Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1
PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMBANGUNAN DAERAH
Judul Tesis :
EVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PENGUSAHAAN
PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM
MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pembimbing Tesis
( Prof. Dr. Johanes Basuki, M.Psi ) (Prof. Dr. Juni Pranoto, M.Pd)
2
PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMBANGUNAN DAERAH
LEMBAR PENGESAHAN
Hari : Senin
Tanggal : 3 Agustus 2009
Pukul : 09.00
...............................
...............................
..............................
3
PERNYATAAN
Tesis ini merupakan tulisan murni saya dan bukan merupakan hasil
tertentu pada universitas atau institusi maupun yang sederajat. Adapun isi
dari tesis ini belum pernah ditulis atau dipublikasikan oleh orang lain,
NYOMAN RUDANA
NPM. 08.D. 040
4
PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PEMBANGUNAN DAERAH
ABSTRAK
5
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif, dengan melakukan observasi langsung dan
wawancara dengan informan sebagai data primer dan telaah dokumen
sebagai data sekunder, dengan melakukan triangulasi pada saat pengolahan
data.
Dari penelitian ditemukan bahwa menyangkut kebijakan kemitraan
bidang pembangunan ekonomi, kurang ada koordinasi antara pemerintah
pusat dan daerah, dimana wilayah TNBB sebagai kawasan ekowisata,
tidak didukung oleh aliran listrik yang memadai. Kendala eksternal seperti
krisis global, penyakit flu babi, flu burung, serta ancaman bom dan
terorisme, harus pula dicermati. Terkait kebijakan kemitraan dalam aspek
lingkungan hidup, PT. SBW sudah melakukan reforestasi,pelestarian curik
Bali, pembersihan pantai, patroli bersama melalui FKMPP ( Forum
Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir ) dan lain-lain. Masyarakat desa
Sumber Klampok mendukung dengan landasan awig –awig adat. Namun
upaya penegakan hukum bagi pelanggar hukum masih kurang optimal.
Terkait aspek sosial, PT. SBW merekrut penduduk desa Sumber Klampok
sebagai karyawan di Waka Shorea, Resort and Spa, bermitra dengan
masyarakat dalam pengelolaan perahu motor untuk wisata bahari,
pengelolaan lahan parkir, memberi bantuan bantuan bibit tanaman
tahunan, serta bantuan bea siswa kepada siswa SD. Ditemukan juga
inkonsistensi kebijakan antara pusat dan daerah yaitu adanya pungutan
ganda untuk retribusi hotel dan restoran.
Beberapa hal yang disarankan adalah bahwa untuk mendukung
kebijakan kemitraan dalam pembangunan ekonomi diperlukan kebijakan
TNBB yang dikelola swasta. Selain itu Pemda Buleleng harus mampu
meningkatkan daya saing daerah dengan memberikan stimulus insentif
bagi para calon investor untuk pengembangan wilayah TNBB sebagai
kawasan ekowisata. Juga perlu ada promosi pariwisata bersama antara
dinas budpar dan swasta. Terkait pelestarian lingkungan, dapat dilakukan
program tree adoption untuk mempertahankan keasrian kawasan TNBB
serta starling adoption, yaitu pelepasliaran curik ( jalak ) Bali untuk
mempertahankan populasinya yang kian langka. Hal ini dapat dilakukan
dengan upaya pemberdayaan masyarakat ( aspek sosial dari
pembangunan berkelanjutan). Juga nilai – nilai sakral di wilayah TNBB
terutama di sekitar kawasan Waka Shorea Resort and Spa perlu dipahami
sebagai modal budaya yang penting untuk dilestarikan. Terakhir, untuk
mengatasi inkonsistensi kebijakan, perlu dilakukan sinkronisasi kebijakan
antara pusat dan daerah dengan membuat perda yang tidak bertentangan
dengan kebijakan di atasnya.
6
MAGISTER PROGRAM OF ADMINISTRATION SCIENCE
GRADUATE SCHOOL OF ADMINISTRATION SCIENCE
NATIONAL INSTITUTE OF PUBLIC ADMINISTRATION
MASTER DEGREE PROGRAM ON THE MANAGEMENT OF REGIONAL
DEVELOPMENT
ABSTRACT
7
study as secondary data, using triangulation technique during data
processing.
Some facts found from the study was that referring to the partnership
policy in economic development, where there was lack of coordination
between central and regional governments, in which TNBB up to now is not
fully supported by electricity infrastructure which is very essential for
ecotourism development. External obstacles such as global economic crisis,
disease ( swine flu, bird flu ), bomb threats and terrorism should also be
acknowledged. Regarding the partnership policy in evnvironmental aspect,
PT. SBW has managed some actions including reforestation, Bali starling
conservation, coastal clean up, sea patrol program collaborating with the
Coastal Care Society Communication Forum ( FKMPP ) etc. Local socities in
Sumber Klampok village have also supported these environmental actions by
implementing their own awig awig rules concerning resources conservation.
But this action needs further law of enforcement which has not yet fully
implemented yet. Regarding partnership policy in social aspect, PT SBW has
also taken many actions in society empowerment, by recruiting the local
people to be their employees at Waka Shorea Resort and Spa where they
were trained according to the hotel standard. Also, this company has
established partnership with the local people in marine tourism, gave away
scholarships to children and seeds of productive plants ( bamboos, fruits,
chillis ). During the study, there were some findings found regarding some
policy inconsistencies between central and regional governments, with major
finding related to double taxation for hotel and restaurant retribution.
Some policy recommendations that could be taken into actions are as
follow:
infrastructured policy in power generation ( electricity ) for TNBB area is very
much needed to support the partnership policy in economic aspect. Regional
government of Buleleng should also be able to increase the competitive
ability by establishing incentive stimulus for investors. Co promotion between
PT SBW and local cultural and tourism office should also be taken into action.
Regarding conservation effort, tree adoption and starling adoption can be
applied to maintain the sustainability of the local origin trees and the starling
birds. These actions can be done by involving local socities therefore they
can also be considered as the people empowerment programs. Also, the
value of local genious in the Waka Shorea Resort and Spa and its
surrounding should also be preserved. At last, extra effort should be taken
into consideration by both central and local governments for sincronizing the
policies from top level to lower ones by developing ’perda’ or local regulations
that are inline with the higher regulations.
8
KATA PENGANTAR
tesis ini dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat guna memperoleh
hati, kritik dan sumbang saran berbagai pihak sangat diharapkan demi
Basuki, M.Psi selaku dosen pembimbing I dan Prof. Dr. Juni Pranoto,
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Johanes Basuki, M.Psi, Ketua STIA LAN Jakarta, yang
administrasi publik.
9
3. Bapak/Ibu Para Dosen pengajar, yang telah mengajarkan ilmu yang
4. Para Kabag beserta staf STIA LAN Jakarta, termasuk para sfat
5. Ir. Iwan J Prawira, Direktur PT. Shorea Barito Wisata yang mengijinkan
10
memberi dukungan, do’a serta semangat sehingga terselesaikannya
penelitian ini.
9. Seluruh staf dan fotografer yang telah membantu dengan penuh rasa
Akhir kata semoga STIA LAN Jakarta semakin maju dan mencetak insan –
insan pelayan publik yang menjunjung tinggi nilai – nilai budaya bangsa
yang sejahtera.
Penulis
NR
11
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
12
a. Teori Pembangunan Berkelanjutan................... .......... 30
b. Kebijakan Terkait Pembangunan Berkelanjutan. ...... 33
c. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dan
Ekowisata ................................................................. ... 36
d. Pengembangan Ekowisata Indonesia di Taman
Nasional............................................................ ........... 44
B Kerangka Berpikir................................................. .............. 48
C Pertanyaan Penelitian.............................................. .......... 50
13
c. Potensi Biologi..................................................... ...... 76
1). Flora................................................................. 76
2). Fauna.............................................. ..................... 79
3). Biota Perairan...................................... ................ 81
d. Aksesibilitas..................................................... ........... 83
e. Demografi Masyarakat Sekitar TNBB....................... 85
1). Kependudukan........................................... ........... 85
2). Pola Penggunaan Lahan........................ .............. 86
3). Kondisi Perekonomian....................................... ... 86
4). Pendidikan, Kesehatandan Fasilitas Umum........ 87
5). Budaya Masyarakat ......................................... 88
2. Dasar – Dasar Kebijakan untuk Evaluasi Kebijakan
Kemitraan PPA TNBB ............................................ 89
3. Struktur Organisasi PT. Shorea............................. 92
14
4). Upaya Perlindungan dan Keamanan Hutan
Di Wilayah PPA TNBB.......................................... .. 118
5). Upaya Menjamin Keamanan dan Ketertiban
Pengunjung..................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA
15
DAFTAR ISTILAH
3. Wilayah PPA Wilayah PPA yang dikelola oleh PT. Shorea Barito
Buleleng.
16
DAFTAR TABEL
PPP / KPS................................................................................ 17
PT.SBW.................................................................................. 74
dilindungi .......................................................................... 77
(PPA) .............................................................................85
11. Jenis kegiatan dan produk usaha yang akan dan sudah
dikembangkan..................................................................... 106
17
DAFTAR GAMBAR
18
DAFTAR PETA
6. Hasil Uji Petik Sarana dan Prasarana Blok III Labuan Lalang... VII
19
DAFTAR FOTO
1. Penulis di TNBB............................................. 63
2. Curik Bali ( burung jalak putih )....................... 66
3. Kantor Balai TNBB di desa Cekik, Gilimanuk, kabupaten
Jembrana ................................................................... 70
4. Dolpihin Watching di Pulau Menjangan ……… 73
5. Hutan mangrove di TNBB ……………………… 77
6. Terumbu karang di pulau Menjangan ………… 82
7. Waka Shorea Resort and Spa ........................ 94
8. Pantai di Waka Shorea Resort and Spa.......... 95
9. Kepala Balai TNBB drs. Bambang Dharmadja.. 96
10. Kandang pelepasliaran curik Bali di Teluk Brumbun
Kabupaten Buleleng................................................
