You are on page 1of 2

Mungkinkah Gerakan Pramuka, Benteng Terakhir NKRI?

Sebuah Refleksi Menyongsong Hari Pramuka Ke-48 dan


HUT RI Ke-64 Tahun 2009
Oleh : Ahmad Tijani, S.Pd*.

Tidak ada suatu bangsa yang menjadi bangsa yang jaya, tanpa cobaan maupun ujian terhadap
persatuan dan kesatuan bangsa. Upaya memecah-belah persatuan bangsa Indonesia telah beberapa kali
terjadi, namun semua kita berhasil mengatasi. Krisis demi krisis telah datang silih berganti dalam
perjalanan sejarah kita, namun semua itu dapat kita selesaikan. Kita meyakini, bahwa susunan dan
bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila adalah pilihan tepat dan final.
Atas ketetapan dan pilihan kita itu, kita harus terus membangun negara, menuju keadaan yang aman
dan damai, adil dan demokratis, serta sejahtera, yang menjadi cita-cita dan tujuan kemerdekaan bangsa
kita. Kemiskinan dan keterbelakangan harus kita perangi, tidak cukup hanya bergantung pada
Pemerintah saja, melainkan semua elemen bangsa secara bersama mestinya memiliki kepedulian
terhadap bangsa dan negara kita.

Sebagai refleksi kesejarahan di hari peringatan kemerdekaan ke 63 tahun ini, kita semua patut
menyampaikan rasa terima kasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya, kepada semua pejuang
dan pahlawan bangsa, yang telah mendharmabaktikan hidupnya, bahkan jiwa dan raganya, untuk
mencapai, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Erat kaitannya dengan upaya untuk
mempertahankan kedaulatan negara dari setiap gangguan dan ancaman, dan tidak punya pilihan lain,
kecuali membangun pertahanan negara kita. Bersyukurlah bahwa sepanjang sejarah berdirinya negara
kita, TNI yang selalu siap sedia dan berada di barisan terdepan dalam mempertahankan kedaulatan
negara sebagai NKRI. TNI tengah melakukan upaya untuk memperkuat dan sekaligus meningkatkan
kemampuannya, baik organisasi, profesionalitas personil maupun persenjataannya. Fokus perhatian
pertahanan negara yakni diarahkan untuk menjaga kawasan perbatasan laut dan darat, terutama pulau-
pulau terluar dan terdepan, termasuk membangun pos-pos pengamanan.

Demikian pula, POLRI sebagai penjaga keamanaan akan terus menghadapi tantangan yang
tidak ringan dalam menanggulangi berbagai bentuk dan jenis kejahatan. Kejahatan yang harus
diberantas, bukan saja yang bersifat trans-nasional seperti kejahatan narkotika, terorisme, pencucian
uang dan perdagangan manusia, tetapi juga berbagai kejahatan konvensional yang mengganggu
ketenteraman masyarakat, seperti pembuhunan, perjudian, penodongan, pencurian dan perampokan.
Persoalan lain dalam penegakan hukum yang terus menjadi perhatian Pemerintah, adalah peredaran
gelap dan penyalahgunaan narkotika serta obat-obat berbahaya, atau kejahatan narkoba. Kejahatan
narkoba tetap menjadi ancaman, bagi kelangsungan hidup generasi bangsa di masa depan. Meskipun
perang terhadap kejahatan narkoba telah dilakukan tanpa henti, tetapi aksi-aksi kejahatan tersebut
masih terus berkembang. Beberapa kali POLRI telah berhasil membongkar sejumlah pabrik yang
memproduksi narkotika dan obat-obat berbahaya lainnya dalam jumlah yang sangat besar. Kita patut
bersyukur, bahwa kemampuan POLRI dalam menangkal dan menanggulangi ancaman keamanan dan
ketertiban masyarakat, telah jauh meningkat. Setahap demi setahap, citra POLRI sebagai aparatur
penegak hukum dan pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, semakin membaik.

Dalam era demokratisasi dewasa ini, kita sering dihadapkan dalam persoalan kemasyarakatan
yang sebenarnya dapat diselesaikan dengan cara mudah, tetapi sebaliknya justru yang timbul akan
memicu persoalan yang lebih meluas. Ambil saja contoh peristiwa pemilihan kepala daerah (Pilkada)
Gubernur dan Bupati/Walikota. Seringkali terjadi pendukung calon yang kalah tidak menerima
kekalahan calon yang dijagokan, kemudian melakukan protes ketidak-puasan yang berlanjut dengan
tindakan anarkis. Dengan anarkis, banyak timbul kerugian baik bagi masyarakat maupun pemerintah
daerahnya. Penulis berfikir apakah karena faktor sejarah yang menjadikan masyarakat kita menjadi
anarkis. Tengok saja sejak zaman Ken Arok dan Ken Dedes, pergantian kepemimpinan pada era Orde
Baru ke Orde Lama, dan begitupula saat kita memasuki Orde Reformasi satu dasawarsa yang lalu
hingga sekarang banyak persoalan yang diselesaikan dengan cara kekerasan. Barangkali lirik lagu
kebangsaan kita yang tertulis tanah tumpah darahku perlu kita revisi menjadi tanah damai makmurku?
Sehingga masyarakat kita akan terbiasa dalam menyelesaikan masalah dengan cara-cara damai.

