Professional Documents
Culture Documents
xxx xxx xxx (xxx) (xxx) xxx xxx (xxx) xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx
xxx xxx xxx
Gambar I : Konsep Laporan Harga Pokok Produksi Sumber: Mulyadi (2001) Dengan
melihat komponen biaya yang membentuk harga pokok produksi, dapat diketahui betapa
pentingnya penentuan harga pokok
produksi. Pentingnya harga pokok produksi menurut Mulyadi (2003) adalah: 1.
Mengetahui jumlah biaya yang diserap untuk memproduksi suatu produk. 2. Mengetahui
tingkat efisiensi dan efektifitas biaya dalam memproduksi suatu produk. 3. Sebagai
dasar manajemen dalam penentuan harga jual produk yang dihasilkan 4. Membantu
manajemen dalam membuat keputusan strategik dan keputusan-keputusan opersional
dalam proses produksi berikutnya. 5. Memenuhi kebutuhan pihak luar perusahaan
tentang informasi kos produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Sebagai salah satu
faktor penentu kebijakan manajemen dalam pengambilan keputusan baik yang strategik
maupun operasional seperti misalnya harga jual produk maka harga pokok produksi
tidak boleh ditentukan secara sembarangan (arbitrary). Harga pokok produksi harus
ditentukan secermat dan seteliti mungkin. Walaupun demikian kebanyakan perusahaan
manufaktur masih menggunakan akuntansi biaya tradisional.
manufaktur. Oleh karena itu, menurut Hansen and Mowen (2000) biaya
dibagi berdasarkan 3 fungsi pokok yaitu: a. Fungi Produksi b. Fungsi Pemasaran c.
Fungsi Administrasi dan Umum Akuntansi biaya tradisional hanya memperhitungkan
biaya produksi ke dalam kos produk. Biaya pemasaran serta administrasi dan umum
tidak diperhitungkan ke dalam kos produk, namun diperlakukan sebagai biaya usaha
dan dikurangangkan langsung dari laba bruto untuk menghitung laba bersih usaha.
Tujuan kalkulasi biaya produk pada sistem akuntasi biaya tradisional secara khusus
dicapai melalui pembebanan biaya produk ke persediaan dan harga pokok penjualan
untuk tujuan pelaporan keuangan eksternal. Definisi biaya produk yang lebih
komprehensif, seperti rantai nilai dan definisi biaya operasi tidak tersedia bagi
keperluan manajemen. Namun, sistem akuntansi biaya tradisional sering menyediakan
varian yang berguna bagi definisi biaya utama tradisional (biaya utama dan biaya
manufaktur variabel per unit dapat dilaporkan). Akuntansi biaya tradisioanl dibagi
menjadi 2 tipe : (1) Akuntansi biaya dengan fokus ke perhitungan kos produk dan
(2) Akuntansi pertanggung jawaban. Dalam akuntansi pertanggung jawaban, biaya
dihubungkan dengan manajer yang memiliki wewenang atas biaya tertentu, agar
manajer dapat merencanakan dan mengendalikan biaya yang menjadi tanggung jawabnya.
Kinerja diukur dengan
membandingkan hasil aktual dan hasil standar atau yang dianggarkan. Penekanannya
adalah ukuran kinerja keuangan (biasanya non keuangan diabaikan). Para manajer
diberi imbalan atas dasar kemampuan mereka mengendalikan biaya. Sistem imbalan
digunakan untuk memotivasi individu mengelola biaya. Pendekatan tersebut
mengasumsikan bahwa memaksimalkan kinerja keseluruhan organisasi dicapai dengan
memaksimumkan kinerja sub unit organisasi secara individu. Sistem manajemen biaya
tradisional saat ini lebih luas digunakan daripada sistem kontemporer. Namun,
penggunaan sistem manajemen biaya kontemporer sedang mengalami peningkatan
terutama di organisasi yang menghadapi keragaman produk yang bertambah, produk
yang lebih kompleks, siklus hidup yang lebih pendek, persyaratan peningkatan mutu,
dan tekanan persaingan yang kuat.
4. Pengertian Activity Based Costing System Activity Based Costing (ABC) System
merupakan suatu sistem yang menyediakan data biaya produk dan informasi biaya
lainnya untuk manajemen dalam pembuatan keputusan. Dasar pikiran yang melandasi
sistem informasi biaya ini adalah "Biaya ada penyebabnya, dan penyebab biaya dapat
dikelola (cost is caused, and the coused of cost can be managed)." Jika manajer
berkeinginan untuk mengurangi biaya, ia harus melakukan pengelolaan terhadap
penyebab timbulnya biaya, yaitu aktivitas. Biaya hanya dapat dikurangi melalui
pengelolaan berbasis
aktivitas (Activity-Based Management). ABC System memberikan informasi bagi
manajemen yang digunakan sebagai dasar untuk mengarahkan menjadi cost-effective.
Pengertian ABC System menurut Mulyadi (2003: 96) adalah: "Sistem informasi biaya
yang berbasis aktivitas yang didesain untuk memotivasi personal dalam melakukan
pengurangan biaya dalam jangka panjang melalui pengelolaan aktivitas". Garrison,
Noreen (2000 :342) ABC System memiliki pengertian yaitu: "Suatu metode costing
yang dirancang untuk rnenyediakan informasi biaya bagi manajer untuk keputusan
strategik dan keputusan lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga
biaya tetap". Menurut Hasen and Mowen (2000: 321) ABC System memiliki pengertian
yaitu: "Sistem yang pertama kali menelusuri biaya pada kegiatan kemudian kepada
produk". ABC System membebankan biaya kegiatan-kegiatan berdasarkan besarnya
pemakaian sumber daya dan membebankan biaya kegiatankegiatan bersadarkan besarnya
pemakaian sumber daya dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti produk atau
pelanggan berdasar biaya pemakaian kegiatan. ABC System merupakan system akuntansi
yang memfokuskan pada aktivitas untuk memproduksi produk.
