikan informasi kos

produk. Akuntansi biaya tradisional didesain untuk perusahaan

manufaktur. Oleh karena itu, menurut Hansen and Mowen (2000) biaya
dibagi berdasarkan 3 fungsi pokok yaitu:

a. Fungi Produksi

b. Fungsi Pemasaran

c. Fungsi Administrasi dan Umum

Akuntansi biaya tradisional hanya memperhitungkan biaya

produksi ke dalam kos produk. Biaya pemasaran serta administrasi dan

umum tidak diperhitungkan ke dalam kos produk, namun diperlakukan

sebagai biaya usaha dan dikurangangkan langsung dari laba bruto untuk

menghitung laba bersih usaha.

Tujuan kalkulasi biaya produk pada sistem akuntasi biaya

tradisional secara khusus dicapai melalui pembebanan biaya produk ke

persediaan dan harga pokok penjualan untuk tujuan pelaporan keuangan

eksternal. Definisi biaya produk yang lebih komprehensif, seperti rantai

nilai dan definisi biaya operasi tidak tersedia bagi keperluan manajemen.

Namun, sistem akuntansi biaya tradisional sering menyediakan varian

yang berguna bagi definisi biaya utama tradisional (biaya utama dan

biaya manufaktur variabel per unit dapat dilaporkan).

Akuntansi biaya tradisioanl dibagi menjadi 2 tipe : (1) Akuntansi

biaya dengan fokus ke perhitungan kos produk dan (2) Akuntansi

pertanggung jawaban. Dalam akuntansi pertanggung jawaban, biaya

dihubungkan dengan manajer yang memiliki wewenang atas biaya

tertentu, agar manajer dapat merencanakan dan mengendalikan biaya

yang menjadi tanggung jawabnya. Kinerja diukur dengan


membandingkan hasil aktual dan hasil standar atau yang dianggarkan.

Penekanannya adalah ukuran kinerja keuangan (biasanya non keuangan

diabaikan). Para manajer diberi imbalan atas dasar kemampuan mereka

mengendalikan biaya. Sistem imbalan digunakan untuk memotivasi

individu mengelola biaya. Pendekatan tersebut mengasumsikan bahwa

memaksimalkan kinerja keseluruhan organisasi dicapai dengan

memaksimumkan kinerja sub unit organisasi secara individu.

Sistem manajemen biaya tradisional saat ini lebih luas digunakan

daripada sistem kontemporer. Namun, penggunaan sistem manajemen

biaya kontemporer sedang mengalami peningkatan terutama di organisasi

yang menghadapi keragaman produk yang bertambah, produk yang lebih

kompleks, siklus hidup yang lebih pendek, persyaratan peningkatan

mutu, dan tekanan persaingan yang kuat.

4. Pengertian Activity Based Costing System

Activity Based Costing (ABC) System merupakan suatu sistem

yang menyediakan data biaya produk dan informasi biaya lainnya untuk

manajemen dalam pembuatan keputusan. Dasar pikiran yang melandasi

sistem informasi biaya ini adalah "Biaya ada penyebabnya, dan penyebab

biaya dapat dikelola (cost is caused, and the coused of cost can be

managed)." Jika manajer berkeinginan untuk mengurangi biaya, ia harus

melakukan pengelolaan terhadap penyebab timbulnya biaya, yaitu

aktivitas. Biaya hanya dapat dikurangi melalui pengelolaan berbasis


aktivitas (Activity-Based Management).

ABC System memberikan informasi bagi manajemen yang

digunakan sebagai dasar untuk mengarahkan menjadi cost-effective.

Pengertian ABC System menurut Mulyadi (2003: 96) adalah:

"Sistem informasi biaya yang berbasis aktivitas yang didesain


untuk memotivasi personal dalam melakukan pengurangan biaya
dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas".

Garrison, Noreen (2000 :342) ABC System memiliki pengertian yaitu:

"Suatu metode costing yang dirancang untuk rnenyediakan


informasi biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan
keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas
dan juga biaya tetap".

Menurut Hasen and Mowen (2000: 321) ABC System memiliki

pengertian yaitu:

"Sistem yang pertama kali menelusuri biaya pada kegiatan


kemudian kepada produk".

ABC System membebankan biaya kegiatan-kegiatan berdasarkan

besarnya pemakaian sumber daya dan membebankan biaya kegiatan-

kegiatan bersadarkan besarnya pemakaian sumber daya dan membebankan

biaya pada objek biaya, seperti produk atau pelanggan berdasar biaya

pemakaian kegiatan. ABC System merupakan system akuntansi yang

memfokuskan pada aktivitas untuk memproduksi produk.

a. Pengalokasian Biaya Pada ABC System


Dalam ABC System dasar pengalokasian biaya adalah berdasar

pada aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk. Konsep

dasar ABC System menurut Mulyadi (2003) adalah:

1. Coused is coused. Biaya ada penyebabnya dan penyebab biaya

adalah aktivitas. ABC System berangkat dari keyakinan dasar

bahwa sumberdaya menyediakan kemampuan untuk melaksanakan

aktivitas, bukan sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus

dialokasikan.

2. The caused, of the cost can be managed. Penyebab terjadinya

biaya (yaitu aktivitas) dapat dikelola. Melalui pengelolaan

terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya biaya,

personel perusahaan dapat mempengaruhi biaya. Pengelolaan

aktivitas ditujukan untuk mengerahkan seluruh aktivitas organisasi

ke penyediaan produk atau jasa bagi kepentingan pemuasan

kebutuhan customer. Pengelolaan terhadap aktivitas memerlukan

berbagai informasi tentang aktivitas.

Dua konsep dasar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Konsep Dasar ABC System


Sumber. Mulyadi (2003)

Berdasar konsep dasar tersebut, maka biaya yang merupakan

konsumsi sumber daya (seperti bahan baku, sumber daya manusia,


tehnologi, dan modal) dihubungkan dengan aktivitas yang

mengkonsumsi sumber daya tersebut. Aktivitas-aktivitas berproduksi

dalam perusahan manufaktur mulai dari penyiapan bahan baku sampai

produk dijual ke pasar akan mengkonsumsi sumber daya, sehingga

menimbulkan biaya aktivitas. Biaya dialokasikan ke produk dengan

cara menelusur terjadinya biaya tersebut ke aktivitas-aktivitas yang

menyebabkannya. Dengan demikian identifikasi aktivitas yang

dilakukan oleh perusahaan dalam pembuatan merupakan kunci utama,

merancang dan menerapkan ABC System.

Rerangka proses penentuan Harga Pokok produksi dalam

Activity Based Costing System adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang ada, biaya dikaitkan

dengan masing-masing aktivitas dan aktivitas serta biaya yang

berkaitan dibagi kedalam kumpulan yang sejenis (homogen).

2. Activity-based process costing, yaitu pembebanan sumber daya

(employee resource dan expense resource) ke aktivitas.

3. Activity-based object yaitu pembebanan activity cost ke cost object.

b. Manfaat ABC System

Manfaat yang dihasilkan dengan penerapan ABC System dalam

penentuan Harga Pokok Produksi menurut Mulyadi (2003), adalah:

1. Terpenuhinya kebutuhan manajemen dan karyawan tentang


infoimasi biaya untuk memungkinkan mereka melakukan aktivitas
(activity management) yang digunakan untuk menghasilkan
keluaran yang mampu memuasi kebutuhan konsumen.
2. Menyediakan informasi biaya yang akurat untuk memungkinkan
manajemen dan karyawan menghasilkan produk atau jasa secara
cost effective melalui pengelolaan aktivitas.
3. Memperbaiki mutu pengarnbilan keputusan strategik dengan
informasi biaya produksi yang lebih cermat, sehingga mengurangi
kesalahan dalam pengambilan keputusan strategic.
4. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi
rencana pengurangan biaya dan menyediakan secara akurat dan
multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
5. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan. Dengan
informasi biaya yang relevan manajemen dapat mengambil
keputusan dengan aktivitas produksi.

c. Keterbatasan ABC System

Walaupun ABC System dalam menentukan harga pokok

produksi dengan mengendalikan aktivitas sehingga memberikan

informasi biaya yang akurat, namun sistem ini juga memiliki

kelemahan. Menurut Amin Tunggal (2000) keterbatasan-keterbatasan

dalam penggunaan ABC System adalah:

1) Hubungan antara sumber daya dan biaya lebih seperti fungsi


setapak demi setapak dari pada hubungan linier, sehingga hal ini
harus dipertimbangkan terlebih dahulu ketika keputusan diambil.
2) Dengan banyaknya aktivitas yang ada maka tidak mungkin
memantau semua aktivitas tersebut dan tidak praktis bila memantau
lebih sedikit.
3) Kondisi yang dapat mengarahkan manajemen bergeser ke sistem
ABC, kondisi tersebut yaitu:
a. Biaya yang menurun untuk pengumpulan dan pengolahan data
b. Biaya kesalahan yang meningkat bagi perusahaan
c. Komposisi yang meningkat
d. Struktur biaya yang berubah
e. Bauran produk yang berubah
4) Penggunaan yang optimal dari ABC System adalah untuk
memperbaiki kinerja biaya dan memperbaiki aktivitas. Jika
aktivitas dikurangi maka biaya dikeluarkan berkurang.
5) Aktivitas tidak bernilai tambah merupakan pemborosan dan
diidentifikasi oleh aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap
produk.
6) Suatu sistem ABC yang biasanya lebih komplek dibanding sistem
Biaya Overhead

Pembebanan Biaya

tradisional akan lebih mahal biaya administrasinya.


