You are on page 1of 39

KETERAMPILAN BERBICARA

Materi dalam blog ini merupakan klasifikasi jenis keterampilan berbahasa secara aktif lisan. Sumber wacana dalam blok ini
amat banyak, yang dapat pembaca cari dan lacak sendiri ke website lain. yang ada di sini hanyalah sebagian kecil
sepersekian persen dari yang ada.
SELASA, 2009 JANUARI 20

DEBAT

Dalam peradaban manusia kegiatan berbicara bersama ternyata dirasakan amat penting dalam
menjali8n komunkasi antarsesama. Sejarah membuktikan bila di antara lekuk-liku kegiatan
berbicara tersebut mengalami perkembangan hingga membentuk kegiatan berbicara sesuai
dengan kont5ekis nzaman dan lingkungan masyrakatnya. Akhirnya, kemjauan peradaban
melahirkan bentuk kegiatan berbicara dalam debat, meski bentuk itu sudah ada sejak zaman
Romami Kuno.

Dalam konteks masyarakat Indonesia budaya debat barulah muncul secara umum lewat media
televisi setelah terjadi reformasi di negeri ini. Kegiatan ini menjadi menarik banyak diminati oleh
berbagai elemen masyarakat, akademisi, tokoh pergerakan, politikus, dan lain-lain. Meski dunia
debat dalam konteks masyarakat kita seperti sekarang masih belum ideal, titik ini merupakan
langkah awal yang memang harus ditempuh menuju msyarakata Indonesia yang maju menuju
tingkat peradaban yang lebih mulia.

Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan
maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara
formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di
negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti
aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan
juri.

Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat legislatif dan
debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah
dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan ("format")
yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah
pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk
menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang
berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.

Debat kompetitif dalam pendidikan


Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk
menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat
secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan
berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).

Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas
debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat parlementer"
sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai format debat parlementer
yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri.

Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World
Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di tingkat
universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah menengah
atas.

Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai


pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian, beberapa
kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang
hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language - ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia,
dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina dan
Singapura.
Debat kompetitif
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh
kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat universitas
adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997
di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai
wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity
English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi
tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang berbeda.

Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap
tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang
diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for
Critical Thinking (ACT).

Berbagai gaya debat parlementer


Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
jumlah tim dalam satu debat
jumlah pembicara dalam satu tim
giliran berbicara
lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
tatacara interupsi
mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
tugas yang diharapkan dari masing-masing pembicara
hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara
jumlah juri dalam satu debat
kisaran penilaian

Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
penentuan topik debat (mosi) - apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau hanya beberapa saat
sebelum debat dimulai (impromptu)
lama waktu persiapan - untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar antara 15 menit
(WUDC) hingga 1 jam (WSDC)
perhitungan hasil pertandingan - beberapa debat hanya menggunakan victory point (VP) untuk
menentukan peringkat, namun ada juga yang menghitung selisih (margin) nilai yang diraih kedua
tim atau jumlah vote juri (mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0
atau 2-1)
sistem kompetisi - sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak elimiasi (perdelapan
final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak penyisihan, sistem yang biasa digunakan
adalah power matching

Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai di debat
parlemen sebenarnya:
topik debat disebut mosi (motion)
tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah (Government), tim
Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition)
pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan sebagainya
pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang Terhormat)
interupsi disebut Points of Information (POI)

Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary ("Australs")


Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-
kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian
Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan
dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi
(Opposition), dengan urutan sebagai berikut:

Pembicara pertama pihak Pemerintah - 7 menit


Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit
Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit
Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit
Pidato penutup pihak Oposisi - 5 menit
Pidato penutup pihak Pemerintah - 5 menit
Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh
pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato
penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah.

Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak
Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes) That globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya) Bahwa globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan
tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam
hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tidak ada interupsi dalam format ini.

Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil.
Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian,
keputusan panel dapat bersifat unanimous ataupun split decision.

Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer terutama di
kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang menggunakan format ini adalah Java
Overland Varsities English Debate (JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate
(IVED).
Asian Parliamentary ("Asians").

Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam kejuaraan
tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi (Points of
Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak
pada pidato penutup). Format ini juga mirip dengan World Schools Style yang digunakan di
WSDC.

Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp) yang
diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC [[Universitas Indonesia].
British Parliamentary ("BP")

Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di banyak negara,
sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim
beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili
Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition), dengan susunan sebagai
berikut:
Opening Government:
Opening Opposition:- Prime Minister - Leader of the Opposition- Deputy Prime Minister -
Deputy Leader of the OppositionClosing Government: Closing Opposition:- Member of the
Government - Member of the Opposition- Government Whip - Opposition Whip
Urutan berbicara adalah sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 7 menit
Deputy Prome Minister - 7 menit
Deputy Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
Member of the Opposition - 7 menit
Government Whip - 7 menit
Opposition Whip - 7 menit

Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan
ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila
diterima, pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15
detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh pembicara
tadi sebelum melanjutkan pidatonya.

Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri
menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel,
keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan
membuat keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founder's Trophy yang diselenggarakan oleh
Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.

Format World Schools


Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC)
dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi
dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut:
Pembicara pertama Proposisi - 8 menit
Pembicara pertama Oposisi - 8 menit
Pembicara kedua Proposisi - 8 menit
Pembicara kedua Oposisi - 8 menit
Pembicara ketiga Proposisi - 8 menit
Pembicara ketiga Oposisi - 8 menit
Pidato penutup Oposisi - 4 menit
Pidato penutup Proposisi - 4 menit
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing tim
(tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak
Proposisi.

Aturan untuk interupsi (Points of Information - POI) mirip dengan format BP. POI hanya dapat
diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating
Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi debat
juga menggunakan format ini.

American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan
susunan sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)
Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat
pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary Debate Association (NPDA), American
Parliamentary Debate Association (APDA), dan National Parliamentary Tournament of
Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas dengan susunan
pidato sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 8 menit
Member of the Government - 8 min
Member of the Opposition - 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal - 4 min
Prime Minister Rebuttal - 5 min
California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate League
(NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah dengan susunan pidato
sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
Member of the Opposition - 7 menit
Leader of the Opposition Rebuttal - 5 menit
Prime Minister Rebuttal - 5 menit

Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat ditanyakan
kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato.
Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya dapat diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.

Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang sebuah
rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan umumnya
mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya
memainkan peran Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif (menentang proposal). Pada
prakriknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang sama yang berlaku
selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah ditetapkan.

Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih mengandalkan pada hasil
riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang lebih luas
mengenai argumen. Misalnya, sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal
utama menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun
retorika juga penting dan ikut mempengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap babak
umumnya didasari atas siapa yang telah "memenangkan" argumen sesuai dengan fakta
pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang
membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan karena semua fakta pendukung
harus diperiksa terlebih dahulu.

Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer dibandingkan debat
parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat
ini ikut mempengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU
diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh
National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA), National
Educational Debate Association, dan Great Plains Forensic Conference.

Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap
debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit)
yang berisi argumen-argumen baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak
boleh berisi argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu
sanggahan. Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan kesempatan untuk
melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas pidato tersebut. Setiap isu yang tidak
ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah diterima dalam debat. Dewan juri secara seksama
mencatat semua pernyataan yang dibuat dalam suatu babak (sering disebut flow).

Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.

Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat
Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti oleh
dua pedebat yang bertarung satu sama lain.

Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering disebut
sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta pendukung
(evidence) dan lebih mengutamakan logika dan penjelasan.

Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.

Model United Nations


Model United Nations adalah kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat sekolah dan
universitas di dunia. Dalam kegiatan ini, peserta memainkan peran sebagai delegasi Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) yang mewakili negara tertentu (dalam kompetisi internasional, negara yang
diwakili umumnya bukan negara asal sebenarnya dari tim tersebut).

Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta International School
(JIS), sebuah sekolah internasional di ibukota, memiliki kegiatan ekstrakurikuler ini.

Moot court
Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa hukum di tingkat universitas.
Lihat pula
Debat kompetitif di Indonesia
Indonesian Varsity English Debate
Java Overland Varsities English Debate
Indonesian Schools Debating Championship
Parahyangan English Debate Society
Kompetisi internasional tingkat universitas
World Universities Debating Council
Kompetisi internasional tingkat sekolah menengah
World Schools Debating Championships
Organisasi Debat Internasional
International Debate Education Association
International Public Debate Association
Australasian Intervarsity Debating Association
Australasian Intervarsity Debating Association (2002-3)
Lain-lain
'Debating': A free online 'how-to' guide (A free 200-page debating book written by a former
winner of the World Schools Debating Championhip)
Debate Network (Arguments for and against a wide variety of debate topics)
Associated Leaders of Urban Debate (A national organization promoting debate to the
general public) (US, K-12, collegiate)
World Debate Website Information about university debating events around the globe
Oxford Union (Oxford University)
American Parliamentary Debating Association (U.S., collegiate)
National Parliamentary Debate Association (U.S., collegiate)
Cross Examination Debate Association (U.S., collegiate)
National Debate Tournament Home Page (U.S., collegiate)
British Debate Information about school and university debating in Britain
Debating SA Helpful resources for Primary and Secondary School debaters in Australia
Debate Central Wide ranging debate training website. Includes several online videos
National Association of Urban Debate Leagues (U.S., secondary and middle school)
National Forensic League (U.S., secondary school)
National Christian Forensics and Communications Association (U.S., secondary school)
National Parliamentary Debate League (U.S., secondary school)
Planet Debate An online store for debate resources run by Harvard Debate.
National Debate Coaches Association (U.S., secondary school)
eDebate Mailing list for high school and college debate coaches.
Debate Outreach Network A resource for starting a debate team. Includes video from the
Dartmouth Debate Institute
Debatepoint dot com Web-based debate software
New Zealand Schools Debating Council Website of the New Zealand Schools Debating
Council, who organise schools debating in New Zealand
Slovak Debate Associaton
ARDOR - Romanian National Debate Association
ASDV Bonaparte is the academic debating society in Amsterdam
Parliamentary Debate League - Parli Grand Nationals (U.S., secondary school)
Cross-X.com Website for high school and college debaters run by former debater Phil Kerpen.
DebateRoom.com Debate forums for a variety of issues.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Debat"
Diposkan oleh DRS. KASDI HARYANTA di 19:47 0 komentar
SELASA, 2008 APRIL 15

MARI BERDISKUSI SECARA BAIK DAN BENAR!

Keterampilan berbicara dalam ragam budaya masyarakat Indonesia kini bisa terwujud dalam
berbagai bentuk, di antara rutinitas kegiatan berbicara dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Apabila dirunut dari aspek tujuan, tempat, waktu, pihak yang terlibat, serta sarana yang
dipergunakan, kegiatan berbicara menurut G. Sukadi (1997) dapat dibedakan menjadi 1) obrolan;
2) musyawarah/rapat; 3) diskusi; dan 4) debat.

Kegiatan obrolan bercirikan antara lain: 1) dilakukan tanpa tujuan yang pasti, sebab pada
umumnya dilakukan untuk menambah keakraban, memperluas pergaulan, atau bahkan hanya
untuk mengisi waktu luang; 2) dapat dilakukan di mana pun, dalam situasi bagaimanapun; 3)
bisa dilaksanakan kapan pun, dalam batas waktu tak tertentu; 4) dapat dilakukan oleh siapa pun
dengan siapa saja, tanpa klasifikasi dan kesamaan arah; dan 5) tidak memerlukan sarana dan
fasilitas

Musyawarah merupakan kegiatan berbicara bersama yang: 1) dilakukan dengan tujuan mencari
titik temu kesamaan langkah, pendapat, kebijakan, sebagai hasil kesepakatan-keputusan
bersama; 2) dilakukan di tempat yang disepakati untuk mengadakan kegiatan berbicara bersama,
meski bisa juga di tempat terbuka serta ruangan tertutup; 3) biasanya dilakukan setelah
kelompok atau organisasi atau masyarakat memiliki kesamaan tujuan atau beban yang harus
diatasi segera dan bersama; 4) dilakukan oleh anggota atau wakil-wakil anggota; 5) sarana dan
peralatan diperlukan sesuai dengan tingkat kuantitas dan kualitas musyawarah dan hasil
kesepakatan bersama.

Diskusi merupakan kegiatan berbicara bersama yang dilakukan dengan 1) tujuan untuk mencari
kebenaran (ilmiah); 2) dilakukan dalam situasi resmi di tempat yang formal, meski kadang
diskusi nonformal bisa dilakukan di tempat tak formal; 3) dilakukan oleh kalangan yang mencari
kebenaran atau meningkatkan kualitas kebenaran; 4) dilaksanakan dalam kelola waktu yang
terprogram secara proporsional; 5) diperlukan sarana dan peralatan sesuai dengan tingkat dan
kualitas diskusi.

Debat merupakan kegiatan keterampilan berbicara antarpribadi atau pihak. Kegiatan ini
diadakan dengan tujuan untuk mengemukakan bahwa gagasan atau konsep yang dikemukakan
oleh satu pihak merupakan konsep atau gagasan yang lebih baik, lebih benar, dan lebih tepat
dibandingkan gagasan pihak lain. Kegiatan debat ini belakangan berkembang sesuatu dnegan
perkembnagan demokrsi di negara kita, terutama bagi partai-partai politik atau kandidat-
kandidat yang mencalonkan diri duduk di kursi jabatan tertentu. Biasanya kegiatan ini dipandu
oleh seoarng moderator sehingga arah dan tujuan berdebat relatif terkendali, demikian juga
dengan topik pembicaraannya. Oleh sebab itu, amat diperlukan keluasan wawasan dan
kecerdikan moderator dalam mengendalikan jalannya pemibcaraan. Peralatan dan sarana
diperlukan sesuai dnegan bentuk debatnya. Debat kusir atau debat bebas tidak memerlukan
tempat yang tertata teratur serta rancangan waktu yang terprogram. Namun, bukan itulah yang
dimaksud dalam pembahasan ini.

BAGAIMANA KITA MELAKUKAN DISKUSI?

1. Pengertian diskusi

Secara etimologis kata diskusi berasal dari bahasa Latin discussio, discussi, atau discussum yang
berarti memeriksa, memperbincangkan, dan membahas. Dalam bahasa Inggris, discussion
berarti perundingan atau pembicaraan, sedangkan dalam bahasa Indonesia, sebagai istilah,
diskusi berarti proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk
mencapai tujuan tertentu.

2. Berdasarkan konsep di atas kegiatan diskusi mengandung tiga unsur pokok, yaitu:

2.1 dilakukan oleh dua orang atau lebih (kelompok);


2.2 ada masalah yang menjadi pokok pembicaraan;
2.3 ada tujuan yang hendak dicapai, terutama demi kemajuan ilmu dan pengetahuan
2.4 tempatnya sudah ditentukan;
2.5 waktunya sudah dibatasi;
2.6 pihak-pihak yang telibat juga sudah jelas kedudukan dan fungsinya;

3. Kegiatan diskusi dapat dilakukan oleh dua orang ataupun lebih, puluhan, bahkan ratusan atau
ribuan, dalam situasi resmi ataupun tak resmi; dengan persiapan yang matang dan terencana
disertai dengan aturan yang jelas, atau kegiatan berbicara di tempat tak resmi dengan tujuan
tertentu; berbicara boleh berbeda; tetapi tetap merupakan satu kesatuan,; menghasilkan ide-ide
meskipun berbeda, tetapi tetap satu tujuan, bukan kehendak pribadi, melainkan tujuan
kelompok, diwarnai dialog, tanya jawab, atau saling tukar pendapat, beradu argumentasi dengan
bukti dan alasan, boleh ada penolakan pendapat atau gagasan, memberi tanggapan, saran, kritik,
dan usul, di sisi lain dapat dikemukakan informasi lengkap dan terperinci membawa hasil baik
berupa kesimpulan, kesepakatan, pemikiran
alternatif, dan lain-lain sebagai hasil pemikiran bersama.

