You are on page 1of 10

PEMBERIAN KETERANGAN AHLI DI PERSIDANGAN OLEH AUDITOR APIP OLEH: MUHAMMAD FUAT*)

Abstrak Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. Auditor investigatif pada APIP perlu

menguasai ilmu akuntansi dan auditing, khususnya bidang investigatif serta pandai dan mahir dalam menerapkan ilmu tersebut dalam bidang dan pekerjaan yang terkait dengan ilmu tersebut sehingga dapat dinyatakan sebagai seorang ahli dan dapat dipanggil untuk memberikan keterangan ahli di sidang pengadilan dalam perkara tindak pidana korupsi. Pemberi ketrangan ahli harus memiliki kualifikasi tertentu yang telah ditetapkan dan memiliki surat permintaan dari penyidik untuk menjadi pemberi keterangan ahli, sehingga secara formal memenuhi syarat.

I.

Pendahuluan Salah satu peran auditor Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam perkara tindak pidana korupsi (Tipikor) adalah peran sebagai pemberi keterangan ahli yang merupakan salah satu jenis alat bukti (sesuai KUHAP pasal 184). Auditor merupakan seorang yang mempunyai keahlian dalam bidang akuntansi dan auditing, sehingga keahliannya dapat dipandang sebagai suatu alat bukti dengan melakukan pemberian keterangan ahli di sidang pengadilan tindak pidana korupsi. Pasal 1 butir 28 KUHAP menyatakan bahwa keterangan ahli merupakan keterangan yang diberikan oleh

seorang yang memiliki keahlian yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan suatu pemeriksaan. Seorang auditor yang ditugaskan sebagai pemberi keterangan ahli, walaupun bukan seorang ahli dalam ilmu hukum, hendaknya perlu memahami ketentuan-ketentuan hukum yang terkait dengan pemberian keterangan ahli. Beberapa ketentuan hukum yang perlu dipahami oleh auditor adalah ketentuan yang diatur dalam Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana. Keterangan ahli sebagai salah satu alat bukti diatur dalam pasal 184 KUHAP yang menyatakan bahwa alat bukti yang sah ialah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa.
1

Selanjutnya dalam pasal 186 KUHAP dinyatakan bahwa keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. Selanjutnya dalam penjelasan pasal 186 tersebut dinyatakan bahwa keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan atau pekerjaan. Jika hal itu tidak diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum, maka pada pemeriksaan di sidang, diminta untuk memberikan keterangan dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan. Keterangan tersebut diberikan setelah ia mengucapkan sumpah atau janji di hadapan hakim. Permasalahan yang sering muncul yaitu apakah auditor APIP (khususnya auditor investigatif) mempunyai kualifikasi (kecakapan) dan kewenangan memberikan

keterangan ahli di sidang pengadilan? II. Pembahasan

A. Pengertian APIP, Auditor dan Auditor Investigatif menurut Peraturan Menpan No.5 tahun 2008 adalah sebagai berikut: 1. Pengertian Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) adalah Instansi Pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan, yang terdiri atas: a. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang bertanggung jawab kepada Presiden; b. Inspektorat Jenderal (Itjen)/Inspektorat Utama (Ittama)/Inspektorat yang bertanggung jawab kepada Menteri/Kepala Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND); c. Inspektorat Pemerintah Provinsi yang bertanggung jawab kepada Gubernur, dan; d. Inspektorat Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. 2. Pengertian Auditor adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang mempunyai jabatan fungsional auditor dan/atau pihak lain yang diberi tugas, wewenang, tanggung jawab dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang melaksanakan pengawasan pada instansi pemerintah untuk dan atas nama APIP. 3. Pengertian Auditor investigatif adalah auditor yang memenuhi kualifikasi dan diberi wewenang untuk melakukan audit investigatif. (Peraturan Menpan no.5 tahun 2008) B. Pengertian Keterangan Ahli, Pemberi Keterangan Ahli dan Bentuk Keterangan Ahli 1. Pengertian Keterangan Ahli Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan (KUHAP Pasal 1 ayat 28). 2. Pemberi Keterangan Ahli