7) Aplikasi ABC untuk perusahaan yang harus menggunakan market
based pricing dan penetapan harga berbasis pasar yang tidak
mempunyai stuktur tehnologi yang sama telah dipertanyakan.

5. Perbedaan Penerapan Sistem Akuntansi Tradisional Dengan ABC

System

a. Penentuan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Akuntansi

Tradisional.

Penentuan harga pokok produksi dengan menjumlahkan biaya-

biaya produksi, yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan tenaga kerja

langsung dibebankan ke produk dengan menggunakan penulusuran

langsung atau penelusuran penggerak yang sangat akurat, sedangkan

biaya overhead pabrik dibebankan dengan menggunakan cost driver

berdasarkan unit. Penggunaan biaya penggerak berdasarkan unit untuk

membebankan biaya overhead ke produk mengasumsikan bahwa

overhead yang dikonsumsi produk berkorelasi tinggi dengan jumlah

unit yang diproduksi. Penggerak aktivitas berdasarkan unit

membebankan overhead kepada produk melalui penggunaan tarif

secara menyeluruh atau departemental.


Pembebanan Biaya

Pembebanan
Biaya Biaya
Overhead
Dep. Kelompok
Pembebanan
Produk A
Biaya Produk Dep. Kelompok B
Kelompok pabrik secara menyeluruh

Pembebanan Biaya

Produk

Gambar 3: Pembebanan Overhead Pabrik Tarif Menyeluruh


Sumber: Hansen and Mowen (1999)

Gambar 4: Pembebanan Overhead Pabrik Tarif Departemental


Sumber: Hansen and Mowen (1999)

Untuk tarif menyeluruh tahap pertama, biaya overhead

diakumulasikan dalam satu kelompok besar pabrik secara menyeluruh.


Biaya overhead dibebankan kepada kelompok dengan menjumlahkan

semua biaya overhead yang diharapkan terjadi di pabrik selama

setahun. Tarif pabrik menyeluruh dihitung dengan menggunakan satu

penggerak (driver) tingkat unit, yang biasanya jam tenaga kerja

langsung. Tahap kedua, biaya overhead dibebankan ke produk dengan

mengalikan tarif dengan total aktivitas aktual yang digunakan setiap

produk.

Untuk tarif departemen, tahap pertama, biaya overhead pabrik

menyeluruh dibagi-bagi dan dibebankan ke masing-masing

departemen produksi, menciptakan kelompok biaya overhead

departemental. Biaya overhead dibebankan dengan menggunakan

penelusuran langsung, penelusuran penggerak, dan alokasi. Tahap

kedua, overhead dibebankan ke produk dengan mengalikan tarif

departemental dengan jumlah penggerak yang digunakan departemen

yang bersangkutan. Total overhead yang dibebankan yang dibebankan

ke produk adalah jumlah nilai yang diterima setiap departemen. Dasar

pemikiran untuk tarif departemental adalah "Beberapa departemen

produksi mungkin lebih, "intensif overhead" dibanding departemen

produk lainnya". Oleh sebab itu, produk yang menghabiskan waktu

lebih banyak pada departemen dengan intensif overhead akan

dibebankan biaya overhead yang lebih besar dari pada yang

menghabiskan waktu lebih sedikit.

Walau dengan demikian perhitungan harga pokok produksi


dalam sistem tradisional tidak dapat dipercaya karena:

1. Pembebanan biaya overhead rnenjadi sumber masalah

Dalam sistem tradisional masalahnya adalah pembebanan biaya

overhead pabrik ke produk.

2. Pembebanan biaya overhead untuk produk tunggal

Biaya overhead untuk produk tunggal dapat ditelusuri dengan

mudah dibanding dengan biaya overhead untuk produk lebih dari

satu macam. Biaya overhead per unit adalah sebesar total biaya

overhead dibagi jumlah produk yang dihasilkan.

3. Pembebanan biaya overhead untuk produk ganda

Masalah yang timbul adalah mengidentifikasi jumlah biaya

overhead pada setiap produk. Identifikasi biaya overhead dapat

dilakukan dengan mencari penyebab biaya atau tolak ukur

aktivitas yang menyebabkan biaya terjadi.

b. Penyebab Kegagalan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

Kegagalan sistem akuntansi tradisional dalam penentuan harga

pokok yang aktual disebabkan oleh:

1) Kurang mampu mengenali perilaku biaya

Untuk mengenali perilaku biaya, akuntansi tradisional

memisahkan biaya tidak langsung menjadi biaya tetap dan biaya

variabel, sesuai dengan perubahan volurne produksi.

2) Terpengaruh pnnsip-prinsip pelaporan eksternal

Prinsip yang berpengaruh dalam hal ini adalah konservatisme,


prinsip ini merupakan ketidak konsisitenan dalarn penentuan

harga pokok produksi yang akurat karena:

a) Ada syarat penggunaan data yang mudah diverifikasi.

b) Mendorong perlakuan biaya terhadap biaya-biaya penelitian

dan pengembartgan serta biaya pemasaran sebagai biaya

produk.

c. Penentuan Harga Pokok Produksi Berbasis ABC System

Dalam sistem penentuan harga pokok produksi yang berbasis

aktivitas merupakan prinsip-prinsip akuntansi untuk menghasilkan

informasi harga pokok produksi yang akurat. Supriyono (1999: 628)

menjelaskan tentang sistem penentuan harga Pokok produksi berbasis

aktivitas sebagai berikut:

1) Akuntansi mengkonsumsi sumber daya menyebabkan


biaya
Produk menyerap biaya-biaya yang diperlukan untuk mendesain,
merekayasa, memproduksi, menjual, rnengantarkan, dan melayani
2) Biaya-biaya ditelusuri ke produk melalui aktivitas
Aktivitas yang digunakan dalam membuat produk ditelusuri
berdasar pemakaiannya, sehingga dapat ditentukan besar konsumsi
produk atas aktivitas dan biaya produk juga dapat ditentukan
3) ABC System berlawanan dengan penentuan harga pokok
tradisional yang mengkonsumsi bahwa produk
menyebabkan biaya tidak langsung dengan
mengkonsumsi pemicu biaya (misalkan jam tenaga kerja
langsung) yang digunakan untuk pendistribusian biaya-
biaya tidak langsung ke produk
4) ABC System mampu membatasi distorsi pada biaya
produk yang timbul akibat penggunaan perataan-
perataan yang terlalu menyeluruh yang digunakan untuk
mendistribusikan biaya-biaya tidak langsung ke
masing-masing produk.

Tahap-tahap penentuan harga pokok produksi berbasis ABC


System:

a) Activity Based Process Costing. Pada proses ini biaya

digolongkan menjadi 2 kelompok besar.

1. Biaya Langsung Produk

Merupakan biaya yang dapat dibebankan secara langsung ke

produk. Biaya ini dibebankan ke kos produk melalui

aktivitas yang dihasilkan produk yang bersangkutan.

2. Biaya Tidak Langsung Produk

Biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung ke

produk. Biaya ini digolongkan menjadi (1) Biaya Langsung

Aktivitas, biaya yang dapat langsung dibebankan ke aktivitas

melalui direct tracing. (2) Biaya Tidak Langsung Aktivitas,

biasanya biaya ini dibebankan dengan driver tracing atau

allocation.

Untuk kepentingan activitv-based process costing, Recource

driver digunakan untuk mengubah penggolongan biaya

berdasarkan cost driver yang dicatat dalam general ledger ke

dalam golongan biaya berbasis aktivitas. Pembebanan biaya ke

aktivitas dengan menggunakan resource driver tracing

memerlukan perhitungan resource costing rate. Menurut Mulyadi

(2003: 55) Resource costing rate dihitung dengan rumus:

Total cost jenis biaya tertentu


Resource driver quantity yang bersangkutan
Resource driver kemudian digunakan untuk membebankan

konsumsi resource kedalam aktivitas yang mengkonsumsi

resource yang bersangkutan.

b) Activity Based Object Costing

Setelah biaya aktivitas disajikan, kemudian dilakukan

proses pengolahan data biaya melalui Activity Based Object

Costing. Menurut Mulyadi (2003: 83) dalam Activity Based

Object Costing memiliki tiga tahap penting yaitu:

a. Pembebanan Cost Pool

Activity cost pool adalah akun yang digunakan untuk

menggabungkan biaya dua atau lebih aktivitas yang memiliki

activity driver yang sama untuk dapat dibebankan secara

bersama-sama ke produk dengan menggunakan satu activity

driver.

b. Pembebanan biaya antara aktivitas

Karena suatu aktivitas menggunakan aktivitas lain dalam

menghasilkan keluarannya, biaya aktivitas tertentu perlu

dibebankan kepada aktivitas pemakai. Tahap pembebanan

biaya antar aktivitas:

1. Pembebanan biaya direktur ke

bagian-bagian yang berada di

bawah wewenang direktur

2. Pembebanan biaya kepala bagian ke


aktivitas yang berada di bawah

wewenang kepala bagian yang

bersangkutan

3. Pembebanan biaya support

activities ke result-contributing

activities dan result-producing

activities.

c. Pembebanan biaya support activities ke result-

contributing activities dan result-producing

activities. Kos produk dengan membebankan

biaya result-producing activities ke cost object

dengan basis activity driver. Oleh karena result-

producing activities mengkonsumsi biaya result-

contributing activities dan support activities,

maka dalam rangka perhitungan kos produk,

biaya support activities perlu dibebanan terlebih

dahulu ke result-contributing activities dan

result-producing activities. Selanjutrtya biaya

result-contributing activities dibebankan ke

result-producing activities untuk menghitung kos

produk yang dihasilkan oleh result-producing

activities

d. Syarat penerapan ABC System


Dalam penerapan ABC System ada 2 hal yang harus dipenuhi,

yaitu:

1. Biaya-biaya berdasarkan non unit harus merupakan

persentase signifikan dari biaya overhead. Jika biaya ini

jumlahnya kecil, maka tidak ada masalah dalam

pengalokasian produk.

