You are on page 1of 33

Peluang dan Tantangan

PELUANG DAN TANTANGAN


EKSPANSI DAKWAH ISLAM DI ERA OTONOMI
DAERAH

H. Mas’oed Abidin
Ketua Badan Amil Zakat Sumbar
Wakil Ketua Dewan Dakwah Sumbar
Wakil Ketua Dewan Penasehat MUI Sumbar

Dan hendaklah ada di antara kamu


segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf
dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.
(Ali Imran (3) : 104)

Muqaddimah
Nikmat Allah SWT yang kita peroleh
dengan berbagai kelebihan atau kekurangan
adalah hasil dari pengorbanan dan ketekunan
kita secara sambung bersambung. Sebagai
buktinya adalah keterpaduan hati, tekad dan
langkah yang kita ayunkan sampai hari ini.
Nikmat itu membuka banyak kesempatan
bergerak lebih leluasa dan bertanggung jawab.

Di daerah kita, Sumatra Barat tercinta ini,


kini dirasakan keterbukaan dalam bentuk lain,
yakni dengan terbukanya wacana kembali ke
nagari, walaupun selama 21 tahun telah pula
berkembang wacana perubahan ini. Dan hal ini
pulalah yang menjadi bukti dari demokratisasi
yang berkembang sejak lama.
Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi
Diberlakukannnya UU No.22/1999
membuka peluang masyarakat beradat
berpegang pada adat bersendi syarak dan
syarak bersendikan Kitabullah, secara lebih luas
melaksanakan otonomi di daerah Sumbar yang
didukung dengan lahirnya Perda No.9/2000
tentang Kembali Ke Pemerintahan Nagari. Perda
ini memberi keleluasaan tertib melaksanakan
kaedah adat di ranah Minang yang senyatanya
adalah kekayaan budaya paling berharga untuk
mendorong motivasi masyarakat1 di nagari-
nagari dalam mendinamisir diri membangun
kampung halaman.

PROBLEMATIKA DAKWAH
Seiring dengan itu di Alaf ini telah terjadi
perubahan cepat dan transparan ditandai
hubungan komunikasi, informasi, dan
transportasi serba cepat mengarah kepada
lepasnya sekatan.2

Masyarakat Sumbar mesti bersyukur


kepada Allah, yang menganugerahi rahmat besar
dengan nilai tamaddun budaya Minangkabau
yang terikat kuat dengan penghayatan Islam dan
telah pula diakui sebagai salah satu puncak
kebudayaan dunia.

Namun, di sisi lain, keterpesonaan


menatap budaya lain di luar kita di tengah
derasnya penetrasi budaya asing, kerapkali
mengancam generasi pengganti meluncur ke
arah degradasi akhlak yang cepat seiring
terbukanya isolasi daerah-daerah sampai ke
1 motivation of force
2 borderless
Peluang dan Tantangan
jantung Ranah Bundo Kanduang. Hal ini
diperparah oleh kurang berperannya da’i dan
imam khatib di nagari dalam memfungsikan
Surau dan Masjid menjadi pusat pembinaan
anak nagari.

Sementara itu, mereposisi peran elemen


penentu di tengah masyarakat di nagari tidaklah
mudah. Pengalaman tiga dasawarsa
menampakkan kecenderungan orang tua
sebatas memenuhi serba kebutuhan fisik dan
materi semata. Hal ini diperparah dengan
menipisnya rasa kekerabatan keluarga. Peran
du’at dan peran du’atan pun terlihat melemah
dalam membentuk watak generasi mendatang.

Fungsi ninik mamak pun terjebak sebagai


pejabat adat yang hanya diperlukan ketika
upacara seremonial keadatan. Sehingga
ninikmamak kurang signifikan mewarnai
kehidupan anak kemenakannya yang pada usia
muda-mudi terbuka meniru apa saja, tanpa
mengindahkan kaedah istiadat yang menjadi
rambu-rambu perjalanan hidup bermsyarakat di
Minangkabau.

Bila ditinjau lebih dalam, lapuknya pagar


adat dan syarak sebenarnya disebabkan oleh
lunturnya keteladanan yang diberikan generasi
tua. Hal ini memicu mencuatnya sikap enggan
dan acuh generasi pengganti untuk menyerap
nilai-nilai utama yang pernah dimiliki generasi
tua yang sudah berprestasi. Kondisi ini boleh
dibilang sangat mengkhawatirkan bila dilihat
pada kesiapan Sumatera Barat meniti abad ke
duapuluh satu yang serba transparan.
Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi
Kondisi ini pun menjadi kian parah ketika
meluasnya kemelut sosial, politik dan ekonomi
yang dihadapi oleh negara-negara di dunia –
yang tidak dapat tidak ikut mempengaruhi
kondisi budaya dan kehidupan masyarakat
Sumatera Barat—yang hanya dalam hitungan
detik dapat diterima informasinya melalui
berbagai media. Tentunya, dengan kelemahan
system pendidikan secular yang kita anut
sekarang, serta lemahnya pencapaian tujuan
pendidikan yang telah digariskan dan dicitakan
oleh para murabbi (para pendidik atau du’at)
terhadap tatanan prilaku umat di nagari-nagari.

Hal inilah yang mempengaruhi perjalanan


serah terima generasi di Ranah Minang,
sehingga kita dihadapkan fenomena du’atan
yang amat mencemaskan. Persoalan ini
membelit remaja, umat dan anak nagari kita.
Implikasi ini jelas terlihat pada tumbuhnya
kebiasaan di kalangan para pelajar kita untuk
bolos sekolah, malas belajar, suka bermain di
mall -- pasar -- disaat jam belajar di sekolah,
suka berkelahi berkelompok seperti tawuran,
bahkan berani merusak kelas belajar dan rumah
sekolah dan du’at, melempar toko-toko dan
menghancurkan perpustakaan sekolah, memukul
dan menyandera du’at yang mengajar mereka
dan berkembang kepada melakukan tindakan
vandalisme.
Paling menakutkan, diantaranya terjangkiti
prilaku “nan ka lamak dek salero”3 terbawa arus
peristiwa keganasan yang melanda kalangan
anak muda remaja di negeri orang. Tidak jarang

3 permissivisme
Peluang dan Tantangan
mereka larut kedalam tindakan melampaui
batas4 yang menyeret meruyaknya kriminalitas
dan pelanggaran norma hukum dalam
bermasyarakat. Pada masa silam keadaan
tersebut jarang dan bahkan tidak didapati pada
prilaku umat di Ranah Bundo ini. Kejadian ini
lazimnya sering dikaitkan dengan kemampuan
du’at dan para murabbi mengajar umat. Mau
tidak mau akan lahirkan di masa mendatang
generasi yang kurang ilmu dan lemah dalam
pemahamannya.