98
11. Polisi hutan Balai TNBB di Resort Teluk Brumbun
Kabupaten Buleleng .......................................... 98
12. Kepala Desa Sumber Klampok, Klian Desa Pakraman
dan stafnya di Kantor Kepala Desa….. 102
13. Direktur PT. Shorea Barito Wisata Ir. Iwan J. Prawira ... 108
14. Penulis bersama wisatawan Austria di Waka Shorea
Resort and Spa ................................................... 114
20
Nomor Judul Foto Halaman
Klampok.................................................................. 123
21
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman Observasi
2. Transkrip Wawancara
September 2007
7. Surat dari PT. SBW kepada Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan
Januari 2008
Januari 2008
22
Nopember 2008
10. Surat dari STIA LAN kepada Kepala Balai TNBB no 470 / II/3/6 /2009
11. Jawaban surat dari Balai TNBB ( Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi
23
BAB I
PENDAHULUAN
24
wisata. Penyelenggaraan ekowisata secara umum tercantum dalam
Undang Undang Nomor 9 / 1990 tentang Kepariwisataan, pasal 18
mengenai Pengelompokan Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata
Alam.
Khusus untuk propinsi Bali, Pemerintah Propinsi Bali merumuskan
kearifan lokal yang bersumber pada budaya Bali yang dijiwai oleh
pariwisata.
25
tidak hanya untuk keberlangsungan pariwisata namun terutama untuk
internasional.
selain wisata pantai atau wisata budaya yang sudah lebih dahulu
1), menurut data dari Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
26
Satu – satunya Taman Nasional di Bali adalahTaman Nasional Bali Barat
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam dijelaskan lebih
lanjut bahwa
Resort dengan wisata alam sebagai atraksi wisata ) , dan PT. Disthi
27
Pemberian Izin Pengusahaan Pariwisata Alam kepada PT.Shorea Barito
Blok II Tanjung Kotal, dan Blok III Labuan Lalang. Waka Shorea Resort
and Spa ( peta 3 ) yang dibangun di blok II Tanjung Kotal, yang menjadi
fokus penelitian, adalah hotel butik yang berada di bawah payung PT.
SBW.
Taman Nasional Bali Barat dijelaskan bahwa TNBB masih melimpah, habitat
19.002,89 ha. terdiri dari kawasan terestrial seluas 15.587,89 ha. dan
manusia.
28
3. Pemanfaatan secara lestari Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya
tumbuhan obat-obatan.
29
Kebijakan Kemitraan dalam Pengusahaan Pariwisata Taman
Nasional Bali Barat dalam Mewujudkan Pembangunan
Berkelanjutan.
Beberapa pertimbangan penting tentang mengapa penelitian ini
dilakukan yaitu bahwa masih kurang atau bahkan belum ada penelitian
menyangkut upaya kemitraan di TNBB. Juga sampai sekarang sebagian
besar Taman Nasional masih dikelola oleh pemerintah sehingga belum
optimal pemanfaatannya dalam menunjang pembangunan berkelanjutan
termasuk dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat di sekitarnya.
Kemitraan dalam pengelolaan TNBB dapat dijadikan contoh bagi Taman
Nasional lain. Selain itu lokasi TNBB yang berada di wilayah yang bukan
merupakan sentra industri pariwisata yaitu di kabupaten Buleleng dan
Jembrana yang jauh dari Denpasar ( sekitar 4 jam jarak tempuh dengan
mobil ), juga merupakan tantangan tersendiri bagi para stakeholdernya
dalam mengembangkan wilayah tersebut menjadi wilayah tujuan wisata.
Dalam upaya kemitraan ini juga dapat diamati adanya berbagai
kebijakan di daerah ( kabupaten Buleleng ) yang tidak konsisten dengan
kebijakan di atasnya, sehingga dapat menimbulkan ekonomi biaya tinggi
yang tentunya memberatkan pengusaha swasta, yang pada akhirnya
membuat kemitraan tersebut tidak seimbang adanya. Kesadaran
mengenai pentingnya pemeliharaan lingkungan hidup yang secara
umum rendah pada masyarakat Indonesia, karena tingkat pendidikan
dan tingkat ekonomi yang rata – rata masih rendah, sehingga kurang
peleduliannya terhadap hal – hal yang dianggap tidak langsung
berhubungan dengan tingkat kesejahteraannya, serta tidak adanya
sangsi yang tegas dari aparat penegak hukum terhadap pelaku tindak
perusakan lingkungan hidup, juga menjadi pendorong yang kuat
mengapa penelitian ini dilakukan. Dalam implementasi kemitraan dapat
diamati bagaimana para pengusaha yang beroperasi di Bali berbisnis
sambil tetap mempertahankan kearifan lokal yang menjadi landasan
filosofi hidup masyarakat Bali yaitu Tri Hita Karana, yang menempatkan
keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam sekitar sama
pentingnya dengan keharmonisan hubungan antar manusia.
30
B. Fokus Permasalahan
Wisata adalah blok II Tanjung Kotal ( dimana Waka Shorea Resort and
Spa berada ) dan blok III Labuan Lalang, yang keduanya berlokasi di
berkelanjutan ?”.
31
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
dengan studi kasus PT. Shorea Barito Wisata. Temuan – temuan yang
2. Manfaat Penelitian
a. Aspek Akademis.
b. Aspek Praktis
1. Departemen Kehutanan :
32
yang bersifat kemitraan, bersama dengan mitra swastanya yaitu PT.
2. Kabupaten Buleleng :
alam di Bali.
33
BAB II
KERANGKA TEORI
dan konsep kunci yang dianggap relevan untuk dibahas, adalah tentang
cakupannya makin luas. Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara
34
layanan atau produk dengan atau tanpa penurunan beban biaya
35
:
d. Membagi resiko dan keuntungan (risk and benefit sharing) dengan mitra
36
keluaran (outcomes) dari produk dan jasa yang dihasilkan. Dalam
kemitraan akan tercipta sebuah mekanisme check and balance dari dua
Hidup 2000:36 ) antara lain adalah : (1) rasa saling menghargai dan
mitra yang lemah, (3) komunikasi yang jelas dan lancar, (4) transparansi
dipantau melalui hal – hal : (1) menjaga ekonomi pasar yang kompetitif,
manusia.
Ada beberapa model kemitraan yang didasarkan pada derajat risiko yang
ditanggung kedua belah pihak; jumlah keahlian yang diperlukan dari setiap
1. Penjualan Aset ( Asset Sales ) yaitu penjualan aset sektor publik yang
berlebihan.
37
3. Penjualan Usaha Bisnis ( Sales of Businesses ) yang merupakan
swasta dalam hal managerial atau lebih jauh lagi, menerapkan insentif
38
lebih besar untuk mencapai tingkat efisiensi tertentu dengan
5. Bangun Operasi Alih / Milik ( BOA ) atau Build Operate Transfer ( BOT
swasta.
39
pemerintah terbatas pada pengaturan, yang menjamin terlindunginya
40
padahal biaya yang diperlukan cukup besar, sehingga melalui PPP, biaya
2. Kebijakan Publik
harus dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dari
41
dimaksudkan untuk mengatasi masalah tertentu atau untuk mencapai
untuk tidak bertindak) yang dibuat oleh badan atau pejabat pemerintah.
42
yang melatarbelakangi atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya
"issues" kebijakan (policy issues), yang mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh para pelaku kebijakan dan oleh sesuatu kebijakan; (2) pembuat dan
pelaksana kebijakan (policy maker and implementer), adalah orang atau
sekelompok orang, atau organisasi yang mempunyai "peranan tertentu"
dalam proses kebijakan, sebab mereka berada dalam posisi menentukan
atau pun mempengaruhi baik dalam pembuatan kebijakan ataupun dalam
tahap lainnya, seperti pelaksanaan, pengawasan, dan penilaian atas hasil
atau kinerja yang dicapai dalam perkembangan pelaksanaan kebijakan; (3)
kebijakan itu sendiri (policy contents), adalah keputusan atas sejumlah
pilihan yang kurang lebih berhubungan satu sama lain yang dimaksudkan
untuk mencapai sejumlah tujuan tertentu; dan (4) kelompok sasaran
kebijakan (target groups), adalah orang atau sekelompok orang, atau
organisasi dalam masyarakat yang perilaku dan atau keadaannya ingin
dipengaruhi oleh kebijakan bersangkutan" (Mustopadidjaja AR, 1988).
mengambil tindakan.
sebuah hukum.
pengumpulan pajak.
penyempurnaan kebijakan.
43
Berdasarkan keterangan di atas maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan
publik adalah apa yang pemerintah memilih untuk lakukan atau tidak lakukan
dan prosesnya terdiri dari tahap – tahap identifikasi masalah, agenda setting,
b. Evaluasi Kebijakan
”evaluasi adalah suatu kegiatan menilai hasil suatu kegiatan yang sedang
pelaksanaan kegiatan dengan tujuan yang telah ditetapkan. ” Hal ini berbeda
ditetapkan.
44
Esensi dari evaluasi menurut buku SANKRI ( LAN 2005 :
to prove ). Dua hal yang ingin diungkap melalui evaluasi adalah : (1)
kebijakan.
Secara umum, tujuan evaluasi menurut Mark, et.al. (2000:13) ada empat:
45
konteks kebijakan dan program.
evaluasi:
s e s u a t u d a t a a t a u b e n d a - b e n d a , s e p e r t i pengembangan
46
digunakan untuk membuat model proses penilaian
kebijakan.
datang.
S ec a r a m et od o lo g is , ( 1 98 9: 5) m em be da k a n evaluasi
47
program, mencari umpan balik untuk memperbaiki pelaksanaan
Perbedaan yang lebih jelas antara keduanya dapat ilihat pada tabel
di bawah ini.
