You are on page 1of 9

Membaca Hubungan Pancasila dan

Gerakan Reformasi 1966/1998

Makalah tambahan ini disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila yang diampu oleh Bp. Herman Sujarwo

Disusun Oleh:

Abaz Zahrotien

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS SAINS AL QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2009
Membaca Hubungan Pancasila dan
Gerakan Reformasi 1966/1998

A. Pendahuluan

Gerakan reformasi yang digawangi oleh gerakan mahasiswa mengandaikan

adanya semacam gerakan social yang terbangun melalui penguasaan atas akses

gerakan menuju satu tatanan social baru yang lebih baik. Gerakan ini berdasar atas

keinginan untuk melakukan perubahan atas berbagai ketimpangan yang terjadi di

Indonesia.

Aktivis gerakan mahasiswa membaca bahwa ketimpangan yang terjadi di

Negara Republik Indonesia ini adalah munculnya upaya yang berlari dari dasar

kontitusi dan dasar ideology Negara berupa pancasila. Nilai-nilai luhur yang

terkandung dalam pancasila mencoba dilanggar dan dari dasar itulah gerakan

mahasiswa mendirikan kekuatan untuk menghancurkan oknum/pihak yang tidak

sesuai dengan pancasila sebagai dasar konstitusi dan menjadi mainstream kolektif

masyarakat Indonesia.

Membaca Hubungan Pancasila dengan Gerakan Reformasi

Pancasila sebagai dasar ideology memiliki beberapa tugas pokok, satu sisi

pancasila akan berfungsi sebagai landasan dasar yang menjadi induk dari semua

produk hokum yang berlaku di wilayah Negara kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai mother of law product, Pancasila berhak melakukan uji yuridis terhadap

semua produk hokum yang ada, apakah sesuai dengan Pancasila dengan segala aspek

turunannya atau bahkan mencoba membuat satu sumber dari segala sumber hokum

yang baru dengan menyingkirkan peranan Pancasila dalam ranah ini.


Pada wilayah lain, Pancasila juga memiliki tanggung jawab sebagai

ideology dasar bagi semua warga Negara Indonesia. Artinya, pancasila sebagai

weltanschauungs yang berfungsi mendasari atas setiap pikiran dan tindakan

masyarakat. Hal ini berbeda dengan peranan pancasila sebagai landasan dasar

jurisprudensi hokum Negara mengingat peranan pancasila sebagai ideology lebih

menyentuh pada aspek sosio antropologis masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Dalam pancasila, tidak hanya mengatur pada wilayah itu saja, ada misi etis

lain yang diemban oleh pancasila yang untuk kemudian harus diaplikasikan dalam

kehidupan masyarakat. Ada semacam peranan semu pancasila dalam

mempertahankan Negara kesatuan republic Indonesia ini yang tidak disebutkan

secara implicit dalam setiap teks dan butir-butir turunannya. Namun peranan ini

sangat penting dan mendasar.

Peranan ini adalah peranan pancasila sebagai control of social changes,

yakni sebagai alat control perubahan social. Pergeseran tata social dan tata

antropologis masyarkat yang terjadi secara berkala yang disesuaikan dengan keadaan

zaman yang semakin hari semakin maju menggeser tata social masyarakat1.

Ini sangat penting mengingat ketika kita berkaca pada sejarah yang telah

berlalu, banyak perubahan tata social yang mencoba menggeser fungsi pancasila baik

sebagai dasar jurisprudensi hokum ataupun sebagai weltanschauungs (Ideologi dasar

yang menjiwai ideology lainnya sebagai pedoman hidup baik dalam tindakan

maupun pemikiran) sejak zaman dahulu. Terlepas dari benar atau tidaknya Partai

Komunis Indonesia pada decade 50an dan 60an silam hendak melakukan coup de

e’tat terhadap pemerintahan yang sah yang dipimpin oleh presiden revolusioner

1 http://www.google.com/search/artikelpancasila/1.../php, Pancasila dan Kontrol Sosial, posted at


Monday, November 11th 2007, 11:35 am
Indonesia Soekarno dan mengganti dasar Negara yang dari pancasila menjadi

komunisme.

Ini hanya sebagai gambaran atas fenomena merebaknya ajaran yang

bertentangan dengan nilai dasar Negara, perlu ada semacam control of social change

dalam fungsi pancasila sebagai langkah antisipatif terhadap keruntuhan dasar

ideology yang menjiwai masyarkat secara kolektif. Ini sangat memprihatinkan

apabila terjadi, mengingat pancasila adalah satu-satunya alat yang mampu

mengakomodir berbagai kepentingan yang nuansa multikulturalnya sangat kental.