Gambar 2. Konsep Dasar ABC System Sumber. Mulyadi (2003) Berdasar konsep dasar
tersebut, maka biaya yang merupakan konsumsi sumber daya (seperti bahan baku,
sumber daya manusia,
tehnologi,
dan
modal)
dihubungkan
dengan
aktivitas
yang
dilakukan oleh perusahaan dalam pembuatan merupakan kunci utama, merancang dan
menerapkan ABC System. Rerangka proses penentuan Harga Pokok produksi dalam
Activity Based Costing System adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi
aktivitas-aktivitas yang ada, biaya dikaitkan dengan masing-masing aktivitas dan
aktivitas serta biaya yang berkaitan dibagi kedalam kumpulan yang sejenis
(homogen). 2. Activity-based process costing, yaitu pembebanan sumber daya
(employee resource dan expense resource) ke aktivitas. 3. Activity-based object
yaitu pembebanan activity cost ke cost object.
b. Manfaat ABC System Manfaat yang dihasilkan dengan penerapan ABC System dalam
penentuan Harga Pokok Produksi menurut Mulyadi (2003), adalah: 1. Terpenuhinya
kebutuhan manajemen dan karyawan tentang infoimasi biaya untuk memungkinkan mereka
melakukan aktivitas (activity management) yang digunakan untuk menghasilkan
keluaran yang mampu memuasi kebutuhan konsumen.
2. Menyediakan informasi biaya yang akurat untuk memungkinkan manajemen dan
karyawan menghasilkan produk atau jasa secara cost effective melalui pengelolaan
aktivitas. 3. Memperbaiki mutu pengarnbilan keputusan strategik dengan informasi
biaya produksi yang lebih cermat, sehingga mengurangi kesalahan dalam pengambilan
keputusan strategic. 4. Menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi
rencana pengurangan biaya dan menyediakan secara akurat dan multidimensi kos
produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan. 5. Memberikan kemudahan dalam
penentuan biaya relevan. Dengan informasi biaya yang relevan manajemen dapat
mengambil keputusan dengan aktivitas produksi. c. Keterbatasan ABC System Walaupun
ABC System dalam menentukan harga pokok produksi dengan mengendalikan aktivitas
sehingga memberikan informasi biaya yang akurat, namun sistem ini juga memiliki
kelemahan. Menurut Amin Tunggal (2000) keterbatasan-keterbatasan dalam penggunaan
ABC System adalah: 1) Hubungan antara sumber daya dan biaya lebih seperti fungsi
setapak demi setapak dari pada hubungan linier, sehingga hal ini harus
dipertimbangkan terlebih dahulu ketika keputusan diambil. 2) Dengan banyaknya
aktivitas yang ada maka tidak mungkin memantau semua aktivitas tersebut dan tidak
praktis bila memantau lebih sedikit. 3) Kondisi yang dapat mengarahkan manajemen
bergeser ke sistem ABC, kondisi tersebut yaitu: a. Biaya yang menurun untuk
pengumpulan dan pengolahan data b. Biaya kesalahan yang meningkat bagi perusahaan
c. Komposisi yang meningkat d. Struktur biaya yang berubah e. Bauran produk yang
berubah 4) Penggunaan yang optimal dari ABC System adalah untuk memperbaiki
kinerja biaya dan memperbaiki aktivitas. Jika aktivitas dikurangi maka biaya
dikeluarkan berkurang. 5) Aktivitas tidak bernilai tambah merupakan pemborosan dan
diidentifikasi oleh aktivitas yang tidak menambah nilai terhadap produk. 6) Suatu
sistem ABC yang biasanya lebih komplek dibanding sistem
Biaya Overhead Pembebanan Biaya
membebankan overhead kepada produk melalui penggunaan tarif secara menyeluruh atau
departemental.
Pembebanan Biaya Pembebanan Biaya Dep. Kelompok A Dep. Kelompok B Pembebanan Biaya
Biaya Overhead Produk Produk Kelompok pabrik secara menyeluruh
Pembebanan Biaya
Produk
Gambar 3: Pembebanan Overhead Pabrik Tarif Menyeluruh Sumber: Hansen and Mowen
(1999)
Gambar 4: Pembebanan Overhead Pabrik Tarif Departemental Sumber: Hansen and Mowen
(1999)
Untuk tarif menyeluruh tahap pertama, biaya overhead diakumulasikan dalam satu
kelompok besar pabrik secara menyeluruh.
