You are on page 1of 11

PENGERTIAN POKOK TENTANG CESSIE

Sebagaimana diketahui dalam hukum Perdata dikenal lembaga Penyerahan


hak-hak piutang atas nama, khususnya untuk benda bergerak dilakukan
dengan Cessie. Cessie merupakan penggantian orang berpiutang lama
(disebut: Cedent), dengan seseorang berpiutang baru (Cessionaris).
Misalnya, A berpiutang pada B, tetapi A menyerahkan piutang itu kepada C,
sehingga C-lah yang berhak atas piutang yang ada pada B.

Menurut pasal 613 KUH Perdata, penyerahan itu harus dilakukan dengan
akta autentik atau di bawah tangan. Penyerahan secara lisan tidak sah. Ada
dua persyaratan yang harus dipenuhi supaya Cessie itu mempunyai
kekuatan atau daya berlaku terhadap debitur, yaitu :

-Pemberitahuan penyerahan secara nyata dari cedent (piutang lama)


kepada debitor atau ;
-Adanya pengakuan dari debitor secara tertulis.
Apabila pemberitahuan itu tidak dilakukan, debitor dapat melakukan
pembayaran terhadap cedent, asalkan debitor masih menggangap cedent
sebagai kreditor yang jujur.

Disamping ketiga penyerahan itu dikenal juga penyerahan lainnya, yaitu


Levering piutang atas tunjuk. Penyerahan piutang atas tunjuk dilakukan
dengan penyerahan secara nyata atas surat-surat itu (Pasal 613 ayat (1)
KUH Perdata). Yang termasuk atas surat-surat disini, seperti Saham, Cek
dan lain-lain.

Dari uraian diatas, dapat dirumuskan syarat-syarat asanya Levering, baik


terhadap benda bergerak, benda tidak bergerak, maupun piutang atas
nama:

- Harus ada perjanjian yang zakelijke, adalah perjanjian yang menyebabkan


pindahnya hak-hak kebendaan (zakelijke rechten). Misalnya, eigendom,
bezit, hipotek, dan pand;
-Harus ada title (alas hak), adalah hubungan hukun yang mengakibatkan
Levering. Hubungan hukum yang paling sering adalah perjanjian. Misalnya,
jual beli, tukar menukar, dan lain-lain.
-Harus dilakukan oleh orang yang berwenang menguasai benda tadi ;
-Harus ada penyerahan nyata atau yuridis ;
-Apabila salah satu syarat itu tidak dipenuhi, penyerahan (levering) atas
benda yang menjadi objek levering menjadi tidak sah dan dapat digugat
dimuka hakim.

Penyerahan (levering) diatur di dalam pasal 612 KUH Perdata , pasal 620
KUH Perdata. Di dalam NBW, Levering diatur dalam Buku III tentang Van
Zaken, yang dimulai dari Art.639 – Art. 617 NBW.

1
Ada dua arti perkataan penyerahan (Levering), yaitu :
1. Feitelijke Levering, dan
2. Juridische Levering.

Feitelijke Levering adalah penyerahan yang nyata dari suatu benda,


sehingga benda tersebut dialihkan ke dalam kekuasaan yang nyata dari
pihak lawan. Sedangkan Juridische Levering adalah penyerahan milik
berserta hak untuk memiliki suatu benda kepada pihak lainnya.

A. Pembagian Penyerahan
Di dalam BW dikenal tiga macam penyerahan (levering), yaitu :
a. Penyerahan (levering) benda bergerak ;
b. Penyerahan (levering) benda tidak bergerak;
c. Penyerahan (levering) piutang atas nama.

Yang ketiga hal tersebut akan dijelaskan dalam sub bab berikut.