Persoalan multikulturalisme merupakan wilayah yang sangat rawan

mengalami desintegrasi bangsa. Bangsa Indonesia yang dibangun atas bangunan

multicultural yang terdiri dari keanekaragaman suku, budaya, agama dan ras akan

mudah terpecah belahkan ketika isu-isu chauvinisme cultural digulingkan. Ini sangat

rawan, dan untuk mengantisipasinya, konsep dasar yang terkandung dalam pancasila

setidaknya mampu menjawab problematika ini. Persatuan Indonesia adalah salah

satu upaya untuk mempertahankan basis persatuan atas multicultural.

Selanjutnya, gerakan reformasi. Gerakan reformasi 1998 yang digawangi

oleh organisasi gerakan Mahasiswa merupakan titik tolak menuju cara pandang yang

baru dan back to culture. Ada upaya untuk memperbaiki tatanan social dan politik

yang telah mengalami kebobrokan sehingga aktivis mahasiswa yang kritis dan

militant kemudian mengumpulkan kekuatan untuk bergerak bersama2.

Sebelum sampai terlalu jauh menginjak hal itu, ada baiknya ketika kita kaji

dulu dasar-dasar yang menjadi dasar gerakan mahasiswa, baik secara ideologis

sebagai landasan gerak ataupun secara politis sebagai manifesto atas rasio politis.

2 Takashi Shiraisi, Zaman Bergerak, RAdikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, PT Pustaka Utama
Grafiti, Jakarta, 1997, hal. 415
Secara umum, ada dua arus besar yang masuk ke Indonesia yang kemudian

merambah menjadi mainstream yang dianut oleh sebagian masyarakat yang untuk

kemudian, secara lebih luas tentunya, diambil dan menjadi tolok ukur serta landasan

gerak oleh lembaga kemahasiswaan ekstra kampus. Yakni dengan perlambangan

Kanan dan Kiri. Kanan identik dengan militant, radikal, fundamental, konservatif

atau upaya mempertahankan kultur dengan jalan kekerasan sekalipun akan tetap

dilakukan agar tradisi tersebut tetap terjaga namun dengan paradigma yang structural

fungsional (dalam bahasa Emile Durkheim dan Talcott Parson)3.

Sedangkan yang kiri lebih mengacu pada radikalisme lepas dengan

berdasarkan atas fenomena (realitas) konkrit yang terjadi dalam kehidupan nyata

yang kemudian di ekspresikan dalam bentuk aksi social (atau hanya jargon?). Kiri

lebih mengarah pada arahan materialisme yang berbasis kebebasan individu dan

kebebasan berekspresi masyarakat tanpa kelas, tanpa penindasan dan kesewenang-

wenangan.

Kiri yang muncul dan berkembang di Indonesia memiliki kaitan erat

dengan materialisme dialektis Marxian. Karena dari Karl Marx inilah lahir semacam

inspirasi untuk mengorganiser kekuatan minoritas yang selanjutnya digunakan

sebagai alat gerak kolektif (people power).

Antara arus kanan dan kiri yang saling mencoba membangun kekuatan

gerakan, ternyata terjadi persaingan yang terkadang tidak sehat, sebagai dampaknya,

muncul aliran baru yang mencoba berada pada posisi fleksibel. Yakni yang

bermainstream antara kiri dan kanan atau dengan istilah lainnya mengambil jalan

moderat. Tujuannya sama untuk mencapai kesalehan kolektif. Mainstream yang

3 http://www.friendster.com/abazzahra/kajian/artikel/germa, Membaca Arus Gerakan Mahasiswa


Indonesia, posted at Monday, November 11th 2007, 11:35 am
digunakan, kiri oleh mereka diambil sebagian sedangkan yang kanan juga tidak

ditinggalkan. Dua aliran ini terakomodir dan kemudian dikemas ulang dalam bingkai

gerakan yang berbasis cultural4.

Berdirinya Orde Baru dibawah kekuasaan militer tidak begitu saja dapat

dilepaskan dari keterkaitan dengan tragedy 1965 di Negara kita. Bukan hanya PKI,

yang katanya menjadi dalang atas peristiwa maut tersebut, termasuk juga ada banyak

pihak yang terkait ketika ditelusuri lebih jauh lagi, ada pihak asing didalamnya

secara eksplisit tapi konkrit, dan gerakan mahasiswa juga sangat mempengaruhi pada

era tersebut.