Biaya overhead dibebankan kepada kelompok dengan menjumlahkan semua biaya overhead
yang diharapkan terjadi di pabrik selama setahun. Tarif pabrik menyeluruh dihitung
dengan menggunakan satu penggerak (driver) tingkat unit, yang biasanya jam tenaga
kerja langsung. Tahap kedua, biaya overhead dibebankan ke produk dengan mengalikan
tarif dengan total aktivitas aktual yang digunakan setiap produk. Untuk tarif
departemen, tahap pertama, biaya overhead pabrik menyeluruh departemen dibagi-bagi
produksi, dan dibebankan ke masing-masing biaya overhead
menciptakan
kelompok
memisahkan biaya tidak langsung menjadi biaya tetap dan biaya variabel, sesuai
dengan perubahan volurne produksi. 2) Terpengaruh pnnsip-prinsip pelaporan
eksternal Prinsip yang berpengaruh dalam hal ini adalah konservatisme,
prinsip ini merupakan ketidak konsisitenan dalarn penentuan harga pokok produksi
yang akurat karena: a) Ada syarat penggunaan data yang mudah diverifikasi. b)
Mendorong perlakuan biaya terhadap biaya-biaya penelitian dan pengembartgan serta
biaya pemasaran sebagai biaya produk. c. Penentuan Harga Pokok Produksi Berbasis
ABC System Dalam sistem penentuan harga pokok produksi yang berbasis aktivitas
merupakan prinsip-prinsip akuntansi untuk menghasilkan informasi harga pokok
produksi yang akurat. Supriyono (1999: 628) menjelaskan tentang sistem penentuan
harga Pokok produksi berbasis aktivitas sebagai berikut: 1) Akuntansi mengkonsumsi
sumber daya menyebabkan biaya Produk menyerap biaya-biaya yang diperlukan untuk
mendesain, merekayasa, memproduksi, menjual, rnengantarkan, dan melayani 2) Biaya-
biaya ditelusuri ke produk melalui aktivitas Aktivitas yang digunakan dalam
membuat produk ditelusuri berdasar pemakaiannya, sehingga dapat ditentukan besar
konsumsi produk atas aktivitas dan biaya produk juga dapat ditentukan 3) ABC
System berlawanan dengan penentuan harga pokok tradisional yang mengkonsumsi bahwa
produk menyebabkan biaya tidak langsung dengan mengkonsumsi pemicu biaya (misalkan
jam tenaga kerja langsung) yang digunakan untuk pendistribusian biayabiaya tidak
langsung ke produk 4) ABC System mampu membatasi distorsi pada biaya produk yang
timbul akibat penggunaan perataanperataan yang terlalu menyeluruh yang digunakan
untuk mendistribusikan biaya-biaya tidak langsung ke masing-masing produk. Tahap-
tahap penentuan harga pokok produksi berbasis ABC
System: a) Activity Based Process Costing. Pada proses ini biaya
berdasarkan cost driver yang dicatat dalam general ledger ke dalam golongan biaya
berbasis aktivitas. Pembebanan biaya ke aktivitas dengan menggunakan resource
driver tracing
memerlukan perhitungan resource costing rate. Menurut Mulyadi (2003: 55) Resource
costing rate dihitung dengan rumus: Total cost jenis biaya tertentu Resource
driver quantity yang bersangkutan
Resource driver kemudian digunakan untuk membebankan konsumsi resource kedalam
aktivitas yang mengkonsumsi resource yang bersangkutan. b) Activity Based Object
Costing Setelah biaya aktivitas disajikan, kemudian dilakukan proses pengolahan
data biaya melalui Activity Based Object Costing. Menurut Mulyadi (2003: 83) dalam
Activity Based
Object Costing memiliki tiga tahap penting yaitu: a. Pembebanan Cost Pool Activity
cost pool adalah akun yang digunakan untuk menggabungkan biaya dua atau lebih
aktivitas yang memiliki activity driver yang sama untuk dapat dibebankan secara
bersama-sama ke produk dengan menggunakan satu activity driver. b. Pembebanan
biaya antara aktivitas Karena suatu aktivitas menggunakan aktivitas lain dalam
menghasilkan keluarannya, biaya aktivitas tertentu perlu dibebankan kepada
aktivitas pemakai. Tahap pembebanan biaya antar aktivitas: 1. Pembebanan bagian-
bagian biaya yang direktur berada ke di
result-contributing result-producing
berdasarkan unit harus ada. Jika berbagai produk overhead dengan rasio yang kira-
kira sama, maka tidak ada masalah jika cost driver berdasar unit digunakan untuk
A. Tempat dan Waktu Penelitian Untuk melengkapi data dalam penyusunan Tugas Akhir
ini dilakukan penelitian pada PT MACANAN JAYA CEMERLANG, pada bulan Maret sampai
April 2006, data yang diambil mengenai data biaya produksi pada tahun 2005.
B. Data Yang Diperlukan 1. Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang berupa
huruf, gambar, diagram dan lain sebagainya (bukan angka) yang menjabarkan sesuatu
atau kata-kata. Dalam hal ini data yang diperlukan adalah data tentang sejarah
berdirinya PT MACANAN JAYA CEMERLANG dan perkembangan perusahaan, lokasi
perusahaan, struktur organisasi, daerah pemasaran, sistem produksi, dan lain
sebagainya. 2. Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-
angka atau data yang
dapat dihitung dengan satuan hitung. Data tersebut sebagai berikut: a. Jumlah
produksi untuk setiap jenis produk yang
diproduksi tahun 2005. b. Jumlah biaya produksi atau Laporan Harga Pokok Produksi
untuk tahun 2005. c. Jumlah karyawan, jumlah jam kerja, jumlah kwh (untuk
pemakaian tenaga listrik), luas area pabrik yang
A. Tempat dan Waktu Penelitian Untuk melengkapi data dalam penyusunan Tugas Akhir
ini dilakukan penelitian pada PT MACANAN JAYA CEMERLANG, pada bulan Maret sampai
April 2006, data yang diambil mengenai data biaya produksi pada tahun 2005.
B. Data Yang Diperlukan 3. Data Kualitatif Data kualitatif adalah data yang berupa
huruf, gambar, diagram dan lain sebagainya (bukan angka) yang menjabarkan sesuatu
atau kata-kata. Dalam hal ini data yang diperlukan adalah data tentang sejarah
berdirinya PT MACANAN JAYA CEMERLANG dan perkembangan
perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi, daerah pemasaran, sistem
produksi, dan lain sebagainya. 4. Data Kuantitatif Data kuantitatif adalah data
yang berupa angka-angka atau data yang dapat dihitung dengan satuan hitung. Data
tersebut sebagai berikut: d. Jumlah produksi untuk setiap jenis produk yang
diproduksi tahun 2005. e. Jumlah biaya produksi atau Laporan Harga Pokok Produksi
untuk tahun 2005. f. Jumlah karyawan, jumlah jam kerja, jumlah kwh (untuk
pemakaian tenaga listrik), luas area pabrik yang
D. Tehnik Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif kuantitatif yang dilakukan dengan cara: c.Menghitung harga
pokok produksi per unit untuk masing-masing jenis produk dengan sistem tradisional
yang dipakai perusahaan. d.Menghitung harga pokok produksi per unit untuk masing-
masing jenis produk berdasarkan Activity Bused Costing System dengan
langkahlangkah sebagai berikut: 1. Mengklasifikasikan biaya overhead pabrik
menurut aktivitasnya. 2. Menghubungkan aktivitas. 3. Menentukan cost driver yang
tepat untuk masingmasing aktivitasnya. 4. Menentukan cost pool yang homogen 5.
