Professional Documents
Culture Documents
Dulu R.A Kartini pernah bertanya kepada guru ngajinya, “Apa hukumannya
menyembunyikan Pengetahuan Tuhan?”. Kalau saja guru ngajinya itu saya, maka akan
saya jawab, “Kebodohan dan amarah sebagai adzab yang disegerakan”.
Nenek moyangku seorang pelaut,
gemar mengarungi luasnya samudera,
….
(sepenggal lagu anak-anak yang masih bisa diingat)
Itulah sepenggal gambaran bagaimana Nabi Nuh a.s yang kisahnya terekam
dalam kitab-kitab monoteisme membuat Perahu Penyelamat yang legendaris,
yang dikisahkan dalam film Noah Of Arks dengan bintang pemeran aktor watak
Jon Voigh sebagai Nabi Nuh a.s. Dalam film buatan Walt Disney itu, Nabi Nuh
a.s digambarkan sezaman dengan Nabi Luth di Soddom & Gomorah yang
akhirnya musnah ditimpa hujan meteor dan gempa bumi.
Kisah Nabi Nuh a.s sudah sangat dikenal di berbagai belahan dunia yang
masyarakatnya banyak menganut agama monoteisme seperti agama Yahudi,
Kristen, dan Islam. Meskipun variasi isi terjadi selama ratusan tahun, namun
point utamanya tetap sama yaitu kisah seorang manusia yang bernama Nuh,
yang membuat PERAHU PENYELAMAT bagi manusia dan binatang untuk
mengantisipasi suatu bencana alam. Ketika kitab-kitab Wahyu mengisahkannya,
maka Kisah Nabi Nuh a.s adalah kisah drama teologis yang sarat makna, yang
tidak berdiri sendiri sebagai sekedar suatu kisah sejarah penyelamatan umat
manusia yang tinggal di Bumi, tetapi mengandung penafsiran yang erat
kaitannya dengan keadaan Planet Bumi itu sendiri baik dari sisi meteorologis,
klimatologi, geologi, maupun keseimbangan dan dinamika sistemik Planet Bumi
sebagai tempat dimana umat manusia tinggal. Jadi, dalam kisah Nuh dan Banjir
Besarnya memang terkandung suatu rahasia bagaimana manusia dan alam
lingkungannya saling berinteraksi yang akhirnya membawa manusia kearah
pemahaman yang lebih universal, mendasar, dan sekaligus transenden bahwa
ada Kekuasaan Tertinggi yang tidak bisa dipahaminya dengan utuh kecuali
dengan kesadaran dan keyakinan bahwa Dia, si Pemilik Kekuasaan itu memang
Ada.
Ribuan tahun setelah Kisah Nuh a.s disampaikan kepada manusia, sampai hari
ini masih banyak orang penasaran apakah kisah Nuh a.s benar-benar terjadi,
dimana, dan kapan terjadinya. Dugaan para ahli akhir-akhir ini, seperti yang
diungkapkan juga oleh beberapa penulis seperti Harun Yahya, menyebutkan
kalau Perahu Nuh a.s yang membawa manusia dan pasangan berbagai jenis
binatang mendarat di Gunung Ararat di Turki. Upaya pencarian Perahu Nuh a.s
tidak tanggung-tanggung di abad modern ini, salah satu caranya menggunakan
satelit dari angkasa luar untuk melakukan scanning mencari obyek-obyek aneh
yang mirip perahu. Upaya-upaya tersebut dilakukan oleh manusia sebagai suatu
cara untuk menemukan fakta kebenaran dari informasi yang disampaikan kitab
wahyu selama turun temurun .
Variasi kisah Nuh sebenarnya terdapat juga di beberapa wilayah dunia, misalnya
di Eropa, di Amerika Latin, Cina, Afrika maupun di kawasan kepulauan lautan
Pasifik dengan inti kisah yang sama, seseorang dengan rombongan yang kecil
selamat dari suatu bencana alam yang dahsyat yang menenggelamkan kaumnya
dengan naik Perahu. Kisah-kisah demikian juga muncul pada kisah
tenggelamnya benua Atlantis yang dilansir Plato secara metaforik dan membuat
penasaran banyak orang selama berabad-abad sesudahnya.
Fakta atau fiksi, teori atau suatu metafor yang berkaitan dengan umat manusia,
akhirnya menjadi trigger-trigger yang membuat hasrat keingintahuan manusia
dengan darah petualang yang tinggi menjelajahi berbagai belahan dunia untuk
mencari kebenarannya. Maka kisah-kisah manusia yang berkelana, didera
penderitaan amat sangat dan akhirnya menemukan pencerahan pun muncul
kepermukaan sebagai kisah heroik para penemu, kisah nabi, rasul, kaum arifin,
sejarawan dan kini kita mengenalnya sebagai ilmuwan, sebagian besarnya kini
dikenal namun sebagian besar lagi tidak dikenal dan memang tidak memerlukan
keterkenalan yang dinisbahkan oleh manusia karena rahasia penciptaan semua
makhluk dan Penciptanya ia pahami sepenuhnya.