Pada era ini, gerakan mahasiswa lebih berorientasi pada perbaikan

ekonomi, social dan politik dalam Negara. Perlunya ada semacam rekonstruksi

secara politis, untuk menyelesaikan persoalan Negara.

Untuk mengakomodir gerakan mahasiswa yang semakin marak ini, Mentri

Pendidikan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (Mentri PTIP) Jendral Syarif Thayeb

memberikan satu saran konstruktif untuk perkembangan kedepan gerakan

mahasiswa. Ia membaca perlunya semacam kesatuan aksi mahasiswa yang memiliki

jaringan nasional untuk mengakomodir berbagai gerakan mahasiswa yang muncul.

Secara politis, dapat dibaca bahwa keputusan Jendral Syarif Thayeb

mengambil langkah sparatis dengan mengumpulkan aktivis mahasiswa di rumahnya

serta beberapa pejabat militer untuk merumuskan berdirinya KAMI (kesatuan aksi

mahasiswa Indonesia) pada tanggal 25 Oktober 1965 dan selanjutnya pada tanggal

10 Juni 1966 mendeklarasikan tri tuntutan rakyat (tritura).

Demonstrasi mahasiswa menuju perubahan sangat massif dilakukan, anan

4 PB PMII, Modul Pengkaderan, 2005, Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia,
Jakarta, hal. 64
tetapi pemerintahan soekarno telrihat mengabaikan tuntutan mahasiswa tersebut, hal

ini terlihat ketika Soekarno melakukan retool cabinet yang masih ada menteri-

menteri Negara yang dipandang kotor oleh mahasiswa, maka pada hari pelantikan

para mentri, banyak mahasiswa yang turun kejalan, memenuhi jalan-jalan protocol di

Jakarta hingga insiden penembakan oleh Cakrabirawa yang menewaskan mahasiswa

terjadi. Disusul kemudian dibubarkannya KAMI oleh Bung Karno pada tanggal 26

Februari 1966.

Pada wilayah ini, gerakan mahasiswa selaras dengan nilai luhur pancasila

untuk melakukan gerakan menuju perubahan tatanan social politik, sila keempat,

kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /

perwakilan dan sila ke lima, keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

Ini sangat maching ketika dipresentasikan, yakni adanya keselarasan antara

pancasila dan gerakan reformasi ’66 yang digawangi oleh gerakan mahasiswa.

Artinya mahasiswa bertindak sebagai representasi atas kebutuhan perubahan saat itu.

Pada era 1998, euphoria reformasi menyerang Negara kita sejak awal tahun

1996 yang berpuncak di bulan Mei 1998 ditandai dengan runtuhnya rezim orde baru

yang telah menindas Indonesia lebih dari 32 tahun dibawah kepemimpinan Jendral

Soeharto. Pada gerakan ini juga masih berlandaskan pada pancasila dengan satu

asumsi bahwa gerakan mahasiswa ini diilhami oleh semangat melakukan perubahan

untuk keadilan social dan persatuan Indonesia serta menciptakan tatanan social yang

beradab dibawah konsepsi teologis monoteistik (ketuhanan yang maha esa).

Penutup
Sedikit banyak kaitan antara pancasila dengan gerakan reformasi 1998

ataupun gerakan reformasi (revolusi) 1966 serta berbagai peristiwa perubahan pra

dan pasca tahun tersebut dapat diambil satu sintesis baru, bahwa gerakan mahasiswa

(gerakan reformasi) mengarahkan menuju misi etis yang diemban oleh pancasila.

Gerakan mahasiswa berfungsi sebagai counter atas penyelewengan oleh orang-orang

Negara terhadap dasar ideology masyarakat (pancasila).

Akhirnya, terima kasih atas semua yang telah membantu baik pra dan pasca

dipresentasikan makalah ini penulis ucapkan terima kasih.


REFERENSI

http://www.google.com/search/artikelpancasila/1.../php, Pancasila dan Kontrol

Sosial, posted at Monday, November 11th 2007, 11:35 am

PB PMII, Modul Pengkaderan, 2005, Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam

Indonesia, Jakarta

http://www.friendster.com/abazzahra/kajian/artikel/germa, Membaca Arus Gerakan

Mahasiswa Indonesia, posted at Monday, November 11th 2007, 11:35 am

Takashi Shiraisi, 1997, Zaman Bergerak, RAdikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926,

PT Pustaka Utama Grafiti, Jakarta,

You might also like