Menentukan tarif kelompok atau pool rule berdasarkan cost driver tersebut.
berbagai biaya dengan berbagai
6. Membebankan tarif kelompok tersebut berdasarkan cost driver yang digunakan
untuk menghitung biaya overhead yang dibebankan. 7. Menyusun perhitungan harga
pokok produksi menurut Activity Based Costing System untuk mengetahui apakah
sistem yang digunakan perusahaan tepat.
Cemerlang pada awalnya merupakan divisi percetakan dalam grup usaha CV Intan, yang
didirikan pada 20 Juli 1978 yang keberadaannya secara hukum disahkan oleh notaries
H. Subekti, SH dengan nomor akte 12/78. Badan usaha CV Intan diubah menjadi
Perseroan Terbatas pada
tanggal 8 November 1982 dengan nama PT Intan Pariwara Penerbit dan Percetakan
buku. Sejak berubah badan usaha dan nama PT Intan Pariwara mengalami perkembangan
yang sangat pesat. Untuk mengembangkan karyawan agar lebih profesional maka pada
tanggal 1 Februari 1992 PT Intan Pariwara dipecah menjadi Intan Grup, yang terdiri
dari: a. PT Intan Pariwara. b. PT Sinar Dahana Inti Boga. c. PT Salarajasa Bhakti
Satya. d. PT Karanganom Laksanto. e. PT Macanan Jaya Cemerlang. Bersama pecahnya
PT Intan Pariwara menjadi Intan Grup, maka PT Macanan Jaya Cemerlang resmi berdiri
yaitu pada tanggal 1 Februari 1992. Latar belakang perusahaan memilih nama
"Macanan Jaya Cemerlang" adalah: 1. Nama "Macanan" diambil dari nama dusun
perusahaan ini berdiri. 2. Kata "Jaya" dan "Cemerlang" dimaksudkan agar perusahaan
ini tetap jaya dan cemerlang sampai kapanpun. PT Macanan Jaya Cemerlang merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang penerbitan dan percetakan buku, akan tetapi
lebih berkonsentrasi pada bidang percetakan dibandingkan sebagai penerbit.
2. Lokasi Perusahaan Lokasi perusahaan merupakan tempat dimana perusahaan
melakukan aktivitas-aktivitasnya. PT Macanan Jaya Cemerlang
beralamat di Jl. Ki Hajar Dewantara, Klaten Utara, Jawa Tengah yang menempati area
usaha seluas 14.000 meter persegi. Pemilihan lokasi ini memiliki beberapa alasan
diataranya, tempatnya strategis berada tidak jauh dari jalan raya Yogyakarta-Solo
sehingga mudah dijangkau oleh mitra usaha maupun konsumen, mudah dicapai dan
mempermudah komunikasi dengan para mitra usahanya. PT Macanan Jaya Cemerlang
Percetakan dan Penerbitan memiliki visi yaitu: 1. Mendukung program dan berperan
serta atas
pemerintah
dalam
bidang
penerbitan dan pengadaan buku pelajaran bagi siswa sekolah. 2. Mendukung program
dan berperan serta atas
dibidang tersebut
ketenagakerjaan.
diwujudkan dengan membuka kesempatan kerja kepada penduduk sekitar perusahaan dan
generasi muda. 3. Mengadakan buku-buku yang bermutu
dan bermanfaat bagi masyarakat. 4. Memperoleh laba usaha demi
4. Manajer Administrai Keuangan Tugas dan tanggung jawab Manajer Administrasi dan
Keuangan, meliputi: a. Bertanggung jawab atas kebenaran laporan keuangan yaitu
Neraca dan Laba-Rugi. b. Bertanggung jawab atas kebenaran saldo kas perusahaan. c.
Membuat Laporan harian. d. Membuat analisa keuangan setiap bulan. e. Menerima dan
mengeluarkan uang sesuai permintaan. f. Membuat, merekap anggaran dan realisasi
bulanan tiap-tiap bagian. g. Membuat progam kerja harian. h. Membuat Laporan SPT
tahunan. i. Membuat laporan pajak sesuai dan mengatur yang
pembayarannya ditentukan.
tanggal
5. Manajer Departemen Logistik Tugas dan tanggung jawab Manajer Departemen
Logistik, meliputi: a. Bertanggung jawab atas penerimaan dan pengeluaran bahan
baku dan barang jadi yang dicatat dalam kartu gudang dalam bentuk unit dan rupiah.
b. Membuat laporan stok bahan baku maupun bahan jadi setiap bukunya. c.
Bertanggung jawab atas pemotongan rol menjadi sheet. d. Bertanggung jawab atas
kesalahan dan kerusakan pembelian barang. e. Bertanggung jawab atas pembelian
sesuai perintah beli dan daftar urutan anggaran tiap bagian.
6. Manajer Departemen Teknik Tugas dan tanggung jawab manajer departemen teknik,
meliputi: a. Bertanggung jawab atas kelancaran mesin-mesin produksi dan mobilitas
perusahaan. b. Bertanggung jawab atas perbaikan dan perawatan baik mesin maupun
inventaris perusahaan.
c. Bertanggung jawab atas aliran listrik perusahaan. d. Membuat laporan pembagian
iistrik dan
pembuatan film atau photo, plate naskah isi, cover serta pengarsipan. c.
Menyelenggaraan persiapan bahan. d. Bertanggung jawab penjualan buku yang telah
selesai dicetak dan pemotongan buku setelah jilid. e. Bertanggung jawab atas
penentuan penggunaan mesin untuk menyelesaikan order dan bertanggung jawab atas
pemeriksaan penyelesaian order. f. Bertanggung jawab atas pengepakan buku yang
sudah disortir dan menyimpannya di gudang.