Tumbuh kembang partai politik (parpol) di negeri kita sangat menggembirakan karena aspirasi
masyarakat terwadahi, dan yang tercatat mengikuti Pemilu 2009 sebanyak 34 parpol. Tetapi ancaman
terjadinya gesekan antar anggota dan pendukung parpol pada saat kampanye pemilu relatif kecil.
Diyakini setiap parpol berazaskan Pancasila dan memiliki komitmen dalam mensejahterakan rakyat
dalam bingkai NKRI, tetapi tidak jarang terjadinya gesekan antar pendukung karena mengedepankan ?
perbedaan? parpol masing-masing. Dengan demikian, disinilah Gerakan Pramuka untuk tetap netral
dan dapat sebagai benteng untuk tetap mempertahankan NKRI.

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai etnik budaya dan memiliki pulau terbanyak di dunia
yang terbungkus dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus dipertahankan terus oleh
setiap warga negara Indonesia dan sampai kapanpun. Untuk itulah, Gerakan Pramuka sebagai salah
satu elemen bangsa harus ikut mewujudkan anggotanya yang berkepribadian, berwatak dan memiliki
jiwa bela negara. Dengan situasi dunia yang semakin menglobal, maka menjadi penting pendidikan
jiwa bela negara dalam pendidikan kepramukaan, bahkan bagi semua anggota organisasi kepemudaan
lainnya. Ketika Jambore Nasional tahun 2006 mengangkat tema ?Satu Hati, Satu Janji, Satu Bumi
Pertiwi?, maknanya sangat dalam ungkap Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono. Bahkan ketika
melepas kontingen Gerakan Pramuka ke Jambore Dunia di Inggris tahun 2007 yang lalu dengan tema ?
Satu Dunia, Satu Janji? beliau menambahkan tema menjadi ?Satu Dunia, Satu Janji, Satu Komitmen
dan Satu Aksi?. Begitulah betapa pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa-bangsa di dunia, apalagi
kita sebagai bangsa Indonesia harus tetap dan terus mempertahankan NKRI. Olimpiade yang kini
sedang digelar di Beijing China juga mengusung tema ?One World, One Dream?, menandakan bahwa
kita semua merindukan menjadi satu kesatuan. Untuk itulah, banggalah menjadi bangsa Indonesia dan
sekaligus menjadi tantangan Gerakan Pramuka dalam mewujudkan cita-citanya menjadi pilihan utama
dan solusi handall masalah-masalah kaum muda.

Gerakan Pramuka dengan Trisatya dan Dasa Darma-nya, dipastikan setiap anggotanya
berkomitmen terhadap ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan siap mempertahankan negara
kesatuan Republik Indonesia, serta ikut serta dalam pembangunan dalam rangka mewujudkan
masyarakat Indonesia yang sejahtera. Dengan demikian, setiap anggota Gerakan Pramuka tidak
diragukan lagi komitmennya terhadap NKRI. Kader-kader bangsa yang berasal dari Pramuka, insya
Allah bangsa ini akan memiliki pemimpin masa depan yang tidak diragukan lagi komitmennya tehadap
bangsa dan negara. Bahkan penulis berwacana apa perlu kader-kader partai politik dikenalkan dengan
nilai-nilai Satya dan Dasa Darma Pramuka agar supaya tetap berkomitmen dan menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara? Pendidikan kepramukaan diperlukan dewasa ini ketika banyak kaum
muda yang terjerumus dalam kesesatan. Pendidikan bela negara, patriotisme pembangunan dan perekat
bangsa menjadi harapan masyarakat terhadap Gerakan Pramuka dewasa ini. Disinilah makna
Revitalisasi Gerakan Pramuka bagi bangsa Indonesia. Penulis meyakini semua elemen bangsa pasti
memilih untuk tetap menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Insya Allah, dalam era kebangkitan
Gerakan Pramuka dewasa ini akan dapat memberikan kontribusi yang bermakna untuk Indonesia yang
lebih baik di masa depan. Selamat Hari jadi Gerakan Pramuka ke 48 dan Hari jadi RI ke 64, Jayalah
Bangsaku.

*Penulis adalah Pembina Pramuka SMA dan SMK Pringgasela

You might also like