You are on page 1of 10

KHUTBAH 'IDUL FITHRI 1430 H/ 2009 M

DI MASJID AT-TAKHOBAR TELKOM DIVRE V


JAWA TIMUR

Oleh : DR. K. H. Ahmad Imam Mawardi, MA

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd


'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah

Sudah sempurna puasa kita dengan hadirnya bulan Syawal yang


telah menutup bulan mulia Ramadlan. Takbir membesarkan asma
Allah berkumandang di seluruh penjuru mengesankan gempitanya
kemenangan kaum muslimin yang telah berupaya mengalahkan
hawa nafsu dan membersihkan hati nurani, menguburkan takabbur
dan menyuburkan tasyakkur, serta menghentikan laknat dan
menebarkan rahmat. Satu bulan kita melatih diri, satu bulan kita
menempa diri, satu bulan kita sekolah ruhani, satu bulan kita belajar
peka atas perintah dan kewajiban yang telah dititahperintahkan
oleh Allah, Dzat yang Maha Kuasa, Maha Pengampun, dan Maha
Kasih dan Sayang. Tersisa harapan, semoga apa yang kita lakukan
diterima oleh-Nya, walau kita sadar masih banyak kesalahan dan
kelalaian yang kita lakukan dalam bulan Ramadlan yang mulia ini.
Semoga Allah mengampuni.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd


'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah

Hari ini bercampur perasaan kita, antara senang dan sedih. Senang
karena telah melampaui berbagai ujian dan selesai atas izin Allah
menunaikan ibadah puasa. Sementara itu, kita bersedih
meninggalkan Ramadlan yang mulia yang telah menjadi media
efektif mengembalikan kita kepada fithrah (kesucian) sebagai
hamba yang beriman dan bertaqwa.
 Sebelas bulan sebelum Ramadlan banyak di antara kita yang
melupakan Allah karena terlalu disibukkan oleh berbagai
masalah dunia.
 Sebelas bulan sebelum Ramadlan banyak di antara kita yang
tidak pernah punya waktu untuk sekedar menyebut asma
Allah, Tuhan yang tidak pernah lupa memberikan rizki pada
setiap hamba-Nya.
 Sebelas bulan sebelum Ramadlan banyak di antara kita yang
lupa dan tidak sempat mengunjungi masjid, rumah Allah,
sementara rajin mengunjungi tempat-tempat yang melalaikan
kita pada Allah.
 Sebelas bulan sebelum Ramadlan banyak di antara kita yang
lupa membersihkan hati dengan al-Qur'an, sementara rajin
membersihkan dan merawat tubuh dengan berbagai cara.

1
 Sebelas bulan sebelum Ramadlan banyak di antara kita yang
lupa pada saudara dan tetangga yang miskin papa dan
kelaparan, sementara kita kenyang dan berlebihan
Bulan Ramadlan yang baru saja kita tinggalkan telah mengubah
semuanya, kita kembali menjadi manusia baru yang suci, kembali
pada fitrah, yakni manusia yang memiliki kesadaran sebagai hamba
yang bertuhankan Allah dan kesadaran sebagai makhluk yang saling
membutuhkan dengan makhluk yang lain. Hari ini kita bersama
berikrar menjadi manusia yang peduli pada agama dan peduli pada
kemanusiaan yang daslam bahasa al-Qur'an disebut dengan istilah
hablun min Allah, wa hambun min al-Nas.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd


'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah
Ramadlan boleh berlalu, tetapi nilai-nilai yang telah ditanamkannya
harus tetap kita pertahankan, karena kita tidak tahu apakah kita
masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk bertemu dengan
Ramadlan yang akan datang. Nilai kebersamaan dan kasih sayang
seperti yang tercermin dalam berbuka dan sahur bersama, nilai
kebersamaan dalam perjuangan yang diperoleh dari tarawih
bersama, nilai-nilai Qur'ani yang tertancap dalam melalui tadarrus
bersama, dan nilai-nilai ketaqwaan lainnya harus tetap menjadi
landasan hidup kita sehari-hari kita. Allah berfirman dalam surat al-
Nahl ayat 92:

            
       
             
   
       
  
Artinya: "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang
menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat,
menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah
(perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan
adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari
golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji
kamu dengan hal itu dan sesungguhnya di hari kiamat akan
dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu
perselisihkan itu."