B. Penyerahan Benda Bergerak


Ada tiga macam cara penyerahan (levering) benda bergerak, yaitu sebagai
berikut :
- Penyerahan Nyata (Feitelijke Levering)
Feitelijke Levering adalah suatu penyerahan secara nyata terhadap benda
bergerak berwujud yang dilakukan oleh pemilik terhadap pihak lainnya
(pasal 612 KUH Perdata). Misalnya, A telah membeli Komputer pada sebuah
toko dengan harga Rp. 1.000.000,00. Setelah A membayar, maka pemilik
toko harus menyerahkan secara nyata kepada A. Penyerahan itu tidak perlu
melalui proses yang panjang, cukup diserahkan begitu saja oleh pemilik
toko.

-Penyerahan Kunci
Penyerahan kunci adalah suatu penyerahan terhadap benda bergerak,
dimana benda bergerak itu berada di dalam suatu tempat atau gedung
tempat benda tadi disimpan (Pasal 612 KUH Perdata). Misalnya, akan ada
penyerahan beras atau gula yang telah disimpan dalam suatu gudang, maka
yang diserahkan oleh pemilik kepada pembeli adalah kunci gudang tersebut.

-Penyerahan tidak perlu dilakukan


Penyerahan tidak perlu dilakukan disebabkan benda yang diserahkan telah
berada di tangan atau dikuasai oleh yang hendak menerimanya.

Ada dua macam figure penyerahan cara ini :


(1) Penyerahan dengan tangan pendek ( Traditio Brevimanu)
Contohnya: A telah menyewa kendaraan milik B, tetapi karena B
membutuhkan uang, maka kendaraan itu dijual kepada A. Pada mulanya A
hanya sebagai penyewa, kini ia sebagai pemilik kendaraan ;

(2) Constitutum Pessesorium

2
Adalah suatu penyerahan, dimana benda yang akan diserahkan masih
digunakanoleh pemiliknya untuk sementara waktu.

Contohnya: A pemilik sebuah kendaraan Kijang. Karena membutuhkan


uang, ia menjual kendaraan itu kepada B, tetapi A masih membutuhkan
kendaraan itu, kemudian ia meminjamkan kepada B, kedudukan A dulunya
sebagai pemilik, tetapi kini sebagai piminjam.

C. Penyerahan Benda Tidak Bergerak

Penyerahan untuk benda tidak bergerak dilakukan dengan sebuah akta


penyerahan (akta transport). Akta itu dibuat dengan akta Autentik atau akta
dibawah tangan.

Untuk jual beli hak atas tanah, hipotek, maupun credietverband harus
dilakukan dimuka dan dihadapan pejabat yang berwenang. Pejabat
berwenang membuat akta hak atas tanah / hipotek /credietverband adalah
notaries, PPAT dan camat untuk kecamatan yang belum mempunyai notaris.

Berdasarkan akta notaris itu, maka pembeli atau penjual / kreditur / debitur
membawa akta itu ke Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten /
Kotamadya untuk didaftarkan di dalam daftar buku tanah / hipotek /
credietveriband.

Kembali kepada Ruang Lingkup Cessie dalam kehidupan sehari-hari didunia


perdagangan kita mengenai bermacam-macam tagihan, seperti :
a. Tagihan Biasa
b. Wessel
c. Cheque
d. Promes
e. Ceel
f. Cognossement, dan lain-lain.

Tagihan-tagian tersebut diatas dapat berupa :


1. Sejumlah uang tertentu
2. Sejumlah barang tertentu

Sebagaian macam-macam tagihan tersebut dalam hal tertentu disyaratkan


oleh undang-undang dan dibuat dalam bentuk tertulis, dari bentuk tagihan
tersebut pada dasarnya mempunyai nilai uang tertentu paling tidak kalau
tagihan (objek tagihan tertentu) dijual maka orang mengatakan surat tagian-
tagihan tersebut merupakan sura bernilai.

Adv :SURAT BERNILAI


Dalam hal surat tagihan (surat bernilai) tersebut yang berupa tagihan atas
sejumlah barang orang akan menamakan tagihan seperti itu surat-surat tak
kebendaan.

