You are on page 1of 4

Pengaruh Perluasan NATO Ke Eropa Timur Terhadap Posisi Geopolitik Rusia

Oleh: Wayan Ulandari (201010360311134) North Atlantic Treaty Organization, disingkat dengan NATO, atau secara umum dikenal sebagai sebuah organisasi , pakta pertahanan terbesar di dunia yang bertujuan menjaga keamanan regional negara-negara di kawasan utara samudera Atlantik. Terbentuknya pakta ini pada 4 April 1949, atas kesepakatan negara-negara sekutu guna sebagai badan pertahanan keamanan bersama dalam masa perang dingin. Keanggotaan NATO semakin bertambah, saat ini NATO memiliki 28 negara anggota yang terletak di kawasan Eropa dan Amerika Utara. Pada dasarnya organisasi ini dibentuk untuk menjaga keamanan di Eropa Barat, yaitu untuk menjaga kebebasan dan keamanan anggota-anggotanya, menjaga stabilitas di area Euro-Atlantic, mencegah krisis internasional, sebagai wadah konsultatif bagi isu keamanan di Eropa, untuk menjunjung tinggi nilai-nilai dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), mempromosikan demokrasi, hak asasi manusia, dan hukum internasional. Namun, organisasi ini mulai memperluas tujuan awalnya yaitu untuk membendung penyebaran komunisme soviet di wilayah Eropa menjadi lebih mengarah kepada mempromosikan komunitas yang aman di Eropa Tengah dan Timur dengan mengkonsolidasikan demokrasi dan meningkatkan stabilitas keamanan. Untuk mencapai tujuannya tersebut, NATO kemudian melakukan perluasan keanggotaanya ke wilayah Eropa Timur, yang dulunya merupakan wilayah pengaruh dan kekuasaan Uni Soviet. Hal tersebut mendapat respon keras dari Rusia, karena hal tersebut dapat mengancam keamanan geopolitik Rusia. Keamanan geopolitik yang dimaksud yaitu, kedudukan geostrategi Rusia dimana benteng alami berupa dua samudera di pantai Timur dan Baratnya, memiliki perbatasan darat langsung paling panjang di dunia dengan banyak negara. Dengan kedudukan land locked position ini Rusia sangat bergantung pada situasi seberang perimeternya. Untuk itu perlu dilakukan upaya dan strategi pengamanan wilayah di sekitar perbatasannya. Itu dapat dilakukan melalui pembentukan daerah penyangga (bufferzone) yang bukan hanya berfungsi sebagai benteng pengaman tetapi juga sebagai alas pijak untuk memproyeksikan kekuatan militernya. Serta penempatan rudal di negara-negara yang secara geografis berbatasan langsung dengan Rusia seperti halaman depan dan belakangnya. Apabila perluasan ini terus berlanjut dapat mengganggu security interests dan menjadi ancaman serius bagi posisi geopolitik Rusia. Selain itu yang menjadi ketakutan Rusia yaitu semakin hilang pengaruhnya di negara-negara post-Soviet sehingga membuat Rusia menjadi terisolir. Selain itu usaha perluasan keanggotaan yang dilakukan oleh NATO di Eropa Timur dianggap Rusia dapat mempengaruhi pencapaian kepentingan Nasional Rusia dalam upaya mendapatkan kembali pengaruh dan kekuasaannya di negara-negara CIS. Dengan merangkul negara-negara bekas anggota Pakta Warsawa dan Negara-negara CIS untuk menjadi anggota NATO tentu saja hal ini sama dengan melakukan ancaman secara tidak langsung terhadap Keamanan Nasional Rusia. Keamanan Nasional adalah bagian dari kepentingan nasional yang tidak dapat dipisahkan. Contohnya, Georgia yang dimana memiliki arti yang penting bagi Rusia. Rusia