Esensi Dakwah Illa-Allah


Dakwah usaha terus menerus para da’i
(du’aat) terhadap masyarakat yang di dakwahi
(mad’uu).

Sesuai bimbingan risalah Islam yang


dibawa Muhammad Rasulullah SAW adalah untuk
melakukan perobahan. Yang di inginkan adalah,
“merobah tatanan masyarakat dzulumaat (sisi
kegelapan) kepada tatanan yang terang cahaya
(an-nuur)”.5

Dakwah bertujuan memelihara keberadaan


(eksistensi) manusia yang di ciptakan Allah
untuk suatu tugas mulia dan istimewa sebagai
khalifah Allah di permukaan bumi. Karena itu,
upaya-upaya dakwah tidak akan pernah berhenti
sampai berakhirnya kehidupan duniawi ini.

Secara esensial dakwah ilaa Allah memiliki

4 anarkisme
5 Lihat juga QS.Al Baqarah (2) ayat 257; QS.Al Maaidah (5) ayat 16;
QS.Al Hadid (57) ayat 9; QS.Ath-Thalaq (65) ayat 11.
Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi
sisi-sisi mengagumkan antara lain ;

1. Dakwah adalah tugas suci (mission sacre)


dalam rangkaian melanjutkan risalah Rasul
Allah melalui tabligh (balligh maa unzila ilaika
min rabbika), dalam menegakkan kalimat
tauhid sesuai yang diperintahkan Allah, dan
bila dakwah tidak ditunaikan sebagai pelanjut
risalah maka dengan tegas diingatkan (fa maa
ballaghta risaalatahu), akan berjangkit
kema’shiyatan dalam kehidupan manusia, dan
kekufuran akan menjadi-jadi, bantuan dari
Allah akan terjauh.6

2. Dakwah merupakan beban setiap pribadi


mukmin (fardhu ‘ain) dengan sasaran
membawa manusia kepada al-khairi (Islam).
Sudah semestinya umat di sadarkan bahwa
keberadaan lembaga du’aat sesungguhnya
telah meringankan beban pribadi umat yang di
bina. Secara timbal balik umat mempunyai
tanggung jawab menjaga keberadaan lembaga
du’aat (juru dakwah) sepanjang masa.

3. Dakwah memiliki program jelas amar makruf


nahi munkar.7
Bila amar maruf nahi munkar tidak
dilaksanakan terjadi bencana.8

6 QS.Al Maidah (5) ayat 67.


7 QS.3:104.
8 Rasulullah mencontohkan hidup ini seperti sebuah pelayaran diatas
perahu, dengan aturan-atuiran yang terang. Tatkala seorang
penumpang mencoba melobangi dinding perahu untuk mendapatkan
air dengan cepat pada tempat duduknya, jangan dibiarkan saja
perbuatan itu. Bila orang tak mau tahu dan bersikap membiarkan
perbuatan itu, maka yang akan karam tidak hanya yang melobangi
perahu semata, tetapi yang diam melihat (artinya enggan
melaksanakan peran amar makruf) akan karam juga (Al Hadist).
Peluang dan Tantangan
4. Dakwah mendapat sanjungan ahsanu qaulan
(seruan indah) karena ajakan kepada
mengikuti perintah-perintah Allah (da’aa
ilallaah).

5. Realisasi dakwah senantiasa berbentuk karya


nyata yang baik (wa ‘amila shalihan), atas
dasar penyerahan semata kepada Islam (wa
qaala innani minal muslimin), sebagai bukti
ketaatan Muslim yang tidak menyamaratakan
yang baik dan buruk.9

6. Dakwah mesti berlandaskan Kitabullah dan


Sunnah Rasul (dakwah salafiyah). Dakwah
selalu harus menyajikan Dinul Haq (Agama
Islam) yang menjalinkan hubungan vertikal
(hablum minallah) dan hubungan horizontal
(hablum minan-naas)10

7. Rangkaian ibadah yang dilahirkan oleh dakwah


ilaa Allah ini sanggup mengetengahkan
rekonstruksi alternatif untuk kehidupan
kekinian (duniawi) sejalan dengan kehidupan
kedepan (ukhrawi). Karena agama Islam
sesuai wahyu Allah merupakan ajaran yang
solid (rahmatan lil ‘alamin)11

8. Solidnya ajaran Islam sesuai bimbingan


Kitabullah dan sunnah Rasul terbukti dalam
beberapa hal,
• agama fithrah yang damai,
• alamiyah insaniyah, sesuai dengan zaman,
• mengajarkan hidup harmoni dan mampu

9 QS.Fush-shilat (41) ayat 33.


10 QS.Ali Imran (3) ayat 112.
11 QS.Al Anbiya’ (21) ayat 107.
Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi
berdampingan secara damai sejahtera,
• dengan ajaran kaedah syar’I yang menaruh
perhatian mendalam terhadap kesejahteraan
materiil dan immateriil,
menyeru manusia untuk hidup secara baik
(shalih) dalam kehidupan individu, keluarga,
kelompok, bangsa bahkan dunia.

HAKIKAT DAKWAH BIL HAL

Peran da'wah di Ranah Minang sekarang ini


adalah menyadarkan umat akan peran mereka
dalam membentuk diri mereka sendiri,
"Sesungguhnya Allah tidak akan merobah nasib
satu kaum, hingga kaum itu sendiri yang
berusaha merobah sikap mereka sendiri."
(QS.Ar-Ra’du).

Kenyataan sosial terhadap penduduk anak


nagari harus di awali dengan mengakui
keberadaan mereka, menjunjung tinggi puncak-
puncak kebudayaan mereka, menyadarkan
mereka akan potensi besar yang mereka miliki,
mendorong mereka kepada satu bentuk
kehidupan yang bertanggung jawab. Inilah
tuntutan Da'wah Ila-Allah.

Da'wah adalah satu kata, di dalam Al-


Peluang dan Tantangan
Qur'an, bermakna ajakan atau seruan.