2. Rasio-rasio konsumsi antara aktivitas-aktivitas

berdasarkan unit harus ada. Jika berbagai produk overhead

dengan rasio yang kira-kira sama, maka tidak ada masalah

jika cost driver berdasar unit digunakan untuk

mengalokasikan semua biaya overhead pabrik pada tiap

produk.

B. Kerangka Berfikir

Persaingan antara perusahaan diera globalisasi menuntut daya

saing yang akurat dengan karakteristik produk berkualitas, cost

effectivenees, dan fleksibelitas. Ketatnya persaingan global, dimana

perusahaan tidak hanya menghadapi pesaing lokal juga pesaing

internasional, telah menciptakan perubahan dalam modal dan praktik

manajemen. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari kebutuhan akan

informasi teknologi. Informasi teknologi sangat penting bagi pihak

manajemen dalam pengambilan keputusan.

Keadaan tersebut mengharuskan sebuah perusahaan memerlukan


data biaya yang akurat. Perubahan lingkungan pemanufakturan yang

maju membuat banyak perusahaan dalam menentukan harga pokok

produksi menggunakan sistem biaya tradisional, sehingga perusahaan

menetapkan harga pokok produksi yang tidak akurat. Jika perusahaan

memproduksi beraneka ragam produk maka distorsi yang terjadi akan

lebih parah. Keanekaragaman produk yang semakin tinggi akan membuat

kuantitas sumber daya yang diperlukan untuk menangani aktivitas

transaksi dan penunjang semakin meningkat sehingga memperbesar

distorsi biaya yang dihasilkan selama produksi berlangsung.

Oleh karena itu, diperlukan alternatif perhitungan harga pokok

produksi yang mempunyai perhatian terhadap aktivitas, yaitu Activity

Based Costing System (ABC System). Activity Based Costing System

menghasilkan informasi yang dapat membatasi distorsi dan subsidi yang

disebabkan oleh pengalokasian system akuntansi biaya tradisional.

Penghematan biaya dapat dilakukan dengan membatasi aktivitas-aktivitas

yang tidak menambah nilai. Dengan demikian dapat digunakan sebagai

dasar untuk perbaikan profitabilitas secara continue, sehingga perusahaan

dapat meraih keunggulannya.


BAB III

Metode Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Untuk melengkapi data dalam penyusunan Tugas Akhir ini

dilakukan penelitian pada PT MACANAN JAYA CEMERLANG, pada

bulan Maret sampai April 2006, data yang diambil mengenai data biaya

produksi pada tahun 2005.

B. Data Yang Diperlukan

1. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berupa huruf, gambar, diagram dan lain

sebagainya (bukan angka) yang menjabarkan sesuatu atau kata-kata.

Dalam hal ini data yang diperlukan adalah data tentang sejarah

berdirinya PT MACANAN JAYA CEMERLANG dan perkembangan

perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi, daerah pemasaran,

sistem produksi, dan lain sebagainya.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka atau data yang
dapat dihitung dengan satuan hitung. Data tersebut sebagai berikut:

a. Jumlah produksi untuk setiap jenis produk yang

diproduksi tahun 2005.

b. Jumlah biaya produksi atau Laporan Harga Pokok

Produksi untuk tahun 2005.

c. Jumlah karyawan, jumlah jam kerja, jumlah kwh (untuk

pemakaian tenaga listrik), luas area pabrik yang

digunakam untuk proses produksi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik antara

lain:

1. Wawancara

Wawancara yang digunakan dengan mengajukan pertanyaan mengenai

informasi atau data langsung dari sumber yang berkaitan dengan

masalah penentuan harga pokok atas produk yang dihasilkan, yaitu jenis

produk yang dihasilkan dan jumlah produksi selama satu periode.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui

dokumen-dokumen perusahaan mengenai data yang terkait dengan

masalah penentuan harga pokok produksi, yaitu data biaya yang

dikeluarkan perusahaan selama satu periode, data kuantitas pemicu

biaya.
D. Tehnik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kuantitatif yang dilakukan dengan cara:

a.Menghitung harga pokok produksi per unit untuk

masing-masing jenis produk dengan sistem

tradisional yang dipakai perusahaan.

b.Menghitung harga pokok produksi per unit

untuk masing-masing jenis produk berdasarkan

Activity Bused Costing System dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan biaya overhead pabrik menurut

aktivitasnya.

2. Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai

aktivitas.

3. Menentukan cost driver yang tepat untuk masing-

masing aktivitasnya.

4. Menentukan cost pool yang homogen

5. Menentukan tarif kelompok atau pool rule berdasarkan

cost driver tersebut.

6. Membebankan tarif kelompok tersebut berdasarkan cost


driver yang digunakan untuk menghitung biaya overhead

yang dibebankan.

7. Menyusun perhitungan harga pokok produksi menurut

Activity Based Costing System untuk mengetahui apakah

sistem yang digunakan perusahaan tepat.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Untuk melengkapi data dalam penyusunan Tugas Akhir ini

dilakukan penelitian pada PT MACANAN JAYA CEMERLANG, pada

bulan Maret sampai April 2006, data yang diambil mengenai data biaya

produksi pada tahun 2005.

B. Data Yang Diperlukan

3. Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berupa huruf, gambar, diagram dan lain

sebagainya (bukan angka) yang menjabarkan sesuatu atau kata-kata.

Dalam hal ini data yang diperlukan adalah data tentang sejarah

berdirinya PT MACANAN JAYA CEMERLANG dan perkembangan


perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi, daerah pemasaran,

sistem produksi, dan lain sebagainya.

4. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka atau data yang

dapat dihitung dengan satuan hitung. Data tersebut sebagai berikut:

d. Jumlah produksi untuk setiap jenis produk yang

diproduksi tahun 2005.

e. Jumlah biaya produksi atau Laporan Harga Pokok

Produksi untuk tahun 2005.

f. Jumlah karyawan, jumlah jam kerja, jumlah kwh (untuk

pemakaian tenaga listrik), luas area pabrik yang

digunakam untuk proses produksi.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik antara lain:

1. Wawancara

Wawancara yang digunakan dengan mengajukan pertanyaan mengenai

informasi atau data langsung dari sumber yang berkaitan dengan

masalah penentuan harga pokok atas produk yang dihasilkan, yaitu jenis

produk yang dihasilkan dan jumlah produksi selama satu periode.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui

dokumen-dokumen perusahaan mengenai data yang terkait dengan


masalah penentuan harga pokok produksi, yaitu data biaya yang

dikeluarkan perusahaan selama satu periode, data kuantitas pemicu

biaya.

D. Tehnik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kuantitatif yang dilakukan dengan cara:

c.Menghitung harga pokok produksi per unit untuk

masing-masing jenis produk dengan sistem

tradisional yang dipakai perusahaan.

d.Menghitung harga pokok produksi per unit

untuk masing-masing jenis produk berdasarkan

Activity Bused Costing System dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan biaya overhead pabrik menurut

aktivitasnya.

2. Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai

aktivitas.

3. Menentukan cost driver yang tepat untuk masing-

masing aktivitasnya.

4. Menentukan cost pool yang homogen

5. Menentukan tarif kelompok atau pool rule berdasarkan

cost driver tersebut.


6. Membebankan tarif kelompok tersebut berdasarkan cost

driver yang digunakan untuk menghitung biaya overhead

yang dibebankan.

7. Menyusun perhitungan harga pokok produksi menurut

Activity Based Costing System untuk mengetahui apakah

sistem yang digunakan perusahaan tepat.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah dan Perkembangan

Perusahaan

Perusahaan penerbit dan percetakan PT Macanan Jaya

Cemerlang pada awalnya merupakan divisi percetakan dalam grup

usaha CV Intan, yang didirikan pada 20 Juli 1978 yang keberadaannya

secara hukum disahkan oleh notaries H. Subekti, SH dengan nomor akte

12/78. Badan usaha CV Intan diubah menjadi Perseroan Terbatas pada


tanggal 8 November 1982 dengan nama PT Intan Pariwara Penerbit dan

Percetakan buku.

