You are on page 1of 5

Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin mengucapkan terimakasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan karya tulis ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai data dan fakta pada karya tulis ini. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan karya tulis ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya tulis ini. Maka dari itu kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki karya tulis kami di masa datang. Sehingga semoga karya tulis berikutnya dan karya tulis lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik. Dengan menyelesaikan karya tulis ini kami mengharapkan banyak manfaat yang dapat di petik dan diambil dari karya ini. Semoga dengan adanya karya tulis ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang fibrile convulsion.

Padang, 13 Juli 2013

Penulis

ABSTRACT

Seizures in infancy and young children are frequently encountered in the clinic. From time to time events of seizures in infants and children, about the seizure, either about the causes, examination, theraphy has been progressing. One of the seizures that often enough the number of events is fibrile convulsion. The term convultion fibrile in this paper is equated with the term febrile seizures. Apparently the incidence of fibrile seizures is quite a lot happening in society and enough to make parent (family) of patient are panic and anxiety. Therefore it is necessary lift paper about fibrile convulsion (febrile seizures). Febrile seizures can be defined as a symptom of a seizure that occurs in infants and children that the cause is fever (temperature increase). Anamnesis should attempt to determine the factors that can cause seizures and convulsions and gives post-seizure state. Physical examination on febrile seizures include vital signs, identify the type of seizure, the search for lesions or physical trauma to the patient,signs of infection,neurological abnormalities, etc. Investigations performed to rule out the possibility of seizures due to infetion of the central nervous system, neurological trauma, neurological disorders, malignancies and others. Investigations that can be done is laboratory examination, EEG,lumbar puncture or CT scan. This examination is usually performed if your doctor find the signs that lead to the central nervous system disorders. Seizures are the typical clinical manifestation which took place intermittenly can cause impaired consciousness, behavioral, emotional, motor, sensory or autonomic caused by loss of electrical charge in brain neurons. On the occurrence of febrile seizures, loss of electric charge is associated with an increase intemperature in infant or children who are characterized by a state fever. Children who have experienced febrile seizures, mental development and neurological generally remain normal. Disorders of intellect and learning disorders are rare in simple febrile seizures. This is evidenced by many studies of experts, althgouh a number of different reseaech reports. There are differences in definitions and limitations regaeding the criteria for febrile seizures among the experts themselves. However, in general it can be concluded that febrile seizures caused by fever experienced by the patient, usually at a rectal temperatured above 38C with an age limit of about 3 months to about 5 years. There are a few things have change in the handling of febrile seizures. Such change, including the provision of Livingstone in terms of the guidelines to make diagnoses febrile convulsions and also the opinion Livingstone prophylaxis in febrile seizures that are needed constantly. Both of the above has now been abandoned and replaced by methods that are considered better. Handling of seizures in children begins with ensuring the existence of seizures. In a fibrile seizure, usually only accurs less than 15 minutes and seizures can be stopped. After the handled, based on clinical history and neurological examination, determined investigations (if indeed found indications) to rule out the possibility of other diseases in addition to febrile seizures and to ascertain the cause of the seizures, so the diagnosis can be enforced. Finally, the authors hope the next writer can better explore the fibrile convulsion, not only with the literature review but along with observations.