3
Selain disebut dalam KUH Perdata, orang juga dapat mengadakan
pengelompokan-pengelompokan tagihan-tagihan diatas dengan cara lain
yaitu kedalam 3 kelompok, yaitu:

1. Tagihan atas Tunjuk (Aan Toonder ) dengan Ciri-ciri :


Tagihan –tagihan yang sama sekali tidak menunjuk nama kreditur dan hak
tagihan tersebut dapat dilaksanakan oleh siapa saja yang menunjukkan
surat tagihan tersebut.

2. Tagihan atas Order, dengan Ciri-ciri :


Tagihan-tagihan yang menyebutkan namanya krediturnya atau orang lain
yang ditunjuk oleh kreditur tersebut yang tanpa bantuan atau kerjasama dari
debitur dapat dialihkan kepada orang lain yang disebut oleh kreditur dengan
cara Endossement.

3. Tagihan atas Nama, dengan Ciri-ciri :


Yang jelas bukan tagihan atas order maupun tagihan atas tunjuk. Pada
prinsipnya tagihan atas nama menunjuk siapa krediturnya, tetapi karena
tagihan atas nama pada azasnya tidak harus dituangkan dalam wujud suatu
surat atau tulisan, maka pada tagihan atas nama yang dibuat secara lisan
sulit untuk dikatakan bahwa tagihan tersebut menyebutkan nama
krediturnya. Walaupun demikian para pihak tau siapa person di karenakan
identitas dan krediturnya, dengan kata lain tagihan atas nama adalah
tagihan-tagihan yang hanya dapat ditagih oleh kreditur tertentu saja.

D. Para Pihak dalam Cessie


Kreditur yang mengoperkan hak dan tagihannya. Tagihan atas nama kita
disebut Cedent, sedangkan orang yang mengoper, yang menerima tagihan
disebut Cessionaris , dan kreditur yang dalam Cessie tidak berganti disebut
Cessus.

Kita melihat bahwa di dalm Cessie terlibat 3 pihak dalam tiga hubungan
yang berlainan. Yang pertama, hubungan antara kreditur (semua / cedent)
dengan debitur (cessus). Ini merupakan hubungan asal sebelum ada
peristiwa cessie. Sesudah ada Cessie maka muncul hubungan yang kedua,
yaitu hubungan antara cessionaries dengan cessus. Kedua hubungan yang
terakhir akan kita bicarakan lebih lanjut.

E. Hubungan Antara Cedent dengan Cessionaris


Syarat umum dalam Cessie
-Rechtstitel yang sah

Penyerahan hak tagihan atas nama benda-benda tak bertubuh lainnya,


merupakan bagian dari pada penyerahan benda-benda pada umumya.
Maka untuk sahnya Cessie-pun disyaratkan adanya Rechtstitel untuk

4
penyerahan hak milik dan dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai
kewenangan besehikking.

-Kewenangan mengambil tindakan Besehikking


Levering tagihan harus dilakukan oleh orang yangmempunyai kewenangan
mengambil tindakan beschikking.

F. Cessie Accessoir pada Rechtstitel


Kalau kita membicarakan tentang tagihan atas nama, hendaknya kita jangan
berfikir bahwa tagihan tersebut mesti timbul dari suatu perjanjian hutang
piutang, sebab yang namanya tagihan atas nama bisa saja berupa tagihan
atas kekurangan pembayaran suatu pembelian atau tagihan yang berasal
dari suatu tuntutan ganti rugi bahkan tagihan tersebut tidak usah berwujud
sejumlah uang tertentu. Dapat saja tagihan atas nama tersebut merupakan
tagihan atas penyerahan barang.

Cessie sebagai cara untuk menyerahkan (levering) selalu Accessoir pada


suatu peristiwa hukum yang menimbulkan kewajiban levering. Hubungan
obligator yang mendahului Cessie dapat berupa perjanjian yang paling
umum perjanjian jual beli, tapi bisa timbul karena hubungan obligatoir yang
lain, seperti Inbreng atau Onreehtmatigedaad seperti dikatakan diatas.