Selama Ramadlan, kita telah menenun kain bernama kain


ketakwaan yang dianyam dari benang-benang kesabaran, ibadah,
keiimanan, syukur, kasih sayang dan lain sebagainya. Maka
janganlah sampai kain yang baru selesai kita tenun, kita cerai
beraikan kembali hanya karena memenuhi keingin dan hawa nafsu.
Tantangan hidup memang berat, rintangan akan terus menghadang,
sebagaimana cobaan akan selalu datang. Tapi dengan tetap

2
berupaya seraya berlindung dan memohon pertolongan kepada
Allah dengan segala kemampuan menjalankan perintah-perintah-
Nya, yakinlah kita akan selalu dalam bimbingan-Nya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd


'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah
Sungguh tidak ada yang lebih bahagia dibandingkan dengan orang
yang beriman kepada Allah. Sungguh tidak ada orang yang lebih
tenang dibandingkan dengan orang yang telah membersihkan
batinnya dari segala sifat-sifat kotor. Sungguh tidak ada yang lebih
senang dibandingkan dengan orang yang mampu membahagiakan
orang lain. Allah menyatakan hal ini adalam banyak firmannya, dan
Rasulullah menjadi contoh teladan yang telah menjadi bukti bagi
seluruh alam.

Sungguh tidak ada kemusyrikan, kemunafikan dan kekafiran yang


mengantarkan pada kebahagiaan hakiki. Sungguh tidak ada maksiat
dan pengingkaran yang akan mengantarkan pada ketenangan
hidup. Sungguh tidak ada kejahatan dan perbuatan menyakiti orang
lain yang mengantarkan pada hidup senang hakiki. Allah telah
banyak menyatakan dalam banyak ayatnya, dan musuh-musuh
Allah telah menjadi bukti sejarah yang tidak mungkin dipungkiri dan
terlupakan. Di manakah Fir'aun yang katanya dulu gagah perkasa,
mulia dan mengaku menjadi Tuhan, di manakah sekarang Namrudz
yang dengan bengisnya telah membakar kekasih Allah Ibrahim As.,
di manakah sekarang Abrahah sang gubernur Yaman yang gagah
berani mau merobohkan Ka'bah, di manakah sekarang kaum Ad
yang arogan menganggap dirinya paling hebat sehingga melupakan
Allah, di manakah sekarang Qarun yang katanya kaya raya tapi
bakhil itu, di manakah sekarang Abu Jahal yang mata hatinya
tertutup rapat oleh ambisi dan kesombongannya sehingga tidak
mau mengakui kenabian Nabi Muhammad. Adakah yang masih
mulia? Jawabannya tidak ada. Allah menantang:

         
         
Artinya: "Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah
Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul)."

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd


'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah
Karena itulah, mari kita berlindung kepada Allah, janganlah kita
menjadi Fir'aun modern yang tidak mau menyembah Allah tapi
justru ingin disembah karena telah memiliki harta dan kekuasaan.
Janganlah menjadi Namrudz modern yang mau memusuhi dan
membunuh orang-orang yang dengan tulus mengajak pada
kebenaran tauhid. Janganlah menjadi Abrahah modern yang mau

3
merobohkan syi'ar agama Allah. Janganlah menjadi Qarun modern
yang kaya tapi tidak peduli pada fakir miskin, anak yatim dan orang
lain yang membutuhkannya. Janganlah menjadi Abu Jahal modern
yang tetap buta hati sementara kajian, pengajian dan pelatihan
keagamaan gencar diadakan. Dan janganlah menjadi bangsa 'Ad
modern yang sombong tidak mau mengikuti firman Allah hanya
karena memiliki kemampuan diri yang luar biasa. Kita harus
menyatakan:

‫سبحان ال و الحمد ل و ل اله ال ال و ال اكبر و ل حول و ل قوة ال بال العلى العظيم‬

Artinya: "Maha suci Allah, segala puji adalah bagi-Nya, tiada Tuhan
selain Allah, Allah Maha Agung, dan tiada kemampuan serta
kekuatan kecuali dengan Allah yang Maha Tinggi dan Maha
Agung."

Alahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd


'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah
Hari ini mari kita berikrar untuk menjaga kefitrahan kira,
memelihara nilai-nilai takwa yang telah kita terima pada bulan
Ramadlan. Kita bersihkan diri dari dosa (akhlak tercela), kita isi hati
dengan kebaikan-kebaikan.(akhlak terpuji). Marilah kita satukan
kesalehan ritual kita dengan kesalehan sosial kita, kesalehan batin
dengan kesalehan lahir kita, sehingga kita bisa mewujudkan segala
manfaat untuk diri kita dan orang lain. Dalam sebuah hadits shahih
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dinyatakan bahwa suatu hari
ada dialog antara Rasulullah dengan para sahabatnya,

Rasulullah bersabda: "Siapakah di antara kalian yang berpuasa hari


ini?"
Abu Bakar menjawab: "Saya"
Rasulullah bertanya lagi: " Siapakah di antara kalian yang hari ini
mengantarkan jenazah?"
Abu Bakar menjawab: "Saya"
Rasulullah bertanya lagi: "Siapakan di antara kalian yang hari ini
memberikan makan orang muskin?"
Abu Bakar menjawab: "Saya"
Rasulullah bertanya lagi: "Siapakah di antara kalian yang hari ini
menjenguk orang sakit?"
Abu Bakar menjawab: "Saya"
Kemudian Rasulullah bersabda: ‫( ما اجتمعن فى امرىء ال دخل الجنة‬Tidaklah
berkumpul sifat-sifat tersebut pada seseorang kecuali ia masuk
syurga). Al-Anqarawi ketika menafsirkan hadits ini menyatakan
bahwa yang dimaksud masuk syurga adalah masuk syurga tanpa
adanya hisab.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd


'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah

4
Apa makna hadits di atas? Ia bermakna bahwa puasa kita harus
disertai dengan perilaku yang positif, yang bermanfaat dan bernilai
sosial sehingga mampu menjadi penghantar kita menuju ridla Allah
Swt. Karena itu, melalui mimbar mulia ini, saya mengajak kepada
diri sendiri dan kepada saudaraku semuanya, marilah kita
senantiasa bertakwa kepada Allah dan berupaya semaksimal
mungkin mengeliminasi segala sifat-sifat negatif yang ada dalam
diri kita. Kita kosongkan hati dari arogansi, iri hati, dengki dendam
dan sombong (AIDS) yang telah terbukti dalam sejarah menjadi
sebab runtuhnya kemuliaan dan munculnya derita serta kehinaan.
Bersihkan hari, sucikan nurani, sehingga datanglah bahagia
menghuni hati yang tentran dan damai. Hari ini mari kita berikrar
untuk menjadi hamba Allah yang memiliki kebersihan hati dan
kemuliaan akhlak. Mari kita renungkan hadits Nabi ketika suatu
waktu beliau ditanya oleh sahabatnya tentang akhlak yang utama
atau akhlak yang mulia. Beliau menjawab: ‫ان تعطى من حرمك و تصل من‬
‫ قطعك و تعفو عمن ظلمك‬yang berarti: (1) kesediaanmu untuk memberi
atau berderma kepada orang yang tidak pernah berderma
kepadamu, (2) kerelaanmuuntuk menyambung hubungan
(silaturrahmi) dengan orang yang memutuskan hubungan
denganmu, (3) kelegaan hatimu untuk memaafkan orang yang
berbuat dhalim kepadamu..

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd


'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah
Memberi sesuatu kepada orang yang memberikan sesuatu pada kita
adalah suatu yang biasa, tetapi memberikan sesuatu kepada
mereka yang justru tidak pernah memberi apa-apa bahkan
membatasi diri dari kita adalah suatu perbuatan yang luar biasa.
Bersilaturrahmi pada orang yang telah bersilaturrahmi pada kita
adalah suatu hal yang biasa, tetapi menyambung hubungan dengan
orang yang telah memutuskan hubungan dengan kita adalah
perbuatan yang luar biasa mulianya. Saling bermaafan dengan
orang yang tidak nyata-nyata bersalah dengan kita adalah suatu hal
yang biasa, tetapi memaafkan orang yang nyata-nyata menganiaya
kita adalah suatu hal yang luar biasa mulianya. Semuanya
membutuhkan KEBESARAN HATI dan KEBERSIHAN JIWA.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd


'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah
Selanjutnya, marilah kita jaga kebesaran hati dan kebersihan jiwa
itu sehingga kita tetap istiqamah menjadi insan terbaik menurut
Allah Swt. Ada tiga hal yang harus ruti kita lakukan: Pertama adalah
muhasabah (maknanya: self-examination to detect impurities of
intention/ pengujian atau koreksi diri untuk mengetahui kekurangan
diri dan ketidak sempurnaan niat kita). Kita renungkan diri kita
sendiri, cari kekurangan dan kelemahan kita untuk kita perbaiki
pada masa berikutnya, janganlah sibuk mencari kesalahan orang
lain, sibuklah mencari kesalahan diri. Ada peribahasa Indonesia

5
yang sudah hampir terlupakan, yaitu: “Gajah di pelupuk mata tidak
tampak, semut di seberang lautan terang terlihat.” Sebuah
penggambaran bahwa kesalahan orang lain walaupun kecil sangat
gampang kita temukan, tetapi kesalahan kita sendiri walaupun
sangatlah besar sulit untuk disadari. Kalau ini yang terjadi dan
menjadi agenda kehidupan yang tak terkoreksi dan terbaiki dalam
jangka waktu lama, maka akan terbiasalah sikap menyalahkan
orang lain dengan merasa dirinyalah yang paling benar, akan
mudah kita membesar-besarkan kesalahan kecil orang lain
sementara mengentengkan kesalahan besar kita sendiri.
Na’udzubillah min dzalik. Muhasabah adalah metode
penyembuhannya.

Kedua adalah riyadlah (self-discipline or spiritual exercise/


kedisiplinan diri untuk melatih spiritual diri). Latihan pengembangan
jiwa dengan berupaya menghilangkan akhlak yang tercela (istilah
yang sering digunakan al-Ghazali: al-madzmumah) untuk kemudian
digantikan dengan akhlak yang terpuji (al-mahmudah). Ibadah
dalam Islam, seperti shalat, puasa, zakat dan haji sebenarnya
memiliki dimensi riyadlah ini. Ketika shalat, secara filosofis dan
simbolik kita dilatih untuk tidak sombong, mengakui kelemahan diri
betapapun kita kaya dan berpangkat, berikrar bahwa semuanya
adalah milik Allah; inna shalaty wa nusuky wa mahyaya wa mamaty
lillahi Rabb al-‘Alamin (sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan
matiku adalah untuk Allah, milik Allah). Sebuah ikrar yang sangat
luar biasa makna spiritualnya. Ketika puasa, kita dilatih untuk
menjaga hati dan jasmani kita dari hal-hal yang mengecewakan kita
dan orang lain. Berikut pula amal ibadah yang lain. Oleh karena itu,
riyadlah yang dimaksud dalam kajian ini tidaklah lain melainkan
memaksimalkan olah potensi spiritualitas kita dengan konsisten
menjalankan ibadah. Ketika kita mampu, maka janji Allah akan
berlaku, yakni jaminan kebahagian yang hakiki di dunia dan di
akhirat nanti. Allah berfirman dalam surat Hamim As-
Sajdah/Fushshilat ayat 30:

           
 
         
      
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami
ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian
mereka, Maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan
mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa
sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu".

Ibnu Katsir dalam tafsirnya dan juga Imam Ali Karramallahu


Wajhahu dalam kitab Nahjul Balaghahnya menyatakan bahwa ayat
ini adalah jaminan dari Allah Swt. Kepada mereka yang konsisten
dalam imannya untuk mendapatkan kebahagiaan sejati (real

6
happiness). Maha benar Allah dengan segala firman-Nya dan
sesungguhnya Allah tidak pernah memungkiri janji-janji-Nya.

Dan yang ketiga adalah mujahadah ( the daily combat against the
lower self, the nafs/ perlawanan terus menerus melawan nafsu kita)
sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur’an surat an-Nazi’at (79)
ayat 40-41:

           
     

Artinya: “ Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran


Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,
maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggalnya.”

Karena itulah dalam tashawwuf, seperti yang dinyatakan oleh al-


Qusyairi dalam kitab al-Risalahnya juz I hal. 393, dikenal sebuah
ungkapan perintah:

“Bunuhlah egomu dengan pisau mujahadah.”