masih menganggap Georgia sebagai wilayah kesatuannya karena secara historis dan kultural kedua negara tersebut memiliki kedekatan yang erat. Rusia semakin geram dengan tindakan NATO yang melakukan latihan militer bersama Georgia yang dimana hal tersebut dirasakan sangat serius dan mengganggu stabilitas kawasan Eropa Timur. Georgia merupakan kawasan penyangga serta kawasan rute minyak dan gas di laut Kaspia yang sudah lama dalam kekuasaan Rusia. Hal tersebut juga dapat menimbulkan persaingan geopolitik dan Rusia tidak mampu lagi mempertahankan wilayah Eurasia. Apabila NATO terus melakukan pendekatan dengan negara-negara tetangga atau near abroad dari Rusia maka hal tersebut dapat mengganggu security interests dan menjadi ancaman serius bagi posisi geopolitik Rusia. Rusia merasa mempunyai tanggung jawab besar atas kawasan bekas kekuasaan Uni Soviet tersebut, sehingga Rusia berjuang untuk mempertahankan kawasan tersebut. Sebagai tanggapannya Rusia mempersenjatai diri yaitu dengan memperkuat militernya demi tujuan keamanannya dengan mengurangi tingkat keamanan negara lainnya guna melindungi kepentingan nasional. Menjalin kerjasama keamanan dengan negara anggota CIS dengan membentuk CSTO (Collective Security Treaty Organization) dan organisasi lainnya, serta membentuk SCO (Shanghai Corporation Organization) bersama Cina dan negara Asia Tengah untuk memastikan keamanan militer kolektif. Dalam kerangka kerja SCO tersebut juga ditujukan untuk pembangunan ekonomi bersama di mana pada akhirnya anggaran militer masing-masing negara akan terdongkrak olehnya. Rusia lebih mengedepankan cara-cara diplomasi dalam merespon perluasan keanggotan NATO ke Eropa Timur, khususnya memberi ancaman kepada Ukraina dan Georgia maupun Negara Eropa Lainnya melalui serangan militer agar negara-negara Eropa enggan untuk bergabung dengan NATO. Selain memperkuat militernya, dalam merespon hal tersebut Rusia melakukan kerjasama dengan bekas negara-negara Uni Soviet yang tergabung dengan CIS juga melakukan beberapa strategi misalnya Rusia mencoba pada masa pemerintahan Putin dengan meningkatkan kapabilitas militernya, memperkuat guna menopang kebutuhan pembangunan militer yang besar tersebut, Rusia telah menaikkan anggaran militernya 25-30%. Berbeda ketika Rusia dipimpin oleh Yeltsin anggaran pertahanan hanya 3%. Peningkatan anggaran militer dan modernisasi militer seperti di atas serta Rusia membentuk organisasi CIS yang anggotanya negara-negara bekas Uni Soviet tersebut menandakan Rusia serius merespon berbagai ancaman bagi keamananya namun masih banyak sekali strategi Rusia agar NATO tidak lagi memperluas keanggotaannya tidak merelokasi pangkalan militernya dari Eropa Barat ke Eropa Timur, Rusia semakin sensitif berada dibawah bayangan kehadiran pangkalan militer NATO yang mengarah ke Rusia. Selain itu Rusia menuduh NATO menginginkan menjadi adidaya tunggal dengan memberikan peluang terhadap negara-negara bekas Pakta Warsawa bergabung dengan NATO. Sehingga atas dasar yang sama NATO membujuk sejumlah negara yang tergabung tersebut menerima kehadiran pangkalan militernya. Peluang tersebut di respon positive oleh negara-negara bekas Pakta Warsawa dengan beramai-ramai ingin bergabung dengan dengan NATO. Respon Rusia melalui peningkatan militer merupakan bentuk reaksi Rusia terhadap perluasan keanggotan yang dilakukan oleh NATO di Eropa Timur. Perluasan ini dianggap dapat merusak tatanan global, serta mengancam keamanan nasional Rusia. Namun Politik