4. Manfaat Diskusi bagi peserta

4.1 peserta dapat memahami suatu masalah, mengetahui latar belakang masalah atau sebab-
sebab dan menemukan jalan keluar atau solusi masalah yang sulit.
4.2 peserta dapat menentukan suatu kesepakatan untuk melakukan tindakan, kegiatan,
pekerjaan, dan bersikap tertentu.
4.3 peserta dapat menganalisis bersama suatu masalah dan mencari alternatif-alternatif gagasan,
rencana kebijakan, tindakan atau keputusan yang tepat.
4.4 peserta dapat memperoleh informasi, ide atau gagasan dari peserta lain, dapat belajar dari
peserta lain tentang pengalaman, cara berpikir, cara bersikap, cara mengambil keputusan atau
kesimpulan, dan lain-lain.
4.5 peserta dapat saling mengamati, saling menilai, saling belajar, saling menghargai.
4.6 peserta dapat belajar mengemukakan pendapat dan berlatih menanggapai pendapat orang
lain.
4.7 peserta dapat belajar berorganisasi baik sebagai angota maupun staf pimpinan.

5. Masalah dalam Diskusi

Masalah yang didiskusikan merupakan suatu persoalan yang dibahas oleh peserta diskusi untuk
dipahami, diketahui sebab-sebabnya, dianalisis, dicari jalan keluar atau solusinya, diambil
keputusan yang tepat, terbaik di antara yang baik atau tak baik sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan

Masalah adalah persoalan yang ada antara harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu, kegiatan
diskusi merupakan suatu upaya untuk menemukan cara menghilangkan, mengatasi atau
memperkecil jarak antara harapan dengan kenyataan.

Kriteria masalah yang layak didiskusikan:

5.1 menarik perhatian peserta;


5.2 aktual dan menjadi pembiacaraan umum;
5.3 berguna bagi peserta, masyarakat atau bagi pengembangan ilmu pengetahuan;
5.4 baru, yaitu belum ada atau belum dibahas sebelumnya;
5.5 langka, jarang ada (kesempatan atau problemanya);
5.6 menyangkut kebijakan untuk umum atau penting sebagai public figure;
5.7 mengandung alternatif pendapat-multidimensional;
5.8 membutuhkan pertimbangan yang matang untuk penentuan keputusan;
5.9 dan lain-lain.

6. Cara Menemukan Topik Diskusi

6.1 memikirkan atau mengingat sesuatu yang pernah dan kita ketahui, kita alami, kita rasakan,
dan kita bicarakan.
6.2 membaca buku, koran, majalah, atau referensi lain.
6.3 memperkaya referensial tak tertulis, lewat media audio visual,
6.4 menyimak pidato, ceramah, dialog cendekiawan atau tokoh-tokoh tertentu;
6.5 mengadakan pengamatan, penelitian, wawancara
6.6 dan lain-lain.

7. Pemilihan Tempat Diskusi

7.1 tersusun bersih, rapi, cukup luas untuk kegiatan diskusi


7.2 terhindar dari gangguan suara luar, misalnya kendaraan, pabrik, orang bekerja, anak-anak
bermain
7.3 mengesankan suasana yang mengenakkan,
7.4 terdapat peralatan yang digunakan, misalnya soundystem, alat peraga, papan tulis, lampu
penerangan,
7.5 cukup untuk mengatur formasi bentuk diskusi

8. Tipe Peserta Diskusi

8.1 tipe tak suka bicara


8.2 tipe positif
8.3 tipe sok tahu
8.4 tipe suka bertengkar
8.5 tipe pemalu
8.6 tipe ingin menang sendiri
8.7 tipe cuek
8.8 tipe sangat terpelajar
8.9 tipe suka bertanya

9. Peserta Diskusi yang Baik:

9.1 ikut mengambil bagian dalam berdiskusi


9.2 mendukung pendapat dengan alasan, fakta, contoh, atau pendapat pakar,
9.3 berbicara hanya bila diberi kesempatan;
9.4 berbicara dengan tegas, jelas, dan benar.
9.5 mendengarkan orang lain berbicara dengan penuh perhatian.
9.6 berkata dan bertindak sopan dan bijaksana
9.7 mencoba menghargai dan memahami pendapat orang lain
9.8 bisa menahan diri kapan dan suasana yang tepat untuk berbicara.
9.9 dan lain-lain.

10. Persiapan yang harus dilakukan oleh seorang peserta diskusi yang baik:

10.1 memikirkan apa yang diketahui tentang masalah yang didiskusikan


10.2 bila banyak yang belum diketahui, calon peserta harus menyelidiki dengan teliti dan
sistematis masalah tersebut;
10.3 mempelajari masalah yang didiskusikan dari berbagai sumber, baik lisan maupun tertulis.
Bila perliu buat catatan.
10.4 membuat urutan sistematis keterangan yang diperoleh dengan padat.
10.5 berlatih menyampaikan pendapat, tanggapan, dan pertanyaaan dalam kalimat yang baik.
10.6 secara mental harus siap dan bersemangat untuk mengikuti diskusi.

11. Ketua Diskusi

Ketua diskusi bertugas sebagai penuntun dan pengatur arus lalu lintas pembicaraan sebab ia bisa
juga sekaligus menjadi moderator. Ia memberi arahan yang jelas dan mendorong peserta agar
bergerak maju dalam pemikiran. Apabila terjadi kemacetan pembicaraan, ketua diskusi harus
mampu melancarkan lagi jalannya diskusi; demikian pula bila terjadi arah pembicaraan yang
menyimpang, ketua harus mampu meluruskannya sesuai dengan tujuan kegiatan diskusi
tersebut. Oleh sebab hal tersebut, seorang ketua diskusi harus melakukan persiapan
secukyupnya, misalnya membaca berbagai sumber dan membuat catatan agar ia memahami
benar masalah yang didiskusikan dan tahu arah yang dituju. Di sisi lain ketua diskusi juga harus
berlaku ramah, sabar, jujur, tidak berat sebelah, dan dapat menghargai pendapat orang lain.

12. Tugas ketua diskusi


12.1 mengemukakan masalah yang akan dibahas/didiskusikan: apa, mengapa, dantujuan yang
diharapkan.menguraikan butir-butir penting yang menurutnya perlu dipikirkan dan
dipertimbangkan oleh peserta. Biasanya hal ini dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
12.3 mengumumkan tata tertib atau aturan main diskusi; mengemukakan alokasi waktu, siapa
yang berbicara per kesempatan, berapa orang yang bertanya per sesi; berapa menit per orang
berbicara; bagaimana cara meminta kesempatan berbicara, dan lain-lain.
12.4 menjaga keteraturan diskusi; bertindak tegas dan buijaksana, terutama kalau situasi sudah
menunjukkkan gejala tidak tertib, terutama dalam berbicara, misalnya dua orang berbicara
sekaligus.
12.4 memberi kesempatan kepada semua peserta; hindari seorang berbicara berkali-kali, beri
ksempatan kepada yang belum berbicara.
12.5 menjaga agar minat peserta tetap segar: ajukan pertanyaan yang bersifat memancing
perhatian; hargai dan pujilah peserta yang aktif secara wajar.
12.6 menjaga agar diskusi tetap bergerak maju sesuai dengan tujuan
12.7 membuat catatan selama diskusi untuk mempermudah mengarahkan ke tujuan dan
membuat rangkuman atau kesimpulan akhir diskusi.
12.8 mengemukakan hasil diskusi dengan jalan menyampaiakn rangkuman, kesimpulan,
kesepakatan, rencana kerja, atau hal lain yang sesuai dengan tujuan diskusi.

13. Saran untuk Ketua Diskusi

13.1 bersikap bersahabat dengan semua pihak unsur kegiatan diskusi;


13.2 bersedia menjadi pendengar yang baik;
13.3 berpemikiran terbuka terhadap siapa pun;
13.4 mengerti maksud di balik kata-kata yang diucapkan oleh peserta;
13.5 mengerti sikap dan sifat peserta;
13.6 peka terhadap aksi dan reaksi peserta;
13.7 bersikap jujur terhadap taraf dan kedalaman pengetahuan;
13.8 disiplin dalam operasional waktu;
13.9 tak bersikap sombong, namun rendah hati;
13.10 tak mencela peserta diskusi;
13.11 tak menjelekkan pihak luar/lain;
13.12 tak memaksakan kehendak;
13.13 membuat perencanaan yang baik untuk kegiatan diskusi;
13.14 merencanbakan pertanyaan-pertanyaan secara baik;
13.15 mampu mengajak peserta berpartisipasi secara aktif;
13.16 mampu mengendalikan jalannya diskusi secara spontan tak terkendali;
13.17 mampu menjaga diskusi bnerjalan ke arah tujuan yang ditetapkan;
13.18 menghindarkan penyampaian pendapat pribadi;
13.19 berusaha tidak memihak;
13.20 mampu mengendalikan peserta untuk bersedia mendengarkan pendapat orang lain;
13.21 berusaha tidak memainkan peran sebagai seorang ahli;
13.22 mampu menangkap gagasan-gagasan atau konsep utama narasumber;
13.23 mampu menggunakan sarana dan prasarana yang ada secara efektif;
13.24 dan lain-lain.

14. Sekretaris/Notulis

Sekretaris merupakan pendamping ketua dalam suatu kegiatan diskusi, dengan tugas bidang
tulis-menulis. Tugas tersebut antara lain mencatat nama peserta dan pernyataan yang
disampaikan; mencatat hal-hal khusus yang timbul dalam diskusi, misalnya masalah baru yang
dapat diagendakan untuk kegiatan berikutnya; bila diminta bersedia membacakan hasil diskusi;
membuat kesimpulan sementara hasil diskusi, membuat laporan lengkap deskripsi
penyelenggaraan kegiatan diskusi, antara lain cakupan masalah, tujuan yang ingin dicapai;
pelaksanaan diskusi; hal-hal khusus yang muncul; dan kesimpulan atau hasil yang dicapai.

Seorang sekretaris hendaknya seorang penyimak baik yang pandai menangkap gagasan lisan
seseorang serta mampu membuat laporannya disertai kepandaian mengatur waktu yang singkat
tersedia dengan hasil yang bersih dan rapi.

15. Macam-Macam Diskusi

Jenis kegiatan diskusi dapat berbentuk diskusi kelompok, diskusi kelompok-kelompok, diskusi
panel, lokakarya/workshop, rapat kerja, kongres, seminar, konferensi, symposium, kolokium,
sarasehan, fishbowl, role-playing, studi kasus/case study, brainstorming, musyawarah/rapat,
debat, dan lain-lain.

15.1 Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok ialah pertemuan yang direncanakan atau dipersiapkan untuk dilaksanakan
untuk membahas suatu topik dengan seorang pemimpin. Diskusi ini relatif sederhana dengan
peserta yang tidak begitu banyak antara empat sampai sepuluh orang. Masalah yang dibahas
tidak demikian kompleks dengan tujuan untuk lebih mendalami atau memahami suatu masalah
dari disiplin ilmu tertentu.

Bentuk diskusi ini memberikan peluang kepada setiap anggota untuik mengemukakan pendapat
sekaligus memperluas wawasan dan pandangannya. Metode ini merupakan pendekatan
demokratis, mendorong rasa kesatuang anggota, menghayati kepemimpinan bersama, dan
membantu pengembangan sikap kepemimpinan.

Bentuk diskusi ini tidak cocok untuk peserta yang jumlahnya relatif . Peserta hanya akan
mmendapat informasi yang terbatas, dan mudah terjerumus arahnya. Biasanya ada ketua yang
ditugasi mengendalikan jalannya diskusi. Dia harus terampil mempimpin sehingga raus
pembicaraan dapat berjalan dengan lancar dan adil, tidak dimonopoli oleh seseorang. Bentuk
tempat pertemuan biasanya melingkar dengan berbagai alternatif desain tatap muka lain.

15.2 Diskusi Berkelompok-Kelompok

Bentuk diskusi ini sering dipakai bila jumlah peserta kegiatan diskusi relatif banyak. Bentuk
kegiatan ini dilakukan dengan tujuan setiap peserta mempunyai peluang besar untuk berperan
aktif berbicara. Setelah kegiatan diskusi kelompok-kelompok diadakan pertemuan pleno dengan
mempersilakan setiap kelompok untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam forum terakhir ini
kegiatan dikendalikan oleh ketua diskusi yang lebih inti dari penyelenggara.

15.3 Diskusi Panel

Diskusi panel adalah kegiatan pertemuan ilmiah yang sudah direncanakan dengan menghadirkan
sejumlah panelis di depan khalayak atau pengunjung tentang suatu topik. Diskusi panel
merupakan bentuk diskusi bertukar pikiran atau pengalaman antara tiga sampai enam orang ahli
yang dipandu oleh seorang ketua (moderator) dan disaksikan oleh sejumlah
pendengar/pemirsa/audiens. Tiap panelis mengemukakan pendapatnya tanpa menanggapi
pendapat panelis lain.

Moderator dan seluruh peserta menyiapkan terlebih dahulu tentang topik yang dibahas serta
peka terhadap bagian-bagian masalah tertentu yang cukup rawan dipermasalahkan dengan
memperhitungkan aternatif pertanyaan dan jawaban. Waktu kegiatan dibagi dua, separo untuk
panelis dan separo berikutnya untuk tanya jawab dengan audiens.

Secara singkat gambaran kegiatan diskusi ini adalah

a. Pendahuluan => moderator membuka diskusi, mengemukakan topik dan arah serta tujuan
yang ingin dicapai, memperkenalkan para peserta, serta membacakan tata tertib;
b. Penyampaian gagasan => panelis menyelesaikan gagasan, pendapat, atau pengalaman sesuai
dengan jatah waktu yang diberikan;
c. Diskusi bebas => moderator mengatur jalannya diskusi antarpanelis serta tanggapan
antarpanelis;
d. Partisipasi pendengar => moderator mempersilakan para pendengar untuk mengemukakan
pendapat, menanggapai, bertanya, atau berkomentar. Panelis yang ditanyai atau ditanggapi akan
memberikan jawaban.

Rangkuman => moderator merangkum hasil diskusi dengan mendapatkan pemecahan. Itulah
sebabnya, pada umumnya lokakarya juga mengundang ahli dalam bidangnya sehingga secara
teknis dapat mengemukakan pandangan yang mendalam untuk mencari solusi. Dalam hal ini
biasanya disusunlah makalah dan disertai dengan presentasi. Masalah yang dikemukakan
biasanya relatif konkret, tak sebatas konsep

Bentuk diskusi ini menghasilkan cetusan-cetusan gagasan baru, pendapat berbeda-beda, serta
mendorong analisis untuk menghasilkan kesimpulan dari moderator. Karenanya bentuk diskusi
ini memerlukan orang yang betul-betul memenuhi persyaratan. Kelemahannya, jika moderator
tidak cerdik, ada kemungkinan seorang narasumber berbicara lebih dominan dibandingkan
narasumber lain. Di sisi lain, hadirin mungkin juga terklasifikasi dalam kelompok setuju dan
tidak setuku terhadap pendapat narasumber yang ada.

15.4 Rapat kerja

Rapat kerja adalah pertemuan wakil-wakil eselon dari suatu instansi untuk membahas masalah
yang berkaitan dengan tugas dan fungsi instansi tersebut. Biasanya yang dibahas adalah program
kerja dengan arah pembicaraan untuk mengusahakan keputusan yang membawa hasil yang baik
untuk dilaksanakan.

Biasanya rapat ini dipimpin oleh kepala instansi disertai dengan pengarahan yang mengacu ke
pencapaian target atau tujuan.

15.5 Seminar

Serminar (semin (Latin)= biji, benih) diartikan sebagai tempat benih-benih kebijaksanaan
disemikan. Yang dibicarakan dalam seminar bukan masalah teknis, melainkan masalah kebijakan
yang akan dipakai sebagai landasan bagi masalah-masalah yang bersifat teknis. Oleh sebab itu,
biasanya kajiannnya bersifat penelitian beserta hasilnya atau studi literature.