ii

ABSTRAK Kejang pada masa bayi ataupun anak-anak adalah hal yang sering di jumpai di klinik. Dari waktu ke waktu peristiwa kejang pada bayi dan anak anak, perihal mengenai kejang, baik mengenai penyebab, pemeriksaan, tata laksana telah mengalami perkembangan. Salah satu kejang yang cukup sering angka kejadiannya adalah fibrile convulsion. Istilah fibril convulsion dalam makalah ini disamakan dengan istilah kejang demam. Rupanya kejadian kejang demam inicukup banyak terjadi dalam masyarakat dan cukup membuat orang tua (keluarga) pasien panik dan cemas. Oleh karena itu dirasa perlu mengangkat makalah mengenai fibrile convulsion ini (kejang demam). Kejang demam dapat didefinisikan sebagai suatu gejala berupa kejang yang terjadi pada bayi dan anak anak yang penyebabnya adalah demam (pengingkatan suhu). Anamnesis harus berupaya menentukan faktor faktor yang dapat menyebabkan kejang dan memberikan gambaran kejang dan keadaan pasca kejang. Pemeriksaan fisik pada kejang demam meliputi tanda-tanda vital, mengidentifikasi jenis kejang, pencarian lesi ataupun trauma fisik pada pasien, tanda-tanda infeksi,kelainan neurologis. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan kejang karena infeksi pada sistem saraf pusat, trauma neurologi, kelainan neurologis, keganasan dan lain lain. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan EEG, pungsi lumbal ataupun CT scan. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan jika memang dokter menemukan tanda tanda yang mengarah pada adanya gangguan sistem saraf pusat. Kejang adalah manifestasiklinis khas yang berlangsung secara intermiten dapat dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku, emosi, motorik,sensorik atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik di neuron otak. Pada kejadian kejang demam, lepasnya muatan listirk ini berhubungan dengan peningkatan suhu bayi atau anak anak yang ditandai dengan keadaan demam. Anak anak yang pernah mengalami demam kejang, perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal. Gangguan intelek dan gangguan belajar jarang terjadi pada kejang demam sederhana. Hal ini dibuktikan oleh banyak penelitian dari ahli, walaupun dengan angka laporan penelitian yang berbeda. Terdapat perbedaan definisi dan batasan mengenai kriteria kejang demam itu sendiri dikalangan para ahli. Namun, secara umum dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah kejang yang di sebabkan karena demam yang dialami oleh pasien, biasanya pada suhu rektal diatas 38C dengan batasan umur sekitar 3 bulan sampai sekitar 5 tahun. Ada beberapa hal yang telah mengalami perubahan dalam penanganan kejang demam. Perubahan tersebut, diantaranya adalah mengenai ketetapan Livingston dalam hal pedoman membuat diagnosa demam kejang dan juga pendapat Livingston bahwa profilaksis pada demam kejang diperlukan terus-menerus. Kedua hal diatas kini sudah ditinggalkan dan diganti dengan metode yang dianggap lebih baik. Penanganan kejang pada anak dengan memastikan adanya kejang. Pada kejang demam, biasanya hanya terjadi kurang dari 15 menit dan kejang dapat berhenti sendiri. Setelah kejang tertangani, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis neurologis, ditentukan pemeriksaan penunjang (jika memang ditemukan indikasi) untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lainnya selain kejang demam dan untuk memastikan penyebab terjadinya kejang, sehingga diagnosa dapat ditegakkan. Akhirnya, penulis mengharapkan penulis berikutnya dapat lebih menggali mengenai fibrile convulsion, tidak hanya dengan tinjauan pustaka namun disertai dengan observasi
iii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Abstrak Daftar Isi Bab I . Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Manfaat 1.4 Definisi 1.5 Epidemiologi 1.6 Etiologi 1.7 Patofisiologi 1.8 Patogenesa 1.9 Manifestasi Klinik

i ii iv

1 2 3 4 5 6 7 9 11

Bab II . Tinjauan Kepustakaan 2.1 Anamnesis 2.2 Pemeriksaan Fisik 2.3 Pemeriksaan Penujang 2.4 Diagnosa 2.4.1 Diagnosa Kerja 2.4.2 Diagnosa Banding 2.5 Penatalaksanaan 2.6 Komplikasi 2.7 Prognosis 13 16 17 19 19 21 25 30 31

Bab III . Pembahasan 3.1 Identitas Pasien 3.2 Anamnesis 3.3 Pemeriksaan Fisik 3.4 Pemeriksaan Penunjang 3.5 Diagnosa Kerja
iv

32 32 34 35 36

3.6 Diagnosa Banding 3.7 Penatalaksanaan 3.8 Pembahasan

36 36 37

Bab . IV Kesimpulan / Saran Bab . V Daftar Pustaka

38 39

You might also like