Pengertian pemberi keterangan ahli keterangan guna kepentingan

adalah

orang

yang

dapat

memberikan

penyidikan,

penuntutan

dan

peradilan tentang

suatu perkara pidana yang ia mempunyai keahlian khusus tentangnya. Sebagai orang yang memiliki keahlian yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan suatu pemeriksaan, sehingga auditor investigatif pada APIP adalah orang yang menguasai ilmu akuntansi dan auditing khususnya bidang

investigatif serta pandai dan mahir dalam menerapkan ilmu tersebut dalam bidang dan pekerjaan yang terkait dengan ilmu tersebut dapat dinyatakan sebagai seorang ahli dan dapat dipanggil untuk memberikan keterangan ahli baik di sidang pengadilan dalam perkara pidana. 3. Bentuk keterangan ahli Bentuk keterangan ahli dapat dibedakan dalam 2 hal yaitu: a. Laporan dengan mengingat sumpah jabatan. Keterangan ahli dapat diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah diwaktu pemberi keterangan ahli menerima jabatan atau pekerjaan (penjelasan Pasal 186 KUHAP). b. Keterangan langsung secara lisan di sidang pengadilan. Keterangan ahli juga dapat diberikan pada waktu pemeriksaan di sidang pengadilan. Pemberian keterangan di sidang pengadilan tersebut diberikan setelah pemberi keterangan ahli mengucapkan sumpah atau janji di hadapan hakim, selanjutnya dicatat dan dituangkan dalam berita acara pemeriksaan (penjelasan Pasal 186 KUHAP). Pembahasan dalam tulisan ini akan diarahkan ke pemberian keterangan ahli secara langsung di sidang pengadilan. C. Persyaratan menjadi pemberi keterangan ahli Pemberi keterangan ahli di sidang pengadilan pada perkara tindak pidana korupsi, biasanya diberikan oleh orang yang ahli dalam bidang audit investigatif. Ahli tersebut setidak-tidaknya harus memenuhi kualifikasi sebagai berikut:

a. Able to Identify Financial Issues, yaitu memahami sistem dan issues keuangan,
akuntansi keuangan, auditing dan sebagainya.

b. Has Knowledge of Investigative Techniques, yaitu kemampuan membangun


hypotesa, mengumpulkan informasi, menganalisis dan memilah bukti.

c. Has Knowledge of Evidences, yaitu pengetahuan tentang bukti yang relevan,


mencukupi, cara memperoleh, menyimpan dan menyajikan bukti di peradilan.
3

d. Capable to Interpreting Financial Information. Dokumen/informasi keuangan


dapat merupakan alat bukti, oleh karena itu harus dipahami dan diinterpretasikan secara tepat.

e. Able to Present Findings. Fraud auditor harus mampu menyajikan temuan


dengan alur pikir yg jelas, obyektif, independen, sehingga dapat mendudukkan masalah secara proporsional. Biasanya persyaratan tersebut ditandai adanya sertifikat pernah mengikuti diklat audit investigatif atau audit forensic. D. Persiapan Pemberian Keterangan Ahli Pemberi Keterangan Ahli harus mempersiapkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Surat Permintaan Keterangan Ahli dari Instansi Penyidik Surat permintaan dari instansi penyidik atau pengadilan merupakan dasar seorang auditor investigatif memberikan keterangan ahli. 2. Pengumpulan Dokumen / Kertas Kerja Audit Sebelum memberikan keterangan ahli baik dalam proses penyidikan maupun kehadiran di pengadilan, ahli harus memastikan bahwa semua bukti/dokumen telah tersedia dan siap digunakan 3. Simulasi /Latihan Kegiatan (Dry Run) Bila auditor akan memberikan keterangan ahli di pengadilan, sebaiknya dilakukan dry run (latihan kegiatan) bersama, dengan melakukan simulasi menyerupai