Maka seruan atau ajakan itu, tidak lain


adalah seruan kepada Islam. Yaitu agama yang
diberikan Khaliq untuk manusia, yang sangat
sesuai dengan fithrah manusia itu. Islam adalah
agama Risalah, yang ditugaskan kepada Rasul,
dan penyebaran serta penyiarannya dilanjutkan
oleh da'wah, untuk keselamatan dan
kesejahteraan hidup manusia. Dalam rentangan
sejarah perjalanannya tercatat "Risalah merintis,
da'wah melanjutkan"

Risalah yang menjadi tugas rasul itu, berisi


khabar gembira dan peringatan. Ditujukan untuk
seluruh umat manusia. Risalah itu cocok untuk
semua zaman. Maksudnya untuk Rahmat seluruh
alam. Dan Nabi Muhammad Rasulullah S.A.W,
adalah da'i pertama yang ditetapkan oleh Allah
(QS. Saba’, 34 : 28), mengajak manusia dengan
ilmu, hikmah dan akhlaq. Perintah untuk
melaksanakan tugas-tugas da'wah itu, secara
kontinyu diturunkan oleh Allah SWT seperti,

a) Supaya menyeru kejalan Allah, dengan


petunjuk yang lurus (QS.Al-Ahzab, 33 : 45-46).
b) Seruan untuk menyembah Allah, kepada
seluruh manusia . Perintah untuk menyembah
Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi
Allah, tidak boleh musyrik, agar hanya
meminta kepadaNya dan mempersiapkan diri
untuk kembali kepadaNya (QS.Al Qashash, 28 :
87).

Tugas ini menjadi tugas para Rasul


sebelumnya. Menjadi sempurna dan lengkap
dengan keutusan Muhammad. Maka, manusia
(umat) sekarang menjadi penerus dan pelaksana
da'wah itu terus menerus sepanjang masa (QS.
Ar-Ra’d, 13 : 35). Ditegaskan dalam kalimat
sederhana tapi padat, bahwa da'wah kita adalah
Da'wah Ila-Allah (QS. Ali Imran, 3 : 104). Manhaj-
nya adalah Alquran dan Sunnah Rasul, dan
pelaksananya setiap muslim, setiap mukmin
adalah umat da'wah pelanjut Risalah Rasulullah
yakni Risalah Islam. Terlaksananya tugas-tugas
da’wah dengan baik akan menjadikan umat
Islam mampu menjawab harapan masyarakat
dunia.12 Maka perlu setiap Da'i – Imam, Khatib,
Urang Siak, Tuanku, alim ulama suluah bendang
di nagari-nagari -- meneladani pribadi
Muhammad SAW dalam membentuk effectif
leader di Medan Da'wah. Da'wah itu, menuju

12 Diperlukan watak-watak, yang ditunjukkan oleh penda'wah pertama,


Rasulullah SAW (Mohammad Natsir, Tausiyah 24 tahun Dewan Da’wah,
Media Da’wah, Jakarta 1992, Da'wah kita adalah Da'wah Ila-Allah).
Peluang dan Tantangan
kepada inti dan isi Agama Islam (QS. Al Ahzab,
33 : 21).

Inti agama Islam adalah tauhid.


Implementasinya adalah Akhlaq. Umat masa kini
hanya akan menjadi baik dan kembali berjaya,
bila sebab-sebab kejayaan umat terdahulu di
kembalikan. Kita semestinya bertindak atas
dasar syara’ itu, dan mengajak orang lain untuk
menganutnya. "Memulai dari diri da'i,
mencontohkannya kepada masyarakat lain", (Al
Hadist). Inilah cara yang tepat. Keberhasilan
suatu upaya da'wah (gerak da'wah) memerlukan
pengorganisasian (nidzam).

Perangkat dalam organisasi surau, selain


orang-orang, adalah juga peralatan da'wah yaitu
penguasaan kondisi umat, tingkat sosialnya dan
budaya yang melekat pada tata pergaulan
mereka yang dapat dibaca dalam peta da'wah
(Yusuf Qardhawi, 1990). Peta da'wah,
bagaimanapun kecilnya, memuat data-data
tentang keadaan umat yang akan di ajak
tersebut. Bimbingan syara’ mengatakan bahwa
al haqqu bi-laa nizham yaghlibuhu al baathil
bin-nizam bermakna bahwa yang hak sekalipun,
Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi
tetapi tidak mengindahkan pengaturan
(organisasi) senantiasa akan di kalahkan oleh
yang bathil tetapi dijalankan terorganisir. Allah
menghendaki kelestarian Agama dengan
kemampuan mudah, luwes, elastis, tidak beku
dan tidak berlaku bersitegang.

BAHASA DAKWAH ADALAH BAHASA KEHIDUPAN

Peta da'wah, akan berhasil digunakan di


nagari dengan kesepakatan pelaksana-
pelaksananya dalam menggalang saling
pengertian. Koordinasi sesamanya akan
mempertajam faktor-faktor pendukungnya,
membuka pintu dialog persaudaraan (hiwar
akhawi). Kaedah syara’ akan menjadi pendorong
dan anak kunci keberhasilan da'wah untuk
menghidupkan adagium adat basandi syara’
syara; basandi Kitabullah.

Aktualisasi dari Kitabullah (nilai-nilai Al-


Qur'an) hanya dapat dilihat melalui gerakan
amal nyata yang berkesinambungan (kontinyu),
dan terkait dengan seluruh segi dari aktivitas
kehidupan manusia, -- seperti, kemampuan
Peluang dan Tantangan
bergaul, mencintai, berkhidmat, menarik,
mengajak (da'wah), merapatkan potensi barisan
(shaff) dalam mengerjakan amal-amal Islami
secara bersama-sama (jamaah) --, sehinga
membuahkan agama yang mendunia.

Usaha inilah yang akan menjadi gerakan


antisipatif terhadap arus globalisasi negatif pada
abad-abad sekarang, dan sudah semestinya
menjadi visi kembali ke surau .

