Professional Documents
Culture Documents
Transkrip Wawancara 1
ekonomi biaya tinggi yang menyebabkan menurunnya daya saing daerah,
mengingat bahwa dari setiap Ijin PPA ( Pengusahaan Pariwisata Alam ) yang
diterbitkan oleh Dephut telah dikenakan PNBP. Namun surat tersebut tersebut
dibantah oleh pemda kabupaten Buleleng, dengan Surat Sekda Kab Buleleng
yang kami terima, yang menyatakan bahwa Surat Menhut tersebut tidak
mempunyai kekuatan hukum untuk membatalkan pungutan tertentu seperti
pungutan pajak dan restoran karena pelaksanaan perda mempunyai kekuatan
hukum yang lebih tinggi dan tidak ada pengecualian. Hal ini menyebabkan kami
dikenakan pungutan pajak berganda dan tentunya hal itu memberatkan. Kami
juga mendapatkan dua kali surat teguran akibat belum menyerahkan SPTPD
Pajak dan Restaurant, tahun 2007 dan 2008.
Transkrip Wawancara 2
Pihak Dephut hanya memberikan ijin PPA saja, sedangkan investasi dalam
pembangunan sarana prasarana di wilayah PPA ( Blok I,II,III ) menjadi
tanggung jawab penuh dari PT. SBW. Sedangkan pemda kabupaten Buleleng
menjadi mitra kerja dalam penataan Blok II Labuan Lalang dimana pemkab
Buleleng membangun sekitar 10 kios, lahan parkir, toilet umum dan gapura
yang saat inni dikelola oleh masyarakat desa Sumber Klampok. Sedangkan di
kabupaten Jembrana belum ada kerjasama dengan pemda setempat.
Transkrip Wawancara 3
baik dalam meningkatkan arus kunjungan wisatawan terlebih apabila ada
pesawat yang langsung terbang dari Singapura ke Singaraja.
Transkrip Wawancara 4
(4) Wisata budaya : atraksi kesenian daerah, paket wisata keluar wilayah kerja
PPA, bekerjasama dengan Balai TNBB misalnya berkunjung ke kawasan hutan
lindung yang dikelola TNBB.
Dalam hal ini Waka Shorea menyediakan pemandu wisata yang telah
disertifikasi oleh Balai TNBB dan cukup mampu berbahasa Inggris. Selain itu
disediakan pula penyewaan peralatan dan perlengkapan kegiatan wiata alam
( memancing, perahu, tenda camping dll ). Sedangkan untuk informasi
mengenai Waka Shorea sendiri, dilakukan mengenai brosur, company profile,
serta website.
Transkrip Wawancara 5
III. Kemitraan dalam aspek Lingkungan Hidup
8. Program kemitraan apa saja yang sudah dilakukan oleh PT. Shorea Barito
Wisata dalam menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan di wilayah PPA
TNBB.
a. Setahun minimal 3 kali bekerjasama dengan LSM Project Bali Clean Up,
bekerjasama dengan anak sekolah, desa adat ( ada 13 desa adat di wilayah
PPA TNBB ), menyisir pantai dan membersihkan sampah terutama sampah
plastik. Program ini juga bagus untuk memberikan kesadaran lingkungan
sejak dini bagi anak sekolah.
b. Program Jumat Bersih, membersihkan wilayah PPA TNBB dan kawasan
Waka Shorea Resort and Spa oleh karyawan Waka Shorea.
c. Bekerjasama dengan Balai TNBB dalam program pembersihan pantai :
berganti – ganti lokasi di sekitar obyek wisata termasuk di P. Menjangan. Balai
TNBB juga berpartisipasi dalam melakukan ngayah ( gotong royong
membersihkan pura ) dan mlaksanakan kegiatan keagamaan ( piodalan,
tumpak landep, saraswati, purnama ) di pura – pura utama di sekitar kawasan
TNBB seperti pura Gilimenjangan, Pura Sumber Klampok.
9. Bagaimana bentuk kemitraan antara PT. SBW dengan pihak lain misalnya Balai
TNBB maupun LSM dalam pengelolaan lingkungan hidup, konsevasi alam dan
menjaga keamanan hutan.
Para tenaga keamanan / satpam di PT. SBW dibekali ketrampilan oleh Balai
TNBB untuk mampu bertindak sebagai penjaga keamanan hutan seperti
layaknya jagawana, juga dibekali dengan pelatihan sebagai tenaga pemadam
kebakaran hutan, mengingat dalam wilayah PPA TNBB yang dikelola oleh
PT.SBW, semua kegiatan termasuk pengamanan hutan dan pencegahan
kebakaran di wilayah PPA nya merupakan tanggung jawab dari PT. SBW.