8. Manajer Departemen Umum dan Personalia Tugas dan tanggung jawab Manajer
Departemen Umum dan Personalia,
meliputi: a. Mengawasi perusahaan. b. Bertanggung jawab dan mengatur atas
kendaraan perusahaan seperti perawatan kendaraan dan jadwal perjalanan. c.
Menyelenggaraan perusahaan, d. Membuat perencanaan karyawan yang dibutuhkan dalam
melaksanakan operasi perusahaan. e. Merekrut karyawan baru dan mengawasi
kinerjanya serta mempromosikannya. f. Menciptakan suasana lingkungan kerja yang
keamanan di lingkungan penyelenggaraan pekerjaan rumah
nyaman sehingga para karyawan lebih kreatif dan inovatif. g. Menciptakan hubungan
kerja yang harmonis. h. Bertanggung jawab atas pemberhentian kerja, pensiun dan
pindah kerja karyawan serta
memperhatikan masalah mutu atau kualitas produk, hal ini disebabkan karena mutu
produk sangat mendukung posisi produk dalam pasar sasaran. Seperti pada umumnya
perusahaan percetakan, PT Macanan Jaya Cemerlang menerapkan sistem pesanan dalam
berproduksi. a. Hasil Produksi
Sampai saat ini buku-buku yang diterbitkan dan dipasarkan oleh PT Macanan Jaya
Cemerlang sudah begitu banyak. Bukubuku yang paling banyak diproduksi adalah buku-
buku sekolah yang meliputi hampir seluruh bidang studi yang diajarkan di sekolah
antara lain: Ilmu Pengetahuan Sosial, llmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Pancasila,
Bahasa, Keterampilan, Olah Raga, Kesenian dan buku-buku cerita remaja. Selain itu
PT Macanan Jaya Cemerlang juga memproduksi brosur, leaflet, catalog, novel,
literatur dan lain-lain. b. Peralatan Produksi
Peralatan yang digunakan dalam proses produksi meliputi: 1) Image Cater, alat yang
digunakan untuk merubah CD menjadi film. 2) Plate Maker, alat yang digunakan untuk
memindahkan obyek
dalam film ke dalam plate dengan menggunakan camera foto printing. 3) Developer,
yaitu alat untuk melihat obyek plate yang akan dicetak. 4) Mesin Cetak Sheet Satu
Warna, mesin yang digunakan untuk mencetak naskah yang sudah jadi dengan satu
warna. 5) Mesin Cetak Sheet Empat Warna, yaitu mesin yang digunakan untuk
rnencetak cover atau naskah yang lebih dari satu warna. 6) Mesin Shrink, mesin
yang digunakan untuk mengeringkan tinta. 7) Mesin Susun, mesin yang digunakan
untuk menyusun hasil cetakan. 8) Mesin Lipat, mesin yang digunakan untuk melipat
hasil cetakan sesuai dengan ukuran. 9) Mesin Ultraviolet Varnish, mesin yang
digunakan untuk melapisi cover agar bercahaya dan anti air. 10) Mesin Jahit
Benang, Mesin Jahit Kawat, Mesin Lem, yaitu alat untulc menjilid buku sebagai
hasil cetakan yang sudah selesai. 11) Mesin Potong, alat yang digunakan untuk
memotong hasil cetakan yang sudah berbentuk buku agar menjadi lebih rapi. c. Bahan
Baku dan Bahan Pembantu Bahan Baku
1) Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah: a) Kertas Sebagai bahan
yang dicetak dan merupakan bahan pokok dalam proses produksi perusahaan kertas-
kertas tersebut di pasok dari Leces, Tjiwi Kimia, Suparma, Surya Pemenang. b)
Tinta Sebagai bahan untuk melukis dan menggambar pada proses percetakan. Pemasok
warna adalah Cemantika dan Warna Harapan. 2) Bahan Pembantu Bahan pembantu terdiri
atas: a) Plate, merupakan alat yang dimasukan ke dalam mesin cetakan yang nantinya
berfungsi untuk menimbulkan tulisan dan gambar. b) Com, sebagai penyapus film bila
ada yang rusak atau cacat atau sebagai penghapus garis-garis pada film, karena
hasil dari penyusunan naskah yang diguntinggunting. c) Air, sebagai bahan untuk
mencuci rol dan campuran mesin cetak. d) Cemikel, sebagai bahan baku untuk
membersihkan plate. e) Benang sebagai bahan untuk menjahit buku-buku yang
sudah jadi. f) Streples, sebagai bahan untuk menyatukan atau menjilid buku. g)
Kawat, sebagai untuk menyatukan buku atau menjilid buku yang tebal. h) Lem,
sebagai bahan untuk menyatukan buku yang tipis. i) Kardus, sebagai tempat untuk
mengepak buku yang akan dikirimkan ke pemesan. j) Raffia, untuk mengikat buku-buku
yang akan dikirim ke pemesan yang jumlahnya sedikit. k) Plastik, untuk membungkus
buku-buku yang siap dikirim ke pemesan supaya tidak kotor dan terkena air. d.
Proses Produksi
Proses produksi yang terjadi pada PT Macanan Jaya Cemerlang ada beberapa tahapan.
Tahapan-tahapan tersebut digambarkan sebagai berikut:
Bagian Editorial Bagian Plate Bagian Percetakan Calendaring Cover
PRA CETAK
CETAK
PENYELESAIAN
Produk Jadi
Gambar 5: Proses Produksi PT Macanan Jaya Cemerlang Sumber: PT. Macanan Jaya
Cemerlang Keterangan: a. Bagian Editorial Setelah naskah diterima dari para
pengarang atau penerbit kemudian dilakukan pemeriksaan naskah isi dan cover yang
sudah dicetak kemudian difilm atau diphoto dengan menggunakan image cete. b.