Kitabullah (Al-Qur'an) telah mendeskripsikan


peran agama Allah (Islam) sebagai agama yang
kamal (sempurna) dan nikmat yang utuh, serta
agama yang di ridhai (QS.Al Maidah, 5 : 3), dan
menjadi satu-satunya Agama yang diterima di
sisi Allah,yaitu Agama Islam (QS. Ali Imran, 3 :
19). Konsekuensinya adalah yang mencari
manhaj atau tatanan selain Islam, tidak akan di
ridhai ( QS. Ali Imran, 3 : 85). Tidak ada pilihan
lain hanya Islam, "Dan siapakah yang lebih baik
agamanya dari pada orang yang menyerahkan
dirinya kepada Allah secara ikhlas, yakni orang
Muslim, merekapun mengerjakan kebaikan-
kebaikan" (QS. An Nisak, 4 : 125). Setiap Muslim,
dengan nilai-nilai Kitabullah (Al Qur'an) wajib
mengemban missi yang berat dan mulia yaitu
merombak kekeliruan ke arah kebenaran. Inilah
yang di maksud secara hakiki "perjalanan
kepada kemajuan (al madaniyah, modernitas)".

Masalah Dakwah Kedepan


Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi

1. Kehidupan pra-globalisasi
Kondisi yang terlihat menggejala di tengah
kehidupan masyarakat adalah penerapan
pola hidup materialistik dan individualis.
Sajian pola kehidupan seperti ini tampak
nyata dengan hilangnya tatanan
bermasyarakat kebersamaan (kurang
bersilaturrahmi).
Akibat nyata yang terasakan ditengah
kehidupan bermasyarakat ialah ;
• mulai merenggangnya hubungan
kekerabatan,
• hilangnya rasa tanggung jawab bersama,
• pudarnya kegotong royongan, yang
selama ini adalah ciri khas budaya bangsa.

2. Kehidupan kaula muda


Tendensi lahirnya generasi yang lemah iman
(dhi’aa-fan) berupa hilangnya tamaddun
(terlihat pada kebiasaan hidup tak
berbudaya). Kaula muda seperti itu
cendrungan menjadi “X-Generation”, yakni
generasi yang tercerabut dari akar
budayanya.
Kondisi ini terlihat nyata pada ;
• kesukaan meniru budaya asing,
• cinta mode barat,
• sering melakukan penggunaan obat
terlarang, yang sangat erat kaitannya
dengan kebebasan seks
• suka minuman keras dan perjudian,
• budaya sunset, budaya lepak, bolos
sekolah,
• suka mengganggu ketenteraman dengan
Peluang dan Tantangan
bersikap negatif,
• berkembangnya upaya-upaya pemurtadan
terhadap umat yang telah menganut
agama Islam, terutama terhadap generasi
muda, dengan dalih hak asasi manusia,
kebebasan memilih keyakinan, atau upaya
terselubung lainnya berbentuk pemberian,
hadiah, bantuan LSM, bea siswa

Sepuluh tahun sebelumnya gejala-gejala


ini tidak jelas terlihat. Kondisi separah ini
merupakan bias dari kemajuan teknologi
informasi (IT) disertai melemahnya
saringan (filter) di kalangan rumah tangga
dan keluarga (tidak berfungsi).
3. Penolakan asas Agama
Dalam kehidupan keyakinan dan faham
keagamaan mulai tercemari paham
sekularisme dan penerapan paham
persamaan hak yang kurang tepat
dengan kemasan Hak Asasi Manusia.
Paham persamaan segala manusia dan hak-
hak kemerdekaannya memang berasal dari
ajaran Agama.
Tetapi oleh karena kepentingan pihak-pihak
imperium feodal, sejak Romawi hingga
revolusi Perancis, sampai reformasi
demokratisasi dan humanisasi melanda
belahan bumi.
Perang paham ini senantiasa berujung kepada
penolakan asas agama.

4. Konspirasi internasional.
Asas agama sering dijadikan salah satu ujud
sasaran tembak dalam pertentangan-
pertentangan di antara pemegang kekuasaan
Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi
dunia, percaturan politik sejagat yang
mengarah persekongkolan kekuatan-
kekuatan anti agama (persekongkolan
kekuatan ini sering bergulir menjadi konspirasi
internasional).

Kebenaran bimbingan wahyu Allah dapat


disimak dengan sangat jelas dalam
percaturan memperebutkan umat diantara
kalangan Salibiyah (Christ society) dan
Yahudiyah (Lobi Zionis Internasional). Dua
kelompok yang tidak pernah berdiam diri,
untuk mempengaruhi paham dan pikiran
manusia, sampai semua orang bisa mengikuti
ajaran (millah) nya.

Sasaran utama lebih di arahkan kepada


kelompok-kelompok Muslim sejagat persada.
Sasaran utamanya adalah melumpuhkan
kekuatan Islam secara sistematik.
Berkembangnya citra (imaj) bahwa paham-
ajaran Islam adalah musuh bagi kehidupan
manusia dan tatanan dunia, merupakan bukti
dari hasil uopaya gerakan Salibiy Yahudi ini.

Penerapannya dalam pertentangan-


pertentangan kekuatan dunia sering terlihat
dengan bingkai ethnic cleansing, penempelan
label teroris terhadap gerakan-gerakan
dakwah Islam, fundamentalis, radikalisme,
keterbelakangan, kurang dapat menyesuaikan
gerak dengan kemajuan, adalah merek yang
dikenakan terhadap organisasi-organisasi
Islam lokal maupun dunia. Pada akhirnya
umat Islam menjadi enggan menerima ajaran
Islam dalam kehidupan kesehariannya.
Peluang dan Tantangan

Konsepsi Islam dipandang hanya sebatas


ritual dan seremonial. Peran konsepsi ajaran
Islam dianggap tidak cocok untuk menata
kehidupan sosial ekonomi dan politik. bangsa-
bangsa. Hubungan manusia secara
internasional dinilai tidak pantas di kover oleh
ajaran agama Islam.

Adanya pemahaman bahwa ajaran agama


hanya bisa di terapkan untuk kehidupan
akhirat, bukan untuk tatanan masa kini,
merupakan gejala lain dari kehidupan sekuler
materialisma. Begitulah suatu warning
(peringatan) wahyu, bila mampu dipahami
secara jelas tertera dalam Al Quran.13.
5. Diniyah atau laa diniyah.
Pertentangan pemahaman menerapkan
ajaran Islam, akan bermuara kepada
memecah umat manusia (firaq) yang pada
mulanya telah di ikat oleh kewajiban kerja
sama (ta’awun) menjadi dua pihak (diniyah
dan laa diniyah).

Satu sama lain, atau kedua-duanya seakan


harus berhadapan dalam satu satuan perang
yang dipertentangkan secara bengis dan
ganas, penuh kecurigaan dan intimidasi,
akhirnya memungkiri segala keuatamaan budi
manusia.

