Professional Documents
Culture Documents
Gambar 1
Wilayah Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Dalam Jalur Pendidikan Formal
Kegiatan
Muatan Lokal
Kelompok
Mata Pelajaran
Materi
Pengembangan
Diri
Ekstra
Kurikuler
Gambar 2
Kerancuan Wilayah Layanan Konselor dengan
Wilayah Layanan Guru dalam KTSP
Pemenuhan Standar
Pemenuhan Standar Kompetensi
Kemandirian Peserta Didik
Perwujudan Diri secara Lulusan; Penumbuhan Karakter
yang Kuat sertaPenguasaan
Akademik, Vokasional, Sosial dan
Personal, melalui Bimbingan & hard skills dan soft skills, melalui
Pembelajaran yang Mendidik
Konseling yang Memandirikan
Penghormatan Kepada
Wilayah Layanan Wilayah Layanan
Keunikan dan
Bimbingan & Konseling Pembelajaran yang
Komplementaritas
Yang Memandirikan Mendidik
Layanan
Gambar 3
Keunikan Komplementalitas Wilayah Pelayanan
Guru dan Konselor
Matriks 1
Keunikan dan Keterkaitan Pelayanan Guru dan Konselor
Dimensi Guru Konselor
1. Wilayah Gerak Khususnya Sistem Khususnya Sistem
Pendidikan Formal Pendidikan Formal
2. Tujuan Umum Pencapaian tujuan Pencapaian tujuan
pendidikan nasional pendidikan nasional
3. Konteks Tugas Pembelajaran yang Pelayanan yang
mendididk melalui Mata memandirikan dengan
pelajaran dengan skenario konseli-konselor.
Skenario Guru
• Fokus pengembangan Pengembangan potensi diri
kegiatan kemampuan bidang pribadi, sosial,
penguasaan bidang belajar, karier, dan masalah-
studi dan masalah- masalahnya.
masalahnya.
• Hubungan Alih tangan (referral) Alih tangan (referral)
kerja
4. Target Intervensi
• Individual Minim Utama
• Kelompok Pilihan strategis Pilihan strategis
• Klasikal Utama Minim
5. • Ekspektasi
Kinerja
• Ukuran - Pencapaian Standar - Kemandirian dalam
keberhasilan Kompetensi Lulusan kehidupan
- Lebih bersifat - Lebih bersifat kualitatif
kuantitatif yang unsur-unsurnya
saling terkait (ipsatif)
• Pendekatan Pemanfaatan Pengenalan diri dan
umum Instructional Effects & lingkungan oleh Konseli
Nurturant Effects dalam rangka pengatasan
melalui pembelajaran masalah pribadi, sosial,
Guru,
Menyelenggarakan Muatan Lokal
Pembelajaran yang
Mendidik KURIKULUM Perkembangan
Mata Pelajaran/ (KTSP) Optimum
Bidang Studi Peserta Didik
Wilayah
Komplementer Pengembangan Diri
Konselor, Menyelenggarakan
Bimbingan dan Konseling Bimbingan. dan
Yang Memandirikan Konseling
Gambar 4.
Posisi Bimbingan dan Konseling dan Kurikulum (KTSP)
dalam Jalur Pendidikan Formal
Pelayanan
Dasar
Pelayanan Peserta
Komponen Responsif didik
Program
BK
Pelayanan
Per.Indiv.
Pengembangan
Profesional,
Dukungan Konsultasi,
Sistem Kolaborasi, dan
Kegiatan
Manajemen
Gambar 5
Komponen Program Bimbingan dan Konseling
4. Dukungan Sistem
Ketiga komponen diatas, merupakan pemberian
bimbingan dan konseling kepada konseli secara langsung.
Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen
pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infra
struktur (misalnya Teknologi Informasi dan Komunikasi),
dan pengembangan kemampuan profesional konselor
secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung
memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi
kelancaran perkembangan konseli.
Program ini memberikan dukungan kepada
konselor dalam memper-lancar penyelenggaraan
pelayanan diatas. Sedangkan bagi personel pendidik
lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan
program pendidikan di Sekolah/Madrasah. Dukungan
sistem ini meliputi aspek-aspek: (a) pengembangan jejaring
(networking), (b) kegiatan manajemen, (c) riset dan
pengembangan.
a. Pengembangan Jejaring (networking)
Pengembangan jejaring menyangkut kegiatan konselor
yang meliputi (1) konsultasi dengan guru-guru, (2)
menyelenggarakan program kerjasama dengan orang
tua atau masyarakat, (3) berpartisipasi dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan
Gambar 6
Kerangka Kerja Utuh Bimbingan dan Konseling
B. Perencanaan Program
Penyusunan program bimbingan dan konseling di
Sekolah/Madrasah dimulai dari kegiatan asesmen, atau
kegiatan mengidentifikasi aspek-aspek yang dijadikan bahan
masukan bagi penyusunan program tersebut. Kegiatan
asesmen ini meliputi (1) asesmen lingkungan, yang terkait
dengan kegiatan mengidentifikasi harapan Sekolah/Madrasah
dan masyarakat (orang tua peserta didik), sarana dan
prasarana pendukung program bimbingan, kondisi dan
kualifikasi konselor, dan kebijakan pimpinan
Sekolah/Madrasah; dan (2) asesmen kebutuhan atau masalah
peserta didik, yang menyangkut karakteristik peserta didik,
seperti aspek-aspek fisik (kesehatan dan keberfungsiannya),
kecerdasan, motif belajar, sikap dan kebiasaan belajar, minat-
minatnya (pekerjaan, jurusan, olah raga, seni, dan
keagamaan), masalah-masalah yang dialami, dan kepribadian;
atau tugas-tugas perkembangannya, sebagai landasan untuk
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling. Program
bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah dapat disusun
secara makro untuk 3-5 tahun, meso 1 tahun dan mikro
2. Pelayanan 20 – 30 % 25 – 35 % 15 – 25 %
Responsif
3. Pelayanan 5 – 10 % 15 – 25 % 25 – 35 % (Porsi
Perencanaan untuk SMK lebih
Individual dan besar
keluarga
4. Dukungan 10 – 15 % 10 – 15 % 10 – 15 %
Sistem
3. Perencanaan individual
Konselor membantu peserta didik menganalisis
kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau
informasi yang diperoleh, yaitu yang menyangkut
pencapaian tugas-tugas perkembangan, atau aspek-aspek
pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan
penilaian diri ini, peserta didik akan memiliki pemahaman,
penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan
konstruktif. Pelayanan perencanaan individual ini dapat
dilakukan juga melalui pelayanan penempatan
4. Dukungan sistem
a. Pengembangan Profesi
Konselor secara terus menerus berusaha untuk “meng-
update” pengetahuan dan keterampilannya melalui (1)
in-service training, (2) aktif dalam organisasi profesi, (3)
aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar
dan workshop (lokakarya), atau (4) melanjutkan studi
ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana).
b. Manajemen Program
Program pelayanan bimbingan dan konseling tidak
mungkin akan tercipta, terselenggara, dan tercapai bila
tidak memiliki suatu sistem manajemen yang bermutu,
dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan
terarah. Oleh karena itu bimbingan dan konseling harus
ditempatkan sebagai bagian terpadu dari seluruh
program Sekolah/Madrasah dengan dukungan wajar
baik dalam aspek ketersediaan sumber daya manusia
(konselor), sarana, dan pembiayaan.