Bahkan semua staf di PT. SBW khususnya di Wakashorea Resort and Spa dapat
berfungsi sebagai tenaga keamanan.
Transkrip Wawancara 6
Dengan LSM : PT. SBW bekerjasama dengan APCB ( Asosiasi Pelestari Curik
Bali ), yang pusatnya di Taman Safari Indonesia ( dengan person in charge Bpk.
Tonny Sumampouw ), untuk melakukan penangkaran curik ( jalak putih ) Bali
yang merupakan fauna khas di TNBB. Dalam hal ini PT. SBW menyediakan
sangkar besar untuk penangkaran serta menyediakan pakan burung, sedangkan
APCB menyediakan 20 ekor curik Bali untuk dikembangbiakkan. Di sini, curik
Bali berada di dalam sangkar besar serta di luar sangkar. Curik Bali yang berada
di dalam sangkar juga berfungsi untuk memikat curik Bali yang ada di luar
sangkar agar tidak terbang terlalu jauh. Tanggal 5 Mei 2009 yang lalu, Menteri
Kehutanan H. M.S. Kaban bersama Gubernur Bali melepasliarkan 34 ekor
burung Curik Bali (Leucopsar rotschildi) pada 5 Mei 2009 di Lokasi Waka Shorea
Resort and Spa.
Selain itu manajemen Waka Shorea juga menjaga keseimbangan ekosistem
dengan misalnya menyediakan tempat minum bagi satwa, sehingga satwa liar
seperti rusa bisa minum di tempat itu. Juga pada area hotel, tidak jarang
dijumpai hewan liar yang berkeliaran bebas, seperti rusa, babi hutan, bahkan
kera.
10. Apakah ada program pengendalian dampak perubahan iklim, seperti mitigasi
dan adaptasi ?
Mengingat maintenance di Waka Shorea adalah high cost, dimana tidak ada
listrik dari PLN di kawasan Waka Shorea mengingat ini adalah kawasan hutan
TNBB , maka pasokan listrik dilakukan dengan menggunakan genset, ( listrik
PLN hanya ada di dermaga ). Juga sejalan dengan ciri khas Waka Group ( hotel
butik ) yaitu ecofriendly, maka digunakan lampu hemat energy, pengunjung
diminta untuk mematikan lampu, AC, TV pada saat keluar ruangan, serta
mnghemat pemakaian air. Sejauh ini belum ada penggunaan energi terbarukan
dalam kawasan TNBB. Namun aforestasi (usaha reboisasi pada lahan yang
dahulunya tidak ada hutan ) dilakukan sejak tahun 2000 dengan penanaman
10.000 pohon habitat asli TNBB antara lain waru, ketapang, cendana. Program
pencegahan deforestasi (pencegahan perusakan pada hutan yang masih ada)
Transkrip Wawancara 7
dilakukan dengan menjaga kawasan, dengan patroli bersama dengan Balai
TNBB.
11.Langkah – langkah apa yang dilakukan dengan pihak terkait, misalnya dengan
Balai TNBB untuk pemantauan pengendalian kebakaran dan pemeliharaan ?
Dibentuk Satgasdamkar, ( Satuan Tugas Pemadam Kebakaran ) yang berasal
dari para tenaga keamanan PT. SBW, yang dilatih oleh Balai TNBB, baik teori
maupun praktek. Tiap tahun dilakukan diklat, penyegaran termasuk praktek di
lapangan.
12. Langkah – langkah apa yang sudah dilakukan PT Shorea Barito Wisata dalam
rangka untuk pendidikan konservasi baik kepada masyarakat sekitar wilayah
PPA TNBB maupun pengunjung TNBB.
Pendidikan konservasi dilakukan bersama Balai TNBB kepada masyarakat
sekitar, sedangkan untuk pengunjung dilakukan melalui brosur, juga penerangan
di bagian informasi, atau pada saat melakukan trekking, dengan pemandu wisata
menerangkan mengenai flora fauna yang ada di TNBB.
13.Apakah ada upaya dalam koordinasi keamanan lingkungan laut dengan para
stakeholder ( pemegang Ijin Pengusahaan Pariwisata Alam / PPA ) lain di
kawasan TNBB, yaitu PT. Disthi Kumala Bahari dan PT. Trimbawan Swastama
Sejati.
Patroli laut dilakukan melalui wadah FKMPP ( Forum Komunikasi Masyarakat
Peduli Pesisir ) dimana semua stakeholder TNBB termasuk para pengelola
TNBB, Balai TNBB, masyarakat desa Sumber Klampok tergabung di dalamnya.
Dengan dukungan dana dari para pengelola PPA TNBB dan atau dukungan LSM
misalnya WWF, patroli laut dilakukan satu sampai empat kali sebulan tergantung
dukungan dana.