Sejak berubah badan usaha dan nama PT Intan Pariwara

mengalami perkembangan yang sangat pesat. Untuk mengembangkan

karyawan agar lebih profesional maka pada tanggal 1 Februari 1992 PT

Intan Pariwara dipecah menjadi Intan Grup, yang terdiri dari:

a. PT Intan Pariwara.

b. PT Sinar Dahana Inti Boga.

c. PT Salarajasa Bhakti Satya.

d. PT Karanganom Laksanto.

e. PT Macanan Jaya Cemerlang.

Bersama pecahnya PT Intan Pariwara menjadi Intan Grup, maka

PT Macanan Jaya Cemerlang resmi berdiri yaitu pada tanggal 1

Februari 1992. Latar belakang perusahaan memilih nama "Macanan

Jaya Cemerlang" adalah:

1. Nama "Macanan" diambil dari nama dusun

perusahaan ini berdiri.

2. Kata "Jaya" dan "Cemerlang" dimaksudkan agar

perusahaan ini tetap jaya dan cemerlang sampai

kapanpun.

PT Macanan Jaya Cemerlang merupakan perusahaan yang bergerak

dalam bidang penerbitan dan percetakan buku, akan tetapi lebih

berkonsentrasi pada bidang percetakan dibandingkan sebagai penerbit.


2. Lokasi Perusahaan

Lokasi perusahaan merupakan tempat dimana perusahaan

melakukan aktivitas-aktivitasnya. PT Macanan Jaya Cemerlang

beralamat di Jl. Ki Hajar Dewantara, Klaten Utara, Jawa Tengah yang

menempati area usaha seluas 14.000 meter persegi. Pemilihan lokasi ini

memiliki beberapa alasan diataranya, tempatnya strategis berada tidak

jauh dari jalan raya Yogyakarta-Solo sehingga mudah dijangkau oleh

mitra usaha maupun konsumen, mudah dicapai dan mempermudah

komunikasi dengan para mitra usahanya.

PT Macanan Jaya Cemerlang Percetakan dan Penerbitan memiliki visi

yaitu:

1. Mendukung dan berperan serta atas

program pemerintah dalam bidang

penerbitan dan pengadaan buku pelajaran

bagi siswa sekolah.

2. Mendukung dan berperan serta atas

program pemerintah dibidang

ketenagakerjaan. Peran serta tersebut

diwujudkan dengan membuka kesempatan

kerja kepada penduduk sekitar perusahaan

dan generasi muda.

3. Mengadakan buku-buku yang bermutu


dan bermanfaat bagi masyarakat.

4. Memperoleh laba usaha demi

kesejahteraan karyawannya.

PT Macanan Jaya Cemerlang dalam melakukan kegiatan

produksi sesuai dengan pesanan, tidak hanya dan PT Intan Pariwara saja

tetapi juga dari penerbit lainnya seperti Penerbit dan Percetakan Intan

Sejati, Intermedia, Produkarya, Graha Multi Grafika dan Penerbit

Cempaka Lima Warna Jakarta. Pesanan untuk mencetak buku pada

tahun ajaran baru lebih banyak dari hari-hari biasa.

3. Struktur Organisasi Perusahaan

PT Macanan Jaya Cemerlang memiliki struktur organisasi dalam

bentuk stuktur organisasi garis, yang artinya wewenang mengalir dari

atas ke bawah begitu pula sebaliknya masing-masing bawahan memiliki

tanggung jawab terhadap atasanya. Kepala bagian memiliki wewenang

dan tanggung jawab terhadap bawahanya yang langsung berada di

bawahnya. Adanya struktur organisasi diharapkan akan memberikan

manfaat yang besar bagi perusahaan yaitu:

1. Karyawan dapat mengetahui kepada siapa harus bertanggung jawab

dan kepada siapa harus memberi tugas.

2. Adanya keharmonisan kerja dan menghindari kekosongan kerja.

Uraian tugas dan tangggung jawab masing-masing bagian:

1. Direktur Utama
Tugas dan tanggung jawab Direktur Utama meliputi:

a. Menyusun strategi atau garis besar pedoman yang harus ditempuh

untuk mencapai tujuan perusahaan bersama Manajer Departemen.

b. Menyusun kebijakan sebagai pedoman umum yang digunakan

untuk menyalurkan pikiran dan tindakan dalam mengambil

keputusan.

c. Menentukan program kerja, yaitu prosedur atau langkah yang

harus diikuti dalam melaksanakan kegiatan serta otorisasi

anggaran.

d. Memberikan otorisasi terhadap pelaksanaan suatu kegiatan.

e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan suatu kegiatan dalam mencapai

tujuan tersebut.

2. Direktur Operasional

Tugas dan tanggung jawab Direktur Operasional meliputi:

a. Melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan perusahaan dan

mengkoordinasikan semua kegiatan tersebut.

b. Menilai pelaksanaan tujuan secara keseluruhan pada masing-

masing departemen maupun bagian dalam perusahaan.

3. Sekretariat Perusahaan

Membantu Direktur Utama dan Operasional dalam menjalankan tata

usaha perusahaan, meliputi:

a. Melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan surat menyurat


dengan pihak luar.

b. Menyiapkan acara kerja dan bagian-bagian lain.

c. Mengadakan hubungan dengan instansi-instansi lain yang

berkaitan dengan perusahaan.

4. Manajer Administrai Keuangan

Tugas dan tanggung jawab Manajer Administrasi dan Keuangan,

meliputi:

a. Bertanggung jawab atas kebenaran laporan

keuangan yaitu Neraca dan Laba-Rugi.

b. Bertanggung jawab atas kebenaran saldo kas

perusahaan.

c. Membuat Laporan harian.

d. Membuat analisa keuangan setiap bulan.

e. Menerima dan mengeluarkan uang sesuai

permintaan.

f. Membuat, merekap anggaran dan realisasi

bulanan tiap-tiap bagian.

g. Membuat progam kerja harian.

h. Membuat Laporan SPT tahunan.

i. Membuat laporan pajak dan mengatur

pembayarannya sesuai tanggal yang

ditentukan.
5. Manajer Departemen Logistik

Tugas dan tanggung jawab Manajer Departemen Logistik, meliputi:

a. Bertanggung jawab atas penerimaan dan

pengeluaran bahan baku dan barang jadi

yang dicatat dalam kartu gudang dalam

bentuk unit dan rupiah.

b. Membuat laporan stok bahan baku maupun

bahan jadi setiap bukunya.

c. Bertanggung jawab atas pemotongan rol

menjadi sheet.

d. Bertanggung jawab atas kesalahan dan

kerusakan pembelian barang.

e. Bertanggung jawab atas pembelian sesuai

perintah beli dan daftar urutan anggaran tiap

bagian.

6. Manajer Departemen Teknik

Tugas dan tanggung jawab manajer departemen teknik, meliputi:

a. Bertanggung jawab atas kelancaran mesin-mesin

produksi dan mobilitas perusahaan.

b. Bertanggung jawab atas perbaikan dan perawatan

baik mesin maupun inventaris perusahaan.


c. Bertanggung jawab atas aliran listrik perusahaan.

d. Membuat laporan pembagian iistrik dan

pembayaran sesuai dengan tanggal yang ditentukan.

7. Manajer Departemen Produksi

Tugas dan tanggung jawab manajer departemen produksi, meliputi:

a. Bertanggung jawab atas kegiatan percetakan buku

sesuai dengan pesanan baik dari umum maupun

pelanggan.

b. Bertanggung jawab atas pemeriksaan naskah,

pembuatan film atau photo, plate naskah isi, cover

serta pengarsipan.

c. Menyelenggaraan persiapan bahan.

d. Bertanggung jawab penjualan buku yang telah

selesai dicetak dan pemotongan buku setelah jilid.

e. Bertanggung jawab atas penentuan penggunaan

mesin untuk menyelesaikan order dan bertanggung

jawab atas pemeriksaan penyelesaian order.

f. Bertanggung jawab atas pengepakan buku yang

sudah disortir dan menyimpannya di gudang.

8. Manajer Departemen Umum dan Personalia

Tugas dan tanggung jawab Manajer Departemen Umum dan Personalia,


meliputi:

a. Mengawasi penyelenggaraan pekerjaan rumah

perusahaan.

b. Bertanggung jawab dan mengatur atas kendaraan

perusahaan seperti perawatan kendaraan dan jadwal

perjalanan.

c. Menyelenggaraan keamanan di lingkungan

perusahaan,

d. Membuat perencanaan karyawan yang dibutuhkan

dalam melaksanakan operasi perusahaan.

e. Merekrut karyawan baru dan mengawasi kinerjanya

serta mempromosikannya.

f. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang

nyaman sehingga para karyawan lebih kreatif dan

inovatif.

g. Menciptakan hubungan kerja yang harmonis.

h. Bertanggung jawab atas pemberhentian kerja,

pensiun dan pindah kerja karyawan serta

pernbayaran gaji secara cepat dan benar.