Dalam hal dasar Cessie adalah jual beli atas hak tagihan atas nama , maka
harga jual / beli tersebut tidak perlu bahkan biasanya lebih rendah dari nilai
nominal tagihannya.

Kalau orang menjual hak tagihan yang baru matang untuk ditagih sebulan
kemudian, maka pembeli tentunya tidak mau mengopernya dengan nilai
yang sama dengan nilai nominalnya. Karena Cessie merupakan buntut dari
suatu umpama karena perjanjian obligatoirnya cacat sehingga dibatalkan,
maka akta cessie tidak menjadikan cessionaries pemilik dari tagihan yang
diterimanya.

G. Syarat-syarat Khusus
Dalam pasal 613 KUH Perdata, menyatakan cessie harus dilakukan dengan
membuat suatu akta dan akta yang demikian dinamakan akta Cessie. Dari
ketentuan tersebut ternyata bahwa untuk Cessie ditentukan suatu bentuk
tertentu, yaitu tertulis. Walaupun untuk hubungan obligatoir yang menjadi
dasar Cessie, seperti misalnya jual belinya tidak diisyaratkan suatu bentuk
tertentu. Cessie cukup dituangkan akta, baik di bawah tangan maupun
autentik, asal di dalamnya tegas disebutkan bahwa kreditur lama dengan itu
telah menyerahkan hak tagihannya kepada kreditur baru.

HgH dalam salah satu keputusannya mengatakan, bahwa akta Cessie itu
tidak perlu berupa suatu perjanjian, pernyataan sepihak saja sudah cukup
asal kemudian diterima oleh Cessionaris.

5
Dengan penanda tanganan akta Cessie saja, Cessie sudah selesai, sudah
sah, artinya dioperkan hak tagih dari cedent kepada cessionaries.

H. Hubungan antara Cessionarris dengan Cessus


- Pemberitahuan (betekening)
Pada pasal 613 KUH Perdata ayat 2 mengatakan “bahwa akta cessie
tersebut baru berlaku terhadap Cessus (debitur), kalau kepadanya sudah
diberitahukan adanya Cessie atau secara tertulis disetujui atau diakui
olehnya.

Ketentuan tersebut menentukan kita untuk membedakan antara 2 hubungan


hukum yang ketentuan tersebut menentukan kita untuk membedakan antara
2 hubungan hukum yanglainan. Yang pertama adalah hubungan antara
Cedent (kreditur semula) dengan Cessionaris (kreditur baru), sedang yang
kedua adalah antara Cessionaris dan Cessus (debitur).

Yang pertama pengoperan hak tagihnya antara cedent dengan Cessionaris,


bisa dilaksanakan tanpa turut sertanya Cessus, tetapi yang kedua agar
berlaku terhadap Cessus, Cessus harus disertakan.

Cessie baru mempunyai pengaruh daya kerja terhadap Cessus, kalau ia


telah memberitahu secara tertulis atau secara tertulis ia sendiri telah
menyetujui atau mengakuinya. Pertama-tama yang perlu diperhatikan
adalah adanya syarat pemberitahuan atau pegakuan / persetujuan secara
tertulis.

Adanya persetujuan dan pengakuan menunjukkan , bahwa Cessus telah


mengetahui adanya Cessie. Persetujuan atau pengakuan tersebut biasanya
Cessus menanda tangani akta Cessienya. Dalam mana ia menyatakan,
bahwa ia mengakui atau menyetujuipengoperan hak tagih cedent atas
dirinya.

Yang dimaksud dengan pemberitahuan secara tertulis adalah


pemberitahuan melalui Exploit Juru Sita. Dalam hal Cessus sudah
memberikan persetujuan, pengakuan, maka betekeninng tak perlu ada lagi.
Seperti telah dikatakan diatas, dengan pembuatan akta Cessie sebenarnyna
sudah selesai , hak tagih sudah beralih tetapi menurut pasal 613 ayat 3,
baru mengikat Cessus, kalau kepadanya sudah diberitahukan atau telah
diakui atau disetujui.