Transkrip Wawancara 8
14.Bagaimana caranya agar pengunjung tidak membawa keluar flora dan fauna dari
TNBB?
Diamati pada saat pengunjung keluar kawasan,juga selama di dalam kawasan
khususnya pada saat snorkeling maupun trekking diberi pemahaman mengenai
konservasi oleh pemandu wisata alam TNBB.
16.Bentuk kontribusi apa saja yang dilakukan oleh PT. Shorea Barito Wisata
dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat ?
Masyarakat dilibatkan sebagai karyawan di PT. SBW yaitu di Waka Shorea
Resort and Spa, baik sebagai tenaga keamanan, staf di hotel, tukang perahu,
terapis ( massage ) , karyawan di restoran, dan lain – lain dimana 85%
karyawan berasal dari penduduk desa Sumber Klampok. Beberapa sudah
keluar dari Waka Shorea dan bekerja di luar negeri sebagai karyawan kapal
pesiar. Juga ada yang menjadi manager operasional. Rata – rata lulusan SMA,
sehingga harus dilakukan pelatihan terlebih dahulu di group Waka. Selain itu
penduduk dilibatkan sebagai pengelola perahu motor melalui paguyuban /
koperasi. Hal ini juga merupakan tuntutan masyarakat pada saat PT. SBW
mulai beroperasi karena sebelum PT SBW beroperasi, mereka sudah
menyewakan perahu bagi wisatawan yang akan mengunjungi P Menjangan
untuk diving. Sedangkan pihak Waka Shorea sendiri memiliki satu perahu
yang hanya difungsikan untuk antar jemput tamu dari lokasi jetty ( dermaga ) di
Blok III Labuhan Lalang ke lokasi Waka Shorea Resort and Spa di Blok II
Tanjung Kotal, dimana tukang perahunya merupakan karyawan Waka Shorea.
Transkrip Wawancara 9
17. Apakah pernah ada konflik antara masyarakat dengan pihak pengelola TNBB.
Pada awal pembangunan Waka Shorea di tahun 2000 ada konflik antara
masyarakat Desa Sumber Klampok dengan PT. SBW. Untuk itu dibuka forum
dialog, maka pengelolaan kapal motor tetap diserahkan kepada masyarakat
desa Sumber Klampok, juga sebagian area di Labuhan Lalang di tempat jetty
dikelola oleh masyarakat, yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berjualan,
namun akibatnya lokasi menjadi agak kumuh. Untuk itu masyarakat harus
terus menerus diberi penyadaran akan kebersihan lingkungan. Juga
masyarakat diberi kesempatan untuk menjadi karyawan bagi PT. Waka
Shorea. Sedangkan untuk pembangunan akomodasi dan sarana lain seperti
dernaga, menara pengawas dan lain - lain, masyarakat juga dilibatkan sebagai
tukang bangunan, yang dilakukan oleh kontraktor di luar PT. SBW.
b. Harapan dan saran, baik kepada pemerintah maupun pihak terkait lainnya
1. Sinkronisasi kebijakan antara Departemen Kehutanan dengan Pemda
Buleleng khususnya Dinas Pendapatan Darerah ( Disparda ), dalam hal
pungutan ganda.
2. Perhatian pemerintah khususnya Dinas Pariwisata, agar ikut
memperkenalkan TNBB sebagai destinasi alternatif wisata alam.
Transkrip Wawancara 10
3. Bisa mendapatkan mitra investor untuk pembangunan perluasan sarana
prasarana seperti diving lodge di Labuhan Lalang.
Transkrip Wawancara 11
Artinya Waka Shorea sangat konsen dan peduli akan hal tersebut. Untuk
keselamatan dan kenyamanan baik itu karyawan dan tamu maka secara spiritual
juga menghaturkan sesajen di semua tempat (pura) yang disakralkan oleh warga
setempat.
Catatan :
Transkrip Wawancara 12
Pemangku adalah orang yang dipercaya untuk melakukan ritual agama Hindu di
Bali.
Transkrip Wawancara 13
Suami petani cabe, kacang kacangan, jagung, namun tidak cukup untuk
makan. Jadi harus memelihara sapi, babi. Kalau musim kemarau, tanahnya
kering karena kurang air.
Kalau Ni Luh digaji Rp.30.000 per hari sebagai massageur. Jauh lebih baik
daripada bercocok tanam. Selain itu penduduk bekerja sebagai nelayan
tradisional. Namun kerja sebagai terapis musiman, hanya bila tamu sedang
ramai. Kalau tidak bekerja sebagai terapis, Ni Luh bekerja di ladang.
4. Bagaimana bentuk program kerjasama antara PT. Shorea Barito Wisata dengan
desa Sumber Klampok.