9. Manajer Departemen Pemasaran

Tugas dan tanggung jawab Manajer Departernen Pemasaran,

meliputi:
a. Menjual produk yang dihasilkan perusahaan sesuai

dengan target penjualan yang ditetapkan.

b. Menciptakan pasar baik untuk lingkungan toko dan

penerbit.

c. Menciptakan saluran distribusi baru.

d. Mengerti perkembangan pasar konsumen dan

selanjutnya dapat mengantisipasi ke depan.

e. Menentukan syarat-syarat pembayaran dan kebijakan

(policy) pemasaran.

4. Pemasaran

1. Daerah Pemasaran

PT Macanan Jaya Cemerlang memiliki wilayah pemasaran

di Klaten dan sekitarnya. PT Macanan Jaya Cemerlang fokus

utamanya adalah percetakan dari pada penerbitan. Sehingga

perusahaan dalam memasarkan produknya memprioritaskan ke

penerbit buku, diantaranya PT Intan Pariwara, PT Intan Sejati,

Intermedia, Pandu Karya, Graha Multi Grafika. Konsumen

besarnya adalah PT Intan Pariwara yang nantinya akan dipasarkan

ke seluruh Indonesia.

2. Sistem Penjualan

Sistem penjualan yang ditetapkan pada PT Macanan Jaya

Cemerlang disesuaikan dengan jumlah pesanan produk. Apabila


pesanan produk berjumlah besar yaitu di atas Rp 500.000,00 maka

pelanggan harus membayar 70% dari total harga pesanan sebagai

uang muka dan sisanya, yaitu 30% dibayarkan apabila produk sudah

selesai dan dikirim ke konsumen. Tetapi jika jumlah pesanan sedikit

yaitu sekitar kurang dari Rp 500. 000,00 maka pembayaran dilakukan

secara lunas.

3. Saluran Distribusi dan Promosi

PT Macanan Jaya Cemerlang dalam mendistribusikan hasil

poduksinya menggunakan saluran distribusi langsung, yaitu saluran

distribusi langsung ke tangan konsumen. Di bidang pemasaran

perusahaan masih mengandalkan pada hubungan yang sudah ada pada

pelanggannya. Dalam hal promosi, perusahaan kurang melakukan

kegiatan ini, kegiatan promosi yang dilakukan hanya dengan

memberikan kalender pada pelanggan dan pemasok.

4. Persaingan

Persaingan yang dihadapi PT Macanan Jaya Cemerlang tidak

terlalu ketat, karena belum ada perusahaan yang memiliki kapasitas

yang melebihi kapasitas produksi perusahaan ini. Tetapi walaupun

demikian perusahaan tetap berusaha mempertahankan eksistensinya

dengan selalu meningkatkan kualitas produknya. Beberapa perusahaan

yang dianggap sebagai pesaing antara lain: Pabelan dan Tiga

Serangkai, sedangkan penerbit dan percetakan lainnya yang ada di

wilayah Klaten dianggap sebagai mitra kerja bukan sebagai pesaing.


5. Poduksi

Produk merupakan unsur utama yang penting dalam PT

Macanan Jaya Cemerlang adalah buku-buku sekolah. Dalam

menciptakan produk PT Macanan Jaya Cemerlang sangat

memperhatikan masalah mutu atau kualitas produk, hal ini disebabkan

karena mutu produk sangat mendukung posisi produk dalam pasar

sasaran. Seperti pada umumnya perusahaan percetakan, PT Macanan

Jaya Cemerlang menerapkan sistem pesanan dalam berproduksi.

a. Hasil Produksi

Sampai saat ini buku-buku yang diterbitkan dan dipasarkan

oleh PT Macanan Jaya Cemerlang sudah begitu banyak. Buku-

buku yang paling banyak diproduksi adalah buku-buku sekolah

yang meliputi hampir seluruh bidang studi yang diajarkan di

sekolah antara lain: Ilmu Pengetahuan Sosial, llmu Pengetahuan

Alam, Pendidikan Pancasila, Bahasa, Keterampilan, Olah Raga,

Kesenian dan buku-buku cerita remaja. Selain itu PT Macanan Jaya

Cemerlang juga memproduksi brosur, leaflet, catalog, novel,

literatur dan lain-lain.

b. Peralatan Produksi

Peralatan yang digunakan dalam proses produksi meliputi:

1) Image Cater, alat yang digunakan untuk merubah CD

menjadi film.

2) Plate Maker, alat yang digunakan untuk memindahkan obyek


dalam film ke dalam plate dengan menggunakan camera foto

printing.

3) Developer, yaitu alat untuk melihat obyek plate yang akan

dicetak.

4) Mesin Cetak Sheet Satu Warna, mesin yang digunakan untuk

mencetak naskah yang sudah jadi dengan satu warna.

5) Mesin Cetak Sheet Empat Warna, yaitu mesin yang

digunakan untuk rnencetak cover atau naskah yang lebih dari

satu warna.

6) Mesin Shrink, mesin yang digunakan untuk mengeringkan

tinta.

7) Mesin Susun, mesin yang digunakan untuk menyusun hasil

cetakan.

8) Mesin Lipat, mesin yang digunakan untuk melipat hasil

cetakan sesuai dengan ukuran.

9) Mesin Ultraviolet Varnish, mesin yang digunakan untuk

melapisi cover agar bercahaya dan anti air.

10) Mesin Jahit Benang, Mesin Jahit Kawat, Mesin Lem, yaitu

alat untulc menjilid buku sebagai hasil cetakan yang sudah

selesai.

11) Mesin Potong, alat yang digunakan untuk memotong hasil

cetakan yang sudah berbentuk buku agar menjadi lebih rapi.

c. Bahan Baku dan Bahan Pembantu Bahan Baku


1) Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah:

a) Kertas

Sebagai bahan yang dicetak dan merupakan bahan pokok

dalam proses produksi perusahaan kertas-kertas tersebut

di pasok dari Leces, Tjiwi Kimia, Suparma, Surya

Pemenang.

b) Tinta

Sebagai bahan untuk melukis dan menggambar pada

proses percetakan. Pemasok warna adalah Cemantika dan

Warna Harapan.

2) Bahan Pembantu

Bahan pembantu terdiri atas:

a) Plate, merupakan alat yang dimasukan ke dalam mesin

cetakan yang nantinya berfungsi untuk menimbulkan

tulisan dan gambar.

b) Com, sebagai penyapus film bila ada yang rusak atau

cacat atau sebagai penghapus garis-garis pada film,

karena hasil dari penyusunan naskah yang digunting-

gunting.

c) Air, sebagai bahan untuk mencuci rol dan campuran

mesin cetak.

d) Cemikel, sebagai bahan baku untuk membersihkan plate.

e) Benang sebagai bahan untuk menjahit buku-buku yang


sudah jadi.

f) Streples, sebagai bahan untuk menyatukan atau menjilid

buku.

g) Kawat, sebagai untuk menyatukan buku atau menjilid

buku yang tebal.

h) Lem, sebagai bahan untuk menyatukan buku yang tipis.

i) Kardus, sebagai tempat untuk mengepak buku yang akan

dikirimkan ke pemesan.

j) Raffia, untuk mengikat buku-buku yang akan dikirim ke

pemesan yang jumlahnya sedikit.

k) Plastik, untuk membungkus buku-buku yang siap dikirim

ke pemesan supaya tidak kotor dan terkena air.

d. Proses Produksi

Proses produksi yang terjadi pada PT Macanan Jaya

Cemerlang ada beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut

digambarkan sebagai berikut:


Bagian
BagianEditorial
Plate Bagian Penjilidan
Jilid
Potong
Bagian Percetakan
Calendaring Cover

PRA CETAK CETAK PENYELESAIAN


Produk Jadi

Gambar 5: Proses Produksi PT Macanan Jaya Cemerlang

Sumber: PT. Macanan Jaya Cemerlang

Keterangan:

a. Bagian Editorial

Setelah naskah diterima dari para pengarang atau penerbit

kemudian dilakukan pemeriksaan naskah isi dan cover yang

sudah dicetak kemudian difilm atau diphoto dengan

menggunakan image cete.

b. Bagian Plate

Setelah diphoto dan difilm di bagian editorial, isi dan cover

kemudian diplate maker, plate isi dan plate cover naskah

diserahkan pada bagian percetakan.

c. Bagian Percetakan

Pada bagian ini plate isi dan cover naskah yang dapat dilihat

dengan menggunakan mesin wet, dicetak baik itu

menggunakan mesin cetak sheet satu warna maupun mesin

sheet empat warna. Selanjutnya dilakukan calendaring yaitu

proses khusus untuk bagian sampul dengan memberikan

lapisan berupa cairan pada seluruh muka sampul dengan


menggunakan mesin ultraviolet varnish. Hasil cetakan baik

itu isi maupun sampul dikeringkan dengan rnenggunakan

mesin shrink kemudian dikirim ke bagian penjilidan.

d. Bagian Penjilidan

Setelah produk selesai dicetak, hasil cetakan ini disusun

menggunakan mesin susun dan dilakukan penjilidan. Adapun

penjilidan dilakukan dengan dua cara yaitu:

1) Untuk jenis buku tipis disteples

2) Untuk jenis buku tebal dijahit dengan kawat, benang atau

menggunakan lem yang dilakukan dengan menggunakan

mesin.