Akibat penting dari pada pemberitahuan melalui Exploit Juru Sita atau
persetujuan atau pengakuan adalah bahwa debitur sekarang tidak dapat lagi
melunasi hutangnya secara sah dan karenanya membebaskan dari
kewajiban membayar hutang kepada Cedent, sebab dengan pemberitahuan
tersebut ia sekarang mengetahui bahwa krediturnya telah berganti.

- Cessie dua kali (Dubbelelle Cessie)

6
Peristiwa sebagai yang disebut dibawah ini mungkin dapat membantu
menjelaskan masalah betekening. A mempunyai tagihan atas debiturnya si
X. Ia menjual hak tagihnya kepada B. Kemudian ia menjual hak tagihnya
tersebut kepada C dan dibuatlah pula akta Cessinya. C cepat-cepat
memberitahukan (betekening) adanya Cessie kepada X. Kalau X dengan
itikad baik membayar kepada C, maka pembayaran tersebut adalah sah dan
kalau pitu penuh,maka ia telah terbebas dari hutangnya.

- Cessie dan pembayaran dengan Itikad Baik


Pada prinsipnya pembayaran harus diterimakan kepada kreditur atau
kuasanya (atau orang yang oleh undang-undang atau hakim di tunjuk
sebagai orang yang dikuasakan untuk menerimanya). Dengan perkataan
lain kepada krediur yang sebenarnya. Tetapi dalam hal tagihan tersebut
berwujud surat pengakuan hutang maka undang-undang memberikan
ketentuan yang menyimpang. Dalam pasal 1386 dikatakan “ bahwa
pembayaran yang dilakukan dengan itikad kepada orang yang memegang
surat piutang atau tagihannya sah.

Dengan demikian kalau Cessus sesudah ada betekening dengan itikad baik
membayar kepada Cessionaris, yang memegang surat tagihannya, maka
pembayaran tersebut adalah sah. Disini tidak dipermasalahkan apakah
Cessionaris memperoleh tagihan tersebut berdasarkan suatu title yang sah
dan karenanya tidak dipermasalahkan apakah Cessionaris benar-benar
telah memperoleh hak atas tagihan tersebut dan telah menjadi kreditur yang
sah dari Cessus.

Namun masalah ini jangan dikacaukan dengan masalah peralihan hak tagih
dari Cedent kepada Cessionaris. Untuk sahnya Cessie tetap disyahkan
adanya title yang sah dan kewenangan beschikking. Yang kita bicarakan
disini adalah hubungan antara Cessionaris dan Cessus yang dalam
hubungan antaran Cedent dan Cessionaris dalam Cessie adalah pihak
ketiga.
Dalam masalah tersebut dapat dipandang juga dari sudut lain, debitur dapat
menolak tagihan yang diceder kepada Cessionaris, kalau ternyata
Reshtstitel (peristiwa perdata) yang menjadi dasar Cessie itu batal.

Memandang Cessie itu dari 2 Segi :


- Sebagai lembaga hukum perikatan, sebagai penggantian kualitas kreditur.
- Sebagai bagian dari hukum benda, sebagai cara peralihan hak milik.

Ditinjau dari sudut penggantian kreditur, bagi debitur tidak penting tentang
bagaimana caranya dan apa dasarnya, sehingga orang yang menagih itu
memegang tagihan yang semula adalah milik kreditur asal, yang penting
baginya adalah bahwa apabila ia membayar tagihan tersebut ia terbebas
dari hutangnya. Yang pokok baginya adalah apakah si pemegang memang
orang yang berhak menagih. Dalam hal demikian ia dapat dengan sah
membayar kepada pemegang hak tagihnya. Posisinya dilindungi oleh pasal

7
1386.