Sumatif
Sumatif
Penggunaan Pengembang program Pengambil
Utama Manager program kebijakan
Pelaksana Program Pemerhati
/ peminat
Penyandan
g dana
Tekanan Klarifikasi Tujuan Dokumentasi
utama dalam Kematangan program, proses atau outcome
pengumpulan implementasi Dokumentasi
data Klarifikasi persoalan dalam imple- implementasi
mentasi dan kemajuan terkait
outcome
Analisa level mikro dari implemen-
tasi dan outcome
Peran utama
pengembang
dan pelaksana Kolaborator Penyedia
48
program data
Peran Interaktif Independen
utama
evaluator
Metodologi Kualitatif dan kuantitatif, dengan Kuantitatif, kadang
tipikal penekanan pada metode kualitatif diperkaya dengan
kualitatif
Frekuensi Selama proses monitoring Terbatas
pengambilan
data
Mekanisme Diskusi atau interaksi dalam pertemuan Laporan
utama informal formal
pelaporan
Frekuensi Selama proses berlangsung Pada akhir
pelaporan proses
Penekanan Hubungan antara elemen proses Hubungan
pelaporan level mikro dalam konteks
Hubungan konteks & proses makro dari
Hubungan proses& outcome proses dan
Implikasi terhadap pelaksanaan program outcomes.
& perubahan yang spesifik dalam Implikasi terhaap
operasi. kebijakan, kontrol
administrasi dan
manajemen.
Kredibilitas Memahami program Aturan ilmiah
yang diper - Adanya hubungan dengan yang ketat
syaratkan pengembang atau pelaksana Kenetralan
Advokasi atau rasa percaya
evaluasi kebijakan:
49
kegiatan.
50
diteruskan dengan perbaikan, (3) perlu direplikasikan di tempat lain
yang menyebabkan k eb i j ak an t id ak m er ai h d am pa k ya n g
kebijakan.
ya n g d i i ng i nk a n, m i s a l n ya : pr og r a m pe ng e nd a l ia n produksi
51
5. Tujuan kebijakan yang tidak sebanding dan bertentangan satu
banyak dilakukan.
b e r k e m b a n g d a n m e n g a l a m i p e r u b a h a n s e m e n t ar a kebijakan
adalah kegiatan menilai hasil suatu kegiatan yang sedang atau sudah
Nasional Bali Barat dengan studi kasus PT. Shorea Barito Wisata dalam
52
3. Pembangunan Berkelanjutan
53
terlepas dari aspek pembangunan ekonomi dan sosial. KTT Bumi 1992
dalam “major groups” 5 mendapat pengakuan dan sejak saat itu peranan
54
berikut.
manajemen.
55
industri yang lebih bersih dan rendah emisi, dan kelestarian sumberdaya
alam.
EKONOM Efisiensi
Stabilitas
I
Keadilan Pertumbuhan
dalam
generasi Valuasi
pemberdaya Internalisasi
SOSIAL LINGKUNGA
N
Keadilan Antar
generasi
Kemiskinan Partisipasi
Pengakuan jati masyarakat Sanitasi Lingkungan
diri Industri bersih
Pemberdayaan SDA
Keanekaragaman
Sumber : Askarz 2003 hayati
Juni 1992 di Rio de Janeiro, Brasil, atau yang dikenal dengan KTT Bumi
56
( Earth Summit ). Selama dua tahun, lndonesia secara aktif
terdiri dari 4 program utama yaitu (1) aspek sosial ekonomi ( contoh :
57
berdasarkan kapasitas yang tersedia dari sumber daya alam, lingkungan
sumber daya alam. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya alam
aspek penting pada produksi dan ruang aktifitas untuk konservasi dan
kesehatan lingkungan.
lahan hujan permanen untuk mencapai satu atau beberapa tujuan, yang
dikaitkan dengan produksi hasil dan jasa hutan secara terus rnenerus
pengelolaan hutan yang memiliki sifat ‘hasil yang lestari’ ditunjukkan oleh
58
terjaminnya keberlangsungan fungsi produksi hutan, fungsi ekologis lahan
Hutan Berkelanjutan.
lingkungan.
59
c. Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan dan Ekowisata
Dari sasaran dalam RPJM 2004 – 2009 telah ditetapkan juga sasaran
sebagai “Tourism that meets the needs of present tourist and host regions
60
kepentingan (stakeholders) dan nilai kepuasan optimal bagi wisatawan
bagi semua pelaku wisata. Di sini kualitas jasa dan layanan yang
Jika hal itu terus berlangsung maka kelestarian ODTW ( Obyek Daerah
Quebec bahwa salah satu bentuk wisata yang mengadopsi prinsip pariwisata
61
1) Secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya.
kesejahteraan mereka
lingkungan.
( TIES 2000 ) seperti disebutkan oleh Damanik dan Weber ( 2006: 39 - 40) :
62
3. Menawarkan pengalaman – pengalaman positif bagi wisatawan dan
masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama
dalam pemeliharaan atau konservasi ODTW.
4. Memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan
konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan.
5. Memberikan keuntungan finasial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal
dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai – nilai
lokal.
6. Meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan, dan politik di
daerah tujuan wisata.
7. Menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja dalam arti memberi
kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati
atraksi wisata sebgai wujud hak azasi, serta tunduk pada aturan main yang
adil dan disepakati bersama dalam transaksi wisata.
ekowisata dengan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA), antara lain
c. Aspek Sarana dan Prasarana yang memiliki dua kepentingan, yaitu (1)
63
dalam rangka memelihara keseimbangan lingkungan, pembangunan
setempat.
sama dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun luar negeri.
ODTWA.
64
Sedangkan Prinsip dan Kriteria Ekowisata menurut Garis Besar
65
tersebut kepada masyarakat setempat.
66
nasional maupun Sustainable Tourism, Bali Declaration dsb.).
internasional. GBHN Pariwisata Berkelanjutan, Undang-
undang dan peraturan-peraturan yang
berlaku.
• Menyusun peraturan-peraturan baru yang
diperlukan dan memperbaiki dan
menyempurnakan peraturan-peraturan
lainnya yang telah ada sehingga secara
keseluruhan membentuk sistem per-UU-an
dan sistem hukum yang konsisten.
• Memberlakukan peraturan yang berlaku dan
memberikan sangsi atas pelanggarannya
secara konsekuen sesuai dengan ketentuan
yang berlaku (law enforcement).
Wisata Alam
daya alam hayati adalah unsur – unsur hayati di alam yang terdiri dari
sumber daya alam nabati ( tumbuhan ) dan sumber daya alam hewani.
67
pariwisata, dan rekreasi” Sedangkan Taman Hutan Raya adalah
satwa yang alami atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang
ekosistem
ekosistemnya.
1. Konservasi
o Pemanfaatan keanekaragaman hayati tidak merusak sumber daya
alam itu sendiri.
o Relatif tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan
dan kegiatannya bersifat ramah lingkungan.
o Dapat dijadikan sumber dana yang besar untuk membiayai
pembangunan konservasi.
o Dapat memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari.
o Meningkatkan daya dorong yang sangat besar bagi pihak swasta
untuk berperan serta dalam program konservasi.
o Mendukung upaya pengawetan jenis tumbuhan langka.
2. Pendidikan
Meningkatkan kesadaran masyarakat dan merubah perilaku
masyarakat tentang perlunya upaya konservasi sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya.
68
3. Ekonomi
o Dapat memberikan keuntungan ekonomi bagi pengelola kawasan,
penyelenggara ekowisata dan masyarakat setempat.
o Dapat memacu pembangunan wilayah, baik di tingkat lokal,
regional
o Dapat menjamin kesinambungan usaha.
o Dampak ekonomi secara luas juga harus dirasakan oleh
kabupaten/kota, propinsi bahkan nasional.
5. Wisata
o Menyediakan informasi yang akurat tentang potensi kawasan bagi
pengunjung.
o Kesempatan menikmati pengalaman wisata dalam lokasi yang
mempunyai fungsi konservasi.
o Memahami etika berwisata dan ikut berpartisipasi dalam
pelestarian lingkungan.
1. Aspek Pencegahan
a. Mengurangi dampak negatif dari kegiatan ekowisata dengan cara:
o Pemilihan lokasi yang tepat (menggunakan pendekatan tata
ruang)
o Rancangan pengembangan lokasi yang sesuai dengan daya
dukung dan daya tampung.
o Rancangan atraksi/kegiatan yang sesuai denan daya dukung
kawasan dan kerentanan.
b. Merubah sikap dan perilaku stakeholder, mulai dari pengelola
kawasan, penyelenggara ekoturisme (tour operator) serta
wisatawan itu sendiri.
c. Memilih Segmen Pasar yang sesuai.
2. Aspek Penanggulangan
69
a. Menyeleksi pengunjung termasuk jumlah pengunjung yang
diperkenankan dan minat kegiatan yang diperkenankan (control of
visitor).
b. Menentukan waktu kunjungan
c. Mengembangkan pengelolaan kawasan (rancangan, peruntukan,
penyediaan fasilitas) melalui pengembangan sumber daya
manusia, peningkatan nilai estitika serta kemudahan akses kepada
fasilitas.
3. Aspek Pemulihan
a. Menjamin mekanisme pengembalian keuntungan ekowisata untuk
pemeliharaan fasilitas dan rehabilitasi kerusakan lingkungan.
b. Peningkatan kesadaran pengunjung, pengelola dan penyedia jasa
ekowisata.
keanekaragaman hayati yang lebih tinggi dari taman wisata alam karena
taman nasional merupakan perwakilan dari suatu tipe ekosistem asli. Oleh
70
Dalam penelitian ini, acuan teori yang dipakai adalah pembangunan
B. Kerangka Berpikir
71
Kerangka berpikir ( Gambar 2 )
S K M E N HU T no 1 8 4 / K p ts - I I/ 1 9 9 8
tentang
I j in P P A T N B B
PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Kendala - kendala
Saran Kebijakan
72
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
73
dengan variable lainnya". Hadari Nawawi (1992:67) mengemukakan
imatur karena kurangnya teori dan penelitian sebelumnya, (2) teori yang
ada mungkin saja kurang akurat, atau biased, (3) ada kebutuhan untuk
teori, (4) bentuk fenomena yang ada mungkin kurang sesuai dengan
pengukuran kuantitatif.