suasana persidangan di Pengadilan yaitu ada hakim, jaksa penuntut umum, terdakwa, penasehat hukum dengan menerima beragam pertanyaan sehingga tidak grogi dalam persidangan sebenarnya. 4. Memfokuskan pada Keahlian Profesi sebagai Auditor Sasaran pemberian keterangan ahli adalah memberikan pendapat berdasarkan

keahlian profesi auditor dalam suatu kasus yang menurut pihak penyidik telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana korupsi dan/atau perdata untuk membuat terang suatu peristiwa bagi penyidik dan/atau hakim. E. Kiat-kiat Praktis Pemberi Keterangan Ahli Kiat-kiat yang diperlukan pemberi keterangan ahli di depan sidang pengadilan adalah sebagai berikut:
4

Berpakaian konservatif dan rapi Memperlihatkan perilaku yang siap dan percaya diri. Mengatakan kebenaran. Menjaga kontak mata dengan penanya sesering mungkin. Meminta pertanyaan yang panjang atau yang tidak tepat untuk diubah kalimatnya atau dipecah menjadi kalimat-kalimat yang lebih pendek. Mengambil nafas sebelum menjawab setiap pertanyaan dengan cara berbicara yang tenang dan tidak tergesa-gesa. Menjelaskan konsep yang rumit dalam istilah umum. Bersahabat dan ramah dengan kehadiran setiap pihak. Membetulkan setiap pernyataan yang salah, segera setelah terdeteksi. Berbicara dengan suara yang jelas dan keras. Menahan diri dalam menggunakan bahasa profesional. Menggunakan istilah yang sederhana untuk menerangkan temuan atau pendapat. Menjawab hanya atas pertanyaan yang ditanyakan, jangan keluar dari pokok persoalan atau menyampaikan pernyataan lebih dari yang diminta oleh penanya. Jangan berhubungan secara lisan dengan pengacara. Jangan mencoba melucu atau bersikap riang. Melihat langsung kepada orang yang mengajukan pertanyaan. Menjaga sikap profesional, jangan tersenyum tanpa alasan kepada hakim, jaksa atau pengacara. Tenang dan tidak tergesa-gesa delam menjawab pertanyaan, dan berfikir sebelum berbicara. Menggunakan grafik, bagan dan tambahan visual lainnya jika hal ini membantu dalam mengklarifikasi masalahnya. Sedapat mungkin jangan membaca dari catatan, anda akan terlihat seperti sedang mengulang kesaksian. Hal ini terlihat buruk atau seolah-olah Ahli kurang menguasai permasalahan. Jika mempunyai dokumen untuk diajukan, aturlah sehingga anda dapat cepat mengambilnya jika diminta. Jangan bicara dengan ragu-ragu atau gagap, peroleh kembali ketenangan diri anda ketika pertanyaan yang sulit atau keras yang diajukan. Mintalah untuk mengulang pertanyaan atau penjelasan jika anda tidak benar-benar memahaminya. Jika anda tidak tahu, jawablah tidak tahu, jangan menebak-nebak.

Dalam uji silang, jangan menjawab terlalu cepat. Konsultasikan dengan pihak anda apa tujuan dari pertanyaan itu. Jika hakim atau juri ingin bertanya, jawablah pertanyaan itu dengan melihat ke arahnya. Jangan memandangi ruangan, lantai atau langit-langit Bersahabat dan ramah dengan siapa saja. Jangan berkata-kata dengan nada marah jika pengacara lawan menyerang anda. Jujurlah, jangan berbohong, jangan mengada-ada, jangan mengelak.

F.

Permasalahan yang Sering Muncul dalam Proses Pemberian Sidang Pengadilan.