Buku-buku yang selesai dijilid kemudian dipotong dengan

menggunakan mesin potong agar menjadi rapi dan dipack

dengan mesan laminasi. Setelah selesai proses finishing

maka buku-buku tersebut dikirim ke gudang untuk disimpan

sampai akhirnya diserahkan ke penebit yang memesan.

5. Hasil Produksi dan Biaya Produk PT

Macanan Cemerlang

Untuk dapat bertahan dalam pasar, produk yang dihasilkan

haruslah memiliki karakteristik dan mutu yang baik. PT Macanan Jaya

Cemerlang dalam tiap melakukan proses produksi selalu

mempertahankan hal tersebut, hal ini merupakan ketetapan yang telah


disepakati bersama. Produk yang dihasilkan PT Macanan Jaya Cemerlang

adalah buku, terdiri dari:

a. Buku Pelajaran Sekolah

Jenis buku ini bervariasi, semua mata pelajaran untuk anak TK,

Sekolah Dasar, SMP, SMA. Buku pelajaran sekolah disesuiakan

dengan perkembangan kurikulum yang berlaku.

b. Buku Umum

Buku umum ini terdiri dari novel, cerpen, majalah, dan lain

sebagainya. Buku jenis ini lebih sedikit diproduksi karena mayoritas

orderan yang diterima adalah buku pelajaran sekolah.

c. Buku Promosi

Jenis ini dibuat karena adanya pesanan dari konsumen dalam rangka

untuk mempromosikan produk.

Adapun data produksi yang dimiliki PT Macanan Jaya Cemerlang

pada tahun 2005 sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah Produksi PT Macanan Jaya Cemerlang Tahun 2005

(dalam Unit)

Jenis Produk Jumlah Produksi

Buku Pelajaran TK dan SD 4.070.263


Buku Pelajaran SMP 5.635.749
Buku Pelajaran SMA 7.305.601
Buku Umum 2.348.229
Buku Promosi 1.513.303
Total Produksi 20.873.145
Sumber: PT Macanan Jaya Cemerlang

PT Macanan Jaya Cemerlang memiliki biaya produksi yang


digunakan tahun 2005 untuk memproduksi produk-produk diatas adalah:

1) Pemakaian Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi buku-buku tersebut

diatas adalah kertas dan tinta yang digunakan pada bagian percetakan

saja. Jumlah yang digunakan untuk berproduksi selama tahun 2005

adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Jumlah Pemakaian Bahan Baku Tahun 2005

(dalam Rupiah)

Jenis Produk Jumlah Pemakaian


Buku Pelajaran TK dan SD 12.033.732.600
Buku Pelajaran SMP 19.994.510.300
Buku Pelajaran SMA 28.798.679.150
Buku Umum 12.774.271.850
Buku Promosi 4.354.771.550
Total Biaya Bahan Baku 77.955.965.450
Sumber: PT Macanan Jaya Cemerlang

2) Pemakaian Biaya Tenaga Kerja Langsung

Tabel 3. Pemakaian Biaya Tenaga Kerja Langsung

(dalam rupiah)

Departemen Jenis Produk


TK & SD SMP SMU Umum Promosi

Selain data di atas, data lain yang digunakan untuk mendukung

penerapan ABC System, antara lain:

a) Data jumlah karyawan.

b) Data pemakaian listrik (Kwh).

c) Data jumlah jam inspeksi.


d) Data luas area pabrik.

e) Data jumlah desain atau jenis produk.

f) Data jumlah pemakaian spare part.

g) Data jumlah jam mesin beroperasi.

Data tersebut memiliki jumlah kuantitas sebagai berikut:

Tabel 5. Data Kuantitas Pemicu Biaya

Keterangan TK & SD SMP SMU Umum Promos Jumlah


Jumlah Karyawan 42 48 68 31 30 219
Jumlah Kwh 5.600 5.600 5.600 5.600 5.600 28.000
Jumlah Jam inspeksi 19.640 21.060 22.640 17.660 17.200 98.200
Luas Area Pabrik 2.800 3.050 3.100 2.600 2.450 14.000
Jumlah Desain 630 830 730 530 430 3.150
Produk
Jumlah Pemakaian 1.960 2.115 2.150 1.840 1.735 9.800
Spare Part
Jumlah Mesin 50 51 52 48 48 250
Beroperasi
Sumber. PT Macanan Jaya Cemerlang

6. Penentuan Harga Pokok Produksi

Dengan Sistem Tradisional

PT Macanan Jaya Cemerlang dalam menentukan Harga Pokok

Produksi menggunakan sistem konvensional atau tradisional, dimana

pembebanan biaya overhead pabrik menggunakan tarif tunggal

berdasarkan jumlah unit produksi, yaitu total biaya overhead pabrik dibagi

dengan jumlah unit produksi. Perhitungan tarif overhead dengan tarif

tunggal adalah sebagai berikut:

Tarif overhead pabrik = Total BOP


Jumlah Produksi
= Rp 22.419.747. 190 = Rp 1.074,10
20.873.145 unit

Tabel 6

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Tradisional dalam Rupiah

Jumlah Produksi
Jenis Produksi Tarif BOP (Unit) Pembebanan

TK & SD 1.074,10 4.070.263 4.371.869.488


SMP 1.074,10 5.635.749 6.053..358.001
SMU 1,074,10 7.305.601 7.846.946.034
Umum 1,074,10 2.348.229 2.522.223.102
Promosi 1.074,10 1.513.303 1.625.438.752
Total 20.873.145 22.419.835.380
Sumber: PT Macanan Jaya Cemerlang

Berdasarkan tarif BOP yang telah ada, maka harga pokok

produksi untuk masing-masing produk dengan sistem konvensional

adalah sebagai berikut:

Tabel 7

Perhitungan Harga Pokok Produksi

dengan Sistem Konvensional dalam Rupiah

Keterangan TK & SD SMP SMU Umum Promosi

Biaya Bahan Baku 12.033.732.600 19.994.510.300 28.798.679.150 12.774.271.850 4.354.771.55


Biaya Tenaga 0
Kerja Langsung 408.681.000 565.866.000 733.530.000 235.777.500
Biaya Overhead 4.371.689.488 6.053.358.001 7.486.948.034 2.522.223.102 151.945.500
Pabrik 16.814.103.088 26.613.373.301 37.379.155.184 15.532.227.450 1.625.438.75
Harga Pokok Produksi 4.070.263 5.635.749 7.305.601 2.348.229 2
Jumlah Produksi 6.132.155.80
2
1.513.303
HPP per Unit 4.130,96 4.722,31 51 5.116,51 6.614,46 4.052,17
Sumber: PT Macanan Jaya Cemerlang

Hasil perhitungan biaya overhead pabrik dengan tarif tunggal di


atas rnengasumsikan bahwa semua produk memperoleh manfaat yang

sama, hal ini dikarenakan hanya menggunakan satu dasar alokasi yaitu

jumlah produksi maka masing-masing produk dibebani biaya overhead

pabrik yang sama.

Ketidaktepatan pembebanan biaya akan berpengaruh pada

perhitungan harga pokok produksi yang dapat menimbulkan terjadinya

overcosted atau undercosted. Dengan demikian pemakaian unit produksi

sebagai satu-satunya dasar pembebanan biaya overhead pabrik adalah tidak

relevan dan akan menghasilkan informasi biaya produksi atau harga pokok

produksi yang tidak akurat.

B. Analisis Data

1. Komponen Biaya Overhead Pabrik.

Adapun komponen biaya overhead pabrik dalam perhitungan harga

pokok produksi dengan ABC System yang dihubungkan dengan aktivitas

yang mengkonsumsinya, yaitu:

a. Biaya Bahan Penolong.

Bahan penolong yang digunakan dalam proses produksi antara lain:

1) Plate

2) Com

3) Kemikel

4) Benang

5) Streples
6) Kawat

7) Lem

8) Box (Kardus)

9) Rafia

10) Plastik

Biaya-biaya bahan penolong tersebut di atas penggunaannya seiring

dengan banyaknya jumlah unit yang diproduksi. Dasar pembebanan

yang tepat adalah jumlah unit yang diproduksi.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung.

Biaya ini digunakan untuk menggaji tenaga kerja tak langsung,

seperti: pengawas yang hanya mengawasi kegiatan produksi dan

memberikan petunjuk pelaksanaan proses produksi. Gaji dan upah

tak langsung dikonsumsi oleh jumlah waktu yang diperlakukan

untuk melaksanakan inspeksi.

c. Biaya Penyusutan Peralatan.

Peralatan yang digunakan untuk membantu proses produksi akan

mengalami penyusutan dalam jangka waktu tertentu. Dasar

pembebanannya adalah jumlah unit produksi.

d. Biaya Penyusutan Mesin.

Mesin yang digunakan dalam proses produksi akan mengalami

penyusutan dalam jangka waktu tertentu. Dasar pembebannya adalah

jumlah unit produksi.

e. Biaya Penyusutan Gedung.


