Professional Documents
Culture Documents
Menurut pasal 613 KUH Perdata, penyerahan itu harus dilakukan dengan
akta autentik atau di bawah tangan. Penyerahan secara lisan tidak sah. Ada
dua persyaratan yang harus dipenuhi supaya Cessie itu mempunyai
kekuatan atau daya berlaku terhadap debitur, yaitu :
Penyerahan (levering) diatur di dalam pasal 612 KUH Perdata , pasal 620
KUH Perdata. Di dalam NBW, Levering diatur dalam Buku III tentang Van
Zaken, yang dimulai dari Art.639 – Art. 617 NBW.
1
Ada dua arti perkataan penyerahan (Levering), yaitu :
1. Feitelijke Levering, dan
2. Juridische Levering.
A. Pembagian Penyerahan
Di dalam BW dikenal tiga macam penyerahan (levering), yaitu :
a. Penyerahan (levering) benda bergerak ;
b. Penyerahan (levering) benda tidak bergerak;
c. Penyerahan (levering) piutang atas nama.
Yang ketiga hal tersebut akan dijelaskan dalam sub bab berikut.
-Penyerahan Kunci
Penyerahan kunci adalah suatu penyerahan terhadap benda bergerak,
dimana benda bergerak itu berada di dalam suatu tempat atau gedung
tempat benda tadi disimpan (Pasal 612 KUH Perdata). Misalnya, akan ada
penyerahan beras atau gula yang telah disimpan dalam suatu gudang, maka
yang diserahkan oleh pemilik kepada pembeli adalah kunci gudang tersebut.
2
Adalah suatu penyerahan, dimana benda yang akan diserahkan masih
digunakanoleh pemiliknya untuk sementara waktu.
Untuk jual beli hak atas tanah, hipotek, maupun credietverband harus
dilakukan dimuka dan dihadapan pejabat yang berwenang. Pejabat
berwenang membuat akta hak atas tanah / hipotek /credietverband adalah
notaries, PPAT dan camat untuk kecamatan yang belum mempunyai notaris.
Berdasarkan akta notaris itu, maka pembeli atau penjual / kreditur / debitur
membawa akta itu ke Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten /
Kotamadya untuk didaftarkan di dalam daftar buku tanah / hipotek /
credietveriband.
3
Selain disebut dalam KUH Perdata, orang juga dapat mengadakan
pengelompokan-pengelompokan tagihan-tagihan diatas dengan cara lain
yaitu kedalam 3 kelompok, yaitu:
Kita melihat bahwa di dalm Cessie terlibat 3 pihak dalam tiga hubungan
yang berlainan. Yang pertama, hubungan antara kreditur (semua / cedent)
dengan debitur (cessus). Ini merupakan hubungan asal sebelum ada
peristiwa cessie. Sesudah ada Cessie maka muncul hubungan yang kedua,
yaitu hubungan antara cessionaries dengan cessus. Kedua hubungan yang
terakhir akan kita bicarakan lebih lanjut.
4
penyerahan hak milik dan dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai
kewenangan besehikking.
Dalam hal dasar Cessie adalah jual beli atas hak tagihan atas nama , maka
harga jual / beli tersebut tidak perlu bahkan biasanya lebih rendah dari nilai
nominal tagihannya.
Kalau orang menjual hak tagihan yang baru matang untuk ditagih sebulan
kemudian, maka pembeli tentunya tidak mau mengopernya dengan nilai
yang sama dengan nilai nominalnya. Karena Cessie merupakan buntut dari
suatu umpama karena perjanjian obligatoirnya cacat sehingga dibatalkan,
maka akta cessie tidak menjadikan cessionaries pemilik dari tagihan yang
diterimanya.
G. Syarat-syarat Khusus
Dalam pasal 613 KUH Perdata, menyatakan cessie harus dilakukan dengan
membuat suatu akta dan akta yang demikian dinamakan akta Cessie. Dari
ketentuan tersebut ternyata bahwa untuk Cessie ditentukan suatu bentuk
tertentu, yaitu tertulis. Walaupun untuk hubungan obligatoir yang menjadi
dasar Cessie, seperti misalnya jual belinya tidak diisyaratkan suatu bentuk
tertentu. Cessie cukup dituangkan akta, baik di bawah tangan maupun
autentik, asal di dalamnya tegas disebutkan bahwa kreditur lama dengan itu
telah menyerahkan hak tagihannya kepada kreditur baru.