Tetapi, apa sebenarnya yang ingin diungkapkan Kitab Wahyu maupun legenda-
legenda kuno tentang Nabi Nuh a.s dan Perahunya serta tindakannya memuat
pasangan-pasangan binatang dalam rangka meneruskan kelangsungan suatu
kehidupan atau dalam bahasa modern yang kelak dipahami Wallace dan Charles
Darwin menjadi idiom evolusi yang menggelitik menjadi begitu terkenal “Survival
Of The Fittest”?
Perahu dalam kisah Nabi Nuh a.s memang menjadi suatu ciri yang khas. Secara
lahir dan literal, perahu memang dapat diartikan secara harfiah sebagai suatu
sarana transportasi baik untuk berpindah tempat maupun untuk menyelamatkan
diri. Namun, ketika “Perahu” itu digambarkan dengan ungkapan yang
menunjukkan kecerdasan tinggi dengan pengetahuan rancang bangun atau
rekayasa yang memadai, istiqomah atau ketekunan yang nyaris tak pedulian
(cuek bebek) dengan celaan orang-orang sekitarnya yang memandang Nuh
dengan aneh, kapasitasnya yang demikian besar sehingga mampu menampung
berbagai jenis binatang dan umat manusia yang percaya pada Nuh a.s , maka
kita mestinya curiga bahwa Kisah Nabi Nuh a.s bukan sekedar gambaran
lahiriah tentang seorang manusia yang membuat Perahu Penyelamat,
tetapi mengandung makna mendalam bahwa apa yang dimaksud dengan
“PERAHU NUH’ sesungguhnya bukan sekedar “Perahu Biasa yang
Ukurannya Besar”, namun mengandung ungkapan metaforis yang disimbolkan
sebagai “PERAHU PENYELAMAT”.
Jadi perahu itu mestilah suatu ungkapan yang lebih generik, lebih universal, luas,
dan sejatinya ketika kemampuan peradaban manusia berkembang dapat bisa
dipahami , apalagi dengan citarasa sastra yang tinggi bahwa PERAHU NABI
NUH A.S. BUKAN SEKEDAR PERAHU KAYU YANG BESAR NAMUN
“PERAHU PENYELAMAT” BAGI UMAT MANUSIA KETIKA MENGHADAPI
SUATU KEADAAN YANG BERADA DI LUAR JANGKAUAN KEKUASAANNYA
SEBAGAI MAKHLUK YANG TINGGAL DI SISTEM YANG DINAMIS, MAKHLUK
YANG DINUGERAHI AKAL PIKIRAN KETIKA MENGHADAPI BENCANA ALAM
SKALA LOKAL SAMPAI GLOBAL, BAIK GEMPA BUMI, BANJIR BESAR,
LETUSAN GUNUNG, TSUNAMI BAHKAN SAMPAI KEHANCURAN PLANET
BUMI SEKALI PUN UNTUK MENYELAMATKAN DIRI.
Lantas, apa sebenarnya arti ‘PERAHU NABI NUH”, “BAGAIMANA
SEHARUSNYA KELOMPOK MAKHLUK YANG DISELAMATKANNYA”, DAN
“BAGAIMANA MEMBUATNYA” LANTAS “DENGAN APA” menjadi suatu
pertanyaan yang akan membawa manusia pada pengertian yang utuh yang
berkaitan dengan upaya manusia untuk memanfaatkan anugerah tertinggi yang
dimilikinya itu. Untuk menguraikan jawaban dari pertanyaan diatas maka kita
dapat meninjau kembali kisah Nabi Nuh a.s. Namun kali ini saya akan merujuk
kepada informasi yang terkandung di dalam al-Qur’an.
Kalau kita merujuk kepada ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan Kisah
Nabi Nuh a.s, maka kisah tersebut tersebar di beberapa surat. Namun yang
paling pokok adalah surat bernomor kode 71 yaitu surat Nuh dengan 28 ayat.