Umumnya PT. SBW membantu dalam bentuk memberikan sumbangan dalam
upacara – upacara ritual keagamaan Hindu. Juga mempekerjakan penduduk
sebagai karyawan.
7. Bentuk kemitraan apa yang dilakukan PT. Shorea Barito Wisata di desa
Sumber Klampok dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
( dalam hal pertanian, budidaya hasil laut, kerajinan dll ).
Tidak tahu.
Transkrip Wawancara 14
8. Apa yang menjadi kendala, dan harapan dari masyarakat Desa Sumber
Klampok terhadap keberadaan PT. SBW dalam mengelola TNBB?
Kendala – kendala yang dihadapi saat ini bila tamu sedang sepi penghasilan
berkurang. Harapan saya ada pelatihan secara berkala, baik teori dan
praktek untuk teknik massage, karena ilmu massage berkembang terus
Transkrip Wawancara 15
Kode Informan : B-01
Identitas Informan : Drs Bambang Darmadja
Pekerjaan /Jabatan : Kepala Balai TNBB
Tempat Wawancara : Balai TNBB, desa Cekik, Gilimanuk, Kab. Jembrana, Bali
Hari /Tanggal : Selasa 14 Juli 2009
Transkrip Wawancara 16
3. Bagaimana cara Balai TNBB dalam mengevaluasi kebijakan pemberian ijin PPA
kepada Waka Shorea sesuai kebijakan yang tertera pada pertanyaan no 2 di
atas dan apa saja yang dievaluasi
Setiap akhir tahun Balai TNBB melakukan evaluasi dari realisasi rencana program
yang dilakukan oleh Waka Shorea berdasarkan RKT ( Rencana Karya Tahunan )
yang dibuat oleh PT. SBW dan dilaporkan ke Departemen Kehutanan.
Pemeriksanaan dilakukan oleh Team Balai TNBB. Tingkat kepatuhan dari pihak
yang dievaluasi adalah sekitar 70%. RKT tidak perlu muluk – muluk, yang penting
bisa dilaksanakan.
5. Mengingat TNBB ada di dua kabupaten yaitu Jembrana dan Buleleng, apakah
ada konflik kepentingan di antara kedua kabupaten tersebut terkait keberadaan
TNBB ?
Sejauh ini tidak ada. TNBB hanya boleh memungut karcis masuk ke kawasan
Rp. 2500 untuk turis domestik dan Rp. 20.000 untuk turis asing. Jumlah ini
sangat kecil. Tetapi pemda bisa membuatkan perda untuk retribusi, sehingga
bisa menambah PAD dan sebagian juga bisa diberikan kepada TNBB utk
menambah pemasukan dana TNBB, sehingga bisa dijadikan dana operasional
maupun untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan. Hal tersebut sudah
pernah dilakukan di Taman Nasional Way Kambas di Lampung dimana saya
Transkrip Wawancara 17
pernah bertugas, dimana pemdanya membuat perda terkait retribusi, dimana
pengunjung ditarik Rp. 200.000. Sepanjang tidak bertentangan dengan
kebijakan di atasnya, sangat mungkin membuat perda tambahan yang saling
menguntungkan baik dari pihak pemda maupun dari Balai TNBB sendiri.
6. Apakah ada bantuan dana dari pemerintah ( pusat maupun daerah dalam
pengelolaan TNBB khususnya wilayah PPA TNBB yang dikelola Waka Shorea.
Dana berasal dari APBN, namun untuk pemberdayaan masyarakat, dana hanya
Rp. 20 – 50 juta setahun, sangat kecil.
Transkrip Wawancara 18
mengurangi pencurian curik Bali dan menurunkan harganya di pasaran gelap,
dari sekarang Rp. 30 juta per pasang menjadi Rp. 5 juta per pasang. Dalam
penangkaran eksitu, masyarakat yang berminat untuk menangkar curik Bali
dapat mengajukan ijin kepada Departemen Kehutanan yang nantinya melalui
Balai TNBB akan memberikan bibit curik Bali ( F1) untuk ditangkarkan, dan
haislnya ( F2, F3 dan seterusnya ) dapat dijual. Dengan demikian pencurian
curik Bali akan berkurang. Penangkaran curik Bali dilakukan bekerjasama
dengan APCB ( Asosiasi Pelestari Curik Bali ) yang pusatnya di Taman Safari
Indonesia. Sedangkan penggunakan energi terbarukan dan enegi alternatif
belum dilakukan.
9. Bagaimana bentuk kemitraan antara Balai TNBB dengan Waka Shorea serta
pihak lain misalnya LSM dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Patroli bersama di darat dan laut dengan satuan keamanan dari stakeholder lain
termasuk dari Waka Shorea, dalam wadah FKMPP ( Forum Komunikasi
Masyarakat Peduli Pesisir ) dimana Balai TNBB juga menjadi stakeholdernya.