- Cessie atas Piutang yang akan ada


Cessie merupakan Levering dari pada benda-benda tak berwujud dan
karenanya merupakan bagian dari masalah benda pada umumnya dan
kedua, Cessie merupakan bagian dari masalah benda pada umumnya dan
kedua Cessie merupakan buntut daripada suatu perjanjian untuk
mengalihkan hak, maka kita perlu meninjau dulu apakah ada kemungkinan
untuk menutup suatu perjanjian untuk mengalihkan hak .

Barang-barang yang Relatif belum ada adalah barang-barang yang pada


saat itu sudah ada tetapi belum menjadi milik orang yang akan mengalihkan
hak. Barang tersebut belum menjadi milik subjek yang akan menjual,
menggadaikan, menukarkan dan karenanya disebut barang-barang yang
subjektif belum ada.

Barang yang Absolut belum ada adalah barang-barang yang pada saat itu
memang benar-benar belum ada dan baru akan ada dikemudian hari, bukan
saja sicalon penjual belum memilikinya tetapi belum dimiliki oleh siapa pun
dan karenanya disebut juga barang-barang yang objektif belum ada.

Terhadap barang yang Relatif belum ada tidak banyak masalah. Semua
orang tentu tidak keberatan kalau A mengadakan transaksi jual beli atas
barang-barang yang pada saar itu masih harus dipesan dari pabriknya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak bertemu dengan kasus-kasus yang
demikian.

Jual beli atas barang-barang yang objektif belum ada tidak ada keberatan.
Orang dapat saja menjual panen yang akan datang. Orang dapat menutup
kontrak pembelian / penjualan atas seluruh produksi tahun yang akan
datang dari pabrik tertentu.Undang-undang sendiri dalam pasal 1334
mengatakan bahwa barang yang baru akan ada dikemudian hari dapat
menjadi pokok suatu persetujuan.

Perjanjian kebendaan adalah perjanjian yang mengalihkan hak atas suatu


benda atau zaak sedang perjanjian obligatoir yang mendahuluinya baru
mewajibkan orang yang untuk menyerahkan. Khususnya pada jual beli
secara tunai atas benda bergerak, dengan pembayaran secara tunai oleh
pembeli dan untuk menyerahkan (yang meliputi baik penyerahan nyata
maupun penyerahan juridischnya) jatuh hampir pada saat yang bersamaan.
Perjanjian kebendaan tak dapat hanya bertujuan untuk mengalihkan hak
kebendaan saja tetapi sekaligus bagi pihak yang menerima, menimbulkan
hak kebendaan.

Suatu tagihan adalah benda immaterial dan atas benda-benda yang


demikian itu, lain dari pada benda-benda berwujud. Pada tagihan-tagihan
benda-benda tak berwujud tidak ada halangan untuk menyerahkan

8
(levering) tagihan yang akan datang, karena yang akan diserahkan adalah
hak yang memegang sekalipun seandainya sekarang sudah ada, tidak ada
wujud materiilnya.

Pendapat dari pada pengadilan dan tidak hanya pada keputusan tentang
Cessie saja tetapi kadang-kadang juga menyimpulkan tentang Cessie saja,
tetapi juga menyimpulkan keputusan-keputusan mengenai perkara lain,
tetapi yang dapat secara analogi dipakai sebagai patokan untuk menjawab
pertanyaan yang sedang kita hadapi.

Keputusan yang langsung berhubungan dengan Cessie adalah keputusan


H.R. tanggal 29 Desember 1933. Dalam arrest tersebut H.R.
mempertimbangkan bahwa “pengoperan tagihan atas nama hanya mungkin
(denkbaar en dus rechtens slecjes mogelijk), jika tagihan tersebut pada saat
pembuatan akta penyerahan sudah ada dimana dapat diambil sebagai
patokan bahwa suatu tagihan dalam arti sebagai yang dimaksud oleh
ketentuan undang-undang yang bersangkutan adalah ada”.