Secara intuitif saja saya kemudian menyadari bahwa jumlah ayat surat ke-71
atau surat NUH itu berkaitan dengan suatu sistem ilmu pengetahuan yang paling
mendasar yang tidak lain adalah sistem huruf hijaiah atau abjad yang hurufnya
berjumlah 28 dari huruf ALIF sampai huruf YA. Sedangkan kalau saya analisis
secara numerik dengan memperhatikan nilai al-Jumal kata “NUH” dalam bahasa
Arab yang ditulis dengan huruf NUN (50), WAWU(6), dan HA(8), maka nilai total
nama NUH adalah 64. Nilai 64 tidak lain adalah simbolisme numerik dari matriks
papan catur 8x8=64 (simak kisah Paku Tauhid Sunan Giri dan Rahasia
Kuntilanak yang telah dipubliaksika di Blog) yang berkaitan erat dengan
KAPASITAS MANUSIA BERPIKIR LOGIS RASIONAL dengan satuan 64 bit.
Kesimpulan sementara saya dengan menganalisis maksud kodefikasi al-Qur’an
QS 71 , 28 ayat yang dinamai sebagai surat NUH ini menjadi jelas bahwa yang
dimaksud Nuh berkaitan erat dengan bagaimana manusia MESTI berpikir logis
dan rasional dengan bantuan sistem abjad dan tentunya sistem bilangan sebagai
dasar-dasar ilmu pengetahuan yang benar dalam lingkup pemahamannya yang
terbatas. Maka NUH secara simbolik adalah ILMU PENGETAHUAN TUHAN itu
sendiri sedangkan PERAHU PENYELAMATNYA tidak lain adalah BAGAIMANA
MANUSIA MENGGUNAKAN DAN MENERAPKAN ILMU PENGETAHUAN ITU
UNTUK MENYELAMATKAN KAUMNYA DARI KEADAAN-KEADAAN YANG
BERADA DI LUAR JANGKAUAN KEKUASAAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI SEBAGAI JALAN TERAKHIR YANG MESTI DILAKUKAN
DENGAN TAWADHU, KESABARAN, ISTIQOMAH, DAN KEYAKINAN KEPADA
KEMAPEMURAHAN TUHAN YANG MAHA ESA DAN MAHA PENGAMPUN.
Kalimat terakhir ini menjadi penting karena secara langsung akhirnya BATAS
ILMU PENGETAHUAN MANUSIA telah berada di titik nadir KETIKA TUHAN
YANG BERKUASA SECARA LANGSUNG MENAMPILKAN KEKUASAANNYA
TANPA PANDANG BULU BERUPA KEKUATAN-KEKUATAN YANG
MENYEBABKAN PLANIT BUMI TETAP MENJADI PLANIT YANG DAPAT
DIJADIKAN SEBAGAI TEMPAT HIDUP.
Dalam QS 71 ayat 1-4 yang tersusun dari 15 7 huruf Arab (yaitu QS 71:1 terdiri
dari 50 huruf, QS 71:2 20 huruf, QS 71:3 25 huruf dan Qs 71:4 62 huruf), Allah
berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan
perintah) , berilah peringatan kepada kaummu sebelum datang kepada
mereka azab yang pedih".
Nuh berkata: "Hai kaumku, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan
yang menjelaskan kepada kamu, bahwa hendaklah kamu menyembah Allah
dan bertakwa kepada-Nya dan taatilah aku, niscaya Allah akan
mengampuni sebagian dosa-dosamu dan menangguhkan kamu sampai
kepada waktu yang ditentukan. Sesungguhnya ketetapan Allah apabila
telah datang tidak dapat ditangguhkan, kalau kamu mengetahui". (QS 71:1-
4).
Setelah dalam QS 71:1 Tuhan menginformasikan kepada Nabi Nuh a.s, maka
ayat 2,3,4 nya yang kalau disusun menjadi 234 sebagai jumlah lafaz maghfirah
dalam Al Qur’an adalah wujudnya ampunan dan taubat dari Allah melalui Nuh
yang menyampaikan pesan-pesan Tuhan dalam bahasa keruhanian dimana
dianjurkan kepada kaum Nuh untuk menyembah Allah dan bertaqwa. Dengan
menyembah Allah dengan benar, sejatinya Nuh sudah memberikan solusi
menyeluruh karena dengan demikian, yang disampaikan sebenarnya Cahaya
Allah sebagai IMAN DAN KEYAKINAN YANG BENAR DAN KOKOH SEBAGAI
MODAL DASAR SEMUA AL-MUKMIN yang kelak akan menetap dalam hati
sehingga suatu kaum menjadi bertambah keimanannya, lebih al-Sakinah
(tenang), untuk menghadapi berbagai kondisi atau keadaan yang SUSAH
DIRAMALKAN namun sudah MENJADI KETENTUAN TUHAN KARENA
HUKUM-HUKUM ASAL YANG TELAH DITETAPKAN DI PLANIT BUMI
BERSIFAT PASTI DENGAN BATASAN SANGAT JELAS DAN SEJAUH INI KITA
ANGGAP SECARA BERSAMA SEBAGAI BENAR YAITU 0123456789 DAN A
SAMPAI Z, ALIF SAMPAI YA.