Dalam seminar terdapat moderator, notulis, pemrasaran, pembanding, partisipan, dan guru
pembimbing dengan tugas masing-masing.

a. Moderator bertugas membuka, memperkenalkan pemrasaran dan notulis, membacakan tata


tertib, mengarahkan dan mengatur arus pembicaraan, menyampiakn kesimpulan, serta menutup
diskusi.
b. Notulis bertugas mencatat hal-hal penting dalam diskusi baik teknis maupun materi
pembicaraan;
c. Pemrasaran bertugas menjelaskan isi permasalahan yang telah dipersiapkan sebelumnya
dalam bentuk makalah;
d. Pembanding bertugas menyampaikan makalah bandingannya yang berisi tanggapan atau
pernyataan terhadap apa yang disampaikan oleh pemrasaran sebelumnya;
e. Partisipan bertugas mengikuti kegiatan diskusi secara aktif, bukan sebatas pendengar belaka,
melainkan bisa juga memberikan tanggapan, pertanyaan, dan lain-lain.
f. Guru pemibimbing biasanya ada kalau seminar diadakan di sekolah. Tugasnya, memberi saran
dan arahan kepada pemrasaran serta meluruskan pembicaraan yang menyimpang dari tujuan
semula.

Secara umum seminar dilaksanakan dengan tahap berikut:

1) Moderator membuka kegiatan dan mengarahkan;


2) Pemrasaran menyampaikan makalahnya;
3) Pembanding menyampaikan makalah atau tanggapannnya;
4) Pemrasaran menaggapi balik pernyataan pembanding atau menjawab pertanyaan; Partisipan
menyampaian gagasannya, misalnya pertanyaan, tanggapan;
5) Pemrasaran atau pembanding menyampaikan jawaban atau tanggapan;
6) Guru pembimbing diberi kesempatan untuk menanggapi;
7) Moderator menarik kesimpulan dan menutup diskusi. Sebelumnya moderator mengemukakan
perumusan hasil seminar secara keseluruhan.

15.6 Konferensi

Konferensi merupakan bentuk pertemuan dari kedua pihak untuk membahas atau merindingkan
masalah yang dihadapi bersama. Secara longgar, konferensi juga diartikan dengan pertemuan
anggota-anggota dari dua cabang perwakilan untuk menyesuaikan perbedaan dalam langkah dan
kebijakan mereka. Konferensi merupakan pembicaraan, rapat, atau pemusyawarahan antara
wakil-wakil berbagai negara untuk, membahas kepentingan bersama.

Kegiatan ini mengacu ke pengambilan tindakan sehingga menghasilkan suatu keputusan untuk
ditindaklanjuti. Sebuah perusahaan besar bisa melakukan seperti ini dan biasanya diadakan
setelah munculnya masalah yang lanyak dan perlu untuk segera dicari solusinya. Keputusan
diambil tentu merupakan keputusan terbaik.

15.7 Kongres

Kongres merupakan pertemuan formal antara delegasi-delegasi atau wakil-wakil organisasi


politik, sosial, atau profesi untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai suatu
masalah bersama. Kongres merupakan rapat besar yang pesertanya ratusan, ribuan, bahkan
jutaan. Karena itu, kongres biasanya dilakukan oleh sebuah organisasi. Kongres sering
diistilahkan lain menjadi muktamar untuk suatu partai, biasanya lima tahun sekali untuk
menentukan garis besar kebijakan yang akan dilakukan dalam satu kurun waktu demi
menghadapi kompetitor atau persaingan yang ada.

15. 8 Simposium

Simposium adalah suatu pertemuan formal dengan beberapa ahli menyajikan pidato atau
prasaran singkat mengenai sebuah topik denghan aspek yang berbeda-beda, atau topik yang
bertalian di hadapan sebuah sidang hadirin. Semua prasaran dibahas oleh hadirin dipandu oleh
seorang pemimpin atau moderator. Simposium merupakan bentuk diskusi yang diawali
serangkaian pidato pendek oleh dua atau empat orang pakar. Mereka memang diundang untuk
menyampaiakan pandangan-pandangan tentang masalah yang dibicarakan. Seorang moderator
mengatur kelancaran jalannya diskusi. Setelah pembicara selesai menyampaikan pendapatnya,
moderator mempersilakan peserta untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan yang
kemudian ditanggapi atau dijawab oleh pembicara.

Bentuk diskusi ini dapat dipakai pada kelompok besar atau kecil serta dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi yang relatif banyak dalam waktu relatif singkat serta dapat disoroti
hasilnya. Pergantian pembicara menambah variasi pembicaraan yang justrui menjadikan
kegiatan ini menarik. Oleh karena itu, perlu perencanaan yang matang agar membawa hasil yang
baik.

Di sisi lain bentuk diskusi ini bersifdat kurang spontan dan tak memancing kreativitas. Interaksi
kelompok-kelompok yang hadir kurang berkembang. Perhatian hanya ditekankan pada pokok
pembicaraan serta suasana agak bersifat formal, sementara kepribadian pembicara dapat
mengarahkan isi kegiatan secara kurang tepat. Waktu berlangsungnya kegiatan diskusi ini sulit
dikendalikan, kecuali moderator pandai membaca arah pembicaraan narasumber serta disiplin
dengan penguran waktunya.
15.9 Kolokium

Kolokium tidak diawali dengan pidato. Para pakar diundang hanya untuk memberikan jawaban
atas pertanyaan yang diajukan oleh peserta mengenai topik yang telah ditentukan. Para pakar
hanya menjawab pertanyaan. Dalam hal ini pembicaraan dikendalikan oleh moderator yang
mengarahkan ke tujuan pembicaraan. Oleh karena itu, komitmen moderator terhadap tujuan dan
kepandaian mebaca arah dan isi pembicaraan sangat diperlukan. Bahkan, tak jarang jika secara
implicit moderator harus pandai arah pertanyaan peserta dan jawaban narasumber.

15.10 Sarasehan

Sarasehan merupakan model diskusi yang sifatnya mendekati santai. Para peserta biasanya akrab
dalam nuansa pergaulan yang tak formal misalnya sambil minum kopi. Masalah yang dibicarakan
terbatas, para peserta bebas menyatakan pendapatnya atau pengalamannya seputar topik
tersebut.

15.11 Cawan Ikan/fishbowl

Cawan ikan merupakan bentuk diksusi yang unik dengan konstruksi tempat duduk seperti cawan
melengkung atau mangkuk dengan moderator di tengah dan di sebelah kanan moderator duduk
seorang ahli atau pakar dan sebelah kiri moderator terdapat tiga kursi kosong. Moderator
membuka dengan memberikan kata pengantar kemudian mempersilakan para peserta untuk
menduduki kursi yang telah disediakan. Peserta kemudian dipersilakan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada pakar yang ada. Setelah pembahasan selesai, peserta kembali meninggalkan
kursi yang kemudian kosong seperti semula.

15.12 Debat

Bentuk kegiatan berbicara ini sebenarnya sudah di luar hakiki kegiatan diskusi ilmiah. Kegiatan
ini mempertemukan dua pihak pembicara yang pro dan kontra tentang suatu topik. Prasaran atau
pendapat yang diajukan oleh tiap pihak dapat ditikuti dengan suatu tangkisan atau tidak. Anggota
kelompok dan hadirin dapat juga mengajukan pertanyaan kepada peserta atau pihak pembicara.

Debat berarti berbicara kepada lawan bicara untuk beradu pendapat, prinsip, argumen, konsep,
atau yang lain dengan tujuan untuk memenagkan pendapat sendiri.. Secara sederhana debat
dapat diartikan tukar pikiran tantang suatu masalah dengan saling memberi alasan yang
diutamakan. Inti debat adalah memenangkan pendapat sendiri. Dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan satu demi satu tetapi dapat juga kelompok demi kelompok, bergantung pada
kebutuhan dan kondisi lingkungan. Posisi tempat duduk sangat variatif, dan dapat menggunakan
moderator atau tanpa moderator.

Kegiatan ini mempertajam hasil yang akan dicapai sebab suatu masalah akan terlihat dari dua
segi sekaligus. Karena itu, kegiatan ini membangkitkan keberanian analisis yang kritis dari setiap
pihak. Tekinik ini membangkitkan daya tarik serta mempertahankan daya tarik dan perhatian
para hadirin. Paling cocok metode ini dipakai untuk kelompok besar.Hanya saja, kadang selisih
pendapat bisa tak terkenadli di luar penalaran logis ilmiah yang cenderung emosional subjektif.
Hal itu sering mengakibatkan kesan negatif tentang debat tersebut serta narasumbernya.
Konsekuensi lanjutannya, mereka menjadi tak tertarik mengikuti kegiatan debat serta tak mau
berpartisipasi. Oleh sebab itu, untuk menjaga kesan positif dan objektif tentang kegiatan tersebut
diperlukan seorang moderator yang amat bijak dan pandai membaca keadaan pembicaraan.

15.13 Sumbang saran (Braintstorming)

Sumbang saran merupakan semacam metode memecahkan masalah yang setiap anggotanya
diberi kesempatan untuk mengusulkan dengan cepat kemungkinan pemecahan masalah yang
dihadapi. Metode ini tidak menfhendaki kritik. Evaluasi atas suatu pendapat dilakukan
kemudian.

Metode ini berusaha membangkitkan pendapat baru dan merangsang anggota untuk turut ambil
bagian. Biasanya terjadi mata rantai pendapat serta tak dibutuhkan banyak waktu. Cocok pula
dipakai untuk kelompok besar atau kecil. Tak amat diperlukan seorang pemimpin yang hebat
serta tak banyak diperlukan peralatan. Hanya saja besar kemungkinan b ila lepas kontrol
kegiatan ini menjadi tidak efektif.

Bangau-Tt080104
Diposkan oleh DRS. KASDI HARYANTA di 21:36 0 komentar
RABU, 2008 JANUARI 23

ELEMEN PENTING BICARA EFEKTIF

Elemen Penting Bicara Efektif

Lenny Laskowski
LJL Seminars

"Setengah dunia terdiri dari orang-orang yang punya sesuatu untukdibicarakan dan mereka tidak
bisa melakukannya; setengahnya lagi tidakpunya apa-apa untuk dibicarakan dan mereka tetap
berbicara."

Setiap orang bisa berbicara. Tidak setiap orang bisa berbicara denganefektif. Untuk bisa efektif
dalam berbicara ada enam elemen yang harusdipertimbangkan.SIAP BICARA

Kesiapan adalah elemen terpenting. Berapa kali Anda melatih bicaraAnda? Sebagai pedoman
umum, Anda harus menghabiskan waktu sekitar 30jam untuk persiapan dan latihan bicara jika
Anda akan berbicara selama1 jam. Gunakan tape atau video untuk merekam latihan Anda. Ini
akanmembantu Anda mendapatkan gambaran akurat tentang bagaimana
Andaberbicara.BERIKAN DIRI ANDA

Gunakan contoh dan kisah atau pengalaman pribadi yang patutdiceritakan jika memungkinkan.
Pastikan bahwa cerita Anda memangmembantu dalam memberi penekanan terhadap poin-poin
Anda. Cerita Andaharus "nyambung" dengan pesan yang ingin Anda sampaikan. Gunakancontoh-
contoh dari kehidupan pribadi dan profesi Anda untukmenunjukkan poin yang Anda
maksud.RILEKSUntuk bisa rileks, Anda harus sudah siap. Juga, fokuslah pada "pesan"dan bukan
pada "audience". Gunakan gerakan tubuh, termasuk caraberjalan. Latihlah bagian pembukaan
dari bicara Anda dan rencanakandengan tepat bagaimana Anda akan mengatakannya. Audience
akan menilaiAnda dalam 30 detik pertama sejak mereka melihat Anda.GUNAKAN HUMOR
ALAMIAH

Jangan coba-coba menjadi stand up comedian. Gunakan humor yang naturalterhadap diri Anda
sendiri, tentang sesuatu yang Anda katakan atauAnda lakukan. Pastikan bahwa Anda tidak
meng"humori" orang lain yangmenjadi bagian dari audience. Orang akan tertawa BERSAMA
Anda jikaAnda melakukannya dengan bijak. Asal, Anda tidak
berlebihanmelakukannya.RENCANAKAN POSISI TUBUH DAN TANGAN

Selama latihan, perhatikanlah momen-momen di mana Anda bisamenggunakan "olah tubuh".


Tetapkan tiga posisi di mana Anda akanberdiri dan latihlah tidak hanya bagaimana bergerak
akan tetapi jugakapan Anda bergerak. Ambil tiga posisi, satu di tengah panggung, satudi kanan
Anda, dan satu lagi di kiri Anda. Jangan bersembunyi dibelakang podium. Jika Anda memang
perlu melakukan kontak mata,lakukanlah selama Anda bergerak.

PERHATIKAN DETIL

Pastikan bahwa Anda akan berbicara di tempat yang tepat. Pastikanbahwa Anda bisa sampai ke
sana lebih cepat dari saat Anda harus mulaibicara. Tanyakan berapa banyak yang akan hadir dan
mendengarkan Anda.Pastikan bahwa Anda membawa semua alat bantu visual yang
dibutuhkantermasuk handout. Datanglah lebih cepat sehingga Anda bisa melakukanobservasi
pendahuluan dan melakukan pembenahan di menit-menit terakhirsebelum Anda mulai bicara.

Adalah sangat penting bahwa Anda memperhatikan detil sekecil apapun.Anda tidak akan
berlebihan dalam berencana. Ingatlah "he who fails toplan is planning for failure".

Lenny Laskowski adalah seorang international professional speaker danpenulis buku "10 Days to
More Confident Public Speaking".

Bergabunglah dengan milis BICARA di:


http://groups.yahoo.com/group/bicara/atau kirim email kosong ke:
http://groups.yahoo.com/group/pendidikan/post?postID=40C1vtEDaUblRp4GJHs
mGGsU4shkPEJ3S2RBY8HpsHoAUMzJg4zNC_oXAeCrEGg6a-
nj_ZVN6iBjjNPff0HSUzWvaY4kKAMarilah belajar bersama memahami fenomena
berbicara.
MILIS BICARA.
Diposkan oleh DRS. KASDI HARYANTA di 00:12 0 komentar
SELASA, 2008 JANUARI 22

MENGADAKAN RAPAT DENGAN BAIK

RAPAT

1. Rapat merupakan sarana yang berguna dalam lembaga, organisasi, biro jasa, perusahaan,
dan lain-lain yang dapat membantu manajemen karena melalui rapat dapat dipermudah
tugas yang makin sulit untuk mengoordinasi kegiatan yang sifatnya beraneka ragam.
2. Pengertian rapat (meeting)
*berkumpulnya sekurang-kurangnya dua atau lebih orang untuk memutuskan suatu
tujuan (Shrap v. Dawes, 1976).
3. Rapat dapat bervariasi ukurannya, baik dari jumlah peserta, tujuan, maupun yang lain.
Rapat sekelompok kecil orang dalam organisasi secara teratur disebut rapat komisi.
Komisi merupakan suatu badan yang mencakup orang-orang yang secara kolektif
bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya terhadap otoritas ysng lebih tinggi.
Komisi diberi wewenang untuk mengesahkan suatu keputusan melalui mayoritas suara
dan lazim terikat atas suara itu.
4. Tujuan rapat antara lain :
4.1 memberikan informasi tentang sesuatu, misalnya hasil pertemuan, rapat, seminar
berita yang relevan, keputusan rapat terbatas
4.2 memperoleh informasi tentang kegiatan, hasil observasi, kerja lapangan, dan problema
mendesak
4.3 menghimpun pengetahuan serta pengalaman untuk memecahkan masalah
4.4 mengembangkan kerja sama dan mempengaruhi sikap agar berkomitmen, berdedikasi,
dan berloyalitas
4.5 mengutarakan keluhan
4.6 mengambil keputusan dalam batas-batas kewenangannya
4.7 menentukan langkah-langkah kerja opreasional
4.8 dan lain-lain
5. Keuntungan rapat
5.1 anggota diberi kesempatan untuk menentukan sikap mereka
5.2 anggota dapat mengajukan kepentingan mereka
5.3 pengetahuan dan pengalaman dapat dihimpun bersama
5.4 banyak informasi yang tersedia yang dapat dikumpulkan angota
5.5 gagasan dapat dikembangkan
5.6 pemecahan baru dapat diusulkan melalui rapat tersebut
5.7 kepuasan kerja dan kinerja SDM dapat ditinngkatkan sebab mereka merasa
memberikan sumbangan untuk organisasi
5.8 pihak manajemen dapat memeproleh masukan tentang kesulitan, hambatan, dan
keluhan sehingga dapat diambil tindakan yang tepat dan cepat guna mencegah terjadinya
hal –hal yang tak diinginkan.
5.9 Arus komunikasi horizontal terbina serta garis strukutral dapat berjalan
5.10 Dan lain-lain.