Jadi kalau hubungan hukum yang akan melahirkan hak tagih tersebut belum
ada maka menurut H.R. tidak bisa orang mengalihkan hak tagihnya.

- Cessie atas benda-benda tak bertubuh lainnya


Termasuk dalam kelompok “benda tak bertubuh lainnya” yang paling penting
adalah andil atas nama dalam suatu perseroan. Cara penyerahan andil
perseroan biasanya diatur dalam anggaran dasar perseroan yang
bersangkutan. Kalaupun anggaran dasar yang bersangkutan tidak
mengaturnya, maka K.U.H.D. biasanya memberikan pengaturannya sendiri.

Pada P.T pasal 42 K.U.H.D. memberikan petunjuk mengenai tersebut.


Disana dikatakan bahwa penyerahan dapat dilakukan dengan sebuah
pemberitahuan (betekening) dari persero yang bersangkutan dan si
penerima tentang pengoperan tersebut atau dengan mencatatnya dalam
buku perseroan atau pada buku andil yang bersangkutan serta ditanda
tangani oleh pengurus.

Perbedaan Cessie Tagihan atas nama adalah bahwa disini hak berpindah
bukan atas dasar akta penyerahan , tetapi sejak berpindah bukan atas dasar
akta penyerahan, tetapi sejak pemberitahuan atau pengakuan dari
perseroan yang bersangkutan. Jadi kalau pemberitahuan pada Cessie
tagihan atas nama berfungsi hanya agar Cessie mengikat, belaku terhadap
Cessus, maka disini betekening menentukan beralihnya hak atas andil yang
bersangkutan.

Hak pengarang dapat dipindah tangankan dengan akta atau dibawah


tangan, juga merk dapat dioperkan bersama-sama dengan perusahaan
pabrik yang bersangkutan atau secara tersendiri.

9
- Cessie sebagai jaminan
Pasal 1153 mengatur tentang gadai atas benda-benda bergerak tak
berwujud dari luar order atau surat tunjuk (Aan Toonder). Kata “benda
bergerak tak berwujud” disana sebenarnya dapat digantikan “tagihan atas
nama” karena tagihan order sudah diatur dalam pasal 1152 bis, tagihan atas
tunjuk dalam pasal 1152, sedang benda-benda bergerak tak bertubuh
lainnya. Menurut pasal 1152, untuk menggadaikan tagihan atas nama, tidak
disyaratkan adanya Cessie, tetapi cukup dengan pemberitahuan saja
kepada debitur.

Dari ketentuan tersebut dapat ditafsirkan, bahwa gadai disini, baru berlaku
sesudah ada pemberitahuan. Untuk pemberitahuannya pun tidak
disyaratkan untuk dituangkan dalam bentuk Exploit Juru Sita, sehingga
pemberitahuan bisa saja sudah cukup. Disini kita melihat perbedaan yang
cukup prinsipil dengan Cessie, karena pada Cessie hak milik beralih jadi
Levering sudah selesi dengan dibuatnya akta Cessie. Sedangklan pada
gadai tagihan atas nama akta seperti itu tidak disyaratkan dan digadai baru
berlaku sesudah ada pemberitahuan. Karena dalam gadai disyaratkan
bahwa benda gadai harus dikeluarkan dari kekuasaan pemberi gadai, maka
pemberitahuan kepada debitur dapat disamakan dengan “dikeluarkan dari
kekuasaannya”. Sebab sekarang debitur tidak lagi dengan bebas membayar
secara sah kepada krediturnya. Dalam hal demikian debitur dapat dituntut
agar pemberitahuan dan persetujuan dari pemberi gadai dilakukan secara
tertulis agar debitur mempunyai pegangan bukti tertulis.