Juga melakukan Clean Up ( pembersihan areal pantai ) di Pulau Menjangan.
Pihak perusahaan dan atau LSM misalnya WWF memberikan sejumlah dana
untuk operasional. Pihak Balai TNBB juga melatih petugas keamanan dari Waka
Shorea mengenai cara – cara pengamanan hutan serta pelatihan pemadam
kebakaran, juga melatih beberapa karyawan Waka Shorea untuk menjadi
pemandu wisata alam TNBB dan memberikan sertifikasi. Tiap tahun, bersama
dengan pemandu wisata alam dri Balai TNBB, mereka diberi penyegaran dan
pelatihan – pelatihan baru.
Transkrip Wawancara 19
rambu – rambu / papan peringatan di lokasi yang strategis, juga beberapa rambu
seperti ANDA MEMASUKI KAWASAN HUTAN LINDUNG.
11. Bagaimana caranya agar pengunjung tidak membawa keluar flora dan fauna dari
TNBB.
Pengunjung yang keluar dari TNBB diperhatikan barang bawaannya, bila
mencurigakan maka akan diperiksa. Untuk mencegah hal tersebut terjadi, peran
pemandu wisata alam snagat penting untuk memperingatkan pengunjung agar
tidak membawa tumbuhan, maupun koral, dan biota laut lain dari TNBB.
Transkrip Wawancara 20
14.Apakah Balai TNBB sendiri melakukan upaya pemberdayaan masyarakat ?
Ya, dengan memberikan ternak sapi, pupuk organik, dimana dana diperoleh
dari APBN, serta pendampingan / pelatihan dengan LSM lokal. Juga
melakukan pelatihan kepada masyarakat sebagai pemandu wisata alam
TNBB. Balai TNBB melatih masyarakat desa sekitar TNBB sebagai Pemandu
Wisata Alam TNBB dan memberikan sertifikasi sejak tahun 2008. Sertifikasi ini
bertujuan untuk menstandarisasi kemampuan pemandu wisata, dengan
demikian komplain dari wisatawan terhadap TNBB dapat dikurangi. Pemandu
wisata tersebut tergabung dalam Forum Pemandu Wisata Alam TNBB.
Sampai sekarang sudah 30 orang yang disertifikasi dan setiap tahun dilakukan
diklat, pelatihan – pelatihan dan updating pengetahuan tentang kebijakan baru,
teknologi dan perkembangan terbaru. Mereka diberi seragam biru, dan mampu
berbahasa Inggris dengan belajar secara autodidak serta diberikan pelatihan
bahasa Inggris juga dengan kerjasama dengan Dinas Pariwisata. Khusus
untuk kegiatan pemanduan, bilamana ada kunjungan dari luar yang membawa
pemandu sendiri, maka tetap harus menyewa pemandu wisata alam dari Balai
TNBB, dengan demikian kita dapat memproteksi periuk nasi para pemandu ini.
Dan dari hasil memandu, mereka bisa menyekolahkan anaknya dan
menghidupi keluarganya.
15.Bentuk kemitraan apa saja yang dilakukan bersama Waka. Shorea dan
stakeholder lain dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat
(pertanian, budidaya hasil laut, kerajinan dll )
Ada budidaya rumput laut yang dilakukan dengan FKMPP dimana hasilnya
dapat menambah pendapatan masyarakat sekitar TNBB.
16.Apakah ada upaya pendidikan konservasi alam yang dilakukan oleh Balai
TNBB bagi masyarakat di sekitar wilayah PPA TNBB. Jelaskan.
Memang pendidikan lingkungan hidup belum menjadi muatan lokal dalam
kurikulum sekolah, namun Balai TNBB sudah melakukan upaya dengan
melibatkan LSM lokal untuk pendidikan lingkungan untuk anak SD – SMA yaitu
Transkrip Wawancara 21
dengan LSM Pilang dan Seka. Dengan tujuan penyadartahuan agar
masyarakat khususnya anak – anak tahu dan peduli tentang upaya pelestarian
hutan. Secara teori diajarkan di sekolah dan prakteknya di ajak kelapangan
berkeliling TNBB dengan penjelasan mengenai flora fauna di kawasan TNBB
serta upya menanam pohon. Sedangkan untuk guru – guru SMP – SMA juga
dilakukan pembentukan kader konservasi khususnya guru IPA dan biologi, baik
di kabupaten Jembrana maupun Buleleng yaitu mengenai bagaimana
mengelola taman nasional yang bisa dipakai untuk pendidikan, penelitian,
pariwisata dan rekreasi. Sedangkan dengan Waka Shorea belum ada
kerjasama pendidikan lingkungan.