Luar Negeri Rusia tetap memainkan peranan yang dominan di negara-negara bekas pecahan Uni Soviet tersebut dan menjadi aktor aktif yang berpengaruh dalam masalah-masalah Internasional. Perluasan Keanggotaan NATO di Eropa Timur termasuk dalam politik luar negeri sebagai bentuk perilaku atau aksi. Semua yang dilakukan Rusia tidak lebih karna keadaan yang memaksa melakukan reaksi. Jadi perluasan NATO ke Eropa Timur, terutama ke 3 negara Baltik yang merupakan negara pembentuk kesatuan Uni Soviet, adalah ancaman menurut Rusia. Rusia merasa Negara-negara bekas Uni Soviet merupakan warisan yang sangat penting bagi Rusia, karena Rusia selalu ingin menekan pengguasaan terhadap negara-negara tersebut. Oleh karena itu Rusia sangat terancam karena dampak-dampak perluasan keanggotaan NATO ke Eropa Timur dapat mengancam keamanan geopolitik Rusia. Mengancam keamanan yang dimaksud yaitu: - Rusia semakin kehilangan pengaruhnya di negara-negara post-Soviet dan akan membuat Rusia menjadi terisolir, - Dapat mempengaruhi pencapaian kepentingan Nasional Rusia dalam upaya kekuasaannya di negara-negara CIS - Hilangnya kawasan penyangga serta kawasan rute minyak dan gas di laut Kaspia yang sudah lama dalam kekuasaan Rusia - Serta berpengaruh pada Keamanan Nasional Rusia Jadi hal-hal tersebut yang membuat Rusia sangat menentang adanya perluasan keanggotaan NATO ke Eropa Timur. Perluasan NATO ke Eropa Timur merupakan bentuk aksi yang dimana mendapat tanggapan pro dan kontra dari kawasan Eropa Timur itu sendiri. Namun aksi NATO tersebut mendapatkan kecaman keras dari Rusia yaitu dengan meningkatkan militernya supaya kawasan bekas Uni Soviet berfikir ulang untuk bergabung, hal tersebut merupakan bentuk reaksi Rusia terhadap langkah-langkah NATO memperluas anggotanya yang dimana diyakini Rusia dapat mengganggu keamanan Nasional Rusia dan Rusia merasa terancam sehingga meningkatkan kapabilitas militernya.

Sumber-sumber terkait: MPA, Sudrajat. 2004. Dampak Strategis Pasca Perluasan Keanggotaan di Dalam StrukturStruktur Eropa Terhadap Indonesia (Perspektif Pertahanan dan Keamanan).Vol 21 no.2 Nugroho, Wibawanto. Nomor 1 January-Juni 2009. Pertahanan Negara Dikaitkan dengan Kemampuan Negara. Verity; Jurnal Hubungan Internasional. A.Fahrurodji. 2005. Rusia Menuju Demokrasi: Pengantar Sejarah dan Latar Belakang Budayanya, Yayasan Obor Indonesia Jakarta, Samidjo, Ilmu Negara: Demokrasi Barat dan Demokrasi Rusia. Saragih Simon, Bangkitnya Rusia: Peran Putin dan EKS KGB. Perluasan NATO Cemaskan Rusia diakses dalam http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/01/perluasan_nato_cemaskan_rusia.pdf Politik Luar Negeri Rusia diakses dalam http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/04/Politik%20Luar%20Negeri%20Rusia%20Terhadap%20Perl uasan%20Keanggotaan%20NATO%20di%20Eropa%20Timur%20Tahun%2020022010%20(Khairunisaa)%20(04-03-13-09-36-32).pdf http://journal.unair.ac.id/filerPDF/5%20Wardhani%20%20Nasionalisme%20dan%20Etnisitas%20di%20Eropa%20Kontemporer,%20ok.pdf http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20253253-T28927-Dukungan%20Amerika.pdf http://alumni.unair.ac.id/kumpulanfile/1088829551_abs.pdf

You might also like