Bagian Plate Setelah diphoto dan difilm di bagian editorial, isi dan cover
kemudian diplate maker, plate isi dan plate cover naskah diserahkan pada bagian
percetakan. c. Bagian Percetakan Pada bagian ini plate isi dan cover naskah yang
dapat dilihat dengan menggunakan mesin wet, dicetak baik itu
menggunakan mesin cetak sheet satu warna maupun mesin sheet empat warna.
Selanjutnya dilakukan calendaring yaitu proses khusus untuk bagian sampul dengan
memberikan lapisan berupa cairan pada seluruh muka sampul dengan
menggunakan mesin ultraviolet varnish. Hasil cetakan baik itu isi maupun sampul
dikeringkan dengan rnenggunakan mesin shrink kemudian dikirim ke bagian
penjilidan. d. Bagian Penjilidan Setelah produk selesai dicetak, hasil cetakan ini
disusun menggunakan mesin susun dan dilakukan penjilidan. Adapun penjilidan
dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) Untuk jenis buku tipis disteples 2) Untuk
jenis buku tebal dijahit dengan kawat, benang atau menggunakan lem yang dilakukan
dengan menggunakan mesin. Buku-buku yang selesai dijilid kemudian dipotong dengan
menggunakan mesin potong agar menjadi rapi dan dipack dengan mesan laminasi.
Setelah selesai proses finishing maka buku-buku tersebut dikirim ke gudang untuk
disimpan sampai akhirnya diserahkan ke penebit yang memesan.
5. Hasil Produksi dan Biaya Produk PT Macanan Cemerlang Untuk dapat bertahan dalam
pasar, produk yang dihasilkan haruslah memiliki karakteristik dan mutu yang baik.
PT Macanan Jaya Cemerlang dalam tiap melakukan proses produksi selalu
2) Pemakaian Biaya Tenaga Kerja Langsung Tabel 3. Pemakaian Biaya Tenaga Kerja
Langsung (dalam rupiah) Departemen TK & SD SMP Jenis Produk SMU Umum Promosi
Selain data di atas, data lain yang digunakan untuk mendukung penerapan ABC
System, antara lain: a) Data jumlah karyawan. b) Data pemakaian listrik (Kwh). c)
Data jumlah jam inspeksi.
d) Data luas area pabrik. e) Data jumlah desain atau jenis produk. f) Data jumlah
pemakaian spare part. g) Data jumlah jam mesin beroperasi. Data tersebut memiliki
jumlah kuantitas sebagai berikut: Tabel 5. Data Kuantitas Pemicu Biaya Keterangan
TK & SD SMP SMU Umum Promos Jumlah Karyawan 42 48 68 31 30 Jumlah Kwh 5.600 5.600
5.600 5.600 5.600 Jumlah Jam inspeksi 19.640 21.060 22.640 17.660 17.200 Luas Area
Pabrik 2.800 3.050 3.100 2.600 2.450 Jumlah Desain 630 830 730 530 430 Produk
Jumlah Pemakaian 1.960 2.115 2.150 1.840 1.735 Spare Part Jumlah Mesin 50 51 52 48
48 Beroperasi Sumber. PT Macanan Jaya Cemerlang Jumlah 219 28.000 98.200 14.000
3.150 9.800 250
6. Penentuan
Harga
Pokok
Produksi
Dengan Sistem Tradisional PT Macanan Jaya Cemerlang dalam menentukan Harga Pokok
Produksi menggunakan sistem konvensional atau tradisional, dimana pembebanan biaya
overhead pabrik menggunakan tarif tunggal
berdasarkan jumlah unit produksi, yaitu total biaya overhead pabrik dibagi dengan
jumlah unit produksi. Perhitungan tarif overhead dengan tarif tunggal adalah
sebagai berikut: Tarif overhead pabrik = Total BOP Jumlah Produksi
= Rp 22.419.747. 190 = Rp 1.074,10 20.873.145 unit
Tabel 6 Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Tradisional dalam Rupiah Jenis Produksi
TK & SD SMP SMU Umum Promosi Tarif BOP 1.074,10 1.074,10 1,074,10 1,074,10
1.074,10 Jumlah Produksi (Unit) 4.070.263 5.635.749 7.305.601 2.348.229 1.513.303
20.873.145 Pembebanan 4.371.869.488 6.053..358.001 7.846.946.034 2.522.223.102
1.625.438.752 22.419.835.380
Berdasarkan tarif BOP yang telah ada, maka harga pokok produksi untuk masing-
masing produk dengan sistem konvensional adalah sebagai berikut: Tabel 7
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Sistem Konvensional dalam Rupiah
Keterangan TK & SD SMP SMU 28.798.679.150 733.530.000 7.486.948.034 37.379.155.184
7.305.601 Umum 12.774.271.850 235.777.500 2.522.223.102 15.532.227.450 2.348.229
Promosi 4.354.771.55 0 151.945.500 1.625.438.75 2 6.132.155.80 2 1.513.303
4.052,17
5.116,51
6.614,46
Sumber: PT Macanan Jaya Cemerlang Hasil perhitungan biaya overhead pabrik dengan
tarif tunggal di
atas rnengasumsikan bahwa semua produk memperoleh manfaat yang sama, hal ini
dikarenakan hanya menggunakan satu dasar alokasi yaitu jumlah produksi maka
masing-masing produk dibebani biaya overhead pabrik yang sama. Ketidaktepatan
pembebanan biaya akan berpengaruh pada
perhitungan harga pokok produksi yang dapat menimbulkan terjadinya overcosted atau
undercosted. Dengan demikian pemakaian unit produksi sebagai satu-satunya dasar
pembebanan biaya overhead pabrik adalah tidak relevan dan akan menghasilkan
informasi biaya produksi atau harga pokok produksi yang tidak akurat.