Bertalian dengan agama lain, semestinya pula


umat Islam berpedoman kepada (QS.al-
Baqarah 256). Bahwa tidak ada paksaan
dalam agama. Iman diperoleh sebagai rahmat

13 (lihat QS. Al-Baqarah 120)


Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi
dan karunia Ilahi bukan melalui pemaksaan.

Umat Islam berkewajiban menolak


pemahaman kepada adanya permusuhan
antara golongan dalam masyarakat yang
terkam menerkam serta terlepas dari tali
Allah.

6. Hak asasi manusia.


Dalam pergaulan hidup serta tatanan
bernegara harus diakui kemerdekaan
beragama merupakan hak asasi tiap-tiap
orang. Hak asasi ini akan selalu terpelihara
dan terjamin, selagi kemerdekaan itu selalu
bertumpu kepada terpeliharanya kesopanan
umum dan ketertiban negeri.

Hak asasi manusia secara pribadi tetap akan


terlindungi adanya dikala setiap pribadi
memandang dengan keyakinan sadar bahwa
setiap orang memiliki hak untuk tidak berbuat
sesuka hati.
Tatkala sesorang dalam mempertahankan hak
asasinya mulai bertindak laku dengan tidak
mengindahkan hak-hak azasi orang lain
disampingnya, maka pada saat yang sama
semua hak asasi itu tidak terl;indungi lagi.

Kewajiban asasi untuk tidak melanggar


kehormatan orang lain serta kewajiban asasi
untuk secara sadar (buikan dengan paksaan)
untuk memberikan penghormatan kepada
kemerdekaan orang lain, senyatanya adalah
bingkai dari hak asasi manusia yang
sebenarnya.
Peluang dan Tantangan
Agama Islam yang sangat berperangaruh
terhadap budi pekerti dan memberikan
semangat kepada segenap bangsa. Kembali
kepada “kalimatin sawaa’ antara sesama
kita, yaitu tidak akan ada diantara kita yang
mau meninggalkan penyembahan kepada
Allah Yang Maha Esa.

Bagi bangsa Indonesia, telah terbukti mampu


untuk menghidupkan kesadaran akan rasa
persamaan dan persaudaraan dalam satu
batas kesatuan wilayah Republik Indonesia.14

Umat Islam berkewajiban memelihara


hubungan horizontal, dalam bentuk
pemeliharaan solidaritas sesama manusia.

Islam mengajarkan bahwa seluruh manusia


adalah keluarga Allah. “Yang paling disayangi
Allah adalah yang paling bermanfaat sesama
hidup diantara manusia itu” 15.

14 Maka umat Islam di Indonesia mempunyai tugas sebagai


pendukung risalah yang patut dan pantas dengan membulatkan
semua tenaga, mengerahkan semua benda, menyatukan
pemikiran untuk kemashalahatan umat banyak.
Bagi perjuangan politik dari kebanyakan partai politik di
Indonesia yang tidak berdasarkan agama, sebenarnya selalu
berisikan segmen keanggotaannya adalah penganut agama Islam
juga.
Secara pasti penganut agama Islam dalam partai-partai yang
tidak berdasarkan agama itu, tentulah akan selalu bersetuju
melaksanakan perintah-aturan agamannya. Karena dalam
kenyataannya, tidak akan pernah di temui adanya satu nilai yang
mampu di letakkan diluar asas ajaran agama dalam melalui siklus
kehidupan sehari-hari..
Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan 17 Agustus
1945 wajib dipertahankan oleh setiap warga negara Indonesia
dengan kesadaran mendalam.
Kemerdekaan negara kesatuan ini adalah merupakan rahmat dan
karunia Allah atas dasar “kalimatin sawa”, kata persamaan untuk
segenap golongan bangsa.
15 Al Hadist asy-Syarif.
Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi

Dalam kaedah tatanan bermasyarakat, Islam


menetapkan setiap diri wajib memelihara
kerukunan serta mempertahankan damai
dalam suasana kedamaian.
Umat Islam diperintah untuk selalu
membukakan pintu penyelesaian
permasalahan sengketa secara damai pula.

Dari itu jangan salah mendasarkan sikap.

Bahwa umat Islam telah dipilih dan dijadikan


sebagai umat pertengahan (ummatan
wasathan), yang memiliki kewajiban terhadap
persatuan dan persaudaraan dunia serta
perikemanusiaan.
Karena itu, umat Islam memiliki kewajiban
terlebih dahulu untuk menciptakannya
dengan memulai dari diri sendiri.

Kewajiban mesti harus lebih dahulu di


tunaikan sebelum hak menjadi tuntutan.
Pokok-pokok pemahaman ini menjadi
landasan dari hasil penerapan ajaran agama
Islam untuk bisa terpeliharanya dan
terlaksananya penghormatan terhadap hak-
hak asasi manusia.

7. Kehidupan konsumerisme
Berbelanja tanpa takaran selalu memancing
keluarga, terutama masyarakat lapis bawah
yang adalah grass root dan menjadi akar serabut
masyarakat kepada pemborosan yang pada
gilirannya terlihat pada ;
• terikat kepada hutang (kredit lunak
berbunga besar)
Peluang dan Tantangan
• rusak kerukunan bermasyarakat,
• hilangnya ketenteraman,
• timbulnya penipuan, pemalsuan,
perampokan, pembunuhan, dan,
• berbagai tindakan kriminal.
• pemurtadan aqidah, karena yang kuat
akan selalu memakan yang lemah, pada
akhirnya patriotisme berbangsa dan
bernegara mulai terasa hilang.
• Agama Islam menyebutkan bahwa
“kekafiran itu seringkali datang karena
kefakiran”.
• krisis akhlaq mulai menjangkiti masyarakat
desa, tersebab mulai menjauhnya umat
dari bimbingan agama, melemahnya
tabligh, pengajian, majlis ta’lim, dan mulai
lengangnya masjid dan langgar, orang tua
enggan memasukkan anak-anaknya
kesekolah-sekolah agama.
8. Proyek modernisasi barat
Akibat dari runtuhnya kekuasaan gereja,
terutama di belahan dunia barat, telah
menggeser pandangan masyarakat yang
semula akrab dengan perpegangan agama
menjadi condong kearah pengkejaran kepada
memenuhi keperluan-keperluan lahiriah
dengan mengabaikan kebutuhan rohaniah
melalui tindakan-tindakan pengabaian prinsip-
prinsip moral yang lazim berlaku, dan acapkali
berakhir dengan lenyapnya kebahagiaan atau
lumpuhnya pertumbuhan jiwa manusia.
Kehilangan perpegangan kepada ajaran agam
tambah diperburuk setelah Komunis runtuh di
Rusia (1990), Krisis Rohani Barat ber gerak
cepat dengan melakukan perubahan berupa
Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi
"proyek Modernisasi". Pakar Teoritis Barat
mulai ragu dengan hipotesa-hipotesa mereka.
Barat sedang di jangkiti keimanan terhadap
tuhan baru "developmentalisme" yang
berkembang terus subur.
Keperluan manusia kepada tuhan
menyebabkan mereka mencari-cari tuhan
kemana saja, padahal pemikian menafikan
tuhan adalah sama dengan meniadakan
keberadaan manusia dan alam kehidupan
manusia. "Hingga batas manapun pemikiran
tidak adanya tuhan tidak dapat diterima"16.