6. Kekurangan rapat
6.1 Segi penundaan
Penundaan terjadi karena:
6.1.1 tanpa alasan yang jelas
6.1.2 diskusi berlarut-larut dan tak relevan
6.1.3 seseorang mementingkan diri atau demi kelompoknya
6.1.4 kesulitan mengumpulkan orang karena waktu singkat.

Penundaan dapat berakibat buruk jika keputusan harus diambil segera. Pengambilan
keputusan dapat tertunda dan menimbulkan keresahan serta rasa frustrasi. Anggota yang
tidak hadir biasanya terkejut.

6.2 Segi kepribadian


Segi kepribadian dapat menghambat bila:
6.2.1 kurang pandai dalam menentukan kebijakan atau pendapat
6.2.2 kurang dewasa dalam bersikap
6.2.3 rasa egoisme tingi
6.2.4 lupa atas status dan kedudukan yang erat kaitannya dengan hak, kewajiban, dan
kewenangan
6.2.5 sikap berpikir positif dan terbuka yang kurang berjalan
6.2.6 tidak bisa menepiskan kepentingan tersembunyi di balik gagasan.

7. Jenis rapat
7.1 Berdasarkan sifat : 1) rapat fo0rmal; 2) rapat nonformal.
7.2 Berdasarkan jumlah peserta: 1) rapat kecil; 2) rapat raksasa.

8. Rapat formal bercirikan:


8.1 ada prosedur dan peraturan-peraturan yang relatif ketat dan disepakati
8.2 kepemimpinan dikendalikan oleh seorang ketua
8.3 contoh:
8.3.1 rapat umum tahunan
8.3.2 rapat umum perusahaan
8.3.3 rapat dewan direktur
8.3.4 rapat dewan pemerintahan
8.3.5 rapat komisi lokal
8.3.6 rapat asosiasi profesional
8.3.7 rapat dewan kerja
8.3.8 rapat komisi konsultatif
8.3.9 dll.

9. Rapat nonformal bercirikan


9.1 kurang diperhatikan prosedur dan ketentuan atau peraturan
9.2 sering sekadar bertemu muka
9.3 sering juga sengaja dibuat nonformal sesuai dengan tujuan sehingga tepat sasaran à
menghimpun pendapat dan memecahkan masalah
9.4 tidak ada ketua, acara, peraturan, resolusi atau laporan meskipun ada data tertulis.

Beberapa jenis dan urusan yang berbeda mungkin dipadukan, dan formalitas dapat diubah
yang memberi kesempatan diskusi efektif serta pengambilan keputusan sebagaimana
diperlukan.

Rapat eksekutif bersifat membahas dan menentukan pokok-pokok pembicaraan serta


mempunyai tugas tambahan yaitu mengimplementasikan isi keputusan. Misal dewan
direktur

10. Prosedur dalam rapat


*Pola tetap dalam kegiatan rapat. Dasarnya adalah peraturan dan konvensi yang sudah
dikondisikan, ditinjau, ditimbang, dan diterima secara umum dalam pengertian adil dan
secepatnya.

11. Ketua rapat


Ketua merupakan orang yang penting dalam rapat yang atas kesanggupannya amat
menentukan hasil pertemuan.

Untuk itu bagi seorang ketua rapat perlu:


11.1 memiliki watak yang kuat
11.2 tak bersikap dogmatik
11.3 tak memaksakan kehendak atau pandangan sendiri
11.4 mampu mengungkapkan gagasan secara lancar tanpa harus berpidato
11.5 mampu mengendalikan rapat tanpa menolak adanya tukar-menukar pikiran
11.6 berwibawa
11.7 menghormati pendapat orang lain
11.8 menanamkan sikap adil
11.9 tegas dalam menentukasn sikap
11.10 arif dan bijaksana dalam berpikir, berkata, bertiundak, dan berbuat

12. Tugas ketua


12.1 memastikan bahwa penunjukan dirinya sesuai dengan peraturan
12.2 memastikan bahwa rapat diadakan secara sah sesuai dengan ketetapan yang berlaku
dan kuorum memenuhi ketentuan
12.3 mengikuti urutan mata acara
12.4 memelihara ketertiban dan mengoordinasi dengan baik
12.5 memberi kesempatan yang ingin bicara
12.6 mengedalikan pembicaraan sesuai dengan tujuan rapat sehingga tak terbawa ke hal
yang tak relevan
12.7 menangkap aspirasi peserta baik yang menerima maupun menolak pendapat
12.8 membuat catatan yang perlu selain menunjuk seorang notulis
12.9 menyampaikan informasi kepada pihak yang berkompeten.

13. Wewenang ketua


13.1 memelihara ketertiban dan bila perlu memerintahklan orang yang tak tertib
meninggalkan tempat rapat
13.2 menentukan urutan acara
13.3 memutuskan titik-titik prosedur
13.4 menunda rapat (jika perlu)
13.5 menentukan rumusan hasil rapat sebagai kesimpulan yang perlu ditegaskan
13.6 menggunakan jalan/suara khusus apabila rapat menemui jalan buntu.

14. Pendekatan ketua dalam rapat


14.1 menyambut hadirin, terutama anggota yang baru
14.2 mengatakan tujuan rapat (menegasskan tujuan)
14.3 menggalakkan diskusi, lewat pernyataan umum atau tanggapan khusus atas seorang
peserta
14.4 membuat ringkasan pada tahap tertentu
14.5 mengulangi argumen pro dan kotra atas usulan yang belum diambil keputusan
14.6 menutup rapat dengan tepat waktu.
`
15. Notulis
Notulis merupakan pihak yang terlibat dalam rapat dengan tugas utama menginventarisasi
prosedur dan gagasan pembicaraan.

Untuk itu bagi seorang notulis perlu:


15.1 memiliki keterampilan menyimak gagasan dengan baik
15.2 mempunyai kemampuan mengangkap gagasan utama pembicaraan
15.3 memiliki keterampilan menulis dengan cepat
15.4 memiliki kemampuan merumuskan gagasan dengan cermat
15.5 mempunyai kecerdikan dalam memilih kata-kata rumusan
15.6 bersikap objektif
15.7 mampu membedakan fakta dan opini
15.8 mampu membedakan konsep dan pendapat
15.9 dan lain-lain.

16. Tugas Notulis


16.1 menulis deskripsi tentang rapat dalam 5W+H (apa, siapa, kapan, di mana, mengapa,
dan bagaimana)
16.2 mencatat urutan prosedural rapat
16.3 menuliskan gagasan-gagasan yang muncul beserta pihak yang mengemukakan
16.4 menuliskan butir-butir kesepakatan hasil rapat
16.5 menuliskan butir-butir keputusan rapat
16.6 merumuskan ketetapan hasil rapat
16.7 dan lain-lain.

---------------------
tt/0209020945/sr
Diposkan oleh DRS. KASDI HARYANTA di 23:43 0 komentar
SENIN, 2008 JANUARI 21

Mengingat Bahan Bicara

MENGINGAT BAHAN BICARA

Berbicara di depan orang lain merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan persiapan
dan teknis tertentu sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain dengan
baik. Sebagai suatu keterampilan aktif berbahasa, berbucara di depan orang lain merupakan
suatu hal yang memberikan nilai seni dan keahlian tersendiri

Ada banyak cara untuk bisa mengingat bahan bicara. Setidaknya, empat cara berikut ini adalah
cara yang paling umum dilakukan oleh banyak pembicara publik. Anda pilih sendiri mau yang
mana, akan tetapi ingatlah bahwa beberapa cara ternyata merupakan cara yang salah.Anda bisa
mengingat bahan bicara dengan:
- Menghafal
- Membaca sepenuhnya;
- Menggunakan catatan;
- menggunakan alat bantu visual

MENGHAFAL
Inilah cara yang paling buruk menurut para pakar public speaking. Mengapa? Karena dengan
menghafal, Anda akan disibukkan oleh berabgai kata atau kalimat, dan bukan ide yang ada di
belakangnya. Padahal, apa yang penting adalah idenya, dan bukan kata atau kalimatnya. Cara ini
menjadi cara terburuk untuk mengingat bahan bicara, karena Anda akan:
1. Kehilangan ide di belakang setiap kata dan kalimat;
2. Kehilangan infleksi suara (penekanan kata) yang normal dan alamiah;
3. Menciptakan mental block di mana audience Anda akan melihat orang yang sedang mengingat-
ingat sesuatu, bukan orang yang sedang berbicara kepada mereka;
4. Lupa. Ini PASTI terjadi, persoalannya hanyalah KAPAN!

MEMBACA TOTAL

Apa yang paling dibenci oleh audience Anda? Seorang pembicara yang membaca bicaranya!
Mereka akan berkata, "Kalo ngebaca sih, Gua juga bisa!"Ini juga merupakan cara yang buruk
untuk mengingat bahan bicara karena Anda akan:

- Kehilangan ide di belakang setiap kata dan kalimat;


- Kehilangan infleksi suara yang normal dan alamiah;
- Kehilangan 'pause' yang merupakan alat powerful dalam berbicara;
- Kehilangan kontak mata sebagai elemen penting dalam berbicara;
- Kehilangan 'bicara' itu sendiri, karena biasanya bahasa tulisan berbeda dari bahasa lisan.Anda
akan terjebak dalam model bahasa yang 'tinggi', rumit atau terlalu teknis. Efeknya, Anda akan
kesulitan membacanya. Dan lebih parah lagi, audience Anda akan jauh lebih sulit
mendengarkanya.Apa yang Anda ciptakan, hanyalah sedikit pergerakan, sedikit energi dan
sedikit daya tarik.
Anda mungkin terjebak dalam pola dan kebiasaan ini, karena tidak berani mencoba cara lain
yang lebih baik. Maka tipsnya; paksakan saja!Catatan: Memang ada saatnya Anda harus
membaca. Misalnya untuk kutipan ayat hukum atau kebijakan yang resmi sifatnya. Atau, jika
batasan waktu Anda memang sangat ketat.
Jika memang harus membaca, ikuti tips ini:
- Jaga infleksi suara agar tetap alamiah dan normal;
- Jaga 'pause' agar alamiah dan normal;
- Jaga agar suara Anda tetap sama dengan berbicara tanpa membaca;
- Jaga agar gesture atau bahasa tubuh Anda tetap alamiah dan normal;
- Jaga agar kontak mata Anda tetap efektif dan efisien;
- Latih dengan mengucapkannya keras-keras. Ini akan mendekatkan Anda kepada gaya bicara
Anda yang alamiah;
- Saat menuliskannya, tulislah sejalan dengan bagaimana Anda akan mengucapkannya;
- Tulislah dengan dobel spasi atau lebih. Sisipkan petunjuk bahasa tubuh di bawah setiap baris;
- Jangan tulis dalam huruf besar semua, karena Anda akan lebih sulit membacanya;
- Tulislah dengan paragraf pendek;
- Jika lebih dari satu halaman, jangan pecah satu pokok pikiran ke dua halaman yang berbeda;
- Jangan gunakan klip untuk menyatukannya;
- Nomori skrip bicara Anda. Saat akan berganti halaman, cukup geser halaman yang sudah
'dibicarakan' ke samping, untuk melihat halaman berikutnya. Cara ini akan meminimalisir kesan
membaca Anda;
- Geser bersamaan dengan waktu 'pause' yang tepat. Saat itu, audience Anda sedang mencerna
sehingga tidak terlalu memperhatikan gerakan Anda.MENGGUNAKAN CATATAN
Inilah cara yang paling banyak dipilih oleh para pembicara. Inilah cara pertengahan antara
membaca dan berbicara. Infleksi suara yang normal dan alamiah bisa tetap dicapai. Kontak mata
tetap bisa efektif dan efisien. Bahasa tubuh tetap bisa didemonstrasikan dengan enak
terlihat.Perhatikan hal ini:

- Jika catatan Anda letakkan di podium atau meja, Anda tidak bisa bergerak menjauhinya;
- Jika catatan Anda pegang di tangan, Anda tidak bisa berbahasa tubuh dengan leluasa.
Tips untuk menggunakan catatan:
- Catat informasi yang penting saja. Kutipan, statistik, daftar atau angka;
- Masukkan hanya 'pemicu' ide, paragraf atau kalimat;
- Jangan catat teks atau paragraf yang akan Anda ucapkan;
- Nomori lembar catatan Anda (ini PENTING!);
- Sesekali bergeraklah dengan normal, tidak usah takut menjauhi podium atau meja;
- Jaga agar tidak terlalu banyak membaca;
- Latihlah bicara Anda dengan memvisualisasikan sesi bicara.

MENGGUNAKAN ALAT BANTU VISUAL

Slide Anda bisa membantu. Judul dan sub judul di slide Anda bisa mengingatkan Anda tentang
suatu ide atau pokok bahasan. Berlatihlah membuat alat bantu visual yang baik, menarik dan
membantu, tapi tidak menggantikan Anda sebagai pembicara.
Keuntungan menggunakan alat bantu visual:
- Anda tidak perlu khawatir tentang kelanjutan bicara Anda. Apa yang akan Anda bicarakan lebih
lanjut sudah ada di sana. Apa yang Anda perlukan hanyalah kalimat transisi yang baik dan mulus;
- Anda bisa bergerak dengan lebih leluasa. Pergerakan Anda akan memaksa audience mengikuti
pembicaraan Anda;
- Anda bisa tetap melakukan kontak mata dengan alamiah dan norma ;
- Anda tetap bisa bicara sesuai dengan track dan alur pemikiran yang telah Anda rencanakan;

Catatan: Selalulah memperkenalkan alat bantu visual Anda sebelum mulai membahas isinya.

Sumber: Lenny Laskowski


Diposkan oleh DRS. KASDI HARYANTA di 00:12 0 komentar

Langgan: Entri (Atom)

Arsip Blog
• ▼ 2009 (1)

o ▼ Januari (1)

 DEBAT

• ► 2008 (4)

o ► April (1)

 MARI BERDISKUSI SECARA BAIK DAN BENAR!

o ► Januari (3)

 ELEMEN PENTING BICARA EFEKTIF

 MENGADAKAN RAPAT DENGAN BAIK

 Mengingat Bahan Bicara


Mengenai Saya

DRS. KASDI HARYANTA


Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
Drs. Kasdi Haryanta dilahirkan dan dibesarkan di Kota Pendidikan, Yogyakarta, tahun 1962. Pendidikan dasar dan menengah
diselesaikan di kota itu dan perguruan tinggi diselesaikan di IKIP Sanata

KETERAMPILAN BERBICARA
Materi dalam blog ini merupakan klasifikasi jenis keterampilan berbahasa secara aktif lisan. Sumber wacana dalam blok ini
amat banyak, yang dapat pembaca cari dan lacak sendiri ke website lain. yang ada di sini hanyalah sebagian kecil
sepersekian persen dari yang ada.
SELASA, 2009 JANUARI 20

DEBAT

Dalam peradaban manusia kegiatan berbicara bersama ternyata dirasakan amat penting dalam
menjali8n komunkasi antarsesama. Sejarah membuktikan bila di antara lekuk-liku kegiatan
berbicara tersebut mengalami perkembangan hingga membentuk kegiatan berbicara sesuai
dengan kont5ekis nzaman dan lingkungan masyrakatnya. Akhirnya, kemjauan peradaban
melahirkan bentuk kegiatan berbicara dalam debat, meski bentuk itu sudah ada sejak zaman
Romami Kuno.

Dalam konteks masyarakat Indonesia budaya debat barulah muncul secara umum lewat media
televisi setelah terjadi reformasi di negeri ini. Kegiatan ini menjadi menarik banyak diminati oleh
berbagai elemen masyarakat, akademisi, tokoh pergerakan, politikus, dan lain-lain. Meski dunia
debat dalam konteks masyarakat kita seperti sekarang masih belum ideal, titik ini merupakan
langkah awal yang memang harus ditempuh menuju msyarakata Indonesia yang maju menuju
tingkat peradaban yang lebih mulia.

Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan
maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara
formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di
negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti
aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan
juri.

Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat legislatif dan
debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah
dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan ("format")
yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah
pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk
menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang
berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.

Debat kompetitif dalam pendidikan


Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk
menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-
kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat
secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan
berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).

Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas
debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat parlementer"
sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai format debat parlementer
yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri.

Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World
Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di tingkat
universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah menengah
atas.

Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai


pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian, beberapa
kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang
hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language - ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia,
dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina dan
Singapura.
Debat kompetitif

Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh
kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat universitas
adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997
di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai
wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity
English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi
tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang berbeda.

Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap
tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang
diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for
Critical Thinking (ACT).

Berbagai gaya debat parlementer


Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
jumlah tim dalam satu debat
jumlah pembicara dalam satu tim
giliran berbicara
lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
tatacara interupsi
mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
tugas yang diharapkan dari masing-masing pembicara
hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara
jumlah juri dalam satu debat
kisaran penilaian

Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
penentuan topik debat (mosi) - apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau hanya beberapa saat
sebelum debat dimulai (impromptu)
lama waktu persiapan - untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar antara 15 menit
(WUDC) hingga 1 jam (WSDC)
perhitungan hasil pertandingan - beberapa debat hanya menggunakan victory point (VP) untuk
menentukan peringkat, namun ada juga yang menghitung selisih (margin) nilai yang diraih kedua
tim atau jumlah vote juri (mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0
atau 2-1)
sistem kompetisi - sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak elimiasi (perdelapan
final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak penyisihan, sistem yang biasa digunakan
adalah power matching

Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai di debat
parlemen sebenarnya:
topik debat disebut mosi (motion)
tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah (Government), tim
Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition)
pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan sebagainya
pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang Terhormat)
interupsi disebut Points of Information (POI)

Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary ("Australs")


Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-
kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian
Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan
dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi
(Opposition), dengan urutan sebagai berikut:

Pembicara pertama pihak Pemerintah - 7 menit


Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit
Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit
Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit
Pidato penutup pihak Oposisi - 5 menit
Pidato penutup pihak Pemerintah - 5 menit

Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh
pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato
penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah.

Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak
Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes) That globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya) Bahwa globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan
tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam
hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tidak ada interupsi dalam format ini.

Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil.
Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian,
keputusan panel dapat bersifat unanimous ataupun split decision.

Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer terutama di
kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang menggunakan format ini adalah Java
Overland Varsities English Debate (JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate
(IVED).
Asian Parliamentary ("Asians").

Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam kejuaraan
tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi (Points of
Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak
pada pidato penutup). Format ini juga mirip dengan World Schools Style yang digunakan di
WSDC.

Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp) yang
diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC [[Universitas Indonesia].
British Parliamentary ("BP")

Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di banyak negara,
sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim
beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili
Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition), dengan susunan sebagai
berikut:
Opening Government:
Opening Opposition:- Prime Minister - Leader of the Opposition- Deputy Prime Minister -
Deputy Leader of the OppositionClosing Government: Closing Opposition:- Member of the
Government - Member of the Opposition- Government Whip - Opposition Whip
Urutan berbicara adalah sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 7 menit
Deputy Prome Minister - 7 menit
Deputy Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
Member of the Opposition - 7 menit
Government Whip - 7 menit
Opposition Whip - 7 menit

Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan
ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila
diterima, pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15
detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh pembicara
tadi sebelum melanjutkan pidatonya.

Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri
menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel,
keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan
membuat keputusan terakhir.

Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founder's Trophy yang diselenggarakan oleh
Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.

Format World Schools


Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC)
dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi
dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut:
Pembicara pertama Proposisi - 8 menit
Pembicara pertama Oposisi - 8 menit
Pembicara kedua Proposisi - 8 menit
Pembicara kedua Oposisi - 8 menit
Pembicara ketiga Proposisi - 8 menit
Pembicara ketiga Oposisi - 8 menit
Pidato penutup Oposisi - 4 menit
Pidato penutup Proposisi - 4 menit
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing tim
(tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak
Proposisi.

Aturan untuk interupsi (Points of Information - POI) mirip dengan format BP. POI hanya dapat
diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating
Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi debat
juga menggunakan format ini.

American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan
susunan sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)
Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat
pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary Debate Association (NPDA), American
Parliamentary Debate Association (APDA), dan National Parliamentary Tournament of
Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas dengan susunan
pidato sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 8 menit
Member of the Government - 8 min
Member of the Opposition - 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal - 4 min
Prime Minister Rebuttal - 5 min
California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate League
(NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah dengan susunan pidato
sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
Member of the Opposition - 7 menit
Leader of the Opposition Rebuttal - 5 menit
Prime Minister Rebuttal - 5 menit
Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat ditanyakan
kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato.
Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya dapat diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.

Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang sebuah
rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan umumnya
mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya
memainkan peran Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif (menentang proposal). Pada
prakriknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang sama yang berlaku
selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah ditetapkan.

Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih mengandalkan pada hasil
riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang lebih luas
mengenai argumen. Misalnya, sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal
utama menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun
retorika juga penting dan ikut mempengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap babak
umumnya didasari atas siapa yang telah "memenangkan" argumen sesuai dengan fakta
pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang
membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan karena semua fakta pendukung
harus diperiksa terlebih dahulu.

Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer dibandingkan debat
parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat
ini ikut mempengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU
diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh
National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA), National
Educational Debate Association, dan Great Plains Forensic Conference.

Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap
debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit)
yang berisi argumen-argumen baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak
boleh berisi argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu
sanggahan. Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan kesempatan untuk
melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas pidato tersebut. Setiap isu yang tidak
ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah diterima dalam debat. Dewan juri secara seksama
mencatat semua pernyataan yang dibuat dalam suatu babak (sering disebut flow).

Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.

Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat
Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti oleh
dua pedebat yang bertarung satu sama lain.

Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering disebut
sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta pendukung
(evidence) dan lebih mengutamakan logika dan penjelasan.

Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.

Model United Nations


Model United Nations adalah kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat sekolah dan
universitas di dunia. Dalam kegiatan ini, peserta memainkan peran sebagai delegasi Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) yang mewakili negara tertentu (dalam kompetisi internasional, negara yang
diwakili umumnya bukan negara asal sebenarnya dari tim tersebut).

Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta International School
(JIS), sebuah sekolah internasional di ibukota, memiliki kegiatan ekstrakurikuler ini.
Moot court
Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa hukum di tingkat universitas.
Lihat pula
Debat kompetitif di Indonesia
Indonesian Varsity English Debate
Java Overland Varsities English Debate
Indonesian Schools Debating Championship
Parahyangan English Debate Society
Kompetisi internasional tingkat universitas
World Universities Debating Council
Kompetisi internasional tingkat sekolah menengah
World Schools Debating Championships
Organisasi Debat Internasional
International Debate Education Association
International Public Debate Association
Australasian Intervarsity Debating Association
Australasian Intervarsity Debating Association (2002-3)
Lain-lain
'Debating': A free online 'how-to' guide (A free 200-page debating book written by a former
winner of the World Schools Debating Championhip)
Debate Network (Arguments for and against a wide variety of debate topics)
Associated Leaders of Urban Debate (A national organization promoting debate to the
general public) (US, K-12, collegiate)
World Debate Website Information about university debating events around the globe
Oxford Union (Oxford University)
American Parliamentary Debating Association (U.S., collegiate)
National Parliamentary Debate Association (U.S., collegiate)
Cross Examination Debate Association (U.S., collegiate)
National Debate Tournament Home Page (U.S., collegiate)
British Debate Information about school and university debating in Britain
Debating SA Helpful resources for Primary and Secondary School debaters in Australia
Debate Central Wide ranging debate training website. Includes several online videos
National Association of Urban Debate Leagues (U.S., secondary and middle school)
National Forensic League (U.S., secondary school)
National Christian Forensics and Communications Association (U.S., secondary school)
National Parliamentary Debate League (U.S., secondary school)
Planet Debate An online store for debate resources run by Harvard Debate.
National Debate Coaches Association (U.S., secondary school)
eDebate Mailing list for high school and college debate coaches.
Debate Outreach Network A resource for starting a debate team. Includes video from the
Dartmouth Debate Institute
Debatepoint dot com Web-based debate software
New Zealand Schools Debating Council Website of the New Zealand Schools Debating
Council, who organise schools debating in New Zealand
Slovak Debate Associaton
ARDOR - Romanian National Debate Association
ASDV Bonaparte is the academic debating society in Amsterdam
Parliamentary Debate League - Parli Grand Nationals (U.S., secondary school)
Cross-X.com Website for high school and college debaters run by former debater Phil Kerpen.
DebateRoom.com Debate forums for a variety of issues.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Debat"
Diposkan oleh DRS. KASDI HARYANTA di 19:47 0 komentar
SELASA, 2008 APRIL 15

MARI BERDISKUSI SECARA BAIK DAN BENAR!

Keterampilan berbicara dalam ragam budaya masyarakat Indonesia kini bisa terwujud dalam
berbagai bentuk, di antara rutinitas kegiatan berbicara dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Apabila dirunut dari aspek tujuan, tempat, waktu, pihak yang terlibat, serta sarana yang
dipergunakan, kegiatan berbicara menurut G. Sukadi (1997) dapat dibedakan menjadi 1) obrolan;
2) musyawarah/rapat; 3) diskusi; dan 4) debat.

Kegiatan obrolan bercirikan antara lain: 1) dilakukan tanpa tujuan yang pasti, sebab pada
umumnya dilakukan untuk menambah keakraban, memperluas pergaulan, atau bahkan hanya
untuk mengisi waktu luang; 2) dapat dilakukan di mana pun, dalam situasi bagaimanapun; 3)
bisa dilaksanakan kapan pun, dalam batas waktu tak tertentu; 4) dapat dilakukan oleh siapa pun
dengan siapa saja, tanpa klasifikasi dan kesamaan arah; dan 5) tidak memerlukan sarana dan
fasilitas

Musyawarah merupakan kegiatan berbicara bersama yang: 1) dilakukan dengan tujuan mencari
titik temu kesamaan langkah, pendapat, kebijakan, sebagai hasil kesepakatan-keputusan
bersama; 2) dilakukan di tempat yang disepakati untuk mengadakan kegiatan berbicara bersama,
meski bisa juga di tempat terbuka serta ruangan tertutup; 3) biasanya dilakukan setelah
kelompok atau organisasi atau masyarakat memiliki kesamaan tujuan atau beban yang harus
diatasi segera dan bersama; 4) dilakukan oleh anggota atau wakil-wakil anggota; 5) sarana dan
peralatan diperlukan sesuai dengan tingkat kuantitas dan kualitas musyawarah dan hasil
kesepakatan bersama.

Diskusi merupakan kegiatan berbicara bersama yang dilakukan dengan 1) tujuan untuk mencari
kebenaran (ilmiah); 2) dilakukan dalam situasi resmi di tempat yang formal, meski kadang
diskusi nonformal bisa dilakukan di tempat tak formal; 3) dilakukan oleh kalangan yang mencari
kebenaran atau meningkatkan kualitas kebenaran; 4) dilaksanakan dalam kelola waktu yang
terprogram secara proporsional; 5) diperlukan sarana dan peralatan sesuai dengan tingkat dan
kualitas diskusi.

Debat merupakan kegiatan keterampilan berbicara antarpribadi atau pihak. Kegiatan ini
diadakan dengan tujuan untuk mengemukakan bahwa gagasan atau konsep yang dikemukakan
oleh satu pihak merupakan konsep atau gagasan yang lebih baik, lebih benar, dan lebih tepat
dibandingkan gagasan pihak lain. Kegiatan debat ini belakangan berkembang sesuatu dnegan
perkembnagan demokrsi di negara kita, terutama bagi partai-partai politik atau kandidat-
kandidat yang mencalonkan diri duduk di kursi jabatan tertentu. Biasanya kegiatan ini dipandu
oleh seoarng moderator sehingga arah dan tujuan berdebat relatif terkendali, demikian juga
dengan topik pembicaraannya. Oleh sebab itu, amat diperlukan keluasan wawasan dan
kecerdikan moderator dalam mengendalikan jalannya pemibcaraan. Peralatan dan sarana
diperlukan sesuai dnegan bentuk debatnya. Debat kusir atau debat bebas tidak memerlukan
tempat yang tertata teratur serta rancangan waktu yang terprogram. Namun, bukan itulah yang
dimaksud dalam pembahasan ini.

BAGAIMANA KITA MELAKUKAN DISKUSI?

1. Pengertian diskusi

Secara etimologis kata diskusi berasal dari bahasa Latin discussio, discussi, atau discussum yang
berarti memeriksa, memperbincangkan, dan membahas. Dalam bahasa Inggris, discussion
berarti perundingan atau pembicaraan, sedangkan dalam bahasa Indonesia, sebagai istilah,
diskusi berarti proses bertukar pikiran antara dua orang atau lebih tentang suatu masalah untuk
mencapai tujuan tertentu.

2. Berdasarkan konsep di atas kegiatan diskusi mengandung tiga unsur pokok, yaitu:

2.1 dilakukan oleh dua orang atau lebih (kelompok);


2.2 ada masalah yang menjadi pokok pembicaraan;
2.3 ada tujuan yang hendak dicapai, terutama demi kemajuan ilmu dan pengetahuan
2.4 tempatnya sudah ditentukan;
2.5 waktunya sudah dibatasi;
2.6 pihak-pihak yang telibat juga sudah jelas kedudukan dan fungsinya;

3. Kegiatan diskusi dapat dilakukan oleh dua orang ataupun lebih, puluhan, bahkan ratusan atau
ribuan, dalam situasi resmi ataupun tak resmi; dengan persiapan yang matang dan terencana
disertai dengan aturan yang jelas, atau kegiatan berbicara di tempat tak resmi dengan tujuan
tertentu; berbicara boleh berbeda; tetapi tetap merupakan satu kesatuan,; menghasilkan ide-ide
meskipun berbeda, tetapi tetap satu tujuan, bukan kehendak pribadi, melainkan tujuan
kelompok, diwarnai dialog, tanya jawab, atau saling tukar pendapat, beradu argumentasi dengan
bukti dan alasan, boleh ada penolakan pendapat atau gagasan, memberi tanggapan, saran, kritik,
dan usul, di sisi lain dapat dikemukakan informasi lengkap dan terperinci membawa hasil baik
berupa kesimpulan, kesepakatan, pemikiran
alternatif, dan lain-lain sebagai hasil pemikiran bersama.

4. Manfaat Diskusi bagi peserta


4.1 peserta dapat memahami suatu masalah, mengetahui latar belakang masalah atau sebab-
sebab dan menemukan jalan keluar atau solusi masalah yang sulit.
4.2 peserta dapat menentukan suatu kesepakatan untuk melakukan tindakan, kegiatan,
pekerjaan, dan bersikap tertentu.
4.3 peserta dapat menganalisis bersama suatu masalah dan mencari alternatif-alternatif gagasan,
rencana kebijakan, tindakan atau keputusan yang tepat.
4.4 peserta dapat memperoleh informasi, ide atau gagasan dari peserta lain, dapat belajar dari
peserta lain tentang pengalaman, cara berpikir, cara bersikap, cara mengambil keputusan atau
kesimpulan, dan lain-lain.
4.5 peserta dapat saling mengamati, saling menilai, saling belajar, saling menghargai.
4.6 peserta dapat belajar mengemukakan pendapat dan berlatih menanggapai pendapat orang
lain.
4.7 peserta dapat belajar berorganisasi baik sebagai angota maupun staf pimpinan.

5. Masalah dalam Diskusi

Masalah yang didiskusikan merupakan suatu persoalan yang dibahas oleh peserta diskusi untuk
dipahami, diketahui sebab-sebabnya, dianalisis, dicari jalan keluar atau solusinya, diambil
keputusan yang tepat, terbaik di antara yang baik atau tak baik sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan

Masalah adalah persoalan yang ada antara harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu, kegiatan
diskusi merupakan suatu upaya untuk menemukan cara menghilangkan, mengatasi atau
memperkecil jarak antara harapan dengan kenyataan.