I. Ruang Lingkup Cessie


Alat Pembuktian
Kertas yang berisi pengakuan hutang atau pernyataan kesanggupan untuk
membayar tersebut ada yang dimaksudkan untuk memudahkan pembuktian,
kecuali undang-undang menentukan lain, sebagai salah satu syarat untuk
ada lahirnya tagihan tersebut seandainya, surat tagihan yang bersangkutan
hilang, maka tagihan tersebut tidak menjadi hapus, hanya berfungsi sebagai
“kertas atau tulisan” (alat bukti) tersebut yang menjadi hilang.

Untuk tagihan tertentu, seperti tagihan atas tunjuk (Aan Toornder) dan (Atas
Order) tertuang dalam kertas dalam bentuk surat akta tagihan yang tidak
hanya berfungsi sebagai alat bukti melainkan juga sebagai perwujudan /
realisasi dari tagihan tersebut. Dan disamping itu juga kertas dalam bentuk
surat akta tagihan untuk tagihan tertentu, tagihan atas tunjuk (Aan Toonder)
dan (Atas Order) memberikan legitiematie kepada pemegangnya sebagai
pemilik

J. Subjek-subjek dalam suatu tagihan


Didalam suatu tagihan selalu terlibat 2 pihak, yaitu pihak kreditur dan
debitur. Kedua pihak tersebut pada umumnya adalah orang yang
bersangkutan, khususnya person debitur ynag bersifat novatie (pembaruan
utang) subjectif pasif dalam suatu perikatan dan karenanya juga dalam

10
suatu tagihan dalam arti person debiturnya, tidak dapat diganti tanpa
persetujuan dari para kreditur, hal ini sangat logis, karena nilai suatu tagihan
disamping ditentukan oleh beberapa faktor, juga bergantung dari bonafiditas
person debitur.

Lain halnya dengan person kreditur, bagi debitur pada azasnya tidak
menjadi soal kepada siapa ia harus membayar, sepanjang jumlah dan
semua syarat-syaratnya adalah sama.

Pada masa kini membutuhkan sekali adanya kemungkinan penggantian


kreditur pada tagihan-tagihan. Kemungkinan peralihan seperti itu dapat
karena memang undang-undang menentukan seperti itu (Cessie pada
tagihan atas nama) atau memang diperjanjikan antara pihak kreditur dan
debitur dengan cara menuangkannya dalam suatu bentuk tertentu yang
diakui dan diatur oleh undang-undang tagihan atas tunjuk “Aan Toonder dan
tagihan atas Order”, yang mengatakan bahwa paktek memang
membutuhkan dimungkinkannya hal itu, dan memang telah dilaksanakan di
dalam praktek.

K. Pengertian Kreditur dan Levering


Seperti yang dikatakan di atas tagihan-tagihan diatas oleh undang-
undangan dapat diadakan penggantian subjek kreditur. Penggantian disini
berarti bahwa ada kreditur baru yang menjadi pemilik baru atas tagihan
tersebut, ada kreditur baru yang mengoper tagihan tersebut perikatan yang
melahirkan tagihan tersebut TETAP, yang diganti hanyalah subjek
krediturnya saja, sehingga dalam hal ini sebenarnya ada pengoperan
KUALITAS krediturnya saja. Konsekuensinya adalah bahwa Accesoir dan
Execeptie-nya yang melekat pada perikatan tersebut tetap tidak berubah.

L. Pengaturan Penyerahan Dalam KUH Perdata


Masalah penyerahan dalam KUH Perdata diatur dalam buku II, pada bagian
yang membicarakantentang cara memperoleh hak milik kedalam tangan /
pemilikan orang lain, karena kita sedang membicarakan penyerahan
sebagai cara mengoperkan atau memindahkan hak milik atas suatu tagihan,
maka akan ada istilah rechtstitel (peristiwa perdata) dan akan ada
hubungannya dengan obligatolir.

Yang dimaksud dengan Rechtstitel (peristiwa) perdata adalah hubungan


hukum obligatoir (Obligatoire Rechtsverhouding) yang menimbulkan
kewajiban untuk levering atau penyerahan (ke dalam pemilik orang lain).

11

You might also like