Transkrip Wawancara 22
20. Bagaimana dengan jumlah pengunjung dikaitkan dengan isu mengenai
penyakit atau situasi keamanan di Bali ?
Jumlah pengunjung yang datang bisa mengalami penurunan tergantung
situasi seperti ada isu flu babi, flu burung, SAR, bom Bali dan lain – lain, akan
mempengaruhi jumlah kunjungan.
21. Apa kendala, tantangan dan harapan dari Balai TNBB terhadap pengelolaan
TNBB?
Kendala yang dihadapi oleh TNBB sekarang terutama adalah terkait dengan
belum optimalnya pengembangan pariwisata di kawasan Bali Barat
khususnya di TNBB. Yang menjadi tantangan kami adalah bagaimana
mengubah paradigma masyarakat, pejabat, pengusaha agar merasa
memiliki taman nasional. Sebagai contoh, pejabat selalu menanyakan, apa
kontribusi TNBB terhadap daerah ( terkait PAD ). Pada jangka pendek,
kontribusi memang kecil, namun keberadaan Taman Nasional adalah sesuatu
yang sifatnya jangka panjang, karena merupakan kegiatan konservasi. Kalau
para pejat sendiri tidak mengetahui makna konservasi, sulit bagi mereka
untuk memberikan dukungan, baik dana maupun lainnya. Harusnya mereka
mampu berpikir mengenai ”apa kontribusi mereka terhadap kegiatan
konservasi”, dengan demikian lebih mudah mensosialisasikannya ke
masyarakat.
Harapan dari Balai TNBB : (1) Balai TNBB dapat membiayai dirinya
sendiri, untuk itu diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak karena prinsip
pengelolaan TNBB yaitu perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan sumber
daya merupakan kegitan yang memerlukan kontribusi banyak pihak termasuk
pra pembuat kebijakan, dan sifatnya jangka panjang. (2) Keberadaan TNBB
harus mampu memberdayakan masyarakat sekitarnya dengan kegiatan –
kegiatan yang dapat meningkatkan sumber pendapatan mereka.
Transkrip Wawancara 23
Keterangan lebih lengkap dapat dibaca pada buku – buku / leaflet
mengenai TNBB yang kami berikan kepada bapak dan ibu.
Kode Informan : B-02
Identitas Informan : Arifun
Pekerjaan /Jabatan : Polisi Hutan
Tempat Wawancara : STPN II Buleleng Resort Teluk Brumbun, TNBB
Hari /Tanggal : Rabu, 15 Juli 2009
Transkrip Wawancara 24
4. Bagaimana kegiatan patroli di kawasan ini dalam menjaga keamanan hutan
dari pencurian kayu dan perburuan satwa liar ?
Patroli darat dilakukan dengan berjalan kaki dan polisi hutan membawa senjata.
Umumnya para pencuri kayu atau pemburu satwa langsung lari begitu melihat
polisi hutan. Umumnya mereka tidak bersenjata api, hanya membawa sabit.
6. Bagaimana caranya agar pengunjung tidak membawa keluar flora dan fauna
dari TNBB.
Pengunjung diberi peringatan agar tidak membawa apapun keluar dari TNBB.
Pernah ada mahasiswa yang melakukan penelitian di TNBB bermaksud
membawa koral, malamnya kesurupan selama beberapa jam dan setelah
dipanggilkan ‘orang pintar’ setempat, dimana si mahasiswa dimintakan maaf
kepada ‘penunggu wilayah’ tersebut karena tidak mengerti dan tidak
bermaksud jahat, barulah berangsur- angsur membaik. . Jadi pengunjung
harus menghargai pula unsur kepercayaan masyarakat lokal yang ada di
tempat ini termasuk terhadap hal – hal gaib.
Transkrip Wawancara 25
pengintaian sampai 3 bulan. Untuk pencurian burung, sekarang jauh berkurang
karena adanya isu flu burung.
9. Apakah ada bantuan dari pihak luar kepada Balai TNBB, berupa apa bantuan
tersebut.
Ada bantuan dari Jepang, berupa peralatan, seperti teropong, dan alat lain, serta
pengembalian curik Bali yang ditangkar di Jepang ke sini untuk dilepas liarkan.
Teluk Brumbun merupakan salah satu lokasi pra pelepasan curik Bali.
10.Bagaimana kendala yang ada saat ini serta tantangan yang dihadapi dan apa
saran untuk mengatasinya
Kendala bagi polisi hutan adalah kesejahteraan dan perlengkapan kerja yang
kurang memadi sedangkan tugas yang diemban cukup berat. Harapannya
tentunya ada perhatian lebih bagi pihak swasta maupun pemerintah terhadap
kesejahteraan polisi hutan.