Kriteria masalah yang layak didiskusikan:

5.1 menarik perhatian peserta;


5.2 aktual dan menjadi pembiacaraan umum;
5.3 berguna bagi peserta, masyarakat atau bagi pengembangan ilmu pengetahuan;
5.4 baru, yaitu belum ada atau belum dibahas sebelumnya;
5.5 langka, jarang ada (kesempatan atau problemanya);
5.6 menyangkut kebijakan untuk umum atau penting sebagai public figure;
5.7 mengandung alternatif pendapat-multidimensional;
5.8 membutuhkan pertimbangan yang matang untuk penentuan keputusan;
5.9 dan lain-lain.

6. Cara Menemukan Topik Diskusi

6.1 memikirkan atau mengingat sesuatu yang pernah dan kita ketahui, kita alami, kita rasakan,
dan kita bicarakan.
6.2 membaca buku, koran, majalah, atau referensi lain.
6.3 memperkaya referensial tak tertulis, lewat media audio visual,
6.4 menyimak pidato, ceramah, dialog cendekiawan atau tokoh-tokoh tertentu;
6.5 mengadakan pengamatan, penelitian, wawancara
6.6 dan lain-lain.

7. Pemilihan Tempat Diskusi

7.1 tersusun bersih, rapi, cukup luas untuk kegiatan diskusi


7.2 terhindar dari gangguan suara luar, misalnya kendaraan, pabrik, orang bekerja, anak-anak
bermain
7.3 mengesankan suasana yang mengenakkan,
7.4 terdapat peralatan yang digunakan, misalnya soundystem, alat peraga, papan tulis, lampu
penerangan,
7.5 cukup untuk mengatur formasi bentuk diskusi

8. Tipe Peserta Diskusi

8.1 tipe tak suka bicara


8.2 tipe positif
8.3 tipe sok tahu
8.4 tipe suka bertengkar
8.5 tipe pemalu
8.6 tipe ingin menang sendiri
8.7 tipe cuek
8.8 tipe sangat terpelajar
8.9 tipe suka bertanya

9. Peserta Diskusi yang Baik:

9.1 ikut mengambil bagian dalam berdiskusi


9.2 mendukung pendapat dengan alasan, fakta, contoh, atau pendapat pakar,
9.3 berbicara hanya bila diberi kesempatan;
9.4 berbicara dengan tegas, jelas, dan benar.
9.5 mendengarkan orang lain berbicara dengan penuh perhatian.
9.6 berkata dan bertindak sopan dan bijaksana
9.7 mencoba menghargai dan memahami pendapat orang lain
9.8 bisa menahan diri kapan dan suasana yang tepat untuk berbicara.
9.9 dan lain-lain.

10. Persiapan yang harus dilakukan oleh seorang peserta diskusi yang baik:

10.1 memikirkan apa yang diketahui tentang masalah yang didiskusikan


10.2 bila banyak yang belum diketahui, calon peserta harus menyelidiki dengan teliti dan
sistematis masalah tersebut;
10.3 mempelajari masalah yang didiskusikan dari berbagai sumber, baik lisan maupun tertulis.
Bila perliu buat catatan.
10.4 membuat urutan sistematis keterangan yang diperoleh dengan padat.
10.5 berlatih menyampaikan pendapat, tanggapan, dan pertanyaaan dalam kalimat yang baik.
10.6 secara mental harus siap dan bersemangat untuk mengikuti diskusi.

11. Ketua Diskusi

Ketua diskusi bertugas sebagai penuntun dan pengatur arus lalu lintas pembicaraan sebab ia bisa
juga sekaligus menjadi moderator. Ia memberi arahan yang jelas dan mendorong peserta agar
bergerak maju dalam pemikiran. Apabila terjadi kemacetan pembicaraan, ketua diskusi harus
mampu melancarkan lagi jalannya diskusi; demikian pula bila terjadi arah pembicaraan yang
menyimpang, ketua harus mampu meluruskannya sesuai dengan tujuan kegiatan diskusi
tersebut. Oleh sebab hal tersebut, seorang ketua diskusi harus melakukan persiapan
secukyupnya, misalnya membaca berbagai sumber dan membuat catatan agar ia memahami
benar masalah yang didiskusikan dan tahu arah yang dituju. Di sisi lain ketua diskusi juga harus
berlaku ramah, sabar, jujur, tidak berat sebelah, dan dapat menghargai pendapat orang lain.

12. Tugas ketua diskusi


12.1 mengemukakan masalah yang akan dibahas/didiskusikan: apa, mengapa, dantujuan yang
diharapkan.menguraikan butir-butir penting yang menurutnya perlu dipikirkan dan
dipertimbangkan oleh peserta. Biasanya hal ini dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
12.3 mengumumkan tata tertib atau aturan main diskusi; mengemukakan alokasi waktu, siapa
yang berbicara per kesempatan, berapa orang yang bertanya per sesi; berapa menit per orang
berbicara; bagaimana cara meminta kesempatan berbicara, dan lain-lain.
12.4 menjaga keteraturan diskusi; bertindak tegas dan buijaksana, terutama kalau situasi sudah
menunjukkkan gejala tidak tertib, terutama dalam berbicara, misalnya dua orang berbicara
sekaligus.
12.4 memberi kesempatan kepada semua peserta; hindari seorang berbicara berkali-kali, beri
ksempatan kepada yang belum berbicara.
12.5 menjaga agar minat peserta tetap segar: ajukan pertanyaan yang bersifat memancing
perhatian; hargai dan pujilah peserta yang aktif secara wajar.
12.6 menjaga agar diskusi tetap bergerak maju sesuai dengan tujuan
12.7 membuat catatan selama diskusi untuk mempermudah mengarahkan ke tujuan dan
membuat rangkuman atau kesimpulan akhir diskusi.
12.8 mengemukakan hasil diskusi dengan jalan menyampaiakn rangkuman, kesimpulan,
kesepakatan, rencana kerja, atau hal lain yang sesuai dengan tujuan diskusi.

13. Saran untuk Ketua Diskusi

13.1 bersikap bersahabat dengan semua pihak unsur kegiatan diskusi;


13.2 bersedia menjadi pendengar yang baik;
13.3 berpemikiran terbuka terhadap siapa pun;
13.4 mengerti maksud di balik kata-kata yang diucapkan oleh peserta;
13.5 mengerti sikap dan sifat peserta;
13.6 peka terhadap aksi dan reaksi peserta;
13.7 bersikap jujur terhadap taraf dan kedalaman pengetahuan;
13.8 disiplin dalam operasional waktu;
13.9 tak bersikap sombong, namun rendah hati;
13.10 tak mencela peserta diskusi;
13.11 tak menjelekkan pihak luar/lain;
13.12 tak memaksakan kehendak;
13.13 membuat perencanaan yang baik untuk kegiatan diskusi;
13.14 merencanbakan pertanyaan-pertanyaan secara baik;
13.15 mampu mengajak peserta berpartisipasi secara aktif;
13.16 mampu mengendalikan jalannya diskusi secara spontan tak terkendali;
13.17 mampu menjaga diskusi bnerjalan ke arah tujuan yang ditetapkan;
13.18 menghindarkan penyampaian pendapat pribadi;
13.19 berusaha tidak memihak;
13.20 mampu mengendalikan peserta untuk bersedia mendengarkan pendapat orang lain;
13.21 berusaha tidak memainkan peran sebagai seorang ahli;
13.22 mampu menangkap gagasan-gagasan atau konsep utama narasumber;
13.23 mampu menggunakan sarana dan prasarana yang ada secara efektif;
13.24 dan lain-lain.

14. Sekretaris/Notulis

Sekretaris merupakan pendamping ketua dalam suatu kegiatan diskusi, dengan tugas bidang
tulis-menulis. Tugas tersebut antara lain mencatat nama peserta dan pernyataan yang
disampaikan; mencatat hal-hal khusus yang timbul dalam diskusi, misalnya masalah baru yang
dapat diagendakan untuk kegiatan berikutnya; bila diminta bersedia membacakan hasil diskusi;
membuat kesimpulan sementara hasil diskusi, membuat laporan lengkap deskripsi
penyelenggaraan kegiatan diskusi, antara lain cakupan masalah, tujuan yang ingin dicapai;
pelaksanaan diskusi; hal-hal khusus yang muncul; dan kesimpulan atau hasil yang dicapai.

Seorang sekretaris hendaknya seorang penyimak baik yang pandai menangkap gagasan lisan
seseorang serta mampu membuat laporannya disertai kepandaian mengatur waktu yang singkat
tersedia dengan hasil yang bersih dan rapi.

15. Macam-Macam Diskusi

Jenis kegiatan diskusi dapat berbentuk diskusi kelompok, diskusi kelompok-kelompok, diskusi
panel, lokakarya/workshop, rapat kerja, kongres, seminar, konferensi, symposium, kolokium,
sarasehan, fishbowl, role-playing, studi kasus/case study, brainstorming, musyawarah/rapat,
debat, dan lain-lain.

15.1 Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok ialah pertemuan yang direncanakan atau dipersiapkan untuk dilaksanakan
untuk membahas suatu topik dengan seorang pemimpin. Diskusi ini relatif sederhana dengan
peserta yang tidak begitu banyak antara empat sampai sepuluh orang. Masalah yang dibahas
tidak demikian kompleks dengan tujuan untuk lebih mendalami atau memahami suatu masalah
dari disiplin ilmu tertentu.

Bentuk diskusi ini memberikan peluang kepada setiap anggota untuik mengemukakan pendapat
sekaligus memperluas wawasan dan pandangannya. Metode ini merupakan pendekatan
demokratis, mendorong rasa kesatuang anggota, menghayati kepemimpinan bersama, dan
membantu pengembangan sikap kepemimpinan.

Bentuk diskusi ini tidak cocok untuk peserta yang jumlahnya relatif . Peserta hanya akan
mmendapat informasi yang terbatas, dan mudah terjerumus arahnya. Biasanya ada ketua yang
ditugasi mengendalikan jalannya diskusi. Dia harus terampil mempimpin sehingga raus
pembicaraan dapat berjalan dengan lancar dan adil, tidak dimonopoli oleh seseorang. Bentuk
tempat pertemuan biasanya melingkar dengan berbagai alternatif desain tatap muka lain.

15.2 Diskusi Berkelompok-Kelompok


Bentuk diskusi ini sering dipakai bila jumlah peserta kegiatan diskusi relatif banyak. Bentuk
kegiatan ini dilakukan dengan tujuan setiap peserta mempunyai peluang besar untuk berperan
aktif berbicara. Setelah kegiatan diskusi kelompok-kelompok diadakan pertemuan pleno dengan
mempersilakan setiap kelompok untuk mengemukakan pendapatnya. Dalam forum terakhir ini
kegiatan dikendalikan oleh ketua diskusi yang lebih inti dari penyelenggara.

15.3 Diskusi Panel

Diskusi panel adalah kegiatan pertemuan ilmiah yang sudah direncanakan dengan menghadirkan
sejumlah panelis di depan khalayak atau pengunjung tentang suatu topik. Diskusi panel
merupakan bentuk diskusi bertukar pikiran atau pengalaman antara tiga sampai enam orang ahli
yang dipandu oleh seorang ketua (moderator) dan disaksikan oleh sejumlah
pendengar/pemirsa/audiens. Tiap panelis mengemukakan pendapatnya tanpa menanggapi
pendapat panelis lain.

Moderator dan seluruh peserta menyiapkan terlebih dahulu tentang topik yang dibahas serta
peka terhadap bagian-bagian masalah tertentu yang cukup rawan dipermasalahkan dengan
memperhitungkan aternatif pertanyaan dan jawaban. Waktu kegiatan dibagi dua, separo untuk
panelis dan separo berikutnya untuk tanya jawab dengan audiens.

Secara singkat gambaran kegiatan diskusi ini adalah

a. Pendahuluan => moderator membuka diskusi, mengemukakan topik dan arah serta tujuan
yang ingin dicapai, memperkenalkan para peserta, serta membacakan tata tertib;
b. Penyampaian gagasan => panelis menyelesaikan gagasan, pendapat, atau pengalaman sesuai
dengan jatah waktu yang diberikan;
c. Diskusi bebas => moderator mengatur jalannya diskusi antarpanelis serta tanggapan
antarpanelis;
d. Partisipasi pendengar => moderator mempersilakan para pendengar untuk mengemukakan
pendapat, menanggapai, bertanya, atau berkomentar. Panelis yang ditanyai atau ditanggapi akan
memberikan jawaban.

Rangkuman => moderator merangkum hasil diskusi dengan mendapatkan pemecahan. Itulah
sebabnya, pada umumnya lokakarya juga mengundang ahli dalam bidangnya sehingga secara
teknis dapat mengemukakan pandangan yang mendalam untuk mencari solusi. Dalam hal ini
biasanya disusunlah makalah dan disertai dengan presentasi. Masalah yang dikemukakan
biasanya relatif konkret, tak sebatas konsep

Bentuk diskusi ini menghasilkan cetusan-cetusan gagasan baru, pendapat berbeda-beda, serta
mendorong analisis untuk menghasilkan kesimpulan dari moderator. Karenanya bentuk diskusi
ini memerlukan orang yang betul-betul memenuhi persyaratan. Kelemahannya, jika moderator
tidak cerdik, ada kemungkinan seorang narasumber berbicara lebih dominan dibandingkan
narasumber lain. Di sisi lain, hadirin mungkin juga terklasifikasi dalam kelompok setuju dan
tidak setuku terhadap pendapat narasumber yang ada.

15.4 Rapat kerja

Rapat kerja adalah pertemuan wakil-wakil eselon dari suatu instansi untuk membahas masalah
yang berkaitan dengan tugas dan fungsi instansi tersebut. Biasanya yang dibahas adalah program
kerja dengan arah pembicaraan untuk mengusahakan keputusan yang membawa hasil yang baik
untuk dilaksanakan.

Biasanya rapat ini dipimpin oleh kepala instansi disertai dengan pengarahan yang mengacu ke
pencapaian target atau tujuan.

15.5 Seminar

Serminar (semin (Latin)= biji, benih) diartikan sebagai tempat benih-benih kebijaksanaan
disemikan. Yang dibicarakan dalam seminar bukan masalah teknis, melainkan masalah kebijakan
yang akan dipakai sebagai landasan bagi masalah-masalah yang bersifat teknis. Oleh sebab itu,
biasanya kajiannnya bersifat penelitian beserta hasilnya atau studi literature.

Dalam seminar terdapat moderator, notulis, pemrasaran, pembanding, partisipan, dan guru
pembimbing dengan tugas masing-masing.
a. Moderator bertugas membuka, memperkenalkan pemrasaran dan notulis, membacakan tata
tertib, mengarahkan dan mengatur arus pembicaraan, menyampiakn kesimpulan, serta menutup
diskusi.
b. Notulis bertugas mencatat hal-hal penting dalam diskusi baik teknis maupun materi
pembicaraan;
c. Pemrasaran bertugas menjelaskan isi permasalahan yang telah dipersiapkan sebelumnya
dalam bentuk makalah;
d. Pembanding bertugas menyampaikan makalah bandingannya yang berisi tanggapan atau
pernyataan terhadap apa yang disampaikan oleh pemrasaran sebelumnya;
e. Partisipan bertugas mengikuti kegiatan diskusi secara aktif, bukan sebatas pendengar belaka,
melainkan bisa juga memberikan tanggapan, pertanyaan, dan lain-lain.
f. Guru pemibimbing biasanya ada kalau seminar diadakan di sekolah. Tugasnya, memberi saran
dan arahan kepada pemrasaran serta meluruskan pembicaraan yang menyimpang dari tujuan
semula.