74
apa saja dalam pokok – pokok kebijakan seperti yang sudah diuraikan
1. Instrumen Penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti harus "divalidasi"
kesimpulan atas temuannya. Dalam hal ini peneliti adalah penduduk asli
75
Bali yang berasal dari Ubud, berdomisili di Bali, beragama Hindu Bali
filosofi Tri Hita Karana dalam kehidupan sehari – hari. Peneliti memahami
data dapat dilakukan dalam berbagai setting, sumber, dan cara. Dilihat
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen. Dilihat dar i
keempatnya (triangulasi).
76
a. Teknik Observasi
kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
Spradley ( Sugiyono, 2005:68) terdiri dari tiga komponen yaitu (1) place
observasi peneliti dapat mengambil foto, gambar, film dan lain – lain.
77
b. Wawancara
memberikan informasi.”
78
Untuk memandu proses wawancara dengan key informan agar
TOPIK
NO PERSONIL WAWANCARA JUMLAH LOKASI
79
2 Balai TNBB • Peran Balai TNBB 2 Kepala Balai TNBB:
• Pelaksanaan kebijakan di Balai TNBB-
B-01 Kepala Balai orang
di daerah Gilimanuk, Jembrana
TNBB • Kemitraan dalam
bidang ekonomi,
lingkungan hidup , Polisi Hutan :di Teluk
B-02 sosial. Brumbun, Buleleng
Polisi Hutan
- • Peran Polisi Hutan
• Pelestarian lingkungan
hidup dan program
kemitraan
5 Pengguna Pembangunan
wilayah berkelanjutan dalam 4 orang TNBB wilayah
E-01 PPA TNBB aspek lingkungan PPA PT.SBW
Turis asing hidup
Total 14 orang
dengan PT. Shorea Barito Utama sebagai stakeholder utama dan wisatawan
80
Teknik pengumpulan data lainnya adalah melalui studi
yang sudah berlalu, yang bisa berupa tulisan, gambar, atau karya
– hal yang terkait dengan lokus dan fokus penelitian, antara lain :
foto, film ).
6. Profil PT. Shorea Barito Wisata dan bisnis pengelolaan wisata yang
kawasan TNBB ).
81
Pada penelitian kualitatif kali ini, fokus penelitian sudah cukup jelas, yaitu
sebagai key instrument akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand
bahwa yang paling serius dan sulit dalam analisa data kualitatif adalah
cattan lapangan dan bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan
82
berulang – ulang dengan teknik triangulasi ternyata hipotesis diterima,
Alam Taman Nasional Bali Barat ini mengacu kepada buku pedoman
terhadap hasil olahan data tersebut dengan pisau analisis teori - teori
83
kebijakan publik dan pembangunan .
Hal ini adalah sama dengan proses verifikasi terhadap hasil pe-
84
(Paton, 1987) yaitu membandingkan antara : (1) data hasil
85
pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data,
lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu
86
Dalam penelitian ini dipergunakan triangulasi dengan sumber
S K M E N HU T no 1 8 4 / K p ts - I I/ 1 9 9 8
tentang
I j in P P A T N B B
PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Kendala - kendala
Saran Kebijakan
Evaluasi kebijakan kemitraan ini dianggap berhasil bila sudah sesuai
87
TNBB dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang dinyatakan
dalam tiga pilar yaitu aspek ekonomi, lingkungan hidup dan sosial.
C. Pertanyaan Penelitian
berkelanjutan ?
88
BAB IV.
HASIL PENELITIAN
1. Data Pokok
luas 19.002,89 ha. terdiri dari kawasan terestrial seluas 15.587,89 ha. dan
kawasan perairan seluas 3.415 ha. Potensi TNBB meliputi berbagai jenis
flora dan fauna liar, yang berstatus langka, dilindungi maupun yang
89
Ekosistem di dalam kawasan TNBB cukup potensial dan lengkap yang
karang dan biota laut lainnya, vegetasi mangrove, hutan rawa payau,
Flora dan fauna yang cukup beragam, sampai saat ini telah diidentifikasi
terdiri dari 17 jenis mamalia, 160 jenis burung (aves), berbagai jenis reptil
dan ikan. Keberadaan Taman Nasional Bali Barat ini juga ditegaskan
tahun 1928 sejumlah 5 ekor Jalak Bali di bawa ke Inggris dan berhasil
dibiakkan pada tahun 1931. Kebun Binatang San Diego di Amerika Serikat
90
No.186/Kpts/Dj-V/1999 tanggal 13 Desember 1999 tentang Pembagian
dilakukan kegiatan seperti pada zona inti dan kegiatan wisata alam
hektar
91
pantai dan ekosistem hutan daratan rendah sampai pegunungan
manusia.
92
4. Obyek wisata berada pada zona khusus pemanfaatan yang dapat
Visi TNBB adalah terwujudnya kawasan hutan yang aman dan mantap
kawasan konservasi, potensi umber daya alam, hutan dan ekosistem dan
93
3. Penataan Organisasi Taman Nasional Bali Barat
Tata Kerja Taman Nasional Bali Barat, Suaka Alam Bali Barat dikelola sebagai
UPT Taman Nasional Bali Barat yang dikepalai oleh seorang Kepala setara
Eselon IV, dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi
Pelestarian.
Maret 1997 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional
Balai yang dipimpin oleh seorang Kepala Balai setara Eselon III, yang dalam
pengelolaannya dibantu oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi
Wisata Alam.
94
Taman Nasional dibagi menjadi 3 wilayah pengelolaan yaitu Seksi Konservasi
Wisata Alam, maka di TNBB terdapat tiga pengusahaan pariwisata alam yang
telah memiliki ijin prinsip dan ijin operasional dari Menteri Kehutanan untuk
95
Pengusahaan pariwisata alam yang menawarkan wisata bahari dengan
1. Pusat lnformasi
Pusat Informasi terletak Kantor Balai di Cekik, dan di Labuan Lalang ( foto 3 ).
Jembrana
menuju Singaraja. Untuk kawasan wisata alam telah tersedia jalan aspal,
96
jalan dengan pengerasan, dan jalur trekking. Jalur Trekking terdapat
antara lain: Jalur Teluk Terima, Jalur Cekik, Jalur Prapat Agung dan Jalur
Gunung Klatakan.
4. Dermaga
Kelor.
Wisma Tamu Taman Nasional Bali Barat terdapat di lingkungan Kantor Balai
di Cekik, tersedia type standard dan VIP. Untuk Wisma Cinta Alam (WCA)
Untuk MCK dan kamar bilas telah tersedia di beberapa tempat wisata
Banyuwedang.
9. Sarana Peribadatan
97
Untuk sarana peribadatan terdapat pura dan mushola di Kantor Balai
Gilimanuk.
pemandu dari Balai TNBB. Untuk Pemandu wisata alam telah ditetapkan
dimana terdapat pusat informasi dan Balai TNBB, wisma tamu, bumi
pra liar curik Bali yang akan dilepaskan. Di Prapat Agung juga terdapat
peninggalan sejarah lintas budaya Jawa Bali dengan nilai – nilai sakralnya
desa Pejarakan dengan sumber air panas, serta adanya fasiltas hotel dan
98
alam terutama yang paling dikenal wisatawan yaitu keindahan panorama
bawah laut dengan terumbu karang yang khas dan beragam jenis biota
laut yang menjadi daya tarik tersendiri untuk melakukan atraksi snorkling
dan diving. Selain itu, juga terdapat obyek wisata religius di Pulau
Menjangan, salah satunya merupakan pura tertua di Bali yaitu Pura Gili
Kencana. Terdapat pura lain seperti pura Klenting Sari dan pura Segara Giri
1. Data Pokok
99
PT. SBW memperoleh izin Pengusahaan Pariwisata Alam (PPA)
1998 tentang Ijin PPA dan Keputusan Menteri Kehutanan No. 566/Kpts-
100
pemanfaatan intensif daratan Balai Taman Nasional Bali Barat seluas
A. BLOK I (GILIMANUK)
1 Luas + 10,5 Ha
2 Batas Astronomi
3 Batas wilayah administrasi Kelurahan Gilimanuk Kecamatan Melaya
pemerintahan Kabupaten Jembrana Propinsi Bali
4 Batas wilayah pemangkuan Seksi Pengelolaan Taman Nasional
hutan Wilayah I Balai Taman Nasional Bali Barat
5 Batas – batas areal :
Sebelah Utara - Zona pemanfaatan perairan TNBB Teluk
Gilimanuk.
Sebelah Timur - Zona pemanfaatan perairan TNBB Teluk
Gilimanuk.
Sebelah Selatan - Zona pemanfaatan kawasan hutan
savana
Sebelah Barat - Pemukiman penduduk Kelurahan
Gilimanuk
101
hutan Wilayah III Balai Taman Nasional Bali
Barat
5 Batas – batas areal : - Zona pemanfaatan perairan TNBB Teluk
- Sebelah Utara Terima.
- Sebelah Timur - Sungai Krapyak dan Kawasan Hutan
Produksi
- Sebelah Selatan Terbatas (HPT)
- Jalur SUTT 150 KV Lampu Merah
- Sebelah Barat Gilimanuk – Pameron dan Jalan Propinsi
Cekik - Singaraja
- Zona pemanfaatan kawasan hutan musim
TNBB & enclave Desa Sumber
Klampok (APL)
Sumber :
Peta RBI Lembar Possumur, Ketapang, P. Menjangan dan Goris Skala
1:25.000 (Bakosurtanal, 1996 )
Peta zonasi TNBB (Lampiran Keputusan Dirjen PHPA No. 38/Kpts/DJ-
VI/1996)
Peta Areal kerja PPA PT. Shorea Barito Wisata (Lampiran Keputusan
Menteri Kehutanan No. 184/Kpts-II/1998 dan Keputusan Menteri
Kehutanan dan Perkebunan No : 566/Kpts-II tanggal 21 Juli 1999 tentang
Penetapan Batas Areal Kerja
Peta Tata Batas sebagian Kelompok Hutan Bali Barat (RTK. 19) yang
pinjam pakai untuk pembangunan Tower SUTT 150 KV Lampu Merah
– Gilimanuk – Pemeron skala 1:50.000 (BIPHUT Wilayah III, Juli
1995)
b. Iklim
areal kerja PPA termasuk iklim type E ( Q = 150% ). Rata – rata bulan
basah 4 bulan dan bulan kering 6 bulan, dengan curah hujan rata – rata
938 mm/ tahun. Curah hujan tertinggi jatuh pada bulan Desember - Maret
antara 55-85%.