Menjauh dari ajaran agama menampilkan


keganjilan-keganjilan dalam tingkah laku
manusia, seperti terlihat pada (a). Mencari
agama khusus di supermarket, (b).
Memperturutkan kehendak hawa nafsu
merebut kelezatan hidup (hedonistik), (c). Neo
paganisma, skeptisme, atheisme, rasialisme,
penyembahan berhala baru berupa kokain,
materialisme, dan konsumerisme total,
(d).Menciptakan kemajuan yang dibangun
diatas perbedaan ras, dan kelas penguasa,
(e). Mayoritas penduduk dunia, mulai
membatasi pandangan hakikat permasaalah
sebatas pencapaian panca indera. (f). Agama
dalam pandangan kalangan materialistik
adalah khurafat, opium bangsa, bahaya
persatuan, tanda penipuan diri, kelemahan
logika (= politik atheisme aktif).

Bila umat Islam terbias oleh pandangan


proyek modernisasi barat dengan
16 Richard Swanburn, Oxford,Wujud Allah, 1979
Peluang dan Tantangan
meninggalkan pemahaman ajaran Islam yang
dianut selama ini, maka ucapan Mohammad
Abduh "Islam telah meninggalkan dunia Islam,
karena walaupun ditemui banyak umat Islam,
tetapi hanya sedikit di dapati pengamal
agama (syari'at) Islam", tentu akan menjadi
kenyataan.

9. Dekandensi Moral
Krisis dekadensi moral yang melanda tatanan
pergaulan dunia berbentuk meningkatnya
tindak krimanilitas, kecanduan alkohol, obat
bius, penyimpangan-penyimpangan hubungan
sexual, perlakuan buruk terhadap anak-anak,
naiknya tingkat perceraian, free-will,
penghormatan terhadap nilai orang tua
sangat merosot, semuanya itu pasti
berpengaruh besar kedepan.
Krisis moral ini akan menjadi kerugian
generasi mendatang.

Krisis ini diperparah oleh jiwa skeptis, blok-


blok rasialisme. Chauvinisme abad XIX mulai
berkembang kembali. Penghancuran manusia
melalui peperangan dan percobaan nuklir,
dan penggunaan bahan bakar yang
berlebihan, telah merampas kenikmatan dan
kenyamanan hidup di dunia.

Nafsu hedonisme pada akhirnya menjadikan


dekadensi moral menguras kekuatan, dan
tidak mungkin memberikan nilai-nilai
komprehensif kepada manusia.
Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi

Memperkuat Posisi Nagari


Tugas kembali kenagari, sesungguhnya
adalah menggali kembali potensi dan asset
nagari – yang terdiri dari budaya, harta,
manusia, dan agama anutan anak nagari --,
karena apabila tidak digali, akan mendatangkan
kesengsaraan baru bagi masyarakat nagari itu.
Dimulai dengan memanggil potensi yang ada
dalam unsur manusia, masyarakat nagari.
Kesadaran akan benih-benih kekuatan
yang ada dalam diri masing-masing, untuk
kemudian observasinya dipertajam, daya
pikirnya ditingkatkan, daya geraknya
didinamiskan , daya ciptanya diperhalus, daya
kemauannya dibangkitkan, dengan
menumbuhkan atau mengembalikan
kepercayaan kepada diri sendiri. “Handak kayo
badikik-dikik, Handak tuah batabua urai, Handak
mulia tapek-i janji, Handak luruih rantangkan
tali, Handak buliah kuat mancari, Handak namo
tinggakan jaso, Handak pandai rajin balaja. Dek
sakato mangkonyo ado, Dek sakutu mangkonyo
maju, Dek ameh mangkonyo kameh, Dek padi
mangkonyo manjadi.”. Tujuannya sampai kepada
taraf yang memungkinkan untuk mampu berdiri
sendiri dan membantu nagari tetangga secara
selfless help, dengan memberikan bantuan dari
rezeki yang telah kita dapatkan tanpa mengharap
balas jasa, "Pada hal tidak ada padanya budi
seseorang yang patut dibalas, tetapi karena
hendak mencapai keredhaan Tuhan-Nya Yang
Maha Tinggi". (Q.S. Al Lail, 19 - 20). Walaupun di
depan terpampang kendala-kendala, namun
Peluang dan Tantangan
optimisme banagari mesti selalu dipelihara,
“Alah bakarih samporono, Bingkisan rajo
Majopahik, Tuah basabab bakarano, Pandai
batenggang di nan rumik”.
Sebagai masyarakat beradat dengan
pegangan adat bersendi syariat dan syariat yang
bersendikan Kitabullah, maka kaedah-kaedah
adat dipertajam makna dan fungsinya oleh
kuatnya peran surau yang memberikan
pelajaran-pelajaran sesuai dengan syara’ itu,
antara lain dapat di ketengahkan ;
1. Mengutamakan prinsip hidup
berkeseimbangan
Karena ni’mat Allah, sangat banyak. “Dan
jika kamu menghitung-hitung ni’mat Allah,
niscaya kamu tidak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Pengampun lagi maha Penyayang”
(QS.16, An Nahl : 18). Hukum Syara’
menghendaki keseimbangan antara
perkembangan hidup rohani dan jasmani ;
"Sesungguhnya jiwamu (rohani-mu) berhak
atas kamu (supaya kamu pelihara) dan
badanmu (jasmanimu) pun berhak atasmu
supaya kamu pelihara" (Hadist).
Keseimbangan tampak dalam mewujudkan
kemakmuran di ranah ini, “Rumah gadang
gajah maharam, Lumbuang baririk di
halaman, Rangkiang tujuah sajaja, Sabuah si
bayau-bayau, Panenggang anak dagang lalu,
Sabuah si Tinjau lauik, Birawati lumbuang nan
banyak, Makanan anak kamanakan. Manjilih
ditapi aie, Mardeso di paruik kanyang.