Secara umum seminar dilaksanakan dengan tahap berikut:

1) Moderator membuka kegiatan dan mengarahkan;


2) Pemrasaran menyampaikan makalahnya;
3) Pembanding menyampaikan makalah atau tanggapannnya;
4) Pemrasaran menaggapi balik pernyataan pembanding atau menjawab pertanyaan; Partisipan
menyampaian gagasannya, misalnya pertanyaan, tanggapan;
5) Pemrasaran atau pembanding menyampaikan jawaban atau tanggapan;
6) Guru pembimbing diberi kesempatan untuk menanggapi;
7) Moderator menarik kesimpulan dan menutup diskusi. Sebelumnya moderator mengemukakan
perumusan hasil seminar secara keseluruhan.

15.6 Konferensi

Konferensi merupakan bentuk pertemuan dari kedua pihak untuk membahas atau merindingkan
masalah yang dihadapi bersama. Secara longgar, konferensi juga diartikan dengan pertemuan
anggota-anggota dari dua cabang perwakilan untuk menyesuaikan perbedaan dalam langkah dan
kebijakan mereka. Konferensi merupakan pembicaraan, rapat, atau pemusyawarahan antara
wakil-wakil berbagai negara untuk, membahas kepentingan bersama.

Kegiatan ini mengacu ke pengambilan tindakan sehingga menghasilkan suatu keputusan untuk
ditindaklanjuti. Sebuah perusahaan besar bisa melakukan seperti ini dan biasanya diadakan
setelah munculnya masalah yang lanyak dan perlu untuk segera dicari solusinya. Keputusan
diambil tentu merupakan keputusan terbaik.

15.7 Kongres

Kongres merupakan pertemuan formal antara delegasi-delegasi atau wakil-wakil organisasi


politik, sosial, atau profesi untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan mengenai suatu
masalah bersama. Kongres merupakan rapat besar yang pesertanya ratusan, ribuan, bahkan
jutaan. Karena itu, kongres biasanya dilakukan oleh sebuah organisasi. Kongres sering
diistilahkan lain menjadi muktamar untuk suatu partai, biasanya lima tahun sekali untuk
menentukan garis besar kebijakan yang akan dilakukan dalam satu kurun waktu demi
menghadapi kompetitor atau persaingan yang ada.

15. 8 Simposium

Simposium adalah suatu pertemuan formal dengan beberapa ahli menyajikan pidato atau
prasaran singkat mengenai sebuah topik denghan aspek yang berbeda-beda, atau topik yang
bertalian di hadapan sebuah sidang hadirin. Semua prasaran dibahas oleh hadirin dipandu oleh
seorang pemimpin atau moderator. Simposium merupakan bentuk diskusi yang diawali
serangkaian pidato pendek oleh dua atau empat orang pakar. Mereka memang diundang untuk
menyampaiakan pandangan-pandangan tentang masalah yang dibicarakan. Seorang moderator
mengatur kelancaran jalannya diskusi. Setelah pembicara selesai menyampaikan pendapatnya,
moderator mempersilakan peserta untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan yang
kemudian ditanggapi atau dijawab oleh pembicara.

Bentuk diskusi ini dapat dipakai pada kelompok besar atau kecil serta dapat digunakan untuk
menyampaikan informasi yang relatif banyak dalam waktu relatif singkat serta dapat disoroti
hasilnya. Pergantian pembicara menambah variasi pembicaraan yang justrui menjadikan
kegiatan ini menarik. Oleh karena itu, perlu perencanaan yang matang agar membawa hasil yang
baik.

Di sisi lain bentuk diskusi ini bersifdat kurang spontan dan tak memancing kreativitas. Interaksi
kelompok-kelompok yang hadir kurang berkembang. Perhatian hanya ditekankan pada pokok
pembicaraan serta suasana agak bersifat formal, sementara kepribadian pembicara dapat
mengarahkan isi kegiatan secara kurang tepat. Waktu berlangsungnya kegiatan diskusi ini sulit
dikendalikan, kecuali moderator pandai membaca arah pembicaraan narasumber serta disiplin
dengan penguran waktunya.

15.9 Kolokium

Kolokium tidak diawali dengan pidato. Para pakar diundang hanya untuk memberikan jawaban
atas pertanyaan yang diajukan oleh peserta mengenai topik yang telah ditentukan. Para pakar
hanya menjawab pertanyaan. Dalam hal ini pembicaraan dikendalikan oleh moderator yang
mengarahkan ke tujuan pembicaraan. Oleh karena itu, komitmen moderator terhadap tujuan dan
kepandaian mebaca arah dan isi pembicaraan sangat diperlukan. Bahkan, tak jarang jika secara
implicit moderator harus pandai arah pertanyaan peserta dan jawaban narasumber.

15.10 Sarasehan

Sarasehan merupakan model diskusi yang sifatnya mendekati santai. Para peserta biasanya akrab
dalam nuansa pergaulan yang tak formal misalnya sambil minum kopi. Masalah yang dibicarakan
terbatas, para peserta bebas menyatakan pendapatnya atau pengalamannya seputar topik
tersebut.

15.11 Cawan Ikan/fishbowl

Cawan ikan merupakan bentuk diksusi yang unik dengan konstruksi tempat duduk seperti cawan
melengkung atau mangkuk dengan moderator di tengah dan di sebelah kanan moderator duduk
seorang ahli atau pakar dan sebelah kiri moderator terdapat tiga kursi kosong. Moderator
membuka dengan memberikan kata pengantar kemudian mempersilakan para peserta untuk
menduduki kursi yang telah disediakan. Peserta kemudian dipersilakan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada pakar yang ada. Setelah pembahasan selesai, peserta kembali meninggalkan
kursi yang kemudian kosong seperti semula.

15.12 Debat

Bentuk kegiatan berbicara ini sebenarnya sudah di luar hakiki kegiatan diskusi ilmiah. Kegiatan
ini mempertemukan dua pihak pembicara yang pro dan kontra tentang suatu topik. Prasaran atau
pendapat yang diajukan oleh tiap pihak dapat ditikuti dengan suatu tangkisan atau tidak. Anggota
kelompok dan hadirin dapat juga mengajukan pertanyaan kepada peserta atau pihak pembicara.

Debat berarti berbicara kepada lawan bicara untuk beradu pendapat, prinsip, argumen, konsep,
atau yang lain dengan tujuan untuk memenagkan pendapat sendiri.. Secara sederhana debat
dapat diartikan tukar pikiran tantang suatu masalah dengan saling memberi alasan yang
diutamakan. Inti debat adalah memenangkan pendapat sendiri. Dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan satu demi satu tetapi dapat juga kelompok demi kelompok, bergantung pada
kebutuhan dan kondisi lingkungan. Posisi tempat duduk sangat variatif, dan dapat menggunakan
moderator atau tanpa moderator.

Kegiatan ini mempertajam hasil yang akan dicapai sebab suatu masalah akan terlihat dari dua
segi sekaligus. Karena itu, kegiatan ini membangkitkan keberanian analisis yang kritis dari setiap
pihak. Tekinik ini membangkitkan daya tarik serta mempertahankan daya tarik dan perhatian
para hadirin. Paling cocok metode ini dipakai untuk kelompok besar.Hanya saja, kadang selisih
pendapat bisa tak terkenadli di luar penalaran logis ilmiah yang cenderung emosional subjektif.
Hal itu sering mengakibatkan kesan negatif tentang debat tersebut serta narasumbernya.
Konsekuensi lanjutannya, mereka menjadi tak tertarik mengikuti kegiatan debat serta tak mau
berpartisipasi. Oleh sebab itu, untuk menjaga kesan positif dan objektif tentang kegiatan tersebut
diperlukan seorang moderator yang amat bijak dan pandai membaca keadaan pembicaraan.
15.13 Sumbang saran (Braintstorming)

Sumbang saran merupakan semacam metode memecahkan masalah yang setiap anggotanya
diberi kesempatan untuk mengusulkan dengan cepat kemungkinan pemecahan masalah yang
dihadapi. Metode ini tidak menfhendaki kritik. Evaluasi atas suatu pendapat dilakukan
kemudian.

Metode ini berusaha membangkitkan pendapat baru dan merangsang anggota untuk turut ambil
bagian. Biasanya terjadi mata rantai pendapat serta tak dibutuhkan banyak waktu. Cocok pula
dipakai untuk kelompok besar atau kecil. Tak amat diperlukan seorang pemimpin yang hebat
serta tak banyak diperlukan peralatan. Hanya saja besar kemungkinan b ila lepas kontrol
kegiatan ini menjadi tidak efektif.

Bangau-Tt080104
Diposkan oleh DRS. KASDI HARYANTA di 21:36 0 komentar
RABU, 2008 JANUARI 23

ELEMEN PENTING BICARA EFEKTIF

Elemen Penting Bicara Efektif

Lenny Laskowski
LJL Seminars

"Setengah dunia terdiri dari orang-orang yang punya sesuatu untukdibicarakan dan mereka tidak
bisa melakukannya; setengahnya lagi tidakpunya apa-apa untuk dibicarakan dan mereka tetap
berbicara."

Setiap orang bisa berbicara. Tidak setiap orang bisa berbicara denganefektif. Untuk bisa efektif
dalam berbicara ada enam elemen yang harusdipertimbangkan.SIAP BICARA

Kesiapan adalah elemen terpenting. Berapa kali Anda melatih bicaraAnda? Sebagai pedoman
umum, Anda harus menghabiskan waktu sekitar 30jam untuk persiapan dan latihan bicara jika
Anda akan berbicara selama1 jam. Gunakan tape atau video untuk merekam latihan Anda. Ini
akanmembantu Anda mendapatkan gambaran akurat tentang bagaimana
Andaberbicara.BERIKAN DIRI ANDA

Gunakan contoh dan kisah atau pengalaman pribadi yang patutdiceritakan jika memungkinkan.
Pastikan bahwa cerita Anda memangmembantu dalam memberi penekanan terhadap poin-poin
Anda. Cerita Andaharus "nyambung" dengan pesan yang ingin Anda sampaikan. Gunakancontoh-
contoh dari kehidupan pribadi dan profesi Anda untukmenunjukkan poin yang Anda
maksud.RILEKSUntuk bisa rileks, Anda harus sudah siap. Juga, fokuslah pada "pesan"dan bukan
pada "audience". Gunakan gerakan tubuh, termasuk caraberjalan. Latihlah bagian pembukaan
dari bicara Anda dan rencanakandengan tepat bagaimana Anda akan mengatakannya. Audience
akan menilaiAnda dalam 30 detik pertama sejak mereka melihat Anda.GUNAKAN HUMOR
ALAMIAH

Jangan coba-coba menjadi stand up comedian. Gunakan humor yang naturalterhadap diri Anda
sendiri, tentang sesuatu yang Anda katakan atauAnda lakukan. Pastikan bahwa Anda tidak
meng"humori" orang lain yangmenjadi bagian dari audience. Orang akan tertawa BERSAMA
Anda jikaAnda melakukannya dengan bijak. Asal, Anda tidak
berlebihanmelakukannya.RENCANAKAN POSISI TUBUH DAN TANGAN

Selama latihan, perhatikanlah momen-momen di mana Anda bisamenggunakan "olah tubuh".


Tetapkan tiga posisi di mana Anda akanberdiri dan latihlah tidak hanya bagaimana bergerak
akan tetapi jugakapan Anda bergerak. Ambil tiga posisi, satu di tengah panggung, satudi kanan
Anda, dan satu lagi di kiri Anda. Jangan bersembunyi dibelakang podium. Jika Anda memang
perlu melakukan kontak mata,lakukanlah selama Anda bergerak.

PERHATIKAN DETIL

Pastikan bahwa Anda akan berbicara di tempat yang tepat. Pastikanbahwa Anda bisa sampai ke
sana lebih cepat dari saat Anda harus mulaibicara. Tanyakan berapa banyak yang akan hadir dan
mendengarkan Anda.Pastikan bahwa Anda membawa semua alat bantu visual yang
dibutuhkantermasuk handout. Datanglah lebih cepat sehingga Anda bisa melakukanobservasi
pendahuluan dan melakukan pembenahan di menit-menit terakhirsebelum Anda mulai bicara.

Adalah sangat penting bahwa Anda memperhatikan detil sekecil apapun.Anda tidak akan
berlebihan dalam berencana. Ingatlah "he who fails toplan is planning for failure".

Lenny Laskowski adalah seorang international professional speaker danpenulis buku "10 Days to
More Confident Public Speaking".

Bergabunglah dengan milis BICARA di:


http://groups.yahoo.com/group/bicara/atau kirim email kosong ke:
http://groups.yahoo.com/group/pendidikan/post?postID=40C1vtEDaUblRp4GJHs
mGGsU4shkPEJ3S2RBY8HpsHoAUMzJg4zNC_oXAeCrEGg6a-
nj_ZVN6iBjjNPff0HSUzWvaY4kKAMarilah belajar bersama memahami fenomena
berbicara.
MILIS BICARA.
Diposkan oleh DRS. KASDI HARYANTA di 00:12 0 komentar
SELASA, 2008 JANUARI 22

MENGADAKAN RAPAT DENGAN BAIK

RAPAT

1. Rapat merupakan sarana yang berguna dalam lembaga, organisasi, biro jasa, perusahaan,
dan lain-lain yang dapat membantu manajemen karena melalui rapat dapat dipermudah
tugas yang makin sulit untuk mengoordinasi kegiatan yang sifatnya beraneka ragam.
2. Pengertian rapat (meeting)
*berkumpulnya sekurang-kurangnya dua atau lebih orang untuk memutuskan suatu
tujuan (Shrap v. Dawes, 1976).
3. Rapat dapat bervariasi ukurannya, baik dari jumlah peserta, tujuan, maupun yang lain.
Rapat sekelompok kecil orang dalam organisasi secara teratur disebut rapat komisi.
Komisi merupakan suatu badan yang mencakup orang-orang yang secara kolektif
bertanggung jawab atas keputusan dan tindakannya terhadap otoritas ysng lebih tinggi.
Komisi diberi wewenang untuk mengesahkan suatu keputusan melalui mayoritas suara
dan lazim terikat atas suara itu.
4. Tujuan rapat antara lain :
4.1 memberikan informasi tentang sesuatu, misalnya hasil pertemuan, rapat, seminar
berita yang relevan, keputusan rapat terbatas
4.2 memperoleh informasi tentang kegiatan, hasil observasi, kerja lapangan, dan
problema mendesak
4.3 menghimpun pengetahuan serta pengalaman untuk memecahkan masalah
4.4 mengembangkan kerja sama dan mempengaruhi sikap agar berkomitmen,
berdedikasi, dan berloyalitas
4.5 mengutarakan keluhan
4.6 mengambil keputusan dalam batas-batas kewenangannya
4.7 menentukan langkah-langkah kerja opreasional
4.8 dan lain-lain
5. Keuntungan rapat
5.1 anggota diberi kesempatan untuk menentukan sikap mereka
5.2 anggota dapat mengajukan kepentingan mereka
5.3 pengetahuan dan pengalaman dapat dihimpun bersama
5.4 banyak informasi yang tersedia yang dapat dikumpulkan angota
5.5 gagasan dapat dikembangkan
5.6 pemecahan baru dapat diusulkan melalui rapat tersebut
5.7 kepuasan kerja dan kinerja SDM dapat ditinngkatkan sebab mereka merasa
memberikan sumbangan untuk organisasi
5.8 pihak manajemen dapat memeproleh masukan tentang kesulitan, hambatan, dan
keluhan sehingga dapat diambil tindakan yang tepat dan cepat guna mencegah terjadinya
hal –hal yang tak diinginkan.
5.9 Arus komunikasi horizontal terbina serta garis strukutral dapat berjalan
5.10 Dan lain-lain.

6. Kekurangan rapat
6.1 Segi penundaan
Penundaan terjadi karena:
6.1.1 tanpa alasan yang jelas
6.1.2 diskusi berlarut-larut dan tak relevan
6.1.3 seseorang mementingkan diri atau demi kelompoknya
6.1.4 kesulitan mengumpulkan orang karena waktu singkat.

Penundaan dapat berakibat buruk jika keputusan harus diambil segera. Pengambilan
keputusan dapat tertunda dan menimbulkan keresahan serta rasa frustrasi. Anggota yang
tidak hadir biasanya terkejut.