102
c. Potensi Biologi.
1) Flora
pada pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. ( foto 4)
103
Deskripsi Strata Pertumbuhan
Semai Pancang Tiang Pohon
A. Blok I (Gilimanuk)
Hutan Mangrove :
Jumlah jenis 7 Jenis 6 Jenis - 5 Jenis
Jumlah dominan Bakau(R. Api-api Bakau(R.
Apiculata) (A.marina) Apiculata)
Keanekaragaman 43 % 55% 65 %
jenis
Jenis dilindungi 1,05 1,62 1,55
Hutan Musim :
Jumlah jenis 6 Jenis 6 Jenis 6 Jenis 8 Jenis
Jumlah dominan Tembelekan Bakau ( R. Asosiasi Tembelekan
(Lantana Apiculata) Talok- (lantana
camara) Tembelekan- camara)
Keanekaragaman Walikukun,
jenis 106 % 57 % 39% 103%
1,77 1,85
Jenis dilindungi 1,42 Sawo kecik
1,73 Sawo kecik (manilkara
(manilkara kauki)
kauki)
Hutan Pantai :
4 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 5 Jenis
Jumlah jenis
Poh hutan Pedang– Dungun Dungun
Jumlah dominan
(Buchanania pedangan, (Heritea (Heritea
arborescens) 83 % littoralis), littoralis)
83 % 83% ,98%
Keanekaragaman
1,24 1,06
jenis
1,07 1,47
Jenis dilindungi
C. Blok III (Labuan Lalang)
Hutan Mangrove :
Jumlah jenis 5 Jenis 6 Jenis - 5 Jenis
Jumlah dominan Buta-buta Buta-buta Buta-buta
(Exoecaria (Exoe-caria (Exoe-
agallaocha),8 agallaocha) caria
5% , 102 % agallaoc
104
ha), 131
Keanekaragaman 1,49 1,46 %
jenis 1,40
Jenis dilindungi
Hutan Musim :
Jumlah jenis 4 Jenis 6 Jenis 5 Jenis
Jumlah dominan Tembelekan Kalak, 63% Talok
(Lantana (Grewia
camara), koordersia),
80 % 85%
Keanekaragaman 1,33 1,66
jenis 1,50
Jenis dilindungi Asam
(Tamaridus)
Hutan Pantai :
Jumlah jenis 4 Jenis 3 Jenis 3 Jenis 5 Jenis
Jumlah dominan Krinyuh Dungun Dungun Dungun
(Eupatorium (Heritea (Heritea (Heritea
inulofolium), littoralis), 83% littoralis), littoralis)
80 % 136% ,98%
Keanekaragaman
jenis 1,33 1,07
Jenis dilindungi 1,06 1,47
2) Fauna
berjumlah 40 ekor (UPT. TNBB, 1997). Jenis fauna lainnya yaitu burung
air seperti layang – layang asia (Hirundo ristica ) dan bondol jawa
muntjak).
105
Tabel 8. Kondisi habitat, kelimpahan dan keanekaragaman jenis
dan tropik satwa liar.
3 Mamalia dan 2 jenis mamalia yaitu babi hutan (Sus scrofa) dan tikus
. Reptilia rumah (rattus rattus). Reptilia 2 jenis yaitu biawak
(Varanus salvator) dan kadal (Moubuya sp).
4 Tingkat Dari 22 jenis fauna (18 jenis burung, 2 jenis mamalia dan
. Tropik 2 jenis reptilia) terdiri atas 6 fishcivor, 3 carnivora, 5
gramnivora, 5 insecetivora, 2 nectivora dan 1 omnivora.
106
3 Mamalia Pada hutan mangrove sekitar Teluk Terima dijumpai 2
. dan jenis mamalia (monyet ekor panjang dan babi hutan) dan
Reptilia 2 jenis reptilia (biawak dan kadal).
Pada hutan mangrove sekitar Tanjung Kotal dijumpai 5
jenis mamalia (rusa timor, kijang, monyet ekor panjang,
babi hutan dan tikus rumah) dan 1 jenis reptilia (kadal).
Pada hutan musim dijumpai 11 jenis reptilia (ular sanca,
kadal dan ular tanah). Monyet ekor panjang dijumpai
dalam bentuk kelompok dengan jumlah sekitar 12-30
ekor / kelompok.
107
40-60 ekor / kelompok di pinggir jalan propinsi.
Pada hutan musim terdapat 12 jenis Mamalia (7 jenis
diantaranya termasuk dilindungi) dan 4 jenis reptilia.
Monyet ekor panjang merupakan jenis yang mudah
dijumpai, sedangkan untuk banteng relatif sudah sulit
dijumpai.
4 Tingkat Dari 26 jenis satwa liar pada hutan mangrove terdiri atas
. Tropik 3 fishcivora, 7 gramnivora, 9 insectivora, 2 carnivora, 2
nectivora, 2 herbivora dan 2 omnivora.
Dari 25 jenis satwa liar pada hutan pantai terdiri atas 3
carnivora, 6 gramnivora, 7 insectivora, 2 nectivora, 2
omnivora, 2 fishcivora, dan 3 herbivora.
Dari 44 jenis satwa liar pada hutan musim terdiri atas 10
carnivora, 11 gramnivora, 15 insectivora, 2 nectivora, 2
omnivora dan 4 herbivora.
3) Biota Perairan.
Terumbu karang diperairan Teluk Terima sekitar areal kerja
edge ( WWF dan UNDP/FAO, 1980 ).Di perairan Teluk Terima dan
108
.
Menurut laporan Balai Taman Nasional Bali Barat, WWF Bali dan
kondisi terumbu karang buruk, kecuali pada kawasan Tukad Saru yaitu
yang jauh lebih tinggi dari pada kawasan lain, terutama Pulau
ditemukan di
109
Agung dan Blok III (Labuan Lalang) termasuk DAS Teluk Terima dan
Sungai yang relatif cukup besar hanya terdapat di Blok III (Labuan
alam dibagian sebelah timur dari Blok III (Labuan Lalang ). Debit
sungai Krapyak bagian Hulu 0,54 M3/ detik dan di bagian Hilir 0,79
sedangkan untuk Blok II (Tanjung Kotal) dan Blok III (Labuan Lalang)
diperoleh dari sumur bor Balai TNBB di Teluk Terima dengan debit
d. Aksesibilitas
Aksesibilitas untuk menuju areal Pengusahaan Pariwisata Alam
(PPA) mudah, mengingat lokasinya tidak jauh dari jalan negara dan
propinsi maupun pelabuhan laut dan udara, kecuali untuk menuju Blok
II (Tanjung Kotal) dimana Waka Shorea Resort and Spa berada harus
angkutan kapal motor atau speed boat melayari perairan Teluk Terima.
110
menghubungkan Pulau Bali (Gilimanuk) dengan Pulau Jawa
jam.
didarati pesawat berbadan lebar (Boeing 747 dan Air Bus A300) dari
charter melalui rute jalur utara dari Denpasar – Singaraja Blok III
jam.
homestay, 6 buah rumah makan, 6 unit art shop, pasar dan kelompok
1). Kependudukan
111
Wilayah Kecamatan Melaya terdiri atas 10 Kelurahan / Desa,
112
hutan produksi terbatas dan hutan tanaman dengan sistem kontrak
Propinsi Bali.
kelapa dan kapuk yang telah habis masa HGU-nya sejak tahun
113
Blok II dan III (Desa Sumber Klampok dan Pejarakan) tingkat
sebab itu karena wilayah desa ini berada di kawasan TNBB, Kepala
relatif lebih baik dari pada yang disekitar Blok II (Tanjung Kotal) dan III
(RSUD Singaraja, RS TNI AD, RSU Kartha Husada dan RSU Karya
Berdasarkan etnis dalam jumlah besar terdiri atas etnis Bali, Jawa,
114
Madura, dan. Lombok yang telah hidup berdampingan dalam.
penduduk.
kalau kita dapat membuat orang lain ikut menikmati hidup ini maka
hidup kitapun akan lebih bermakna. Selain itu juga dikenal konsep
115
menghormati, misal pada saat berlangsungnya Nyepi Tahun Baru
TNBB
Barat.
116
Dalam pelaksanaan kegiatan pengusahaan pariwisata alam, PT.
berikut
terpadu.
117
(4) Sistem pengusahaan ditekankan pada upaya penentuan jasa layanan
setempat.
semi permanent
wisata alam, baik dari segi kelestarian sumber daya alam dan
Kebijaksanaan Operasional
118
(3) Pengembangan dan pengelolaan potensi obyek wisata alam didasarkan
kepada p e r e n c a n a a n t e r p a d u d e n g a n R K T- T N B B , d a n p o l a
alam.
alam hayati
Struktur organisasi PT. Shorea Barito Wisata dalam PPA pada sebagian
119
Dewan Dinas
Direktur
Komisaris /Instansi
Utama
Direktur
Direktur Operasional Direktur
Manager Supervisor
Operasi Administrasi
Kegiatan / Paket
Reservasi
Tata Boga
Pengamanan/ Perlindungan
Pengendalian Lingkungan
120
Pada observasi lapangan dilakukan tinjauan langsung ke dua dari
tiga wilayah PPA PT. Shorea Barito Wisata ( PT. SBW ) yaitu Blok II
( Tanjung Kotal ) dimana terdapat Waka Shorea Resort and Spa ( peta 3,
foto 7,8 ) dan Blok III ( Labuan Lalang ) dimana terdapat area dermaga /
pembangunan berkelanjutan.