Transkrip Wawancara 26
Kode Informan : C-01
Identitas Informan : Drs. Putu Tastra Wijaya, M.M
Pekerjaan /Jabatan : Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab.Buleleng
Tempat Wawancara : Kantor Disparda Kab Buleleng di Singaraja
Hari /Tanggal : Senin, 13 Juli 2009
Transkrip Wawancara 27
mempelajarinya sebagai peningkatan pengetahuan dan pengalaman. Jadi peran
Disbudpar Kab. Buleleng dalam mempromosikan obyek pariwisata alam TNBB
yaitu melalui pertemuan-pertemuan dengan instansi terkait, media cetak, dan
media elektronik
2. Apakah ada bantuan dana dari pemerintah ( pusat maupun daerah ) dalam
pengembangan TNBB sebagai kawasan ekowisata.
Kemungkinan dana untuk itu ditangani instansi terkait, dari dispudbar tidak ada.
3. Landasan yuridis / Kebijakan ( UU, peraturan ) apa saja yang dipergunakan oleh
Dinas Pariwisata dalam kaitan dengan pengembangan kawasan ekowisata
khususnya Taman Nasional.
Landasan yuridis / Kebijakan ( UU, peraturan ) dalam kaitan dengan
pengembangan kawasan ekowisata khususnya Taman Nasional ada di tingkat
pusat (Departemen Kehutanan).
Transkrip Wawancara 28
pengelolaan lingkungan hidup antara lain: melestarikan tatanan lingkungan, (b)
mengindahkan daya dukung lingkungan, (c) menaikkan mutu lingkungan, (d)
menggerakkan perlindungan dan pemanfaatan keanekaragaman fauna dan flora,
(e) mengkoordinasikan keterpaduan sumber daya manusia, sumber daya alam,
dan sumber daya buatan dalam pengelolaan lingkungan, (f) mengupayakan
pemanfaatan ruang wilayah secara optimal, (g ) menormalisasikan fungsi
lingkungan dengan mengurangi resiko perusakan dan pencemaran lingkungan,
(h) menggairahkan peran-peran masyarakat lokal.
Transkrip Wawancara 29
Kode Informan : D-01
Identitas Informan
dan jabatan : Putu Artana( Kepala Desa Sumber Klampok), Jero Made
Kampium (Klian Desa pakraman Sumber Klampok), Moh.
Djatim (Tokoh masyarakat Islam), Rusdi Dedeg (Prajuru adat),
semuanya merangkap anggota FKMPP
Tempat Wawancara : Kantor Kepala Desa Sumber Klampok,14 Kec. Gerokgak,
Kab. Buleleng
Transkrip Wawancara 30
2. Bentuk kontribusi apa saja yang dilakukan oleh Waka Shorea dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Dengan ada Waka Shorea ada perubahan ekonomi. Pengelolaan parkir dan
wisata bahari untuk diving diserahkan kepada desa adat melalui paguyuban.
Setiap tahun manajemen Waka Shorea memberikan bantuan bibit tanaman
tahunan, seperti mangga, nangka, jeruk, dan terakhir bambu. Pada tahun 2000
– 2005 pernah ada bantuan bea siswa untuk siswa SD. Juga masyarakat desa
dipekerjakan sebagai tenaga proyek pembangunan Waka Shorea dan juga
sebagai karyawan.
4. Bagaimana kontribusi Balai TNBB dan instansi terkait lain dalam upaya
pemberdayaan masyarakat ?
Balai TNBB memberi kesempatan masyarakat untuk menjadi pemandu wisata
alam TNBB dengan memberikan pelatihan berkala, dan sejak tahun 2008
dilakukan sertifikasi pemandu. Pemandu wisata alam ini tidak hanya untuk
kawasan hutan TNBB, namun juga untuk pemandu diving. Sedangkan
Departemen Pertanian dan Peternakan ada Program Hijauan Makanan Ternak
( HMT ) yaitu penanaman rumput sebagai pakan ternak di lahan tidur. Hal ini
merupakan hasil masukan Kepala Desa Sumber Klampok pada saat
Musrenbang tahun lalu.
5. Apakah ada upaya pendidikan ketrampilan seperti bahasa Inggris dari PT.
SBW atau dari instansi terkait baik bagi masyarakat desa Sumber Klampok
yang terlibat dalam kegiatan pariwisata alam
Pernah diberikan pelatihan bahasa Inggris oleh Ausaid bekerjasama dengan
Transkrip Wawancara 31
Dinas Pariwisata.
7. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan oleh Balai TNBB dan atau Waka Shorea
dalam pendidikan konservasi.