B. Analisis Data 1. Komponen Biaya Overhead Pabrik. Adapun komponen biaya overhead
pabrik dalam perhitungan harga pokok produksi dengan ABC System yang dihubungkan
dengan aktivitas yang mengkonsumsinya, yaitu: a. Biaya Bahan Penolong. Bahan
penolong yang digunakan dalam proses produksi antara lain: 1) Plate 2) Com 3)
Kemikel 4) Benang 5) Streples
6) Kawat 7) Lem 8) Box (Kardus) 9) Rafia 10) Plastik Biaya-biaya bahan penolong
tersebut di atas penggunaannya seiring dengan banyaknya jumlah unit yang
diproduksi. Dasar pembebanan yang tepat adalah jumlah unit yang diproduksi. b.
Biaya Tenaga Kerja Langsung. Biaya ini digunakan untuk menggaji tenaga kerja tak
langsung, seperti: pengawas yang hanya mengawasi kegiatan produksi dan memberikan
petunjuk pelaksanaan proses produksi. Gaji dan upah tak langsung dikonsumsi oleh
jumlah waktu yang diperlakukan untuk melaksanakan inspeksi. c. Biaya Penyusutan
Peralatan. Peralatan yang digunakan untuk membantu proses produksi akan mengalami
penyusutan dalam jangka waktu tertentu. Dasar
pembebanannya adalah jumlah unit produksi. d. Biaya Penyusutan Mesin. Mesin yang
digunakan dalam proses produksi akan mengalami penyusutan dalam jangka waktu
tertentu. Dasar pembebannya adalah jumlah unit produksi. e. Biaya Penyusutan
Gedung.
Gedung yang digunakan akan mengalami penyusutan setelah digunakan dalam jangka
waktu tertentu. Besarnya biaya didasarkan pada luasnya bangunan pabrik. f. Biaya
Pemeliharaan Gedung. Biaya pemeliharaan gedung dikeluarkan untuk menerima gedung
pabrik tempat beropeasi. Besarnya biaya pemeliharaan gedung ini didasarkan pada
luas area pabrik yang dikonsumsi pabrik. g. Biaya Spare Part Biaya spare part
dikeluarkan bila mesin dan peralatan yang rusak dan terdapat spare part yang perlu
diganti. Besarnya biaya spare part ini didasarkan pada jumlah spare part yang
digunakan. h. Biaya Pemeliharaan Mesin. Biaya pemeliharaan mesin dikeluarkan untuk
memelihara mesin-mesin produksi. Biaya pemeliharaan mesin ini didasarkan pada
jumlah jam inspeksi. i. Biaya Asuransi Gedung Biaya asuransi ini sesuai dengan
luas area pabrik yang digunakan untuk beroperasi. j. Biaya Asuransi Mesin. Biaya
asuransi ini sesuai dengan jumlah mesin-mesin yang
dioperasikan dalam proses produksi. k. Biaya Listrik, Air, dan Telepon. Biaya
listrik dan air dikonsumsi dengan jumlah unit yang diproduksi,
kerena
mesin-mesin
yang
digunakan
untuk
proses
produksi
kesemuanya mengunakan listrik. Dasar pembenanan biaya listrik, air dan telepon
adalah jumlah Kwh. l. Biaya Kesehatan Biaya kesehatan ini didasarkan pada jumlah
karyawan. m. Biaya Jamsostek Biaya Jamsostek karyawan berdasarkan dengan jumlah
karyawan.
2. Penentuan Harga Pokok Produksi dengan ABC System Akuntansi biaya tradisional
dalam mengalokasikan biaya overhead berdasarkan unit produksi, sedangkan ABC
System biaya overhead dialokasikan berdasarkan aktivitas. Dalam menerapkan sistem
ABC ada 2 tahap yang harus dilakukan: a. Menelusuri biaya dari sumber daya ke
aktivitas yang
dikendalikan oleh dua cost driver yaitu jumlah unit produksi dan jumlah Kwh.
Aktivitas yang dikelompokkan dalam batch level dikendalikan oleh satu cost driver
yaitu jam inspeksi. Aktivitas yang dikelompokkan dalam level fasilitas
dikendalikan oleh empat cost driver yaitu jumlah pemakaian, jumlah mesin
beroperasi, jumlah karyawan dan luas area pabrik yang digunakan. Sedangkan
aktivitas yang dikelompokkan dalaln level produk dikendalikan satu cost driver
yaitu jumlah desain. 4) Menentukan tarif kelompok (pol rate) untuk masing-masing
cost pool. Pool rate dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk kelompok
aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok tersebut.