Lantas, setelah Pengetahuan Tuhan dengan basis tauhid saat ini telah
terurai,berkembang, dan dipahami bagaimanakah PERAHU NABI NUH harus
dibuat?
Pengetahuan ini formatnya sudah menjadi lebih nyata yaitu pendidikan dan
pelatihan. Selain itu format pengetahuan itu dapat didistribusikan dengan mudah
kalau kita mau menggunakan semua sarananya, baik sarana modern seperti
telepon, internet, pos kilat, fotokopi, maupun sarana yang real berupa organisasi
sosial kemasyarakatan yang harus diberdayakan untuk mengadakan
PENYULUHAN TERUS MENERUS KEPADA MASYARAKAT TENTANG
KONDISI ALAM INDONESIA DAN BAGAIMANA CARA UNTUK
MENYIKAPINYA DENGAN BENAR SESUAI DENGAN KAIDAH MEMBANGUN,
MEMELIHARA DAN MENDIDIK, DAN MAMPU MENGATASI KEADAAN
DENGAN TENANG DAN YAKIN JIKA KEADAAN DARURAT TERJADI, BAIK
MENYELAMATKAN DIRI MAUPUN KELOMPOK, BERTAHAN HIDUP DAN
TENTUNYA MENGADAKAN SUATU UPAYA PRAKTIS UNTUK MENERUS
KELANGSUNGAN SUATU GENERASI.
Jadi, saran saya kepada semua komponen Bangsa Indonesia buatlah suatu
STARTER KIT SURVIVAL BAGI MASYARAKAT DI SEMUA LAPISAN DARI
KOTA SAMPAI DESA, JUST DO IT, JANGAN TUNGGU BENCANA DATANG
ATAU MENANTI BANTUAN PEMERINTAH. TAPI LAKUKAN SEMUA ITU
DENGAN KEYAKINAN KEPADA PERTOLONGAN TUHAN yang nyata
BERUPA ILMU PENGETAHUAN bukan dongeng ganjil yang dulu menjadi
ungkapan metafora karena Tuhan sudah menganugerahkan karaketristiknya
sebagai Rabbul ‘Aalamin kepada manusia untuk bisa saling membantu,
mewujudkan Kemahaindahan dan Kemahaagungan-Nya yang tak terbantahkan
kecuali oleh orang-orang yang SUMMUM, BUKMUN DAN UMYUN.
Materinya cari di Internet atau cari tahu kepada pihak berwenang dan mereka
yang telah berpengalaman menghadapi bencana dan menanganinya. Buat saja
ringkasan pokoknya dalam kertas seukuran A4 satu atau 2 lembar yang berisi
informasi penting bagaimana menyikapi suatu fenomena alam yang
menimbulkan bencana, bertahan hidup di alam terbuka, membuat tenda praktis
yang aman, menggunakan daun-daunan sebagai makanan maupun obat-obatan,
berkomunikasi jarak jauh (morse atau sandi); bagi yang tinggal di wilayah
ketinggian tanami tanah-tanah yang kosong dengan tumbuhan yang bermanfaat
dan agak tahan lama dan mudah ditanam tanpa perlu ribet mikirin pupuk
misalnya ubi, ketela pohon, kentang, ataupun tanaman obat, dan cara-cara
praktis lainnya. Lalu, jangan lupa TERJEMAHKAN STARTER KIT ITU ke dalam
bahasa daerah masing-masing yaitu bahasa jawa, sunda, padang, batak, aceh,
bali, irian, sulawesi dan bahasa-bahasa lainnya. Distribusikan melalui jalur
tradisional seperti pesantren, LSM maupun pihak-pihak yang mau membantu
mewujudkan PERAHU NABI NUH BAGI BANGSA INDONESIA DENGAN
CARA YANG MURAH, MUDAH DAN PRAKTIS KARENA LANDASANNYA
NIAT DAN KEYAKINAN KEPADA TUHAN YANG MAHA PERKASA DAN
MAHA PENGAMPUN. JANGAN SAMPAI TERLAMBAT!
Langkah dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk membuat Starter Kit
Yang cocok dengan Wilayah Anda?
Petunjuk berikut tidaklah baku, namun dapat digunakan sebagai langkah awal
untuk membuat Starter Kit yang cocok untuk wilayah Anda.
Buatlah daftar pertanyaan sebagai check list yang sesuai dengan wilayah Anda
yang berkaitan dengan :
14) JUST DO IT, NOW !!!, [ itu kalo mau selamat lho]