6.2 Segi kepribadian


Segi kepribadian dapat menghambat bila:
6.2.1 kurang pandai dalam menentukan kebijakan atau pendapat
6.2.2 kurang dewasa dalam bersikap
6.2.3 rasa egoisme tingi
6.2.4 lupa atas status dan kedudukan yang erat kaitannya dengan hak, kewajiban, dan
kewenangan
6.2.5 sikap berpikir positif dan terbuka yang kurang berjalan
6.2.6 tidak bisa menepiskan kepentingan tersembunyi di balik gagasan.

7. Jenis rapat
7.1 Berdasarkan sifat : 1) rapat fo0rmal; 2) rapat nonformal.
7.2 Berdasarkan jumlah peserta: 1) rapat kecil; 2) rapat raksasa.

8. Rapat formal bercirikan:


8.1 ada prosedur dan peraturan-peraturan yang relatif ketat dan disepakati
8.2 kepemimpinan dikendalikan oleh seorang ketua
8.3 contoh:
8.3.1 rapat umum tahunan
8.3.2 rapat umum perusahaan
8.3.3 rapat dewan direktur
8.3.4 rapat dewan pemerintahan
8.3.5 rapat komisi lokal
8.3.6 rapat asosiasi profesional
8.3.7 rapat dewan kerja
8.3.8 rapat komisi konsultatif
8.3.9 dll.

9. Rapat nonformal bercirikan


9.1 kurang diperhatikan prosedur dan ketentuan atau peraturan
9.2 sering sekadar bertemu muka
9.3 sering juga sengaja dibuat nonformal sesuai dengan tujuan sehingga tepat sasaran à
menghimpun pendapat dan memecahkan masalah
9.4 tidak ada ketua, acara, peraturan, resolusi atau laporan meskipun ada data tertulis.

Beberapa jenis dan urusan yang berbeda mungkin dipadukan, dan formalitas dapat
diubah yang memberi kesempatan diskusi efektif serta pengambilan keputusan
sebagaimana diperlukan.

Rapat eksekutif bersifat membahas dan menentukan pokok-pokok pembicaraan serta


mempunyai tugas tambahan yaitu mengimplementasikan isi keputusan. Misal dewan
direktur

10. Prosedur dalam rapat


*Pola tetap dalam kegiatan rapat. Dasarnya adalah peraturan dan konvensi yang sudah
dikondisikan, ditinjau, ditimbang, dan diterima secara umum dalam pengertian adil dan
secepatnya.

11. Ketua rapat


Ketua merupakan orang yang penting dalam rapat yang atas kesanggupannya amat
menentukan hasil pertemuan.
Untuk itu bagi seorang ketua rapat perlu:
11.1 memiliki watak yang kuat
11.2 tak bersikap dogmatik
11.3 tak memaksakan kehendak atau pandangan sendiri
11.4 mampu mengungkapkan gagasan secara lancar tanpa harus berpidato
11.5 mampu mengendalikan rapat tanpa menolak adanya tukar-menukar pikiran
11.6 berwibawa
11.7 menghormati pendapat orang lain
11.8 menanamkan sikap adil
11.9 tegas dalam menentukasn sikap
11.10 arif dan bijaksana dalam berpikir, berkata, bertiundak, dan berbuat

12. Tugas ketua


12.1 memastikan bahwa penunjukan dirinya sesuai dengan peraturan
12.2 memastikan bahwa rapat diadakan secara sah sesuai dengan ketetapan yang berlaku
dan kuorum memenuhi ketentuan
12.3 mengikuti urutan mata acara
12.4 memelihara ketertiban dan mengoordinasi dengan baik
12.5 memberi kesempatan yang ingin bicara
12.6 mengedalikan pembicaraan sesuai dengan tujuan rapat sehingga tak terbawa ke hal
yang tak relevan
12.7 menangkap aspirasi peserta baik yang menerima maupun menolak pendapat
12.8 membuat catatan yang perlu selain menunjuk seorang notulis
12.9 menyampaikan informasi kepada pihak yang berkompeten.

13. Wewenang ketua


13.1 memelihara ketertiban dan bila perlu memerintahklan orang yang tak tertib
meninggalkan tempat rapat
13.2 menentukan urutan acara
13.3 memutuskan titik-titik prosedur
13.4 menunda rapat (jika perlu)
13.5 menentukan rumusan hasil rapat sebagai kesimpulan yang perlu ditegaskan
13.6 menggunakan jalan/suara khusus apabila rapat menemui jalan buntu.

14. Pendekatan ketua dalam rapat


14.1 menyambut hadirin, terutama anggota yang baru
14.2 mengatakan tujuan rapat (menegasskan tujuan)
14.3 menggalakkan diskusi, lewat pernyataan umum atau tanggapan khusus atas seorang
peserta
14.4 membuat ringkasan pada tahap tertentu
14.5 mengulangi argumen pro dan kotra atas usulan yang belum diambil keputusan
14.6 menutup rapat dengan tepat waktu.
`
15. Notulis
Notulis merupakan pihak yang terlibat dalam rapat dengan tugas utama
menginventarisasi prosedur dan gagasan pembicaraan.

Untuk itu bagi seorang notulis perlu:


15.1 memiliki keterampilan menyimak gagasan dengan baik
15.2 mempunyai kemampuan mengangkap gagasan utama pembicaraan
15.3 memiliki keterampilan menulis dengan cepat
15.4 memiliki kemampuan merumuskan gagasan dengan cermat
15.5 mempunyai kecerdikan dalam memilih kata-kata rumusan
15.6 bersikap objektif
15.7 mampu membedakan fakta dan opini
15.8 mampu membedakan konsep dan pendapat
15.9 dan lain-lain.

16. Tugas Notulis


16.1 menulis deskripsi tentang rapat dalam 5W+H (apa, siapa, kapan, di mana, mengapa,
dan bagaimana)
16.2 mencatat urutan prosedural rapat
16.3 menuliskan gagasan-gagasan yang muncul beserta pihak yang mengemukakan
16.4 menuliskan butir-butir kesepakatan hasil rapat
16.5 menuliskan butir-butir keputusan rapat
16.6 merumuskan ketetapan hasil rapat
16.7 dan lain-lain.

---------------------
tt/0209020945/sr

Diposkan oleh DRS. KASDI HARYANTA di 23:43 0 komentar


SENIN, 2008 JANUARI 21

Mengingat Bahan Bicara

MENGINGAT BAHAN BICARA

Berbicara di depan orang lain merupakan keterampilan berbahasa yang memerlukan persiapan
dan teknis tertentu sehingga apa yang disampaikan dapat dimengerti oleh orang lain dengan
baik. Sebagai suatu keterampilan aktif berbahasa, berbucara di depan orang lain merupakan
suatu hal yang memberikan nilai seni dan keahlian tersendiri

Ada banyak cara untuk bisa mengingat bahan bicara. Setidaknya, empat cara berikut ini adalah
cara yang paling umum dilakukan oleh banyak pembicara publik. Anda pilih sendiri mau yang
mana, akan tetapi ingatlah bahwa beberapa cara ternyata merupakan cara yang salah.Anda bisa
mengingat bahan bicara dengan:
- Menghafal
- Membaca sepenuhnya;
- Menggunakan catatan;
- menggunakan alat bantu visual

MENGHAFAL
Inilah cara yang paling buruk menurut para pakar public speaking. Mengapa? Karena dengan
menghafal, Anda akan disibukkan oleh berabgai kata atau kalimat, dan bukan ide yang ada di
belakangnya. Padahal, apa yang penting adalah idenya, dan bukan kata atau kalimatnya. Cara ini
menjadi cara terburuk untuk mengingat bahan bicara, karena Anda akan:
1. Kehilangan ide di belakang setiap kata dan kalimat;
2. Kehilangan infleksi suara (penekanan kata) yang normal dan alamiah;
3. Menciptakan mental block di mana audience Anda akan melihat orang yang sedang mengingat-
ingat sesuatu, bukan orang yang sedang berbicara kepada mereka;
4. Lupa. Ini PASTI terjadi, persoalannya hanyalah KAPAN!

MEMBACA TOTAL

Apa yang paling dibenci oleh audience Anda? Seorang pembicara yang membaca bicaranya!
Mereka akan berkata, "Kalo ngebaca sih, Gua juga bisa!"Ini juga merupakan cara yang buruk
untuk mengingat bahan bicara karena Anda akan:

- Kehilangan ide di belakang setiap kata dan kalimat;


- Kehilangan infleksi suara yang normal dan alamiah;
- Kehilangan 'pause' yang merupakan alat powerful dalam berbicara;
- Kehilangan kontak mata sebagai elemen penting dalam berbicara;
- Kehilangan 'bicara' itu sendiri, karena biasanya bahasa tulisan berbeda dari bahasa lisan.Anda
akan terjebak dalam model bahasa yang 'tinggi', rumit atau terlalu teknis. Efeknya, Anda akan
kesulitan membacanya. Dan lebih parah lagi, audience Anda akan jauh lebih sulit
mendengarkanya.Apa yang Anda ciptakan, hanyalah sedikit pergerakan, sedikit energi dan
sedikit daya tarik.
Anda mungkin terjebak dalam pola dan kebiasaan ini, karena tidak berani mencoba cara lain
yang lebih baik. Maka tipsnya; paksakan saja!Catatan: Memang ada saatnya Anda harus
membaca. Misalnya untuk kutipan ayat hukum atau kebijakan yang resmi sifatnya. Atau, jika
batasan waktu Anda memang sangat ketat.
Jika memang harus membaca, ikuti tips ini:
- Jaga infleksi suara agar tetap alamiah dan normal;
- Jaga 'pause' agar alamiah dan normal;
- Jaga agar suara Anda tetap sama dengan berbicara tanpa membaca;
- Jaga agar gesture atau bahasa tubuh Anda tetap alamiah dan normal;
- Jaga agar kontak mata Anda tetap efektif dan efisien;
- Latih dengan mengucapkannya keras-keras. Ini akan mendekatkan Anda kepada gaya bicara
Anda yang alamiah;
- Saat menuliskannya, tulislah sejalan dengan bagaimana Anda akan mengucapkannya;
- Tulislah dengan dobel spasi atau lebih. Sisipkan petunjuk bahasa tubuh di bawah setiap baris;
- Jangan tulis dalam huruf besar semua, karena Anda akan lebih sulit membacanya;
- Tulislah dengan paragraf pendek;
- Jika lebih dari satu halaman, jangan pecah satu pokok pikiran ke dua halaman yang berbeda;
- Jangan gunakan klip untuk menyatukannya;
- Nomori skrip bicara Anda. Saat akan berganti halaman, cukup geser halaman yang sudah
'dibicarakan' ke samping, untuk melihat halaman berikutnya. Cara ini akan meminimalisir kesan
membaca Anda;
- Geser bersamaan dengan waktu 'pause' yang tepat. Saat itu, audience Anda sedang mencerna
sehingga tidak terlalu memperhatikan gerakan Anda.MENGGUNAKAN CATATAN
Inilah cara yang paling banyak dipilih oleh para pembicara. Inilah cara pertengahan antara
membaca dan berbicara. Infleksi suara yang normal dan alamiah bisa tetap dicapai. Kontak mata
tetap bisa efektif dan efisien. Bahasa tubuh tetap bisa didemonstrasikan dengan enak
terlihat.Perhatikan hal ini:

- Jika catatan Anda letakkan di podium atau meja, Anda tidak bisa bergerak menjauhinya;
- Jika catatan Anda pegang di tangan, Anda tidak bisa berbahasa tubuh dengan leluasa.
Tips untuk menggunakan catatan:
- Catat informasi yang penting saja. Kutipan, statistik, daftar atau angka;
- Masukkan hanya 'pemicu' ide, paragraf atau kalimat;
- Jangan catat teks atau paragraf yang akan Anda ucapkan;
- Nomori lembar catatan Anda (ini PENTING!);
- Sesekali bergeraklah dengan normal, tidak usah takut menjauhi podium atau meja;
- Jaga agar tidak terlalu banyak membaca;
- Latihlah bicara Anda dengan memvisualisasikan sesi bicara.

MENGGUNAKAN ALAT BANTU VISUAL

Slide Anda bisa membantu. Judul dan sub judul di slide Anda bisa mengingatkan Anda tentang
suatu ide atau pokok bahasan. Berlatihlah membuat alat bantu visual yang baik, menarik dan
membantu, tapi tidak menggantikan Anda sebagai pembicara.
Keuntungan menggunakan alat bantu visual:
- Anda tidak perlu khawatir tentang kelanjutan bicara Anda. Apa yang akan Anda bicarakan lebih
lanjut sudah ada di sana. Apa yang Anda perlukan hanyalah kalimat transisi yang baik dan mulus;
- Anda bisa bergerak dengan lebih leluasa. Pergerakan Anda akan memaksa audience mengikuti
pembicaraan Anda;
- Anda bisa tetap melakukan kontak mata dengan alamiah dan norma ;
- Anda tetap bisa bicara sesuai dengan track dan alur pemikiran yang telah Anda rencanakan;

Catatan: Selalulah memperkenalkan alat bantu visual Anda sebelum mulai membahas isinya.

Sumber: Lenny Laskowski


Diposkan oleh DRS. KASDI HARYANTA di 00:12 0 komentar

Langgan: Entri (Atom)

Arsip Blog
• ▼ 2009 (1)

o ▼ Januari (1)

 DEBAT

• ► 2008 (4)
o ► April (1)

 MARI BERDISKUSI SECARA BAIK DAN BENAR!

o ► Januari (3)

 ELEMEN PENTING BICARA EFEKTIF

 MENGADAKAN RAPAT DENGAN BAIK

 Mengingat Bahan Bicara

Mengenai Saya

DRS. KASDI HARYANTA


Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
Drs. Kasdi Haryanta dilahirkan dan dibesarkan di Kota Pendidikan, Yogyakarta, tahun 1962. Pendidikan dasar dan
menengah diselesaikan di kota itu dan perguruan tinggi diselesaikan di IKIP Sanata Dharma (sekarang Universitas
Sanata Dharma, di kota yang sama, tamat tahun 1987. Begitu tamat dari perguruan tinggi itu, ia mengajar di SMA
Xaverius 1 Palembang sejak 1988, SMA Xaverius 4 (1989-2000), SMA Kusuma Bangsa (2000-2002), STT Musi
Palembang (1996-2006). Beliau menikah dengan Kristina Tri Yulianti, guru matematika di SMA Xaverius 3. Mereka
telah dikaruniai 2anak: 1) Dyah Pramadita Harkrisnani; 2) Daru Yogiswara Harkristanta. Kedua anak mereka amat
menyenangkan dan lucu dalam dunianya. "Karunia dan titipan Tuhan menjadi tanggung jawab kami untuk
memanusiakannya," ujar Drs. Kasdi Haryanta. Menyambut globalisasi yang terus berkembang, tak ada kata lain baginya
kecuali kita harus membuka diri setiap waktu terhadap gelombang dunia informasi. Batas dunia kian menipis, begitu
juga dengan batas negara, hingga jati diri manusia yang akan bicara.

Lihat profil lengkapku

Dharma (sekarang Universitas Sanata Dharma, di kota yang sama, tamat tahun 1987. Begitu tamat dari
perguruan tinggi itu, ia mengajar di SMA Xaverius 1 Palembang sejak 1988, SMA Xaverius 4 (1989-2000), SMA Kusuma
Bangsa (2000-2002), STT Musi Palembang (1996-2006). Beliau menikah dengan Kristina Tri Yulianti, guru matematika
di SMA Xaverius 3. Mereka telah dikaruniai 2anak: 1) Dyah Pramadita Harkrisnani; 2) Daru Yogiswara Harkristanta.
Kedua anak mereka amat menyenangkan dan lucu dalam dunianya. "Karunia dan titipan Tuhan menjadi tanggung jawab
kami untuk memanusiakannya," ujar Drs. Kasdi Haryanta. Menyambut globalisasi yang terus berkembang, tak ada kata
lain baginya kecuali kita harus membuka diri setiap waktu terhadap gelombang dunia informasi. Batas dunia kian
menipis, begitu juga dengan batas negara, hingga jati diri manusia yang akan bicara.

Lihat profil lengkapku

You might also like