Sesuai bimbingan syara’, "Berbuatlah untuk


Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi
hidup akhiratmu seolah-olah kamu akan mati
besok dan berbuatlah untuk hidup duniamu,
seolah-olah akan hidup selama-lamanya"
(Hadist).

2. Kesadaran kepada luasnya bumi Allah,


merantaulah !
Allah telah menjadikan bumi mudah untuk
digunakan. Maka berjalanlah di atas
permukaan bumi, dan makanlah dari
rezekiNya dan kepada Nya lah tempat kamu
kembali.
“Maka berpencarlah kamu diatas bumi, dan
carilah karunia Allah dan (di samping itu)
banyaklah ingat akan Allah, supaya kamu
mencapai kejayaan", (QS.62, Al Jumu’ah : 10).
Agar supaya “jangan tetap tertinggal dan
terkurung dalam lingkungan yang kecil”, dan
sempit (QS.4, An Nisak : 97). Karatau madang
di hulu babuah babungo balun. Marantau
buyuang dahulu di rumah paguno balun.
Ditanamkan pentingnya kehati-hatian, “Ingek
sa-balun kanai, Kulimek sa-balun abih, Ingek-
ingek nan ka-pai, Agak-agak nan ka-tingga”.
3. Mencari nafkah dengan "usaha sendiri"
Memiliki jati diri, self help dengan tulang
delapan kerat dengan cara amat sederhana
sekalipun "lebih terhormat", daripada
meminta-minta dan menjadi beban orang lain,
"Kamu ambil seutas tali, dan dengan itu kamu
pergi kehutan belukar mencari kayu bakar
untuk dijual pencukupkan nafkah bagi
keluargamu, itu adalah lebih baik bagimu dari
Peluang dan Tantangan
pada berkeliling meminta-minta". (Hadist).
Membiarkan diri hidup dalam kemiskinan
tanpa berupaya adalah salah , "Kefakiran
(kemiskinan) membawa orang kepada
kekufuran (ke-engkaran)" (Hadist).
4. Tawakkal dengan bekerja dan tidak boros.
Tawakkal, bukan "hanya menyerahkan nasib"
dengan tidak berbuat apa-apa, "Bertawakkal
lah kamu, seperti burung itu bertawakkal"
(Atsar dari Shahabat). Tak ada kebun tempat
bertanam, tak ada pasar tempat berdagang.
Tak kurang, setiap pagi terbang
meninggalkan sarangnya dalam keadaan
lapar, dan setiap sore kembali dalam keadaan
"kenyang".
5. Kesadaran kepada ruang dan waktu
Peredaran bumi, bulan dan matahari,
pertukaran malam dan siang, menjadi
bertukar musim berganti bulan dan tahun,
"Kami jadikan malam menyelimuti kamu
(untuk beristirahat), dan kami jadikan siang
untuk kamu mencari nafkah hidup". (QS.78,
An Naba’ : 10-11), menanamkan kearifan
akan adanya perubahan-perubahan.
Yang perlu dijaga ialah supaya dalam segala
sesuatu harus pandai mengendalikan diri,
agar jangan melewati batas, dan berlebihan,
“Ka lauik riak mahampeh, Ka karang rancam
ma-aruih, Ka pantai ombak mamacah. Jiko
mangauik kameh-kameh, Jiko mencancang,
putuih – putuih, Lah salasai mangko-nyo
sudah”. Artinya bekerja sepenuh hati,
dengan mengerahkan semua potensi yang
Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi
ada, dengan tidak menyisakan kelalaian
ataupun ke-engganan. Tidak berhenti
sebelum sampai, dan tidak berakhir sebelum
benar-benar sudah.

KONSEP TATA RUANG YANG JELAS

Nagari di Minangkabau berada di dalam


konsep tata ruang yang jelas, Basasok bajarami,
Bapandam bapakuburan, Balabuah batapian,
Barumah batanggo, Bakorong bakampuang,
Basawah baladang, Babalai bamusajik. Ba-balai
(balairuang atau balai-balai adat) tempat
musyawarah dan menetapkan hukum dan
aturan, “Balairuang tampek manghukum, ba-aie
janieh basayak landai, aie janiah ikan-nyo jinak,
hukum adie katonyo bana, dandam agiae
kasumaik putuih, hukum jatuah sangketo
sudah”.

Ba-musajik atau ba-surau tempat


beribadah, “Musajik tampek ba ibadah,tampek
balapa ba ma’ana, tampek balaja al Quran 30
juz, tampek mangaji sah jo batal”17, artinya

17 Memang di surau tidak ada yang dapat di cari benda-benda (materi),


kecuali hanya bekal ilmu, hikmah dan kepandaian-kepandaian untuk
mengharungi hidup di dunia ini, dan dalam mempersiapkan hidup di
akhirat. Sebagai terungkap di dalam Peribahasa Minangkabau, “bak
batandang ka surau”, karena memang surau tak berdapur (Anas Nafis,
Peluang dan Tantangan
menjadi pusat pembinaan umat untuk menjalin
hubungan bermasyarakat yang baik (hablum-
minan-naas) dan terjaminya pemeliharaan
ibadah dengan Khalik (hablum minallah), maka
adanya balairuang dan musajik (surau) ini
menjadi lambang utama terlaksananya hukum18
dalam “adat basandi syara’, syara’ basandi
Kitabullah., syara’ mangato adat nan kawi syara’
nan lazim”.