121
Foto 8. Pantai di Waka Shorea Resort and Spa
pihak yang bermitra, yaitu Departemen Kehutanan dan PT. SBW sudah
122
keputusan unit kerja terhadap pihak lain (partner); mempengaruhi
pihak lain untuk memberi dukungan terhadap kerja sama
5. Memonitor kerja sama, dengan mengimplementasi cara - cara yang
efektif untuk memonitor dan mengevaluasi proses kerja sama dan
pencapaian sasaran bersama
daerah dilaksanakan oleh Balai TNBB, yang dikepalai oleh drs. Bambang
Darmadja. ( foto 9 ).
Dalam hal ini Balai TNBB melakukan kemitraan dengan PT. SBW
Kehutanan. Untuk itu team Balai TNBB turun ke lokasi tempat PPA
123
untuk melakukan monitoring dan evaluasi dari Rencana Karya
Tahunan ( RKT ) yang sudah dibuat oleh pengelola PPA termasuk PT.
ini juga dikonfirmasi oleh Kepala Balai TNBB bahwa Clean Up pantai
termasuk PT. SBW. Untuk itu dilakukan patroli laut bersama yang
Kepala Balai TNBB yang menyatakan bahwa dalam satu kali patroli laut
124
Selain dengan PT. SBW, dalam upaya pelestarian
Bali (APCB) Balai TNBB melakukan kemitraan dalam pelestarian curik Bali
dimana pihak APCB menyediakan curik Bali yang hendak ditangkar, dan Balai
TNBB menyediakan sarana berupa sangkar, pakan dan tenaga SDM untuk
sekarang mencapai Rp. 30 juta per pasang menjadi Rp. 5 juta per
Curik ( jalak ) Bali baik insitu, di dalam kawasan TNBB di mana burung ini
125
tidak boleh diperjualbelikan, maupun eksitu ( di luar kawasan ), dimana
Balai TNBB akan memberikan bibit curik Bali ( F1) untuk ditangkarkan,
pencurian curik Bali akan berkurang. Curik Bali atau Jalak Bali dikenal
itu disebabkan oleh rusaknya habitat Curik Bali dan kelangkaan air
• Balai TNBB juga mendidik para karyawan Waka Shorea Resort and
Spa sebagai pemandu wisata alam TNBB dan disertifikasi. Selain itu
126
Menjangan yang menjadi wilayah Balai TNBB terkenal sebagai lokasi
diving.
kabupaten Buleleng.
Shorea Resort and Spa dilatih oleh polisi hutan Balai TNBB sebagai
127
tenaga SATGASDAMKAR (Satuan Tugas Pemadam Kebakaran ) ,
• Menerima dan memandu para tamu Waka Shorea Resort and Spa
mitra swastanya termasuk PT. SBW ( Waka Shorea Resort and Spa )
Hal ini dikonfirmasi oleh Klian Desa Pakraman (kepala desa adat )
128
oleh warga Hindu, sedangkan masyarakat non Hindu juga menghormati
awig – awig ini.
Foto 12. Kepala Desa Sumber Klampok (no 2 dari kiri ), Klian Desa
Pakraman ( no 3 dari kiri ) dan stafnya di Kantor Kepala Desa.
lalu.
129
dimana seringkali tidak sesuai dengan makna konservasi dan upaya
menambahkan bahwa :
Dari segi adat, ada denda Rp. 100.000 bagi pelanggar, dan diarak
keliling desa diiringi pukulan gong. Dari segi hukum, pelanggar disuruh
membuat surat pernyataan dan menandatanganinya. Apabila
kedapatan berbuat lagi, maka akan diserahkan kepada Balai TNBB
untuk diproses lebih lanjut. Namun bila yang menangkap adalah pihak
Balai TNBB, maka akan diproses lebih lanjut dan masyarakat desa
menyerahkan sepenuhnya kepada kebijakan Balai TNBB terhadap si
pelanggar.
130
penyediaan fasilitas dan jasa yang berhubungan dengan
kerja PPA terdiri atas 3 (tiga) blok dengan luas total + 292 Ha,
sempadan batas areal kerja PPA dengan zona inti dan zona
131
621 m 2 (0.62% ) di Blok I Gilimanuk, 4.677 m 2
(0.25%) di Blok II
2 Panorama Alam Nilai estetika areal yang Nilai estetika areal yang menghadap ke
menghadap ke perairan perairan Teluk Terima dan pemandangan
.
Teluk Gili-manuk dan Pulau Menjangan dari kejauhan.
peman-dangan Pulau
Kalong, Pulau Burung dan
Pulau Gadung.
3 Keanekaragaman Kelimpahan dan keaneka- Selain burung air, Kelimpahan dan
Satwa Liar ragaman burung air rusa timor, kijang keanekaragaman
.
dan monyet ekor burung air, rusa
panjang, juga timor, kijang dan
132
sebagai wilayah monyet ekor
teritori Jalak Putih panjang.
Bali.
Disekitar wilayah PPA (zona pemanfaatan TNBB) yang menjadi areal kegiatan
A Wisata Bahari
Tabel 11.Jenis kegiatan dan produk usaha yang akan dan sudah
dikembangkan.
Lokasi Jenis Kegiatan Produk Usaha
wilayah PPA
133
Pengamatan flora-fauna makanan/minuman dan
beserta
lingkungannya, dan souvenir.
pendidikan
konservasi.
an dan souvenir.
Sampai tahun 2009, fasilitas yang ada di Waka Shorea Resort and
Spa adalah 14 vila dan dua lanai, satu meeting room kecil, satu spa,
satu restoran dan satu pusat aktivitas. Harga dengan harga kamar
cukup mahal untuk ukuran turis domestik yaitu USD 180, oleh sebab
134
tinggal 2 hari. Lokasi dan konsep Waka Shorea cocok untuk kegiatan
restoran, dan tidak ada TV. Pantainya tenang dan tidak terpolusi,
USD 60-80.
Foto 13. Direktur PT. Shorea Barito Wisata Ir. Iwan J. Prawira
( kanan )
135
Dengan demikian kawasan laut di sekitar TNBB dapat pula
global yang melanda dunia dewasa ini, serta isu flu burung dan flu
yang rawan isu, baik dari segi keamanan maupun kesehatan, oleh
sebab itu peran pemerintah dalam hal ini Depbudpar dan Depkes
136
Resort and Spa, maka PT. SBW melakukan kegiatan promosi dan
pemasaran melalui brosur, slide video / film, dan billboard, promosi media
dengan whole saler travel serta agen perjalanan yang tergabung dalam
Buleleng (Di Desa Banyu Poh, Kecamatan Gerokgak, Wisata Alam : Pantai
128 KM dari Denpasar ; daya tarik wisata happy, Pantai Tanjung
alam/budaya berupa Pura, Pantai dan Kera. Alam, Celukan
Air sanih (di Desa Bukti, Kecamatan Kubu Bawang, Ponjok Batu,
Tambahan, 98 KM dari Denpasar); daya Air Panas Pemuteran,
tarik wisata alam berupa pantai dan kolam Wenara Buka, Pantai
renang. Kubu Gembong,
Air Panas Banjar (di Desa Banjar Kecamatan Pelabuhan Buleleng,
Banjar, 98 KM dari Denpasar); daya tarik Air Terjun Sing-Sing,
wisata alam berupa sumber air panas dan Desa Panji, Danau
kolam renang. Buyan, Danau
Pantai lovina (disepanjang pantai Desa Tamblingan, dan Desa
Pemaron – Temukus, 80 KM dari Denpasar); Asah Goblek.
daya tarik wisata alam berupa air terjun dan Wisata Budaya :
137
lingkungan alamnya. Lingkungan Pura Beji,
Gedung KertaDalem
Jagaraga, Pura Madue
karang, Tugu Buwana
Kerta, Monumen
Pangkung Bangka dan
Desa Sembiran.
Sumber :
RIP kepariwisataan Buleleng dalam Buleleng Dalam Angka 1996(Kantor
Statistik Kabupaten Buleleng, 1997)
Selain itu, PT. SBW juga berpartisipasi dalam event – event lingkungan
138
Tabel 13. Proyeksi dan pencapaian jumlah pengunjung baik di
KA WASAN TN BB
TAH U WISN U WISM AN JU MLAH
N
TAR REA LI TAR GE REA LI TARGE REAL I
GET SASI % T SASI % T SAS I %
Sebagai bagian dari group Waka, maka Waka Shorea Resort and Spa
139
juga bekerjasama dengan sesama hotel butik group Waka ( misalnya
Waka Namya dan Waka di Ume di Ubud, Waka Maya di Sanur ) untuk
sangat sedikit dan jauh di bawah target. Hal ini dapat disebabkan oleh
(a )Terlalu besarnya target yang ditetapkan baik oleh Balai TNBB dan
PT. SBW. (b) Dampak dari Bomb Bali I dan bomb Bali II yang
jauh dari pusat pariwisata Bali seperti TNBB. (c) Kurangnya minat
keterbatasan dana.