Balai TNBB melakukan sosialiasi mengenai pembagian zona – zona TNBB, di 4
desa sekitar TNBB, dan melibatkan masyarakat dalam penanaman pohon
( reboisasi ). Tahun 1999 pada saat reformasi sempat terjadi perambahan HPT
( Hutan Produksi Terbatas) milik Departemen Kehutanan oleh masyarakat,
namun sekarang sudah ditanami kembali ( reforestasi).
Transkrip Wawancara 32
hewan liar seperti curik Bali, ayam hutan, rusa, dan lain – lain. Sedangkan dari
segi hukum adat, dalam awig – awig adat, dicantumkan juga pasal terkait
dengan pelestarian lingkungan, dimana penduduk desa harus ikut memelihara
kelestarian TNBB, sebagai pelaksanaan dari filosofi Hindu Tri Hita Karana, yaitu
adanya keharmonisan antara manusia dan alam sekitarnya. Selain itu TNBB
merupakan hal yang harus diwariskan kepada generasi mendatang. Awig – awig
lingkungan ini sangat ditaati oleh warga Hindu, sedangkan masyarakat non
Hindu juga menghormati awig – awig ini.
10.Apa yang menjadi kendala, dan harapan dari masyarakat Desa Sumber
Klampok terhadap keberadaan Waka Shorea dalam mengelola TNBB?
Kendala yang ada saat ini adalah belum adanya SMA / SMK di desa Sumber
Klampok. Kami lebih mengharapkan dibangunnya SMK Kehutanan,
mengingat lokasinya yang berada di kawasan TNBB, sehingga lulusannya
dapat menjadi tenaga terpakai di Balai TNBB atau dapat bekerja sebagai
pemandu.
Harapan ke depan adalah bagaimana di saat krisis seperti ini, dengan melihat
potensi pariwisata yang ada, bisa mengundang investor untuk membangun
hotel, dan sarana prasarana pariwisata lain, sehingga penduduk desa tidak
Transkrip Wawancara 33
hanya mengandalkan lahan pertanian, namun juga bisa bekerja sebagai
karyawan hotel. Mengingat TNBB merupakan kawasan yang unik, dimana
hewan – hewan liar bisa mendekat ke kawasan hotel sepanjang mereka tidak
diganggu, sehingga ada keseimbangan alam tetap terjaga.
Transkrip Wawancara 34
Informan Code : E-01
Informan Identity : A group of Austrian tourists
Job / Title : …………………………
Country of Origin : Austria
Place of Interview : Waka Shorea Resort and Spa
Day / Date : Monday 13 July 2009
1. How do you know about West Bali National Park, especially the area where
you ar staying ( in Wakanamya Resort and Spa ).
We knew this resort from our travel agent in Nederland. This place is serene
and quiet and we need place where we can sit back and relax.
3. What makes you interested in visiting West Bali National Park ( TNBB ).
It is remote and secluded, away from the huzzle and buzzle of Kuta or other
resort areas. Also, limited numbers of bungalows and villas make the guests
enhance the privacy setting here.
Transkrip Wawancara 35
II. Regarding environmental management in TNBB especially in Waka
Shorea Resort and Spa area
4. From what you see in TNBB, is there any programs you know concerning
climate change, such as :
a. Energy efficiency : hotel guests must turn off the lights, AC when leaving the
room.
b. Water efficiency : hotel guests must turn not let the water run from the tap
while it is not being used.
c. Use towel more than one day to save water and usage of less detergent.
d. Renewable energy usage : solar, water, wind etc.
There’s a reminder sign inside the room, being hung in the bathroom
door,regarding energy and water efficiency. Hotel guests are expected to use
electricity and water effciently. So far no sign of renewable energy being used
here.
5. How is the condition of the accommodation and restaurant , gift shops in Waka
Shorea Resort and Spa according to your standard, either in location, price,
numbers of rooms etc. Does it meet your standard? Please explain.
The beach is clean and unspoiled but the bungalow area should be more tidy
and needs more vegetation so it can look greener. The food is good, number of
rooms should be kept minimal while service should be maintained or
enhanced. The hospitality is good.
6. What kind of traveling package available in Waka Shorea that you you know :
We haven’t checked everything but we know that trekking, bird watching,
kayaking, swimming, snorkeling,diving are available here.
Transkrip Wawancara 36
IV. Current challenges dan suggestions
7. What do you think are the obstacles and challenges in managing TNBB
nowadays.
TNBB is far from Denpasar and it takes 3 hours to get here. Also, Waka Shorea
and TNBB are not yet well promoted so not many people know this place.
8. Can you give suggestions of what should be done by TNBB ( under the Ministry
of Forestry) and Waka Shorea Management to preserve biodiversities in TNBB
and manage TNBB in general.
TNBB needs more conservation programs and should be more actively
collaborate with varied institutions especially foreign NGOs concerning
sustainable development.
Transkrip Wawancara 37