Gedung yang digunakan akan mengalami penyusutan setelah

digunakan dalam jangka waktu tertentu. Besarnya biaya didasarkan

pada luasnya bangunan pabrik.

f. Biaya Pemeliharaan Gedung.

Biaya pemeliharaan gedung dikeluarkan untuk menerima gedung

pabrik tempat beropeasi. Besarnya biaya pemeliharaan gedung ini

didasarkan pada luas area pabrik yang dikonsumsi pabrik.

g. Biaya Spare Part

Biaya spare part dikeluarkan bila mesin dan peralatan yang rusak dan

terdapat spare part yang perlu diganti. Besarnya biaya spare part ini

didasarkan pada jumlah spare part yang digunakan.

h. Biaya Pemeliharaan Mesin.

Biaya pemeliharaan mesin dikeluarkan untuk memelihara mesin-mesin

produksi. Biaya pemeliharaan mesin ini didasarkan pada jumlah jam

inspeksi.

i. Biaya Asuransi Gedung

Biaya asuransi ini sesuai dengan luas area pabrik yang digunakan untuk

beroperasi.

j. Biaya Asuransi Mesin.

Biaya asuransi ini sesuai dengan jumlah mesin-mesin yang

dioperasikan dalam proses produksi.

k. Biaya Listrik, Air, dan Telepon.

Biaya listrik dan air dikonsumsi dengan jumlah unit yang diproduksi,
kerena mesin-mesin yang digunakan untuk proses produksi

kesemuanya mengunakan listrik. Dasar pembenanan biaya listrik, air

dan telepon adalah jumlah Kwh.

l. Biaya Kesehatan

Biaya kesehatan ini didasarkan pada jumlah karyawan.

m. Biaya Jamsostek

Biaya Jamsostek karyawan berdasarkan dengan jumlah karyawan.

2. Penentuan Harga Pokok Produksi dengan ABC

System

Akuntansi biaya tradisional dalam mengalokasikan biaya overhead

berdasarkan unit produksi, sedangkan ABC System biaya overhead

dialokasikan berdasarkan aktivitas. Dalam menerapkan sistem ABC ada 2

tahap yang harus dilakukan:

a. Menelusuri biaya dari sumber daya ke aktivitas yang

mengkonsumsinya. Tahap ini terdiri dari:

1) Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas.

Pada PT Macanan Jaya Cemerlang aktivitas dapat

digolongkan menjadi empat level aktivitas, meliputi:

a) Aktivitas Unit Level (Unit-Level Activities).

Aktifitas ini terjadi berulang untuk setiap unit produksi dan

konsumsinya seiring dengan jumlah unit yang diproduksi.

Jenis aktifitas ini meliputi pemakaian bahan penolong,


aktivitas penyusutan peralatan, aktivitas pemakaian listrik,

aktivitas penyusutan mesin dan penyusutan gedung.

b) Aktifitas Batch Level (Batch-Level Activities)

Merupakan jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk

berdasarkan jumlah batch produk yang diproduksi dan

aktivitas penyebab biaya ini terjadi berulang setiap satu batch

(kelompok). Aktivitas ini meliputi biaya tenaga kerja tak

langsung, dan biaya pemeliharaan mesin.

c) Aktivitas Fasilitas Level (Facility-Level Activities)

Merupkan jenis aktivitas yang dikonsumsi oleh produk

berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk. Aktivitas ini

berkaitan dengan unit, batch maupun produk. Jenis aktivitas ini

meliputi aktivitas pemeliharaan gedung, biaya spare part,

asuransi gedung, asuransi mesin, biaya kesehatan dan

jamsostek.

d) Aktivitas Produk Level (Product-Level Activities).

Merupakan jenis aktivitas yang dikonsumsi produk yang

dihasilkan oleh aktivitas tersebut. Aktivitas ini dilakukan untuk

mendukung produksi produk buku yang berbeda. Aktivitas

yang masuk dalam level ini adalah desain produk.

2) Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas.

Adapun hubungan antara aktvitas yang terjadi diatas dapat

diidentifikasi dari biaya yang ada, yaitu:


a) Aktivitas pemakaian bahan penolong yang digunakan dalam

proses produksi, aktivitas ini mengkonsumsi biaya bahan

penolong.

b) Aktivitas pemakaian biaya tenaga kerja tidak langsung,

mengkonsumsi biaya gaji atau upah tak langsung.

c) Aktivitas penyusutan mesin, mengkonsumsi biaya penyusutan

mesin.

d) Aktivitas penyusutan gedung, mengkonsumsi biaya penyusutan

gedung.

e) Aktivitas pemeliharaan gedung, mengkonsumsi biaya

pemeliharaan gedung.

f) Aktivitas pemakaian spare part, mengkonsumsi biaya

pemakaian spare part.

g) Aktivitas perawatan rnesin, mengkonsumsi biaya perawatan

mesin.

h) Aktivitas asuransi gedung, mengkonsumsi biaya asuransi

mesin.

i) Aktivitas pemakaian listrik, air dan telepon, mengkonsumsi

biaya listrik, air dan telepon.

j) Aktivitas biaya kesehatan karyawan, mengkonsumsi biaya

kesehatan karyawan.

k) Aktivitas jamsostek karyawan, rnengkonsumsi biaya jamsostek

karyawan.
3) Menentukan kelompok biaya yang homogen atau cost pool.

Pembentukan cost pool yang homogen dimaksudkan untuk

merampingkan pembentukan cost pool yang terlalu banyak, karena

aktivitas yang memiliki cost driver yang berhubungan dapat

diagregasikan ke dalam sebuah cost pool dengan menggunakan

salah satu cost driver yang dipilih.

Aktivitas yang dikelompokkan dalam level unit

dikendalikan oleh dua cost driver yaitu jumlah unit produksi dan

jumlah Kwh. Aktivitas yang dikelompokkan dalam batch level

dikendalikan oleh satu cost driver yaitu jam inspeksi. Aktivitas

yang dikelompokkan dalam level fasilitas dikendalikan oleh empat

cost driver yaitu jumlah pemakaian, jumlah mesin beroperasi,

jumlah karyawan dan luas area pabrik yang digunakan. Sedangkan

aktivitas yang dikelompokkan dalaln level produk dikendalikan

satu cost driver yaitu jumlah desain.

4) Menentukan tarif kelompok (pol rate) untuk masing-masing cost

pool.

Pool rate dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk

kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas

kelompok tersebut.

Perhitungan tarif kelompok (pool rate) adalah sebagai

berikut:
Tabel 8

Cost Pool Homogen, aktivitas Overhead, Cost Driver dan

Level Cost Pool

Cost Pool Level


Komponen BOP Cost Driver
Homogen Activy
Pool 1 Biaya Bahan Penolong Jumlah Produksi Unit
Biaya Pemakaian Com
Biaya Pemakaian Kemikel
Biaya Pemakaian Benang
Biaya Pemakaian Streples
Biaya Pemakaian Kawat Biaya
Pemakaian Lem
Biaya Pemakaian kardus (box)
Biaya Pemakaian Rafia
Biaya Pemakain Plastik
Pool 1 Biaya Penyusutan Peralatan Jumlah Produksi Unit
Biaya Penyusutan Mesin
Pool 2 Biaya Penyusutan Gedung Luas Area Pabrik Fasilitas
Biaya Pemeliharaan Gedung
Biaya Asuransi Gedung
Biaya Tenaga Kerja Tidak
Langsung
Jam Inspeksi Batch
Pool 3 Biaya Pemeliharaan Mesin
Jumlah Pemakaian Fasilitas
Pool 4 Biaya Spare Part
Pool 5 Biaya Asuransi Mesin Jumlah Mesin Beroperasi Fasilitas
Pool 6 Biaya Listrik, Air dan Telepon Jumlah Kwh Fasilitas
Pool 7 Biaya Kesehatan Jumlah Karyawan Fasilitas
Biaya Jamsostek Jumlah Desain Produk
Pool 8 Biaya Pemakaian Plate

Sumber: PT Macanan Jaya Cemerlang


Tabel 9

Pool Rate Unit Level Activy (dalam Rupiah)

Cost Pool Keterangan Jumlah


Biaya Bahan Penolong 12.026 114.200
Pool 1 Biaya Penyusutan Peralatan 186.928.862
Biaya Penyusutan Mesin 222.092.480
Jumlah Biaya 12.435.135.522
Jumlah Produksi 20.873.145
Pool Rate 595, 748
Biaya Listrik, Air dan telepon 142.268.305
Pool 6
Jumlah Kwh 28.000
__ Pool Rate 5.081,01

Tabel 10

Pool Rate -Batch Related Activity (dalam Rupiah)

CostPool Keterangan Jumlah


Pool 3 Biaya tenaga kerja tak 674.599.950
langsung 53.405.849
Biaya pemeliharaan mesin
Jumlah Biaya 728.005.799
Jam Inspeksi 98.200
Pool Rate 7,413,50

Tabel 11

Pool rate - Facility Related Activity dalam Rupiah

Cost Pool _Keterangan Jumlah


Pool 2 Biaya Penyusutan Gedung 600.000.000
Biaya Pemeliharaan gedung 47.223.680
Biaya Asuransi Gedung 50.000.000
Jumlah Biaya 697.223.680
Luas Area Pabrik 14.000
Pool rate _
Pool 4 Biaya Spare Part 101.736.650
Jumlah pemakaian 9.800
Pool rate 10.381,29
Pool 5 Biaya Asuransi Mesin 50.000.000
Jumlah Mesin Beroperasi 250.000
Pool rate 200.000
Pool 7 Biaya Kesehatan 193.446.890
Bia a Jamsostek 190.238.940
Jumlah Biaya 383.685.830
Jumlah Ka awan 219
Pool rate 1.751.990.091
Sumber: PT Macanan Jaya Cemerlang

Tabel 12

Pool rate - Product Related Activity

Cost Pool Keterangan Jumlah


Pool 8 Biaya Pemakaian Plate 7 881.691.400
Jumlah Desain 3.150
Pool rate 2.502 124,254
Sumber: PT Macanan Jaya Cemerlang

b. Menentukan biaya-biaya ke produk.