Ketika ketiga hal tersebut sukses kita lakukan, maka saat itulah kita
bisa memiliki kebeningan hati yang memancarkan kasih sayang,
menebarkan kesejukan, melambangkan keindahan, memunculkan
kebenaran, melahirkan kebaikan dan mewujudkan keadilan.
Sayangnya, inilah tiga hal penting yang terlupakan oleh kebanyakan
kita yang mendambakan kemakmuran di tengah kegersangan,
menginginkan kedamaian ditengah benturan dan kekerasan di
negeri kita tercinta, Indonesia. Kita senang mengetahui kejelekan
orang lain, lupa kejelekan kita sendiri, kita suka membuka aib orang
lain sementara tiada sadar aib diri, mencari-cari kesalahan orang
lain sementara menyembunyikan kesalahan diri, menebarkan luka
dan kecewa di hati orang lain seraya menari diatas penderitaan
mereka. Kita sering lupa bertanya: “Bagaimana saya sendiri, sudah
baikkah?.”

Allah berfirman dalam surat al-Hujurat (49) ayat 11:

         
       
       
               
         
 

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan


orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi
yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan

7
pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan
lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan.
seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka
mereka Itulah orang-orang yang zalim."

Dan dalam surat yang sama ayat 12 Allah berfirman pula:

           
       
           
            

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan


dari prasangka, sesungguhnya sebagian pasangka itu adalah
dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain
dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang
lain. Sukakah salah seorang dari kalian memakan daging
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu
merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha penerima taubat dan Maha
Penyayang."

Akhirnya marilah kita mencoba dan berusaha memenuhi perintah


Allah dalam surat Ali Imran ayat 102:

             


   

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah


dengan sebenar-benarnya taqwa; dan janganlah sekali-kali
engkau mati kecuali dalam keadaan beragama Islam.”

Ketakwaan itu adalah dengan keteguhan terhadap ikrar diri kita


kepada Allah, ikrar penghambaan kita kepada Allah, yang selalu kita
jaga dengan proses pembeningan hati. Berbahagialah orang yang
bening hatinya. Firman Allah dalam al-Qur’an surat as-Syu’ara’ (26)
ayat 88-89:

     
        
Artinya: “(yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna lagi,
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati
yang bersih.”

8
Maha benar Allah dengan segala Firman-Nya.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahi al-Hamd


'Aidin 'Aidat, Fa'izin Fa'izat, Hadirin Hadirat Rahimakumullah
Kaum Muslimin Muslimat yang berbahagia.

Di akhir khutbah ini, marilah kita bersama berdoa kepada Allah, kita
tundukkan muka, tengadahkan tangan dan hadapkan hati ke
hadlirat Ilahi Rabbi.

Bismillahirrahmanirrahim
Ya Allah, Ya Rabbal Izzati
Hari ini hambaMu bersimpuh dihadapanMu
Mengucap syukur atas segala rahmat, nikmat dan karuniaMu
Rahmat dan nikmatMu begitu besar, begitu melimpah
Sementara ibadah dan pengabdian kami begitu sedikit
Tiap saat nikmat dan rahmatMu kami rasakan
Tapi tiap saat pula kami berbuat salah dan dosa
Pintu ampunMu selalu Kau buka
Tapi kami sering begitu enggan untuk bertaubat kepadaMu

Ya Allah..
Hari ini kami sadar akan kelemahan kami
Kami sadar akan kekurangan kami
Kami atas atas bertumpuknya salah dan dosa kami
Ampuni kami ya Allah, tunjuki kami ke jalanMu yang lurus
Tuntunlah kami dengan lentera iman, dengan cahaya al-Qur’an dan
cahaya Islam.

Ya Allah, Ya Rabb
Sering kami sia-siakan umur yang kau berikan kepada kami,
Dan kami tidak tahu sampai kapan kau berikan nikmat umur itu
pada kami
Berilah kami kemampuan beramal baik di sisa umur kami
Berilah kami kemampuan membuktikan ikrar kami kepada-Mu
Terimalah amal ibadah kami ya Allah
Walau kami tahu puasa kami tidaklah sesempurnya puasa RasulMu
Muhammad
Walau kami tahu zikir kami tidak sekhusyu’ dzikir malaikatMu
Walau kami tahu keimanan kami tidak sekuat keyakinan Ibrahim
kekasihMu
Ijinkan kami memperoleh ridlamu dengan segala keterbatasan kami

Ya Allah, Ya Rabbi
Engkaulah tempat kami meminta
Eangkaulah tempat kami bergantung
Kabulkan doa kami, terimalah pinta kami, jadikan kami hambaMu
Yang Kau ridlai. Amin Ya Rabb al-‘Alamin.

9
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar La Ilaha Illa Allah wa li Allah
al-Hamd.

10

You might also like