Kedua lembaga ini – balai adat dan surau –


keberadaannya tidak dapat dipisah dan dibeda-
bedakan, karena “Pariangan manjadi tampuak
tangkai, pagarruyuang pusek Tanah Data, Tigo
luhak rang mangatokan. Adat jo syara’ jiko
bacarai, bakeh bagantuang nan lah sakah,
tampek bapijak nan lah taban”. Apabila kedua
sarana ini telah berperan sempurna, maka akan
ditemui di kelilingnya tampil kehidupan
masyarakat yang memiliki akhlaq perangai yang
terpuji, dan mulia (akhlaqul-karimah) itu,
“Tasindorong jajak manurun, tatukiak jajak
mandaki, adaik jo syara’ kok tasusun, bumi
1996:464 -Surau-2).
18 Oleh H.Idrus Hakimy Dt. Rajo Pengulu dalam Rangkaian Mustika Adat
Basandi Syarak di Minangkabau, menyebutkan kedua lembaga –
balairung dan mesjid – ini merupakan dua badan hukum yang disebut
dalam pepatah : “Camin nan tidak kabuah, palito nan tidak padam”
(Dt.Rajo Pengulu, 1994 : 62).
Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi
sanang padi manjadi”.

Konsep tata-ruang ini adalah salah satu


kekayaan budaya yang sangat berharga di nagari
dan bukti idealisme nilai budaya di
Minangkabau, termasuk di dalam mengelola
kekayaan alam dan pemanfaatan tanah
ulayatnya, “Nan lorong tanami tabu, Nan
tunggang tanami bambu, Nan du’atn buek
kaparak, Nan bancah jadikan sawah, Nan
munggu pandam pakuburan, Nan gauang
katabek ikan, Nan padang kubangan kabau, Nan
rawang ranangan itiak”. Tata ruang yang jelas
memberikan posisi peran pengatur, pemelihara
dan pendukung sistim banagari yang terdiri dari
orang ampek jinih (ninik mamak19, alim ulama20,
cerdik pandai21, urang mudo22, bundo
kanduang23).

19 Penghulu pada setiap suku, yang sering juga disebut ninik mamak nan
gadang basa batuah, atau nan di amba gadang, nan di junjung tinggi,
sebagai suatu legitimasi masyarakat nan di lewakan.
20 Bisa juga disebut dengan panggilan urang siak, tuanku, bilal, katib
nagari atau imam suku, dll dalam peran dan fungsinya sebagai urang
surau pemimpin agama Islam. Gelaran ini lebih menekankan kepada
pemeranan fungsi ditengah denyut nadi kehidupan masyarakat (anak
nagari).
21 Bisa saja terdiri dari anak nagari yang menjabat jabatan
pemerintahan, para ilmuan, perdu’atan tinggi, hartawan, dermawan.
22 Para remaja, angkatan muda, yang dijuluki dengan nan capek kaki
ringan tangan, nan ka disuruah di sarayo.
23 Kalangan ibu-ibu, yang sesungguhnya ditangan mereka terletak garis
keturunan dalam sistim matrilinineal dan masih berlaku hingga saat ini,
lebih jelasnya di ungkap di dalam Pegangan Penghulu, Bundo Kanduang
Peluang dan Tantangan
Dengan demikian, terlihat bahwa nagari di
Minangkabau tidak hanya sebatas pengertian
ulayat hukum adat namun yang lebih
mengedepan dan paling utama adalah wilayah
kesepakatan antar berbagai komponen
masyarakat di dalam nagari dengan spiritnya
adalah ;

a. kebersamaan (sa-ciok bak ayam sa-


danciang bak basi), ditemukan dalam
pepatah “Anggang jo kekek cari makan,
Tabang ka pantai kaduo nyo, Panjang jo
singkek pa uleh kan, mako nyo sampai nan
di cito.”
b. keterpaduan (barek sa-pikua ringan sa-
jinjiang) atau “Adat hiduik tolong
manolong, Adat mati janguak man
janguak, Adat isi bari mam-bari, Adat tidak
salang ma-nyalang”. Basalang tenggang,
artinya saling meringankan dengan
kesediaan memberikan pinjaman atau
dukungan terhadap kehidupan dan “Karajo
baiak ba-imbau-an, Karajo buruak
bahambau-an”.
c. musyawarah (bulek aie dek pambuluah,
bulek kato dek mupakat), dalam kerangka
“Senteng ba-bilai, Singkek ba-uleh, Ba-
tuka ba-anjak, Barubah ba-sapo”
d. keimanan kepada Allah SWT menjadi
pengikat spirit yang menjiwai sunnatullah

di Minangkabau, adalah menjadi “limpapeh rumah nan gadang,umbun


puruak pegangan kunci, pusek jalo kumpulan tali, sumarak dalam nagari,
nan gadang basa batuah” (Idrus Hakimy, 1997 : 69 – 116)
Ekspansi Dakwah Islam di Era Otonomi
dalam setiap gerak mengenal alam
keliling, “Panggiriak pisau sirauik,
Patungkek batang lintabuang, Satitiak
jadikan lauik, Sakapa jadikan gunuang,
Alam takambang jadikan du’at ”. Alam di
tengah-tengah mana manusia berada ini,
telah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa
dengan terkandung padanya faedah-
faedah kekuatan, dan khasiat-khasiat yang
diperlukan untuk memperkembang dan
mempertinggi mutu hidup jasmani
manusia, dengan keharusan berusaha
membanting tulang dan memeras otak
untuk mengambil sebanyak-banyak faedah
dari alam sekelilingnya itu, menikmatinya,
sambil mensyukurinya, dan beribadah
kepada Ilahi.
e. kecintaan kenagari adalah perekat yang
sudah dibentuk oleh perjalanan waktu dan
pengalaman sejarah.24 Menjaga dari pada
melewati batas-batas yang patut dan
pantas, jangan terbawa hanyut materi dan
hawa nafsu yang merusak. Suatu bentuk
persembahan manusia kepada Maha
Pencipta, menghendaki keseimbangan
antara kemajuan dibidang rohani dan
jasmani. “Jiko mangaji dari alif, Jiko
babilang dari aso, Jiko naiak dari janjang,
Jiko turun dari tango”.
Sikap hidup (attitude towards life)
sedemikian, menjadi sumber pendorong kegiatan
penganutnya, juga di bidang ekonomi, dengan
tujuan terutama untuk keperluan-keperluan
24 Bukti kecintaan kenagari ini banyak terbaca dalam ungkapan-
ungkapan pepatah hujan ameh dirantau urang hujang batu dinagari
awak, tatungkuik samo makan tanah tatilantang samo mahiruik ambun.
Peluang dan Tantangan
jasmani (material needs). Hasilnya tergantung
kepada dalam atau dangkalnya sikap hidup
tersebut berurat dalam jiwa masyarakat nagari
dan kepada tingkat kecerdasan yang telah
dicapai.

You might also like