HgH dalam salah satu keputusannya mengatakan, bahwa akta Cessie itu
tidak perlu berupa suatu perjanjian, pernyataan sepihak saja sudah cukup
asal kemudian diterima oleh Cessionaris.
5
Dengan penanda tanganan akta Cessie saja, Cessie sudah selesai, sudah
sah, artinya dioperkan hak tagih dari cedent kepada cessionaries.
Akibat penting dari pada pemberitahuan melalui Exploit Juru Sita atau
persetujuan atau pengakuan adalah bahwa debitur sekarang tidak dapat lagi
melunasi hutangnya secara sah dan karenanya membebaskan dari
kewajiban membayar hutang kepada Cedent, sebab dengan pemberitahuan
tersebut ia sekarang mengetahui bahwa krediturnya telah berganti.
6
Peristiwa sebagai yang disebut dibawah ini mungkin dapat membantu
menjelaskan masalah betekening. A mempunyai tagihan atas debiturnya si
X. Ia menjual hak tagihnya kepada B. Kemudian ia menjual hak tagihnya
tersebut kepada C dan dibuatlah pula akta Cessinya. C cepat-cepat
memberitahukan (betekening) adanya Cessie kepada X. Kalau X dengan
itikad baik membayar kepada C, maka pembayaran tersebut adalah sah dan
kalau pitu penuh,maka ia telah terbebas dari hutangnya.
Dengan demikian kalau Cessus sesudah ada betekening dengan itikad baik
membayar kepada Cessionaris, yang memegang surat tagihannya, maka
pembayaran tersebut adalah sah. Disini tidak dipermasalahkan apakah
Cessionaris memperoleh tagihan tersebut berdasarkan suatu title yang sah
dan karenanya tidak dipermasalahkan apakah Cessionaris benar-benar
telah memperoleh hak atas tagihan tersebut dan telah menjadi kreditur yang
sah dari Cessus.
Namun masalah ini jangan dikacaukan dengan masalah peralihan hak tagih
dari Cedent kepada Cessionaris. Untuk sahnya Cessie tetap disyahkan
adanya title yang sah dan kewenangan beschikking. Yang kita bicarakan
disini adalah hubungan antara Cessionaris dan Cessus yang dalam
hubungan antaran Cedent dan Cessionaris dalam Cessie adalah pihak
ketiga.
Dalam masalah tersebut dapat dipandang juga dari sudut lain, debitur dapat
menolak tagihan yang diceder kepada Cessionaris, kalau ternyata
Reshtstitel (peristiwa perdata) yang menjadi dasar Cessie itu batal.
Ditinjau dari sudut penggantian kreditur, bagi debitur tidak penting tentang
bagaimana caranya dan apa dasarnya, sehingga orang yang menagih itu
memegang tagihan yang semula adalah milik kreditur asal, yang penting
baginya adalah bahwa apabila ia membayar tagihan tersebut ia terbebas
dari hutangnya. Yang pokok baginya adalah apakah si pemegang memang
orang yang berhak menagih. Dalam hal demikian ia dapat dengan sah
membayar kepada pemegang hak tagihnya. Posisinya dilindungi oleh pasal
7
1386.
Barang yang Absolut belum ada adalah barang-barang yang pada saat itu
memang benar-benar belum ada dan baru akan ada dikemudian hari, bukan
saja sicalon penjual belum memilikinya tetapi belum dimiliki oleh siapa pun
dan karenanya disebut juga barang-barang yang objektif belum ada.
Terhadap barang yang Relatif belum ada tidak banyak masalah. Semua
orang tentu tidak keberatan kalau A mengadakan transaksi jual beli atas
barang-barang yang pada saar itu masih harus dipesan dari pabriknya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak bertemu dengan kasus-kasus yang
demikian.
Jual beli atas barang-barang yang objektif belum ada tidak ada keberatan.
Orang dapat saja menjual panen yang akan datang. Orang dapat menutup
kontrak pembelian / penjualan atas seluruh produksi tahun yang akan
datang dari pabrik tertentu.Undang-undang sendiri dalam pasal 1334
mengatakan bahwa barang yang baru akan ada dikemudian hari dapat
menjadi pokok suatu persetujuan.