Keterangan Ahli di

Keberhasilan ahli di persidangan apabila dapat menjelaskan permasalahan yang sebenarnya terjadi khususnya yang berkaitan dengan hasil audit investigatif ataupun hasil penghitungan kerugian negara, dan menperjelas permasalahan yang terjadi sehingga semua pihak yang berkepentingan seperti hakim, jaksa maupun pengacara terdakwa dapat memahami dan menerima penjelasan yang diberikan ahli. Namun dalam praktek persidangan hal yang sering terjadi adalah adanya pengujian ahli oleh pihak lawan seperti pengacara (lawyer) mengenai kualifikasi dan kewenangan pemberi keterangan ahli. Pengacara diperbolehkan untuk mengklarifikasikan dan/atau menilai pemberi keterangan ahli, serta menemukan sesuatu yang dapat menyangkal atau membuat malu ahli. Kredibilitas ahli secara konstan dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi pemeriksaan silang pengacara (pengacara terdakwa), antara lain sebagai berikut. 1. Pengacara lawan biasanya mempunyai rencana dengan pemeriksaan silang dalam pikirannya. Oleh karena itu, pemberi keterangan ahli perlu mengantisipasi dan mencegah dirinya masuk perangkap. 2. Dalam menjawab pertanyaan pengacara, sulit untuk menghindari jebakan berbagai asumsi, skenario what if, dan generalisasi yang dikemukakan oleh penasihat hukum selama mengajukan pertanyaan. Jika terjadi, mintalah pertanyaan diulang dengan kalimat atau susunan kalimat yang lebih pendek dan mudah difahami. 3. Ahli tidak boleh meremehkan keahlian pengacara, untuk membawa pemberi keterangan ahli memasuki rasa aman. Hal ini dapat mengakibatkan ahli memasuki situasi yang sulit. Golden rule pengacara adalah pengujian silang hanya dilakukan jika menguntungkan kasus ini.
6

4. Pengacara kadang-kadang akan membacakan semua kesaksian sebelumnya dan mempublikasikan saksi-saksi.. Jika kelemahan ditemukan, pertanyaan mungkin akan diarahkan pada kelemahan tersebut. 5. Pengacara mungkin juga berusaha untuk menguji psikologi ahli dengan cara: mengadakan kontak mata nonstop; menanyakan pertanyaan dengan nada cepat untuk membingungkan ahli; tidak mengijinkan ahli untuk menerangkan atau menyimpang dari pertanyaan sebenarnya. Pengacara dengan cepat memahami pendapat dari ahli dan mungkin akan

mengambil sikap agresif untuk menggiringnya ke wilayah di mana dia memiliki keraguan. 6. Pahami Strategi Pengacara yang Mendiskreditkan Ahli. Pemberi keterangan ahli perlu memahami beberapa strategi para pengacara yang digunakan untuk mendiskreditkan ahli. Beberapa strategi yang digunakan oleh pengacara dalam mendiskreditkan ahli antara lain dengan pernyataan-pernyataan sebagai berikut:

a. Penglihatan Sempit (Myopic Vision)


Penglihatan sempit adalah teknik untuk membuat tenaga ahli mengakui bahwa dia telah menghabiskan banyak waktunya guna menyelidiki suatu hal, kemudian si pengacara menyoroti hal lain yang tidak begitu dikuasai atau belum dikaji oleh ahli dan bukan merupakan hal pokok. Kemudian, pengacara akan menjadikannya sebagai masalah besar dan membuktikan bahwa pandangan ahli terlalu sempit karena penelaahannya hanya mencakup lingkup yang terlalu sempit, sehingga kurang memadai. b. Kontradiksi Pengacara bisa menggunakan pertanyaan menggiring (leading questions) yang membuat ahli terpojok dalam situasi yang berat atau kontradiktif. Cara lainnya, pengacara dapat memperkuat kredibilitasnya di persidangan dengan mengungkapkan dokumen atau mengutip pendapat dalam suatu artikel dari pakar lain di bidangnya yang isinya terkesan saling bertentangan. c. Informasi Baru Pengacara dapat mengemukakan informasi baru yang mungkin tidak diketahui ahli. Hal ini biasanya dilakukan untuk membingungkan ahli sehingga dia akan
7

membuat pernyataan yang saling bertentangan atau untuk menggulirkan sejumlah skenario lain, karena pengungkapan informasi tersebut dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa laporan atau pendapat yang ada saat ini sudah tidak lagi bermanfaat.