oleh PT.SBW, dapat dilihat bahwa pada tahun 2007 total wisatawan
Waka Shorea Resort and Spa sebesar 25.81%. Sedangkan dari Januari
140
Direktur PT. SBW diperoleh informasi bahwa 95% pengunjung Waka
Mereka umumnya mengetahui Waka Shorea Resort and Spa dan TNBB
dari biro perjalanan mereka, dan mereka mencari tempat yang sepi yang
alami dan jauh dari hiruk pikuk kota besar. Wisatawan Austria ( foto 14 ) ,
is remote and secluded, away from the huzzle and buzzle of Kuta or
other resort areas. Also, limited numbers of bungalows and villas make
the guests enhance the privacy setting here.” Sedangkan dari sisi
141
b. Peran PT. SBW dalam Pelestarian Lingkungan Hidup
upaya aforestasi (usaha reboisasi pada lahan yang dahulunya tidak ada
hutan ) dan deforestasi (pencegahan perusakan pada hutan yang masih ada)
142
adalah antara lain tanaman pilang (A. leucophloea ), kemloko ( P. emblica ),
ketapang ( T. catappa ), bakau (C. tagal, R apiculata dan E. agellocha ) dan api-
api ( A. marina ) serta cendana. Bibit tanam tersebut diperoleh dari anakan
bibit tanan asam, intaran dan penanaman pohon sawo kecik di Blok II
mengatur arus kunjungan grup pengunjung pada bulan – bulan yang padat ,
bagi satwa, sehingga satwa liar seperti rusa bisa minum di tempat itu, seperti
pada malam hari, di dekat area restoran di tepi pantai, nampak adanya
rusa serta babi hutan melintas, dan menurut karyawan restoran, babi hutan
143
Selain itu di Waka Shorea terdapat penangkaran curik Bali, dimana
(Leucopsar rotschildi) di Lokasi Waka Shorea Resort and Spa. Curik ini
Sekalipun wilayah PPA dari PT. SBW hanya daratan, namun wilayah
tersebut berbatasan dengan pantai dan laut, yang menjadi salah satu
daya tarik wisatanya, sehingga mau tidak mau, pihak PT. SBW
berpegang pada filosofi Hindu Bali yaitu Tri Hita Karana, yang
144
sekitarnya. Direktur PT. SBW menginfor-masikan beberapa program
dimana PT. SBW juga ikut berperan serta dalam pameran yang
145
reforestasi dan pencegahan kerusakan ekosistem perairan seperti
hutan TNBB listrik PLN hanya ada di dermaga. Juga sejalan dengan
ciri khas Waka Group ( hotel butik ) yaitu ecofriendly maka digunakan
pemakaian air.
hutan, pencurian kayu dan perburuan hewan liar seperti curik Bali, rusa,
untuk pakan ternak. Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan oleh PT.
SBW adalah :
146
memasuki kawasan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
tenaga keamanan.
bentuk display gambar seperti peta lokasi obyek wisata dan potensi obyek
147
pengunjung perorangan diberikan brosur/leaflet yang berisikan infonnasi
148
ketentuan yang berlaku.Sedangkan untuk menjamin keselamatan
hewan liar, (2) apabila melihat babi hutan atau ular, diam saja, jangan
lari, nanti binatang itu pergi sendiri, (3) selalu mengenakan alas kaki
saat di pantai, (4) dilarang mengambil koral / kerang pada saat diving
saat keluar dari TNBB, (6) menutup pintu dan menyimpan makanan di
tempat tertutup saat akan keluar kamar, karena pintu yang terbuka
149
Tahap ini meliputi penyelesaian administrasi pemanfaatan sarana dan
atau biota perairan dari awasan TNBB kecuali ikan yang boleh
dimana untuk air minum digunakan air kemasan yang dibeli dari luar
kawasan, dan untuk air mandi, cuci, memasak, digunakan air bersih yang
Resort and Spa, baik sebagai tenaga keamanan, staf di hotel, tukang
kapal pesiar. Juga ada yang menjadi manager operasional. Rata – rata
150
group Waka. Selain itu penduduk dilibatkan sebagai pengelola perahu
Klampok.
Sedangkan pihak Waka Shorea Resort and Spa sendiri memiliki satu
perahu yang hanya difungsikan untuk antar jemput tamu dari lokasi jetty
malam hari pada saat makan malam, di udara terbuka di tepi pantai.
151
Masyarakat desa Sumber Klampok umumnya bertani cabe, jagung
dan kacang – kacangan dan lokasi desa jauh dari pusat keramaian
terakhir bambu. Pada tahun 2000 – 2005 pernah ada bantuan bea
Sumber Klampok dengan PT. SBW seperti yang dijelaskan oleh Direktur
PT. SBW. Untuk itu dibuka forum dialog, dimana pengelolaan kapal
152
harus terus menerus diberi penyadaran akan kebersihan lingkungan.
SBW. Hal ini dikonfirmasi oleh Kepala Desa Sumber Klampok bahwa
keeratannya dengan agama Hindu Bali yang sarat dengan ritual dan
Klampok. Pihak Balai TNBB juga ikut serta bekerjasama dalam kegiatan
Tuhan sebagai penguasa alam dalam hal ini laut dan hutan dimana
sesajen itu secara tidak langsung juga dinikmati oleh hewan atau
binatang yang ada di sekitar Waka Shorea Resort and Spa seperti
153
cacing, sedangkan sesajen yang letaknya di atas dinikmati oleh
hutan dan ini dilakukan juga oleh Waka Shorea Resort and Spa yang
154
Foto 18. Menghaturkan sesajen sebagai salah bentuk kearifan
lokal
pasokan listrik PLN. Oleh sebab itu Waka Shorea Resort and Spa
155
positif dari pihak Waka Shorea Resort and Spa dengan penggunaan
seperti flu burung, flu babi, ancaman keamanan seperti bom dan
Hidup.
156
dalam hal kontribusi pendanaan maupun pembuatan kebijakan
konservasi dan hanya menghitung nilai uang dari kayu / flora fauna
(Pemberdayaan Masyarakat ).
selain juga filosofi Tri Hita Karana dan karma pala, yang semuanya
157
d. Inkonsistensi Kebijakan antara Pusat dan Daerah
dan aspek sosial ini sudah baik namun masih terkendala dalam hal
inkonsistensi kebijakan.
Sedangkan dari pihak pemda sendiri, dalam hal ini pemda kabupaten
158
retribusi, dalam pengusahaan pariwisata alam di kawasan konservasi
159
terkait pengenaan pajak hotel dan pajak restaurant di kawasan TNBB,
Untuk itu pihak Waka Shorea telah mengirimkan surat kepada Direktur
2008. Demikianlah masalah ini sampai sekarang belum selesai dan hal ini
160
daerah, dan kurangnya dialog di antara kedua instansi, yang mana
tinggi.
161
BAB V
A. Kesimpulan
hidup dan sosial. Namun keberhasilan tersebut tidak lepas dari peran
162
Labuan Lalang dimana saat ini PT. SBW sedang mencari mitra
global, penyakit flu babi, flu burung, serta ancaman bom dan
163
pembersihan pantai baik dilakukan sendiri maupun bekerjasama
dengan LSM Project Bali Clean Up, (3) Program Jumat Bersih.
TNBB, PT. SBW serta masyarakat desa antara lain desa Sumber
sangat ringan.
164
• Kepatuhan masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan
dipertahankan.
bekerja sama dengan desa adat, (5) memberi bantuan bantuan bibit
(6) memberi bantuan bea siswa kepada siswa SD pada tahun 2000
lalu. Pada saat pembangunan Waka Shorea Resort and Spa awal
sebagai pekerja.
165
mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik,
and Spa.
berganda.
B. Saran
menengah
166
atas ( mengingat harga kamar yang cukup mahal ) yang tentunya
para pengusaha seperti PT. SBW dapat lebih mudah mencari mitra
Misalnya
167
• Program Tree Adoption, atau program adopsi pohon yang
asli TNBB di kawasan Waka Shorea Resort and Spa yang mana
curik Bali.
dipikul bersama dan tidak menjadi beban dari PT. SBW semata – mata.
Hal ini pada akhirnya juga mengurangi ekonomi biaya tinggi sehingga
Filosofi Trihita Karana yang terwujud dalam awig awig yang menunjang
direspon terutama oleh PT.SBW dan pihak Balai TNBB dengan upaya –
bila kebutuhan perut tidak dapat tertangani dengan baik, maka pada`
168
sekitar TNBB dengan pencurian koral dan menangkap ikan dengan
bom ikan.
Shorea Resort and Spa perlu dipahami sebagai modal budaya yang
antara pusat dan daerah. Perlu dibuat perda yang tidak bertentangan
Lampung.
169
KEPUSTAKAAN
A. Buku
170
Saleh, Harry Heriawan, (2008). Kemitraan Sektor Publik dan Swasta.
Jakarta, Pustaka Sinar Harapan.
Salim, Emil, ( 1991 ). Pembangunan Berwawasan Lingkungan. Jakarta,
LP3ES.
Sekretariat Tim Pengembangan Kebijakan Nasional Tata Kepemerintahan
yang Baik- Bappenas, (2007), Modul Penerapan Prinsip – Prinsip
Tata Pemerintahan yang Baik, Bappenas, Jakarta.
Sugandhy, Aca, Dr. Ir.Msc; Hakim, Rustam, MT (2007). Prinsip Dasar
Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan
Lingkungan. Jakarta, Bumi Aksara.
Subarsono, AG.Drs, Msi, MA.( cetakan kedua 2006 ). Analisis Kebijakan
Publik ( Konsep, Teori dan Apikasi ), Yogyakarta, Pustaka
Pelajar.
Sugiyono, Prof. Dr (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung,
Alfabeta.
Tjokroamidjojo, Bintoro ( cetakan ke 8 1985 ). Pengantar Administrasi
Pembangunan. Jakarta, LP3ES.
Widodo, Joko, Dr.M.S. ( cetakan kedua, 2008 ). Analisis Kebijakan Publik
( Konsep, dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik). Malang,
Bayumedia Publishing.
Winarno, Budi . ( 2007 ). Kebijakan Publik Teori dan Proses, Edisi Revisi.
Yogyakarta, Media Pressindo.
Yoeti, Oka, A ( 2002 ). Perencanaan Strategis pemasaran Daerah Tujuan
Wisata. Jakarta, PT. Pradnya Paramita.
Hidup,
171
Undang – Undang no 25 tahun 2004 tentang Program Pembangunan
Birokrasi
Propinsi Bali.