Perhitungan tarif kelompok (pool rate) adalah sebagai berikut:
Tabel 8 Cost Pool Homogen, aktivitas Overhead, Cost Driver dan Level Cost Pool
Cost Pool Homogen Pool 1 Komponen BOP Biaya Bahan Penolong Biaya Pemakaian Com
Biaya Pemakaian Kemikel Biaya Pemakaian Benang Biaya Pemakaian Streples Biaya
Pemakaian Kawat Biaya Pemakaian Lem Biaya Pemakaian kardus (box) Biaya Pemakaian
Rafia Biaya Pemakain Plastik Biaya Penyusutan Peralatan Biaya Penyusutan Mesin
Biaya Penyusutan Gedung Biaya Pemeliharaan Gedung Biaya Asuransi Gedung Biaya
Tenaga Kerja Tidak Langsung Biaya Pemeliharaan Mesin Biaya Spare Part Biaya
Asuransi Mesin Biaya Listrik, Air dan Telepon Biaya Kesehatan Biaya Jamsostek
Biaya Pemakaian Plate Cost Driver Level Activy
Jumlah Produksi
Unit
Pool 1 Pool 2
Unit Fasilitas
Jam Inspeksi Jumlah Pemakaian Jumlah Mesin Beroperasi Jumlah Kwh Jumlah Karyawan
Jumlah Desain
Pool 6 __
Pool 4
Jumlah Biaya Luas Area Pabrik Pool rate Biaya Spare Part Jumlah pemakaian Pool
rate Biaya Asuransi Mesin Jumlah Mesin Beroperasi Pool rate
Pool 5
Biaya Kesehatan Bia a Jamsostek Jumlah Biaya Jumlah Ka awan Pool rate Sumber: PT
Macanan Jaya Cemerlang Tabel 12 Pool rate - Product Related Activity Keterangan
Biaya Pemakaian Plate Jumlah Desain Pool rate Sumber: PT Macanan Jaya Cemerlang
Pool 8 b. Menentukan biaya-biaya ke produk. Cost Pool
Pool 7
Dalam prosedur ke dua ini adalah melakukan pembebanan biaya overhead pabrik pada
masing-masing produk, menurut RA. Supriyono (1999: 272) yang dirumuskan sebagai
berikut: BOP di bebankan = Tarif Kelompok x Unit Cost Driver yang digunakan Proses
dan hasil pembebanan biaya overhead pabrik pada masing-masing produk adalah
sebagai berikut:
Tabel 13. Proses Pembebanan Biaya Overhead Pabrik dengan ABC System (dalam rupiah)
Proses selanjutnya adalah perhitungan harga pokok produksi menurut ABC System
dengan cara menjumlahkan elemen-elemen harga pokok produksi yaitu, biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang pembebanannya
dihitung berdasarkan konsumsi aktivitas masing-masing produksi. Perhitungan
tersebut ditampilkan pada table 14, sebagai berikut: Tabel 14 Perhitungan Harga
Pokok Produksi Dengan ABC System (dalam Rupiah)
Elemen HPP Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung BOP Harga Pokok Produk
Jumlah Produksi
Hasil perhitungan dengan ABC System di atas menunjukkan harga pokok produksi bahwa
pembebanan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung sama dengan pembebanan
sistem tradisional. Tetapi pembebanan biaya overhead pabrik untuk masing-masing
produk tidak sama besarnya dengan pembebanan pada sistem tradisional, karena pada
ABC System BOP dibebankan aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk.
Pembebanan BOP untuk Buku TK dan SD, Buku Umum, dan Buku Promosi menurut ABC
System adalah sebesar Rp 4.142,49, Rp 6.859,26, dan Rp 4.521,48, sedangkan menurut
sistem tradisional sebesar Rp 4.130,96, Rp 6.614,46, dan Rp 4.052,17. Sehingga
terlihat bahwa pembebanan dengan ABC System lebih besar dari pada sistem
tradisional. Ketidak tepatan pembebanan biaya overhead pabrik pada sistem
tradisional menyebabkan terjadinya overcosted dan undercosled yaitu produk yang
satu akan memberikan subsidi pada produk lain. Akibatnya adalah kemungkinan produk
yang satu dijual dengan harga yang rendah dan produk yang lain dijual dengan harga
yang tinggi.
Dari hasil perhitungan harga pokok produksi antara sistem tradisional dengan ABC
System membebankan biaya overhead pabrik relatif lebih kecil untuk produk volume
tinggi dan cenderung membebankan relatif lebih besar terhadap produk dengan volume
lebih rendah. Berdasarkan teori penetapan harga pokok produksi dengan
menggunakan ABC System akan menghasilkan informasi biaya yang lebih teliti,
sehingga harga pokok produksi yang ditetapkan lebih rendah bila dibandingkan
dengan menggunakan sistem tradisional. Tetapi pada PT Macanan Jaya Cemerlang harga
pokok produksi bervariasi, HPP buku SMP dan SMU lebih tinggi sedangkan buku TK dan
SD, buku Umum dan Promosi lebih rendah. Hal ini terjadi karena pada PT Macanan
Jaya Cemerlang tidak semua syarat untuk menerapkan ABC System dapat dipenuhi.
Biaya overhead
pabrik yang ada pada perusahaan lebih kecil bila dibandingkan dengan biaya bahan
baku.
Sedangkan untuk Buku SMP dan SMU perusahaan menatapkan harga pokok produksi per
unit lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 4.722,31 dan Rp. 5.116,51 dibandingkan dengan
ABC System yaitu sebesar Rp. 4.692,79 dan Rp. 6.859,26 sehingga terdapat
overcosted sebesar Rp. 29,52 dan Rp. 159,55.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas maka ada beberapa saran yang dapat
disampaikan, yaitu: 1. PT. Macanan Jaya Cemerlang dalam menentukan Harga Pokok
Produksi sebaiknya lebih teliti karena harga pokok akan mempengaruhi posisi produk
di pasar. Harga pokok produk dapat ditekan biayanya dengan jalan mengalikan
aktivitas yang di konsumsi ABC System adalah model penentuan harga pokok produk
dengan pengendalian aktivitas. 2. Biaya berbasis non unit PT Macanan Jaya
Cemerlang jumlahnya relatif kecil, maka perusahaan masih dapat menggunakan sistem
konvensional, tetapi jika jenis produk yang diproduksi semakin bervariasi PT
Macanan
Jaya Cemerlang dapat mengadopsi ABC System, tetapi harus benar-benar dapat
membantu fihak manajemen dalam mengambil keputusan atau tidak, karena penetapan
ABC System membutuhkan biaya yang cukup besar.
DAFTAR PUSTAKA
AL. Haryono Yusup, (2001). Dasar-Dasar Akuntansi. Edisi Enam. Yogyakarta. STIE
YKPN. Garriso Norren, (2000). Akuntansi Manajerial. Buku I. Jakarta. Salemba Empat
Hansen and Mowen, (2000), Akuntansi Biaya: Akuntansi dan Pengendalian Buku I.
Jakarta. Salemba Empat. Mulyadi, (2001). Akuntansi Biaya. Edisi Delapan.
Yogyakarta. STIE YKPN Mulyadi, (2003). Activity Based Costing System. Edisi
Delapan. Yogyakarta. UPP AMP YKPN Supriyono, (1999). Manajemen Biaya. Edisi Biaya.
Yogyakarta. BPFE