8
(levering) tagihan yang akan datang, karena yang akan diserahkan adalah
hak yang memegang sekalipun seandainya sekarang sudah ada, tidak ada
wujud materiilnya.
Pendapat dari pada pengadilan dan tidak hanya pada keputusan tentang
Cessie saja tetapi kadang-kadang juga menyimpulkan tentang Cessie saja,
tetapi juga menyimpulkan keputusan-keputusan mengenai perkara lain,
tetapi yang dapat secara analogi dipakai sebagai patokan untuk menjawab
pertanyaan yang sedang kita hadapi.
Jadi kalau hubungan hukum yang akan melahirkan hak tagih tersebut belum
ada maka menurut H.R. tidak bisa orang mengalihkan hak tagihnya.
Perbedaan Cessie Tagihan atas nama adalah bahwa disini hak berpindah
bukan atas dasar akta penyerahan , tetapi sejak berpindah bukan atas dasar
akta penyerahan, tetapi sejak pemberitahuan atau pengakuan dari
perseroan yang bersangkutan. Jadi kalau pemberitahuan pada Cessie
tagihan atas nama berfungsi hanya agar Cessie mengikat, belaku terhadap
Cessus, maka disini betekening menentukan beralihnya hak atas andil yang
bersangkutan.
9
- Cessie sebagai jaminan
Pasal 1153 mengatur tentang gadai atas benda-benda bergerak tak
berwujud dari luar order atau surat tunjuk (Aan Toonder). Kata “benda
bergerak tak berwujud” disana sebenarnya dapat digantikan “tagihan atas
nama” karena tagihan order sudah diatur dalam pasal 1152 bis, tagihan atas
tunjuk dalam pasal 1152, sedang benda-benda bergerak tak bertubuh
lainnya. Menurut pasal 1152, untuk menggadaikan tagihan atas nama, tidak
disyaratkan adanya Cessie, tetapi cukup dengan pemberitahuan saja
kepada debitur.
Dari ketentuan tersebut dapat ditafsirkan, bahwa gadai disini, baru berlaku
sesudah ada pemberitahuan. Untuk pemberitahuannya pun tidak
disyaratkan untuk dituangkan dalam bentuk Exploit Juru Sita, sehingga
pemberitahuan bisa saja sudah cukup. Disini kita melihat perbedaan yang
cukup prinsipil dengan Cessie, karena pada Cessie hak milik beralih jadi
Levering sudah selesi dengan dibuatnya akta Cessie. Sedangklan pada
gadai tagihan atas nama akta seperti itu tidak disyaratkan dan digadai baru
berlaku sesudah ada pemberitahuan. Karena dalam gadai disyaratkan
bahwa benda gadai harus dikeluarkan dari kekuasaan pemberi gadai, maka
pemberitahuan kepada debitur dapat disamakan dengan “dikeluarkan dari
kekuasaannya”. Sebab sekarang debitur tidak lagi dengan bebas membayar
secara sah kepada krediturnya. Dalam hal demikian debitur dapat dituntut
agar pemberitahuan dan persetujuan dari pemberi gadai dilakukan secara
tertulis agar debitur mempunyai pegangan bukti tertulis.
Untuk tagihan tertentu, seperti tagihan atas tunjuk (Aan Toornder) dan (Atas
Order) tertuang dalam kertas dalam bentuk surat akta tagihan yang tidak
hanya berfungsi sebagai alat bukti melainkan juga sebagai perwujudan /
realisasi dari tagihan tersebut. Dan disamping itu juga kertas dalam bentuk
surat akta tagihan untuk tagihan tertentu, tagihan atas tunjuk (Aan Toonder)
dan (Atas Order) memberikan legitiematie kepada pemegangnya sebagai
pemilik
10
suatu tagihan dalam arti person debiturnya, tidak dapat diganti tanpa
persetujuan dari para kreditur, hal ini sangat logis, karena nilai suatu tagihan
disamping ditentukan oleh beberapa faktor, juga bergantung dari bonafiditas
person debitur.
Lain halnya dengan person kreditur, bagi debitur pada azasnya tidak
menjadi soal kepada siapa ia harus membayar, sepanjang jumlah dan
semua syarat-syaratnya adalah sama.
11