172
Pengusahaan Pariwisata Alam Tahap II ( RKL-PPA ) Periode 1
D. Laporan
XI 2008
173
Laporan Pelaksanaan Pembinaan PPA PT. Shorea Barito Wisata 2004
Laporan Hasil Monitoring dan Evaluasi PPA PT. Shorea Barito Wisata
E. Website
muenchen.de/2381/ )
tbidris.wordpress.com/2008/03/31/pembangunan-berkelanjutan/ )
documents.net/wced-ocf.htm )
174
PEDOMAN OBSERVASI
EVALUASI KEBIJAKAN KEMITRAAN PENGUSAHAAN
PARIWISATA ALAM TAMAN NASIONAL BALI BARAT DALAM
MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
1. Hal – hal yang diobservasi pada penelitian ini adalah mengacu kepada
hal – hal
( snorkeling, boating ).
Balai TNBB.
TNBB.
175
3. Team penelitian adalah peneliti sendiri, satu orang asisten untuk
fotografer.
Taman Nasional di
Taman Nasional di Taman Nasional di
Bali dan Nusa
Pulau Sumatera Pulau Jawa
Tenggara
*)
1. Gunung Leuser **)
**)
1. Ujung Kulon 1. Bali Barat
176
Selatan **)
9. Way Kambas 9. Alas Purwo
10. Batang Gadis 10. Gunung Merapi
11. Tesso Nilo 11. Gunung Merbabu
12. Gunung Ciremai
Keterangan:
Taman
Taman Nasional
Taman Nasional di Nasional di
di Pulau
Pulau Sulawesi Maluku dan
Kalimantan
Papua
1. Gunung Palung 1. Bunaken 1. Manusela
2. Danau Sentarum 2. Aketajawe -
***)
2. Bogani Nani Wartabone
Lolobata
*)
3. Teluk
3. Betung Kerihun 3. Lore Lindu
Cendrawasih
4. Bukit Baka-Bukit **)
4. Taka Bonerate 4. Lorentz
Raya
5. Tanjung Puting*) 5. Rawa Aopa Watumohai 5. Wasur
6. Kutai 6. Wakatobi
7. Kayan
7. Kepulauan Togean
Mentarang
8. Bantimurung -
8. Sebangau
Bulusaraung
*)
Cagar Biosfer
**)
World Heritage Sites
***)
Ramsar Sites
177
Peta 3 . Lokasi Waka Shorea Resort and Spa
178
179
PROGRAM MAGISTER ILMU ADMINISTRASI
S E K O LA H T I N G G I I L M U A D M I N I S T R A S I
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
Jalan Administrasi II Pejompongan, Jakarta Pusat 10260-Telp. (021) 5326396 Fax. (021) 53674562
NYOMAN RUDANA
Anggota DPD –RI ( Senator ) Propinsi Bali 2004 - 2009
Website / Email / Hp :
Website :
www.senatorrudana.yahoo.com
www.adonisrama.wordpress.com
www.museumrudana.com
Email :
adonisrama@yahoo.com
rudana@senatorrudana.com
Alamat Rumah :
Cok Rai Pudak 44, Peliatan, Ubud, Bali 80571
Ph : 0361-975779
Park Royal Apartment Tower 1 suite 1011
Jl Gatot Subroto, Jakarta 12071
Ph : 021 – 5717311
Alamat Kantor :
Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ) Building, lantai 3, Ruang 302
( Propinsi Bali ).
Kompleks Gedung DPR – MPR, Jend Gatot Subroto 6, Jakarta 12071
Ph : 021- 57897242, Fax : 021 – 57897244
www.dpd.go.id
Pekerjaan Saat ini :
Oktober 2004 – September 2009
Anggota DPD – RI mewakili Propinsi Bali, bertugas di :
Panitia Ad Hoc / PAH IV. membidangi RAPBN, Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah, memberikan pertimbangan hasil pemeriksaan keuangan daerah dan
pemilihan anggota BPK serta pajak.
Badan Kehormatan DPD - RI .
Panitia Kerjasama Antar Lembaga Perwakilan / PKALP DPD-RI.
Kelompok DPD –RI di MPR –RI.
Anggota MPR – R I
2005 – Sekarang :
Komisaris GRP ( Group Rudana & Putra ) Holding Company
27 – 30 Nopember 2008
ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY 2008 dengan DPR RI sebagai tuan
rumah.
26 – 27 Juli 2008
Menghadiri the 8th Workshop of Parliamentary Scholars and Parliamentarians di
Wroxton College, Wroxton, Oxfordshire UK, dilanjutkan dengan mengunjungi The
House of Lords di London, UK.
26 – 27 Mei 2008
Menghadiri The Indonesia Regional Investment Forum ( IRIF ) di Ritz Carlton- Pasific
Place , Jakarta .
20 – 24 Januari 2008
Menghadiri The 16th APPF ( Asia Pasific Parliamentary Forum ) di Auckland, New
Zealand.
14 – 18 Desember 2007
Menghadiri International E- Parliament Hearing di Hotel Alila Ubud, Bali.
3 – 14 Desember 2007
Menghadiri Konferensi Perubahan Iklim PBB / United Nations Convention on Climate
Change ( UNCCC ) di Nusa Dua Bali
1 Juni 2007
Seminar dan Konsultasi Publik Perjuangan Bali Menuju Otonomi Khusus Dalam
Bingkai NKRI di Museum Indonesia TMII
14 – 15 Februari 2007
Salah satu nara sumber dalam Workshop Pengembangan Sistem Integritas Publik
dalam Tata Kelola Pemerintahan Daerah yang Baik, bekerjasama dengan Griffith
University of Queensland, Brisbane, Australia, di Hotel Sanur Plaza, Bali.
2 – 3 Nopember 2006
Menghadiri Indonesia Regional Investment Forum ( IRIF ), yang diselenggarakan oleh
DPD RI sebagai tuan rumah, di Hotel Shangrila , Jakarta.
September 2006
Mengunjungi Parlemen di Negara Bagian Queensland, Australia di Brisbane, menga-
dakan meeting mengenai sistem IT yang terintegrasi di kalangan institusi pemerintah
terkait dalam rangka menuju pemerintahan yang bersih ( good governance ).
21 – 28 Mei 2005
Mengunjungi ibu kota Australia, Canberra, bertemu dengan Menlu Australia Mr.
Alexander Downer, dan anggota Parlemen Commonwealth dimana dirumuskan
sejumlah saran antara lain perlunya pembentukan kelompok parlemen antara DPD RI
dengan Senat Australia untuk meningkatkan kerjasama antar Negara Bagian di
Australia dengan propinsi di Indonesia.
2005
Workshop Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, diselenggarakan oleh Depdagri,
di Hotel Borobudur, Jakarta.
2005
Workshop mengenai penguatan fungsi DPD dalam menuju Sistem Parlemen Bikameral
untuk mempercepat demokrasi, disponsori oleh Bank Dunia, di Lippo Karawaci,
Tangerang.
Pengalaman Kerja:
2000
Menciptakan Ksatria Seni Award, penghargaan seni yang diberikan setiap empat tahun
sekali kepada individu maupun organiasi yang mendedikasikan hidupnya untuk
memajukan seni di tanah air.
1995
Mendirikan Yayasan Seni Rudana, mensponsori anak – anak serta pemuda di Bali dalam
menempuh pendidikan di bidang seni, tari menari serta musik
1991
Mendirikan Padma Indah Cottage di Ubud ( berubah menjadi Wakanamya Resort and
Spa di tahun 2003). Website : www.wakanamya.com
22 Desember 1990
Peletakan batu pertama didirikannya Museum Rudana di Kawasan Seni Rudana Ubud,
satu kompleks dengan Rudana Fine Art Gallery. Diresmikan oleh Presiden Soeharto
tanggal 26 Desember 1995.
Museum Rudana merupakan museum yang menampilkan karya seni terutama karya lukis
masterpiece dari para seniman terkemuka Bali teristimewa, Indonesia serta luar negeri.
Website : www.museumrudana.com.
1980
Mendirikan Yayasan Pendidikan Udaya Ukir, di Ubud Bali, berfokus pada pendidikan
dasar.
1978
Mendirikan Rudana Fine Art Gallery di Ubud, Bali. Website :
www.museumrudana.com.
1974
Mendirikan The Rudana Painter Community di Sanur, Bali, untuk membina dan
mengembangkan kreatifitas seni lukis di daerah Sanur, serta membantu para seniman
lokal dalam memasarkan hasil karyanya.
Pendidikan Formal :
2008 - 2009 Program pasca sarjana Manajemen Pembangunan Daerah, STIA
LAN Jakarta
2000 - 2004 Fakultas Ekonomi STIE Adhi Nyaga, Jakarta
1969 - 1970 PGSLP Negeri, Madiun, Jawa Timur
1965 - 1968 SLUA Saraswati Denpasar, Bali
1962 - 1965 SMP Negeri, Ubud, Gianyar-Bali
1956 - 1962 SD Negeri, Mawang, Ubud, Bali
Penghargaan :
2000
Penghargaan L’albero dell’umanita ( Pohon Perdamaian ) dari pemerintah Italia,
sebagai apresiasi terhadap upaya dalam menyampaikan misi perdamaian dunia
melalui seni. Diberikan beberapa bulan setelah Museum Rudana menyelenggarakan
pameran lukisan di Roma pada tahun 2000.
14 Desember 1994
Penghargaan Upakarti, diserahkan oleh Presiden Soeharto, sebagai penghargaan dalam
bidang Pembinaan dan Pengembangan Industri Kecil dan Kerajinan dalam rangka
Pengembangan Industri Nasional.
1985
Lempad Prize Award, diberikan oleh Sanggar Dewata Indonesia, sebagai penghargaan
terhadap komitmen dan upaya dalam mempromosikan seni budaya Indonesia.
Febuari 1997 Pameran lukisan di Kuwait National Council for Culture, Arts and
Letters di Kuwait City, Kuwait, diselenggarakan oleh Museum Rudana.
1991 Pameran lukisan di enam Negara Bagian di Amerika Serikat, diseleng-
garakan oleh Rudana Fine Art Gallery, bekerjasama dengan KIAS.
Organisasi :
• 2002 – 2006 Ketua PABBSI ( Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia )
cabang Bali.
• 1966 – 1971 Ketua Karang Taruna di desa Gelogor, Lod Tunduh, Ubud
Data Pribadi :
Status Menikah