Dalam prosedur ke dua ini adalah melakukan pembebanan biaya

overhead pabrik pada masing-masing produk, menurut RA. Supriyono

(1999: 272) yang dirumuskan sebagai berikut:

BOP di bebankan = Tarif Kelompok x Unit Cost Driver yang digunakan

Proses dan hasil pembebanan biaya overhead pabrik pada

masing-masing produk adalah sebagai berikut:


Tabel 13.

Proses Pembebanan Biaya Overhead Pabrik dengan ABC

System (dalam rupiah)

Proses selanjutnya adalah perhitungan harga pokok produksi

menurut ABC System dengan cara menjumlahkan elemen-elemen harga

pokok produksi yaitu, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

dan biaya overhead pabrik yang pembebanannya dihitung berdasarkan

konsumsi aktivitas masing-masing produksi.

Perhitungan tersebut ditampilkan pada table 14, sebagai berikut:

Tabel 14

Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan ABC System (dalam Rupiah)

Elemen HPP Buku TK & Buku SMP Buku SMA Buku Umum Buku Promosi
Biaya Bahan 12.033.732.600
SD 19.994.510.300 28.798.679.150 12.774.271.850 4.354.771.55
Baku 0
Biaya Tenaga 408.671.000 565.866.000 733.530.000 235.777.500
Kerja Langsung 4.418.624.768 5.887.004.599 6.681.384.525 3.087.075.511 151.945.500
BOP 2.335.656.50
2
Harga Pokok '
Produk 18.861.038.370 26.447.380,7 36.213.593.680 16.107.124.861 6.842.373.52
Jumlah Produksi 4.070.263 5.635.749 7.305.601 2.348.229 0
1.513.330

FPP Per Unit 4.142,49 4.692,79 4.956,96 6.859.26 4.521,48

Hasil perhitungan dengan ABC System di atas menunjukkan

harga pokok produksi bahwa pembebanan biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung sama dengan pembebanan sistem tradisional.

Tetapi pembebanan biaya overhead pabrik untuk masing-masing produk

tidak sama besarnya dengan pembebanan pada sistem tradisional,

karena pada ABC System BOP dibebankan aktivitas yang dikonsumsi

oleh masing-masing produk.

Pembebanan BOP untuk Buku TK dan SD, Buku Umum, dan

Buku Promosi menurut ABC System adalah sebesar Rp 4.142,49, Rp

6.859,26, dan Rp 4.521,48, sedangkan menurut sistem tradisional

sebesar Rp 4.130,96, Rp 6.614,46, dan Rp 4.052,17. Sehingga terlihat

bahwa pembebanan dengan ABC System lebih besar dari pada sistem

tradisional. Ketidak tepatan pembebanan biaya overhead pabrik pada

sistem tradisional menyebabkan terjadinya overcosted dan undercosled

yaitu produk yang satu akan memberikan subsidi pada produk lain.

Akibatnya adalah kemungkinan produk yang satu dijual dengan harga

yang rendah dan produk yang lain dijual dengan harga yang tinggi.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Perbedaan hasil perhitungan harga pokok produksi perudahaan per

unit antara sistem tradisional dengan ABC System adalah sebagai berikut:
Tabel 15

Perbedaan Hasil Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) Per Unit antara Sistem

Tradisional dengn ABC System

Jenis Sistem ABC System Selisih Nilai


Buku TK & Rp. 4.130,96 Rp. 4.142 43 (Rp.11,83) Underavsted
SD Rp. 4.722,31 Rp. 4.692,79 Rp 29,52 Overcosted
Buku SMP Rp. 5.116,51 Rp. 4.956,96 Rp 159,55 Ovenrosted
Buku SMU Rp. 6.614,46 Rp. 6.859,26 (Rp.244,8) Underoosted
Buku Umum Rp. 4.502,17 Rp. 4.521 48 (Rp.19,31) Undercosfed
Buku Promosi

Dari hasil perhitungan harga pokok produksi antara sistem tradisional

dengan ABC System membebankan biaya overhead pabrik relatif lebih kecil

untuk produk volume tinggi dan cenderung membebankan relatif lebih besar

terhadap produk dengan volume lebih rendah.

Berdasarkan teori penetapan harga pokok produksi dengan

menggunakan ABC System akan menghasilkan informasi biaya yang lebih

teliti, sehingga harga pokok produksi yang ditetapkan lebih rendah bila

dibandingkan dengan menggunakan sistem tradisional. Tetapi pada PT

Macanan Jaya Cemerlang harga pokok produksi bervariasi, HPP buku SMP

dan SMU lebih tinggi sedangkan buku TK dan SD, buku Umum dan Promosi

lebih rendah. Hal ini terjadi karena pada PT Macanan Jaya Cemerlang tidak

semua syarat untuk menerapkan ABC System dapat dipenuhi. Biaya overhead
pabrik yang ada pada perusahaan lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya

bahan baku.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Penetapan Harga Pokok Produksi dengan ABC System bila diterapkan di

PT Macanan Jaya Cemerlang elemen pembentuknya adalah sama dengan

sistem konvensional. Elemen tersebut yaitu, biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku

maupun biaya tenaga kerja langsung ditetapkan berdasarkan konsumsinya

baik itu dengan ABC System maupun dengan sistem konvensional,

sedangkan BOP ditetapkan berdasarkan aktivitasnya untuk ABC System.

Pertama menelusuri biaya dari sumber daya ke aktivitas yang

mengkonsumsinya, kemudian menghubungkan berbagai biaya dengan

berbagai aktivitas, menentukan kelompok biaya yaitu yang homogen atau

cost pool, dan terahir menentukan tarif kelompok (pool rate) untuk

masing-masing cost pool. Sehingga BOP yang dibebankan ke produk

dapat dicari dengan mengalikan tarif kelompok dengan cost driver yang
digunakan.

2. PT Macanan Jaya Cemerlang dalam menentukan harga pokok produksi

perusahaan per unit yaitu dengan menggunakan sistem konvensional

cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan ABC System, yaitu:

a. Buku TK & SD Rp 4.130,96

b. Buku Umum Rp. 6.614,46

c. Buku Promosi Rp. 4.052,17

Sedangkan untuk Buku SMP dan SMU perusahaan menatapkan harga

pokok produksi per unit lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 4.722,31 dan Rp.

5.116,51 dibandingkan dengan ABC System yaitu sebesar Rp. 4.692,79 dan

Rp. 6.859,26 sehingga terdapat overcosted sebesar Rp. 29,52 dan Rp. 159,55.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka ada beberapa saran yang dapat

disampaikan, yaitu:

1. PT. Macanan Jaya Cemerlang dalam menentukan Harga Pokok Produksi

sebaiknya lebih teliti karena harga pokok akan mempengaruhi posisi

produk di pasar. Harga pokok produk dapat ditekan biayanya dengan jalan

mengalikan aktivitas yang di konsumsi ABC System adalah model

penentuan harga pokok produk dengan pengendalian aktivitas.

2. Biaya berbasis non unit PT Macanan Jaya Cemerlang jumlahnya relatif

kecil, maka perusahaan masih dapat menggunakan sistem konvensional,

tetapi jika jenis produk yang diproduksi semakin bervariasi PT Macanan


Jaya Cemerlang dapat mengadopsi ABC System, tetapi harus benar-benar

dapat membantu fihak manajemen dalam mengambil keputusan atau tidak,

karena penetapan ABC System membutuhkan biaya yang cukup besar.

DAFTAR PUSTAKA

AL. Haryono Yusup, (2001). Dasar-Dasar Akuntansi. Edisi Enam. Yogyakarta.


STIE YKPN.

Garriso Norren, (2000). Akuntansi Manajerial. Buku I. Jakarta. Salemba Empat

Hansen and Mowen, (2000), Akuntansi Biaya: Akuntansi dan Pengendalian Buku
I. Jakarta. Salemba Empat.

Mulyadi, (2001). Akuntansi Biaya. Edisi Delapan. Yogyakarta. STIE YKPN

Mulyadi, (2003). Activity Based Costing System. Edisi Delapan. Yogyakarta. UPP
AMP YKPN

Supriyono, (1999). Manajemen Biaya. Edisi Biaya. Yogyakarta. BPFE

You might also like