d. Mendukung Teori Lain yang Berseberangan


Informasi yang dipakai oleh ahli kemudian diinterpretasikan oleh pengacara dengan cara yang berbeda untuk mendukung teori alternatif. Dengan mendapatkan persetujuan ahli mengenai teori dan interpretasi lain atas faktafakta yang ada, teknik ini bermanfaat untuk mendapatkan persetujuanpersetujuan dari ahli yang melemahkan simpulannya, dan pada akhirnya meragukan kredibilitasnya.

e. Bias
Pengacara menyatakan bahwa ahli dan pihak yang memintanya untuk

menunjukkan bahwa kemungkinan telah terjadi kolusi dalam penyusunan bukti yang dikemukakan sehingga timbul bias. f. Konfrontasi Pengacara menggunakan konfrontasi kata-kata untuk membuat Ahli berada pada situasi di mana dia bisa kehilangan kendali emosi dan menunjukkan kemarahan. Begitu ahli meledak dalam kemarahan, kredibilitasnya hilang. g. Syarat-Syarat Penugasan Strategi ini digunakan pengacara dengan memperoleh surat penunjukan yang asli dan mempelajari syarat-syarat penugasannya. Pengacara menunjukkan bahwa ahli memiliki itikad untuk hanya melihat hal-hal yang mendukung kliennya dan mengabaikan teori-teori alternatif yang ada sehingga secara umum merugikan pihak lawan (terdakwa). Dengan demikian, ahli dianggap telah berpihak. h. Ahli tidak layak Pengacara menyatakan bahwa ahli tidak layak untuk tampil sebagai ahli di pengadilan. Hal ini dilakukan dengan menunjukkan bahwa ahli saat ini atau sebelumnya telah nyata-nyata terbukti bias, penuh prasangka, korup, pernah dipidana karena tindak kriminal, terlihat melakukan tindakan asusila,

memberikan pernyataan-pernyataan yang tidak konsisten, memiliki reputasi


8

buruk, kurang jujur dan/atau melebih-lebihkan kualifikasinya, yang akhirnya membuat ahli tidak netral atau mengakibatkan dia tidak layak untuk tampil sebagai ahli di pengadilan. III. Simpulan dan Saran A. Simpulan 1. Pemberi keterangan ahli adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu

perkara pidana yang ia mempunyai keahlian khusus tentangnya. 2. Pemberi keterangan ahli dilakukan oleh orang yang memiliki keahlian yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan suatu pemeriksaan, sehingga auditor investigatif pada APIP yang menguasai ilmu

akuntansi dan auditing, khususnya bidang investigatif serta pandai dan mahir dalam menerapkan ilmu tersebut dalam bidang dan pekerjaan yang terkait dengan ilmu tersebut dapat dinyatakan sebagai seorang ahli dan dapat

dipanggil untuk memberikan keterangan ahli baik di sidang pengadilan dalam perkara pidana. 3. Untuk menghadapi pengujian pengacara terdakwa (lawan) pemberi keterangan ahli harus mempersiapkan diri antara lain: surat permintaan sebagai ahli oleh penyidik maupun syarat lain untuk menyatakan bahwa ahli mempunyai kualifikasi yang diperlukan. B. Saran

Setiap auditor APIP yang akan memberikan keterangan ahli di sidang pengadilan sebaiknya adalah: 1. Auditor APIP yang telah memiliki sertifikasi bidang investigasi ataupun forensik, sehingga secara formal mempunyai hak dan kemampuan/kualifikasi dipersyaratkan 2. Auditor APIP yang memiliki surat permintaan menjadi ahli di sidang pengadilan dari penyidik, agar tidak dipermasalahkan tentang keabsahan menjadi ahli. *) Widyaiswara Utama pada Pusdiklat Pengawasan BPKP yang

Referensi: 1. BPKP, Modul Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Auditor Investigatif, Pemberian Keterangan Ahli, 2007 2. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor:

PER/05/M.PAN/3/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang Standar Audit APIP 3. Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP, Edisi Keenam: PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2001

Ciawi Juli 2013

10

You might also like